Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS KESIAPAN PELAKSANAAN SOSIALISASI PROGRAM


AMBULANCE HEBAT DALAM RANGKA DUKUNGAN TERHADAP
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU DI KOTA
SEMARANG

Wiwid Novitaria, Putri Asmita Wigati, Ayun Sriatmi


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: Wiwidnovitaria@gmail.com

Abstract : An integrated emergency response system is planned action


undertaken by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in preventing
casualties caused by the emergency, one of them is traffic accidents. The City
Government of Semarang established a program called Ambulance Hebat as an
emergency service based call center in Semarang City. Health Office of
Semarang City conducted socialization for the community and stakeholders so
that the program can be used optimally, but not all people know about the
Ambulance Hebat program.Therefore, it is necessary to analyze the
implementation readiness of the integrated emergency response system in the
socialization aspect in the pre-hospital phase (Case study: Traffic accident in
Semarang City).This research was conducted using qualitative research method
by using purposive sampling technique which then continued by deep interview
with research informant.

Based on the result of the research, it is know that the information received by
the people is not as complete as it was delivered at the beginning of socialization.
The misinformation caused many people not fully understand the functions of the
Ambulance Hebat program, and many even did not know such program is exist.
In addition, the number of case reporting in each Puskesmas area that became a
network of Ambulance Hebat is also unequal.There is one area with the most
reporting cases asnd there are also areas with absolutely zero reports cases at
all. It indicates that the socialization has not been equal and the information
delivered has not been delivered properly. The result of analysis conducted in
this research study suggests the Health Office of Semarang City to start
monitoring the delivery of information from the beginning until it passed to the
people.

Keywords: Integrated Emergency Response System, Socialization,


Ambulance Hebat, Pre Hospital.

164
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN penanganan pasca kecelakaan


Latar Belakang dengan Sistem Penanggulangan
Situasi pelayanan gawat darurat di Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).3
Indonesia saat ini masih sangat Pada tahun 2016, Kementerian
buruk dan memerlukan beberapa Kesehatan RI mengeluarkan
langkah perbaikan. Masalah yang Permenkes Nomor 19 Tahun 2016
menjadi fokus pemerintah saat ini tentang SPGDT. Sistem ini dibagi
adalah belum adanya sistem menjadi 3 fase yaitu fase pra rumah
penanganan kegawatdaruratan yang sakit, intra rumah sakit, serta antar
standar dan terintegrasi, serta fakta rumah sakit.4
yang menyebutkan bahwa melalui Tabel 1. Data Kecelakaan Lalu
penanganan kegawatdaruratan yang Lintas Oleh Polrestabes Semarang
sesuai dapat menekan angka Tahu Kasu Korban Luka Luka
kematian dan mencegah n s Meningg Ringa Bera
al n t
kecacatan.1
2013 957 196 1.221 49
World Health Organization telah 2014 801 88 970 90
merilis The Global Report on Road 2015 491 130 557 7
Safety 2015 yang menunjukkan 2016 588 112 589 1
angka kecelakaan lalu lintas yang (7/12)
Total 2.837 526 3.337 147
terjadi di sekitar 180 negara yang
ada didunia, dimana Indonesia Sumber: Website Polrestabes Kota
menjadi negara ketiga di Asia Semarang
dibawah Tiongkok dan India dengan Berdasarkan data tersebut
total 38.279 kasus akibat kecelakaan diketahui bahwa kasus yang
lalu lintas di tahun terjadi memang cenderung
2015.2Berdasarkan studi mengalami fluktuasi tiap
pendahuluan yang dilakukan oleh tahunnya.Berdasarkan studi
peneliti dengan 2 orang perawat pendahuluan di Kementerian
yang bertugas di RSUD Kota Kesehatan RI didapatkan
Semarang didapatkan hasil bahwa diketahui saat ini dari 539
kebanyakan pasien yang tiba di IGD Kabupaten / Kota yang ada di
sudah tergolong kedalam triage Indonesia, hanya 85 diantara nya
merah. Selain itu, pasien IGD yang sudah terintegrasi dengan
terutama pada pasien kecelakaan Kementerian Kesehatan
lalu lintas diangkut dengan RI.Sementara itu, studi
kendaraan umum yang berada pendahuluan yang dilakukan di
disekitar lokasi kejadian yang tidak Dinas Kesehatan Kota dalam
terdapat layanan kegawatdaruratan pelaksanaan SPGDT di Kota
seperti BLS (Basic Life Support) Semarang. SPGDT di Kota
atau pun ALS (advanced Life Semarang mempunyai nama
Support). program Ambulance Hebat.
Berdasarkan Instruksi Presiden RI Ambulans Hebat ini ditempatkan
Nomor 4 Tahun 2013 tentang di 5 titik, Puskesmas Pandanaran
Program Dekade Aksi Keselamatan (DKK Semarang), Puskesmas
Jalan untuk pilar ke V Kementerian Srondol, Puskesmas Halmahera,
Kesehatan yang bertanggung jawab Puskesmas Karang Malang, dan
meningkatkan penanganan pra Puskesmas Bangetayu. Program
kecelakaan meliputi promosi dan ini juga ternyata belum
peningkatan kesehatan pengemudi berkoordinasi dengan lintas
pada keadaan/situasi khusus dan sektor seperti Kepolisian,
Pemadam Kebakaran, PMI, dll.

