Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENENTUAN WAKTU TANAM BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L)

BERDASARKAN NERACA AIR LAHAN


DI KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG
Ni Luh Putu Sri Ariastuti1, I Made Suryana2, Cokorda Javandira2
Prodi Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Corresponding Outrhor* : luhtumangpot@yahoo.co.id

Abstract

The timing of planting shallots (Allium ascalonicum L). Based on Soil Water Balance
Land in districts Petang, order to determine the water balance Land in Districts Petang,
knowing Water balance land and crop water needs shallots so that can determine the time of
planting shallots right in District Petang. This study uses the average precipitation, humidity,
solar radiation, wind speed and temperature. From the average data of climate is then used
to calculate potential evapotranspiration (ETo) using CropWat application for windows. ETo
of calculation is used to analyze the soil water balance, using the method of Thornthwaite
and Mather, (1957). The results showed that potential evapotranspiration in the evening
during the year amounted to 1643 mm with actual evapotranspiration (ETA) of 1591 mm.
Periods of water surplus land in the evening lasted for seven months in November - in May.
Water re-charging period (recharge) to the land which has been experiencing drought
occurred in November, the best planting time for the shallots in Petang is December. With
increasing water needs in accordance with the increasing age of the plant, which peaked in
mid-stage season stage. Thus the plants can utilize the water contained in the soil for the
growth of vegetative and generative growth of these plants do not require much water and
harvest is expected in February.

Keywords: Water Balance Land, Shallots and Planting time

Mengwi, Abiansemal, Kuta Utara dan


Pendahuluan Kuta (BPS, 2015). Meskipun sebagian
Latar Belakang lahan telah dipenuhi bangunan hotel dan
Kabupaten Badung dikenal sebagai restoran yang berjejer di sepanjang
pusat pengembangan pariwisata di kawasan Nusa Dua, Jimbaran, Kuta dan
Bali.Ditandai dengan keberadaan hotel- Legian, namun Kabupaten Badung masih
hotel berbintang, restoran dan fasilitas memiliki hamparan sawah yang luas
pendukung lainnya yang ada di wilayah untuk mengembangkan sektor pertanian,
tersebut.Kabupaten Badung mempunyai yakni di wilayah tengah sekitar Mengwi
PADterbesar di Pulau Bali.Kabupaten dan daerah utara Wilayah Petang.
Badung secara geografis terletak antara Wilayah Kecamatan Petang merupakan
8° ¶ ´- ƒ ¶ ¶¶/6 GDQ ƒ ¶ ´- daerah yang banyak potensi
ƒ ¶ ´ %T dengan luas wilayah pengembangan pertanian dan
418,52 km2 atau sekitar 7,43 persen dari perkebunan. Untuk meningkatkan
daratan Pulau Bali. Hamparan geografis pendapatan dan kesejahteraan petani
ini dibagi menjadi enam Kecamatan diderah ini berbagai macam-macam
dengan wilayah terluas adalah sayuran, buah-buahan dan bumbu
Kecamatan Petang disusul kemudian masakan dibudidayakan didaerah ini.
dengan Kecamatan Kuta Selatan,

