Kebiasaan Konsumsi Junk Food Dan Frekuensi Makan Terhadap Obesitas

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Kebiasaan Konsumsi Junk Food...

(Purwo Setiyo Nugroho, Andi Uci Riatul Hikmah)

Kebiasaan Konsumsi Junk Food dan Frekuensi Makan Terhadap


Obesitas

Junk food Consumption Habits and Frequency of Eating Against Obesity

Purwo Setiyo Nugroho1, Andi Uci Riatul Hikmah1


1
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Indonesia
*Korespondensi penulis: purwo.skm@umkt.ac.id

Penyerahan: 20-04-2020, Perbaikan: 12-05-2020, Diterima: 26-05-2020

ABSTRACT
The problem of obesity in Samarinda needs to be paid attention to by the government or
related parties, especially in Harapan Baru Subdistrict, as much as 6.3% of adolescents
obtained through enrollment in junior and senior high schools. This study aimed to
analyze the relationship between junk food consumption habits and eat frequency on
obesity cases in adolescents at Yunior High School 18 Samarinda. This research used
quantitative research methods with type cross-sectional design. The study population
was Yunior High School 18 Samarinda, with 64 respondents as samples, taken by simple
random sampling. The independent variables were the consumption habits of junk food
and the frequency of eating, while the dependent variable was obesity. Data collection
was carried out using Google forms, then converting questionnaire results data into
standards (z-scores) using the WHO Anthro Plus application. The data were then
analyzed using the Fisher exact test. The results of this study indicated a significant
relationship between junk food consumption habits (p<0.001) and eating frequency
(p<0.001) with the incidence of obesity in adolescents at Yunior High School 18
Samarinda. The study results can be used as an information and primary data sources for
further research on the relationship of junk food consumption habits and the frequency of
eating to obesity cases in adolescents.
Keywords: Frequency of eating, Junk food, Obesity, Teenagers.

ABSTRAK
Permasalahan obesitas di Samarinda perlu menjadi perhatian oleh pemerintah maupun
pihak terkait khususnya di Kecamatan Harapan Baru, sebesar 6.3% remaja dengan
status obesitas didapatkan melalui penjaringan ke sekolah SMP dan SMA. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi makanan junk food dan
frekuensi makan terhadap kasus obesitas pada remaja di SMPN 18 Samarinda. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Populasi
penelitian adalah siswa SMPN 18 Samarinda dengan jumlah sampel sebanyak 64
responden, yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Variabel
independen penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi makanan junk food dan frekuensi
makan sedangkan variabel dependen adalah obesitas. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner google form, kemudian mengkonversikan data hasil
kuesioner ke dalam standar (nilai z-score) menggunakan aplikasi WHO Anthro Plus, lalu
data dianalisis menggunakan uji Fisher Exact. Hasil dari penelitian ini menunjukan
adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi makanan junk food
(p<0.001) dan frekuensi makan (p<0.001) dengan kejadian obesitas pada remaja di
SMPN 18 Samarinda. Siswa diharapkan dapat mengurangi makanan junk food dan
mengupayakan tidak makan dengan frekuensi berlebih untuk mengurangi risiko obesitas
pada remaja.
Kata kunci: Frekuensi Makan, Junk Food, Obesitas, Remaja.