165
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sementara itu, pada aspek yang dibawahinya, serta para


sosialisasinya pun terdapatsuatu stakeholder yang tergabung dalam
masalah yaitu sedikitnya masyarakat jejaring Ambulance Hebat. Subjek
yang mengetahui adanya penelitian ini terdiri dari informan
Ambulance hebat.Dalam mengakses utama yaitu kasie pelayanan
layanan ini, masyarakat bisa kesehatan rujukan, dan 2 orang
mengakses kode aksesnya di 1500 staffnya, serta kepala puskesmas
– 132. Namun, seringkali ditemukan Bangetayu dan
di lapangan banyak masyarakat Halmahera.Sedangkan untuk
yang tidak mengetahui harus informan triangulasinya terdiri dari
menghubungi kemana apabila kabid pelayanan kesehatan, kepala
terdapat kejadian gawat darurat lain cabang PMI Kota Semarang.serta
nya didapatkan hasil 2 dari 10 yang kepala kelurahan Bangetayu Kulon
mengetahui adanya program dan Karangturi. Untuk Objek
Ambulance Hebat di Kota Semarang penelitiannya yaitu variabel input
dan 8 orang lainnya menjawab dan proses dalam pelaksanaan
meminta tolong tetangga terdekat sosialisasi ini yang terdiri dari, input :
atau orang yang tidak sengaja lewat Kebijakan dan SOP, Sumber Daya
dijalan. Manusia, Sarana dan Pra sarana,
Dari hasil penjabaran wawancara dan ketersediaan dana. Proses :
diatas, maka didapatkan beberapa meliputi tahapan sosialisasi yang
masalah seperti SDM, sarana mempertimbangkan aspek 4P
prasarana, penyelenggaraan yang (Place, Price, Promottion, Pxxxx)
mencakup proses pelaksanaan yaitu tahapan pengetahuan, tahapan
sosialisasi Ambulance Hebat kepada persuasi, tahapan pelaskanaan dan
masyarakat Kota Semarang. Sebab tahapan sosialisasi. Penelitian ini
dapat dilihat pula berdasarkan data menggunakan 3 macam teori yang
panggilan masuk tiap bulan pada terdiri dari teori sistem, teori difusi
tahun 2017, belum banyak inovasi menurut Everett M. Rogers,
masyarakat yang dapat mengakses dan Teori Pemasaran Sosial dengan
layanan ini khusus nya pada aspek 4P.
kejadian kecelakaan lalu
lintas.Sehingga berdasarkan HASIL DAN PEMBAHASAN
permasalahan yang telah dijelaskan Informan utama dalam penelitian ini
sebelumnya peneliti mengangkat berjumlah 5 orang antara lain adalah
judul penelitian “Analisis Kesiapan 1 orang Kasie Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan Sosialisasi Program Rujukan, 2 orang staff Pelayanan
Ambulance Hebat dalam Rangka kesehatan Rujukan di Dinas
Dkungan Terhadap Sistem Kesehatan Kota Semarang, dam 2
Penanggulangan Gawat darurat Kepala Puskesmas kerjasama
Terpadu di Kota Semarang. (Puskesmas Srondol dan
Puskesmas Pandanaran).
METODE PENELITIAN
Merupakan penelitian kualitatif
dengan metode penelitian deskriptif
yang dilakukan selama kurang lebih
3 minggu dengan mewawancarai
para pelaku sosialisasi dari tingkat
Dinas Kesehatan Kota Semarang
hingga Puskesmas dan Instansi

