Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

1
DAMPAK PENUTUPAN LOKALISASI TERHADAP PEKERJA SEKS
KOMERSIAL (PSK) DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

IMPACT OF LOCALIZATION CLOSING ON COMMERCIAL (PSK) AND


SOCIAL ECONOMIC WORKERS OF THE COMMUNITY AROUND

Murdiyanto
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS). Kementerian Sosial RI
Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1 Sonosewu Yogyakarta Telp (0274) 377265, Fax (0274) 373530
Email: murdiyanto471@yahoo.com HP 08164261742
Naskah diterima 21 September 2019, direvisi 18 Oktober 2019, disetujui 12 November 2019
abstract

Pucuk and Langit Biru localization is a localization of prostitutes in Jambi City which was closed by the local
government on October 13, 2014, closing localization refers to the Regional Regulation of Jambi City Number 2 of
2014 concerning Eradication of Prostitution and Immoral Action. The selection of the research area is based on the
fact that the Localization of Payo Sigadung (Pucuk) became a legend as the largest localization area in Jambi which is
a tourist area esek-esek which is quite well known in Sumatra. The Regional Government closed the two localization
because it was considered to have a negative impact on CSWs and the socio-economic conditions of the surrounding
communities. This study aims to determine the effect of closing localization on commercial sex workers and the socio-
economic conditions of the surrounding community. The research is descriptive qualitative, which aims to obtain
information or an objective picture of the impact of the closure of localization on sex workers and the socio-economic
life of the surrounding community. The informants were the Head of the Jambi City Social Service, the Head of the
Jambi City Social Rehabilitation Division, the RT Chairperson, the Sahabat Foundation Chair, CSWs, pimps / pimps,
localization security, parking attendants, motorcycle taxis, food / beverage sellers, and traders. Data collection is done
by using interview, observation, and document review techniques. The data that has been successfully collected, then
analyzed qualitatively descriptive and described in narrative. The results showed that the closure of the two localization
in Jambi City had an impact on the lives of CSWs and the socio-economic conditions of the people who experienced
changes in livelihoods. Social impacts in the form of health, security and religious life of the community in the localization
environment. Economic conditions have an impact on the decline or even loss of income as business people in the
localization environment. Low education makes it difficult for people to find work outside the lokalisasi. The role of the
relevant government agencies in closing this localization includes the Ministry of Social Affairs, Jambi Provincial Social
Service, and Jambi City Social and Manpower Office. The Ministry of Social Affairs has the role of providing social
assistance programs in the form of compensation funds, the Jambi Provincial Social Service has the role of handling
pimps or pimps to be empowered or transferred professions and businesses, and the Jambi City Social and Manpower
Office has a role to deal with various parties affected by closing localization.

Keywords: Localization, Commercial Sex Workers, Social, Economic.

abstrak

Lokalisasi Pucuk dan Langit Biru merupakan lokalisasi wanita tuna susila di Kota Jambi yang sudah ditutup
oleh pemerintah daerah setempat pada tanggal 13 Oktober 2014, penutupan lokalisasi mengacu pada Peraturan
Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemberantasan Pelacuran dan Perbuatan Asusila. Pemilihan daerah
penelitian berdasarkan pada kenyataan bahwa Lokalisasi Payo Sigadung (Pucuk) menjadi legenda sebagai kawasan
lokalisasi terbesar di Jambi yang merupakan kawasan wisata esek-esek yang cukup dikenal di Sumatera. Pemerintah
Daerah menutup kedua lokalisasi tersebut karena dinilai berdampak negatif terhadap PSK dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penutupan lokalisasi terhadap PSK dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan untuk memperoleh informasi
ataupun gambaran secara objektif mengenai dampak akibat penutupan lokalisasi terhadap pekerja seks dan kehidupan

195
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Sebagai informannya adalah Kepala Dinas Sosial Kota Jambi, Kepala Bidang
Rehabilitasi Sosial Kota Jambi, Ketua RT, Ketua Yayasan Sahabat, PSK, germo/mucikari, keamanan lokalisasi, juru
parkir, ojek, penjual makanan/minuman, dan pedagang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Data yang telah berhasil dikumpulkan, selanjutnya dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan diuraikan secara narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan ditutupnya kedua
lokalisasi yang ada di Kota Jambi tersebut berdampak pada kehidupan PSK dan kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang mengalami perubahan dalam hal matapencaharian. Dampak sosial berupa kesehatan, keamanan, dan kehidupan
keagamaan masyarakat di lingkungan lokalisasi. Kondisi ekonomi berdampak pada turunnya ataupun bahkan hilangnya
pendapatan sebagai pelaku bisnis di lingkungan lokalisasi. Pendidikan yang rendah, membuat masyarakat sulit untuk
mencari pekerjaan di luar lokalisasi. Peran instansi pemerintah yang terkait dalam penutupan lokalisasi ini meliputi
Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi Jambi, serta Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi. Kementerian Sosial
berperan sebagai pemberi program bantuan sosial berupa dana kompensasi, Dinas Sosial Provinsi Jambi berperan
menangani para germo atau mucikari untuk diberdayakan atau alih profesi dengan diberi keterampilan maupun usaha,
dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi berperan untuk menangani kepada berbagai pihak yang terdampak
dengan penutupan lokalisasi.

Kata Kunci: Lokalisasi, PSK, Sosial, Ekonomi.

A. PENDAHULUAN terdapat satu lokalisasi saja namun ada juga


yang jumlahnya puluhan. Jawa Timur menempati
Lokalisasi adalah tempat dimana
ranking pertama dalam jumlah lokalisasi dengan
terpusatnya sejumlah rumah bordil (tempat tertentu
53 tempat yang tersebar di 16 kabupaten/kota.
yang didiami oleh para Pekerja Seks Komersial
Seiring dengan waktu, terdapat 20 lokalisasi yang
(PSK) untuk melakukan pelacuran). Penunjukkan
ditutup. Khusus di Kota Surabaya, dari 6 tempat
tempat pelacuran ini berdasarkan campur tangan
lokalisasi yang terdaftar semuanya sudah ditutup,
dari pemerintah daerah, baik secara langsung
terakhir adalah Dolly dan Jarak. Kabupaten
ataupun tidak langsung memberikan izin kepada
Banyuwangi yang pernah memiliki 8 lokalisasi,
germo atau mucikari mengadakan border atau
kini juga sudah habis. Di Jawa Barat, dari 13
tempat pelacuran. Sebuah lokalisasi biasanya
lokalisasi hingga tahun 2012 baru 2 yang ditutup,
dilengkapi dengan sarana prasarana pendidikan,
yakni Saritem dan Gardujati. Namun setelah
olahraga, rekreasi, serta diadakan pemeriksaan
penutupan, aktivitas prostitusi masih terlihat di
kesehatan secara teratur. Seseorang yang
lokalisasi tersebut (Kemensos: 2014).
memutuskan menjadi pelacur atau pekerja seks
Jumlah PSK dan tempat prostitusi (lokalisasi)
komersial sebenarnya bukan merupakan tujuan
di Indonesia sebelum ada kebijakan penutupann
dalam mencari nafkah, melainkan sebagai salah
oleh Kementerian Sosial cenderung meningkat
satu upaya untuk mencapai tujuan lain yang lebih
(Sumber Kementerian Sosial RI cq. Direktorat
utama, karena mereka tidak pernah bercita-cita
Rehabilitasi Tuna Sosial: 12 Maret Tahun 2015).
menjalani profesi sebagai penjaja seks dan mau
Menurut data Kemensos (2015), jumlah PSK di
menjalani profesinya karena berbagai faktor.
Indonesia sebanyak 64.435 orang yang menyebar
Terjunnya seorang perempuan ke dunia prostitusi
di 168 lokalisasi. Berdasarkan data Direktorat
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Faktor
Jenderal Rehabilitasi Sosial (Oktober 2016),
utama yang mendorong seseorang berprofesi
jumlah lokalisasi sebanyak 143 dengan penghuni
sebagai PSK adalah keterbatasan ekonomi,
(PSK) sebanyak 19.726 orang yang menyebar ke
sehingga seorang perempuan menerjuni dunia
seluruh Indonesia. Kondisi lokalisasi yang belum
prostitusi untuk memenuhi kebutuhan pribadi
ditutup sebanyak 18, penutupan dilakukan oleh
dan  keluarganya
pemerintah daerah 54, sedangkan penutupan
Kementerian Sosial pada tahun 2012
dengan support penuh Kementerian Sosial
mencatat ada 161 lokalisasi di Indonesia, sebagian
sebanyak 62 lokalisasi (Dirjen Rehsos: 2016).
di antaranya sudah ditutup. Data tersebut dikutip
Tidak ada jaminan ditutupnya tempat
detikcom, Jumat (20/6/2014), ada 19 provinsi
lokalisasi maupun dilegalkan, maka aktivitas
di Indonesia yang memiliki lokalisasi. Di setiap
prostitusi akan lenyap. Namun dengan upaya
provinsi jumlahnya bervariasi, di antaranya hanya
menutup lokalisasi dan memberikan pengganti

