Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI

Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG


ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 3: Oktober 2018 (Halaman: 90-96)

KAJIAN KARAKTERISTIK LAHAN DI LERENG KAKI


GUNUNG SINABUNG

Zilvina. B
Alumni Magister Pendidikan Geografi FIS UNP
zilvina.b@gmail.com

ABSTRACT

Evaluation study of the characteristics of land on the slopes of Mount Sinabung foot is
written to analyze the characteristics of the land, landform units, and land use on the
foot slopes of Mount Sinabung. This study was conducted at two locations of the red
zone area 3 km from Mount Sinabung. Sampling was done using purposive sampling
method. The study was conducted in three stages namely preparation stage, the stage
of field work, and post-field phase. Descriptive data were analyzed with qualitative
data. The results showed that; 1). The physical characteristics of the area around the
foot of the slopes of Mount Sinabung can be described into two valleys characteristic of
the volcanic and structural land, 2) Unit of volcanic landform slopes of Mount Sinabung
feet of field observations now buried by the tongue condition larvae sloped bottom
between 31-65 % in the criteria is rather steep-steep, 3). Land use at the foot of the
slopes of volcanic landforms are not suitable for annual crops (peppers, tomatoes,
turnips, vegetables, etc.) and horticulture (citrus), because the land slopes of volcanic
including structural land, and land use is an annual plant, protected forests, nature
reserves, and forest production

Keywords: Land Characteristics, Eruption, Foot Slope, Landform, Land Use

PENDAHULUAN
Negara kepulauan Indonesia terletak diantara tiga pertemuan lempeng yaitu
lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara, lempeng Eurasia yang bergerak ke
selatan, dan lempeng Pasifik yang bergerak dari timur ke barat. Akibat pertemuan tiga
lempeng tersebut menyebabkan terjadinya penekanan pada lapisan bawah bumi yang
mengakibatkan wilayah negara kepulauan Indonesia memiliki morfologi yang
bergunung-gunung, baik gunungapi yang masih aktif, beristirahat, dan sudah padam.
Negara kepulauan Indonesia juga dilalui oleh dua jalur pengungan aktif di dunia yaitu
siskum Pasifik dan sirkum mediterania (Hermon, 2010; Hermon, 2012; Hermon, 2014;
Hermon, 2017).

90
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 3: Oktober 2018 (Halaman: 90-96)

Dampak yang timbulkan akibat wilayah negara kepulauan Indonesia sebagian


besar terbentuk akibat aktivitas vulkanik ini adalah wilayah Indonesia memiliki topografi
yang tidak datar melainkan berbukit dan bergunung, memiliki tanah vulkanik yang
subur, dan memiliki barang tambang yang banyak terutama barang tambang yang
proses pembentukannya berasosiasi dengan gunungapi.Selain letak wilayah negara
kepulauan Indonesia yang dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik membawa dampak
positif juga memiliki dampak negatif dari letusan gunungapi seperti; guguran lava,
aliran lahar, aliran lava, dan bahan piroklastik. Dampak akibat letusan gunungapi di
Indonesia telah banyak memimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda (Hermon,
2001; Hermon, 2006; Hermon, 2009; Oktorie, 2017). Salah satu gunung api aktif yang
baru-baru ini menunjukkan aktifitasnya adalah Gunung api Sinabung adalah
gunungapi di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
Ketinggian gunung tersebut sekitar 2.460 meter.
Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600 tetapi mendadak
aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010, 2013, dan 2014. Setelah pasca letusan
gunung api Sinabung pada tahun 2010, 2013, dan 2014 membawa perubahan
terhadap karakteristik lahan di sekitar gunung api Sinabung. Untuk penggunaan lahan
yang optimal di wilayah tersebut memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan
kualitas lahannya. Dalam hal ini, sumberdaya lahan termasuk kedalam sumberdaya
alam yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan pembangunan dan
pengembangan suatu daerah. Sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik dan
proses-proses serta fenomena-fenomena lahan yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah satu tipe penggunaan lahan yang penting
ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land
utilization type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak
(Hardjowigeno, 1985).
Pada wilayah pasca letusan gunung api Sinabung perlu dilakukan suatu
tindakan evaluasi lahan untuk mengetahui kapasitas, kesesuaian lahan serta
kemampuan lahan agar perencanaan pembangunan dan pengembangan suatu daerah
dapat berjalan berkesinambungan. Lahan di kaki lereng Gunung api Sinabung
merupakan areal yang sangat berpotensi baik dalam bidang pertanian dan non
pertanian. Karena berada di daerah lareng kaki Gunung Sinabung yang mengandung
banyak material letusan gunung berapi, sebagian besar lahan sangat bagus untuk