166
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2. Karakteristik Informan Inform Us Pendidi La Pelatihan


Utama an ia kan ma (Khusus
Terakhi Ker Kegawatda
Infor Us Pendid La Pelatihan
r ja rutan)
man ia ikan ma (Khusus
Terakh Ker Kegawatdar IT 53 S1 <1 (tidak ada)
ir ja uratan) 4 th tah
un
IU 1 38 S1 4 PPGD, Life
th tah Saving, Sumber: Data Primer
un Kegawatdar
uratan A. INPUT
Psikotropika
,
Kebijakan dan SOP
Kegawatdar Kebijakan Program Ambulance
uratan Hebat ini dibuat dalam bentuk
Maternal, Perwal No 54 Tahun 2016,
dll. sedangkan untuk SOP yang saat ini
IU 2 46 S1 25 (tidak ada)
th tah dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota
un Semarang baru terdiri dari SOP
IU 3 43 S1 6 PPGD petugas Ambulance Hebat dan SOP
th tah bagi masyarakat yang mengatur
un
IU 4 52 S1 3 PPGD, Life
bagaimana cara mengakses layanan
th tah Saving, ini. Hal – hal ini disosialisasikan
un OJT, dll. melalui rapat rutin (informasi
IU 5 43 S1 5 PPGD, Life berjenjang) yang dilakukan di kantor
th tah Saving, Dinas Kesehatan Kota Semarang
un OJT, dll.
dengan agenda rapat rutin yang
Sumber: Data Primer
mengundang beberapa pimpinan
Informan triangulasi dalam penelitian
puskesmas, rumah sakit, dan
ini berjumlah 4 orang antara lain 1
beberapa stakeholder lain. Namun
orang Kabid Pelayanan Kesehatan.
pada pelaksanaannya ternyata tidak
1 orang Kepala cabang PMI Kota
semua pimpinan dapat hadir dalam
Semarang (stakeholder), dan 2
rapat tersebut sehingga sosialisasi
Lurah dari Kelurahan yang berada
bagi tiap wilayah di Kota Semarang
dibawah wilayah kerja puskesmas
tidak dapat merata.Selain itu, belum
yang menjadi informan utama.
adanya SOP pelaksanaan
sosialisasi ini juga berakibat pada
Tabel 3. Karakteristik Informan
tidak adanya pedoman yang
Triangulasi
menjelaskan siapa saja pihak yang
Inform Us Pendidi La Pelatihan
an ia kan ma (Khusus bertanggung jawab dalam
Terakhi Ker Kegawatda menyampaikan sosialisasi dan alur
r ja rutan) yang seharusnya dilakukan.
IT 45 S1 <1 PPGD,
1 th tah OJT, Life Sumber daya manusia
un Saving, dll.
IT 56 S1 11 Orientasi Pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan
2 th tah kepalang oleh para pemegang program yang
un merahan, ada di DKK Semarang yaitu sie
pelatihan pelayanan kesehatan rujukan yang
bencana,
pelatihan
terdiri dari kepala sie pelayanan
kepala kesehatan rujukan dan 2 orang
markas, dll. staffnya. Nantinya orang – orang ini
IT 57 S1 7 (tidak ada) yang akan menyampaikan
3 th tah sosialisasi program Ambulance
un