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 40


Meskipun budidaya bawang Makkink, Penman,Penman-Monteith,
merah belum banyak di Kecamatan Mod. Penman dan Pan Evaporimeter
Petang, tanaman ini sangat (Prijono, 2009).
menguntungkan untuk dibudidayakan, Penting mengetahui tingkat
karena bawang merah merupakan surplus dan defisit pada suatu lahan
tanaman hortikultura yang memiliki untuk menunjang komoditi pertanian di
nilai ekonomis yang tinggi. Namun Kecamatan Petang menjadi lebih baik
demikian, bawang merah mempunyai serta meningkatkan pendapatan dan
permasalahanproduksi bulanan yang kesejahteraan para petani. Dengan
sangat fluktuatif sesuai dengan iklim. meningkatkan hasil pertanian di
Oleh karena itu perlu adanya Kecamatan Petang maka, peluang
pengembangan wilayah usaha bawang lapangan pekerjaan juga akan menjadi
merah.Untuk membudidayakan tanaman lebih banyak lagi. Berdasarkan pola
bawang, harus mengetahui ketersediaan pikir diatas maka perlu dilakukan
air lahan di Kecamatan Petang untuk penelitian dengan judul ³3HQHQWXDQ
memenuhi kebutuhan air tanaman Waktu Tanam Bawang Merah (Allium
bawang merah. ascalonicum L) Berdasarkan Neraca Air
Kebutuhan air tanaman serta Lahan Di Kecamatan Petang, Kabupaten
konsep keseimbangan air yang akan Badung´ .
membantu menetapkan waktu tanam
yang tepat pada daerah tertentu sehingga Rumusan Masalah
tanaman terhindar dari air yang berlebih Masalah yang ini diteliti berdasarkan
dan juga keterbatasan air.Dengan latar belakang adalah:
demikian perlu dilakukan analisis neraca 1. Bagaimana ketersediaan air tanah
air lahan yang dapat digunakan sebagai berdasarkan Neraca air lahan di
informasi tentang kapan awal Kecamatan Petang, Kabupaten
penggunaan air tanah untuk proses Badung
evapotranspirasi, waktu terjadi surplus 2. Berapa kebutuhan air tanaman
(kelebihan) air dalam tanah, waktu bawang merah untuk menentukan
terjadi deficit (kekurangan) air dalam waktu tanam
tanah dan kapan saat yang tepat untuk 3. Kapan waktu tanam yang tepat
pengisian kembali air tanah. Hal tersebut untuk bawang merah di Wilayah
diatas sangat berguna untuk para pelaku Kecamatan Petang
irigasi dalam menentukan jadwal irigasi.
Kadar air dalam tanah hanya bisa Tujuan Penelitian
berkurang melalui proses Tujuan dari Penelitian ini adalah:
evapotranspirasi dan drainase dalam 1. Menentukan Neraca air lahan di
tanah (Prijono, 2009). Kecamatan Petang, Kabupaten
Faktor-faktor meteorologi seperti Badung
temperatur udara, kelembaban relatif, 2. Menentukan kebutuhan air tanaman
kecepatan angin dan penyinaran bawang merah
matahari atau radiasi matahari 3. Menentukan waktu tanam yang tepat
merupakan faktor yang sangat besar bagi tanaman bawang merah
pengaruhnya terhadap evapotranspirasi.
Karena kondisi meteorologi setiap saat Hipotesis
berubah-ubah maka untuk mendapatkan Berdasarkan tujuan penelitian,
data yang diteliti diperlukan pengamatan Hipotesis yang dapat diambil, yaitu
meteorologi yang kontinyu. Berbagai 1. Waktu tanam yang tepat bagi
metode evapotranspirasi diantaranya tanaman bawang merah diharapkan
metode Thornthwaite, Blaney-Criddle, pada bulan September-Oktober

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 41


METODELOGI PENELITIAN 2.3 Metode Penelitian
2.3.1 Rancangan penelitian
Tempat penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan
Wilayah yang diteliti adalah menggunakan metode survey..Data Iklim
Kecamatan Petang, Kabupaten yang sudah terkumpul kemudian dihitung
Badung.Sedangkan pengkajian dan rata-ratanya. Rata-rata data tersebut
pengolahan data dalam penelitian ini dipergunakan untuk menghitung
dilakukan di Kantor Meteorologi Kelas I Evapotranspirasi Potensial (ETo) dengan
Ngurah Rai Denpasar. menggunakan Metode Penman-Monteith
dengan aplikasi CROPWAT for Windows.
Waktu penelitian Kemudian hasil perhitungan ETo dianalisis
Waktu penelitian berlangsung dari untuk menentukan periode dan besarnya
bulan Oktober 2016 - Pebruari 2017 untuk surplus-defisit air lahan dengan
mengumpulkan data iklim yang diperlukan menggunakan Metode Thorwaite dan
unsur-unsur iklim pada Stasiun Mather.
Meteorologi Ngurah Rai Denpasar dan data
curah hujan yang dikumpulkan pada Pos 2.3.2 Pelaksanaan penelitian
hujan kerjasama di Kecamatan Petang Pelaksanaan penelitian yaitu dengan
selama 10 tahun dari tahun 2006-2015. mengumpulkan data parameter iklim dari
Data Iklim yang digunakan dalam tahun 2006 -2015. Variabel pengamatan
penelitian ini yaitu data curah hujan, lama yang digunakan yaitu curah hujan,
penyinaran matahari, kelembaban udara, temperatur, penyinaran matahari,
temperatur dan kecepatan angin. kelembaban udara dan kecepatan angin. Data
kemudiandi olah sesuai dengan metode
Alat dan Bahan penelitian yang sudah ditentukan, dan
Alat menyimpulkan yang didapat dari pengolahan
Alat yang digunakan dalam penelitian data tersebut.
iniseperangkat computer (PC) berikut
aplikasinya yang digunakan untuk proses
pengolahan data.
Bahan 2.3.3Analisis data
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 2.3.3.1 Rumus penghitungan
berupa data sekunder (1) curah hujan, (2) evapotranspirasi potensial (ETo) dengan
lama penyinaran matahari, (3) temperatur, metoda Penman- Monteith:
(4) kelembaban udara, dan (5) kecepatan Metode yang dipergunakan untuk
angin, periode 2006 ± 2015 yang diambil mendapatkan Evapotranspirasi Potensial
dari Stasiun Meteorologi Ngurah Rai (ETo) dengan menggunakan metode
Denpasar. Data sekunder Curah hujan diukur Penman-Monteith (Allen et al., 1998)dengan
dengan penakar hujan observasi pada pos rumus sebagai berikut :
hujan kerjasama di Kecamatan Petang yang
di ambil dari Balai Besar Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Wilayah III
Denpasar. Data kapasitas lapang (KL) dan
titik layu permanen (TLP) untuk daerah dengan pengertian :
kabupaten Badung diambil dari buku Merit
(2001) - ETo adalah evapotranspirasi
tanaman acuan, (mm/hari).
- Rn adalah radiasi matahari
netto di atas permukaan
tanaman, (MJ/I2 /hari).

