Pengaruh Lama Perendaman Dalam Larutan Nacl Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Talas Belitung (Xanthosoma Sagittifolium)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)

http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019


e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM LARUTAN NACL DAN LAMA PENGERINGAN
TERHADAP MUTU TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium)

[The Effect of NaCl Soaking Time and Drying Time on The Quality of Belitung Taro Flour
(Xanthosoma sagittifolium)]

Suci Suharti*, Ahmad Alamsyah dan Yeni Sulastri


Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindiustri, Universitas Mataram
*Email: Suci_suharti@ymail.com

Diterima 10 April 2019 / Disetujui 22 Mei 2019

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of NaCl soaking time and drying time on the
quality of belitung taro flour (Xanthosoma sagittifolium). This study used a factorial design using 2 factors: NaCl
soaking time (0, 30, and 60 minutes) and drying time (3, 4 and 5 hours) consisting of 9 treatments and 3
replications. The parameters observed included chemical parameters (moisture, ash, starch, calcium oxalate, and
crude fiber content) and physical parameters (yield, bulk density and color value L *). The results of the research
data were analyzed using analysis of variance alpha 5% and if there were significant differences it was tested
further using the Duncan Multiple Range Test. The results showed that the treatment of soaking time in NaCl
solution had a significantly effect on chemical parameters (moisture, ash, starch, calcium oxalate, and crude fiber
content) and physical parameters (yield, bulk density, color value L*) . The drying time gave significantly effects
on chemical parameters (moisture, ash, starch, calcium oxalate, and crude fiber content) and physical
parameters (yield and bulk density). The interaction between NaCl soaking time and drying time gave a
significantly effect on calcium oxalate content. The best treatment is 60 menit NaCl soaking time and 5 hours
drying time (L3P3) with 3.56% moisture, 1.31% ash, 64.36% starch, 337.82 mg/100g calcium oxalate, 2.5%
crude fiber content, 19.31% yield, 0.71 g/ml bulk density, and L* color value 92.28 that has met the SNI quality
requirements for cassava flour.

Keywords: belitung taro, drying time, flour, NaCl, soaking time

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dalam larutan NaCl dan lama
pengeringan terhadap mutu tepung talas belitung (Xanthosoma sagittifolium). Penelitian ini menggunakan
Rancangan Faktorial menggunakan 2 faktor yaitu faktor lama perendaman dalam larutan NaCl (0, 30, dan 60
menit) dan faktor lama pengeringan (3, 4 dan 5 jam) yang terdiri dari 9 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter
yang diamati meliputi parameter kimia (air, abu, pati, kalsium oksalat, dan kadar serat kasar) dan parameter fisik
(rendemen, densitas kamba dan warna nilai L*). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis
keragaman pada taraf nyata 5% dan apabila terdapat beda nyata maka diuji lanjut menggunakan uji Duncan
Multiple Range Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman dalam larutan NaCl
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kimia (kadar air, abu, pati, kalsium oksalat,
dan serat kasar) dan parameter fisik (rendemen, densitas kamba, warna nilai L*). Perlakuan lama
pengeringan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kimia (air, abu, pati, kalsium
oksalat, dan kadar serat kasar) dan parameter fisik (rendemen dan densitas kamba). Interaksi antara lama
perendaman dalam larutan NaCl dengan lama pengeringan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kadar kalsium oksalat. Perlakuan terbaik yaitu lama perendaman dalam larutan NaCl 60 menit dan
lama pengeringan 5 jam atau L3P3 dengan kadar air 3,56%, abu 1,31%, pati 64,36%, kalsium oksalat
337,82 mg/100g, serat kasar 2,5%, rendemen 19,31%, densitas kamba 0,71 g/ml, dan warna nilai L* 92,28
yang telah memenuhi syarat SNI mutu tepung singkong.