91
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 3: Oktober 2018 (Halaman: 90-96)

dikembangkan dalam bidang pertanian. Selain itu lereng kaki juga berpotensi untuk
terjadinya erosi. Untuk itu perlu adanya kajian tentang karekteristik lahan dan satuan
lahannya sebagai acuan dalam penggunaan lahan.
Penggunaan lahan sendiri berhubungan dengan sumber daya manusianya
dalam mengelola lahannya, difungsikan untuk apa lahannya, tindakan apa saja yang
perlu dilakukan dengan kondisi lahannya, serta usaha-usaha apa saja yang harus
dilakukan dalam memperbaiki kondisi lahannya (Hermon, 2015; Hermon, 2016;
Hermon et al., 2017; Hermon et al., 2018; Kristian dan Oktorie, 2018). Untuk menjawab
hal tersebut, maka penting sebelum mengambil keputusan penggunaan lahan untuk
dilakukan evaluasi lahan terlebih dahulu agar penggunaan lahan dapat optimal tampa
mengurangi keseimbangan agroekosistem di dalamnya.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan data
kualitatif yang diperoleh langsung di lapangan melalui pengukuran dan pengamatan di
lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purpossive
sampling. Setiap unit yang menjadi sampel akan dilakukan pengukuran dan analisis
data tentang evaluasi karakteristik, kemampuan, dan kesesuaian lahan di kaki gunung
api Sinabung.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada daratan vulkanik, semburan dari gunung api atau erupsi gunung api
dalam bentuk abu vulkanik disebarkan sekitar daerah yang ada digunung api dengan
radius 3-7 km, itu merupakan daerah yang mendapat debu yang banyak, baik
pemukiman maupun daerah pertanian tertimbun oleh erupsi Gunung Sinabung
tersebut. Berdasarkan informasi penduduk di lapangan (Beras Tepuh) ketebalan hasil
erupsi ini berkisar antara 1-1,5 meter. Bahwa yang berada diatas jalan raya, atap
rumah dan pekarangan rumah dikumpulkan penduduk dan dijual untuk bahan
bangunan.Karakteristik fisik wilayah sekitar Gunungapi Sinabung, dijelaskan pada
tabel berikut.

92
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 3: Oktober 2018 (Halaman: 90-96)

Tabel 1. Karakteristik Fisik Wilayah

Titik Sampel
No. Kriteria Fisik Wilayah
Dataran kaki vulkanik Lembah vulkanik
1. Kemiringan Lereng 0 - 3% (datar) 9–15% (bergelombang)
2. Panjang Lereng < 15 m (pendek) 20 – 25 m (panjang)
3. Bentuk Lereng Lurus Variasi cembung-cekung
4. Proses geomorfologi Sedimentasi dan Pelapukan
5. Tekstur Tanah Pasir berlempung dan pasir berdebu Berpasir dengan kriteria
sangat kasar
6. Struktur Tanah Remah butir tunggal dan pejal (sangat Lempeng dan tiang
baik) dan granular, gumpal (baik) (sedang – jelek)
7. Solum Tanah > 90 cm (dalam) < 25 cm (dangkal)
8. Tingkat Erosi < 25 % lapisan atas hilang (rendah – Sangat tinggi karena
sangat rendah) tetapi pada tebing-tebing dibuktikan hasil hanyutan
tingkat erosinya tergolong sedang sampai materil yang masih jelas
dengan agak tinggi dari lereng atas dan lereng
tengah
9. Klasifikasi bahan organic 10 – 31 (tinggi – amat tinggi) 6 – 30 (agak tinggi sampai
tinggi)
10. Kedalaman perakaran tegalan perakarannya dangkal (41-51 cm) tingkat perakaran tidak
dan pada daerah lembah vulkanik ada.
perakaran lebih dari 50 cm
11. Drainase Baik agak buruk sampai agak
baik
12. Konsistensi tanah tanah mudah hancur, hal ini menunjukkan tergolong kedalam sedang
konsistensi tanah baik sampai sangat baik sampai baik
13. Struktur lapisan batuan Sedang – sangat baik perlapisannya keras atau
tergolong jelek.
14. Tingkat pelapukan batuan Lapuk kuat Lapuk Ringan
15. Kedalaman pelapukan 100 – > 150 cm (sedang - dalam) <50 – 100 cm (sangat
dangkal – dangkal)
16. Kriiteria kerikil berdiameter berkisar dari 0-15% dan 15%-50% volume berkisar antara 50%
12mm – 7,5 cm pada tanah sampai dengan >90%
kedalaman 20 cm volume tanah.
17. Kriteria batuan kecil kriteria 0 – 15% volume tanah kriteria 50% - 90%
berdiameter 7,5cm-25cm pada
kedalaman 20cm
18. Kriteria batuan kecil tidak ada sebaran batuan lepas yang banyak terdapat sebaran
berdiameter 7,5cm-25cm pada termasuk dalam sebaran 0,01% - 3 % batuan lepas 15%-90%
kedalaman 20cm
19. Kriteria singkapan batuan tidak ditemukan adanya singkapan batuan belum mengalami
0 – 10% pelapukan batua dengan
kriteria 50-90%
20. Kriteria sabuk mata air (Spring Tidak ada Lebih dari 2 mata air
Belt)
21. Kedalaman muka air tanah Dalam Agak dangkal – sedang
22. Klasifikasi ancaman banjir Tidak pernah terancam banjir Sering terancam banjir
23. Kriteria penggunaan lahan Tegalan dan kebun campuran serta Sawah dan tegalan serta
permukiman tebing terjal tertutup hutan
Sumber : Pengolahan data penelitian (2018)