196
Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

serta membina eks PSK agar mereka keluar Melakukan penutupan secara tergesa-gesa tanpa
dari lubang hitam tersebut tetap dilakukan. perhitungan malah dapat menimbulkan dampak
Penyelesaian masalah lokalisasi kembali berkepanjangan. Para pekerja seks perempuan
sangat tergantung dari kekuatan daerah yang (PSP) dapat saja bekerja secara terselubung
mengeluarkan Perda. Sayangnya di Indonesia sehingga sulit dideteksi lagi. Mereka sulit diberikan
belum ada regulasi yang mengatur sanksi PSK, pengobatan sehingga dengan mudah menularkan
mucikari/germo, dan lelaki hidung belang sebagai berbagai penyakit.
penggunanya (Fetry Wuryasti: 2016). Dampak lainnya adalah hilangnya
Purnomo dan Siregar dalam Dampak pendapatan dari para pekerja seks, mengingat
Penutupan Lokalisasi (dalam Hartini Retnaningsih: sebagian besar di antara mereka adalah
1983) mengemukakan, sejumlah pernyataan tulang punggung keluarga dan lebih rentan
resmi mengumumkan jumlah perempuan mendapatkan kekerasan di lokasi yang baru (baik
yang telah meninggalkan kompleks, dianggap dari customer maupun petugas). Kekerasan
menuju “jalan yang lurus”, tetapi kebanyakan seringkali dialami oleh pekerja seks ketika razia,
hanya pindah kompleks di kota lain dimana seperti adanya pungutan liar ataupun kekerasan
para germonya bisa membanggakan adanya secara fisik. Pola pencarian layanan kesehatan
“pendatang baru”. Penutupan lokalisasi belum pada pekerja seks juga mengalami perubahan.
tentu berarti menyelesaikan masalah pelacuran Setelah dilakukan penutupan, pekerja seks
secara komprehensif, karena dapat berdampak menjadi sulit untuk mengakses kondom maupun
pada pelacuran di tempat lain. pelicin, selain itu juga menjadi enggan melakukan
Situasi terkini para pekerja seks adalah pemeriksaan rutin karena takut terdeteksi
pekerja seksual yang pindah lokasi atau pindah masih melakukan pekerjaan seks. Hal tersebut
ke beberapa kota untuk mencari klien. Ada pula seringkali mengharuskan opsi untuk melakukan
beberapa yang masih ada di lokalisasi yang sama pendistribusian kondom dan pelicin secara diam-
tetapi menerima klien di lokasi lain. Secara umum, diam, sehingga tidak dapat dihitung sebagai
pekerja seksual mencari lokasi baru seperti di capaian. Dari penutupan, banyak pihak yang ikut
pinggir jalan, rumah kontrakan atau tempat kos- hidup dari keberadaan pekerja seks di lokalisasi
kosan. Lokasi baru tersebut lebih rentan terhadap merasa dirugikan, antara lain: masyarakat pelaku
razia dan tindak kekerasan. Penutupan lokalisasi ekonomi, tukang cuci, usaha warung minuman
menjadi sebuah proyek dan tidak ada mantaince dan makanan, pemilik kos-kosan, tukang ojek,
yang jelas terhadap keputusan tersebut. Setelah tukang becak, keamanan, tukang parkir, bahkan
lokalisasi ditutup razia menjadi lebih sulit untuk tukang kredit.
dilakukan, karena transaksi seks dilakukan secara Sampai saat ini belum ada formula yang
sembunyi-sembunyi dan tersamar. Petugas pas dan ampuh untuk menyelesaikan masalah
kesehatan juga semakin sulit agar pekerja seksual prostitusi. Menutup lokalisasipun tidak menjadi
datang atau mendatangi untuk mengakses layanan jalan keluar yang efektif, karena justru akan
kesehatan. Setelah dilakukan penutupan, kondom menimbulkan persoalan baru. Istilah PSK sebagai
diakses dari toko atau warung sehingga sulit penjual layanan seks komersial, seharusnya juga
dilakukan pemantauan kepada pekerja seksual, ada istilah pria tuna susila sebagai pengguna
apakah mereka secara rutin dan berkelanjutan layanan seks komersial. Jika kemudian
sudah konsisten menggunakan kondom. sebutannya pekerja seks komersial juga ada
Penutupan lokalisasi harus istilah pengguna seks komersial. Artinya baik
mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan. laki-laki maupun perempuan yang terlibat dalam
Secara umum, dengan menutup lokalisasi prostitusi mempunyai kedudukan yang sama
dan memulangkan para pekerja seks maka untuk disalahkan, termasuk label tidak bermoral
permasalahan akan selesai. Tidak ada dan tuna susila. Jika paradigmanya demikian,
lagi prostitusi di daerah tersebut, sehingga bukan tidak mungkin apabila pemakai liar juga
penyebaran penyakit kelamin dapat berkurang. harus dikejar-kejar, ditangkap, diadili, bahkan

197
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

jika perlu dikirim ke panti rehabilitasi. Hal ini akan dua sisi mata uang yang berlawanan, tidak bisa
berdampak secara psikologis kepada konsumen dilihat dari satu sisi, namun harus dilihat dari
atau calon konsumen untuk berpikir ulang apabila berbagai sudut pandang. Dalam upaya untuk
ingin jajan. mengetahui dampak penutupan lokalisasi, maka
Dari hasil penelitian penutupan lokalisasi perlu dilakukan penelitian.
ternyata justru menimbulkan permasalahan yang Berdasarkan uraian di atas, maka
lain. Berbagai permasalahan tersebut menimpa rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah
baik kepada para pekerja seks, layanan kesehatan dampak ditutupnya lokalisasi, terutama terhadap
maupun masyarakat sekitar yang terpengaruh pekerja seks, dan kehidupan sosial ekonomi
secara ekonomi, karena sudah tidak bisa lagi masyarakat sekitar? Tujuan yang ingin dicapai
menawarkan jasanya sebagai tukang cuci, tukang dalam penelitian ini adalah diketahuinya dampak
parkir, tukang ojek, serta usaha warung makanan penutupan lokalisasi terhadap pekerja seks, dan
dan minuman. Penutupan lokalisasi, pekerja seks kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar.
mau tidak mau harus berpindah tempat yang masih Manfaaat yang diharapkan dari hasil penelitian
memungkinkan bagi mereka untuk menjalani terutama bagi Dirjen Rehabilitasi Sosial cq.
profesi sebagai pekerja seks. Mereka berpindah Direktorat Rehabilitasi Tuna Susila Kementerian
ke jalanan, panti pijat, kos-kosan, warung remang- Sosial sebagai salah satu bahan masukan dalam
remang, atau pindah ke lokasi yang benar-benar menentukan kebijakan yang ada relevansinya
baru. Tidak sedikit pekerja seks yang kemudian dengan program penutupan lokalisasi.
kehilangan pendapatan, padahal tidak jarang
dari mereka menjadi tulang punggung ekonomi B. METODE PENELITIAN
keluarga. Seringkali di tempat mangkal yang Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif,
baru, pekerja seks mendapatkan kekerasan baik bertujuan untuk memperoleh informasi ataupun
psikis maupun fisik. Problematika ini menjadi lebih gambaran secara objektif mengenai dampak akibat
sulit untuk ditangani, karena mereka kemudian penutupan lokalisasi terhadap pekerja seks dan
tersebar ke mana-mana dan tidak terorganisir. kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Kebijakan penutupan lokalisasi yang Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian
dilakukan oleh pemerintah dapat berdampak untuk memecahkan masalah yang diselidiki,
pada dua hal: Pertama, penutupan bisa dengan menggambarkan ataupun melukiskan
berdampak positif pada pemerintah setempat, keadaan subjek dan objek penelitian berdasarkan
karena memperoleh kepercayaan penuh kembali fakta yang tampak sebagaimana adanya. Hasil
dari masyarakat dalam melakukan penataan penelitian selanjutnya dikembangkan dengan
kota. Kedua, penutupan akan menimbulkan memberikan penafsiran yang adekuat terhadap
istilah ‘mati satu tumbuh seribu’ yang menyebar fakta yang ditemukan (Suharsimi Arikunto: 1993).
di berbagai tempat. Sebab, banyak kota yang Lokasi penelitian ditentukan secara
menutup lokalisasi namun justru berdampak purposive, yaitu salah satu daerah pada tingkat
pada menyebarnya penyakit masyarakat di sudut kota/kabupaten yang memiliki lokalisasi, namun
kota. Aktivitas prostitusi sebenarnya bukan hanya telah dilakukan penutupan oleh pemerintah
pada pelanggan dan pekerja seks, namun sudah daerah setempat. Atas dasar hal tersebut, maka
menjadi milik masyarakat lokalisasi. Lokalisasi lokasi penelitian ditentukan di Kota Jambi.
memberikan keuntungan pada kelompok Informan yang menjadi objek dalam penelitian
masyarakat lokalisasi, seperti: pekerja seks, ini adalah berbagai pihak yang mengetahui
mucikari/germo, calo, tukang parkir, tukang atau secara langsung maupun tidak langsung
ojek, pemilik warung, pedagang, dan pengurus terdampak dari penutupan lokalisasi. Berbagai
kampung ikut merasakan rezeki dari aktivitas pihak tersebut meliputi: Kepala Dinas Sosial
prostitusi ini. Persoalan dan fenomena lokalisasi Kota Jambi, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial,
tampaknya sudah terlalu mengakar. Itulah realita Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Ketua Yayasan
fenomena sosial kehidupan lokalisasi, bagaikan Sahabat, konselor adiksi, ketua RT di lokalisasi,