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 42


- T adalah suhu udara rata-rata, (° C). evapotranspirasi potensial, maka tanah mulai
- 72 adalah kecepatan angin pada ketinggian mengering dan ETA lebih kecil dari ETo,
2 m dari atas permukaan tanah, (m/s). pada kondisi seperti ini nilai ETA = CH +
- AO adalah tekanan uap air jenuh, (kPa). |dKAT|.
A= adalah tekanan uap air aktual, (kPa). 8) Mengisi kolom defisit dengan rumus
¿adalah kemiringan kurva tekanan uap air ETP-ETA. Defisit berarti
terhadap suhu, (kPa/° C). berkurangannya air untuk keperluan
- Ûadalah konstanta psikrometrik, (kPa/°C). evapotranspirasi potensial, sehingga
defisit air adalah perbedaan atau selisih
Dimana untuk mendapatkan nilai ETo yaitu antara nilai evapotranspirasi potensial
dengan menggunakan aplikasi CROPWAT dengan nilai aktual (ETP-ETA). Nilai
for Windows. Kemudian hasil perhitungan defisit merupakan jumlah air yang perlu
ETo dianalisis untuk menentukan periode ditambah untuk memenuhi kepeluan
dan besarnya surplus-defisit air lahan dengan evapotranspirasi potensial.
menggunakan Metode Thorwaite dan Mather 9) Mengisi kolom surplus dengan CH-ETo-
(1957) dalam Prijono (2009) dengan dKAT. Setelah simpanan air tanah
langkah-langkah sebagai berikut: mencapai Kapasitas Lapang (KL),
1) Mengisi kolom curah hujan (CH) rata-rata kelebihan curah hujan dihitung sebagai
Bulanan surplus air. Dengan demikian surplus air
2) Mengisi kolom Evapotranspirasi potensial dihitung sebagai nilai curah hujan
(ETo) dikurangi evapotranspirasi potensial dan
3) Mengisi kolom CH-ETo. Nilai ini perubahan kandungan air tanah.
diperlukan untuk menentukan periode 10) Selanjutnya dilakukan analisis
kelebihan dan kekurangan air. periode surplus dan defisit dengan
4) Hasil nilai negatif pada langkah diatas membuat grafik CH (curah hujan), ETo
diakumulasikan bulan demi bulan sebagai (Evapotranspirasi Potensial), kapasitas
accumulation of potential water loss lapang (KL) dan titik layu permanen
(APWL) yang merupakan jumlah (TPL)
kekurangan curah hujan untuk evaporasi
potensial dan siisi pada kolom bersangkutan
5) Mengisi kolom KAT (kandungan air 2.3.3.2Perhitungan kebutuhan air
tanah), kandungan air tanah dapat tanaman
maksimum pada suatu periode dimana CH- Nilai koefisien tanaman (Kc)
ETo bernilai positif. Apabila nilai CH-ETo berbeda untuk setiap
bernilai negatif maka kandungan air tanah tanaman.Setiap pertumbuhan
ditentukan berdasarkan tabel Soil Moisture tanaman bersifat spesifik terhadap
Retention, yang tergantung pada nilai kebutuhan air yang dinyatakan
kapasitas lapangan daerah penelitian. dengan nilai Kc yang berbeda-beda
6) Mengisi kolom dKAT (perubahan tergantung dari jenis dan periode
kandungan air tanah), perubahan kandungan pertumbuhan tanaman. Nilai Kc
air tanah merupakan selisih kandungan air untuk tanaman bawang merah
tanah antara satu periode dengan periode menurut FAO (Food and
sebelumnya (KATi-KATE F 1). Nilai dKAT Agriculture Organization, 2015)
yang positif menunjukkan terjadinya sebagai berikut:
penambahan kandungan air tanah.
7) Mengisi kolom ETA (Evapotranspirasi
aktual), bila curah hujan mencapai atau
melampaui nilai evapotranspirasi potensial
maka ETA=ETo. Bila curah hujan yang
jatuh lebih rendah dibanding