Pada daerah yang punya kemiringan bahan-bahan ini waktu hujan


dihanyutkan ke lembah-lembah atau daerah yang lebih rendah dan tertimbun sebagai
sedimentasi pada daerah lembah. Proses lebih lanjut debu yang telah dihanyutkan ke
lembah kemudian di hanyutkan ke sungai sehingga terjadi pengendapan di sepanjang
aliran sungai daerah Gunung Sinabung tersebut. Berdasarkan analisis butir yang di

93
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 3: Oktober 2018 (Halaman: 90-96)

lakukan pada daerah aliran sungai mulai dari debu sampai lapili dan bom-bom, bahkan
kami temui bongkahan-bongkahan batuan vulkanik ukuran besar (± sebesar ukuran
kepala bayi). Pada lereng kaki sampai lereng tengah vulkanik terlihat bagian yang
hangus terbakar yang merupakan hasil luncuran larva dalam bentuk lidah larva
(Sudden Stock) yang berdasarkan informasi dari badan pengawas gunung api
vulkanologi jumlah timbunan lidah larva ini panjang radiusnya 3 km dengan volume
materil lidah 50 juta kubik dengan tebal 300 m. Sehingga daerah ini tetap menjadi
daerah zone merah. Panasnya larva yang diluncurkan pada daerah dekat lidah larva
10000C, sedangkan dengan jarak letusannya dapat menghanguskan manusia.
Lahan di daerah kaki lereng Gunung api Sinabung merupakan lahan yang
berpotensi jika dimanfaatkan dengan benar penggunaan lahannya. Untuk itu di dalam
pelaksanaan perencanaan penngunaan lahan harus didasarkan pada perencanaan
yang baik dengan mengevaluasi karakteristik lahan. Lahan di lereng kaki Gunung api
Sinabung yang telah di evaluasi tersebut masih belum digunakan sebagaimana
mestinya. Lahan yang seharusnya dimanfaatkan dan dilestarikan kurang terawat. Hal
tersebut ditandai dengan tidak teraturnya kondisi tanaman dan tidak jelas penggunaan
lahannya, meski telah terdapat pengelolaan tanahnya dengan pebuaan ters-teras
bangku.
Setelah dilakukan survey karakteristik lahan, lahan di kaki lereng Gunung
Berapi tergolong dalam Kelas Kemampuan Lahan II dan kelas VI. Oleh karena itu
berdasarkan karakteristik lahan yang ada pada daerah sampel 1 yang merupakan
dataran vulkanik digunakan oleh penduduk setempat untuk kegiatan pertanian
tanaman semusim atau palawija seperti kentang, jagung, cabe, tomat,dll. Serta sayur-
sayuran seperti kol, lobak, kebun singkong, selada, wortel,dll. Selain itu juga digunakan
oleh penduduk untuk kebun campuran seperti pokat, jeruk, durian,kopi, dll.
Pada daerah sampel II merupakan daerah dataran struktural atau lereng kaki
merupakan daerah yang agak curam atau curam yang mana daerah ini tergolong
dalam kelas kemampuan lahan VI. Di dataran struktural ini terdapat semak belukar di
tebing-tebing, dan lahan ini juga dimanfaatkan untuk tegalan dan sawah yang relatif
sempit. Hal ini berarti lahan memiliki hambatan yang berat disebabkan terleakn pada
lereng yang agak curam sehingga mudah tererosi atau kedalaman tanah efekatifnya
sangat dangkal dan tealah mengalami erosi berat. Sedangkan faktor pembatas atau
ancamaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan adalah berupa lereng yang

