Skripsi Leti Okk

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 91

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI POLIKLINIK RS PTPN
VIII SUBANG TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka

LETI MULTIAVANI
NIM : 18142012040

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN


KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI POLIKLINIK RS PTPN VIII
SUBANG TAHUN 2020
PENYUSUN : LETI MULTIAVANI
NIM : 18142012040

Majalengka, 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Eti Rohayati, SKM., MHKes Yeti Yuwansyah.SST.,M.Kes


NIP. 17.02.02.03.024 NIP.17.02.04.06.056

LEMBAR PENGESAHAN

ii
JUDUL : HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN

KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PADA PENDERITA

HIPERTENSI DI POLIKLINIK RS PTPN VIII

SUBANG TAHUN 2020


PENYUSUN : LETI MULTIAVANI
NIM : 18142012040

Majalengka, 2020

Penguji I Penguji II Penguji III

Aat Agustini.,MKM Eti Rohayati, SKM., MHKes Rina Nuraeni, S.Kep.,Ners.,M.Kes


NIP. 17.02.11.03.029 NIP. 17.02.02.03.024 NIP. 17.02.02.03.025

Mengetahui
Ketua Prodi S1 Keperawatan

Hera Hijriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIP. 17.02.01.12.100
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
YPIB MAJALENGKA HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE
2020

LETI MULTIAVANI

iii
THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND COMPLIANCE
WITH DRUGS IN HYPERTENSION PATIENTS AT THE POLYCLINIC OF
PTPN VIII SUBANG Hospital, 2020
xiii + 58 pages + 7 Tables + 2 Diagrams + 6 Attachments

ABSTRACT

Family support is one of the most important types of support in achieving optimal
blood pressure control. Family support can be provided in the form of emotional
support and appreciation, instrumentals and information. This study aims to
determine the description of family support for adherence to taking medication in
patients with hypertension at PTPN VIII Subang Hospital.

This research design is descriptive quantitative through cross sectional approach.


The population was hypertension patients at the PTPN VIII Subang Hospital. The
sample size was 42 respondents using purposive sampling that met the inclusion
criteria. The independent variable is family support, while the dependent variable
is medication adherence.

Data were collected using a questionnaire then analyzed using Chi Square with a
significance level of α = 0.05. The results showed that there was a relationship
between family support and medication adherence (p = 0.001 <0.05).

It can be concluded that there is a relationship between family support and


adherence to taking medication in patients with hypertension. Suggestions
conveyed by the results of this study can be used as a benchmark for health
promotion efforts as a promotional and preventive measure against the recurrence
rate of hypertension sufferers regarding the importance of taking medication
regularly.

Keywords : Family Support, Compliance with Medication, Hypertension


References : 80 Books (2010-2020), 5 Sites, 7 Theses

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA
2020

LETI MULTIAVANI

iv
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI POLIKLINIK RS PTPN
VIII SUBANG TAHUN 2020
xiii + 58 hal + 7 Tabel + 2 Diagram + 6 Lampiran

ABSTRAK

Dukungan keluarga adalah salah satu jenis dukungan yang paling penting dalam
tujuan mencapai kontrol tekanan darah yang optimal. Dukungan keluarga dapat
diberikan dalam bentuk dukungan emosional dan penghargaan, instrumental dan
informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan
keluarga terhadap kepatuhan untuk minum obat pada pasien dengan hipertensi di
RS PTPN VIII Subang.
Desain penelitian ini adalah deskriptif Kuantitatif melalui pendekatan cross
sectional. Populasi adalah pasien hipertensi di Rumah Sakit PTPN VIII Subang.
Besar sampel adalah 42 responden menggunakan purposive sampling yang
memenuhi kriteria inklusi. Variabel independen adalah dukungan keluarga
sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan minum obat.
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner kemudian dianalisis menggunakan
Chi Square dengan tingkat signifikansi α = 0,05. Dengan hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat (p = 0,001 <0,05).
Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi. Saran yang disampaikan hasil dari
Penelitian ini bisa dipakai sebagai patokan, sebagai upaya promosi kesehatan
sebagai langkah upaya promotif dan preventif terhadap angka kekambuhan
penderita hipertensi tentang pentingnya minum obat secara teratur.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat, Hipertensi


Daftar Pustaka : 80 Buku (2010-2020), 5 Situs, 7 Skripsi

KATA PENGANTAR

v
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul

Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat

pada Penderita Hipertensi di Poliklinik RS PTPN VIII Subang Tahun 2020

ini tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana dalam bidang keperawatan. Saya menyadari bahwa,

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada :

1) Jejen Nurbayan, S.Sos selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol

(YPIB) Majalengka

2) Dr. Wawan Kurniawan, SKM., M.Kes, selaku Ketua STIKes YPIB

Majalengka;

3) Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes YPIB Majalengka;

4) Eti Rohayati, SKM., MHKes, selaku dosen pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan skripsi ini;

5) Yeti Yuwansyah.SST.,M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan skripsi ini;

vi
6) Pihak RS. PTPN VIII Subang yang banyak membantu dalam memperoleh

data yang saya perlukan

7) Orang tua suami dan anak-anakku yang telah memberikan bantuan

dukungan material dan moral selama ini.

8) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan masukan dan membantu kelancaran pelaksanaan ini.

Akhir kata, penulis berharap Skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima

kasih.

Majalengka, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

vii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

ABSTRAK..............................................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL....................................................................................................x

DAFTAR BAGAN.................................................................................................xi

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 7

C. TUJUAN PENELITIAN 7

1. Tujuan Umum............................................................................................7

2. Tujuan Khusus...........................................................................................7

D. MANFAAT PENELITIAN 7

1. Teoritis.......................................................................................................7

2. Praktis........................................................................................................8

BAB II......................................................................................................................9

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................9

A. HIPERTENSI...................................................................................................9

1. Definisi Hipertensi 9

2. Etiologi Hipertensi 10

viii
3. Tanda dan Gejala Hipertensi 11

4. Klasifikasi Hipertensi 12

B. KEPATUHAN MINUM OBAT.....................................................................15

1. Definisi Kepatuhan 15

2. Pengukuran Tingkat Kepatuhan 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan 17

C. DUKUNGAN KELUARGA..........................................................................20

1. Keluarga 20

2. Tipe Keluarga 21

3. Fungsi Keluarga 23

4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan 24

5. Pengertian Dukungan Keluarga 25

6. Sumber Dukungan Keluarga 26

7. Tujuan Dukungan Keluarga 26

8. Jenis Dukungan Keluarga 27

9. Manfaat Dukungan Keluarga 29

D. KERANGKA TEORI :...................................................................................30

BAB III..................................................................................................................31

METODE PENELITIAN.......................................................................................31

A. KERANGKA KONSEP.................................................................................31

1. Penjelasan Kerangka Konsep 31

B. DEFINISI OPERASIONAL...........................................................................32

ix
C. HIPOTESIS....................................................................................................32

D. METODE PENELITIAN...............................................................................33

1. Rancangan Penelitian 33

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 33

3. Variabel Penelitian 36

4. Instrumen Penelitian 37

5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 37

6. Pengukuran Tekanan Darah 39

7. Lokasi dan Waktu Penelitian 39

8. Pengumpulan Data 39

9. Etika Penelitian 40

10. Cara Analisis Data 41

BAB IV..................................................................................................................46

HASIL PENELITIAN............................................................................................46

A. HASIL PENELITIAN....................................................................................46

1. Kepatuhan Minum Obat 46

2. Dukung keluarga 47

3. Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat 48

B. PEMBAHASAN.............................................................................................49

1. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi 49

2. Gambaran Dukungan Keluarga terhadap penderita hipertensi 51

x
3. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

penderita hipertensi. 52

SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................57

A. KESIMPULAN...............................................................................................57

B. SARAN...........................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman

xi
Tabel 2.1 Pedoman Praktik Klinis Tekanan Darah Tinggi...............................
12
Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................
32
Tabel 3.3 Interprestasi data univariat...............................................................
44
Tabel 3.4 Tabulasi Analisa Bivariat................................................................
45
Table 4.1 Distribusi Frekuensi kepatuhan Minum Obat Pada Responden
Hipertensi di RS PTPN VIII Subang Juli 2020...............................
Table 4.2 Distribusi Frekuensi dukungan keluarga Pada Responden
Hipertensi di RS PTPN VIII Subang Juli 2020...............................
47
Table 4.3 Distribusi Frekuensi Hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan Minum Obat Pada Responden HIpertensi di RS
PTPN VIII Subang Juli 2020...........................................................
48

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kemampuan


Mengontrol Halusinasi.....................................................................
41

xii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori dukungan keluarga dengan kepatuhan


minum obat pada penderita hipertensi ..................................
30
Bagan 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan kepatuhan minum obat pada penderita
hipertensi di poliklinik Rumah Sakit PTPN VIII Subang......
31

Diagram 3.2 Desain Penelitian One Group Pretest

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi

adalah suatu kondisi di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang

persisten. Setiap kali jantung berdetak, maka jantung akan memompa

darah ke pembuluh darah, kemudian membawa darah ke seluruh tubuh.

Pada orang dewasa, tekanan darah normal yaitu 120 mmHg sistolik dan 80

mmHg diastolik. Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah

sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg atau tekanan darah diastolik

sama dengan atau di atas 90 mmHg (WHO, 2013).

Pasien hipertensi mengalami kesulitan dalam kepatuhan terhadap

pengobatan antihipertensi yang dapat memperburuk status kesehatannya.

Kurangnya kepatuhan terhadap obat hipertensi adalah alasan utama

tekanan darah yang tidak terkontrol dan merupakan faktor risiko utama

terjadinya penyakit lain, seperti penyakit jantung koroner, trombosisi

serebral, stroke dan gagal ginjal kronis (Al-Ramahi, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan sangat

kompleks dan beragam salah satunya yaitu dukungan sosial (keluarga)

(Ma andPh, 2016). Dukungan keluarga dapat dipahami sebagai bantuan

dan perlindungan yang diberikan kepada seseorang. Dukungan keluarga


telah terbukti secara positif dengan hasil kesehatan untuk berbagai kondisi

medis, termasuk pasien yang dalam perawatan rawat inap di rumah sakit

(Jakub, 2017).

Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia

menderita Hipertensi, yang artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis

menderita Hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang

meninggal akibat hipertensi dan komplikasi (Kemenkes, 2018).

Hipertensi di Asia tercatat 38,4 juta tahun 2000 dan diprediksi akan

meningkat menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Hipertensi di Asia

Tenggara sendiri merupakan faktor risiko kesehatan utama. Setiap

tahunnya hipertensi membunuh 2,5 juta orang di Asia Tenggara. Jumlah

penderita hipertensi di dunia terus meningkat (Masriadi,

2016).Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi mengalami

peningkatan sebesar 8,31%, dari sebelumnya 25,8% (Riskesdas, 2013)

menjadi 34,11% (Riskesdas, 2018).

