Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018:425- 430 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Faktor-Faktor Penyebab Psikosomatis Pada


Orang Dengan Kecenderungan Psikosomatis
1
Ratih Apriyani SP

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. The purpose of this research was to know the dominant factors which caused Psychosomatic
to people who assumpted have got Psychosomatic. The researcher used qualitative research method with
case study approach. The researcher used purposive sampling technique and the data collection method in
this study used interview and observation which related to three subjects who have got Psychosomatic
tendency. The dominant factor which caused Psychosomatic tendency to the first subject, HR (inisial name)
was because psychological factors. To the subject was feeling quailty to this child who could not walk
anymore after the eccidents with the subject a years ago. The second subject, RF (inisial name) was because
psychological factors too. The subject often had quarrel with her biological mother. This situation made her
carrying a burden on her mind which also affected her health condition after quarreling with her mother,
the subject was sick. The third subject IS (inisial name, got Psychosomatic tendencybecause the dominant
factor which came from social economic factor after the subject’s husband got lay off since a years ago, the
subject got economic crisis. This situation really affected to subject’s health condition. Factors that are
srongly related to each subject are psychological factors experienced by each subject and other related
variable such as social status, marital status, age and sex, can be investigated for further research.

Keywords: sychosomatic tendency, psychosomatic factors, psychosomatic disorder

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan
terjadinya Psikosomatis pada orang yang diduga menderita Psikosomatis. Peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dan
metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi yang berkaitan
dengan tiga subjek yang memiliki kecenderungan psikosomatis. Faktor dominan yang menyebabkan
kecenderungan Psikosomatis pada subjek pertama yaitu SDM (nama inisial) adalah karena faktor psikologis.
Kepada subjek merasa ragu terhadap anak ini yang tidak dapat berjalan lagi setelah kejadian bencana
beberapa tahun yang lalu. Subjek kedua RF (nama inisial) karena faktor psikologis juga. Subjek sering
bertengkar dengan ibu kandungnya, hal ini membuat dia memikul beban pikiran yang juga mempengaruhi
kondisi kesehatannya setelah bertengkar dengan ibunya, subjek sakit. Subjek ketiga IS (nama inisial,
memiliki kecenderungan Psikosomatis karena faktor dominan yang berasal dari faktor sosial ekonomi
setelah suami subjek di-PHK sejak setahun yang lalu, subjek mengalami krisis ekonomi. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan subjek. Faktor-faktor itu adalah Terkait erat dengan masing-masing
subjek adalah faktor psikologis yang dialami oleh masing-masing subjek dan variabel terkait lainnya seperti
status sosial, status perkawinan, umur dan jenis kelamin, dapat diteliti untuk penelitian lebih lanjut.

Kata Kunci: kecenderungan sychosomatic, faktor psikosomatis, gangguan psikosomatis

