Shynes Ditinjau Dari Five Guidance Needs Pada Remaja SMA Di Makassar - Jurnal Psikologi Poseiodon

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

JURNAL PSIKOLOGI POSEIDON

http://journal-psikologi.hangtuah.ac.id/index.php/jurnal1

SHYNESS DITINJAU DARI FIVE GUIDANCE NEEDS PADA REMAJA SMA DI MAKASSAR
SHYNESS AND FIVE GUIDANCE NEEDS IN MAKASSAR HIGH SCHOOL STUDENTS
Jennifer Chikita, Sitti Murdiana, Ahmad Ridfah
Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar
Info Artikel ABSTRAK
Sejarah artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara shyness dengan 5 guidance
Diterima: 6 Desember needs yaitu educational needs, vocational needs, physic needs, social needs, dan
2018 psychological needs pada remaja SMA di Makassar. Subjek penelitian berjumlah 415
remaja berstatus pelajar SMA di Makassar yang diambil dengan menggunakan teknik
Disetujui: 16 Januari
pengambilan sampel insidental. Alat ukur yang digunakan yaitu dalam bentuk skala,
2019
untuk mengukur tingkat shyness digunakan skala shyness dari Ridfah, dan skala guidance
Dipublikasikan: 1 needs digunakan untuk mengukur guidance needs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Maret 2019 shyness memiliki hubungan yang signifikan dengan guidance needs secara global
maupun dengan masing-masing-masing komponen guidance needs, yaitu educational
needs, vocational needs, physic needs, psychological needs dan social needs. Social needs
memiliki nilai korelasi yang paling tinggi terhadap shyness pada individu dengan nilai r =
-0,448. Penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya guidance needs diukur guna
mengoptimalkan bimbingan yang akan diberikan.

Kata kunci: shyness, guidance needs, remaja

ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between 5 guidance needs, namely
educational needs, vocational needs, physic needs, social needs, and psychological needs
with shyness among Senior High School adolescents in Makassar. A total of 415 Senior
High School adolescent as the subject in this study by using accidental sampling
technique. Inventory that used to assess shyness is Ridfah’s shyness inventory and
guidance needs inventory to assess guidance needs. The Result showed that shyness
have significant relationship with guidance needs and all the areas, which are educational
needs, vocational needs, physic needs, psychological needs and social needs. Results
revealed that the among the five areas of guidance needs, social needs have the highest
correlation value to shyness in individuals with r = -0,448. This study revealed that the
need for guidance needs is measured in order to optimize the guidance to be provided.

Keywords: shyness, guidance needs, adolescent


Alamat korespondensi: p-ISSN: 2262-6863
Jl. Mapala No.1, Tidung, Kec. Rappocini, e-ISSN:2622-464x
Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222
Jeniferchikita97@gmail.com

39
PENDAHULUAN dari berbagai sumber. Mereka mungkin
saja melakukan beberapa kesalahan
sebelum memilih berbagai keputusan
Masa remaja merupakan masa
terkait kesehatan, pendidikan, hubungan,
peralihan individu berproses menuju
karir dan pekerjaan. Kesulitan yang ditemui
dewasa dan dituntut untuk menyesuaikan
dalam mengambil keputusan dan
diri dengan lingkungan sekitarnya. Hurlock kebingungan peran pada saat remaha
(1980) menjelaskan bahwa masa remaja
dapat menimbulkan masalah perilaku yang
diawali mulai umur 13 sampai 17 tahun.
membuat remaja menyimpang dari
Bas (2010) mengatakan bahwa individu
perkembangan normal. Remaja
pada dasarnya adalah mahluk sosial,
menghadapi tantangan dan banyak
dimana individu ingin membentuk serta
gangguan di sekolah. Remaja saat ini hidup
membina hubungan yang positif dan
di dunia dimana tidak ada batasan bagi
signifikan.
mereka, mereka perlu beradaptasi lebih
Selama proses untuk membuat sering dan lebih banyak untuk dapat
individu mampu mengembangkan memenuhi tuntutan dari masyarakat (Seeja,
kemampuannya, individu perlu diberikan 2015). Untuk membantu remaja
bimbingan. Valentina dan Singh (2014) menghadapi tantangan dan realita yang
mengemukakan bahwa bimbingan penting mereka hadapi dalam lingkungan yang
pada setiap tahap kehidupan individu. penuh perubahan, membantu mereka
Walgito (2004) mengemukakan bahwa memahami diri mereka sendiri dan
dengan bimbingan, individu dapat menyadari potensi dalam diri mereka serta
menghindari dan mengatasi kesulitan- mengidentifikasi kesempayan yang tersedia
kesulitan atau pun persoalan-persoalan di dunia saat ini, remaja membutuhkan
yang individu hadapi dalam kehidupannya. guidance atau bimbingan.
Jadi kesimpulannya adalah agar bimbingan
Untuk membantu remaja
yang tepat dapat diberikan kepada
menghadapi tantangan dan realita yang
individu, sebelum diberikan bimbingan,
mereka hadapi dalam lingkungan yang
individu sebaiknya perlu tahu guidance
penuh perubahan, membantu mereka
needs pada dirinya. Guidance needs pada
memahami diri mereka sendiri dan
individu dapat diukur guna memudahkan
menyadari potensi dalam diri mereka serta
individu untuk melihat area bagian
mengidentifikasi kesempatan yang tersedia
manakah yang lebih membutuhkan di dunia saat ini, remaja membutuhkan
bimbingan. Guidance needs merupakan
guidance atau bimbingan. Bimbingan
kebutuhan bimbingan yang dimiliki oleh
sangat diperlukan di masa remaja, terdapat
setiap individu, yang terdiri dari area-area
beberapa dampak yang dapat muncul jika
dalam diri individu yang perlu diberikan
remaja tidak mendapat bimbingan, yaitu (1)
bimbingan. Parhar, Kaur, dan Kaur (2013)
remaja dapat ‘membuang’ waktu mereka
mengemukakan bahwa area guidance
yang sebenarnya dapat digunakan untuk
needs yang terdapat pada individu ada lima
terlibat dalam pembelajaran yang
yaitu fisik, sosial, psikologis, pendidikan,
konstruktif, karena mereka melakukan trial-
dan keterampilan.
and-error dalam usaha menguasai tugas
Salah satu tugas perkembangan perkembangannya, dimana proses
utama dari remaja adalah berpindah status mencoba tersebut dapat menjerumuskan
dari bergantung menjadi mandiri dan remaja pada kenakalan remaja, bunuh diri
menetapkan identitas. Saat remaja ingin maupun depresi. (2) remaja dapat
mandiri, ia mulai mengambil berbagai nilai berkurang rasa kepercayaan dirinya dan

