Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

134 TATALAKSANA STOMATITIS ALERGICAP ADA PENDERITA YANG MENGALAMI STRESS

(Management of Allergic Stomatitisin Patient with Stress)

TATALAKSANA STOMATITIS ALERGICA PADA PENDERITA YANG MENGALAMI STRESS


(Management of Allergic Stomatitisin Patient with Stress)

Raziv Ganesha*, Diah Savitri E**, Hening Tuti Hendarti**

Keywords: ABSTRACT

allergic stomatitis, Introduction:Allergic stomatitisis ahypersensitivity reaction caused by


hypersensitivity allergens, such as drugs, food, and dental materials. Manifestation allergic
reaction, skin prict test reaction to food in oral cavity can be recurrent ulcer.
Purpose:This case report pupose to report management allergic stomatitis
in Stress condition.
Case:female was a 44-year-old with complaintmany stomatitis in oral cavity.
Patients say often since ± 6 years ago without knowing the cause. Stomatitis
often moving location but also in the same site. On intra oral examination
found ulcer multiple, variant size, irregular shape, paintfull.
Management:the patient performed examination of total IgE with a result of
642.98 (normal<150), skin prick test in patients results positive on dust
house, dog hair, cotton, beef, cow's milk, chicken egg yolk, shrimp, milkfish,
pindang, chocolate, and peanuts.Patients given aloe vera extract oral rinse
at the first visit, then after skin prick test was given methylprednisolone,
hepaprotector caplet, multivitamin B-Complex plus Zinc. Patients are also
given education and instruction to avoid a food become allergic.
Conclusion: Allergic Stomatitis diagnosis requires a complete history and
supportive examination. In this case, the treatment requires good
cooperation between the patient and the dentist so that treatment can be
done thoroughly.

PENDAHULUAN
Alergi atau reaksi hipersensitivitas, disebabkan oleh alergen penyebab seperti obat-
pertama kali dikenalkan oleh Von Pirquet pada obatan, makanan, bahan kedokteran gigi (bahan
tahun 1906, yang menyatakan bahwa perubahan restorasi, prostetik, alat ortodonti, merkuri, akrilik,
aktivitas imunitas dan reaksi hipersensitivitas di cobalt.2
induksi oleh antigen atau alergen. Alergi Alergi makanan merupakan reaksi
merupakan respon imun spesifik yang tidak simpang makanan akibat respon imunologik
diinginkan dan ditandai dengan adanya reaksi abnormal tubuh. Pada rongga mulut manifestasi
hipersensitifitas (peningkatan kepekaan) reaksi alergi terhadap makanan dapat berupa
terhadap suatu alergen. Alergen adalah suatu ulcer kambuhan. Alergi terhadap makanan dapat
benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan melalui berbagai jalur reaksi alergi tipe 1
menimbulkan perubahan.1 Stomatitis alergika (antibody IgE spesific), tipe 2 (reaksi antigen-
merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang antibody dependent cytotoxic), tipe 3 (reaksi

* Oral Medicine Department, Faculty of Dental Medicine, Universitas Mahasaraswati


** Oral Medicine Department, Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga
Korespondensi: raziv.ganesha@unmas.ac.id

Korespondensi: abchandra@unissula.ac.id
ODONTO Dental (menggunakan alamat6.email
Journal. Volume Nomorresmi)
2. Desember 2019
Ganes/ Savitri E/ Hendart 135