198
Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

eks bagian keamanan lokalisasi, tukang ojek, pernyataan atau komitmen dari seluruh dinas sosial
pemilik usaha warung, Ketua RT di lokalisasi, (dinsos) dan pemerintah daerah kabupaten/kota
tukang parkir, pekerja seks, germo/mucikari, dan dan provinsi seluruh Indonesia, untuk menutup
pemilik usaha  loundry. lokalisasi prostitusi di daerah masing-masing
Dalam melakukan pengumpulan data, yang dinyatakan pada tanggal 29 Januari 2016.
penelitian ini menggunakan beberapa teknik, Kementerian Sosial akan mendukung sepenuhnya
antara lain: a.Wawancara: Penelitian ini bersifat terhadap pemerintah kabupaten dan kota di
kualitatif, maka teknik yang digunakan untuk Indonesia yang akan menutup tempat pelacuran.
mengumpulkan data secara mendalam adalah Saat ini terdata masih ada 168 daerah yang
wawancara, sehingga jenis instrumen pengumpul memiliki lokalisasi prostitusi, dan masih tersisa
data bersifat terbuka, yaitu memberi kesempatan sebanyak 100, salah satu daerah yang telah ditutup
kepada informan untuk memberikan informasi adalah di Kota Jambi (Republika: 17/2/2016).
secara luas dan panjang lebar mengenai berbagai Dalam menangani masalah prostitusi, setidaknya
hal yang ditanyakan berdasarkan pengetahuan, harus memberantas tiga akar permasalahan
wawasan, dan pengalaman yang mereka miliki. terlebih dahulu. Ketiga permasalahan tersebut
Dengan demikian, diperoleh berbagai data adalah kemiskinan, kebodohan, dan moralitas.
dan informasi yang akan diolah berdasarkan Pemerintah telah menyiapkan beragam program
kebutuhan dan relevansi dengan tujuan penelitian untuk penanganan bagi para wanita bekas dari
yang dilakukan. lokalisasi prostitusi di Indonesia.
Digunakannya teknik ini, di samping 1. Lokalisasi WTS di Kota Jambi
pelaksanaan wawancara dapat berjalan lancar,
diharapkan akan memberikan berbagai masukan, Di Kota Jambi terdapat dua lokalisasi yang
khususnya yang berkaitan dengan dampak telah ditutup oleh pemerintah daerah setempat
terhadap penutupan lokalisasi. Dengan demikian, pada tanggal 13 Oktober 2014, penutupan
akan diperoleh berbagai data yang relevan dan lokalisasi mengacu pada Peraturan Daerah
menunjang dengan kegiatan penelitian yang Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
dilakukan. b.Observasi: Teknik ini dipergunakan Pemberantasan Pelacuran dan Perbuatan Asusila.
untuk mengetahui secara objektif mengenai Kedua lokalisasi tersebut adalah Payo Sigadung
kondisi lokalisasi dan aktivitas para penghuninya, (Pucuk) dan Langit Biru.
sehingga dapat melengkapi informasi yang telah 2. Lokalisasi Payo Sigadung (Pucuk)
diperoleh melalui teknik wawancara. Dengan
Nama pucuk  dilekatkan untuk lokalisasi
demikian data yang diperoleh akan lebih banyak
yang memiliki nama asli  Payo Sigadung, apakah
dan mendalam, khususnya yang berkaitan dengan
untuk menggambarkan lokasi ini  berada di
dampak penutupan lokalisasi. c. Telaah dokumen:
perbukitan. Lokalisasi Payo Sigadung atau biasa
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data
disebut Pucuk menjadi yang terbesar dan tertua
sekunder yang ada relevansinya dengan masalah
di Jambi. Menurut salah satu sejarawan Jambi,
yang diteliti. Data sekunder yang diperlukan dalam
Junaedi T Noor, lokalisasi Pucuk sudah ada
penelitian ini adalah arsip dan dokumen yang
sejak dekade 1970-an. Lokasinya di Kelurahan
berhubungan dengan tujuan penelitian, sehingga
Rawasari Kecamatan Alam Barajo. Daerah itu
dapat melengkapi data yang telah diperoleh.
disebut Pucuk karena letaknya lumayan jauh
C. HASIL DAN PEMBAHASAN dari tengah kota. Nama Pucuk tetap menjadi icon
prostitusi di Jambi, sejak  berdiri lebih kurang 48
Pemerintah Indonesia menargetkan seluruh tahun yang lalu, hampir seluruh penduduk Jambi
wilayah di tanah air akan bebas prostitusi pada mengetahui pucuk sebagai tempat prostitusi di
tahun 2019. Upaya untuk mencapai target tersebut, Kota Jambi. Munculnya isu penutupan pucuk 
Kemensos telah melakukan pencanangan akan merebak, yang pasti akan menimbulkan
Gerakan Nasional bebas Prostitusi sejak tahun pro dan kontra. Kelompok yang pro penutupan
2015. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

199
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

memiliki alasan bahwa lokasi ini sudah tidak lebih populer dikenal dengan Pucuk, ada beberapa
strategis, karena sudah berada dalam kota pihak yang melakukan unjuk rasa di Kantor DPRD
sekaligus berdampingan dengan perkampungan Kota Jambi. Tuntutan mereka tetap sama, yakni
masyarakat dan menginginkan Kota Jambi bebas tidak setuju dengan keputusan Pemerintah Kota
prostitusi. Kelompok yang kontra tidak ingin para Jambi yang ingin menutup lokalisasi pelacuran
PSK berkeliaran di tengah kota untuk mencari di Jambi. Para demonstran terdiri dari mucikari,
pelanggan di jalanan,mereka menginginkan agar pekerja seks komersial (PSK), dan perwakilan
lokalisasi dipindahkan ke luar kota. organisasi ini berorasi di luar pekarangan kantor
Semua alasan tersebut rasional, pada DPRD Kota Jambi. Warga tidak peduli bahwa
awalnya letak lokalisasi ini adalah hutan yang apa yang mereka lakukan menyimpang dari
jauh dari pemukiman penduduk, namun seiring norma sosial dan norma agama. Mereka rata-rata
perjalanan waktu kawasan pucuk ini terus beralasan, masuk ke dalam dunia hitam karena
berkembang untuk tempat pemukiman masyarakat faktor ekonomi, sulit mencari uang atau pekerjaan
biasa seiring kemudian perkembangan kota di luar kerja sebagai pezina. Di samping itu, profesi
semakin pesat, sehingga ada keinginan yang kuat sebagai mucikari hasilnya cukup menggiurkan
dari masyarakat untuk memindahkan lokalisasi ke dibandingkan dengan profesi apapun. Mereka
luar kota. Jumlah penghuni (PSK) lebih kurang 700 enggan  angkat kaki dari lokalisasi karena bisnis
orang (Desember, 2010; jambimedical.blogspot. esek-esek hasilnya cukup menggiurkan. Betapa
com), namun data terakhir sebelum dilakukan tidak, peredaran uang di lokalisasi Payo Sigadung
penutupan terdata sebanyak 280 PSK. Ditutup dalam sehari bisa mencapai angka Rp 1 miliar.
atau tidak,  pucuk akan tetap menjadi legenda Banyaknya rumah dan gedung mewah milik
sebagai kawasan lokalisasi terbesar di Jambi mucikari di lokalisasi Pucuk ini berindikasi bahwa
yang merupakan kawasan wisata esek-esek yang bisnis barang haram ini cukup menggiurkan (The
cukup dikenal di Sumatera. Jambi Times.com,8/2013).
Masuk ke lokalisasi Payo Sigadung harus Menurut Dadi (ketua RT) Payo Sigadung
melewati gerbang khusus dengan penjaga super (sejak tahun 1980) Kelurahan Rawasari, dulu
seram. Sebelum masuk akan ada kayu palang sewaktu masih ramai peredaran rupiah di
yang akan menghalangi dan harus bayar uang lokalisasi yang sudah berumur puluhan tahun itu
Rp 2.000 baru bisa masuk. Rumah di lokalisasi bisa mencapai lebih dari Rp. 2 miliar seharinya.
ini sangat padat, ada yang bagus, sedang, dan Kalau sekarang agak sepi, tetapi sesepi-sepinya
ada yang jelek. Pucuk termasuk area strategis, Rp. 500 juta pasti ada. Penghasilan mucikari
berada di tengah kota namun sedikit terisolasi. jika mempunyai “anak buah” banyak, dalam satu
Pada malam hari, para perempuan akan dandan hari bisa mendapat Rp. 10 juta. Penghasilan
menunggu pelanggan di rumah masing-masing PSK-nya pun cukup mencengangkan. Jika
atau di sekitar lokalisasi. Uniknya, siang hari PSK itu merupakan primadona di tempatnya,
merekapun tetap beraksi namun tidak dandan penghasilannya dalam satu bulan bisa mencapai
secara berlebihan. Jalan di lokalisasi Pucuk terdiri Rp. 30 juta hingga Rp. 40 juta. Pengakuan salah
dari beberapa gang. Gang utama bisa dilalui seorang PSK, dalam seharinya dia bisa melayani
kendaraan roda empat dan gang kecil hanya bisa tamu 5-8 orang. Kalau lagi sepi paling 5 tamu.
dilewati kendaraan roda dua. Semua gang didereti Selain dari tarif melayani tamu, mereka juga
rumah berisikan PSK, rumah di gang utama mendapat tip dari menemani tamunya minum
biasanya lebih megah dan mampu menampung dengan kisaran Rp. 100 ribu dan ada yang lebih.
banyak anggota. Berbeda dengan rumah yang 3. Lokalisasi WTS Langit Biru
berada di gang kecil ada yang sifatnya permanen
dan semi permanen. Lokalisasi Langit Biru masuk wilayah
Adanya rencana penutupan lokalisasi dari Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Jambi Timur.
Pemerintah Kota Jambi, banyak para penghuni Lokalisasi ini memang tidak sebesar dan terkenal
lokalisasi prostitusi di Payo Sigadung atau yang layaknya Pucuk. Selain lebih kecil, lokalisasi ini juga