Kata Kunci: lama perendaman, lama pengeringan, NaCl, talas belitung, tepung

PENDAHULUAN untuk memenuhi kebutuhan pangan


masyarakat. Salah satu upaya untuk
Pangan merupakan kebutuhan dasar memenuhi kebutuhan pangan dan penyediaan
bagi manusia yang terus meningkat seiring pangan dapat dilakukan dengan meningkatkan
dengan peningkatan jumlah penduduk. budidaya dan pemanfaatan hasil pertanian
Berbagai jenis pangan diproduksi dengan seperti umbi-umbian. Dari beberapa umbi-
meningkatkan kuantitas serta kualitasnya umbian yang ada di Nusa Tenggara Barat

402
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
khususnya pulau Lombok, talas belitung kasar, dekstrin, sukrosa dan gula pereduksi
(Xanthosoma sagittifolium) merupakan salah (Onwueme, 1978). Talas memiliki potensi
satu umbi-umbian yang banyak ditanam untuk dapat digunakan sebagai bahan baku
dengan biaya yang relatif murah namun tepung-tepungan karena memiliki kandungan
penggunaannya masih terbatas. Umumnya pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%. Tepung
talas hanya dimanfaatkan sebatas umbi talas memiliki ukuran granula pati yang kecil,
segarnya saja yang diolah dengan cara yaitu sekitar 0.5-5 mikron (Koswara, 2010).
direbus, disayur, digoreng dan dibuat kripik. Untuk membuat tepung talas harus dilakukan
Talas belitung merupakan tanaman dengan kondisi pengeringan yang tepat.
penghasil karbohidrat yang tinggi yang Pengeringan adalah suatu cara mengurangi
memiliki peranan cukup baik. Kendala kadar air suatu barang, sehingga diperoleh
pengolahan talas belitung sebagai bahan hasil akhir yang kering. Dengan mengurangi
pangan adalah adanya kandungan oksalat kadar airnya, bahan pangan akan
sebesar 1. 740 mg/100 g (Hardiati, 2014), mengandung senyawa seperti protein,
sedangkan pada talas bogor sebesar 11,2292 karbohidrat, lemak, dan mineral dalam
mg/100 gr (Purwaningsih dan Kuswiyanto, konsentrasi yang lebih tinggi (Almatsier,
2016) atau 8578,28 ppm (Mayasari, 2010). 2010). Pengeringan ini bertujuan untuk
Batas aman konsumsi kalsium oksalat bagi memperpajang masa simpan bahan pangan.
orang dewasa adalah 0,60-1,25 g per hari Penelitian tentang tepung talas belitung telah
selama 6 minggu berturut-turut (Knudsen et dilakukan oleh Indrasti (2004) dimana proses
al., 2008). Proses pencernaan kalsium oksalat pengeringan menggunakan oven pada suhu
dapat mengakibatkan korosi pada mulut dan 60°C selama 5 jam, kemudian digiling dan
sistem pencernaan serta gagal ginjal. Gejala diayak dengan ayakan 60 mesh. Penelitian
pada pencernaan yaitu abdominal kram dan tersebut menghasilkan tepung talas belitung
muntah- muntah yang dengan cepat diikuti dengan kadar air 9,22%, kadar abu 1,94%,
kegagalan peredaran darah dan pecahnya kadar protein 4,43%, kadar lemak 0,84%,
pembuluh darah inilah yang dapat kadar karbohidrat 83,57%, derajat putih
menyebabkan kematian (Mariani, 2008), 73,73% dan energi 359,56 kkal per 100 gram.
sehingga memerlukan penanganan agar Tingginya kandungan karbohidrat dalam
kandungan oksalat pada talas dapat direduksi. tepung talas belitung diharapkan mampu
Salah satu cara untuk mereduksi oksalat membuat tepung talas belitung menjadi bahan
adalah dengan perendaman talas di dalam pangan sumber karbohidrat yang murah,
larutan NaCl. Natrium klorida (NaCl) juga selain itu rendahnya nilai kandungan lemak
disebut dengan garam dapur adalah zat yang yang terdapat dalam tepung talas belitung
memiliki tingkat osmotik yang tinggi. NaCl membuat tepung talas belitung menjadi tidak
yang terlarut dapat meningkatkan konsentrasi mudah rusak atau tengik, sehingga dapat
air sehingga memecahkan dinding vakuola disimpan dalam waktu yang lama, dan tepung
umbi talas. Menurut Mayasari (2010), talas belitung bebas dari gluten. Ketiadaan
perendaman umbi talas bogor dalam larutan gluten pada tepung talas belitung membuat
garam NaCl 10% selama 60 menit dapat tepung talas belitung dapat digunakan sebagai
mereduksi oksalat sebesar 93,62%. Dengan diet bagi penderita autis (Winarno dan
tereduksinya kandungan oksalat pada talas Agustinah, 2008).
maka akan menghasilkan sumber pangan yang Pembuatan tepung talas belitung juga
dapat dijadikan sebagai alternatif pangan dilakukan oleh Ridal (2003) dimana pada
Indonesia (Marliana, 2011). proses pengeringan talas belitung
Umbi talas belitung mengandungan menggunakan oven pada suhu 50-60°C
63,1% air dengan karbohidrat 34,2% (Lingga, selama 6 jam. Proses tersebut menghasilkan
1989). Karbohidrat pada umbi talas sebagian tepung talas belitung dengan kadar air 6,20%,
besar merupakan komponen pati, sedangkan kadar abu 1,28%, kadar serat 2,16%, kadar
komponen lainnya adalah pentosa, serat protein 0,69%, kadar lemak 1,25%, kadar