40
motivasinya ketika ia menjalani tugas-tugas tidak dapat dihindari dan shyness
yang sulit (3) remaja dapat terganggu berhubungan langsung dengan banyak
aspek psikologisnya dalam transisi masa aspek dari sifat individu. Cheek
kanak-kanak menuju dewasa jika prosesnya mengemukakan bahwa shyness adalah
tidak lancar dan lambat (Valentina dan sebuah kecenderungan pada individu
Sing, 2014). Oleh karena dampak yang untuk merasa tegang, khawatir, ataupun
ditimbulkan dari tidak adanya guidance canggung, saat individu melakukan
tersebut penelitian mengenai guidance interaksi sosial terutama dengan individu-
need perlu dilakukan. individu yang masih asing. Berdasarkan dari
Pada pembahasan di atas telah dapat beberapa penelitian di atas, terlihat bahwa
diketahui bahwa remaja mengalami fenomena shyness sudah banyak terjadi di
beberapa permasalahan jika tidak berbagai negara dan shyness juga ternyata
mendapatkan bimbingan. Salah satu hal juga dialami oleh remaja (Manning & Ray,
yang dapat membuat remaja terlibat dalam 1993).
permasalahan sehingga mereka Henderson, Zimbardo, dan Carducci
memerlukan bantuan adalah shyness. (1999) mengemukakan bahwa individu
Shyness adalah bentuk fokus pada diri yang mengalami shyness dapat
yang berlebihan, keadaan terlalu mendapatkan banyak masalah, seperti
memikirkan pemikiran, perasaan dan reaksi misalnya individu tidak mendapatkan
fisik diri sendiri (D’Souza dan Jayaraju, keuntungan dari interaksi sosial, kurangnya
2008). Beberapa penelitian menunjukkan ekspresi verbal dan nonverbal, serta
bahwa shyness dapat memunculkan individu yang mengalami shyness lebih
konsekuensi berupa permasalahan pada dapat merasa kesepian dibandingkan
remaja, diantaranya menyebabkan individu yang tidak mengalaminya. Hasil
meningkatnya kecemasan (D’Souza, 2003), kuisoner yang dibagikan pada 100 remaja
meningkatnya reaksi takut (D’Souza, yang berstatus pelajar SMA di Makassar (13
Gowda dan Gowda, 2006) dan shyness laki-laki dan 87 perempuan) menunjukkan
dapat menyebabkan remaja memiliki self bahwa, semua remaja laki-laki dan
esteem rendah serta konsep diri yang perempuan mengalami shyness. Gejala-
menurun (D’Souza, 2005; D’Souza, Urs dan gejala yang timbul pada individu yaitu
Ramaswamy, 2003) tegang, gugup, khawatir, keringat dingin,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh gemetar, diam, gelisah atau merasa tidak
Wulandari (2016) pada 300 siswa SMA di nyaman, serta jantung yang berdegup
Kabupaten Bulukumba mengenai kencang, pucat, malu, dan mengalihkan
hubungan shyness dengan harga diri pada pandangan. Dampak yang dialami oleh
siswa SMA di Kabupaten Bulukumba individu adalah merasa tidak percaya diri,
menunjukkan bahwa semua siswa sakit kepala, susah tidur, stres, aktivitas
mengalami shyness, 5 orang mengalami terganggu, merasa malu, cemas, tidak
tingkat shyness yang tinggi, 205 orang dapat berkomunikasi dengan baik, pikiran
memiliki tingkat shyness yang sedang, dan tidak tenang, tidak dapat berkonsentrasi,
90 orang memiliki tingkat shyness yang tidak merasa tenang, kurang bersosialisasi,
rendah. merasa takut, frustasi, merasa ragu-ragu,
merasa dikucilkan, dan berpikiran negatif
Remaja yang mengalami shyness,
terhadap orang lain.
tidak dapat berinteraksi serta bersosialisasi
dengan baik, baik itu dengan individu lain Hasil penelitian yang dilakukan
ataupun kelompok. Bas (2010) menjelaskan Husen (2011) mengenai pelatihan
bahwa shyness merupakan emosi yang komunikasi efektif untuk mengurangi