200
Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

dikenal sebagai tempat “buangan” bagi pekerja kompensasi, karena hal ini dapat menimbulkan
seks yang sudah uzur. Apabila dibandingkan ketimpangan sosial di antara mereka.
dengan Lokalisasi Payo Sigadung, Langit Biru Keberadaan lokalisasi telah memunculkan
dapat dikatakan lebih kecil dan kondisi rumahnya atau membuka pekerjaan baru bagi masyarakat
juga jauh berbeda. Besarnya sewa rumah setiap setempat yaitu adanya peningkatan ekonomi
kali transaksi cukup membayar sebesar 20 ribu seperti pedagang, tukang becak, tukang ojek,
rupiah, sehingga banyak dimanfaatkan oleh orang- pembantu atau tukang cuci pakaian, tukang pijat,
orang iseng karena cukup terjangkau. Jumlah tukang parkir, petugas keamanan, dan penjual
PSK sebelum dilakukan penutupan sebanyak jamu. Sebagian masyarakat terutama yang
39 orang, sebagian besar berusia antara 29 mendapatkan manfaat ekonomi dari keberadaan
sampai 40 tahun dengan tingkat pendidikan tidak lokalisasi tersebut memiliki persepsi positif
tamat sekolah dasar dan tamat sekolah dasar. terhadap PSK di Lokalisasi. Adanya lokalisasi bisa
Pada umumnya PSK yang ada di lokalisasi ini memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, karena
merupakan pindahan dari Pucuk karena kalah rata–rata keluarga yang bekerja di lokalisasi
bersaing dengan sesamanya. berasal dari golongan ekonomi rendah.
Kementerian Sosial tidak pernah berhenti Lokalisasi dianggap memberi penghidupan
untuk memberikan konsultasi dan memberi bagi masyarakat sekitar, ketika banyak
bantuan kepada para kepala daerah untuk menutup masyarakat sekitar bergantung hidupnya pada
lokalisasi yang ada di kota-kota di Indonesia. lokalisasi, maka sangat jelas dampaknya ketika
Walikota Jambi pernah berkonsultasi dengan lokalisasi itu ditutup. Harus disadari bahwa
Kemensos untuk menutup dua lokalisasi di prostitusi terbangun karena logika bisnis, yaitu
Jambi, yakni lokalisasi Payo Sigadung dan Langit adanya supply and demand, dimana para
Biru. Kemensos pun mengapresiasi apa yang pelacur membutuhkan uang dan pelanggannya
dilakukan setelah ada Peraturan Daerah (Perda) membutuhkan kepuasan seksual. Para PSK tetap
tentang penutupan lokalisasi tersebut, dan atas dapat beroperasi selama masih ada pelanggan
hasil kajian dari tim terpadu yang melibatkan yang menginginkan, meskipun harus bekerja
berbagai unsur terkait. Kemensos mendukung di luar wilayah lokalisasi. Prostitusi akan hilang
penuh program- yang dilakukan oleh Pemkot eksistensi apabila tidak ada lagi pengunjung
Jambi untuk menutup lokalisasi. Selain itu, akan yang datang untuk melakukan  transaksi.
dilakukan pembagian tugas secara proporsional Setuju ataupun tidak, faktanya bahwa
dan saling menguntungkan terkait pemulangan, keberadaan lokalisasi jelas memberikan dampak
jaminan hidup serta pengembangan potensi untuk yang positif bagi perekonomian masyarakat
beralih profesi para penghuni lokalisasi. lingkungan sekitar. Ada juga yang berpendapat
Besarnya bantuan sosial atau dana bahwa dengan adanya praktek prostitusi di
kompensasi bagi eks-WTS ternyata antara yang suatu lokasi, maka keadaan roda ekonomi
satu dengan yang lainnya berbeda, ada yang masyarakat sekitar lokasi tersebut lebih berjalan
menerima sebesar 4.800.000 rupiah sebanyak secara dinamis, karena banyak masyarakat
22 orang (73,33 persen) dan sebesar 2.000.000 yang mengambil kesempatan dengan mengais
rupiah sebanyak 8 orang (26,67 persen). Hal ini rejeki/ bermatapencaharian (membuka warung,
bisa terjadi, karena pada waktu pendataan hanya jual rokok, menjadi tukang parkir, keamanan,
terdaftar sebanyak 30 orang, ternyata ada yang pedagang asongan, tukang parkir, atau bekerja di
tidak mau didata atau bahkan melarikan diri. tempat prostitusi sebagai petugas kebersihan) di
Pada waktu pencairan dana bantuan sosial akan tempat lokasi bisnis prostitusi tersebut.
diserahkan, ternyata yang datang lebih dari 39 Warga yang terkena dampak langsung dari
orang, sehingga diambil kebijakan yang datang penutupan lokalisasi adalah tukang ojek, penjual
belakangan hanya diberi separo untuk pemerataan, sayur dan tukang cuci, tukang parkir, tukang
jangan sampai ada beberapa orang yang sudah becak, penjaga keamanan, pedagang asongan,
datang tidak mendapatkan bantuan sosial dan sebagainya. Setelah penutupan lokalisasi

201
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

masyarakat sekitar lokalisasi tersebut terkena 10 Indramayu 5 22,73


dampaknya. Dampak yang terjadi dari penutupan 11 Subang 1 4,54
lokalisasi mempunyai dua sisi terjadi pada Jumlah 22 100,00
masyarakat, yaitu dampak ekonomi dan dampak Sumber data: Dinas Sosial Kota Jambi (2014)
sosial. Dampak ekonomi berupa pendapatan
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian
dan pendidikan masyarakat serta dampak sosial
besar (22,73 persen) eks PSK dipulangkan ke
berupa kesehatan, keamanan, dan kehidupan
daerah asalnya yaitu di Indramayu, selanjutnya
keagamaan masyarakat di lingkungan lokalisasi.
sebesar 18,18 persen ke Bandung, 13,63 persen
Awal mula yang memiliki ide penutupan
ke Bogor, 9,09 persen ke Palembang dan Cirebon,
lokalisasi di Kota Jambi ini adalah Pemerintah
serta yang lainnya 4,54 persen ke Panerokan,
Daerah Kota Jambi dengan mengacu pada
Cikampek, Lampung, Banten, dan Tasikmalaya.
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun
Pemulangan ini menggunakan alat transportasi
2014 Tentang Pemberantasan Pelacuran
bus (carter) dengan memanfaatkan dana transport
dan Perbuatan Asusila. Peraturan Daerah ini
pemulangan. Agenda pemulangan eks PSK ke
diberlakukan mulai satu tahun sejak tanggal
daerah asal ini didampingi oleh Dinas Perhubungan
diundangkan yaitu pada tanggal 16 Februari 2014.
Kota Jambi, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Di Kota Jambi terdapat dua lokalisasi yang ditutup
Jambi, dan dari Satpol PP Kota Jambi, sedangkan
pada tanggal 13 Oktober 2014, yaitu Lokalisasi
biaya perjalanan dinas dibebankan kepada SKPD
Langit Biru dengan jumlah PSK sebanyak 39
masing-masing. Dengan pemulangan para eks
orang dan Payo Sigadung sebanyak 280 orang.
PSK ini diharapkan mereka tidak lagi bekerja yang
Alasan penutupan lokalisasi antara lain: a)
selama ini digeluti, namun dapat membuka usaha
letak lokalisasi yang dahulu berada di luar kota,
dan alih profesi di daerah asal masing-masing
sekarang sudah masuk daerah perkotaan, b) Atas
dengan memperoleh pengawasan dari keluarga.
usulan atau masukan dari tokoh masyarakat dan
warga masyarakat sekitar bahwa keberadaan 4. Dampak Penutupan Lokalisasi Kota Jambi
lokalisasi sangat mengganggu dan berdampak Setiap strategi akan terdapat proses di
negative terhadap para generasi muda dan anak dalam pelaksanaannya, dimana akan ada kendala
di sekitarnya. c) Lingkungan lokalisasi adalah yang terjadi. Begitu pula penutupan lokalisasi,
daerah yang religius, dimana banyak berdiri jelas membuat panik dan bingung beberapa
tempat-tempat ibadah dan sering adanya kegiatan orang yang memang menggantungkan hidupnya
yang bersifat keagamaan. Dengan ditutupnya di lokalisasi. Ada yang lebih memilih berhenti dan
dua lokalisasi tersebut, diharapkan para PSK memulai hidup baru dengan membuka usaha lain,
dapat dipulangkan ke daerahnya masing-masing adapula yang masih tetap bertahan membuka
termasuk yang berasal dari daerah Kota Jambi. usaha yang memang sudah dilarang dengan
Sedangkan bagi mereka yang dipulangkan ke cara sembunyi-sembunyi. Kendala yang dialami
daerah luar Jambi, antara lain meliputi: adalah tidak adanya peluang kerja yang dapat
Tabel 1 dikerjakan dan dibuka di daerah tersebut, sudah
Distribusi Frekuensi banyak warung, toko kelontong yang buka dan
Pemulangan Eks PSK ke Daerah Asal
tidak memungkinkan lagi jika membuka kembali
No Daerah Asal Eks WTS f % toko kelontong baru. Jika ingin bekerja di pabrik
1 Palembang 2 9,09 atau tempat lain, kendala utamanya adalah
2 Bogor 3 13,63 ijazah dari tingkat pendidikan rendah yang dimiliki
3 Bandung 4 18,18
oleh setiap eks pekerja lokalisasi, tidak adanya
4 Cirebon 2 9,09
keahlian khusus yang menjadi penghambat dalam
5 Panerokan 1 4,54
6 Cikampek 1 4,54 membuka peluang kerja baik secara individu atau
7 Lampung 1 4,54 di tempat lain (Laily Masrurin Nisa: 2016).
8 Banten 1 4,54 Banyak kalangan yang menilai penutupan
9 Tasikmalaya 1 4,54 lokalisasi hanya pencapaian program pemerintah