kompleks antigen-antibody), dan tipe 4 (tipe melahirkan 6 tahun yang lalu, sariawan sering
lambat). Alergi makanan yang sering terjadi muncul secara periodik 1-2 bulan sekali. Pasien
adalah melibatkan reaksi tipe 1 dan tipe 4, atau mengatakan kadang sariawan yang muncul 2
kombinasi keduanya.3,4 Lokasi stomatitis alergika buah kadang bisa lebih dari 5 buah, posisi terjadi
bisa terjadi di seluruh rongga mulut, akan tetapi sariawan pindah-pindah tapi pernah juga di
lokasi yang paling sering adalah pada mukosa posisi yang sama. Pasien mengatakan akhir-
labial, gingiva, bibir dan lidah.2Prinsip terapi pada akhir ini beban kerja di tempat kerjanya
stomatitis alergika adalah relief of pain, mengalami peningkatan. Pasien mengatakan
mengurangi durasi ulsernya, dan memperbaiki sudah pernah memeriksakan ke dokter spesialis
fungsi normal rongga mulut. Pengobatan THT ± 2 bulan yang lalu kemudian diperiksa tes
stomatitis alergika bisa menggunakan virus tapi hasil negatif, pasien kemudian
kortikosteroid topikal atau sistemik.4 diberikan obat semprot, kemudian sariawan
sempat sembuh tetapi kemudian muncul
TUJUAN
kembali. Selama ini pasien sudah pernah
Tujuan laporan kasus ini adalah untuk memakai enkasari, albotyl, dan kenalog. Pasien
melaporkan mengenai tatalaksana stomatitis mengaku tidak suka makan buah dan sayuran.
alergica karena alergi makanan. Pasien kemudian memeriksakan ke dokter gigi di
poli gigi RSUA 2 hari yang lalu, kemudian dirujuk
KASUS
untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap
Pasien wanita usia 44 tahun datang dan diberikan obat kumur povidone iodine
dengan keluhan banyak sariawan dalam rongga kemudian dirujuk ke spesialis penyakit mulut.
mulut hingga membuat pasien susah makan. Pasien datang membawa hasil pemeriksaan
Pasien mengatakan sariawan muncul sejak 2 darah lengkap dan ingin dirawat.
minggu yang lalu. Pasien mengatakan sariawan
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan
yang muncul kemudian hilang kemudian muncul
pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan
lagi. Pasien mengatakan sebelum sariawan
merokok, pasien mengaku tidak memiliki riwayat
badan pasien tidak panas.Pasien mengatakan
alergi baik pada dirinya maupun keluarga.
sering mengalami sariawan hilang timbul sejak
Pasien mengaku tidak memiliki penyakit ukuran bervariasi, warna keputihan dengan tepi
sistemik. Pasien mengatakan dari riwayat kemerahan terasa sakit. (Gambar 1)
keluarganya memiliki riwayat hipertensi tapi
pasien mengaku tidak memiliki hipertensi dan
sering memeriksakan tensi dan juga gula darah
secara rutin. Pada pemeriksaan ekstra oral
Gambar 1. Kunjungan pertama
kelenjar submandibular teraba kenyal, lunak, dan
tidak sakit. pada pemeriksaan klinis intra oral
pada ventral, lateral lidah, gingiva, dan labial
bawah terdapat ulcer, multiple, bentuk irregular,

ODONTO Dental Journal. Volume 6. Nomor 2. Desember 2019


136 TATALAKSANA STOMATITIS ALERGICAP ADA PENDERITA YANG MENGALAMI STRESS
(Management of Allergic Stomatitisin Patient with Stress)

Hasil pemeriksaan darah lengkap tanggal 5 april TATALAKSANA KASUS


2017
Pasien dirawat selama 6 minggu dengan
Parameter Hasil Nilai Normal
6 kali kunjungan. Pada kunjungan pertama
Hemoglobin 12,9 11,7- 15,3 g/dl
pasien diukur tensi dengan hasil 120/80 mmHg,
Lekosit 9,75 6-12 103/µL
kemudian pasien dilakukan occlusal grinding
Trombosit 421 150-440 103/µL
Eritrosit 4,18 3,8-5,2 103/µL pada gigi 11, 21 dan pembersihan karang gigi.