185
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 185 – 191
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
PENDAHULUAN hasil Riskesdas tahun 2007-2018
Peningkatan kasus obesitas pada mengalami peningkatan tiap tahun,
saat ini semakin meningkat disetiap tahun 2007 sebesar 18,8%, tahun
tahunnya khususnya dikalangan 2013 meningkat menjadi 26,6%, dan
remaja yang saat ini menjadi faktor tahun 2018 mengalami peningkatan
risiko obesitas terjadi yang lagi sebesar 31,0%. Sebanyak enam
disebabkan oleh gaya hidup yang belas provinsi dengan prevalensi
tidak teratur seperti pola makan dan obesitas tertinggi diatas prevalensi
frekuesi makan yang tidak sesuai nasional adalah Banten, Jawa Timur,
(Septiana et al., 2018). Angka Jawa Barat, Bali, Bangka Belitung,
kejadian obesitas didunia menjadi Riau, Aceh, Gorontalo, Maluku Utara,
lebih besar dibandingkan dengan Sumatra Utara, Kalimantan Utara,
masalah kelaparan (Hendra et al., Kepulauan Riau, Papua Barat,
2016). Total dari populasi global Kalimanatan Timur, DKI Jakarta,
dengan masalah obesitas mencapai Sulawesi Utara (Nugroho &
kurang lebih 30% atau sekitar lebih Fahrurodzi, 2018). Provinsi
dari 2,1 miliar penduduk dunia (Ayu Kalimantan Timur merupakan
& K, 2017). Kasus obesitas ini juga prevalensi kasus obesitas tertinggi
mengakibatkan kematian hingga 5% nomor tiga di Indonesia sebesar
dikarenakan obesitas merupakan 30,0%. Salah satunya di kota
salah satu akibat meningkatnya Samarinda adapun prevalensi kasus
risiko penyakit seperti diabetes, obesitas yang didapatkan melalui
jantung, kanker, dan stroke (Salam, penjaringan ke sekolah-sekolah SMP
2010). Pada tahun 2010 angka dan SMA sebanyak 912 siswa
kematian akibat kasus obesitas (Nugroho, Tianingrum, et al., 2020)
mencapai 3,4 juta jiwa didunia Berdasarkan data yang didapatkan
(Prima et al., 2018). Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Kota
Rapat Kerja Kesehatan Nasional Samarinda bahwa Harapan Baru
(Rakerkesnas) tahun 2014, merupakan salah satu kelurahan
menyatakan hasil bahwa di dengan prevalensi kasus obesitas
Indonesia dengan masalah obesitas remaja tertinggi sebesar 6,3%
atau kelebihan gizi adalah salah satu remaja yang didapatkan melalui
dari isu kesehatan strategis dari penjaringan ke sokolah SMP dan
tahun 2015-2019 yang menjadi SMA. Beberapa sekolah di Harapan
fokus Kemenkes Indonesia. Sehingga Baru yang memliki persentase
dapat disimpulkan bahwa obesitas tertinggi adanya kasus obesitas
adalah masalah kesehatan yang adalah SMP 18. Dengan itu peneliti
perlu ditangani secara serius (Prima mengambil salah satu sekolah yang
et al., 2018) ada diwilayah Harapan Baru, karena
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan daerah tersebut masih dekat dengan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 daerah perkotaan. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa masalah obesitas menunjukkan bahwa meningkatnya
ini terus meningkat bukan hanya masalah gizi dan berbagai penyakit
dinegara-negara maju namun juga tidak menular, salah satunya
dibeberapa negara berkembang obesitas, dikarenakan masuknya tren
termasuk Indonesia, Prevalensi konsumsi junk food, karena tren ini
remaja berusia 13-15 tahun yang merupakan faktor gaya hidup yang
mengalami obesitas sebesar 2,5%. kebanyakan terjadi pada remaja
Sedangkan prevalensi remaja berusia didaerah perkotaan (Poudel, 2018).
16-18 tahun yang mengalami
obesitas sebesar 1,6% (Nugroho, METODE
Wijayanti, et al., 2020). Berdasarkan
186
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 185 – 191
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Penelitian ini menggunakan metode dilakukan dengan menggunakan
penelitian kuantitatif dengan jenis kuesioner Google Form pada siswa
analitik observasional dengan yang telah teridentifikasi dari data
rancangan cross sectional. Populasi sekolah. Kuesioner ini telah
dari penelitian adalah siswa SMPN 18 dilakukan uji validitas dan reliabilitas
Samarinda dengan sejumlah 345 didapatkan semua pertanyaan
siswa berdasarkan data registrasi penelitian valid dan reliabel. Hasil
sekolah, sebanyak 64 siswa jawaban responden mengenai BB, TB
mengikuti penelitian yang diambil dan Umur kemudian
dengan Teknik Simple Random mengkonversikan data hasil
Sampling yang didapatkan dari kuesioner kedalam standar (nilai z-
penghitungan menggunakan aplikasi score) menggunakan aplikasi WHO
Sample Size. Variabel independen Anthro Plus, kemudian data dianalisis
dalam penelitian ini adalah kebiasaan menggunakan aplikasi statistik SPSS
konsumsi makanan junk food dan yang kemudian dilanjutkan dengan
frekuensi makan sedangkan variable uji Fisher Exact dengan signifikansi α
dependen dalam penelitian ini adalah = 0.05.
obesitas. Pengumpulan data
HASIL dengan persentase sebesar 31.3%
Diketahui berdasarkan hasil dan yang memiliki kebiasaan
penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan junk food kurang
responden berdasarkan jenis Usia dari sama dengan 4 kali sebulan
dibagi menjadi 2 yaitu, 12-14 dan sebanyak 44 responden dengan
≥15 tahun. Dari 64 responden yang persentase sebesar 68.8%.
berumur 12-14 tahun sebanyak 58 responden yang memiliki frekuensi
atau 90.6 %, dan responden yang makan lebih dari 3 kali sehari
berumur ≥15 tahun sebanyak 6 atau sebanyak 21 responden dengan
9.4%. Pada kategori usia didominasi persentase 32.8% sedangkan yang
oleh responden yang berusia 13-14 memiliki frekuensi makan kurang
tahun. Dari 64 responden yang dari atau sama dengan 3 kali sehari
berjenis kelamin Laki-laki sebanyak sebanyak 43 responden dengan
24 atau 37.5% sedangkan responden persentase 67.2%. Dapat dilihat
yang berjenis kelamin perempuan bahwa dari 64 responden dengan
sebanyak 40 atau 62.5%. Pada status gizi normal sebanyak 45
kategori jenis kelamin didominasi responden dengan persentase 70.3%
oleh responden dengan jenis kelamin sedangkan responden dengan status
Perempuan. Kebiasaan konsumsi gizi obesitas sebanyak 19 responden
makanan junk food lebih dari 4 kali dengan persentase sebesar 29.7%.
sebulan sebanyak 20 responden