Di Provinsi Jawa Barat, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013,

Prevalensi hipertensi yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18

tahun merupakan provinsi ke-4 dengan kasus hipertensi terbanyak (29,4%)

setelah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), dan

Kalimantan Timur (29,6%) (Riskesdas, 2013). Sedangkan pada tahun

2018, Jawa Barat menduduki urutan ke dua sebagai Provinsi dengan kasus

Hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 39,6% setelah Kalimantan

Selatan yaitu sebesar 44,1% (Riskesdas, 2018).


3

Ketidakpatuhan dalam minum obat hipertensi dapat menyebabkan

kekambuhan sehingga terjadi peningkatan jumlah pasien hipertensi yang

mengunjungi rumah sakit. Berdasarkan data awal yang diambil di RS.

PTPN VIII Subang, pada tahun 2018 jumlah pasien hipertensi yang

berobat di poliklinik sebanyak 4.223 orang, sedangkan di tahun 2019

jumlah pasien hipertensi yang berobat sebanyak 4353 orang, dan juga

jumlah pasien hipertensi yang berobat di poliklinik pada bulan januari –

Maret sebanyak 235 , dan pada bulan April 2020 sebanyak 72 orang.

Hipertensi merupakan tantangan besar dalam sistem pelayanan

kesehatan Indonesia, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung), dan otak

(menyebabkan stroke). Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4

kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan

setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian

karena penyakit stroke (Kemenkes, 2014). Oleh karena itu penderita

hipertensi perlu menyadari bahwa pengendalian tekanan darah perlu

dilakukan untuk meminimalisir komplikasi.

Ketidakpatuhan terhadap pengobatan adalah salah satu masalah

kesehatan masyarakat terbesar dan dianggap sebagai penyebab utama dari

hipertensi. Kurangnya kepatuhan kepada obat antihipertensi adalah alasan

utama untuk kontrol hipertensi yang buruk (Al-Ramahi, 2014). Kepatuhan

yang rendah terhadap obat antihipertensi juga telah diamati di antara

pasien hipertensi, lebih dari setengah dari mereka tidak mencapai tekanan
4

darah yang terkontrol, sehingga menyerah pada penyakit dan kualitas

hidup berkurang (Ma and Ph, 2016).

Hasil penelitian menurut Azri Hazwan (2017) menunjukkan

sebanyak 30% pasien mempunyai kepatuhan tinggi terhadap minum obat

hipertensi sedangkan sisanya sebesar 70% pasien mempunyai kepatuhan

rendah. Untuk mendukung angka keberhasilan pengobatan hipertensi dapat

dilakukan dengan adanya penyuluhan penyakit hipertensi sehingga

kepatuhan minum obat penderita hipertensi dapat meningkat.

Progresivitas hipertensi dapat diturunkan dengan beberapa faktor

seperti social support, environmental factors, dan family support.

Dukungan keluarga berpengaruh positif dalam mengontrol penyakit.

Dukungan keluarga akan membantu meningkatkan pengetahuan tentang

hipertensi dan memberikan motivasi (Flynn et al., 2013). Pasien yang

memiliki dukungan dari keluarga mereka menunjukkan perbaikan

perawatan dari pada yang tidak mendapat dukungan dari keluarga.

Dukungan keluarga dapat berupa informasi mengenai penyakit mereka

atau mengingatkan untuk minum obat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RS. PTPN VIII

Subang pada tanggal 28 dan 29 April 2020 melalui wawancara dengan 10

orang penderita hipertensi enam orang perempuan dan 4 orang laki-laki

didapatkan hasil 6 orang memiliki kebiasaan makan yang tidak baik

dimana sering makan makanan berlemak, jarang mengkonsumsi buah dan


5

sayuran. Ada 7 orang memiliki aktivitas fisik yang kurang, 5 orang yang

tidak mampu mengontrol stres dengan baik, 3 orang masih merokok, 6

orang memiliki pengetahuan yang rendah tentang penyebab dan tanda

gejala perubahan tekanan darah, 5 orang memiliki kemampuan yang

kurang untuk membuat keputusan tentang penyakitnya, 7 orang

mengatakan bahwa mereka tidak rutin ke rumah sakit, mereka mengatakan

bahwa mereka ke rumah sakit apabila merasakan sakit, 6 orang

mengatakan bahwa mereka mengkonsumsi obat hanya pada saat sakit, dan

ketika sudah pulih obat tidak dikonsumsi lagi.

Dampak tekanan darah yang tidak terkontrol yaitu meningkatkan

risiko penyakit jantung iskemik empat kali lipat dan risiko kerusakan

kardiovaskular dua hingga tiga kali lipat (Yassine et al., 2016). Upaya

yang telah dilakukan oleh RS. PTPN VIII Subang yaitu melalui dokter dan

perawat sebagai care giver dan educator yang memberi perawatan kepada

pasien hipertensi dan memberi informasi kepada pasien hipertensi dan

memberi informasi kepada pasien tentang pentingnya minum obat kepada

pasien. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada

pasien hipertensi yang mengalami kekambuhan di RS. PTPN VIII Subang

didapatkan data bahwa pasien baru meminum obat hipertensi jika tekanan

darah meningkat dan jika sudah mengganggu aktivitas, sedangkan

keluarga berperan sebagai pengantar ke pelayanan kesehatan.

Kepatuhan pengobatan dapat dilihat dari rajinnya penderita

mengambil obat sesuai jadwal, obat diminum setiap hari, dan obat habis
6

tepat waktu. Penilaian kepatuhan pengobatan juga dapat dilihat pada

laporan diri pasien, jumlah obat, catatan farmasi, tingkatan obat dan sistem

pemantauan pengobatan (Morisky, 2010).

Dukungan keluarga juga dikaitkan dengan perbaikan tekanan darah

pada keluarga yang sakit berupa dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasional

(Friedman et al., 2010). Secara spesifik, dengan adanya dukungan

keluarga yang kuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas

(Fajriyah et al., 2016). Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini

peneliti mencoba menjelaskan tentang hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi yang mengalami

kekambuhan di wilayah kerja RS. PTPN VIII Subang sehingga tenaga

kesehatan dapat menentukan rencana strategi selanjutnya agar kejadian

kekambuhan hipertensi dapat berkurang.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan

penelitian dan mendokumentasikan hasilnya dalam bentuk karya tulis yang

berjudul “Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan

Minum Obat pada Penderita Hipertensi di Poliklinik RS PTPN VIII

Subang Tahun 2020”.


7

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya yaitubagaimana hubungan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di RS.

PTPN VIII Subang.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum pada penderita hipertensi di RS. PTPN VIII Subang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pada penderita

hipertensi di RS. PTPN VIII Subang.

b. Untuk mengetahui dukungan keluarga pada penderita hipertensi di

RS. PTPN VIII Subang.

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada penderita hipertensi di RS. PTPN VIII Subang.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan penerapan teori

Health Belief Model (HBM) dalam hubungan dukungan keluarga dan

kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di RS.PTPN VIII Subang


8

dan dapat memberikan kontribusi dalam mendukung konsep Keperawatan

Medikal Bedah (KMB) khususnya tentang upaya promotif dan preventif

pada pasien yang menderita hipertensi agar tidak terjadi kekambuhan dan

mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi.

2. Praktis

a. Bagi Keluarga

Memberikan informasi tentang pentingnya dukungan

keluarga terhadap kepatuhan minum obat untuk mengurangi

kekambuhan hipertensi.

b. Perawat

Dapat memberikan intervensi keperawatan dengan

melibatkan keluarga dan memberikan informasi pentingnya

kepatuhan minum obat untuk mengurangi kejadian hipertensi

berulang.

c. Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi dalam pengembangan dan

pengobatan pasien dengan hipertensi.

d. Bagi Peneliti Lain

Agar penelitian lebih bermakna, peneliti lain diharapkan

untuk menambahkan jumlah sampel atau dengan menggunakan

metode penelitian yang lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140

mmHg atau lebih tinggi, dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atu

lebih tinggi. Hipertensi dilaporkan menjadi penyebab utama penyakit

kardiovaskuler di seluruh dunia (Yassine, et al., 2016). Hipertensi atau

tekanan darah tinggi adalah peningkatan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang (Kemenkes, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembulu darah arteri secara terus

menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole konstriksi

membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan

dinding arteri. Hipertensi juga menambah beban kerja jantung dan arteri

yang bila berlanjut akan menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh

darah (Udjianti, Wajandini, 2010).

Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber, dapat disimpulkan

bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

9
10

diastolik lebih dari 90 mmHg dan merupakan faktor resiko utama bagi

penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua kategori

sebagai berikut:

a. Hipertensi Primer (Essensial atau Idiopatik)

Hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang paling

umum sering terjadi. Hipertensi essensial tidak diketahui peyebanya,

dialami oleh sebagian besar (90%) pasien (Rilantono, 2013). Faktor

yang mempengaruhinya yaitu faktor genetik, lingkungan,

hiperaktivitas saraf simpatis, sistem renin (Kowalak, 2011 : Nurarif,

2015). Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa

dikendalikan dengan terapi yang tepat (termausk modifikasi gaya

hidup dan obat). Faktor genetik mungkin berperan penting dalam

pengembangan hipertensi primer. Ini bentuk tekanan darah tinggi

yang cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun

(Bell, 2015).

b. Hipertensi Sekunder

Penyebab dari hipertensi sekunder karena penyakit renal,

penggunaan esterogen, Sindrom Cushing, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan atau penyebab lain yang dapat


11

diidentifiaksi (Kowalak, 2011 : Nurarif, 2015). Penyebab tersering

adalah penyakit gagal ginjal kronik (Rilantono, 2013).

3. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tahap awal hipertensi biasanya ditandai dengan asimtomatik,

hanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah

pada awalnya sementara, tetapi pada akhirnya menjadi permanen.

Gejala yang muncul seperti sakit kepala di tengkuk dan leher, dapat

muncul saat terbangun yang berkurang selama siang hari. Gejala lain

yaitu nokturia, bingung, mual muntah dan gangguan penglihatan

(Lemone, et al., 2015).

Menurut (WHO, 2013) juga mengatakan sebagian besar penderita

hipertensi tidak merasakan gejala penyakit. Gejala klasik dari hipertensi

yaitu epistaksis, sakit kepala, kelesuan, dan pusing disebabkan tekanan

darah yang meningkat (Bhagani, 2018). Hipertensi dapat diketahui

dengan mengukur tekanan darah karena penyakit ini tidak

memperlihatkan gejala, meskipun beberapa pasien melaporkan nyeri

kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau

telinga mendengung. Pada hipertensi sekunder, akibat penyakit lain,

seperti tumor terdapat keringat berlebihan, peningkatan frekuensi

denyut jantung, rasa cemas yang hebat, dan penurunan berat badan

(Agoes, A et al,. 2010).