403
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
amilosa 16,29%, kadar pati 70,73%, suhu dari 3 aras yaitu lama pengeringan 3 jam (P1),
awal tergelatinisasi 79°C, absorbansi awal 4 jam (P2), dan 5 jam (P3). Masing-masing
2,57 g/g, absorbansi minyak 2,40 g/g, derajat aras dari kedua faktor dikombinasikan
putih 69,54%, dan rendemen 39,24%. sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan
Pembuatan tepung juga dilakukan oleh Dianty yaitu: L1P1, L1P2, L1P3, L2P1, L2P2, L2P3.
(2017) menggunakan umbi ganyong dengan L3P1, L3P2, dan L3P3. Masing-masing
alat pengering cabinet dryer pada suhu 60°C kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga
selama 7 jam dan menghasilkan tepung umbi diperoleh 27 unit percobaan. Hasil
ganyong dengan kadar abu 3,67 %, kadar pengamatan dianalisa dengan analisa
protein 0,782 %, kadar lemak 2,196 %, dan keragaman (analysis of variance) pada taraf
kadar karbohidrat 89,252 %. Menurut Yuniarti nyata 5%. Apabila terdapat beda nyata, maka
dkk (2013), pengaturan suhu dan lama akan diuji lanjut menggunakan uji lanjut
pengeringan sangat mempengaruhi mutu Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
bahan yang dikeringkan. Semakin tinggi suhu taraf 5%.
pengeringan dan semakin lama waktu
pengeringan dapat mempengaruhi mutu Pelaksanaan Penelitian
produk yang dihasilkan. Pembuatan Tepung Talas Belitung

BAHAN DAN METODE Talas Belitung


(500 g)

Alat dan Bahan


Pengupasan Kulit
Alat-alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah timbangan digital,
Pencucian
baskom, cabinet dryer, slicer, blender, pisau
stainlees steel, ayakan 80 mesh, kertas saring,
timbangan analitik, loyang, kemasan Pengirisan
(slicer, ketebalan 3 mm)
alumunium foil kombinasi, cawan porselen,
oven, desikator, tungku listrik, tabung reaksi, Larutan NaCl 10%
Perendaman
rak tabung rekasi, blanko, water bath, gelas (100g NaCl+1L air)
(0, 30, dan 60 menit)

beker, pipet, tisu, label, Atomic Absorption


Spectrophotometry, colorimeter, dan Pencucian

erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam Penirisan

pelaksanaan penelitian ini adalah talas


belitung segar berumur 10-12 bulan yang Pengeringan
(cabinet dryer, 60°C selama 3, 4, 5 jam)
diperoleh dari Desa Batu Mekar Kecamatan
Lingsar Kabupaten Lombok Barat, air,
Penghancuran
aquades, NaCl, NaOH, reagensia (blender)