94
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 3: Oktober 2018 (Halaman: 90-96)

curam, ancaman erosi yang berat, telah tererosi berat, berbatu-batu, darah perakaran
dangkal, dan iklim yang tidak ssesuai.Oleh karena itu lahan ini tidak cocok/sesuai
untuk ditanami tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk tanaman makan ternak
secara permanen, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau cagar
alam. Perluadanya pengelolaan lahan untuk mengatasi keadaan tersebut,
diantaranya adalah dengan pembuatan teras untuk mengurangi terjadinya erosi.
Apalagi jika tanah sangat peka terhadap erosi. Pembuatan tipe teras disesuaikan
daengan jenis tanah, sebaran batuan, serta kepekaan terhadap erosi. Penanaman
tanaman-tanaman penutup tanah dan tanaman kehutanan untuk mengurangi
hantaman air hujan secara langsung. Selain itu untuk memperbaiki kondisi tanah dapat
dilakukakan dengan pemberian bahan organik, sebab bahan organik dapat
memperbaiki drainase, memperkaya unsur hara, porositas, dll. Untuk itu pada lahan ini
perlu pengelolaan lahan yang lebih baik lagi.

KESIMPULAN
Karakteristik fisik lahan lereng kaki Gunung Sinabung yang terdiri dari lahan
lembah vulkanik dan lahan struktural memiliki banyak perbedaan yang dilihat dari
kriteria fisik, Satuan bentuklahan lereng kaki vulkanik Gunung Sinabung berdasarkan
pengamatan lapangan kondisi sekarang tertimbun oleh lidah larva bagian bawah yang
mempunyai kemiringan antara 31-65% dalam kriteria agak curam-curam, dan
Penggunaan lahan di bentukan lahan lereng kaki vulkanik tidak sesuai untuk tanaman
semusim (cabe, tomat, lobak, sayur-sayuran,dll) dan holtikultura (jeruk), karena lahan
lereng vulkanik termasuk lahan struktural, dan penggunaan lahannya adalah tanaman
tahunan, hutan lindung, cagar alam, dan hutan produksi.

PUSTAKA

Butler David, R. 2008. Influences of Geomorphology and Geology on Alpine Treeline.


American West – More Important Than Climatic Influences, pp 1-2
Hermon, D. 2001. Studi Kontribusi Penggunaan Lahan terhadap Karakteristik
Epipedon. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang
Hermon, D. 2006. Buku Ajar Geografi Tanah. Jurusan Geografi FIS. Padang

95
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 3: Oktober 2018 (Halaman: 90-96)

Hermon, D. 2009. Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan Pengembangan


Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor di Kota Padang Sumatera Barat.
Disertasi. PSL. IPB. Bogor
Hermon, D. 2010. Geografi Lingkungan: Perubahan Lingkungan Global. UNP Press
Hermon, D. 2012. Dinamika Cadangan Karbon berdasarkan Perubahan Tutupan
Lahan menjadi Lahan Permukiman di Kota Padang. Forum Geografi. Vol. 26.
No. 1
Hermon, D. 2014. Impact of Land Cover Change on Climate Change Trend in Padang,
Indonesia. Indonesia Journal of Geography. Vol. 46. No. 2: 138-142
Hermon, D. 2015. Estimate of Changes in Carbon Stocks on Land Cover Change in
the Leuser Ecosystem Area. Forum Geografi. Indonesia Journal of Spatial and
Regional Analysis. Vol. 29. Issue 2: 187-196
Hermon, D. 2016. The Strategic Model of Tsunami Based in Coastal Ecotourism
Development at Mandeh Regions, West Sumatra, Indonesia. Journal of
Environment and Earth Science. Vol. 6. No. 4: 40-45
Hermon, D., Paus, I, Oktorie, O, and Ratna, W. 2017. The Model of Land Cover
Change into Settlement Area and Tin Mining and its Affecting Factors in
Belitung Island, Indonesia. Journal of Environment and Earth Science. Vo;. 7.
No. 6: 32-39
Hermon, D. 2017. Climate Change Mitigation. Rajawali Pers (Radjagrafindo). Jakarta
Hermon, D., Putra, A. & Oktorie, O. 2018. Suitability Evaluation of Space Utilization
Based on Enviromental Sustainability at The Coastal Area of Bungus Bay in
Padang City, Indonesia. International Journal of GEOMATE. Vol. 14, Issu 41:
193-202.
Kristian, A and O. Oktorie. 2018. Study of Coastal Mangrove Conservation in the
World. Sumatra Jornal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol.
2. No. 1: 49-52
Oktorie, O. 2017. A Study of Landslide Areas Mitigation and Adaptation in Palupuah
Subdistrict, Agam Regency, West Sumatra Province, Indonesia. Sumatra
Journal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol. 1. No. 1: 43-49
Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
Sadisun Imam, A. 2009. “Pemahaman Karakteristik Bencana: Aspek Fundamental
dalam Upaya Mitigasi Bencana dan Penanganan Tanggap Darurat Bencana”.
pp 1-11
Sitorus, Santun P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito
Thouret, J.C. 1999. “Volkanic Geomorphology an Overview”. Elsevier, pp 95-131

96

You might also like