41
shyness pada mahasiswa pendatang di bimbingan, dan sebelum bimbingan
Makassar pada 247 mahasiswa dilakukan, perlunya mengetahui area untuk
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dibimbing sangatlah penting, karena
tingkat shyness pada mahasiswa pendatang dengan mengetahui guidance needs pada
yang mengikuti pelatihan dengan individu, akan dapat memudahkan individu
mahasiswa pendatang yang tidak untuk mengetahui area mana yang kurang
mengikuti pelatihan. Berdasarkan penelitian dan lebih butuh bimbingan terutama pada
di atas, terlihat bahwa individu yang individu yang mengalami shyness.
mengalami shyness memang perlu Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya,
diberikan bimbingan agar kemudian dapat peneliti berasumsi bahwa individu yang
melatih kemampuannya untuk berinteraksi berusia sekitar 13-17 tahun yang umumya
dengan lebih baik. Jones (Walgito, 2004) masih di sekolah menengah ke atas
menjelaskan bahwa tujuan mendasar dari mengalami shyness sehingga perlu
guidance atau bimbingan adalah diberikan bimbingan di berbagai area
mengembangkan individu sampai batas guidance needs. Maka dari itu, hipotesis
kapasitasnya, kemampuan untuk membuat dalam penelitian ini adalah hubungan
individu memecahkan masalahnya sendiri, dengan shyness dengan guidance needs
serta membuat individu mampu serta kelima area guidance needs pada
menyesuaikan diri. remaja SMA di Makassar. Penelitian yang
Individu yang mengalami shyness bertujuan untuk mengetahui hubungan
merupakan individu yang kebutuhan untuk antara shyness dengan lima guidance
dibimbingnya lebih tinggi dibandingkan needs remaja sudah pernah dilakukan
dengan individu lain yang tidak mengalami sebelumnya di India. Di Indonesia,
shyness. D’Souza, Urs, dan Jayaraju (2008) penelitian mengenai hubungan shyness
kemudian meneliti tentang hubungan dengan lima guidance needs belum pernah
antara shyness dan guidance needs pada dilakukan. Sehingga, penelitian ini perlu
remaja, dengan mengambil subjek dilakukan.
sebanyak 260 siswa SMA. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa shyness METODE
mempunyai hubungan langsung dengan
dua area guidance needs, yaitu pada area
Variabel bebas dalam penelitian ini
sosial dan pendidikan serta jumlah
guidance needs. Hasilnya juga menunjukkan adalah shyness. Shyness merupakan
ketidakmampuan individu untuk
bahwa semakin tinggi tingkat shyness,
berinteraksi dengan orang lain serta
maka guidance needs pada individu juga
merasakan ketidaknyamanan, cenderung
meningkat. Penelitian ini merupakan
akan merasa tegang, cemas, ataupun malu
penelitian replikasi dari penelitian D’Souza,
jika berinteraksi dengan individu lainnya.
Urs dan Jayarayu tersebut.
Variabel terikat pertama dalam penelitian
Remaja yang mengalami shyness
ini adalah guidance needs yaitu kebutuhan
akan lebih mengalami kesulitan seperti saat
individu untuk diberikan bimbingan.
bertemu orang baru, berkomunikasi
Variabel terikat kedua dalam penelitian ini
dengan orang lain, atau saat akan
adalah educational needs, yaitu kebutuhan
mengutarakan pendapat dihadapan banyak
individu untuk dibimbing di area edukasi.
orang dibandingkan dengan individu yang
Variabel terikat ketiga dalam
tidak mengalami shyness. Maka dari itu
jelaslah bahwa remaja yang mengalami penelitian ini adalah vocational needs, yaitu
kebutuhan untuk mengetahui dan
shyness akan lebih membutuhkan

42
mempersiapkan diri di dunia kerja dan berdasarkan lima jenis needs menurut
menemukan tempat untuk diri sendiri Grewal (Sejaa & Anthony, 2015) yaitu
dalam masyarakat dengan pandangan educational needs, vocational needs,
untuk mencapai pemenuhan diri. Variabel physical needs, social needs, dan
terikat keempat dalam penelitian ini psychological needs yang dikemukakan
adalah physical needs kepuasaan yang oleh Grewal (Sejaa & Anthony, 2015)
mungkin dapat ditimbulkan oleh dimana terdapat 21 aitem pernyataan
bimbingan pribadi perguruan tinggi dengan pilihan jawaban mulai dari
dengan memberikan kepada siswa tentang sangat setuju sampai sangat tidak
kebugaran fisik, jam belajar, dan istirahat. setuju.
Variabel terikat kelima dalam penelitian ini
adalah social needs, yang mengacu pada Skala divalidasi oleh lima professional
ketersediaan lingkungan sosial judgment, Aitem-aitem yang dianalisis
menyenangkan dari perguruan tinggi, menggunakan formula Aiken’s V. Nilai
seperti sahabat, dimana individu tersebut Aikens V yang diperoleh berkisar antara 0,7
bertemu, dan bekerja dengan satu sama sampai 0,8. Daya diskriminasi aitem dari
lain serta merasakan penghargaan di skala shyness setelah uji coba menunjukkan
lingkungan sosial. bahwa dari 43 aitem terdapat 7 aitem yang
Variabel terikat kelima dalam gugur, sehingga tersisa 36 aitem dimana
penelitian ini adalah psychological needs, koefisien korelasi total dari aitem yang
yang merujuk kepada keinginan pribadi tidak gugur dalam penelitian ini bergerak
individu yang berhubungan dengan dari 0,265-0,65. Confirmatory factor
kepuasan emosional individu yang analysis aitem shyness setelah dilakukan
diberikan oleh orang yang akan daya diskriminasi menunjukkan dari 36
memberikan bimbingan. Populasi dalam aitem terdapat 15 aitem yang gugur
penelitian ini berjumlah 19.637 yang dengan loading factor <0,5, sehingga
merupakan remaja dengan rentang usia tersisa 21 aitem dengan nilai alpha sebesar
13-17 tahun, berjenis kelamin laki-laki 0,753.
maupun perempuan yang masih berstatus Hasil uji reliabilitas untuk skala
pelajar SMA dan aktif. shyness memperoleh nilai cronbach’s alpha
sebanyak 0,928. Nilai cronbach’s alpha
Sampel yang digunakan dalam
tersebut menunjukkan bahwa tingkat
penelitian ini adalah teknik accidental
reliabililtas dari skala shyness berada pada
sampling. Jumlah sampel dalam penelitian
kategori sangat baik. Untuk skala guidance
ini 415 remaja SMA (180 laki-laki dan 235
needs yaitu 0,753 yang berarti tingkat
perempuan). Pengumpulan data dilakukan
reliabilitasnya sangat baik, sehingga
menggunakan skala psikologi dengan
sedangkan untuk komponen educational
model Likert. Skala yang digunakan oleh
needs yaitu 0,96 yang berarti tingkat
peneliti yaitu:
reliabilitasnya sangat baik, pada komponen
a. Skala shyness, yang digunakan
vocational needs yaitu 0,95, yang berarti
merupakan skala adaptasi yang
tingkat reliabilitasnya sangat baik,
dikembangkan oleh Ridfah (2006),
komponen physic needs yaitu 0,94, yang
dimana terdapat 39 aitem pernyataan
berarti tingkat reliabilitasnya sangat baik,
dengan pilihan jawaban mulai dari
komponen social needs yaitu 0,96, yang
sangat setuju sampai sangat tidak
berarti tingkat reliabilitasnya sangat baik,
setuju. dan pada komponen psychological needs
b. Skala guidance needs, yang digunakan
yaitu 0,95, yang berarti tingkat
merupakan skala yang dibuat