Tabel 1. Distribusi karakteristik Remaja


Variabel Kategori Frekuensi Persentase
(n) (%)
Usia (tahun) 12-14 58 90.6
≥15 6 9.4
Jenis Kelamin Laki-laki 24 37.5
Perempuan 40 62.5
Kebiasaan Konsumsi > 4x 20 31.3
Junk food sebulan
≤ 4x 44 68.8
sebulan
Frekuensi Makan >3x sehari 21 32.7
187
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 185 – 191
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Variabel Kategori Frekuensi Persentase
(n) (%)
≤ 3x sehari 43 68.2
Status gizi Obesitas 19 29.7
Normal 45 70.3

Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Junk food dan


Kejadian Obesitas
Status Gizi
Kebiasaan Obesitas Normal Total PValue
Konsumsi junk n % n % n
food
> 4x sebulan 14 70.0 6 30.0 20
<0.001
≤4x sebulan 5 11.4 39 88.6 44
Total 19 29.7 45 70.3 64

Tabel 3. Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Obesitas


Status Gizi
Frekuensi Obesitas Normal Total PValue
Makan n % N % n
> 3x sehari 16 76.2 5 23.8 21
<0.001
≤3x sehari 3 7.0 40 93.0 43
Total 19 29.7 45 70.3 64

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dari frekuensi makan kurang dari atau
64 responden terdapat 20 sama dengan 3 kali sehari sebanyak
responden, yang memiliki kebiasaan 3 (7%) responden dengan status gizi
konsumsi junk food lebih dari 4 kali obesitas. Hasil penelitian uji chi
sebulan, sebanyak 14 (70%) square didapatkan bahwa ada
responden diantaranya dengan hubungan antara konsumsi Junk
status gizi obesitas sedangkan yang Food dengan status gizi pada remaja
memiliki kebiasaan konsumsi junk (p-value<0.05). Pada tabel 3
food kurang dari atau sama dengan 4 didapatkan juga bahwa sebagian
kali sebulan sebanyak 5 (11.4%) besar responden memiliki frekuensi
responden dengan status gizi makan kurang dari 3 kali sehari dan
obesitas. Pada tabel 3, terdapat 21 memiliki status gizi normal sebesar
responden yang memiliki frekuensi 93%. Namun dari hasil analisis Chi
makan lebih dari 3 kali sehari, Square didapatkan bahwa ada
sebanyak 16 (76.2%) responden hubungan frekuensi makan dan
diantaranya dengan status gizi obesitas pada remaja (p-value<
obesitas sedangkan yang memiliki 0.05).