12

4. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Distol


Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Tinggi/elevated 120-129 <80
Hipertensi stage 1 130-139 80-90
Hipertensi stage 2 ≥140 >90

Tabel 2.1 Pedoman Praktik Klinis Tekanan Darah Tinggi (Whelton et.al., 2017)

a. Klasifikasi Hipertensi menurut Kemenkes RI (2014)

1) Hipertensi Primer/Hipertensi Essensial

Hipertensi primer adlaah hipertensi yang penyebabnya tidak

diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor

gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.

Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

2) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Essensial

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu.

b. Berdasarkan Bentuk

1) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)yaitu peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik.

Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.


13

2) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu

peningkatan tekanandarah pada sistol dan diastol.

3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu

peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.

5. Pencegahan dan Penanganan

Terapi pencegahan yang dapat dilakukan menurut (Lemone, et al.,

2015) adalah :

a. Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup dapat dianjurkan bagi semua pasien yang

tekanan darahnya turun dalam rentang pra-hipertensi (120-139/80-89)

dan setiap orang yang menderita hipertensi intermiten/menetap.

Modifikasi ini mencakup penurunan berat badan, perubahan diet,

pembatasan konsumsi alkohol dan merokok, peningkatan aktivitas fisik

dan penurunan stress.

b. Diet

Pendekatan diet untuk menangani hipertensi berfokus pada

menurunkan asupan natrium, mempertahankan asupan kalium dan

kalsium yang cukup, dan mengurangi asupan lemak total dan lemak

jenuh.
14

c. Aktivitas Fisik

Latihan fisik teratur (seperti berjalan, bersepeda, berlari dan

berenang) menurunkan tekanan darah dan berperan pada penurunan

berat badan, penurunan stress, dan perasaan terhadap kesejahteraan

keseluruhan.

d. Pemakaian Alkohol dan Tembakau

Anjuran asupan alkohol untuk pasien hipertensi adalah tidak lebih

dari satu ons etanol atau dua kali minum per hari. Nikotin adalah suatu

vasokonstriktor sehingga data menunjukkan terdapat hubungan antara

merokok dan penyakit jantung. Selain itu, merokok juga dapat

menurunkan efek beberapa obat-obatan antihipertensi seperti propanol

(inderal).

e. Penurunan Stress

Stress menstimulasi sistem saraf simpatis, meningkatkan

vasokonstriksi, resistensi vaskular sistemik, curah jantung dan tekanan

darah. Latihan fisik sedang dan teratur adalah penanganan pilihan untuk

menurunkan stress pada hipertensi.

Menurut Susilo dan Wulandari (2011), Terapi farmakologi juga

dapat bertujuan menurunkan mortalitas, menurunkan angka kejadian

stroke, penurunan angka kematian jantung mendadak, dan infark

miokard.

1) Bloker beta (atenol, metoprolol) dapat menurunkan denyut jantung

dan TD dengan bekerja antagonis terhadap sinyal adrenergenik.


15

2) Diuretik dan diuretik tazid seperti bendrofluazid.

3) Antagonis kanal kalsium yaitu Vasodilator yang menurunkan TD,

seperti nifedipin, diltiazem, verapamil.

4) Inhibitor enzim pengubah angiotensin seperti captopril, lisinopril

dengan menghambat pembentukan angiostensi II.

5) Antagonis reseptorangiostensis II seperti losartan, valsartan bekerja

antagonis terhadap aksi angiostensin II-renin.

6) Antagonis alfa seperti doksazosin, bekerja antagonis terhadap

reseptor alfa adrenergik pada Pd perifer.

7) Obat-obatan lain, misalnya obat yang bekerja sentral seperti

metildopa/moksonidin. Terapi awal biasa menggunakan beta bloker

dan diuretik. Pedoman terbaru menyarankan penggunaan inhibitor

ACE sebagai obat line kedua.

B. KEPATUHAN MINUM OBAT

1. Definisi Kepatuhan

Menurut Fatmah (2012) mendefinisikan kepatuhan adalah sebagai

perilaku untuk menaati saran-saran dokter atau prosedur dari dokter

tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh proses

konsultasi antara pasien (dan keluarga pasien sebagai kunci dalam

kehidupan pasien) dengan dokter sebagai penyedia jasa medis).


16

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau oleh orang lain (Smet, 1994).

Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai

dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Niven,

2002).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kepatuhan adalah sebuah perilaku yang sesuai dengan instruksi

yang telah di rekomendasikan oleh praktisi medis guna tercapainya tujuan

yang dinginkan. Seseorang dikatakan patuh apabila mau dengan sukarela

mengikuti nasehat yang diberikan oleh tenaga medis.

2. Pengukuran Tingkat Kepatuhan

Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu peran aktif pasien dan kesediaannya untuk

memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta

kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi. Kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat dapat diukur menggunakan berbagai metode, salah

satu metode yang dapat digunakan adalam metode MMAS-8 (Modifed

Morisky Adherence Scale) (Evademi, 2013:34). Metode ini bisa memantau

kepatuhan pasien dengan cara memberikan kuesioner yang terdiri dari 8

pertanyaan yang terkandung didalamnya untuk mengetahui tingkat

kepatuhan pasien. Kuesioner MMAS-8 (Modifed Morisky Adherence


17

Scale-8) yang telah tervalidasi dapat digunakan untuk mengukur

kepatuhan pengobatan pada penyakit-penyakit dengan terapi jangka

panjang diantaranya hipertensi. Keunggulan kuesioner MMAS-8 adalah

mudah, murah, dan efektif digunakan untuk mengetahui kepatuhan pasien

dengan penyakit kronis (Plakas et al., 2016).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Suprayanto (2010), faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan adalah jarak dan

waktu. Biasanya pasien cenderung malas melakukan pemeriksaan/

pengobatan ke tempat yang jauh.


18

c. Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan

teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti

pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan konsumsi

alkohol. Lingkungan berpengaruh besar pada pengobatan, lingkungan

yang harmonis dan positif akan memberikan dampak yang positif pula

pada pasien hipertensi, kebalikannya lingkungan negatif akan

membawa dampak buruk pada pengobatan pasien.

d. Perubahan Model Terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien

terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).

e. Meningkatkan Interaksi Profesional Kesehatan dengan Klien

Meningkatkan untuk memberikan umpan balik pada klien setelah

memperoleh informasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab

penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan.

f. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman

dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).


19

Menurut fungsinya, pengetahuan merupakan dorongan dasar

untuk ingin tahu, mencari penalaran, dan untuk mengrganisasikan

pengalamannya. Adanaya unsur pengalaman yang semula tidak

konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata

kembali atau dirubah sedemikian rupa, sehingga tercapai konsistensi.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula penderita

hipertensi dalam melaksanakan pengobatannya.

g. Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berpikir

semakin matang dan teratur melakukan pengobatan (Notoadmodjo,

2007).

h. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).


20

Pasien dengan hipertensi sangat membutuhkan dukungan dari orang-

orang terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui

sikap yaitu dengan :

1) Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan

meliputi porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan

gizi.

2) Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan

istirahat serta kapan waktunya kontrol.

3) Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.

4) Memberikan motivasi pada pasien hipertensi

C. DUKUNGAN KELUARGA

1. Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu

rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi dengan yang lain, mempunyai peran

masing-masing dalam menciptakan dan mempertahankan suatu

budaya (Amdarmoyo, 2012).

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap

anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).


21

Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar

perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup

bersama atau seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sudah

sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi,

dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Muklisin, 2012).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal

di suatu tempat di bawah suata atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Effendy, 2005).

Pengertian keluarga menurut UU No. 52 Tahun 2009 Bab I

Pasal 1 ayat 6 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang

terdiri atas suami istri, atau suami, istri dan anaknya atau ayah dengan

anak (duda) atau ibu dengan anaknya (janda).

Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan hidup dalam satu atap,

saling menyayangi dan mendukung, dan memiliki perannya masing-

masing.

2. Tipe Keluarga

Menurut Muklisin (2012) tipe keluarga terdiri dari dua, yaitu :


22

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Nuclear family, atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga

yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak

adopsi.

2) Extended family, atau keluarga besar adalah keluarga inti

ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan

darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan paman.

3) Dyad family, adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri

yang tingal dalam satu rumah tanpa anak.

4) Single parent family, adalah suatu keluarga yang terdiri dari

satu orang tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini

dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5) Single adult, adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang dewasa

6) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami

dan istri yang sudah lanjut usia.

b. Tipe Keluarga Non-Tradisional

1) Keluarga Communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa

pertalian darah, hidup dalam satu rumah.

2) Orang Tua (Ayah, Ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan

anak, hidup bersama dalam satu rumah tangga.


23

3) Homo Seksual dan Lesbian adalah dua individu sejenis yang

hidup bersama dalam satu rumah dan berperilaku layaknya

suami istri.

3. Fungsi Keluarga

Dalam (Harmoko, 2012), terdapat beberapa fungsi keluarga

yang dapat dijalankan, yaitu :

a. Fungsi Biologis

1) Untuk meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak.

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

b. Fungsi Psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

3) Membina kedewasaan, kepribadian anggota keluarga.

4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

1) Membina sosial pada anak

2) Membentuk norma-norma, tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi Ekonomi
24

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak, jaminan

hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi Pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimiliki.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat

perkembangannya.

4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Menurut Friedman (1998) dalam (Murwani, 2009) yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan atau meciptakan suasana rumah sehat

e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas

kesehatan masyarakat
25

5. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah upaya yang diberikan kepada

anggota keluarga baik moril maupun materiil berupa motivasi, saran,

informasi dan bantuan yang nyata. Dukungan keluarga dapat

diperoleh dari anggota keluarga (suami, istri, anak, dan kerabat),

teman dekat atau relasi (Karunia, 2016).

Menurut Ambarwati (2010), dalam (Rizkiyanti, 2014) bahwa

dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan

kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri,

mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi

seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Dukungan keluarga merupakan sebuah bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap

anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada

dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga

sebagai sesuatu yang dapat di akses atau di adakan untuk keluarga

yang selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

(Erdiana, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

dukungan keluarga dapat diartikan sebagai dukungan yang diperoleh

dari anggota keluarga, dimana dukungan tersebut dapat berupa


26

perhatian, sikap menghargai, dan dukungan moral lainnya yang

langsung diberikan pada seseorang.

6. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Caplan (1974) dalam Friedman (2010) terdapat tiga

sumber dukungan-dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas

jaringan informal yang spontan yaitu dukungan terorganisasi yang

tidak diarahkan oleh petugas kesehatan profesional, dan upaya

terorganisasi oleh profesional kesehatan.

Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan-dukungan

sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang

dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau

tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa

dukungan sosial keluarga intrnal, seperti dukungan dari suami atau

istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial

keluarga eksternal (Friedman, 1998).