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 43


paling baik, sedangkan waktu tanam dimana
persediaan airnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan air tanaman bawang merah
selama masa pertumbuhan kurang cocok
untuk penanaman bawang merah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Unsur Iklim
Semua unsur iklim yang diperlukan pada
Pada penelitian ini pada hakekatnya penelitian ini merupakan hasil pencatatan
mempertemukan dua hal yaitu mengetahui pada pos iklim Ngurah Rai. Data tersebut
kebutuhan air tanaman bawang merah meliputi curah hujan, temperatur,
dengan persediaan air dilokasi masing- kelembaban, penyinaran matahari dan
masing musim tanam.Kebutuhan air tanaman kecepatan angin yang tercatat selama kurun
dianalisis menggunakan metode pendugaan waku 10 tahun mulai tahun 2006-2015.
menurut Doorenbos dan Pruitt (1977).Besar Secara umum semua unsur iklim diatas
pendugaan kebutuhan ait tanaman (ETc) akan mempengaruhi kondisi iklim di
sama dengan nilai evapotranspirasi (ETo) Kabupaten Badung, iklim tersebut
dikalikan dengan koefisien tanaman (Kc) terbentuk melalui proses integrasi dari
sesuai persamaan berikut: berbagai unsur iklim.
Berdasarkan data-data unsur iklim tersebut
dapat diketahui bahwa curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Desember sebesar
Dimana: 415.6mm, serta pada bulan tersebut
ETc = Evapotrasi tanaman/ kebutuhan air temperatur rata-rata 27.9°C, kelembaban
tanaman (mm/hari udara 82 persen, lama penyinaran 6.05jam
Kc = Koefisien Tanaman dan kecepatan angin 249km/jam.
ETo = Evapotranspirasi Sandart (mm/hari) Sedangkan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Agustus sebesar 28.2mm,
Penentuan waktu tanam temperatur rata-rata 25.9°C, kelembaban
Waktu tanam dimana persediaan udara 79 persen, lama penyinaran 8.5jam
airnya dapat memenuhi kebutuhan air dan kecepatan angin 360km/jam (Tabel 2)
tanaman bawang merah selama masa
pertumbuhan adalah waktu tanam yang

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 44


Neraca Air Lahan
Hasil perhitungan neraca air lahan
di Kecamatan Petang dapat dilihat pada
Tabel 4. Nilai rata-rata curah hujan
selama setahun sebesar 2.796 mm.
Berdasarkan perhitungan neraca air
menggunakan metode Thornthwaite and
Mather (1957) dalam Prijono (2009),
nilai ETo di Kecamatan Petang dalam
setahun sebesar 1643 mm dengan
evapotranspirasi aktual (ETA) sebesar
1591 mm

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 45


Evapotranspirasi Potensial (ETo) bulan sebelumnya.Pada bulan Desember
Dari hasil perhitungan ETo, nilai hingga Mei dKAT bernilai 0 artinya pada
ETo daerah kecamatan Petang dalam bulan yang dicari dan bulan sebelumnya
setahun sebesar 1643 mm, dengan nilai KAT mencapai kapasitas lapang yaitu
ETo terbesar pada bulan Oktober sebesar bernilai 350.Sedangkan pada bulan Juni
155mm dan terendah pada bulan Juli hingga Nopember dKAT berada dibawah
sebesar 128 mm. kapasitas lapang.