Arsenomolibdat, H2SO4, K2SO4, HCl, alkohol,


dan eter. Pengayakan
(ayakan 80 mesh)

Metode
Pengemasan
Metode yang digunakan pada penelitian (alumunium foil)
ini adalah metode eksperimental di
Laboratorium. Rancangan percobaan yang Tepung talas
belitung
digunakan adalah rancangan faktorial yang
terdiri dari 2 faktor, yaitu lama perendaman
Gambar 1. Pembuatan Tepung Talas Belitung
dalam larutan NaCl (L) terdiri dari 3 aras yaitu
(Sumber: modifikasi penelitian
lama perendaman 0 menit (L1), 30 menit (L2),
Mayasari (2010) dan Dianty
60 menit (L3) dan lama pengeringan (P) terdiri
(2017))

404
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
HASIL DAN PEMBAHASAN perendaman dalam larutan NaCl
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Analisa Bahan Baku terhadap kadar air tepung talas belitung.
Bahan baku utama yang digunakan Pengaruh lama perendaman dalam larutan
adalah umbi talas belitung yang berumur 10- NaCl terhadap kadar air tepung talas
12 bulan. Hasil analisa kimia umbi talas belitung dapat dilihat pada Gambar 2.
belitung dapat dilihat pada Tabel 1.
10
Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Kimia 6,74a

Kadar Air (%)


8
5,30b
Umbi Talas Belitung 6 4,09c
Umbi Talas 4
Parameter Kimia 2
Belitung
0
Kadar Air (%) 69,66 0 (L1) 30 (L2) 60 (L3)
Kadar Abu (%) 1,00 Lama Perendaman dalam Larutan NaCl
Kadar Pati (%) 21,98 (menit)
Kadar Kalsium Oksalat (mg/100g) 1.586,25
Kadar Serat Kasar (%) 0,82
Gambar 2. Pengaruh Lama Perendaman
dalam Larutan NaCl terhadap
Hasil analisa keragaman pengaruh Kadar Air Tepung Talas Belitung
lama perendaman dalam larutan NaCl dan
lama pengeringan terhadap parameter fisik Kadar air awal umbi talas belitung
dan kimia tepung talas belitung dapat dilihat sebelum diberi perlakuan sebesar 69,66%,
pada Tabel 2 dan Tabel 3. setelah diberi perlakuan perendaman dalam
larutan NaCl rerata kadar air tepung talas
Tabel 2. Hasil ANOVA Parameter Kimia belitung berkisar antara 4,09% - 6,74%
Tepung Talas Belitung (Gambar 2). Semakin lama perendaman
Signifikansi *) dalam larutan NaCl menghasilkan kadar air
Parameter Lama Perendaman Lama tepung talas belitung semakin rendah. Hal
Interaksi
Kimia dalam Larutan Pengeringan
L*P ini diduga disebabkan karena larutan NaCl
NaCl (L) (P)
Kadar Air S S NS yang digunakan dalam perendaman umbi
Kadar Abu S S NS
Kadar Pati S S NS
talas belitung menyebabkan terjadi proses
Kadar osmosis dimana larutan NaCl yang bersifat
Kalsium S S S
higroskopis akan menyerap dan
Oksalat
Kadar Serat mengeluarkan air dari umbi talas belitung.
NS S NS
Kasar Sesuai dengan pendapat Witono, et al.,
Keterangan: S = Signifikan (berbeda nyata), NS = Non
Signifikan (tidak berbeda nyata), *) = Taraf Nyata 5%
(2013) menyatakan bahwa garam memiliki
tekanan osmotik yang tinggi (hipertonik)
Tabel 3. Hasil ANOVA Parameter Fisik Tepung sehingga dapat menarik air dari dalam
Talas Belitung bahan keluar.
Signifikansi *) Perlakuan lama pengeringan juga
Parameter Lama Perendaman Lama memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Interaksi
Fisik dalam Larutan Pengeringan
L*P terhadap kadar air tepung talas belitung.
NaCl (L) (P)
Rendemen S S NS Pengaruh lama pengeringan terhadap kadar
Densitas
Kamba
S S NS air tepung talas belitung dapat dilihat pada
Warna
S NS NS
Gambar 3.
Nilai L*
Gambar 3 menunjukkan bahwa
Keterangan: S = Signifikan (berbeda nyata), NS = Non
Signifikan (tidak berbeda nyata), *) = Taraf Nyata 5% semakin lama waktu pengeringan maka
kadar air tepung talas belitung semakin
Kadar Air rendah. Hal ini disebabkan karena semakin
Hasil analisis keragaman pada taraf lama suatu bahan kontak langsung dengan
5% (Tabel 2) menunjukkan bahwa lama panas, maka semakin banyak air yang