7. Tujuan Dukungan Keluarga

Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam

lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih

baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih

khususnya, karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau


27

menyangga efek serta meningkatkan kesehatan mental individu atau

keluarga secara langsung, karena dukungan sosial adalah strategi

penting yang harus ada dalam masa stress bagi keluarga (Firedman,

2010).

Sistem dukungan keluarga berupa membantu berorientasi tugas

seringkali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan tetangga.

Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan dalam bentuk bantuan

langsung, termasuk bantuan finansial yang terus-menerus, intermiten,

berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia, melakukan tugas

rumah tangga dan bantuan praktis selama masa krisis (Firedman,

2010).

8. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga

berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat

empat dimensi dari dukungan keluarga, yaitu :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhan istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta

meningkatkan moral keluarga (Friedman, 2010).


28

Dukungan emosional melibatkan ekspresi empati, perhatian,

pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan

emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan

nyaman dan mengerahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji,

dihormati, dan dicintai, bahwa orang lain bersedia untuk

memberikan perhatian (Sarafino, 2011).

b. Dukungan Informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998.)

Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga

dalam bentuk nasihat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara

mengatasi atau memecahkan masalah yang ada (Sarafino, 2011).

c. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit (Friedman, 1998).

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan

oleh keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material serta

memberikan tempat tinggal, meminjamkan atau memberikan uang

dan bantuan dalam mengerjakan tugas sehari-hari (Sarafino, 2011).

d. Dukungan Penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik,

membimbing dan memecahkan masalah merupakan sumber

validator identitas anggota (Friedman, 2010).


29

Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi penghargaan

yang positif melibatkan pernyataan setuju dan penilaian positif

terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang

berbanding positif antara individu dengan orang lain (Sarafino,

2011).

9. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial

berbeda-beda dalam berbagai tahan-tahap siklus kehidupan. Namun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial

keluarga membuat keluargamampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa

baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek

negatif dari stress terhadap kesehatan) dan efek-efek utama

(dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari

kesehatan) ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan

utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan

boleh jadi berfungsi bersamaan.


30

D. KERANGKA TEORI :

Variabel Independen Variabel Dependen


Dukungan Keluarga Kepatuhan Minum Obat
 Emosional dan 1. Kemampuan mengontrol diri
Penghargaan
2. Mengkonsumsi obat secara teratur
 Informasi
 Instrumental

Dukungan, berupa :
Farmakologi
 Moriil
 Materiil  Bloker beta
 Saran  Diuretik dan Diuretik Tazid
 Motivasi  Antagonis kanal kalsium
 Informasi  Inhibitor Enzim
 Bantuan yang nyata Non Farmakologi
 Aktivitas Fisik
 Gaya Hidup
 Merokok
 Penurunan Stress

Pada Penderita Hipertensi

Bagan 2.1 : Kerangka Teori


BAB III

METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Dukungan Kepatuhan Minum


Keluarga Obat

Bagan 3.1 : Kerangka Konsep

1. Penjelasan Kerangka Konsep

Dukungan keluarga merupakan upaya yang diberikan kepada

anggota keluarga baik moril maupun materiil berupa motivasi, saran,

informasi, dan bantuan yang nyata. Lingkungan keluarga dapat

diperoleh dari anggota keluarga (suami, istri, anak, kerabat), teman

dekat atau relasi (Karunia, 2016).

Dukungan keluarga dibagi menjadi 3 jenis, yaitu dukungan

secara emosional, dukungan secara penghargaan, dukungan secara

instrumental dan dukungan secara informasi.

Dukungan keluarga berpengaruh terhadap kepatuhan minum

obat pasien hipertensi, karena dukungan keluarga memberikan

31
32

motivasi kepada pasien agar meminimalisir penyakit hipertensi atau

tekanan darah yang tidak terkontrol.

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur

Riwayat tindakan
keluarga yang
memotivasi dan Kategori Dukungan:
Independen memberi bantuan 1. Baik (skor >
1. pada penderita Angket Kuisioner Mean =39). Ordinal
Dukungan
hipertensi untuk 2. Kurang baik
Keluarga
mengontrol pasien ( skor < mean=
hipertensi dalam 39)
minum obat.

Kepatuhan penderita
Dependen hipertensi dalam Kategori Kepatuhan:
meminum obat 1. Patuh (skor >
2. Kepatuhan Angket Kuisioner Mean = 4). Ordinal
sesuai yang
Obat disarankan oleh 2. Tidak Patuh
dokter dan perawat. ( skor < mean= 4)

B. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1. Definisi operasional

C. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya,

atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian

(Bambang dan Lina 2013). Soekidjo Notoatmojo (2010) mendefinisikan

bahwa hipotesis dalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
33

hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji

secara empiris, biasanya hipotesis terdiri dari pertanyaan terhadap adanya

atau tidak adanya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas

(independent variables) dan variabel terikat (dependent variables).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat penderita hipertensi di RS. PTPN VIII Subang.

D. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Nursalam (2017) mengemukakan desain atau rancangan

penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi suatu hasil. Desain penelitian merupakan

strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum

perencanaan akhir pengumpulan data dan mendefinisikan struktur

penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif melalui

pendekatan cross sectional, yaitu mengkaji apakah ada hubungan antara

dukungan keluarga (independen) terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien hipertensi (dependen).

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


34

a. Populasi

Nursalam (2017) berpendapat bahwa populasi penelitian

adalah subjek (manusia ; klien) yang memenuhi kriteria yang

ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien baru

poliklinik dengan penyakit hipertensi di RS. PTPN VIII Subang

bulan April pasien lama yang berjumlah 72 orang.

b. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2017). Syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel adalah

representative(mewakili) dan sampel harus cukup banyak.

(Nursalam, 2017).

Sampel yang akan diambil untuk penelitian ini adalah

penderita hipertensi di Poliklinik RS PTPN VIII Subang yang

berjumlah 42 orang.

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah

sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al.,

1960:182), sebagai berikut:

Dimana :
35

n: jumlah sampel

N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance) dengan batas toleransi

kesalahan sebesar 10%.

N
n = ________
1 + Ne²

72
__________
n=
1 + 72.(10%²)
72
__________
n=
1.72

n = 41,919 (42 orang)

Dalam penelitian ini digunakan kriteria sampel, yaitu inklusi

dan ekslusi yaitu :

1) Kriteria Inklusi :

a) Pasien lama hipertensi yang menjalani pengobatan di

poliklinik di RS. PTPN VIII Subang

b) Pasien hipertensi yang tinggal serumah dengan keluarganya

c) Pasien hipertensi yang berumur lebih dari 30 tahun.

2) Kriteria Ekslusi :

a) Pasien hipertensi berulang yang dalam keadaan tidak

sadar/koma.
36

c. Teknik Sampling

Sampling adalah menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2017). Teknik sampling atau

cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan non probability sampling jenis purposive sampling yaitu

teknik sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel

dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan

penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan

penelitian.

3. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam,

2017.)

a. Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang

dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

dependen dalah penelitian ini yaitu kepatuhan minum obat.

b. Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Dalam

penelitian ini, variabel independen yaitu dukungan keluarga.


37

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati.

a. Dukungan Keluarga

Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah kuisioner. Koisioner yang digunakan adalah kuisioner baku

berisi tentang dukungan keluarga yang bersumber dari Nursalam

(2017).

b. Dukungan informasi dan Kepatuhan Minum Obat

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner baku

berdasarkan kuisioner kepatuhan obat morisky (MMAS) yang terdiri

dari 8 pertanyaan yang bersumber dari penelitian Mulyasari (2016).

Blue print kuisioner kepatuhan minum obat morisky (MMAS)

yaitu :\

1) Item 1-8 nilai 1 bila jawaban “Ya”

2) Item 1-8 nilai 0 bila jawaban “Tidak”.

5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalan dan kekasihan alat ukur

yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data itu valid

atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur.

Instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat


38

untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Valid apabila nilai

korelasi tiap-tiap pertanyaan tersebut signifikan, maka apabila r

hitung lebih besar dari r tabel dengan tingkat kemaknaan 5%

(Arikunto, 2006). Kuisioner dukungan keluarga oleh Nursalam

sudah dinyatakan valid dalam penelitian Indriyanto (2015) dengan r

tabel 0,301 dan kuisioner kepatuhan minum obat berdasarkan

kuisioner kepatuhan obat morisky (MMAS) sudah dinyatakan valid

dalam penelitian Mulyasari (2016) dengan nilai r tabel 0,576.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen

yang dalam hal ini kuisioner dapat digunakan lebih dari satu kali,

paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang

konsisten. Reliabel apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari

konstanta 0,60, dengan tingkat kemaknaan 5% (Budiman & Riyanto,

2013).

Hasil uji reliabilitas pada instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1) Kuisioner dukungan keluarga dinyatakan reliabel dengan nilai

Cronbach Alpha 0,628 (Indriyanto, 2015).

2) Kuesioner Morisky Medication Adhere Scales-8 (MMAS-8)

oleh Morisky juga telah dinyatakan reliabel dengan nilai

Cronbach Alpha 0,795 (Mulyasari, 2016).

6. Pengukuran Tekanan Darah


39

Alat yang dipakai dalam pengukuran tekanan darah pada pasien

hipertensi adalah Sphygmomanometer jarum dan stetoskop.Sebelum

melakukan penelitian, peneliti menganjurkan pasien mengikuti protokol

kesehatan selama pandemi. Kemudian peneliti memberikan informed

consent, bila reponden setuju, peneliti langsung mengukur tekanan

darah pasien terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil ukur tekanan

darah sistolik dan diastolik responden, kemudian mengisi kuesioner

yang telah disediakan yaitu kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner

kepatuhan minum obat pasien hipertensi.

7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan 23 Juni- 23Juli 2020

di RS. PTPN VIII Subang.

8. Pengumpulan Data

Prosedur dan pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner

penelitian sejumlah dengan sampel yang ditetapkan. Kuesioner yaitu

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang kegiatan yang

dialami (Notoatmodjo, 2015). Pengumpulan data diawali dengan

menyebarkan kuesioner dengan bantuan perawat poliklinik yang

sedang berdinas waktu itu, kuisioner disebarkan ke renponden yang


40

terpilih sesuai kriteria penelitian, sebelum dilaksanakan pengumpulan

data, responden diberikan penjelasan tentang pelaksanaan penelitian

dengan tujuan untuk mengetahui kesediaan responden dengan

mengisi informed consent, yang bersamaan saat itu dibagikan.

Selanjutnya setiap responden membuat kesepakatan dengan

mentandatangani lembar persetujuan. Responden kemudian di beri

kuisioner untuk di isi, pada saat pengisian kuisioner, responden kita

anjurkan untuk mengikuti protocol kesehatan selama pandemic covid

– 19. Apabila ada pertanyaan responden bisa bertanya secara

langsung. Dan peneliti akan menjelaskan tentang hal-hal yang

ditanyakan oleh renponden yang berkaitan dengan kuisioner tersebut.

9. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada instansi terkait. Ijin tersebut digunakan untuk proses

pengambilan data dengan melakukan penyebaran kuesioner dan

wawancara dengan subjek yang diteliti dengan menekankan masalah

etik yaitu (Hidayat, 2012):

a. Lembar persetujuan penelitian

Lembar persetujuan penelitian diedarkan sebelum penelitian

dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan

peneliti. Jika responden bersedia diteliti, mereka harus mendatangi


41

lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti akan menghormati

hak – hak responden

b. Tanpa nama (anonimity)

Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada

lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subjek cukup

dengan menuliskan inisial dan lembar tersebut diberi kode tertentu

oleh peneliti.

c. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek

dijamin kerahasiannya. Hanya kelompok tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.

10. Cara Analisis Data

Beberapa proses mengolah data melalui tahap-tahap berikut, yaitu :

a. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

kuisioner. Editing meliputi pengisian, kelengkapan jawaban, dan

kuisioner serta relevansi terhadap kuesioner dengan melakukan

koreksi data.

b. Coding

Coding merupakan pengubahan data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding dilakukan dengan


42

memberi tanda pada masing-masing jawaban, selanjutnya

mengkategorikan jawaban-jawaban tersebut lalu dimasukkan dalam

tabel untuk memudahkan dalam menganalisis.

1) Variabel dukungan keluarga

Alat ukur dukungan keluarga yang terdiri dari ( emosional

dan penghargaan, informasi, dan instrumental) yang masing –

masing factor dukungan keluarga terdiri dari 4 soal dengan

jawaban total 20. menggunakan skala likert selalu, sering,

kadang-kadang, jarang dan tidak pernah, dengan kategori baik,

cukup, dan kurang . Kategori penilaian selalu (5), sering (4),

kadang-kadang (3), jarang (2), tidak pernah(1). Hasil ukur

variabel dukungan keluarga terdiri dari tiga kategori yaitu

kurang (T> : 8),cukup (T≤ : 13), dan baik (T>14) sesuai dengan

standar kriteria objektif (Azwar, 2010).

2) Variable Kepatuhan

Alat ukur kepatuhan minum obat menggunakan nilai

kepatuhan menurut Morisky (MMAS). Dengan patuh tidak

patuh, kategori penilaian ya nilai 1 (1-8), dan tidak nilai 0 (1-8).

Terdiri dari patuh (T<50% pertanyaan) tidak patuh (> 50%

Pertanyaan). (Mulyani 2016)

c. Prossecing (memasukan data)

Pada tahap ini, peneliti memasukkan data-data ke dalam

program Software komputer. Peneliti memasukkan data ke Microsoft


43

Excel terlebih dahulu kemudian data dimasukkan dan diolah dengan

program komputer.

d. Cleaning (Pembersihan Data)

Tahap pengecekan kembali atau koreksi data untuk

menghindari adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terjadi.

e. Analisis Data

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan

terhadap variabel dari hasil penelitian umumnya hasil analisis ini

menghasilkan distribusi untuk memperoleh distribusi dari tiap

variabel yang diteliti (Arikunto, 2010).Uji yang digunakan adalah

distribusi frekuensi, presentasenya yang didapatkan dikelompokan

menurut batasan sebagai berikut :

p = f x 100%
n

Keterangan :

p : Persentase

f : Jumlah sesuai kategori

n : Jumlah seluruh responden

Interpretasi data frekuensi masing-masing kategori dalam

variabel adalah sebagai berikut (Arikunto, 2010):


44

Tabel 3.3 Interpretasi Data

No Skala Pengukuran Interpretasi


1 0 Tidak ada satupun
2 1% - 25% Sebagian kecil responden
3 26%-49% Kurang dari setengah responden
4 50% Setengahnya responden
5 51-75% Lebih dari setengahnya
6 76%-99% Sebagian besar responden
7 100% Seluruh responden

1) Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Uji

yang dipakai adalah chi-square dengan batas kemaknaan 0,5

(α=0,05) dengan rumus:

N (ad  bc) 2
x2 
(a  c)(b  d )(a  b)(c  d )

Apabila terdapat sel yang kosong atau nilai harapan < 1,

maka digunakan fisher exact dengan rumus:

N {( ad  bc)  N / 2}2
x2 
(a  c)(b  d )(a  d )(c  d )

Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara

membandingkan nilai  (  value) dengan nilai α = 0,05 pada taraf


45

kepercayaan 95 % dengan kaidah keputusan sebagai berikut

(Sugiyono, 2013):

a) Nilai  (  value) < 0,05 maka HO ditolak, yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

b) Nilai  (  value) > 0,05 maka Ho gagal ditolak, yang

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel

bebas dengan variabel terikat.

Tabel 3.4 analisa bivariat

Tabel 3.4. Tabulasi Analisis Bivariat


Kepatuahan Minum Obat
Dukungan Tidak
Patuh Total % P Value
Keluarga Patuh
n % n %
Baik 100
Kurang 100
Total 42 100
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan

tentang Hubungan antara Dukungan Keluarga Dan Kepatuhan Minum Obat Pada

Penderita Hipertensi di RS PTPN VIII Subang. Hal-hal yang akan diuraikan yaitu.

Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga, dan

kepatuhan minum obat penderita hipertensi.

Bagian pembahasan menguraikan hasil uji statistik Chi Square hubungan

antara variabel dependen dan variabel independen dengan tingkat kemaknaanyang

ditentukan oleh nilai α. Signifikan jika nilai α ≤ 0,05 yang menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna dari variabel yang diukur.

A. HASIL PENELITIAN

1. Kepatuhan Minum Obat

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pada


Responden Hipertensi di Poliklinik RS PTPN VIII Subang Juli
2020

Kepatuhan minum obat f (%)


Tidak Patuh 12 28,6
Patuh 30 71,4
Total 42 100

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan pada

responden selama minum obat sebagian besar responden patuh

46
47

sebanyak 30 orang (71,4%), dan kurang dari setengah resonden tidak

patuh yaitu 12 orang (28,6%).

2. Dukung keluarga

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dukungan Keluarga Pada Responden


Hipertensi di Poliklinik RS PTPN VIII Subang Juli 2020

Dukungan keluarga f (%)


Baik 20 47,6
Kurang 22 52,4
Total 42 100

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa frekuensi dukungan keluarga

kurang lebih dari setengahnya sebanyak 22 orang (52,4%), dan

kurang dari setengah responden ada 20 orang (47,6%) kategori baik.

3. Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hubungan dukungan keluarga dengan


Kepatuhan Minum Obat Pada Responden HIpertensi di Poliklinik
RS PTPN VIII Subang Juli 2020

Kepatuhan minum obat


Patuh Tidak
Dukungan keluarga Total % P Value
Patuh
n % n %
Baik 19 95,0 1 5,0 20 100
0,001
Kurang 11 50,0 11 50,0 22 100
Total 30 71,4 12 28,6 42 100

Menurut Tabel 4.3 dijelaskan bahwa sebagian besar

responden yaitu (95%) memiliki dukungan keluarga yang baik dan

patuh minum obat. Dan setengahnya responden yaitu (50%)

memiliki dukungan keluarga yang kurang dan patuh minum obat.


48

Hasil uji statistik chi square diketahui p.Value = 0,001 (p.Value <

0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat

pada penderita hipertensi. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR

= 0.053 artinya responden dukungan keluarga yang baik mempunyai

kepatuhan minum obat 0,05 kali memiliki kepatuhan minum obat,

dibandingkan dengan responden memperoleh dukungan kurang.

B. PEMBAHASAN

1. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 42

responden, kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Poliklinik

RS PTPN VIII Subang, kategori patuh lebih dari setengahnya

sebanyak 30 responden (71,4%), diikuti dengan kategori tidak

patuh kurang dari setengah responden sebanyak 12 responden

(28,6%), Hal ini menunjukan bahwa hampir lebih dari setengah

responden telah memiliki kepatuhan dalam kategori patuh.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sandra Puspita

Ningrum (2018) bahwa mayoritas penderita Hipertensi di

Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta kepatuhan minum obat

tinggi kurang dari setengah responden sebanyak 18 responden

(30,5%), kepatuhan minum obat sedang kurang dari setengah

responden sebanyak 27 responden (45,8%), dan kepatuhan minum


49

obat rendah sebagian kecil responden sebanyak 14 responden

(23,7%). Lebih dari setengahnya responden memiliki kepatuhan

minum obat antihipertensi dimana kurang dari setengah responden

tidak pernah lupa minum obat antihipertensi dan hampir lebih dari

setengah responden tidak pernah sengaja tidak meminum obat

selama 2 pekan terakhir. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh

Fatmah (2012) yang menyatakan bahwa kepatuhan dalam

mengkonsumsi obat merupakan aspek utama dalam penanganan

penyakit-penyakit kronis sehingga dengan memperhatikan kondisi

tersebut maka kepatuhan mengkonsumsi obat harian menjadi fokus

dalam mencapai derajat kesehatan pasien.

Berdasarkan hasil penelitian diatas. Diperoleh bahwa lebih

dari setengah respondennya memiliki kepatuhan minum obat yang

baik, hal ini berarti responden menaati saran-saran dokter atau

prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya

didahului oleh proses konsultasi antara pasien (dan keluarga pasien

sebagai kunci dalam kehidupan pasien) dengan dokter sebagai

penyedia jasa medis), (Fatmah 2012). Penelitian ini juga

merupakan keberhasilan dari hasil pengukuran kepatuhan dengan

metode MMAS-8 (Modifed Morisky Adherence Scale) (Evademi,

2013:34). Metode ini di gunakan untuk memantau kepatuhan

pasien dengan cara memberikan kuesioner yang terdiri dari 8

pertanyaan yang terkandung didalamnya untuk mengetahui tingkat


50

kepatuhan pasien, Karena kuisioner MMAS-8 yang telah

tervalidasi dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan pengobatan

pada penyakit-penyakit dengan terapi jangka panjang diantaranya

hipertensi.

Terbentuknya Responden yang baik, yang Patuh minum

obat sesuai dengan target pengobatan. Untuk menumbuhkan Hal ini

pada setiap penderita, disaat berobat pertama kali, pasien dan

keluarga di haruskan diberikan penjelasan mengenai pentingnnya

patuh untuk terus minum obat, sehingga penderita mau dan terus

mengikuti, menaati saran-saran dokter atau prosedur dari dokter

tentang penggunaan obat (Fatmah,2012)

2. Gambaran Dukungan Keluarga terhadap penderita hipertensi

Berdasarkan Hasil penelitian tentang dukungan keluarga

terhadap Responden penderita hipertensi menunjukkan bahwa

diketahui dukungan dengan kategori kurang (52,4%) lebih tinggi

dibandingkan dengan dukungan keluarga yang baik (47,6%).