Hematocrit 37,1 35-47 % Pada kunjungan pertama pasien diberikan obat


MCV 88,8 80-100fl kumur Aloe Vera Ectract Rinse (Aloclair® Oral
MCH 30,9 26-34pg rinse) yang dipakai 4 kali sehari. Pasien
MCHC 34,8 32-36 g/dl kemudian dirujuk untuk melakukan pemeriksaan
RDW 12,5 11,5-14,5% darah (IgE Total). Pada kunjungan kedua pasien
MPV 9,6 6,8-10Fl membawa hasil pemeriksaan darah dengan hasil
Limfosit % 24,1 L 25-40%
642,98 (N: <150). Pasien kemudian dirujuk untuk
Monosit % 9,7 H 2-8 %
melakukan pemeriksaan alergi (Skin Prick Test).
Eosinofil % 1,3 L 2-4%
Pada kunjungan ketiga pasien membawa hasil
Basofil % 0,4 0-1%
tes HIV dengan hasil negative dan hasil tes
Neutrofil % 64,5 50-70%
alergi (Skin Prick Test) (Tabel 2).
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan darah
Debu Rumah + Tepung Sari Rumput - Putih telur itik -
Anamnesis dan pemeriksaan klinis
Bulu Anjing + Tepung Sari Bunga - Kuning telur itik -
pasien didiagnosis sementara suspect stomatitis
alergika dengan diagnosis banding recurrent Bulu Burung - Kapuk + Udang +

apthous stomatitis. Pasien kemudian diukur tensi Daging Sapi + Pindang +

dengan hasil 120/80 mmHg. Pada pasien Daging Ayam - Tongkol -


dilakukan occlusal grinding pada gigi 11,21.
Daging Kambing - Coklat +
Pasien juga diresepkan obat kumur Aloe vera
Susu Sapi - Kacang Tanah +
ectract oral rinseyang dipakai 4 kali sehari.
Putih Telur Ayam - Ragi -
Pasien diberikan pengobatan dengan aloe vera
extract gel pada ulcer. Pasien kemudian dirujuk Kuning Telur Ayam + Tempe -

untuk pemeriksaan IgE total. Pasien Pisang -

diinstruksikan untuk menggunakan obat secara


Pepaya -
teratur, pasien diinstruksikan untuk mulai banyak
makan buah dan sayuran serta minum air putih Tabel 2. Hasil Tes Alergi (Skin Prick Test)

yang cukup, pasien diinstruksikan menjaga


kebersihan rongga mulut. kontrol seminggu
kemudian.

ODONTO Dental Journal. Volume 6. Nomor 2. Desember 2019


Ganes/ Savitri E/ Hendart 137

Setelah hasil pemeriksaan tes alergi (Skin Prick Secara umum memiliki ciri multiple, dasar lesi
Test) pasien kemudian diberikan obat loratadine berwarna putih atau kuning, berpindah-pindah
yang diminum 1x sehari, methyl prednisolone 3x tempat, simtomatis, bersifat kambuhan dan bisa
sehari, hepaprotektor (Hepagard®) 1x sehari dan mengenai semua permukaan mukosa rongga
multivitamin (Becom-Zet®) 1x sehari. Pasien mulut.Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang,
kemudian dirujuk untuk melakukan pemeriksaan maka diagnosis akhir pasien ini adalah stomatitis
darah (Glukosa darah, SGOT, SGPT, Kreatinin) alergika. Hal ini berdasarkan hasil pemeriksaan
dengan hasil Glukosa darah puasa:76 (N:<100), darah IgE total dan uji tusuk kulit (skinprick test).
SGOT: 12,0 (N:0-35), SGPT: 13,1 (N: 0-35) dan Pada pemeriksaan IgE total didapatkan hasil
Kreatinin 0,5 (0,5-0,9). Pada kunjungan ke empat 642,98 dengan (nilai normal <150 KIU/L)
lesi sudah sembuh(Gambar 2). memberikan indikasi bahwa pasien ini memiliki
bakat atau kecenderungan yang kuat untuk
mengalami reaksi alergi sehingga pasien
kemudian dirujuk untuk melakukan pemeriksaan
uji tusuk kulit (skin prick test).4