43
reliabilitasnya sangat baik. Hasil yang
menunjukkan tingkat reliabilitas yang
sangat baik menandakan bahwa, skala
mampu memberikan hasil pengukuran
yang cermat (sedikit error) atau dapat
memberikan hasil informasi yang sama
meskipun dilakukan pengukuran berkali-
kali
Data dalam penelitian ini dianalisis Gambar 2. Persentase Jenis Kelamin
dengan statistik deskriptif dengan melihat
frekuensi dan prosentase responden Data deskripsi dari shyness
berdasarkan jenis kelamin, usia dan level didapatkan dari hasil respon jawaban
ketegori shyness serta kategori guidance terhadap skala yang diberikan kepada
needs. Pengujian hipotesis dilakukan subjek penelitian. Skala shyness berjumlah
dengan menggunakan program Jeffrey’s 39 aitem yang rentang skornya adalah
Amazing Statistical Program (JASP) 0.8 6.0 antara 1 sampai 5. Kategorisasi respon
dengan teknik korelasi Spearman Rho yang digunakan oleh peneliti pada skala
untuk melihat hubungan antar variabel shyness yaitu bergerak dari 1 sampai 5,
dengan data berbentuk ordinal. Selain itu, dimana respon terendah dari total 39 aitem
peneliti juga menguji perbedaan tingkat adalah 1 dan respon tertinggi adalah 5.
shyness dengan guidance needs pada laki- Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa skor
laki dan perempuan dengan MANOVA. terendah pada skala shyness adalah 42,
sedangkan skor tertinggi adalah 176
HASIL dengan nilai mean yaitu 105,07 dan standar
deviasinya sebesar 22,016. Data dari tabel 2
Subjek dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat 106 subjek
merupakan remaja yang berstatus pelajar
yang memiliki tingkat shyness yang rendah
SMA di Makassar yang berjumlah 415
dengan persentase 25%, 102 subjek
Orang (180 laki-laki dan 235 perempuan).
mempunyai tingkat shyness dengan
Deskripsi subjek penelitian dapat dilihat
persentase 25%, dan 207 sebanyak subjek
pada gambar 1 dan gambar 2. Pada
yang memiliki tingkat shyness yang tinggi
gambar 1 terlihat bahwa rata-rata umur
dengan persentase 50%. Hasil dari
dari 415 subjek penelitian yaitu sebanyak
kategorisasi di atas dapat dilihat bahwa
39% berusia 17 tahun, 55% berusia 16
sebanyak 207 remaja SMA di Makassar
tahun, 6% berusia 15 tahun. Sedangkan
yang menjadi subjek penelitian mempunyai
pada gambar 2 dapat dilihat bahwa dari
tingkat shyness yang tinggi.
415 subjek penelitian, terdapat 57%
Hasil perhitungan data shyness
perempuan dan 43% laki-laki.
dapat dilihat pada tabel 1 dan 2:

Tabel 1. Deskripsi variabel shyness


Variabel Min Maks Mean SD
Shyness 42 176 105,07 22,016

Gambar 1. Persentase Umur

44
Tabel 2. Kategorisasi Skor Shyness adalah tabel hasil perhitungan data
n (%) Kategori guidance needs.
106 25% Rendah
Shyness 102 25% Sedang
Tabel 4. Kategorisasi Skor Guidance Needs
207 50% Tinggi
N % Kategori
218 53% Membutuhkan
Remaja SMA di Makassar yang Guidance bimbingan
Needs 197 47% Kurang membutuhkan
menjadi subjek penelitian lebih banyak
bimbingan
mengalami shyness pada kategori tinggi, 178 43% Membutuhkan
hal tersebut menunjukkan bahwa sampel Educational bimbingan
sering merasakan ketidaknyaman atau Needs 237 57% Kurang membutuhkan
merasa cemas pada situasi tertentu bimbingan
218 53% Membutuhkan
misalnya seperti saat berbicara di depan
Vocational bimbingan
umum, dengan orang yang lebih tua, Needs 197 43% Kurang membutuhkan
ataupun dengan orang asing. bimbingan
Data deskripsi dari guidance needs 227 55% Membutuhkan
didapatkan dari hasil respon jawaban Physical bimbingan
Needs 118 45% Kurang membutuhkan
terhadap skala yang diberikan kepada
bimbingan
subjek penelitian. Skala guidance needs 164 40% Membutuhkan
berjumlah 21 aitem yang terdiri atas 5 bimbingan
Social Needs
aitem educational needs, 5 aitem vocational 251 60% Kurang membutuhkan
needs, 4 aitem physic needs, 3 aitem social bimbingan
194 47% Membutuhkan
needs, dan 4 aitem psychological needs.
Psychological bimbingan
Rentang skor skala guidance needs adalah 221 53% Kurang membutuhkan
needs
antara 1 sampai 5. Kategorisasi respon bimbingan
yang digunakan oleh peneliti pada
guidance needs yaitu bergerak dari 1
sampai 5, dimana respon terendah dari Data dari tabel 4 menunjukkan bahwa
total 5 aitem adalah 1 dan respon tertinggi terdapat 218 subjek yang memiliki nilai
adalah 5. guidance needs di bawah nilai mean
dengan persentase sebesar 53%, 197
subjek mempunyai nilai guidance needs di
Tabel 3. Deskripsi Guidance Needs
atas nilai mean dengan persentase 47%.
Variabel Min. Maks. Mean SD.
Hasil dari kategorisasi di atas dapat dilihat
Guidance Needs 33 100 72,19 9,67 bahwa kebanyakan remaja SMA di
Educational Needs 5 25 18,97 25,00 Makassar membutuhkan bimbingan.
Vocational Needs 8 25 18,21 3,21
Physic Needs 4 20 12,36 2,45
Social Needs 4 15 11,84 2,58
Psychological 4 20 10,81 3,02
Needs

Pada tabel 3, dapat dilihat bahwa


skor terendah pada guidance needs adalah
33, sedangkan skor tertinggi adalah 100
dengan nilai mean yaitu 72,188 dan standar
deviasinya sebesar 9,667. Tabel 3 dan 4

45
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis educational needs. Jika sebaliknya, maka
Hipotesis Variabel r sampel kurang membutuhkan bimbingan
Hipotesis 1 Shyness & Guidance -0,421
di area educational needs. Kesimpulannya
Needs (p<0,001)
Hipotesis 2 Shyness & -0,196
bahwa shyness mempunyai hubungan
educational needs (p<0,001) berbanding terbalik secara signifikan
Hipotesis 3 Shyness & vocational -0,268 terhadap educational needs.
needs (p<0,001)
Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi
Hipotesis 4 Shyness & physics 0,196
needs (p<0,001) p = <0,001, dimana taraf signifikansi yang
Hipotesis 5 Shyness & social -0,448 dipilih adalah sebesar α = 0,001. Nilai
needs (p<0,001) signifikansi p lebih kecil dari nilai 𝛼, berarti
Hipotesis 6 Shyness & -0,267 shyness mempunyai korelasi secara
psychological needs (p<0,001)
signifikan terhadap vocational needs. Uji
hipotesis pada tabel di atas menunjukkan
Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi bahwa nilai tingkat korelasi antara shyness
p = <0,001, dimana taraf signifikansi yang dengan vocational needs demikian rendah
dipilih adalah sebesar α = 0,001. Nilai yaitu r = -0,268. Koefisien korelasi dalam
signifikansi p lebih kecil dari nilai 𝛼, berarti penelitian ini menunjukkan arah korelasi
shyness mempunyai korelasi secara hubungan yang negatif, artinya semakin
signifikan terhadap guidance needs. Uji subjek membutuhkan bimbingan pada area
hipotesis pada tabel di atas menunjukkan vocational needs, maka semakin tinggi pula
bahwa nilai tingkat korelasi antara shyness skor shyness, sehingga sampel
dengan guidance needs sedemikian rendah membutuhkan bimbingan di area
yaitu r = -0,421. Koefisien korelasi dalam vocational needs. Kesimpulannya bahwa
penelitian ini menunjukkan arah korelasi shyness mempunyai hubungan berbanding
hubungan yang negatif, artinya semakin terbalik secara signifikan terhadap
subjek membutuhkan bimbingan, maka vocational needs.
semakin tinggi pula skor shyness, sehingga Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi
subjek membutuhkan bimbingan. p = <0,001, dimana taraf signifikansi yang
Kesimpulannya bahwa shyness mempunyai dipilih adalah sebesar α = 0,001. Nilai
hubungan berbanding terbalik secara signifikansi p lebih kecil dari nilai 𝛼, berarti
signifikan terhadap guidance needs. shyness mempunyai korelasi secara
Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi signifikan terhadap physic needs. Uji
p = <0,001, dimana taraf signifikansi yang hipotesis pada tabel di atas menunjukkan
dipilih adalah sebesar α = 0,001. Nilai bahwa nilai tingkat korelasi antara shyness
signifikansi p lebih kecil dari nilai 𝛼, berarti dengan physic needs sedemikian rendah
shyness mempunyai korelasi secara yaitu r = -0,196. Koefisien korelasi dalam
signifikan terhadap educational needs. Uji penelitian ini menunjukkan arah korelasi
hipotesis pada tabel di atas menunjukkan hubungan yang negatif, artinya semakin
bahwa nilai tingkat korelasi antara shyness subjek membutuhkan bimbingan pada area
dengan educational needs sedemikian physic needs, maka semakin tinggi pula
rendah yaitu r = -0,196. Koefisien korelasi skor shyness, sehingga sampel
dalam penelitian ini menunjukkan arah membutuhkan bimbingan di area physic
korelasi hubungan yang negatif, artinya needs. Kesimpulannya bahwa shyness
semakin subjek membutuhkan bimbingan mempunyai hubungan berbanding terbalik
pada area educational needs, maka semakin secara signifikan terhadap physic needs.
tinggi pula skor shyness, sehingga sampel Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi
membutuhkan bimbingan di area p = <0,001, dimana taraf signifikansi yang