202
Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

daerah setempat, tanpa mempertimbangkan Terdapat beberapa fakta yang ditemukan di


permasalahan sebenarnya, yakni lapangan lapangan terkait situasi setelah penutupan tempat-
pekerjaan yang tidak seimbang dengan angkatan tempat lokalisasi di Kota Jambi. Pada umumnya
kerja, tidak akan pernah selesai hanya dengan para pekerja seks tidak beralih profesi, melainkan
menutup lokalisasi. Bahkan ketidakmampuan hanya berpindah ke lokasi baru di daerah lain
dari para wanita harapan (PSK) untuk bersaing (kos-kosan, tempat pijat, jalanan, atau warung
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik akan remang-remang). Pekerja seks sebagian besar
menyebabkan kegagalan pencapaian positif dari mengalami kesulitan untuk menemukan pekerjaan
kebijakan ini. Selain menutup matapencaharian lain. Tanpa didukung oleh keterampilan secara
wanita harapan, pedagang makanan dan pemilik memadai dan kemauan untuk berubah dari para
yang berada di daerah maupun di sekitar lokalisasi pekerja seks, besar kemungkinan mereka akan
juga merasakan dampak, sehingga harus bertahan menjalankan pekerjaannya. Walaupun
menutup pula usaha mereka karena sepi pembeli. lokalisasi telah ditutup oleh pemerintah daerah,
Pemberian kompensasi dan keahlian tambahan namun tidak sedikit para pekerja seks melakukan
sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kegiatan prostitusi secara illegal dan sembunyi-
daerah dinilai tidak menyelesaikan persoalan sembunyi, bahkan ada yang secara terang-
ekonomi keluarga mereka. Tidak jarang, banyak terangan menerima langganan pada siang hari.
yang yakin mantan PSK ini akan kembali menekuni Para pekerja seks akan selalu ada, namun
profesi lamanya dan menjadi tidak terkontrol akibat yang diperlukan adalah upaya pembinaan bukan
tidak ada tempat mangkal yang resmi, sehingga pembinasaan. Selama ini yang menjadi faktor
kejadian HIV/AIDS dimasa mendatang jauh lebih tumbuhnya kawasan prostitusi seringkali dikaitkan
banyak. Hal ini dilakukan karena rasa peduli dengan faktor ekonomi. Upaya meningkatkan
sekaligus prihatin dengan kehidupan warganya ekonomi masyarakat dengan berdasarkan cara
yang berada di daerah  lokalisasi. yang benar inilah yang perlu dikembangkan
Pendapat tersebut berkembang seiring programnya. Sekarang ini yang sedang
dengan tidak terjaminnya kesehatan terutama berkembang adalah bisnis seks terselubung
dari penularan HIV/AIDS di dalam dan luar daerah seperti cewek orderan, panti pijat esek-esek,
lokalisasi, kurangnya pendidikan anak di daerah dan café yang menyediakan layanan seks.
tersebut dan perkembangan lokalisasi yang Kegiatan prostitusi tidak langsung ini sulit untuk
semakin pesat dalam membuka tempat pelacuran dibina sehingga program kesehatan sulit untuk
baru. Dengan tujuan memasyarakatkan PSK, menjangkaunya, karena mereka bukan pekerja
penutupan lokalisasi akan memberikan banyak seks yang mudah dideteksi. Inilah masalah
sekali manfaat tidak hanya bagi masyarakat perilaku sakit masyarakat yang perlu dibenahi.
secara umum, namun juga para pemain di Mengubah perilaku masyarakat tentunya tidak
lokalisasi yang hingga kini menyangsikannya. mudah, namun upaya pembinaan perlu terus
Penyelesaian masalah sosial, peningkatan dilakukan mulai lingkungan keluarga, sekolah,
perekonomian masyarakat, penataan kota, dan masyarakat.
hingga penanggulangan dan penurunan masalah Dampak lain yang terjadi dari penutupan
kesehatan terutama reproduksi dalam beberapa lokalisasi mempunyai dua sisi terjadi pada
tahun dapat tercapai bila kebijakan pemerintah masyarakat yaitu dampak sosial dan ekonomi.
ini terealisasikan. Penutupan lokalisasi oleh Dampak sosial berupa kesehatan, keamanan,
Pemerintah Daerah Kota Jambi, ternyata membawa dan keagamaan masyarakat serta dampak sosial
konsekuensi tersendiri, yaitu munculnya praktik berupa pendapatan dan pendidikan masyarakat.
prostitusi liar. Sedangkan pemerintah setempat Penutupan lokalisasi sebenarnya ada dua
belum memiliki antisipasi atas dampak penutupan dampak yaitu yang sifatnya positif dan negative,
itu. Sementara di kalangan mucikari, berniat akan namun dalam penelitian ini yang dikaji lebih lanjut
bertahan di lokalisasi. adalah dari segi negative penutupan lokalisasi.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa dampak

203
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat penutupan berkonsekuensi pada kekerasan lebih lanjut
lokalisasi sangat dirasakan oleh para pelaku terhadap perempuan pekerja seks. Permasalahan
usaha yang menggantungkan hidupnya di daerah ini telah menjadi fakta yang menyertai setiap
lokalisasi. Pelaku usaha mengeluhkan tingkat penutupan lokalisasi, tanpa adanya jaminan
pendapatan mulai menurun, hal itu juga dirasakan yang cukup dari pemerintah. Dengan demikian,
oleh pemerintah daerah setempat, germo atau uang kompensasi hanyalah suatu harapan
mucikari, tukang ojek, usaha warung, tukang untuk memperpanjang hidup lebih lama tanpa
parkir, salon kecantikan, pedagang asongan, solusi secara mendasar dalam mengatasi
keamanan, dan loundry atau tukang cuci. kemiskinan yang menjadi alasan munculnya para
Pekerja Seks Komersial pekerja  seks.
Penutupan lokalisasi tidak sertamerta
Para Pekerja Seks Komersial (PSK) pada ditutup begitu saja, setelah dilakukan penutupan
dasarnya tidak menyukai bekerja sebagai pekerja jangan sampai para penjaja seks tersebut hanya
seks. Salah seorang pekerja seks, sebut saja S akan berpindah ke lokasi lain. Seharusnya,
misalnya, mengatakan: “siapa sih yang mau kerja sebelum ditutup dilakukan pendampingan secara
beginian kalo gak terpaksa.”. Pada umumnya intensif kepada para pekerja seks komersial
mereka tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan (PSK) dan mucikari/germo. Setelah dilakukan
hidup diri sendiri maupun tanggungan anak dan penutupan lokalisasi, mereka akan berada dan
keluarga karena ketiadaan lahan, ketiadaan ijazah tersebar di mana-mana tanpa terdekteksi. Hal itu
sekolah untuk melamar pekerjaan atau ketiadaan akan sangat mengkhawatirkan, terutama terkait
modal untuk berusaha membuka warung dan dengan penyebaran penyakit HIV/AIDS. Setelah
usaha lainnya. Terhadap rencana penutupan lokalisasi ditutup secara otomatis akan banyak
lokalisasi, pekerja seks dan warga yang membuka PSK yang bergerak sendiri, kita tidak tahu dimana
usaha perekonomian di lingkungan lokalisasi menemukan mereka yaitu bergantung pada
berharap agar pemerintah menjamin pekerjaan informasi resmi ataupun panggilan telepon (Yusup
yang sanggup menghidupi mereka. Ependi: 2016).
Pemberian uang kompensasi Rp. 5.050.000,-
Pemerintah Daerah Setempat (RT)
dari Kementerian Sosial sudah dianggap mampu
sebagai solusi bagi setiap pekerja seks untuk Terdampak lain dengan ditutupnya lokalisasi
membangun usaha keterampilan atau modal adalah aparat pemerintah daerah setempat, dalam
bertahan hidup menunggu datangnya pekerjaan hal ini pemerintahan tingkat RT. Lokalisasi Payo
baru. Tetapi pada realitanya bagi pekerja seks, Sigadung merupakan tempat terjadinya transaksi
besarnya kompensasi tersebut masih jauh aktivitas prostitusi yang menempati dalam satu
dari kenyataan, pengalaman dari beberapa wilayah RT. Sebelum lokalisasi ditutup, beberapa
penutupan lokalisasi yang pernah terjadi justru pihak yang terkait dengan pengelolaan lokalisasi
memperlihatkan hal sebaliknya. Besarnya uang rumah bordil dan lainnya selalu memberi uang
kompensasi tidak dapat dipakai berusaha dalam kas untuk dana RT yang rata-ratanya mencapai
jangka waktu lebih dari setahun, karena akhirnya sebanyak Rp. 30.000.000,- setiap bulan. Dana
merugi. Beberapa orang pekerja seks yang kas yang telah terkumpul tersebut sering
bekerja di perusahaan umumnya hanya bertahan dipergunakan untuk keperluan pembangunan fisik
satu tahun karena dikontrak dan mendapat upah di lingkungan daerahnya dan untuk kesejahteraan
sangat kecil. warga. Setelah lokalisasi ditutup, secara otomatis
Keterampilan yang disalurkan pemerintah pihak RT kehilangan pemasukan kas yang nilainya
juga selalu berujung pada tidak terjualnya hasil cukup lumayan besar. Sampai saat ini pihak RT
dari keterampilan karena pemerintah tidak belum mendapatkan ganti yang lain terhadap
menjaminnya. Pada akhirnya, sebagian besar pemasukan kas dari lokalisasi tersebut.
pekerja seks kembali lagi melakukan perdagangan
seks dengan tersembunyi dan tersebar, sehingga