167
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hebat dalam setiap rapat rutin media dalam mendapatkan informasi


ataupun kegiatan sosialisasi lainnya dibandingakn dengan media
baik didalam ataupun diluar Dinas konvensional yang digunakan oleh
Kesehatan Kota Semarang. DKK Semarang untuk penmapatan
selanjutnya dilanjutkan oleh peran spot iklan.
kepala puskesmas yang juga
berperan sebagai penerima dan Ketersediaan dana
pelaksana sosialisasi pada seluruh Sumber dana yang digunakan dalam
wilayah kerja yang dibawahinya. seluruh kegiatan operasional
Pada tingkat kelurahan, sosialisasi Ambulance Hebat ini berasal dari
ini dibantu oleh kepala kelurahan APBD Kota Semarang. dalam hal ini,
ataupun petugas kesehatan dan DKK Semarang memang
kader setempat yang melakukan mengalokasikan dana untuk
pendampingan terhadap kegiatan sosialisasi ini namun bukan
warga.Namun ternyata yang terjadi bersumber dari anggaran program
adalah pada tahapan sosialisasi Ambulance Hebat, sebab media
tingkat lanjut (tingkat puskesmas yang digunakan merupakan media
dan kelurahan) Dinas Kesehatan yang sebelumnya sudah ada (rapat
Kota Semarang tidak ikut serta rutin) dan penyampaian informasi
dalam pelaksanaannya dan tentang Ambulance Hebat ini pula
menyerahkan seluruh kegiatan hanya menjadi selingan di sela –
sosialsiasi pada pihak puskesmas sela kegiatan rapat. Penggunaan
dan kelurahan. Selain itu, para kader dana cenderung digunakan untuk
dan petugas kesehatan yang membiayai spot iklan yang dipasang
membantu dalam proses di beberapa media yang telah
penyampaian informasi pada warga disebutkan sebelumnya.
pun belum pernah emndapatkan
sosialisasi ataupun pelatihan B. PROSES
kegawatdaruratan sehingga Tahapan pengetahuan
pengetahuan yang dimiliki masih Pada tahapan ini pihak DKK
sangat minim dan sulit untuk bisa Semarang mempunyai peran untuk
mengedukasi masyarakat yang mengedukasi masyarakat dengan
masih awam. cara menyampaikan hal – hal yang
berkaitan dengan program
Sarana dan pra sarana Ambulance Hebat seperti pengertia,
Dinas Kesehatan Kota Semarang jenis layanan yang diberikan, cara
memfasilitasi kegiatan sosialisasi ini mengakses, serta alur kerja yang
dengan menyediakan tempat untuk dilakukan oleh seluruh petugas
rapat, konsumsi dan akomodasi bagi Ambulance Hebat. Namun ternyata
para undangan. Kegiatan sosialisasi informasi yang diterima oleh
ini pun dilakukan bersamaan dengan masyarakat yang pengetahuannya
pelaksanaan rapat rutin selain masih awam tersbeut tidak
melalui rapat rutin yag dilakukan di selengkap seperti yang disampaikan
Kantor DKK Semarang, sosialisasi diawal.Selain itu, pengetahuan
ini juga melibatkan beberapa media masyarakat yang masih minim
untuk penempatan spot iklan di terkait kegawatdaruratan juga
beberapa perusahaan stasiun tv dan menjadi kendala dalam pelaksanaan
radio, serta media cetak. Namun program ini.
ternyata masyarakat saat ini ;ebih
cenderung menggunakan sosial

168
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tahapan persuasi Tahapan konfimasi