46
dipilih adalah sebesar α = 0,001. Nilai Berdasarkan dari hasil MANOVA, nilai
signifikansi p lebih kecil dari nilai 𝛼, berarti mean dari guidance needs beserta area
shyness mempunyai korelasi secara guidance needs berdasarkan perbedaan
signifikan terhadap social needs. Uji level shyness dan jenis kelamin. Hasil
hipotesis pada tabel di atas menunjukkan tersebut juga menunjukkan bahwa semua
bahwa nilai tingkat korelasi antara shyness nilai p dari level shyness terhadap semua
dengan social needs sedemikian rendah area guidance needs, signifikan. Nilai p dari
yaitu r = -0,448. Koefisien korelasi dalam jenis kelamin dengan vocational needs,
penelitian ini menunjukkan arah korelasi social needs, dan guidance needs, juga
hubungan yang negatif, artinya semakin signifikan. Kesimpulan uji MANOVA
subjek membutuhkan bimbingan pada area menunjukkan bahwa level shyness
social needs, maka semakin tinggi pula skor mempunyai hubungan secara signifikan
shyness, sehingga sampel membutuhkan terhadap kelima area dari guidance needs,
bimbingan di area social needs. dan juga jenis kelamin berpengaruh secara
Kesimpulannya bahwa shyness mempunyai signifikan terhadap vocational needs, social
hubungan berbanding terbalik secara needs, dan guidance needs.
signifikan terhadap social needs.
Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi DISKUSI
p = <0,001, dimana taraf signifikansi yang
dipilih adalah sebesar α = 0,001. Nilai
Henderson, Zimbardo, dan Carducci
signifikansi p lebih kecil dari nilai 𝛼, berarti
(1999) mengemukakan bahwa shyness
shyness mempunyai korelasi secara
didefinisikan sebagai pengalaman self-focus
signifikan terhadap psychological needs. Uji
yang berlebihan, ditandai dengan evaluasi
hipotesis pada tabel di atas menunjukkan
diri yang negatif yang menyebabkan
bahwa nilai tingkat korelasi antara shyness
ketidaknyamanan dan penghambatan
dengan psychological needs sedemikian
dalam situasi sosial. Henderson, Zimbardo,
rendah yaitu r = -0,267. Koefisien korelasi
dan Carducci (1999) juga mengemukakan
terbalik secara signifikan terhadap
bahwa pengalaman shyness dapat terjadi
psychological needs. Kekurangan dalam
ditandai dengan kognitif, (evaluasi diri
penelitian ini adalah peneliti hanya
negatif yang berlebihan), afektif
mengukur lima komponen atau area
(kecemasan yang tinggi), psikologis
guidance needs dari individu.dalam
penelitian ini menunjukkan arah korelasi (jantung berdegup cepat), perilaku (gagal
merespon dengan baik), dan mungkin
hubungan yang negatif, artinya semakin
dipicu oleh berbagai isyarat situasional.
subjek membutuhkan bimbingan pada area
psychological needs, maka semakin tinggi Remaja yang mengalami tingkat
pula skor shyness, sehingga sampel shyness yang tinggi berarti sudah sering
membutuhkan bimbingan di area mengalami kejadian seperti jantung yang
psychological needs. Kesimpulannya bahwa berdegup cepat ketika berbicara dengan
shyness mempunyai hubungan berbanding orang yang lebih tua, orang asing, atau
Peneliti juga menguji perbedaan bahkan berbicara dengan teman sebaya.
tingkat shyness dengan guidance needs Individu yang mengalami shyness
pada laki-laki dan perempuan, dan mengalami persepsi tentang dirinya yang
perbedaan shyness dengan kelima keliru, sering tidak percaya diri dengan
komponen guidance needs pada laki-laki penampilannya, merasa tidak nyaman
dan perempuan dengan MANOVA. berada di lingkungan sekitar, baik itu
lingkungan keluarga, sekolah, ataupun