204
Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

Germo atau Mucikari lokalisasi, secara langsung dan terasa dampak


ditutupnya lokalisasi terhadap usaha mereka.
Penanganan terhadap berbagai pihak
Sebelum lokalisasi ditutup, banyak barang
yang terkena dampak ditutupnya lokalisasi ini
dagangan yang laris dan laku setiap harinya
sebenarnya sudah ada pembagian tugas dan
terutama pada malam hari seperti kopi, rokok,
wewenang antar instansi pemerintah terkait.
indomie, minuman, parfum, dan perlengkapan
Kementerian Sosial berperan memberi bantuan
untuk mandi. Namun setelah ditutupnya lokalisasi
dana kompensasi, Dinas Sosial Provinsi Jambi
kondisi warung sekarang menjadi terlihat sepi
menangani terhadap mucikari atau germo, dan
dari pengunjung, bahkan jarang sekali yang
Dinas Sosial Kota Jambi menangani terhadap
terlihat duduk atau nongkrong di depan warung
berbagai pihak yang terkena dampak karena
sambil menikmati jajanannya. Solusi yang
penutupan lokalisasi. Namun yang sudah
direncanakan dari Dinas Sosial Kota Jambi yaitu
berjalan baru mengenai dana kompensasi dari
dengan memberikan keterampilan dan keahlian
Kementerian Sosial, sedangkan yang lainnya
yang dapat dipakai sebagai bekal untuk mencari
penanganan terhadap mucikari/germo dan piha-
matapencaharian ataupun dalam usaha sebagai
pihak terdampak belum memperoleh penanganan.
alih profesi mereka.
Rencana semula bahwa para mucikari/germo ini
akan diberi keterampilan atau keahlian sebagai Juru Parkir
bekal untuk mencari pekerjaan ataupun membuka Pihak lain yang terkena dampak dari
usaha untuk memperoleh penghasilan sehingga penutupan lokalisasi adalah para juru parkir
dapat hidup secara wajar di masyarakat. yang setiap harinya mengatur kendaraan baik
Tukang Ojek roda dua maupun roda empat bagi para tamu
lokalisasi. Menurut salah satu informan, dana
Tidak lepas pula para ojek yang terkena
yang masuk dari hasil mengelola parkir ini rata-
dampak terhadap ditutupnya lokalisasi, mereka
rata bisa mencapai Rp. 750.000,- setiap harinya.
kehilangan matapencaharian pokok sebagai
Dengan melihat begitu besarnya pemasukan dari
tukang ojek karena sudah jarang sekali yang
pengelolaan parkir, dapat dibayangkan berapa
menggunakan atau memanfaatkan jasanya baik
banyak tamu yang datang di lokalisasi dan
dari para pelanggan lokalisasi dan lebih-lebih dari
ramainya situasi karena banyak tempat/bordil
para pekerja sek komersial. Sebelum lokalisasi
membunyikan music dengan kerasnya diiringi
ditutup, seringkali para PSK yang ada di lokalisasi
sendaugurau dari para  penghuninya.
menggunakan jasa para ojek (pada umumnya
Dengan ditutupnya lokalisasi, suasana
wanita) untuk mengantar keluar lokalisasi,
sekarang sudah terbalik, dimana tidak ada satupun
baik untuk kepentingan ke pasar, berbelanja
tempat/bordil yang membunyikan music secara
kebutuhan sehari-hari (toko swalayan), makan,
keras, karaoke tidak ada lagi dan para tamupun
ataupun ke tempat teman dan sanak saudaranya.
sudah jarang datang ke lokalisasi. Apabila masih
Setiap kali para PSK menggunakan jasa para ojek
ada tamu yang datang ke lokalisasi melakukan
ini, mereka sering menjamin mengenai bahan
transaksi prostitusi, maka ketika terkena razia
bakarnya, makan/minum, selain ongkos sebagai
oleh para petugas terkait tidak akan terlepas dari
ojek yang memang seharusnya diterima. Para
jeratan hukum yang berlaku. Solusi yang diambil
ojek sangat senang apabila jasanya digunakan
oleh Dinas Sosial Kota Jambi yaitu dengan
oleh para penghuni lokalisasi ini, karena
memberikan keterampilan kerja, sehingga dapat
nantinya akan memperoleh ongkos yang lebih
beralih profesi yang diharapkan memperoleh
dibandingkan apabila penggunanya adalah orang
pekerjaan yang dapat lebih menjamin terhadap
lain pada  umumnya.
kehidupan dimasa mendatang.
Pemilik Warung
Salon Kecantikan
Begitu pula dengan keberadaan pengusaha
Seperti halnya sebagai seorang pekerja
toko atau warung yang berada di lingkungan
salon, dengan ditutupnya lokalisasi maka
205
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

penghasilan mereka terus mengalami penurunan ke masyarakat. Namun karena sudah menjadi
secara drastis. Biasanya banyak para PSK yang komitmen dari pemerintah daerah, maka ditutuplah
minta bantuan untuk menghias diri di salon, dua lokalisasi (Langit Biru dan Payo Sigadung)
sekarang jumlahnya sudah banyak mengalami secara resmi pada tanggal 13 Oktober 2014.
penurunan bahkan untuk setiap harinya belum tentu Penutupan lokalisasi terkesan terburu-buru
ada yang masuk ke salon. Agar pekerja di salon ini sehingga kurang terencananya dalam melakukan
dapat memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya, penanganan terhadap berbagai dampak yang
maka solusi yang perlu dilakukan yaitu dengan alih muncul karena ditutupnya lokalisasi. Para eks
profesi dengan diberi peningkatan keterampilan PSK yang dipulangkan ke daerah asal (terutama
yang telah dimiliki ataupun keahlian tertentu yang yang berasal dari daerah Kota Jambi) masing-
dapat mencukupi kebutuhan  hidupnya. masing memperoleh bantuan sosial berupa
Pedagang Asongan dana kompensasi sebesar Rp. 4.800.000,-.
Dana kompensasi tersebut diharapkan dapat
Pedagang asongan yang seringkali dipakai sebagai modal usaha dan biaya hidup
menawarkan dagangan di lingkungan lokalisasi selama tiga bulan, namun karena tanpa dibekali
juga terkena dampakya. Di samping melayani dengan keterampilan usaha ataupun kerja,
pembelian secara tunai, para pedagang asongan sehingga habis untuk memenuhi kebutuhan yang
ini juga melayani secara kredit atau angsuran sifatnya  konsumtif.
sehingga banyak diburu oleh para penghuni Sebelum dilakukan penutupan di kedua
lokalisasi. Biasanya sebelum lokalisasi ditutup, lokalisasi, para PSK dan germo/mucikari tidak
dagangannya yang berupa peralatan rumah diberi keterampilan untuk bekal usaha maupun
tangga, perlengkapan mandi, parfum, asesoris, bekerja sehingga mereka tidak bisa alih profesi
dan barang lainnya cukup laris dibeli oleh penghuni dengan membuka usaha ataupun bekerja sesuai
dan para tamu di lokalisasi sekarang menjadi dengan jenis keterampilannya. Dengan kondisi
sepi pembeli. Para pedagang asongan merasa yang demikian, tidak sedikit para PSK yang tetap
terpukul dengan ditutupnya lokalisasi, karena tidak bertahan berprofesi sebagai penjaja seks baik
mendapat pemasukan lagi dari aktivitas sebagai secara sembunyi maupun secara terus terang.
pedagang asongan ini. Ada juga beberapa PSK yang menerima para
Penanganan terhadap berbagai pihak yang pelanggan melalui online, bekerja di rumah panti
terkena dampak akibat ditutupnya lokalisasi baik pijat plus-plus, warung remang-remang, tempat
di Payo Sigadung maupun Langit Biru seperti: diskotik, hotel kelas melati, tempat karaoke, dan
tukang parkir, tukang ojek, keamanan, salon tempat lokalisasi walaupun secara resmi telah
kecantikan, usaha warung, tukang cuci pakaian, ditutup namun masih ada juga yang menerima
pedagang asongan dan lainnya sebenarnya tamunya secara sembunyi-sembunyi.
merupakan kewenangan dari Dinas Sosial Kota Penutupan lokalisasi di Langit Biru dan Payo
Jambi, namun sampai saat ini belum dapat Sigadung yang berada di Kota Jambi merupakan
terealisir karena berbagai faktor. ide awal dari Pemerintah Daerah Kota Jambi
Sebelum dilakukan penutupan di kedua (Walikota Jambi) dengan mengacu pada Peraturan
lokalisasi, terlebih dahulu diadakan sosialisasi Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
mengenai rencana tersebut agar berbagai pihak Pemberantasan Pelacuran dan Perbuatan
yang terkait dan terlibat dapat menyiapkan diri Asusila. Peraturan Daerah ini diberlakukan mulai
secara matang. Sebagian besar mereka yang satu tahun sejak tanggal diundangkan yaitu pada
terkait merasa keberatan apabila dilakukan tanggal 16 Februari 2014. Dengan ditutupnya dua
penutupan dalam waktu dekat, mereka lokalisasi tersebut pada tanggal 13 Oktober 2014,
menginginkan agar ditunda terlebih dahulu (dua paling tidak sebanyak 319 eks PSK (39 orang di
tahun) untuk mempersiapkan diri baik secara fisik, lokalisasi Langit Biru dan 280 orang di lokalisasi
psikis (mental), sosial, dan ekonomi sehingga Payo Sigadung) dikembalikan atau dipulangkan ke
sampai betul-betul merasa siap untuk kembali daerah asal mereka masing-masing. Pemulangan