APWL (Accumulation Potensial of Evapotranpirasi Aktual (ETA)


Water Loss) AE didapat jika nilai CH > ETo, terjadi
APWL Ialah jumlah kumulatif dari pada bulan Nopember hingga Mei.
defisit air, didapat dari selisih antara curah Sedangkan pada bulan-bulan dimana
hujan (CH) dengan evapotranspirasi terjadi defisit air nilai AE didapat dengan
potensial (ETo) pada bulan yang ETA = CH + |dKAT|, yaitu pada bulan
bersangkutan. Dari perhitungan CH-ETo Juni hingga Oktober.
terlihat dari bulan Nopember hingga Mei
tidak terjadi defisit air (hasil positif). Jika Defisit dan Surplus
hasilnya defisit (hasil negatif) yaitu bulan Dari perhitungan analisis neraca
Juni hingga Oktober maka diakumulasikan air, periode surplus air didaerah petang
bulan demi bulan sebagai accumulation of berlangsung selama 7 bulan yaitu bulan
potential water loss (APWL) yang Nopember hingga Mei. Namun pada bulan
merupakan jumlah kekurangan curah Nopember surplus bernilai 0 dan defisit
hujan untuk evaporasi potensial . bernilai 0, kondisi ini masih termasuk
dalam bulan basah atau surplus, ini sesuai
Kadar Air Tanah (KAT) dengan hasil penelitian Merit, ( 2001)
Kadar air tanah tergantung pada yang mendapatkan bahwa periode neraca
kadar air tanah kapasitas lapang dan defisit air lahan yang keadaannya surplus dengan
dari curah hujan pada perhitungan APWL. nilai 0 dan defisit jg bernilai 0, termasuk
Nilai kapasitas lapang didapat dengan kedalam bulan basah atau surplus
mengetahui tekstur tanah tempat Sedangkan periode defisit terjadi selama 5
penelitian. Kabupaten Badung memiliki bulan yaitu bulan Juni hingga Oktober.
tekstur tanah sangat halus sehingga nilai Nilai surplus air paling besar terjadi pada
kapasitas lapangnya 350. Kandungan air bulan Januari sebesar 264 mm, sedangkan
tanah dapat maksimum pada suatu periode defisit air terbesar terjadi pada bulan Juni
dimana CH-ETo bernilai positif. Apabila sebesar 1 mm.
nilai CH-ETo bernilai negatif maka Kebutuhan Air Tanaman Bawang
kandungan air tanah ditentukan Merah (ETc)
berdasarkan tabel Soil Moisture Kebutuhan air tanaman bawang
Retention(Merit, 2001), yang tergantung merah (ETc) diperoleh dengan
pada nilai kapasitas lapangan daerah mengalikan nilai ETo dengan nilai
penelitian. Perhitungan KAT dimulai awal koefisien tanaman (Kc). Dari hasil
terjadi APWL yaitu -30 pada bulan Juni . perhitungan didapatkan nilai rata-rata
Pada tabel X adalah ( soil moisture ETc setiap bulan untuk tanaman bawang
retention table 350) KAT pada APWL -30 merah pada masing-masing stadium
adalah 321 mm, demikian seterusnya pertumbuhan seperti pada tabel 3. Nilai
hingga bulan Oktober. tertinggi dan terendah dari masing-
masing stadium pertumbuhan adalah
dKAT (Perubahan Air Tanah) sebagai berikut:
Nilai dKAT didapat dari nilai KAT
dari satu bulan tersebut dikurangi KAT

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 46


a. Untuk stadium Initial Stage nilaic.ETc Untuk Stadium Mid Season Stage nilai
tertinggi diperoleh pada bulan Oktober ETc tertinggi diperoleh pada bulan
sebesar 45.00 mm/bulan dan terendah Oktober sebesar 180.3 mm/bulan dan
pada bulan Mei sebesar 36.81 mm/bulan. terendah pada bulan Mei sebesar 147.44
b. Untuk Stadium Crop Development mm/bulan.
Stage nilai ETc tertinggi diperolehd.pada Untuk stadium Late Season Stage nilai
bulan Oktober sebesar 112.5 mm/bulan ETc tertinggi diperleh pada bulan Oktober
dan terendah pada bulan Mei sebesar sebesar 176.00 mm/bulan dan terendah
92.03 mm/bulan. pada bulan Mei sebesar 143.97 mm/bulan.