47
lingkungan tempat kerja. Carducci dan kelima area yaitu educational, vocational,
Golant (2009) menjelaskan bahwa faktor physic, social, dan psychological.
yang mempengaruhi shyness yaitu seperti Berdasarkan tabel 5, menunjukkan
perlakuan kasar, bahan kimia dalam otak bahwa nilai korelasi antara shyness dengan
dan reaktifitas (tempramen bawaan sejak guidance needs yaitu r = -0,421 dimana
lahir), orang tua yang over-protektif, nilai signifikansinya adalah p = <0,001, nilai
kurangnya kemampuan beradaptasi, korelasi educational needs yaitu r = -0,196
persepsi tentang diri sendiri yang keliru, dimana nilai signifikansinya adalah p =
penampilan fisik, sensitifitas yang <0,001. Nilai korelasi antara vocational
berlebihan terhadap perilaku diri sendiri, needs dengan shyness yaitu r = -0,268
masa transisi dalam hidup seperti dimana nilai signifikansinya adalah p =
berangkat ke sekolah, perceraian, dan <0,001. Nilai korelasi antara physic needs
pekerjaan baru, ekspektasi dari budaya, dan dengan shyness yaitu r = -0,196, dimana
tidak adanya toleransi. Bas (2010) nilai signifikansinya adalah p = <0,001.
melakukan penelitian tentang hubungan Nilai korelasi antara social needs dengan
shyness dan loneliness. Hasil penelitian shyness yaitu r = -0,448 dimana nilai
tersebut menunjukkan hubungan positif signifikansinya adalah p = <0,001. Nilai
antara shyness dengan loneliness. Sampel korelasi antara psychological needs dengan
dengan shyness yang tinggi memiliki shyness yaitu r = -0,267 dimana nilai
kesulitan yang lebih parah untuk signifikansinya adalah p = <0,001.
melakukan keterampilan sehari-hari seperti
Pada tabel 5 menunjukkan nilai
berinteraksi dengan orang lain hingga
korelasi antara shyness dengan guidance
dapat membuat sampel akan merasa
needs yaitu r = -0,421, yaitu terdapat
dikucilkan oleh orang lain hingga merasa
hubungan antara Shyness dengan Guidance
kesepian.
Needs, dimana jika individu mengalami
Grewal (Kaur, 2015) menyatakan shyness, maka individu tersebut
bahwa guidance needs dapat menyusun memerlukan suatu bimbingan. Hal tersebut
sistem kebutuhan masing-masing siswa juga menunjukkan bahwa shyness yang
sehingga dapat diketahui sampai sejauh dimiliki oleh individu berhubungan dengan
mana sekolah ataupun sistem bimbingan tingkat guidance needs yang dimiliki oleh
memberikan kepuasan untuk setiap jenis remaja SMA di Makassar. Hasil dari
kebutuhan yang dimiliki oleh individu. penelitian inisesuai dengan penelitian yang
Guidance needs pada sampel berada di dilakukan D’Souza, Urs, dan Jayaraju (2008)
bawah nilai mean, hal tersebut tentang hubungan antara shyness dan
menunjukkan bahwa sampel penelitian guidance needs pada remaja. Hasil dari
berada dalam tahap dimana subjek belum penelitiannya menunjukkan bahwa semakin
mengetahui potensi diri, belum dapat tinggi tingkat shyness, maka guidance needs
menentukan pilihan agar dapat pada individu juga meningkat.
mewujudkan tujuannya, belum mengetahui
Remaja yang mengalami shyness
kemampuan untuk dikembangkan, belum
tidak dapat berinteraksi dengan baik
merasa cukup puas dengan jam
dengan orang lain di sekitarnya, selain itu
beraktivitas di sekolahnya, kurangnya
sebagai pelajar, remaja juga dihadapkan
kemampuan untuk berinteraksi dengan
dengan situasi dimana ia akan berbicara di
orang lain dan sikap menghargai orang
depan umum, misalnya pada saat
lain, belum lebih terbuka untuk
presentasi. Remaja yang mengalami
menceritakan masalahnya. Kesimpulannya
shyness juga sulit menemukan teman baru
adalah sampel membutuhkan bimbingan di
dan cenderung merasa cemas dengan

48
kondisi tertentu, misalnya seperti saat akan mewujudkan cita-citanya, mampu
menghadapi ujian. Remaja yang mengalami mengembangkan kebiasaan belajar yang
shyness tentunya memerlukan bimbingan. benar. Nilai korelasi antara shyness dengan
Bimbingan diperlukan guna vocational needs yaitu r = -0,268, hal
membantu individu yang mengalami tersebut menunjukkan bahwa sampel yang
shyness agar lebih dapat mengontrol mengalami shyness memerlukan bimbingan
dirinya.Bimbingan juga dapat membantu pada area vocational needs, dimana
individu agar dapat membuat individu individu perlu dibimbing untuk mengetahui
tidak merasa kesepian, karena individu apakah bakat dan keahlian yang dimiliki
yang mengalami shyness cenderung malu, telah sesuai dengan kebutuhan dalam
canggung, dan merasa dikucilkan, sehingga pekerjaan yang ia ingin geluti nantinya,
individu dapat merasa kesepian. Selain dari mengetahui dan mempersiapkan diri untuk
hal tersebut, individu yang mengalami dunia kerja. Nilai korelasi antara shyness
shyness juga dapat menghambat diri denganphysic needs yaitu r = -0,196, yang
remaja menjadi lebih berkembang. berarti individu yang mengalami shyness
memerlukan bimbingan di area physic
Pada saat remaja individu seharusnya
needs, dimana sampel perlu dibimbing
sudah dapat menentukan pilihan untuk
untuk mengatur jam belajar atau
hidupnya sendiri, individu seharusnya
melakukan aktifitas fisik lainnya seperti
sudah mampu untuk melihat bakat yang
berolahraga. Nilai korelasi antara shyness
ada dalam dirinya, agar bisa
dengan social needs yaitu r = -0,449, yang
dikembangkan. Dari hasil penelitian
berarti individu yang mengalami shyness
menunjukkan bahwa remaja yang
memerlukan bimbingan pada area social,
mengalami shyness, juga masih
dimana sampel perlu dibimbing untuk
memerlukan bimbingan untuk membuat
bersosialisasi dengan lebih baik dengan
individu tersebut bisa menentukan bahwa
cara mengembangkan hubungan sosial dan
dengan bakat yang ia punya, apa yang
mempunyai sikap toleransi dengan orang
akan bisa dilakukan ketika berada di dunia
lain untuk dapat diterima dalam sebuah
kerja. Menurut Henderson, Zimbardo, dan
grup. Nilai korelasi antara shyness dengan
Carducci (1999) individu yang mengalami
psychological needs yaitu r = 0,267, yang
shynessakan cenderung menunda karier
berarti individu yang mengalami shyness
serta menunjukkan pencapaian karier yang
memerlukan bimbingan pada area
lebih rendah dibandingkan dengan individu
psychological, dimana sampel perlu
yang tidak mengalami shyness. Maka dari
dibimbing untuk mampu mengelolah dan
itu, individu dengan tingkat shyness yang
mengatur emosinya dan membuat individu
tinggi, akan mempengaruhi individu dalam
mampu mecari jalan keluar untuk
mencapai karier yang lebih baik, sehingga
masalahnya sendiri.
individu tersebut memerlukan bimbingan.
Area atau komponen guidance needs
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa
yang mempunyai nilai korelasi tertinggi
nilai korelasi antara shyness dengan
dengan shyness yaitu social needs dengan
educational needs yaitu r = -0,196, hal
nilai r = -0,448. Hal tersebut menunjukkan
tersebut menunjukkan bahwa sampel yang
bahwa sampel yang mengalami shyness
mengalami shyness membutuhkan
paling membutuhkan bimbingan di area
bimbingan di area educational needs,
social needs, dimana kemampuan untuk
dimana individu dibimbing untuk
berinteraksi dengan orang lain dan sikap
mengenal dan memahami potensi,
menghargai orang lain sangat perlu
kekuatan, dan batasan yang ia miliki, dapat
diberikan bimbingan, sehingga individu
membuat rencana yang matang untuk