206
Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

ke daerah asal bagi eks PSK yang berasal dari Kementerian Sosial berperan sebagai pemberi
luar daerah Jambi sebanyak 22 orang, meliputi: program bantuan sosial berupa dana kompensasi,
Palembang, Lampung, Bandung, Bogor, Cirebon, Dinas Sosial Provinsi Jambi berperan menangani
Panerokan, Cikampek, Banten, Tasikmalaya, para germo atau mucikari untuk diberdayakan
Indramayu, dan Subang. atau alih profesi dengan diberi keterampilan
Sedangkan yang lainnya merupakan maupun usaha, dan Dinas Sosial dan Tenaga
PSK yang berasal dari daerah Kota Jambi dan Kerja Kota Jambi berperan untuk menangani
sekitarnya. Pada tahun 2015, Yayasan Sahabat kepada berbagai pihak yang terdampak dengan
diberi kewenangan dari Kementerian Sosial untuk penutupan lokalisasi. Dari ketiga peran instansi
melakukan pendistribusian dana bantuan sosial pemerintah terkait, baru Kementerian Sosial
berupa UEP bagi para eks PSK. Setelah dilakukan berupa dana kompensasi yang sudah terealisir,
pendataan oleh Yayasan Sahabat, berhasil sedangkan yang lainnya yaitu dari Dinas Sosial
mengumpulkan sebanyak 200 orang wanita Provinsi Jambi dan Dinas Sosial Tenaga Kerja
pekerja seks komersial (dari lokalisasi sebanyak Kota Jambi belum terlaksana.
60 orang dan dari luar lokalisasi sebanyak 140 Sebagai terdampak secara langsung
orang). Wanita pekerja seks komersial luar terhadap ditutupnya lokalisasi di Kota Jambi yaitu
lokalisasi berasal dari berbagai tempat dan para pekerja seks komersial (PSK) dan germo
lokasi, seperti: tempat karaoke, hotel kelas melati, atau mucikari. Sebagian para PSK (22 orang)
prostitusi on line, tempat pijat plus-plus, warung telah dikembalikan ke daerah asal (Lampung
remang-remang, dan tempat diskotik. dan di beberapa kota/kabupaten di Pulau Jawa)
Dari sebanyak 200 orang, semuanya dengan menerima uang atau dana kompensasi
memperoleh bantuan dana sosial untuk UEP sebesar Rp. 4.800.000,-. Sedangkan yang berasal
sebesar Rp. 5.000.000,-. Uang sebesar itu oleh dari daerah Kota Jambi dan sekitarnya setelah
eks PSK sebagian besar dipergunakan untuk menerima dana kompensasi, hanya sebagian kecil
membeli peralatan membuka usaha berupa: saja yang dipergunakan untuk mengembangkan
warung minuman air tebu, mie ayam, soto, usaha warungnya. Sebagian besar dana
bakso, berbagai aneka minuman, rokok, dan kompensasi tersebut habis dipergunakan untuk
sembako. Kadang di antara mereka, dana sosial membayar utang-utangnya, membayar sewa
sebesar itu tidak cukup untuk membeli peralatan rumah ataupun tempat kos, untuk memenuhi
usaha, sehingga harus punya dana tambahan kebutuhan hidup sehari-hari, dan membiayai
untuk membeli peralatan seperti press tebu yang kebutuhan sekolah  anaknya.
harganya mencapai Rp. 10.000.000,-. Tempat Ada beberapa pihak yang secara tidak
usaha atau pada gerobak mereka sebagai langsung terdampak terhadap ditutupnya
penerima dana sosial UEP selalu dipasang stiker lokalisaasi, seperti: germo atau mucikari, juru parkir,
bertuliskan “Penerima Bantuan Usaha Ekonomi tukang ojek, usaha warung makan/minum, warung
Produktif melalui Usaha Kemandirian (APBN-P) sembako, salon kecantikan, pihak keamanan,
Kementerian Sosial RI Tahun 2015”. Sebagian tukang cuci, pedagang asongan, tukang pijat,
besar mereka membuka usaha di pinggir dan aparat pemerintah daerah setempat. Di
jalan dekat jembatan penyeberangan Sungai antara mereka ada yang masih bertahan di
Batanghari, dimana selalu ramai dikunjungi oleh tempat lokalisasi walaupun pendapatan dan
masyarakat yang sedang menikmati indahnya penghasilannya jauh menurun secara drastis bila
jembatan penyeberangan di waktu malam, dibandingkan dengan sebelum lokalisasi ditutup,
sehingga selalu ramai pada sore dan malam hari, seperti: germo/mucikari, pemilik warung makan
terutama sekali pada malam liburan. dan minum, warung sembako, salon kecantikan,
Peran instansi pemerintah yang terkait tukang pijat, dan tukang cuci. Sedangkan yang
dalam penutupan lokalisasi ini meliputi sudah menyatakan alih profesi dan tidak lagi
Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi Jambi, bertempat di lokalisasi adalah petugas keamanan
serta Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi. yang ditarik menjadi security di salah satu kantor