PEMBAHASAN bahwa ada hubungan antara


Hasil penelitian ini mendapatkan konsumsi junk food terhadap
bahwa adanya hubungan antara obesitas, dengan coefficient
konsumsi makanan Junk food (p- corelation +0,668 yang berarti
value <0.001) dan Frekuensi Makan hubungan positif kuat antara
(p-value <0.001) terhadap kejadian konsumsi junk food dengan obesitas
obesitas pada remaja di SMP 18 yang memiliki arti semakin sering
Samarinda. Penelitian ini sejalan remaja mengkonsumsi junk food
dengan penelitian Ambariyati & maka mempengaruhi terjadinya
Kristianingsih yang menunjukkan obesitas (Ambariyati et al., 2017).
188
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 185 – 191
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Penelitian ini sejalan dengan (Ibrahim et al., 2019). Konsumsi
penelitian yang memperoleh hasil junk food secara berlebihan dapat
bahwa ada hubungan antara menyebabkan berbagai penyakit,
frekuensi makan terhadap obesitas seperti diabetes, hipertensi, penyakit
(Febriani & Sudarti, 2019). jantung koroner, stroke, kanker dan
Remaja dalam Bahasa latin lain-lain.
“adolescere” yang artinya tumbuh ke Frekuensi makan merupakan
arah kematangan, atau banyaknya jumlah makan dalam
“adolescence” (Inggris). Kematangan sehari yang terhitung makan pagi,
yang dimaksud bukan hanya siang, dan malam. frekuensi makan
kematangan fisik saja, namun juga adalah jumlah makan sehari-hari
kematangan psikologi dan sosial. baik kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut WHO batasan usia remaja Secara alamiah makanan diolah
12 sampai 24 tahun, menurut didalam tubuh melalui alat-alat
department kesehatan (depkes) pencernaan mulai dari mulut sampai
antara 10-19 tahun dan belum usus halus. Lama makanan dalam
menikah, dan menurut BKKBN antara lambung tergantung sifat dan jenis
10-19 tahun (Dewi, 2018). Masa makanan itu sendiri (Rahayu et al.,
remaja adalah masa yang ditandai 2011). Pada umumnya lambung
dengan adanya perubahan fisik, kosong sekitar 3-4 jam. Maka jadwal
emosi, dan psikis. Masa remaja makan harus menyesuaikan dengan
diusia 10-19 tahun merupakan suatu kosongnya lambung (Oroh, 2018).
periode pematangan organ Orang yang dengan penyakit
reproduksi yang disebut dengan obesitas memiliki frekuensi makan
masa pubertas (Sugiatmi & yang lebih dari orang yang normal
Handayani, 2018) serta memiliki kebiasaan makan
Junk food merupakan asupan nutrisi yang kurang sehat, seperti makanan
rendah dan peningkatan konsumsi yang mengandung banyak zat energi
makanan berenergi tinngi. Saat ini sehingga menyebabkan kelebihan
dalam ekonomi dunia, junkfood karbohidrat, lemak dan protein
adalah masalah global dari (Fadilah et al., 2015).
kehidupan dinegara maju dan negara
berkembang, serta salah satu KESIMPULAN
penyebab terjadinya peningkatan Konsumsi junk food dan frekuensi
masalah obesitas (Poudel, 2018). makan memiliki kaitan dengan
Kebiasaan konsumsi junk food pada kejadian obesitas pada remaja di
remaja akan mempengaruhi SMP 18 Samarinda. Hal ini akan
peningkatan gizi. Secara umum, meningkatkan risiko obesitas pada
makanan cepat saji mengandung usia dewasa.
kalori, lemak, gula, dan natrium
yang tinggi, tetapi rendah serat, SARAN
vitamin A, asam askorbat, kalsium, Siswa/i diharapkan untukmengurangi
dan folat (Widyastuti, 2018). Lemak konsumsi makanan junk food yang
di dalam tubuh akan mengalami berlebihan dan menjaga frekuensi
berbagai proses, salah satunya makan yang teratur. Siswa menjaga
adalah proses auto-oksidasi yang pola makan dan makan yang sehat
dengan cepat dapat meningkatkan seperti buah dan sayur agar
kadar radikal beban dalam tubuh. mencapai gizi seimbang.
Radikal bebas akan menyerang
berbagai senyawa dan jaringan DAFTAR PUSTAKA
tubuh sehingga menjadi penyebab Ambariyati, Y. L., Kristianingsih, Y.,
terjadinya penyakit degenerative Katolik, S., Vincentius, S., &
189
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 185 – 191
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Surabaya, P. (2017). Konsumsi (2018). FAKTOR OBESITAS DAN