Pembahasan Kondisi Iklim di tempat atau daerah, dan bukan cuaca rata-
Kecamatan Petang rata.
Iklim mengandung pengertian kebiasaan
cuaca yang terjadi di suatu tempat atau
daerah, dan juga memberi pengertian
bahwa iklim adalah ciri kecuacaan suatu

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 47


Berdasarkan data rata-rata curah hujan pertama yang curah hujannya kurang dari
bulanan daerah kecamatan Petang 50 mm (Wirjohamidjojo dan Swarinoto,
memiliki pola curah hujan monsun. Pola 2009) .
monsun terjadi akibat proses sirkulasi
udara yang bergantian arah setiap sekitar 6
bulan sekali, yang melintas diwilayah
Indonesia, yang dikenal dengan monsun
barat dan monsun timur. Musim barat
(Monsun barat) umumnya disertai dengan
banyak hujan, sehingga musim barat
diidentikkan dengan musim hujan;
sebaliknya musim timur (Monsun timur)
disertai dengan sedikit hujan dan
diidentikkan dengan musim kemarau
(Wirjohamidjojo dan Swarinoto, 2009).
Pada daerah yang memiliki pola hujan
monsun terlihat jelas perbedaan antara
periode musim hujan dan musim kemarau.
Selain itu terlihat pada grafik, pola hujan
monsun memiliki satu puncak curah hujan
maksimum.
Berdasarkan distribusi rata-rata
curah hujan di Kecamatan Petang, curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember sebesar 415.6 mm. dan curah
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus Berdasarkan kalasifikasi iklim
sebesar 28.2 mm. Sedangkan rata-rata total menurut kriteria Oldeman, Kecamatan
curah hujan dalam setahun sekitar 2796 Petang termasuk kedalam tipe iklim C2,
mm. yang memiliki 6 bulan basah yakni curah
Menurut Hadiyanto (1996), hujan lebih dari 200 mm (Nopember-
apabila dalam satu bulan terjadi curah April) dan 2 bulan kering yakni curah
KXMDQ • PP PDND VXDWX GDHUDK WHODK hujan kurang dari 100 mm (Juli dan
memasuki musim hujan. Maka suatu Agustus). Menurut klasifikasi Schmidt dan
daerah dapat ditentukan periode musim Ferguson daerah Petang memiliki tipe
hujan dan musim kemarau dengan rata- iklim A (beriklim sangat basah).
rata curah hujan bulanan. Rata-rata curah Adanya keterkaitan antara unsur
KXMDQ • PP EXODQ GLNHFDPDWDQ 3HWDQJ iklim yang satu dengan yang lain, maka
terjadi pada bulan Nopember hingga Mei segala kegiatan pertanian sangat
selama 7 bulan, sehingga pada periode memerlukan segala informasi iklim yang
tersebut Kecamatan Petang mengalami tepat guna untuk menunjang segala
musim hujan. Sedangkan rata-rata curah kegiatan pertanian. Oleh karena itu upaya
KXMDQ ” PP EXODQ WHUMDGL SDGD EXODQ yang bijaksana dalam meningkatkan
Juni hingga Oktober selama 5 bulan, keberhasilan usaha produksi pertanian
sehingga pada periode tersebut yang maksimal adalah menyesuaikan
Kecamatan Petang mengalami musim kegiatan usahanya dengan perilaku
kemarau. Untuk menandai awal musim, cuaca/iklim yang ada. Tanaman selain
BMKG menggunakan definisi bahwa awal memerlukan tanah tertentu dan kecukupan
musim hujan adalah dasarian pertama zat hara, juga memerlukan air dan radiasi
yang curah hujannya 50 mm atau lebih; matahari yang cukup dalam waktu
awal musim kemarau adalah dasarian