Skin Prick Test adalah salah satu jenis


tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak
digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan
adanya IgE spesifik yang terikat pada sel
Gambar 2. Lesi sudah sembuh mastosit kulit.5Tes ini relatif mudah dan nyaman
untuk pasien serta tidak mahal. Untuk dokter
Pada kunjungan ke empat dilakukan
hasil pemeriksaan bisa didapatkan hanya dalam
penurunan dosis (tapering of doses) pemakaian
waktu 20 menit sehingga penjelasan bisa
methyl prednisolone menjadi 2x sehari dan
diberikan kepada pasien seketika itu juga.6
kunjungan kelima menjadi 1x sehari. Pada
kunjungan ke enam pengobatan dihentikan. Mekanisme kerja dari skin prick test
Pada setiap kunjungan pasien dilakukan adalah dibawah permukaan kulit terdapat sel
pengukuran tensi dengan hasil 120/80 mmHg. mast, pada sel mast didapatkan granula-granula
Pasien diberikan instruksi untuk menjaga yang berisi histamin. Sel mast ini juga memiliki
kebersihan rongga mulut dan menghindari reseptor yang berikatan dengan IgE. Ketika
makanan penyebab alergi. lengan IgE ini mengenali alergen (misalnya
house dust mite) maka sel mast terpicu untuk
PEMBAHASAN
melepaskan granul-granulnya ke jaringan
Stomatitis alergika adalah suatu ulcer setempat, maka timbulah reaksi alergi karena
kambuhan yang mengenai epitel mukosa rongga histamin berupa bentol (wheal) dan kemerahan
mulut dan sudah melibatkan membrana basalis. (flare).7

ODONTO Dental Journal. Volume 6. Nomor 2. Desember 2019


138 TATALAKSANA STOMATITIS ALERGICAP ADA PENDERITA YANG MENGALAMI STRESS
(Management of Allergic Stomatitisin Patient with Stress)

Pada hasil uji tusuk kulit (skin prick test) penyebabnya sudah jelas yaitu alergi. Pada
didapat hasil positif pada debu rumah, bulu pasien diketahui mengalami stress yang
anjing, kapuk, daging sapi, susu sapi, kuning diketahui dari anamnesis dan dari pemeriksaan
telur ayam, udang, bandeng, pindang, coklat, darah dengan hasil eosinophil berada dibawah
dan kacang tanah. Pasien mengatakan normal, dimana diketahui penurunan nilai
menyukai daging sapi, telur ayam, udang, coklat, eosinophil dapat terjadi pada saat tubuh
dan minum susu sapi dan memelihara anjing. merespon stress.