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa dukungan

keluarga yang terhadap kepatuhan minum obat pada pasien dengan

hipertensi masih kurang, namun sebagiannya mendapatkan

dukungan yang baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden

belum sepenuhnya mendapatkan perhatian yang penuh dari anggota

keluarganya, karena dukungan kurang secara fisik mau pun secara

mental itu semua dapat mempengaruhi kesehatan seseorang,.


51

Hal ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh

(firedman,2010), seseorang yang mendapatkan dukungan dan

perhatian dari keluarganya secara umum akan memiliki kondisi

yang lebih baik dibandingkan orang yang tidak mendapatkan itu,

lebih khususnya karena dukungan social dapat dianggap

mengurangi atau menyangga efek serta meningkatkan kesehatan

mental individu atau keluarga secara langsung, karena dukungan

sosial adalah strategi penting yang harus ada dalam masa stress

bagi keluarga (Firedman, 2010).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sandra

Puspita Ningrum (2018) bahwa lebih dari setengahnya penderita

Hipertensi di Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta memiliki

dukungan keluarga dengan kategori baik yaitu 33 (55,9%), kurang

dari setengah responden sebanyak 21 (35,6%) orang memperoleh

dukungan keluarga yang cukup, dan sebagian kecil responden

sebanyak 5 (8,5%) orang memperoleh dukungan keluarga kurang.

Terciptanya dukungan keluarga baik dari keluarga dapat

dipengaruhi oleh interaksi antara anggota keluarga dengan yang

lain, sehingga tercipta suatu budaya atau ikatan. Yang

menimbulkan saling ketergantungan satu sama lain. Kondisi

tersebut perlu disikapi dengan baik oleh semua pihak dan perlu

adanya monitoring sehingga dukungan keluarga tercipta lebih baik

diantara anggota keluarga.


52

3. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada penderita hipertensi.

Hasil penelitian bahwa ada 19 responden penderita

hipertensi yaitu (95%) memiliki dukungan keluarga yang baik dan

patuh minum obat. Sedangkan setengahnya responden penderita

hipertensi yaitu (50%) memiliki dukungan keluarga yang kurang

dan tidak patuh minum obat.

Berdasarkan hasil uji Chi Square, diketahui p value 0.001

(p value > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat Penderita hipertensi di RS PTPN VIII Subang.

Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 0.053 artinya

responden dukungan keluarga yang baik mempunyai kepatuhan

minum obat 0,05 kali memiliki kepatuhan minum obat,

dibandingkan dengan responden memperoleh dukungan kurang.

Menurut asumsi peneliti semakin baik dukungan keluarga

yang diberikan maka dalam menjalankan kepatuhan minum obat

pada pasien hipertensi semakin baik, Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Sandra (2018) bahwa ada hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

penderita hipertensi, karena dengan dukungan keluarga, Hal ini

juga didukung oleh Efendi (2017) yang menyatakan bahwa

dukungan keluarga memiliki dasar sebagai menghambat


53

progresivitas penyakit hipertensi, dikarenakan dukungan keluarga

memiliki hubungan yang erat dengan kepatuhan minum obat

sehingga dukungan keluarga diharapkan dapat ditingkatkan untuk

menunjang keberhasilan terapi hipertensi.

Didapatkan hubungan yang cukup antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat dengan arah positif dimana

semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin meningkat

kepatuhan minum obat. Menurut Bisnuetal. ,(2017) dukungan

keluarga adalah bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh

keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional,

penghargaan/penilaian, informasi dan instrumental. keluarga

berfungsi mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarganya agar tetap memiliki produktifitas tinggi dalam bentuk

mengenal masalah kesehatan, kemampuan mengambil keputusan

untuk mengatasi masalah kesehatan, kemampuan merawat anggota

keluarga yang sakit, kemampuan memodifikasi lingkungan agar

tetap sehat dan optimal, dan kemampuan memanfaatkan sarana

kesehatan yang tersedia dilingkungannya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar

responden memiliki dukungan keluarga yang baik. Hal ini dapat

dilihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hampir

seluruhnya mendapatkan dukungan emosional dan penghargaan

yang baik dimana keluarga selalu mendampingi, mencintai,dan


54

memperhatikan anggota keluarganya selama pengobatan. Hal ini

sejalan dengan pernyataan dukungan keluarga oleh Friedmanetal.,

(2010) yaitu dukungan emosional dan penghargaan dimana

keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaaan emosional.

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan

nyaman, yakin, diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan

empati, kepedulian, dihargai, perhatian, cinta, kepercayaan, rasa

aman dan selalu mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan

ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak

terkontrol karena seiring dengan lamanya waktu pengobatan,

pasien hipertensi membutuhkan orang terdekat yang tinggal

serumah yang dapat memberikan dukungan emosional dan

penghargaan yang cukup agar pasien merasa dicintai dan tetap

semangat menjalani pengobatan.

Penelitian ini juga menemukan dukungan keluarga yang

kurang, terutama dukungan instrumental. Responden memberikan

jawaban kadang-kadang pada pertanyaan bahwa keluarga

membantu membiayai dalam pengobatan, menyediakan fasilitas

dan mencarikan kekurangan sarana dan peralatan. Pendapatan yang

sedikit dikaitkan dengan dukungan keluarga yang kurang. Salah

satu fungsi keluarga yaitu ekonomi dimana keluarga bertugas

mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan


55

anggota keluarga (Harmoko, 2012).

Dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan minum obat

mencakup dukungan emosional dan penghargaan, informasi dan

instrumental, persepsinya terhadap kepatuhan minum obat akan

meningkat karena saling berinteraksi satu sama lain sehingga

anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. tercapainya

target kepatuhan minum obat akan terpenuhi, maka setiap individu

atau anggota keluarga harus saling mendukung. Sehingga

tercapainya tujuan pengobatan mengurangi angka kekambuhan

penderita hipertensi.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui

pengumpulan data di RS PTPN VIII Subang pada bulan Juli 2020 maka dapat

disimpulkan dan saran sebagai berikut:

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada 42 responden tentang hubungan

antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita

hipertensi di poliklinik RS PTPN VIII Subang tahun 2020, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Poliklinik RS PTPN VIII

Subang yaitu kategori patuh sebanyak 30 responden (71,4%), diikuti

dengan kategori tidak patuh sebanyak 12 responden (28,6%), Hal ini

menunjukan bahwa hampir lebih dari setengah responden telah memiliki

kepatuhan dalam kategori patuh

2. Dukungan keluarga terhadap Responden penderita hipertensi di

Poliklinik RS PTPN VIII Subang menunjukkan bahwa diketahui

dukungan dengan kategori kurang (52,4%) lebih tinggi dibandingkan

dengan dukungan keluarga yang baik (47,6%).

3. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada penderita hipertensi di RS. PTPN VIII Subang, hasil uji

56
57

statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,001 (p.Value > 0,05).

B. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, maka disampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini menjadi bukti bahwa dukungan keluarga

mempengaruhi kepatuhan minum obat bagi penderita hipertensi,

diharapkan pihak rumah sakit menjadikan hasil penelitian ini sebagai

hasil sebuah kontribusi mendukung konsep Keperawatan Medikal Bedah

(KMB) sehingga bisa dipakai sebagai patokan sebagai upaya promosi

kesehatan sebagai langkah upaya promotif dan preventif terhadap angka

kekambuhan penderita hipertensi tentang pentingnya minum obat secara

teratur.

2. Bagi keluarga

Dapat memberikan informasi sehingga dapat mengurangi

kekambuhan hipertensi, karena betapa penting nya dukungan keluarga

terhadap kepatuhan minum obat.

3. Bagi Perawat

Dapat memberikan informasi dalam memberikan intervensi

keperawatan mengenai informasi pentingnya kepatuhan minum obat

untuk mengurangi kejadian hipertensi berulang.


58

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat menjelaskan faktor penyebab responden

dengan dukungan keluarga baik, tetapi tidak patuh minum obat hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

(2012) ‘Care of the Patient with Pulmonary Arterial Hypertension

Family_20130403/en/) 20130403/en/)

515. London. Academic Clinical Fellow in Clinical Pharmacology and

Therapeutics at the William Harvey Research Institute. doi:

10.1016/j.mpmed.2018.06.009.

Adhitomo, Indrawan. (2014). Hubungan Antara Pendapatan, Pendidikan, dan

Aktivitas Fisik Pasien dengan Kejadian Hipertensi. Tesis doktor,

Universitas Sebelas Maret

Agoes, Azwar, Achdiat Agoes, Arizal Agoes. (2010). Penyakit di Usia Tua.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Albery, Ian P, Munafo, Marcus. (2011). Psikologi Kesehatan, Panduan Lengkap

dan Komprehensif Bagi Studi Psikologi Kesehatan. Jakarta: Mitra Setia

Al-ramahi, Rowa. (2014) ‘Adherence to medications and associated factors : A

cross-sectional study among Palestinian hypertensive patients’. Palestine.

Department of Pharmacy, Faculty of Medicine and Health Sciences, An-

Najah National University. doi: 10.1016/j.jegh.2020.05.005

Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan

Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arief, Masjoer. 2001. Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Media Austachius

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. .

Jakarta: Rineka Cipta


Ariyanti, Yossan N. (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Tekanan

Darah Pasien Hipertensi Di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul. Yogyakarta.

Stikes Jenderal Achmad Yani

Aulia, Rizki. (2018). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Pasien

Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Surakarta Periode

Februari–April 2018. Surakarta. Universitas Muhammadiyah

Baran Ayse Karalar, Hakan Demirci, Ersin Budak. (2017) ‘European Journal of

Integrative Medicine What do people with hypertension use to reduce blood

pressure in addition to conventional medication – Is this related to

adherence ?’, 13(July), pp. 49–53. Turkey. University of Health Sciences,

Bursa Yuksek Ihtisas Training and Reseach Hospital. doi:

10.1016/j.eujim.2020.07.004.

Bart, Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarna Indonesia :

Jakarta.

Bell K, Twigss J, Orlin BR (2015). Hypertension:The Silent Killer. Updated JNC

8 Recommendation. Continuing Study. Auburn University. Alabama

Bhagani Shradha, Vikas Kapil, Melvin D Lobo. (2018) ‘Hypertension’, pp. 509–

Bisnu, MI, Kepel BJ, Mulyadi. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Ranomuut Kota

Manado. Universitas Sam Ratulangi. E-Journal keperawatan (e-KP) Vol 5,

No 1

caregiving in pulmonary arterial hypertension’, Heart and Lung The Journal of

Acute and Critical Care. Elsevier Inc., 41(1), pp. 26–34. doi:
10.1016/j.hrtlng.2020.04.010.

Corrêa, Nathalia Batista, Ana Paula de Faria, Alessandra M.V. Ritter. (2016) ‘A

practical approach for measurement of antihypertensive medication

adherence in patients with resistant hypertension’, Journal of the American

Society of Hypertension, 10(6), p. 510–516.e1. doi:

10.1016/j.jash.2016.03.194.