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 48


bersamaan (Wirjohamidjojo dan 1643mm dengan evapotranspirasi aktual
Swarinoto, 2007). (ETA) sebesar 1591mm. Kondisi curah
hujan yang lebih besar dari ETo, ini
Neraca Air Lahan mengindikasikan bahwa persediaan air
Neraca air lahan di derah penelitian masih cukup baik untuk dimanfaatkan.
dapat dilihat pada tabel 4. Terlihat bahwa Keadaan ini disebut sebagai neraca
rata-rata curah hujan dalam setahun 2796 air positif. Curah hujandari bulan
mm. Kehilangan air yang besar dari lahan Nopember sampai dengan Mei lebih tinggi
akan mempengaruhi ketersediaan air. Ada dari evapotranspirasinya. Namun
dua faktor yang secara dominan demikian, air dari curah hujan ini banyak
menentukan ketersediaan air dalam tanah. terbuang melalui aliran permukaan. Dari
Pertama, presipitasi melalui mekanisme data terbukti walaupun pada bulan
infiltrasi dan perkolasi sebagai sumber Nopember hingga Mei terjadi surplus air,
pengisian dalam sistem, Kedua ketersediaan air tanah (KAT) pada bulan
evapotranspirasi sebagai pengosongan tersebut masih dibawah KAT. Walaupun
yang menyebabkan hilangnya air dari pada bulan desember dan januari yang
sistem. Apabila pengosongan air lebih merupakan puncak hujan, tetapi nilai
besar dari pengisian air maka akan terjadi surplus masih dibawah nilai KAT.
penurunan ketersediaan air tanah. Neraca Hasil perhitungan analisis neraca
masukan dan keluaran air di suatu tempat air juga memberi informasi bahwa
dikenal sebagai neraca air, yang bersifat periode surplus air di Kecamatan Petang
dinamis sehingga nilai neraca air selalu berlangsung selama 7 bulan yaitu
berubah dari waktu ke waktu, Nopember sampai Mei sebesar 1205 mm.
kemungkinan bisa terjadi kelebihan air Sedangkan periode defisit air terjadi
ataupun kekurangan air (Widyawati dkk, selama 5 bulan, antara bulan Juni hingga
2013 dalam Harahap dan Darmosarkoro, Oktober sebesar 52mm. Periode
1999). pengisian air kembali setelah terjadi
Berdasarkan Metode Thorwite and defisit air (recharge) terjadi pada bulan
Mater (1957) dalam Prijono (2009) Nopember. Nilai surplus terbesar terjadi
perhitungan Evapotranspirasi potensial pada bulan Januari sebesar 264 mm.
(ETo) dengan input data curah hujan, Sementara itu defisit air paling besar saat
penyinaran matahari, temperatur, kondisi air tanah paling kritis terjadi pada
kelembaban udara, dan kecepatan angin bulan Juni sebesar 1mm (Tabel 4)
(Tabel 4), maka evapotranspirasi potensial
daerah Petang dalam setahun sebesar

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 49


Dapat dilihat pada grafik di atas masing stadium memiliki kebutuhan air
bahwa antara CH, ETo dan ETA terlihat yang berbeda-beda, seperti pada tabel 5.
dengan jelas periode Defisit, Surplusdan Pada stadium initial stage tanaman
Recharge .Nampak bahwa di derah Petang membutuhkan air yang sedikit, kemudian
memiliki periode defisit 5 bulan. Bulan meningkat pada stadium crop development
terjadi defisit apabila curah hujan lebih stage. Puncak kebutuhan air tanaman
kecil dari Evapotranspirasi (ETo) dimana tertinggi terjadi pada stadium mind season
Pada saat CH < ETo maka ETA akan lebih stage, setelah stadium ini kebutuhan air
rendah dibandingkan dengan nilai ETo- akan mulai menurun. Berdasarkan analisis
nya . Sedangkan surplus memiliki periode ketersediaan air tanah dan kebutuhan air
7 bulan yaitu bulan Nopember hingga Mei. tanaman, maka tanaman bawang merah
Terjadinya periode surplus apabila curah dapat ditanam pada bulan Desembe
hujan melebihi evapotranspirasi (ETo) rsebagai awal tanam dan diharapkan panen
dimanajika CH > ETo maka nilai ETA = bulan Pebruari di Kecamatan
ETo. Recharge terjadi pada bulan Petang.Walaupun terjadi kelebihan air
Nopember, pada bulan ini terjadi pada bulan Desember, dimana dapat dibuat
pengisian air kembali setelah terjadinya bedengan sebagai tempat pembuangan air
periode defisit air. Menurut Jackson(1977) yang berlebih.
dalam Ayu dkk,(2013) bahwa neraca air
merupakan perimbangan yangterjadi SIMPULAN DAN SARAN
antara curah hujan (P) dan laju
evapotranspirasi potensial (ETo). Apabila Simpulan
curahhujan melebihi evapotranspirasi Berdasarkan hasil dan pembahasan di
potensial (P > ETo), maka terjadi atas,maka dapat disimpulkan beberapa
peningkatan air tanahsehingga air cukup hal sebagai berikut:
tersedia bahkan lahanmengalami kelebihan 1. Perhitungan neraca air menunjukkan
air atau surplus (S) dansebaliknya jika bahwa kecamatan Petang mengalami
curah hujan lebih kecil darievapotraspirasi periode defisit air lahan yang dimulai
potensial (P < ETo), akanberkurang bulan Juni hingga bulan Oktober dan
kandungan air dalam tanah bahkandapat surplus air lahan dimulai bulan
mencapai keadaan defisit (D). Nopember hingga Mei.
2. Kebutuhan air tanaman bawang merah
Penentuan Waktu Tanam meningkat sesuai dengan meningkatnya
Faktor utama untuk mendapatkan umur tanaman tersebut.
hasil panen yang optimal, tetapi untuk 3. Waktu Tanam Bawang Merahterbaik
mendapatkan hasil yang optimal air yang berdasarkan pada kapasitas lapang 350
diberikan pada tanaman harus sesuai mm dan titik layu permanen 210 mm di
dengan kebutuhan air yang diperlukan Kecamatan Petang, Kabupaten Badung
selama masa pertumbuhan tanaman dilakukan mulai bulan Desember.Dimana
tersebut. Di petang jumlah curah hujan ketersediaan air lahan pada bulan
tahunan yaitu sebesar 2796mm dengan Desember dapat memenuhi kebutuhan air
distribusi 7 bulan basah (Nopember-Mei) tanaman bawang merah.
dan 5 bulan kering (Juni-Oktober). Total
curah hujan dari bulan Nopember sampai Saran
Mei sebesar 2313mm, sementara total 1.Dalam menentukan budidaya tanaman,
curah hujan bulan Juni-Oktober sebesar hendaknya selalu memperhatikan
483 mm. bagaimana ketersediaan air pada lahan
Perhitungan air tanaman bawang tersebut dan kebutuhan air pada suatu
merah diperoleh pada masing-masing tanaman sebagai acuan dalam menanam
stadium pertumbuhan. dimana masing-