Berdasarkan data pelaporan kasus Pada tahapan yang terakhir ini
yang terdapat di pusat komunikasi masyarakat dan stakeholder lebih
Ambulance Hebat didapatkan bahwa banyak menyampaikan
memang sudah banyak masyarakat rekomendasinya terkait integrasi
yang mengakses layanan ini dengan yang dilakukan oleh pihak DKK
menggunakan kode akses 1500 – Semarang dengan stakeholder yang
132.Namun ternyata jumlah dalam sudah tergabung dalam jejaring
setiap wilayah yang terdapat di Kota Ambulance Hebat.Hal ini
Semarang ini memiliki perbedaan dikarenakan tiap stakeholder yang
yang cukup signifikan.Contohnya sudah tergabung seperti PMI
seperti di wilayah kerja Puskesmas Cabang Kota Semarang, kepolisian,
Bangetayu dengan jumlah pelaporan pemadam kebakaran.dll sudah
kasus terbanyak, dan Puskesmas memiliki kode akses masing –
Halmahera dengan jumlah masing.Dengan adanya kode akses
pelaporan kasus paling sedikit. yang banyak ini menyulitkan
Selain itu, dibandingakn masyarakat untuk menentukan kode
menggunakan aplikasi android akses mana yang harus diguanakan
Ambulance Hebat yang disediakan apabila mereka menemukan
oleh DKK Semarang, masyarakat kejadian gawat darurat disekitarnya.
lebih memilih untuk menelepon Tidak utuhnya informasi yang
menggunakan kode akses sampai di masyarakat disebabkan
disebabkan oleh situasi dan kondisi belum adanya SOP ataupun
yang sudah genting dan pedoman yang dapat mengatur alur
menimbulkan kepanikan. dan pihak yang bertanggung jawab
atas kegiatan sosialisasi Ambulance
Tahapan pelaksanaan Hebat ini.Tidak adanya pengawasan
Pelaksanaan program Ambulance yang dilakukan oleh pihak Dinas
Hebat ini terdiri dari 2 jenis kegiatan Kesehatan Kota Semarang juga
yaitu pelayanan call center 24 jam, berpengaruh pada kelengkapan
serta penanganan petugas medis informasi yang diterima oleh
dan non medis bagi korban gawat masyarakat.Apabila ada kesalahan
darurat. Namun dalam atau informasi yang kurang lengkap
pelaksnaaannya memang masih dapat langsung diklarifikasi oleh
terdapat beberapa kendala seperti pihak Dinas Kesehatan Kota
tidak adanya pengawasan yang Semarang.pelaksanaansosialisasi
dilakukan langsung ke pos lain oleh yang hanya dilakukan oleh pihak
DKK Semarang karena memang Dinas Kesehatan Kota Semarang
belum adanya SOP terkait akan berakibat pada tidak
pengawasan petugas, sehingga optimalnya informasi yang
kegiatan monev hanya dilakuakn 2 tersampaikan oleh masyarakat,
bulan sekali yang diwakili oleh sebab yang melakukan hanya 3
koordinator tiap pos di kantor DKK orang saja yang juga menjalankan
Semarang. keterbatasan jumlah program lain selain program
tenaga juga menjadi kendala belum Ambulance Hebat ini. Sedangkan
optimalnya pelayanan yang untuk para kader dan petugas
diberikan, ketidaksesuaian jumlah kesehatan yang turut membantu
petugas yang ditempatkan di salah penyampaian sosialisasi juga
satu titik dianggap tidak seimbang merupakan suatu masalah sebab
dengan wilayah yang dibawahinya. pengetahuan yang dimiliki masih

169
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sangat minim. Nantinya masyarakat Selanjutnya pada tahapan