1 Email: ratihapriyani96@yahoo.com
425
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018:425- 430 PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian Katon dan Sulivan ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
(dalam Pomerantz, 2013) diperkiraan 15 sampai 33
persen orang yang pergi ke dokter, sebenarnya tubuh dan menyebakan penderita mengalami
menderita penyakit karena sebab emosional seperti, gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan dan
khawatir, ketakutan, frustasi, dan rasa tidak aman. sering kali juga pasien mengalami gangguan jiwa
Hal-hal tersebutlah yang menjadi penyebab lainnya. Dalam PPDGJ III gangguan Somatofrom
timbulnya bermacam-macam keluhan seperti mempunyai ciri utama yaitu adanya keluhan-
sariawan, serangan jantung, susah tidur, usus buntu, keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai
diabetes, asma, skizofrenia, gangguan pencernaan, dengan pemeriksaan medik, meskipun sudah
bahkan kanker. Berdasarkan data dari departemen berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah
penyakit dalam FKUL penderita psikosomatis dijelaskan oleh dokter tidak ditemukan kelainan
mencapai 50 persen dari jumlah pasien, bahkan 15- yang menjadi dasar keluhannya.
30 persen orang meninggal dunia karena gangguan
psikosomatis di Jakarta (Kompas, 24 Juli 2009, Faktor-faktor Penyebab Psikosomatis
dalam rosmalina 2015). Pasien dengan gangguan Tidak ada penyebab tunggal untuk gangguan
psikosomatis selalu mengeluhkan sakit pada psikosomatis, seperti kebanyakan kondisi kejiwaan,
beberapa bagian tubuh seperti pegal-pegal, nyeri di gangguanadalah hasil akhir dari interaksi yang
bagian tubuh tertentu, mual, muntah, kembung atau antara faktor genetik dan berbagai peristiwa dalam
perut tidak enak, sendawa, serta sekujur tubuh terasa sejarah kehidupan yang dari individu. Berbagai
tidak nyaman, tak jarang, ada yang merasa kulitnya mekanisme psikologis, sosial, patofisiologis,
seperti gatal, kesemutan, mati rasa, pedih seperti keluarga, dan genetik telah diusulkan untuk
terbakar, rasa sakit di kepala (seperti migrain), nyeri menjelaskan asal gangguan psikosomatis ( Colak,
di bagian dada, punggung dan tulang belakang, linu 2014 ). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
pada persendian, nyeri dan menstruasi yang tidak dilakukan oleh Strecter dalam maramis (2006) Pada
teratur bahkan sampai rasa nyeri saat berhubungan 239 penderita dengan gangguan psikogenik
seks. Namun, keluhan–keluhan tersebut tidak dapat Streckter telah menganalisis gejala yang paling
di jelaskan oleh penyebab fisik serta berlangsung sering didapati yaitu 89 persen terlalu
lama dan berulang-ulang serta berganti-ganti atau memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45
berpindah-pindah tempat, dan dirasa sangat persen merasa kecemasan, oleh karena itu pada
mengganggu sehingga tak jarang beberapa pasien pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa
bolak-balik ke dokter untuk melakukan faktor yaitu:
pemerikasaan.Berdasarkan uraian diatas peneliti
akan melakukan penelitian tentang apa saja faktor 1. Faktor sosial dan ekonomi
penyebab terjandinya gangguan psikosomatis. Kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi,
Sasaran utamanya adalah orang yang dengan pekerjaan yang tidak tentu, pekerjaan yang
kecenderungan psikosomatis. Yang dikuatkan oleh terburu-buru, kualitas pelayanan yang tidak
rekam medik sebagai bukti bahwa pasien telah di memuaskan, yang dapat mengakibatkan
diaknosa oleh dokter namun tidak ada kelainan peningkatan hilangnya jam kerja karena
secara fisologis (fisik) namun pasien merasakan ketidakm hadiran, kecelakaan di tempat kerja,
keluhan-keluhan pada fisiknya. Dengan judul kurangnya motivasi dengan komitmen.
faktor-faktor penyabab 2. Faktor perkawinan atau keluarga
Kepuasan dalam pernikahan seperti perselisihan,
psikosomatis Pada Orang dengan kecenderungan perceraian dan kekecewaan dalam hubungan
Psikosomatis di Samarinda. seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
Kondisi dimana keluarga dapat menimbulkan
TINJAUAN PUSTAKA stres yang dapat membuat tubuh menjadi tertekan
serta dapat menyebabkan atau bahkan
Psikosomatis memperburuk secara langsung kondisi saat sakit.
Dalam buku Psychiatric Mental Healt 3. Faktor kesehatan
Nursing (2006) Somatofrom Disorder merupakan Kesehatan juga dapat menjadi faktor penyebab
interaksi yang kompleks antara pikiran dan terjadinya gangguan psikosomatis seperti adanya
kerusakan akibat dari berbagai macam hal seperti
penggunaan obat, benturan, penyakit-penyakit
yang menahun, pernah masuk

426
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018:425- 430 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