49
mempunyai modal yang lebih baik untuk D’Souza, L. (2003). Influence on shyness on
beradaptasi nantinya di lingkungan baru, anxiety and academic achievement in
baik itu teman kelas baru, dunia kerja, highschool students. Pakistan Journal
maupun di perguruan tinggi. Kekurangan of Psychological Research. 18, 3-4,
dalam penelitian ini adalah peneliti hanya 109-118.
mengukur lima komponen atau area D’Souza, L., Gowda, H.M., dan Gowda, D. K.
guidance needs dari individu. S. (2006). Relationship between
shyness and fear among high school
SIMPULAN students. Pakistan Journal of
Psychological Research, 21, 3-4, 53-60
D’Souza, L., Urs, G. B., & Jayaraju, R. (2008).
Berdasarkan hasil penelitian
Relationship between shyness and
menunjukkan bahwa shyness mempunyai
guidance needs among adolescents.
hubungan berbanding terbalik dengan
Journal of the Indian Academy of
semua komponen atau area guidance needs
Applied Psychology, 34(2), 317-322.
pada remaja SMA di Makassar, karena
semua nilai korelasi guidance needsdan Henderson, L. M., Zimbardo, P. G., &
semua area guidance needsterhadap Carducci, B. J. (1999). Shyness: An
shyness bernilai negatif. Hal tersebut article for the Encyclopedia of
menunjukkan bahwa semakin tinggi skor Psychology.
shyness, maka individu semakin Hurlock, E. B. (1980). Psikologi
membutuhkan bimbingan baik di area perkembangan. Terjemahan oleh
educational, vocational, physic, social, Istimidayanti & Soedjarwo. Jakarta:
psychological, maupun semua area Erlangga.
tersebut. Sebaliknya, jika individu kurang Husen, M. (2011).Pelatihan komunikasi
membutuhkan bimbingan, maka semakin efektif untuk mengurangi shyness
rendah skor shynessnya. Hasil penelitian pada mahasiswa di Makassar.(Skripsi
juga menunjukkan bahwa diantara kelima tidak diterbitkan). Makassar:
guidance needs yang diteliti, jenis kelamin Universitas Negeri Makassar.
berpengaruh secara signifikan terhadap
Kaur, J. (2015). Guidance needs and mental
vocational needs, social needs, dan guidance
health of adolescents: Acorrelation
needs. Social needs memilki nilai korelasi
study. OnlineInternational
yang paling tinggi terhadap shyness pada
Interdisciplinary Research Journal,5,
individu.
300-303.
Manning, P.,& Ray, G. (1993).Shyness, self-
DAFTAR PUSTAKA confidance, and social interaction.
Social Psychology Quarterly,56(3),
Bas, G. (2010). An investigation of the 178-192.
relationship between shyness and Parhar, M. K., Kaur, K., & Kaur, P. (2013).
loneliness levels of elementary Guidance needs of secondary school
students in a Turkish sample. students. International Journal of
International Online Journal of Behavioral Social and Movement
Educational Sciences,2(2), 419-440. Sciences,2(2), 77-87. Ridfah, A. (2006).
Carducci, B. J., & Golant, S. (2009). Shyness: Shyness pada mahasiswa di kota
Understanding, hope, and healing. Makassar. (Skripsi tidak diterbitkan).
Harper Collins. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.

50
Ridfah, A. (2006). Shyness pada Mahasiswa
di Kota Makassar. Skripsi. Makassar:
Jurusan Psikologi Universitas Negeri
Makassar.
Seeja, K. R., & Anthony, R. V. (2015).
Identification of guidance needs
among higher secondry school
student of Kerala. Final Report
onMinor Research
Project.http://www.snmtrainingcolleg
e.org
Valentina, L., & Singh, R. (2014).Gender
differences in guidance needs of
senior secondary school adolescents
of imphal district.International Journal
Education Science, 6(3), 521-524.
Walgito, B. (2004). Bimbingan dan konseling
di sekolah. Yogyakarta: ANDI.
Wulandari, R. M. (2016). Hubungan shyness
terhadap harga diri pada siswa SMA
di Kabupaten Bulukumba.(Skripsi
tidak diterbitkan). Makassar:
Universitas Negeri Makassar.

51
52

You might also like