yang masih perlu diedukasi terutama pelaksanaan, penempatan petugas
tentang kegawatdaruratan ini akan dan armada di pos lain (puskesmas
menimbulkan informasi yang bias. jejaring) tidak mendapatkan
Dinas Kesehatan Kota Semarang pengawasan langsung oleh DKK
memang hanya memfasilitasi melalui Semarang padahal pelayanan yang
kegiatan rapat saja dan penempatan diberikan juga dilakukan selama 24
spot iklan, di beberapa media jam. Kegiatan monev hanya
konvensional, namun dilakukan oleh koordinator pos
permasalahanya adalah di era dalam rekapitulasi pelaporan
modernisasi seperti sekarang kasusnya saja. Pihak Puskesmas
masyarakat lebih cenderung pun tidak diberikan tanggung jawab
menggunakan sosial media untuk dalam hal pengawasan walaupun
mendapatkan informasi maka Dinas pos yang ditempati terletak di kantor
Kesehatan Kota Semarang harusnya Puskesmas yang bersangkutan. Hal
lebih mengkaji lagi kira – kira media ini tentunya akan berdampak pada
apa yang lebih sering digunakan tidak optimalnya kinerja petugas
oleh masyarakat untuk memperoleh yang ditempatkan di pos lain selain
informasi. di pusat. Pada tahapan konfirmasi ini
Pada tahapan sosialisasinya, pula banyak masyarakat yang
yang pertama pada tahap menginginkan adanya integrasi
pengetahuan ini memang ketidak antara DKK Semarang dengan
lengkapan isi informasi menjadi stakeholder lainnya agar dapat
kendala bagi pihak pelaksana memudahkan masyarakat dalam hal
sosialisasi.Selain itu, muncul juga kode akses.Selain itu tidak adanya
berbagai persepsi yang salah terkait wadah khusus yang disediakan oleh
alur kerja Ambulance DKK Semarang dalam hal
Hebat.Persepsi ini dapat muncul penyampaian kritik, saran, atau
dikarenakan masyarakat rekomendasi lainnya juga
menyimpulkan sendiri informasi menyulitkan masyarakat untuk
yang diterimanya padahal informasi membantu program ini agar dapat
tersebut belum sepenuhnya dapat lebih baik lagi.
tersampaikan pada
masyarakat.Yang kedua tahapan KESIMPULAN DAN SARAN
persuasi perbedaan jumlah Kendala yang dihadapi
pelaporan kasus tiap wilayah dalam pelaksanaan sosialisasi
disebabkan oleh tidak meratanya program Ambulance Hebat yang
informasi yang diterima oleh setiap meliputi segi input ini terdiri dari
wilayah yang ada di Kota belum adanya SOP pengawasan
Semarang.selain itu, pemilihan petugas dan SOP pelaksanaan
akses yang nantinya akan sosialisasi yang dapat mengatur
digunakan oleh masyarakat juga bagaimana alur yang seharusnya
perlu dipertimbangkan kembali oleh dan siapa saja pihak yang
pihak Dinas Kesehatan Kota bertanggung jawab dalam
Semarang, mengingat lebih banyak melaksanakan sosialisasi.
masyarakat yang menggunakan Sedangkan kendala yang dihadapi
kode akses dalam menelepon dalam segi proses meliputi pada
dibandingkan dengan penggunaan tahapan edukasi dan persuasinya,
aplikasi android. dimana banyaknya masyarakat yang
masih awam terhadap

170
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kegawatdaruratan ini masih perlu 4. Sylvana, Budi. 2016. Public


diedukasi lagi dan munculnya safety Center (PSC) Sebagai
persepsi yang salah di masyarakat Ujung Tombak Pelayanan
harusnya diberikan pengawasan Pra Hospital. Materi
oleh pihak pusat pada saat dipresentasikan pada Acara
pelaksanaan sosialisasi yang ada Seminar Launching PSC
dibawahnya. 119, Juli 1, Jakarta.
Untuk saran yang dapat
diberikan bagi pihak Dinas
Kesehatan Kota Semarang
hendaknya membuat SOP
pelaksanaan sosialisasi dan SOP
pengawasan bagi petugas agar
dapat mengukur kinerjanya.Serta
dapat berintegrasi dengan
stakeholder lainnya agar
memudahkan masyarakat dalam
mengakses layanan ini. Saran yang
diberikan untuk puskesmas yang
menjadi jejaring Ambulance Hebat
ini hendaknya pihak puskesmas
berperan dalam kegiatan
pengawasan petugas yang
ditempatkan di puskesmasnya
masing – masing, serta memantau
informasi yang disampaikan oleh
pihak kecamatan atau kelurahan
kepada masyarakat langsung agar
ada kesesuaian informasi yang
disampaikan diawal hingga sampai
ke masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Nasution, Chairul Rajab.
2016. Kebijakan dalam
Implementasi SPGDT di
Indonesia. Materi
dipresentasikan pada Acara
Seminar Nasional dan
Workshop 2016, Februari 3,
Jakarta.
2. (WHO) World Health
Organization. Global Status
Report on Road Safety.;2015
3. Departemen Kesehatan.
Instruksi Presiden Nomor 4
tahun 2013 tentang Dekade
aksi Keselamatan Jalan.;
2013

171

You might also like