Corwin, Elisabeth. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi ed rev 3. Jakarta: EGC

Deshpande, S., Basil, M. D. and Basil, D. Z. (2009) ‘Factors Influencing

Healthy

Dengan Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi di Puskesmas Pegirian.

Surabaya. Universitas Airlangga

Dinkes. (2015). Profil kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dinas Kesehatan

Nusa Tenggara timur. NTT

Eating Habits Among College Students : An Application of the Health Belief

Model’, pp. 145–164. doi: 10.1080/07359680802619834.

Evadewi Putu, Luh Made Karisma Sukmayanti S. (2013). Kepatuhan

Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensi di Denpasar ditinjau dari Kepribadian

Tipe A dan Tipe B, Universitas Udayana . Vol.1, No. 1, Mei 2020, hal 32-

42.

Fajriyah Nuniek Nizmah, Abdullah, Annas Jaya Amrullah. (2016). Dukungan

Sosial Keluarga pada Pasien Hipertensi. STIKES Muhammadiyah

Pekajangan. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No 2


Fatmah, Noor S. (2012). Kepatuhan Pasien Yang Menderita Penyakit Kronis.

Fauziah Ika, Lilik Djuari, Yuni Sufyanti Arief. (2015). Pengembangan model

perilaku ibu dalam pencegahan gizi buruk balita, Universitas Airlangga, pp.

175–207.

Flynn J Sarah, Jessica M Ameling, Felicia Hill-Briggs. (2013) ‘Facilitators and

barriers to hypertension self-management in urban African Americans :

perspectives of patients and family members’, pp. 741–749

Flynn J Sarah, Jessica M Ameling, Felicia Hill-Briggs. (2013) ‘Facilitators and

barriers to hypertension self-management in urban African Americans :

perspectives of patients and family members’, pp. 741–749.

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, Teori dan

Praktek. Jakarta: EGC

Gąsiorowski Jakub, Elżbieta Rudowicz. (2017) ‘Functional Social Support for

Hypertensive Patients in Primary Care Setting in Poland : What Is Expected

and What Is Received ?’, pp. 39–43. Poland. Department of Medical History

and Ethics (retired), Pomeranian Medical University Szczecin. doi:

10.1016/j.vhri.2017.07.003.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Hwang, B, Howie-Esquivel, J, Fleischmann, K E, Stotts, N A, Dracup,K.

Hidayat, A.A. 2009. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika
Indra Herlambang, (2017), Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada penderita hipertensi di RSUD Johannes Kupang-NTT,

Skripsi, Surabaya, Universitas Airlangga.

Indriyanto, Wahyu. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dan

Kepatuhan Lansia Hipertensi Untuk Kontrol Rutin ke Posyandu Lansia di

Area Kerja Puskesmas Sugih Waras Bojonegoro. Surabaya. Universitas

Airlangga

Jakub, G. (2017) ‘Functional Social Support for Hypertensive Patients in Primary

Care Setting in Poland : What Is Expected and What Is Received ?’, pp. 39–

43. doi: 10.1016/j.vhri.2017.07.003

Jakub, G. (2017) ‘Functional Social Support for Hypertensive Patients in Primary

Care Setting in Poland : What Is Expected and What Is Received ?’, pp. 39–

43. doi: 10.1016/j.vhri.2017.07.003.

Johnson L. dan Leny R. (2010). Keperawatan Keluarga: Plus Contoh Askep

Keluarga. Cetakan I. Yogyakarta: Nuha Medika.

Jones and Bartlett. (2010). Chapter 4: Health Belief Model. Diakses 17 september

2018. Web site http://www.jblearning.

com/samples/0763743836/chapter%204.pdf

Karunia. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian

Activity Of Daily Living Pascastroke, (August), pp. 213–224. Jawa Timur.

Universitas Airlangga surabaya. doi:

10.20473/jbe.v4i2.2020.213.

KemenKes RI. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi,


Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, available link:

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodat

in/infodatin-hipertensi.pdf

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Lansia di desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan. Mojokerto:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

lemone Priscilla, Karen M. Burke, Gerene bauldoff. (2015). Keperawatan medikal

bedah. Jakarta: buku kedokteran EGC

Li G, Hu H, Dong Z. 2013.Journal Development of The Chinese Family Support

Scale In a Sample of Chinese patient with hypertension. Dalam Jurnal

Kesehatan e-sources yang diakses pada tanggal 20 Mei 2020

Ma, C. and Ph, D. (2016) ‘A cross-sectional survey of medication adherence and

associated factors for rural patients with hypertension’, Applied Nursing

Research. Elsevier Inc., 31, pp. 94–99. China. School of Nursing

Guangzhou Medical University. doi: 10.1016/j.apnr.2016.01.004.z

Ma, C. and Ph, D. (2016) ‘A cross-sectional survey of medication adherence and

associated factors for rural patients with hypertension’, Applied Nursing

Research. Elsevier Inc., 31, pp. 94–99. China. School of Nursing

Guangzhou Medical University. doi: 10.1016/j.apnr.2016.01.004.z


Márquez-Contrerasa Emilio, Lourdes de López García-Ramosb, Nieves Martell-

Clarosc. (2018) ‘Patient Education and Counseling Validation of the

electronic prescription as a method for measuring treatment adherence in

hypertension’, Patient Education and Counseling. Elsevier Ireland Ltd,

101(9), pp. 1654–1660. doi: 10.1016/j.pec.2020.05.009.

Metodologi penelitian : Validitas dan Reliabilitas, tersedia

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/validitas-dan-reliabilitas.html, 20

Mei 2020

Morisky E Donald, Larry S Webber, Marie Krousel-Wood. (2010) ‘New

medication adherence scale versus pharmacy fill rates in hypertensive

seniors’, 15(1), pp. 59–66. New Orleans, LA. Departments of Epidemiology

and Family and Community Medicine, Tulane University Health Sciences

Center

Morisky E Donald, Larry S Webber, Marie Krousel-Wood. (2010) ‘New

medication adherence scale versus pharmacy fill rates in hypertensive

seniors’, 15(1), pp. 59–66. New Orleans, LA. Departments of Epidemiology

and Family and Community Medicine, Tulane University Health Sciences

Center

Muklisin abi. (2012). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Gosyen Publishing

Mulyasari, Putri. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dan Pengetahuan

Pasien

Murwani, Arita. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan kedua.

Mulyani, S., 2016, Metode Analisis dan Perancangan Sistem, ABDI


SISTEMATIKA : Bandung.

Nisfiani, A. D. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat

Diit Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Begajah Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Publikasi, Fakultas Ilmu Kesehatan.

Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC

Noorhidayah, SA. (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi

Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Desa Salamrejo. Yogyakarta.

Universitas Muhammadiyah

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Penelitian dan pengembangan Kesehatan

Permatasari, L. I., Lukman, M. and Supriadi (2014) ‘Hubungan Antara Dukungan

Keluarga Dan Efikasi Diri Dengan Perawatan Diri Lansia Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Berung Indah Kota Bandung’, Universitas

Padjadjaran.

Plakas, S., Mastrogiannis, D., Mantzorous, M., Adamakidou, T., Fouka, G.,

Bouziou, A, et al, 2016, Validation of the 8-item Morisky Medication

Adherence Scale in Chronically Ill Ambulatory Patients inRural Greece,

Open journal of nursing, (6), 158-169

Rawlett. kristen E. (2011). Analytical Evaluation of the Health Belief Model and

the Vulnerable Populations Conceptual Model Applied to a Medically


Underserved , Rural Population Vol. 1 No. 2 pp. 15–21. United States of

America. Journal of Applied Science and Technology

Rekam Medik, (2019), tentang Data Pasien Rawat Inap RS PTPN VIII Subang

Tahun 2020, Subang: Medrek

Rilantono, Lily l. 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. p.279-287

Riskesda. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian kesehatan RI

Riskesda. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian kesehatan RI

Rizkiyanti. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Stres

pada

Riskesda. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian kesehatan RI

Rosas-Peralta, M. and Jiménez-Genchi, G. M. (2018) ‘New Challenges for

Treatment in Hypertension’, Archives of Medical Research. doi:

10.1016/j.arcmed.2018.11.005.

Sansbury, B, Dasgupta, A, Guthrie, L, Ward, M. (2014) ‘Time perspective and

medication adherence among individuals with hypertension or diabetes

mellitus’, Patient Education and Counseling. Elsevier Ireland Ltd, 95(1), pp.

104–110. doi: 10.1016/j.pec.2020.05.016.

Sarafino, E. P., Timothy W. Smith. 2011. Health Psychology: Biopsychosocial

Interactions, 7th edition. Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Inc.

Sevilla, C. G. Et. Al. 1960. Research Methods. Quezon City: Rex Printing

Company
Setiadi. (2008). Konsep & keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sirkernas. (2016). Laporan Survey Indikator Kesehatan Nasional. Jakarta:

Badan

Smeltzer. (2011). Keperawatan Medikal-Bedah: Brunner & Sudarth edisi 12.

EGC: Penerbit Buku Kedokteran

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta CV

Suparyanto. (2010). Konsep Kepatuhan 1. Diakses pada tanggal 20 September

2018, (http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/10/konsep-kepatuhan-

1.html)

Susilo, Y., Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:

Penerbit Andi

Turan, G. B., Aksoy, M. and Çiftçi, B. (2018) ‘Effect of social support on the

treatment adherence of hypertension patients’, Journal of Vascular Nursing,

pp. 1–6. doi: 10.1016/J.JVN.2020.06.005.

Udjianti, Wajan Juni. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba

Medika

Uji Reliabilitas menurut Indrayanto (2015), tersedia

https://scholar.google.co.id/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=uji+reliabilitas+menurut+indrayanto+2015&btn

G=, 15 Mei 2020

Wachyu, N. F. ., Indarwati, R. and Mishbahatul, E. M. . (2014) ‘Hubungan antara

Dukungan Keluarga dan Self Care Management Lansia dengan Hipertensi


di Posyandu Lansia Kelurahan Manyar Sabrangan Surabaya’, universitas

airlangga, pp. 79–88.

Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey Jr DE. (2017) ‘High Blood Pressure

Clinical Practice Guideline 2017’, Journal of the American College of

Cardiology. American College of Cardiology Foundation. doi:

10.1016/j.jacc.2020.06.006.

WHO. (2013). World Health Day 2013, Measure your blood pressure, reduce your

risk, diaksestanggal20 september 2018,

(http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_health_day

WHO. (2013). World Health Day 2013, Measure your bloodpressure, reduce your

risk, diakses tanggal 20 Jun 2020,

(http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_health_day

Yassine Mohammad, Al-Hajje Amal, Awada Sanaa. (2016) ‘Evaluation of

medication adherence in Lebanese hypertensive patients’, Journal of

Epidemiology and Global Health. Ministry of Health, Saudi Arabia, 6(3),

pp. 157–167. doi: 10.1016/j.jegh.2015.07.002.