rumah sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap mempengaruhi produktivitas kerja seseorang (Wafiq
obat-obatan, tembakau, maupun efek dam Marsuqi, Asmuji, dkk 2014). Dalam kondisi
ekses dari pembedahan. lingkungan kerja,subjek HR merasa nyaman
4. Faktor psikologis dengan lingkungan tempat subjek bekerja
Pengaruh psikologis yang dapat meskipun subjek sering merasa segan dengan
menyebabkan muncul maupun memperparah teman kerja subjek karena subjek sering
penyakit-penyakit fisik yang disebabkan oleh meninggalkan tempat dengan alasan kondisi
stressor, terutama muncul dari sikap kesehatan yang memburuk. Namun tidak
maladaptif. Dalam penelitian yang dilakukan membuat subjek HR lalai dalam megerjakan
oleh Selye, mengemukakan bahwa faktor- pekerjaan subjek sebagai seorang guru, subjek
faktor psikologis tertentu dalam kepribadian selalu berusaha profesional dengan profesi yang
seseorang dapat menyebabkan seorang menjadi subjek jalani, seperti saat adanya deadlinedi
jarang sakit, atau jika berada dalam tekanan dia tempat subjek bekerja dan subjek HR masih belum
mampu menghadapinya (Wiramihardja, 2015). menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Stres psikologis seperti keadaan jiwa waktu Subjek HR dalam faktor kesehatan subjek
dioperasi, waktu penyakit berat, status tidak pernah mengalami penyakit yang berat namun,
didalam keluarga dan stres yang timbul juga subjek pernah mengalami kecelakaan satu tahun
dapat mempengaruhi berkembangnya gangguan yang lalu yang membuat subjek mendapatkan
psikosomatis maupun memperparah penyakit- perawatan selama 2 minggu dan menjalani operasi
penyakit fisik yang dialami oleh pasien. pada tangan kiri subjek.Subjek HR mempunyai
perasaan bersalah dan merasa gagal sebagi kepala
METODE PENELITIAN rumah tangga karena tidak mampu memberikan
yang terbaik untuk kesembuhan anak perempuan
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang subjek HR, perasaan tersebut muncul saat setelah
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. kecelakaan yang mengakibatkan kaki dari anak
Sampel dalam penelitian ini adalah orang dengan kedua subjek HR tidak bisa berjalan seperti
kecenderungan psikosomatis sebanyak 3 orang. sebelumnya, subjek juga mengeluhkan jika subjek
Metode pengumpulan data yang digunakan terlalu mengkhawatirkan akan masa depan anak
dalam penelitian ini berupa observasi, subjek. Hal tersebut yang menjadi beban psikologis
subjek sehingga terkadang subjek mengeluhkan
wawancara dan dokumentasi resmi eksteren
tidak bisa tidur saat malam hari, sulit
berupa rekam medik ketiga subjek penelitian.
berkonsentrasi sehingga mempengaruhi kondisi
subjek saat pagi hari di tempat kerja.Hal ini
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sejalan denganCulter yang menyatakan bahwa rasa
Subjek HR sering merasakan sakit selama takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat
satu tahun terakhir, selain sering merasakan sakit meskipun situasi yang betul-betul mengancam
pada bagian kaki kiri subjek juga sering tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh
merasakan nyeri pada bagian perut dan kepala berlebihandibandingkan dengan bahaya yang
pada saat-saat tertentu, tidak hanya saat jam-jam sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.
sibuk namun saat di waktu senggang pun subjek Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai
tak jarang subjek mengeluhkan sakit pada bagian dampak yang merugikan pada pikiranserta tubuh
tubuh tertentu,subjek sering merasakna pusing dan bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik
mual-mual. Namun setelah subjek memeriksakan (Cutler, 2014 ).
kondisi kesehatan subjek ke rumahsakit, namun Subjek RF mengeluhkan sering merasakan
setelah menjalani serangakaian pemeriksaan sakit pada kepala dan perut subjek seperti
lanjutan tidak ada kejelasan mengenai keluhan- maghselama tiga tahun terakhirserta batuk-batuk
keluhan yang selama ini subjek rasakan. selama dua bulan terakhir, subjek telah
Dalam faktor sosial ekonomi,subjek HR yang memeriksakan ke tiga rumah sakitbesar di kota
bekerja sebagai guru merasa puas dengan Samarinda dan mendapatkan diagnosa abdominal
pekerjaannya saat ini. Berdasarkan hasil penelitian pain yaitu sakit yang di sebabkan karena beban
mengenai kondisi lingkungan kerja menunjukan stress yang besar.
bahwa kondisi lingkungan kerja yang nyaman juga
427
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018:425- 430 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Dalam faktor sosial ekonomi subjek RF tidak dermatologis adanya gangguan psikologis,
begitu mempengaruhi kondisi kesehatan subjek kebanyakan kegelisahan dan depresi.