Jank Food dan Obesitas pada KOLESTEROL TERHADAP
Remaja27. In JURNAL HIPERTENSI DI INDONESIA (
PENELITIAN KESEHATAN (Vol. 5, INDONESIAN FAMILY LIFE
Issue 1). SURVEY V ) Obesity and
https://stikvinc.ac.id/jurnal/index Cholesterol Factors on
.php/jpk/article/view/118 Hypertension In Indonesia ( Data
Ayu, D., & K, S. S. (2017). of Indonesian Family Life Survey
Hubungan Pola Makan (Jumlah, V ). Ghidza: Jurnal Gizi Dan
Jenis Dan Frekuensi) Status Gizi Kesehatan, 2(2), 44–48.
(Antropometri Dan Survei Nugroho, P. S., Tianingrum, N. A.,
Konsumsi) Dengan Keteraturan Sunarti, S., Rachman, A.,
Haid Pada Remaja Putri Di Sma Fahrurodzi, D. S., & Amiruddin, R.
Negeri 51 Jakarta Timur Tahun (2020). Predictor risk of diabetes
2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan, mellitus in Indonesia, based on
9(1), 83–92. national health survey. Malaysian
Dewi, L. (2018). Hubungan Konsumsi Journal of Medicine and Health
Junk Food dengan Terjadinya Sciences, 16(1), 126–130.
Obesitas pada Siswa SMA Swasta Nugroho, P. S., Wijayanti, A. C., &
Sultan Agung. Repositori Institusi Sunarti, S. (2020). Obesity and
USU. Its Risk Factors Among
Fadilah, A., Putri, Y., Decroli, E., & Adolescent in Indonesia.
Nasrul, E. (2015). Hubungan Malaysian Journal of Medicine and
Derajat Obesitas dengan Kadar Health Sciences, 16(May), 173–
Gula Darah Puasa Artikel 179.
Penelitian. Jurnal Kesehatan Oroh, W. (2018). Hubungan Obesitas
Andalas, 4(3), 707–711. Dengan Kejadian Diabetes
Febriani, D., & Sudarti, T. (2019). Melitus. E-Journal Keperawatan,
Fast food as drivers for 6.
overweight and obesity among Poudel, P. (2018). Junk Food
urban school children at Jakarta, Consumption and Its Association
Indonesia. Jurnal Gizi Dan with Body Mass Index Among
Pangan, 14(2), 99–106. School Adolescents. International
https://doi.org/10.25182/jgp.201 Journal of Nutrition and Food
9.14.2.99-106 Sciences, 7(3), 90.
Hendra, C., Manampiring, A. E., & https://doi.org/10.11648/j.ijnfs.2
Budiarso, F. (2016). Faktor- 0180703.12
Faktor Risiko Terhadap Obesitas Prima, T. A., Andayani, H., &
Pada Remaja Di Kota Bitung. Abdullah, N. (2018). The
Jurnal E-Biomedik, 4(1), 2–6. Relationship of Junk Food
https://doi.org/10.35790/ebm.4. Consumption and Physical Activity
1.2016.11040 With Obesity of Adolescents in
Ibrahim, N. M., Ibrahim, Z., & Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Jamaluddin, R. (2019). Mahasiswa Kedokteran Biomedis,
Associations between Weight 4(1), 20–27.
Teasing by Peers , Self Esteem , Rahayu, P., Utomo, M., M. Setiawan,
and Academic Related Stressors R., & Sustrani, L., S. Alam., dan
with Body Weight Status among I. H. (2011). The Correlation
Adolescents in Hulu Langat Between The Characteristics
District , Selangor , Malaysia. Factors, Hypertension and Obesity
15(April), 10–15. with The Incidence of Diabetes
Nugroho, P. S., & Fahrurodzi, D. S. Mellitus at Dr. H. Soewondo
190
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 185 – 191
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Kendal District Hospital. 2, 26–32.
Salam, A. (2010). Faktor risiko
kejadian obesitas pada remaja.
Jurnal MKMI, 6(3), 185–190.
Septiana, P., Nugroho, F. A., &
Wilujeng, C. S. (2018). Konsumsi
Junk food dan Serat pada Remaja
Putri Overweight dan Obesitas
yang Indekos. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 30(1), 61.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2
018.030.01.11
Sugiatmi, & Handayani, D. (2018).
Faktor Dominan Obesitas pada
Siswa Sekolah Menengah Atas di
Tangerang Selatan Indonesia.
Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 14(1), 1–10.
https://doi.org/10.24853/JKK.14.
1.1-10
Widyastuti, D. A. (2018). Pengaruh
Kebiasaan Konsumsi Junk Food
Terhadap Kejadian Obesitas
Remaja.
https://doi.org/10.31219/osf.io/7
d8ey

191
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 2, April 2020, hal. 185 – 191
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index

You might also like