207
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

pemerintah daerah Kota Jambi dan tukang ojek tidak sedikit para pekerja seks komersial (PSK/
yang pindah ke tempat lain karena sudah tidak WTS) tetap mempertahankan profesinya
ada lagi yang menggunakan jasanya. walaupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Dari beberapa pihak yang secara langsung Aktivitas para eks PSK ini dapat dilihat di tempat
maupun tidak langsung terdampak dengan lokalisasi yang telah ditutup, tempat diskotik,
ditutupnya lokalisasi di Kota Jambi, pihak lain yang karaoke, hotel kelas melati, panti pijat plus-plus,
terdampak yaitu pemerintah daerah setempat (RT) dan di warung remang-remang. Setelah dilakukan
karena kehilangan sumber dana yang jumlahnya pendataan oleh Yayasan Sahabat, ternyata
tidak sedikit. Selama lokalisasi masih beroperasi, tidak sedikit para pekerja seks komersial yang
pihak ketua RT tidak begitu sulit mengumpulan melakukan aktivitas prostitusi di luar lokalisasi,
uang atau dana untuk membangun daerahnya, yaitu sebanyak 160 orang dengan memperoleh
namun setelah lokalisasi ditutup mereka belum bantuan sosial UEP dari Kementerian Sosial
bisa menemukan sumber dana lain yang dapat masing-masing sebesar Rp. 5.000.000,-.
dipergunakan untuk keperluan pembangunan di Apabila usaha ini berhasil, berikutnya Yayasan
daerahnya. Dana yang diperoleh dari pengelola Sahabat akan mengajukan permohonan berupa
lokalisasi selama ini biasanya dipergunakan proposal kepada Kementerian Sosial untuk
untuk membangun dan merawat jalan kampung, memperoleh bantuan sosial yang sifatnya untuk
penerangan jalan, kebersihan lingkungan, pengembangan usaha sehingga betul-betul
keamanan kampung, membangun dan merawat dapat hidup secara mandiri.
fasilitas kampung, serta dipergunakan untuk Para germo/mucikari yang akan
kesejahteraan bagi masyarakat kampung diberdayakan dengan diberi keterampilan agar
dapat beralih profesi namun belum juga terealisir
D. SIMPULAN tidak dapat berbuat banyak, kecuali tetap
Berdasarkan hasil penelitian tersebut membuka rumah bordil untuk disewakan bagi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang membutuhkan untuk perbuatan
dengan ditutupnya lokalisasi WTS di Kota prostitusi. Seperti di lokalisasi Langit Biru, dimana
Jambi berdampak terhadap para pekerja seks sering disewa oleh orang dari luar daerah bahkan
komersial, germo/mucikari, dan secara tidak anak sekolah dengan masih mempergunakan
langsung terhadap berbagai pihak, seperti: seragam memanfaatkan tempat tersebut untuk
pemilik warung makan dan minuman, tukang mengadu kasih. Hanya dengan membayar uang
parkir, tukang ojek, pihak keamanan, usaha sebesar Rp. 20.000,- yang cukup terjangkau,
pencucian/loundry, pedagang asongan, jasa kebutuhan biologis mereka dapat terpenuhi
pijat, dan pemerintah daerah setempat. Dampak dibandingkan apabila harus menyewa hotel
penutupan lokalisasi WTS dapat diminimalisir walaupun kelas melati. Para germo/mucikari
apabila rencana penutupan tersebut dipersiapkan tetap membuka usaha tersebut walaupun sudah
secara matang dan terorganisir dari berbagai ditutup, hal ini semata-mata tuntutan untuk
pihak yang terlibat. memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karena tanpa adanya pembekalan baik Terdampak lainnya selaku pelaku ekonomi
keterampilan kerja maupun usaha terhadap para di lingkungan lokalisasi yang selama ini masih
pekerja seks komersial, walaupun mereka diberi membuka usahanya, antara lain: pemilik warung
dana kompensasi yang besarnya Rp. 4.800.000,- makan dan minuman, usaha loundry, dan
mereka tidak dapat memanfaatkan dana tersebut pijat. Pendapatan mereka setelah penutupan
secara maksimal. Harapan agar dana kompensasi lokalisasi menurun secara dratis, jarang sekali
dapat dipergunakan untuk membuka usaha atau para penghuni dan tamu yang memanfaatkan
alih profesi dan dapat hidup di masyarakat secara dari usaha mereka. Karena tuntutan untuk
wajar, ternyata habis untuk membayar pinjaman, memenuhi kebutuhan hidup, sehingga mereka
membayar kontrak/kos rumah, dan memenuhi tetap membuka usaha walaupun kondisinya
kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi tersebut, sepi dari pengunjung. Sedangkan terdampak

208
Dampak Penutupan Lokalisasi Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK)

lainnya seperti tenaga keamanan, tukang parkir, dibebankan kepada Dinas Sosial Kota Jambi,
pedagang asongan, dan tukang ojek tetap karena sesuatu hal upaya ini belum dapat
melakukan pekerjaan yang sama namun di terealisir. Tindakan yang perlu dilakukan agar
tempat lain. mereka dapat beralih profesi yaitu dengan
Atas dasar kesimpulan tersebut di atas, memberikan keterampilan sesuai dengan
maka dapat disarankan sebagai berikut. bakat dan minatnya. Selain beralih profesi,
1. Sosialisasi rencana penutupan lokalisasi mereka juga dapat melakukan pekerjaan
sebaiknya dilaksanakan jauh-jauh hari dan usaha yang sama namun di tempat
sebelum dilakukan penutupan, dengan lain. Berbagai instansi terkait yang ada di
harapan agar mereka yang terdampak Kota Jambi dapat memfasilitasi agar mereka
dapat mempersiapkan diri secara matang. yang terdampak dapat beraktivitas secara
Selain dapat mempersiapkan diri, nantinya mandiri. Seperti petugas keamanan beralih
akan terjadi diskusi dan diperoleh masukan jadi petugas security di salah satu instansi
yang sangat berharga dalam rangka pemerintah daerah Kota Jambi, tukang parkir
meningkatkan kemandirian mereka setelah melakukan aktivitas di sekitar pasar atau
dilakukan  penutupan. jalan protokol Kota Jambi, begitu juga tukang
2. Para pekerja seks komersial, pada umumnya ojek tetap melakukan aktivitas sebagai ojek
mereka melakukan profesinya disebabkan secara  online.
karena faktor ekonomi dan ditunjang oleh
E. UCAPAN TERIMA KASIH
tingkat pendidikan yang rendah serta minimnya
bekal keterampilan baik untuk bekerja maupun Terimakasih kami sampaikan kepada
dalam bidang usaha dan jasa. Menutup semua pihak yang telah mendukung penulisan
lokalisasi, berarti harus dapat memandirikan dan terbitnya artikel ini, khususnya pada: Balai
para pekerja seks komersial sehingga secara Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
swadaya mampu mencukupi kebutuhan hidup Kesejahteraan Sosial (B2P3KS), sumber data,
mereka sehari-hari dengan memanfaatkan redaksi, dan mitra bestari.
bekal keterampilan dan modal usaha yang
telah dimiliki. Kemandirian ini dapat berupa
pemberian keterampilan kerja sesuai dengan Daftar Pustaka
bakat minat dan pasaran yang sedang
laku jual. Begitu juga dengan keterampilan Agoes Moh. Moefad. (2015). Komunikasi
usaha yang dipandang belum banyak di Masyarakat Eks Lokalisasi Pasca
pasaran, sehingga dapat memanfaatkan Penutupan Dolly. Jurnal Komunikasi
dana kompensasi dengan membuka usaha Islam. ISBN 2088-6314 Vol.05 No. 01
secara  maksimal. Juni 2015 Program Studi Komunikasi
3. Para germo/mucikari yang ada di lokalisasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah
Kota Jambi (Payo Sigadung dan Langit Biru) dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
setelah dilakukan penutupan, penanganannya (UIN) Sunan Ampel Surabaya - Asosiasi
dibebankan kepada Dinas Sosial Provinsi Profesi Dakwah Islam Indonesia
Jambi dengan diberdayakan agar dapat Arah Juang. (2014). Masalah dalam Penutupan
beralih profesi namun belum terealisir. Pada Lokalisasi Dolly: Solidaritas untuk Front
umumnya para germo/mucikari ini sudah tidak Pekerja Lokalisasi. Edisi II Tahun 2014
muda lagi, dalam arti masuk dalam kategori Fetry Wuryasti. (2016). Penutupan
usia kurang produktif. Solusi yang perlu Lokalisasi bukan jaminan Entaskan
dilakukan yaitu dengan diberdayakan dengan Prostitusi. Senin, 22 February 2016
memberi keterampilan dalam berbagai bidang Hartini Retnaningsih. (2014). Dampak Sosial
usaha agar mereka dapat beralih profesi pada Penutupan Lokalisasi Dolly. Info Singkat
bidang yang lain. Vol. VI, No.13/I/P3DI/Juli/2014 (Pusat
4. Pelaku kegiatan ekonomi di lingkungan Pengkajian, Pengolahan Data dan
lokalisasi di Kota Jambi yang terdampak akibat Informasi (P3DI)
ditutupnya lokalisasi dalam penanganannya

209
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 43, No. 3, Desember 2019, 195-210

Kementerian Sosial cq Direktorat Tuna Sosial diselenggarakan pada tanggal 08


(2015). Dalam rapat koordinasi Nasional Februari 2017 di OPSI Provinsi Daerah
Penanganan Gelandangan Pengemis Istimewa Yogyakarta
dan Prostitusi (eks WTS), sumber Patnani, M. (1999). Prostitusi: Antara Pilihan dan
http:??rehsos.kemensos.go.id Keterpaksaan. Jurnal Kognisi. Volume 3
Miskawi dan Matali. (2009). Peran WTS Nomor 2
(Wanita Tuna Susila) dalam Memenuhi Rukmini Kusuma Astuti. (2009). Proses Terjadinya
Kebutuhan Ekonomi Keluarga (Studi Pelacuran di Masyarakat. Yogyakarta:
Kasus pada Lokalisasi Padang Bulan Universitas Gadjah mada
Di Desa Benelan Kidul Kecamatan Setiawan. (2015). ”Prostitusi, Bisnis atau
Singojuruh Kabupaten Banyuwangi. Kejahatan”. dalam http://Pikiran Rakyat.
Direktorat jendral pendidikanTinggi com. diunduh pada tanggal 15 Februari
Departemen Pendidikan Nasional 2015
Laily Masrurin Nisa. (2016). Pekerja Seks Sitepu, A. (2004). “Dampak Lokalisasi Prostitusi
Komersial Pasca Ditutupnya Lokalisasi terhadap Perilaku Remaja di Sekitarnya”.
Kremil (Studi Deskriptif Mekanisme Jurnal Pemberdayaan Komunitas.
Survival Pekerja Seks Komersial Volume 3. Nomor 3
Lokalisasi Kremil Tambak Asri Surabaya). Sumber lain:
Surabaya: Universitas Airlangga www.academia.edu/12972280/pro_kontra_
Nanik, S, Kamto, S, dan Yuliati, Y. (2012). lokalisasi_prostitusi
“Fenomena Keberadaan Prostitusi Republika, 17 Februari 2016. Mensos: pemerintah
dalam Pandangan Feminisme”, Jurnal targetkan bebas prostitusi 2019
Wacana, Vol. 15, Nomor 4
OPSI. (2017). Penutupan Lokalisasi: Apakah
merupakan Solusi?. Diskusi Kultural

210

You might also like