meskipun subjek RF tidak puas dengan Subjek IS merakasakan sakit pada bagian
pekerjaannya sebagai terapis, serta adanya perut pada saat datang bulan serta datang
perasaan Adanya rasa kurang bertanggung jawab bulanyang tidak teratur sejak 1 tahun
terhadap pekerjaan subjek karena subjek terlalu terakhir, subjek IS telah memeriksakan kondisi
sering meminta izin untuk tidak masuk bekerja kesehatannya pada beberpa klinik kesehatan namun
dengan alasan sakit serta banyaknya pekerjaan yang tidak ada kejelasan mengenai penyebab dari keluhan
terbengkalai sehingga subjek memutuskan untuk yang dirasakan oleh subjek IS. Hal ini sejalan
berhenti bekerja,namun hal tersebut tidak dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa
membuatsubjek RFmengalami kesulitan secara PMS terjadi akibat kombinasi dari berbagai
ekonomimeskipun demikiansubjek RF harus lebih faktor yang kompleks, salah satunya akibat
menghemat pengeluaran dalam memenuhi perubahan hormonal yang terjadi sebelum
kebutuhan subjek sehari-hari namun, hal tersebut menstruasi. Penyebab lainnya namun bisa
tidak begitu mempengaruhi kondisi kesehatan dikendalikan adalah faktor gaya hidup,
subjek RF. Penelitian yang dilakuakan oleh Idrus diantaranya aktivitas fisik, kondisi psikologis,
Puluhulawa (2015) yang berjudul “Pengaruh faktor dan mikronutrien (kalsium, maghnesium, vitaminB)
sosial ekonomi terhadap status kesehatan (Mery, 2013) Sehingga kondisi psikologis
masyarakat di kecamatan palu selatan” dalam seseorang juga mempengaruhi siklus menstruasi
frekuensi responden berdasarkan lapangan seseorang. Faktor sosial ekonomi cukup
pekerjaan Berdasarkan data menunjukkan bahwa mempengaruhi kondisi kesehatan subjek, subjek IS
dibanding dengan penduduk berdasarkan mengalami kesulitan secara ekonomi saat suami
lapangan pekerjaan yang pernah mengalami sakit, subjek mengalami PHK di tempat suami suami IS
ternyata penduduk yang tidak bekerja bekerja dan hingga saat ini suami subjek IS
Lebih tinggi (21 persen) dari pada belum mendapatkan pekerjaan yang layak yang
penduduk yang memiliki pekerjaan yang membuat kesulitan dalam hal ekonomi dan
tetap(18,5 persen). membuat subjek IS merasa syok karena yang
Menurut Willis (dalam Richard & Baum biasanya segala kebutuhan rumahtangga tercukupi
2011) menyimpulkan bahwa dukungan sosial namun setelah PHK subjek harus lebih berhemat
dalam keluarga dapat menekan efek-efek dan kebutuhan rumah tangga pun harus di batasi
negatifdalam kondisi kesehatan tubuh. Dan sehingga menjadi beban yang cukup
sebaliknya ketika kurangnya dukungan sosial dalam mempengaruhi kondisi kesehatan subjek. Hal
keluarga membuat bahkan dapat memperparah tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakuakan
kendisi fisik saat sakit. Hal tersebut sejalan dengan oleh Idrus puluhulawa (2015) yang berjudul
kondisi keluarga subjek RF yang kurang “Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap status
harmonis sehingga berpengaruhcukup besar kesehatan masyarakat di kecamatan palu selatan”
terhadap kondisi kesehatan subjek RF, yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan
kurangnya kelekatan antara subjek dengan ibu kepala keluarga yang rendah akan mempengaruhi
subjek yang tidak jarang membuat subjek kondsi keluarga kesehatan dalam keluarga,
berselisih faham dengan ibu subjek.Sedangkan sehingga keluarga dengan kepala keluarga yang
dalam faktor psikologis juga mempuyai mempunyai pendapat yang rendah berpeluang
pengaruh yang cukup besar pada kondisi kesehatan mengalami kesehatan yang buruk dibandingkan
subjek RF, Kurangnya motivasi dan dorongan yang keluarga dengan kepala keluarga yang mempunyai
diberikan oleh ibu membuat beban bagi subjek RF peghasilan yang tinggi ( Idrus, 2013).
menjadi bertambah besar karena tidak ada tempat Sedangkan, dalam faktor keluarga /
untuk mengeluh dalam keluarga. Sejalan dengan Perkawinan subjek IS tidak mempunyai kendala
Penelitian lain yang dilakukan oleh Gwennaelle secara perkawinan atau keluarga meskipun latar
Colaianni & Francoise Poot (2016) yang berjudul belakang pernikahan subjek IS adalah pernikahan
How to Reach Emotions with Psychosomatic yang di jodohkan oleh orangtua subjek. Hasil
Patients: A Case Report. Hasil penelitian tersebut penelitia yang dilakukan oleh Ulva Restu Habibi
menunjukkan bahwa alopecia areata (potongan (2015) yang berjudul “Kepuasan pernikahan pada
rambut tipis) seringkali menunjukkan ke wanita yang dijodohkan” yang menunjukan bawa
428
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018:425- 430 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Kepuasan pernikahan dapat dialami oleh wanita Subjek RF mengalami kecenderungan