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 50


suatu tanaman agar memberikan hasil Prijono. S. 2009. Agrohidrologi Praktis.
yang optimal. Penerbit Cakrawala Indonesia.
2.Dari hasil penelitian ini dapat Malang.160 hal. Malang
disarankan, bahwa waktu tanam terbaik
bawang merah di Kecamatan Petang, Ridhawati Herliana, 2008. Kekayaan
Kabupaten Badung dapat ditanam pada Finansial Investasi Usaha Tani
bulan Desember. Asparagus Ramah Lingkungan
PT.Agrolestari Bogor .ITB. Bogor

DAFTAR PUSTAKA Wirjohamidjojo, S dan Swarinoto, Y.


2007.Praktek Meteorologi Pertanian.
Allen .G. Richard, Peirerai. S. Luis, Raes Badan Meteorologi Klimatologi dan
Dirk and Smith Martin. 1998. Crop Geofisika. Jakarta
Evapotranspiration. Food and
Agriculture Organization of the Wirjohamidjojo, S danSwarinoto,
United Nations. Rome Y.2009.Iklim Kawasan
Indonesia.Badan Meteorologi
Ayu, W.I, Prijono, S dan Soemarno. 2013. Klimatologi dan Geofisika.
Evaluasi Ketersediaan Air Tanah Jakarta
Lahan Kering di Kecamatan Unter
Iwes, Sumbawa Besar .J-PAL, Vol. 4, Widyawati.Musa, N dan Pembengo, W.
No. 1, 2013 . Sumbawa Besar 2013. Analisis Penentuan Waktu
Tanam Pada Tanaman Kacang
BPS. 2015.Badan Pusat Statistik Tanah (Arachis hypogaea L.)
Kabupaten Badung.Badung Berdasarkan Metode Pendugaan
Evapotranspirasi Penman Di
Doorenbos.J and Pruitt. W. O, 1977. Crop Kabupaten Gorontalo.
Water Equirements. Rome Gorontalo

Doorenbos. J. & Kassam. A.H. 1986.


Yield response to water. F.A.O.
Irrigation andDrainage, paper no. 33.
Rome.

Fao. 2015. Water Development and


Management Unit. 18 Januari 2017.

Hadiyanto. S, 1996. Prakiraan Iklim/


Musim di Indonesia. BMG. Balai
Wilayah II Jakarta.

Merit. 2001. Petunjuk Menentukan


Kandungan Air Tanah Melalui
Analisis Neraca Air. Badan
Meteorologi dan Geofisika
Departemen Perhubungan dan
Telekomunikasi.

AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 51


AGRIMETA, Vol.7. No. 13. April 2017. ISSN : 2088-2521 Page 52

You might also like