Alergi makanan sering melibatkan reaksi Pada kunjungan pertama pasien


hipersensitivitas tipe 1 dan tipe 4, maupun diberikan obat kumur aloe vera ectract yang
kombinasi keduanya.3,4Pada kasus ini diduga dapat memberikan rasa nyaman dan mengurangi
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1 lambat rasa sakit karena obat ini dapat membuat barrier
(2-24 jam setelah terpapar alergen), dimana pada permukaan lesi sehingga melindungi lesi
alergen yang ada akan berikatan dengan APC dari paparan atau kontak bahan lain dengan
melalui reseptor FCɛRI (Fc Epsilon Receptor), saraf tepi pada lesi, selain itu asam hialuronat
selanjutnya mengaktivasi TH1 yang kemudian dan aloe vera pada obat ini berfungsi sebagai
akan mengaktifkan IFN-ɣ. Ikatan alergen dengan bahan untuk mendukung proses penyembuhan
APC juga akan mengaktivasi TH2, yang pada kerusakan jaringan mukosa rongga mulut.12
kemudian akan mengaktivasi IL-5 yang pada
Pasien diberikan multivitamin (Becom-
akhirnya akan mengaktifkan eosinofil. Eosinofil
Zet) yang mengandung Vit E 30 iu, vit C 750 mg,
inilah yang menyebabkan kerusakan epitel.
vit B1 15 mg, vit B2 15 mg, vit B6 20 mg, vit B12
Reaksi hipersensitivitas tipe 1 lambat ini juga ikut
12 mcg, folic acid 400 mcg, pantothenic acid 20
dipengaruhi oleh sitokin dan chemokines yang
mg, Zn 22.5 mg, niacin 100 mg. Fungsi dari
dikeluarkan oleh sel mast
masing-masing multivitamin dan mineral ini
Pada kasus ini diagnosis bandingnya adalah vitamin E dan C berfungsi sebagai
adalah Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS), antioksidan, dan perbaikan sistem imun,
yaitu suatu ulcer berulang yang mengenai mempercepat penyembuhan luka, pembentukan
rongga mulut tanpa diketahui secara pasti jaringan ikat., vitamin B1 (Tiamin ), vitamin B2
penyebabnya. Penyebabnya sangat (riboflavin), niacin berfungsi metabolisme
multifaktorial, dengan faktor predisposisi trauma, karbohidrat, vitamin B6 (piridoksin) berfungsi
genetik, alergi, obat-obatan, hormonal, untuk metabolisme protein dan glikogen., vitamin
stres/cemas, dan sistem imun yang B12 (cobalamin) dan asam folat berfungsi untuk
abnormal.3.10.11Secara klinis gambarannya sama, pembentukan sel darah merah, dan sintesis
hanya penyebabnya belum diketahui secara DNA, asam pantotenat berfungsi untuk sistesis
pasti, sementara stomatitis alergika lemak., zinc berfungsi untuk regenerasi sel,

ODONTO Dental Journal. Volume 6. Nomor 2. Desember 2019


Ganes/ Savitri E/ Hendart 139

metabolisme karbohidrat, membantu sebagai terapi suportif berfungsi sebagai


mempercepat regenerasi jaringan yang rusak, hepatoprotektor melindungi liver dari efek
meningkatkan proses penyembuhan luka.13 samping pemberian kortikosteroid.13

Setelah dilakukan skin prick test pasien Selain diterapi obat pasien juga
diberikan metilprednisolon sebagai terapi diberikan edukasi dan instruksi untuk
simptomatis berfungsi sebagai antiinflamasi dan menghindari makanan yang menimbulkan alergi
imunosupresi untuk meredakan ulserasi yang serta mencoba mengganti pola makan dengan
luas, eritema dan nyeri. Metilprednisolon makanan yang tidak menimbulkan alergi. Pada
termasuk kortikosteroid yang bersifat pasien juga diberikan instruksi untuk menjaga
intermediate acting, mempunyai half-life 12-36 kebersihan rongga mulut. Pasien juga
jam dan retensi natrium rendah sehingga dapat diinstruksikan untuk mulai makan buah dan
menurunkan kemungkinan timbulnya efek sayuran serta minum air putih yang cukup untuk
samping. Dosis yang diberikan dapat rendah menjaga kesehatan tubuh.
atau tinggi sesuai tingkat keparahan penyakit
KESIMPULAN
untuk pengendalian penyakit. Mekanisme
antiinflamasi yaitu adanya pelepasan lipokortin
Stomatitis alergika merupakan suatu
yang memiliki aksi inhibisi langsung terhadap
reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh
fosfolipase A2 dalam sel dengan cara
alergen. Untuk menegakkan diagnosis
menginduksi proses fosforilasi enzim,
dibutuhkan anamnesis yang lengkap dan
menghambat pembentukan prostaglandin,
pemeriksaan penunjang. Keberhasilan pada
leukotrin dan derivat jalur asam arakidonat.
kasus ini tidak hanya tergantung pengobatan
Kortikosteroid juga menghambat produksi dan
tetapi juga dibutuhkan kerja sama yang baik
pelepasan sitokin, termasuk interleukin (IL-1), IL-
antara pasien dengan dokter agar perawatan
6 dan tumor nekrosis factor (TNF-α) makrofag,
dapat dilakukan dengan tuntas.
sel langerhans, monosit. Sitokin-sitokin ini terlibat
dalam aktivasi sel T dan mencetuskan kaskade DAFTAR PUSTAKA
imunoreaktif. Pemberian kortikosteroid sistemik
secara tapering-off untuk mencegah terjadinya 1. Holgate Stephen T et al. Allergy 4th ED.