yang dijodohkan oleh orang tua mereka dengan psikosomatis berupa sering merasakan sakit pada
catatan bahwa pasangan yang dijodohkan dengan Nyeri pada bagian perut, sesak pada bagian dada,
mereka adalah orang yang bisa menyesuaikan nyeri pada bagian telungkuk leher, sering pusing,
diri pada sikap subjek dan juga pribadi yang kembung, dan begah, mual-mual, dan haid yang
bisa mengarahkan subjek dalam menghadapi tidak teratur. subjek RF telah melakukan
kehidupan. Dalam faktor kesehatan subjek IS pemeriksaan di beberapa rumahsakit terbaik di kota
yang tidak pernah mempunyai riwayat sakit yang samarinda dan subjek RF mendapat diagnosa
menahun maupun di rawat di rumah sakit atau di abdominal painyang di sebabkan karena beban stres
operasi, namun subjek selalu mengeluhkan sakit yang terlalu besar. Berdasarkan riwayat kesehatan
saat datang bulan dan siklus haid yang tidak dan psikologis subjek Kecenderungan psikosomatis
menentu sejak berusia 20 tahun atau sejak subjek subjek RFdi karenakan, faktor psikologis yaitu
masih baru menikah, namun setelah di periksakan adanya rasa kecewa yang dirasakan oleh subjek
ke dokter tidak ada masalah pada diri subjek RF kepada ibu subjek dan karena tidak adanya
akan tetapi subjek masih sering merasakan hal tempat untuk mengemukakan apa yang subjek RF
tersebut hingga saat ini subjek berusia 29 tahun dan nginkan sehingga banyaknya beban yang subjek
semakin parah selama satu tahun terakhir ketika pendam dan tidak dapat di uangkapkan
suami subjek IS mengalami PHK ditempat suami sebagaimana mestinya karakter ibu nya yang keras
subjek IS bekerja.Studi yang dilakukan olehDawood kepala membuat subjek enggan untuk
(1984) dalam Celik (2009) di United States menceritakan apa yang subjek rasakan dengan
menunjukkan sekitar 10persenwanita yang ibu nya sehingga sering membuat subjek berselisih
mengalami dismenorea tidak bisa melanjutkan faham sehingga mambuat subjeksering
pekerjaannya akibat rasa sakit. Dismenorea juga mengeluhkan sakit pada bagian tubuh tertentu saat
dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual jika setelah berselisih faham dengan ibunya.Ditambah
tidak ditangani, depresi, serta alterasi aktivitas dengan adanya kejadian traumatik yang subjek
autonomic kardik (Hegazi dan Nasrat, 2007). alami dengan bapak tiri subjek dan kejadian tersebut
Penelitian yang dilakukan oleh Meilina Saputri subjek pendam hingga ibu kandung subjek bercerai.
(2011) pada siswi SMK Negeri 1 Karanganyar Subjek IS mengalami kecenderungan
mendapatkan hasil, bahwa terdapat hubungan psikosomatis berupa Sering merasakan sakit pada
positif yang kuat dan signifikan antara stres saat datang bulan, serta siklus datang bulan yang
dengan kejadian dismenorea. tidak teratur, dan sulit tidur saat malam hari,
sakit kepala sebelah,berkurangnya nafsu makan,
KESIMPULAN DAN SARAN sering muntah.subjek IS telah memriksakan hal
tersebut ke beberapa klinik kesehatan dan
Kesimpulan
rumahsakit yang ada di kota samarinda, namun hasil
Subjek HR mengalami kecenderungan
psikosomatis berupa sering merasakan sakit tes laboraturium menunjukan tidak ditemukan
kelainan secara fisologis pada subjek IS,
pada kaki kiri subjek sejak satu tahun terakhir,
Berdasarkan riwayat kesehatan dan psikologis
subjek HR telah melakukan pemeriksaan secara
subjek kecenderungan psikosomatis subjek IS di
medis namun, hasil pemeriksaan dokter menujukan
karenakan faktor Ekonomidan psikologis, Subjek
bahwa tidak ada masalah dengan kaki kiri
menikah pada usia 20 tahun dengan pernikahan
subjek. Subjek HR telah melakukan pemeriksaan
di tiga rumahsakit terbaik di kota samarinda yang di jodohkan oleh orang tua subjek, dan
mendapatkan keturunan di usia muda menjadi
namun, tidak ada kejelasan mengenai penyebab
salahsatu faktor penyebab dari sakit yang subjek
dari sakit yang subjek rasakan. Berdasarkan riwayat
kesehatan dan psikologis subjek Kecenderungan rasakan pada saat awal menikah namun, dengan
psikosomatis subjek HR di karenakan, faktor karakter suami subjek yang dewasa membuat
psikologis yaitu adanya rasa bersalah yang besar perbedaan-perbedaan yang subjek rasakan saat awal
menikah menjadi hal yang biasa sehingga tidak
terhadap anak subjek yang mengalami
kelumpuhan setelah mengalami kecelakaan menimbulkan masalah dalam rumah tangga
subjek IS. Akan tetapi, saat suami subjek terkena
bersama dengan subjek satu tahun yang lalu dan
PHK keluhan-keluhan yang subjek rasakan semakin
membuat subjek mempunyai perasaan gagal
menjadi seorang ayah.