Yonata ade, Arif Satria Putra Pratama. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus

Terjadinya Stroke. Majority Vol. 5 No. 3. Lampung: Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

Yugo Susanto, (2015), Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Minum Obat Pasien Hipertensi Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Cuka Kabupaten Tanah Laut, Tesis, Banjarmasin, Akademi Farmasi ISFI.


Zaenurrohmah Destiara Hesriantica, Riris Diana Rachmayanti. (2017). Hubungan

Pengetahuan Dan Riwayat Hipertensi Dengan Tindakan Pengendalian

Tekanan Darah Pada Lansia. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Dengan Hormat,
Dengan menandatangani lembar ini, saya:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang akan

dilakukan oleh Leti Multiavani, mahasiwi Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YPIB Majalengka Program Studi S1

Keperawatan Tahun Akademi 2019-2020 yang berjudul “HUBUNGAN

ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM

OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI POLIKLINIK RS PTPN VIII

SUBANG TAHUN 2020”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Subang, Juni 2020

Responden
Lampiran 2
KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA PASIEN HIPERTENSI
DI RS. PTPN VIII SUBANG

No. Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk Pengisian Jawaban
1. Pilihlah jawaban yang menurut anda sesuai dengan memberikan tanda cek
atau centang pada salah satu jawaban yang telah disediakan.
2. Silahkan bertanya pada peneliti apabila ada pertanyaan yang kurang jelas.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda


centang pada jawaban yang dipilih.
Petunjuk pengisian ceklis (V)
1. Selalu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Jarang
5. Tidak pernah

No Jenis Dukungan Keluarga 1 2 3 4 5

1. Dukungan Emosional dan


Penghargaan
1. Keluarga selalu mendampingi saya
dalam perawatan
2. Keluarga selalu memberi pujian dan
perhatian kepada saya
3. Keluarga tetap mencintai dan
memperhatikan saya selama saya sakit
4. Keluarga memaklumi bahwa sakit
yang saya alami sebagai suatu musibah
2. Dukungan Instrumental
5. Keluarga selalu menyediakan waktu
dan fasilitas jika saya memerlukan
untuk keperluan pengobatan
6. Keluarga sangat berperan aktif dalam
setiap pengobatan dan perawatan sakit
saya
7. Keluarga bersedia membiayai
perawatan dan pengobatan saya
8. Keluarga selalu berusaha untuk
mencarikan kekurangan sarana dan
peralatan perawatan yang saya perlukan
3. Dukungan Informasi
9. Keluarga selalu memberitahu tentang
hasil pemeriksaan dan pengobatan yang
merawat saya
10. Keluarga selalu mengingatkan saya
untuk kontrol, minum obat, olahraga
dan makan
11. Keluarga selalu mengingatkan saya
tentang perilaku yang memperburuk
penyakit saya
12. Keluarga selalu menjelaskan kepada
saya setiap saya bertanya hal-hal yang
tidak jelas tentang penyakit saya.

KEPATUHAN MINUM OBAT

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda


centang pada jawaban yang dipilih

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda terkadang lupa minum obat
antihipertensi?
2. Apakah selama 2 pekan terakhir ini anda dengan
sengaja tidak meminum obat?
3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum obat
tanpa memberi tahu dokter anda, karena anda
merasakan kondisi anda lebih bertambah parah ketika
minum obat tersebut?
4. Ketika anda pergi bepergian atau meninggalkan
rumah, apakah anda kadang-kadang lupa membawa
obat anda?
5. Apakah anda kemarin minum obat?
6. Ketika anda merasa sehat, apakah anda juga kadang
berhenti meminum obat?
7. Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak
menyenangkan bagi sebagian orang. Apakah anda
pernah merasa terganggu dengan kewajiban anda
untuk minum obat setiap hari?
8. Seberapa sering anda mengalami kesulitan minum
semua obat anda?
a. Tidak pernah/jarang
b. Beberapa kali
c. Kadang kala
d. Sering
Tulis : Ya (bila memilih b/c/d/e), Tidak (bila memilih
a)
Lampiran
Uji statistic chi square

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Dukungan Keluarga * 42 100.0% 0 0.0% 42 100.0%
Kategori Kepatuhan

Kategori Dukungan Keluarga * Kategori Kepatuhan Crosstabulation


Kategori Kepatuhan
tidak patuh patuh Total
Kategori Dukungan Keluarga baik Count 1 19 20
Expected Count 5,7 14,3 20,0
% within Kategori Dukungan 5,0% 95,0% 100,0%
Keluarga
% within Kategori Kepatuhan 8,3% 63,3% 47,6%
% of Total 2,4% 45,2% 47,6%
kurang Count 11 11 22
Expected Count 6,3 15,7 22,0
% within Kategori Dukungan 50,0% 50,0% 100,0%
Keluarga
% within Kategori Kepatuhan 91,7% 36,7% 52,4%
% of Total 26,2% 26,2% 52,4%
Total Count 12 30 42
Expected Count 12,0 30,0 42,0
% within Kategori Dukungan 28,6% 71,4% 100,0%
Keluarga
% within Kategori Kepatuhan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 28,6% 71,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10,395a 1 ,001
b
Continuity Correction 8,307 1 ,004
Likelihood Ratio 11,816 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,001
Linear-by-Linear Association 10,148 1 ,001
N of Valid Cases 42
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,71.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kategori ,053 ,006 ,464
Dukungan Keluarga (baik /
kurang)
For cohort Kategori Kepatuhan ,100 ,014 ,707
= tidak patuh
For cohort Kategori Kepatuhan 1,900 1,236 2,920
= patuh
N of Valid Cases 42

Master table

dukungan keluarga    
kepatuhan minum obat
no x1 x2 x3 jml hasil jml hasil
1 3 3 3 3 3 3 5 4 5 3 4 3 42 baik 0 1 1 1 1 1 1 1 7 patuh
2 4 3 3 5 3 4 4 5 4 5 2 4 46 baik 1 1 0 0 1 0 1 1 5 patuh
3 3 3 4 5 3 4 4 4 4 5 4 5 48 baik 0 0 1 1 1 1 0 1 5 patuh
tidak
4 2 4 5 3 2 3 2 3 2 2 3 3 34 kurang 0 0 0 1 1 1 0 0 3 patuh
5 3 3 2 4 4 3 5 4 4 4 3 4 43 baik 1 0 1 1 1 1 1 1 7 patuh
6 4 3 4 2 2 3 3 2 3 4 4 4 38 kurang 1 0 1 1 1 1 1 1 7 patuh
7 4 3 4 4 3 4 5 4 2 5 4 4 46 baik 1 1 1 1 0 1 1 1 7 patuh
8 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 5 4 45 baik 1 1 0 0 1 0 1 1 5 patuh
9 4 3 4 5 2 4 3 3 4 3 4 4 43 baik 1 0 1 0 1 1 0 1 5 patuh
10 5 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 45 baik 1 0 1 0 0 1 1 1 5 patuh
tidak
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 34 kurang 1 0 1 0 1 0 0 1 4 patuh
12 4 5 3 4 4 4 2 4 4 3 4 2 43 baik 1 0 1 1 1 1 0 1 6 patuh
13 5 4 5 5 4 3 4 2 3 4 2 4 45 baik 1 0 1 1 1 1 1 1 7 patuh
14 4 3 4 4 3 4 4 5 4 5 3 4 47 baik 1 0 0 1 1 1 1 1 6 patuh
15 5 3 4 4 3 5 3 4 4 4 3 5 47 baik 1 0 1 1 1 1 0 1 6 patuh
16 4 2 3 4 3 4 2 4 3 4 2 4 39 kurang 1 0 1 1 0 1 1 1 6 patuh
17 5 3 4 4 4 5 4 3 4 4 5 3 48 baik 1 0 1 0 1 1 0 1 5 patuh
18 5 4 3 5 3 3 4 5 5 3 3 4 47 baik 1 0 1 1 1 1 1 1 7 patuh
tidak
19 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 40 baik 1 0 0 0 1 0 1 1 4 patuh
20 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 2 38 kurang 1 0 0 1 1 0 1 1 5 patuh
tidak
21 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 28 kurang 1 0 0 0 1 0 1 0 3 patuh
tidak
22 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 39 kurang 1 0 0 1 1 1 0 0 4 patuh
23 2 2 4 3 3 2 2 2 4 2 2 3 31 kurang 1 1 1 1 1 1 1 1 8 patuh
24 2 2 4 3 2 2 2 3 4 2 4 2 32 kurang 1 0 1 1 1 1 1 1 7 patuh
25 3 3 3 3 5 2 5 4 2 5 2 2 39 kurang 1 0 1 1 1 1 1 1 7 patuh
26 2 2 2 4 3 3 2 2 3 2 5 3 33 kurang 1 1 1 0 0 1 1 1 6 patuh
tidak
27 3 2 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 29 kurang 1 0 0 0 1 0 0 0 2 patuh
28 3 2 2 4 2 4 3 4 3 4 2 3 36 kurang 1 0 1 1 0 1 1 1 6 patuh
tidak
29 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 4 4 31 kurang 1 0 0 0 1 0 0 0 2 patuh
30 3 3 3 3 3 2 4 2 2 4 2 2 33 kurang 1 0 0 1 1 1 1 1 6 patuh
31 2 2 2 4 4 2 4 3 4 2 2 2 33 kurang 1 0 1 1 1 1 1 0 6 patuh
tidak
32 2 3 3 4 3 2 2 4 3 5 2 2 35 kurang 1 0 0 1 1 1 0 0 4 patuh
tidak
33 3 2 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 33 kurang 1 0 0 1 1 0 0 0 3 patuh
tidak
34 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 30 kurang 1 0 0 1 1 1 0 0 4 patuh
35 3 3 3 3 4 3 5 4 2 4 5 5 44 baik 1 1 1 1 1 1 0 0 6 patuh
36 4 3 4 5 3 3 4 3 3 4 5 3 44 baik 1 0 1 1 0 1 1 1 6 patuh
37 3 4 5 4 4 3 4 5 4 3 4 4 47 baik 1 1 1 1 1 1 0 1 7 patuh
tidak
38 2 2 3 4 2 2 2 4 2 2 3 3 31 kurang 1 0 1 1 0 1 0 0 4 patuh
tidak
39 4 3 2 4 3 3 2 2 2 4 3 3 35 kurang 1 0 0 0 1 1 0 0 3 patuh
40 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 36 kurang 1 1 1 1 1 0 0 0 5 patuh
41 3 5 4 3 3 4 5 4 5 3 3 5 47 baik 1 1 1 0 0 1 0 1 5 patuh
42 3 4 5 2 2 4 2 4 2 3 5 4 40 baik 1 0 1 0 1 1 1 0 5 patuh

You might also like