efek withdrawal karena terdepresinya poros SAUNDERS an imprint of Elsevier Limited

Hipotalamus-Pituitary-Adrenal yang bisa timbul 2012.509.

apabila dilakukan penghentian secara tiba- 2. Indrwati, E., Harijanti, K. Management of

tiba.14,15,16 allergic stomatitisdue todailyfoodconsumption.


Dentofasial, Vol.13, No.2, Juni 2014: 129-134.
Pemberian hepagard yang mengandung 3. Wardhana, E.A.D.Recurrent Aphthous
Silybum marianum dried extr 100 mg. Cynarae Stomatitis Caused by Food Allergy (Review
scol extr 50 mg, curcuma longa dried extr 20 mg

ODONTO Dental Journal. Volume 6. Nomor 2. Desember 2019


140 TATALAKSANA STOMATITIS ALERGICAP ADA PENDERITA YANG MENGALAMI STRESS
(Management of Allergic Stomatitisin Patient with Stress)

Article). Journal Acta Medica Indonesiana. 14. Lokanata MD. Pemakaian Glukokortikoid
2010. 42(4). p 236:240 pada Pengobatan. 2006. Jakarta: EGC. Pp.8-
4. Tjokroprawiro A, Setiawan P, Efendi C, 13,15-40
Santoso D, Soegiarto G. Buku Ajar Ilmu 15. Dewoto HR. 2012. Farmakologi dan Terapi.
Penyakit Dalam. 2nd ed. Surabaya: Airlangga Ed 5. Jakarta: FKUI.p 283,505
University Press; 2015;p.1-28 16. Sitompul R. Kortikosteroid dalam Tata
5. Pawarti DR. Tes Kulit dalam Diagnosis Rinitis Laksana Uveitis: Mekanisme Kerja, Aplikasi
Alergi, Media Perhati. Volume 10 2004; Vol Klinis, dan Efek Samping. 2011. J Indon Med
10 no 3 :18-23 Assoc. Vol 61. p 265-9
6. Krouse JH, Marbry RL. Skin testing for
Inhalant Allergy 2003: current strategies.
Otolaryngolo Head and Neck Surgary 2003;
129 No 4 : 34-9.
7. Lie P. An Approach to Allergic Rhinitis,
Respirology & Allergy Rounds. April 2004; 39-
45
8. Valenta,R; Hochwallner, H; Linhart, B; Pahr,
S. Food Allergies: The Basics. Journal of
Gastroenterology.2015;148:p.1120-1131
9. Kumar,R; Abbas,AK;Aster,JC.Robbins and
CotranPathologic Basis of Disease (ninth
Edition). Philadelphia, USA: Elsevier
Saunders.2015:200-206
10. Glick M. Burket's Oral Medicine. 12th ed.
Connecticut (USA): People's Medical
Publishing House; 2015; 4:73-77
11. DeLong L, Burkhart N. General and Oral
Pathology for The Dental Hygienist. 2nd ed.
Baltimore, MD: Lippincott Williams & Wilkins;
2013;331-334,341-346,347-349
12. Kalbemed A. Aloclair Plus [Internet].
Kalbemed.com. 2013 [cited 7 April 2016].
Available from: http://www.kalbemed.com
13. MIMS.com. 114th ed. jakarta; 2009.

ODONTO Dental Journal. Volume 6. Nomor 2. Desember 2019

You might also like