429
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018:425- 430 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

beragam dan memperparah kondisi kesehatan Idrus, M. (2013). Metode Penelitian Ilmu Sosial.
subjek sebelum subjek menikah. Jakarta: Erlangga
Idrus, P. (2013). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi
Terhadap Status Kesehatan Masyarakat Di
Saran
Kecamatan Palu Selatan. e-Jurnal Katalogis.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
Vol. I No 3, hal. 15-25
maka dapat dikemukakansaran-saran sebagai
Maramis, W. F. (2006). Catatan Ilmu Kedokteran
berikut:
Jiwa.Surabaya: Airlangga University Press
1. Bagi Subjek penelitian di harapkan dapat
Meilina. S. (2011). Karya Tulis Ilmiah Hubungan
menerima kedaan dan berfikir secara realistis
Antara Stres Dengan Kejadian Dismenorea
sehingga dapat mencari pemecahan masalah
Pada Siswi SMKN 1 Karanganyar (Diakses
yang positif seperti berwira usaha, bekerja
tanggal 27 Juni 2018)
sesuai keahlian dan membuka komunikasi
Pomerantz, A. M. E., et al. (2013). Psikologi Klinis.
dengan keluarga.
(third ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2. Bagi orang terdekatdiharapkan selalu
Richard, D. (2013). Adolense healt care a practical
mendukung serta memberikan support dan
gurde. Journal of healt. 20. 58-96.
motivasi sertadukungan penuhkepada subjek
Rosmalina. (2015). Konseling Dalam Bidang
penderita psikosomatis terutama dukungan
Kesehatan: jurnal Orasi, Volume VI Nomer 1
secara moril agar tidak adaperasaan putus asa
Januari- Juni.
dan frustasi akibat sakit yang di alami oleh
Rusdi, M. (2013). PPDGJ III. Jakarta: PT. Nuh
subjek penderita psikosomatis.
Jaya.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
Ulva, R. H. (2015). Kepuasan Pernikahan Pada
melakukam penelitian dengan melihat peran
Wanita Yang Dijodohkan anita Yang
keluarga terhadap pasien dengan kecenderungan
Dijodohkan Oleh Orangtua. Ejournal
psikosomatis.
Psikologi., vol3. no. 2.hal: 579-588
DAFTAR PUSTAKA
APA. (2000). Dsm IV (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder Iv Text Revision).
Washington, DC: American Psychiatric
Association perss.
Celik, H., et al. (2009). Severity of Pain and
Cicadian Changes in Uterine Artery Blood
Flow in Primary Dysmenorhhea. Archives of
Ginecology & Obstectrics. Journal of
Psychology and Educational Studies. vol. 2,
hal. 101-111.
Colak, T. S. (2014). Somatic Expression of
Psychological Problems (Somatization):
Examination with Structural Equation Model.
International Journal of Psychology and
Educational Studies. vol. 2, hal. 8-14.
Garala, V., Mehul, B., & Ganpat, V. (2014).
Somatic Symptom Disorder: Study of
Medically Unexplained Symptoms. cholars
Journal of Applied Medical Sciences
(SJAMS). 2(2B):664-670.
Hegazi, M., & Hassan, N. (2007). Heart Rate
Variability (HRV) In young Healthy Females
with Primary Dysmenorrhea. Journal Of
Psychology Bull Alex. Fac. Med. Vol. 43 no.
3 hal 152-157.

430

You might also like