405
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
teruapkan. Sesuai dengan pendapat Lubis Kadar abu awal umbi talas belitung
(2008) menyatakan bahwa lama sebelum diberi perlakuan sebesar 1,00%,
pengeringan berpengaruh terhadap kadar setelah diberi perlakuan perendaman dalam
air, hal ini dikarenakan pengeringan yang larutan NaCl rerata kadar abu tepung talas
cukup lama akan menyebabkan jumlah air belitung berkisar antara 1,09% - 1,24%
yang teruapkan lebih banyak sehingga kadar (Gambar 4). Perendaman dalam larutan NaCl
air dalam bahan tepung berkurang. 60 menit (L3) menghasilkan kadar abu lebih
Berdasarkan hasil pengamatan, kadar air tinggi dibandingkan perendaman selama 0
tepung talas belitung yang dihasilkan dari menit (L1) dan 30 menit (L2). Hal ini diduga
semua perlakuan memenuhi syarat SNI disebabkan karena perendaman dalam
kadar air tepung singkong yaitu maksimal larutan NaCl menyebabkan terjadinya
sebesar 12% dan batas kadar air minimum akumulasi mineral natrium dan klorida pada
dimana mikroba masih dapat tetap tumbuh sampel perlakuan, sehingga semakin lama
adalah 14 – 15% (Fardiaz, 1986). proses perendaman maka semakin banyak
mineral yang masuk ke dalam umbi dan
8 menyebabkan kadar abu tepung talas
6,16a
Kadar Air (%)

6 5,41b belitung meningkat. Desniar, et al., (2009)


4,57c
4 menyatakan bahwa garam mengandung
mineral seperti natrium dan klorida. Selain
2
itu, terjadinya proses osmosis dimana
0
3 (P1) 4 (P2) 5 (P3)
larutan NaCl yang bersifat higroskopis akan
Lama Pengeringan (jam) menyerap dan mengeluarkan air dari umbi
talas belitung lalu sebagian padatan dalam
Gambar 3. Pengaruh Lama Pengeringan larutan NaCl akan masuk ke dalam umbi
terhadap Kadar Air Tepung melalui proses difusi.
Talas Belitung Perakuan lama pengeringan juga
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Kadar Abu
terhadap kadar abu tepung talas belitung.
Hasil analisis keragaman pada taraf
Pengaruh lama pengeringan terhadap kadar
5% (Tabel 2) menunjukkan bahwa lama
abu tepung talas belitung dapat dilihat pada
perendaman dalam larutan NaCl
Gambar 5.
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kadar abu tepung talas belitung. 1,4 1,21a
1,12b 1,15b
Adapun pengaruh lama perendaman dalam 1,2
Kadar Abu (%)

larutan NaCl terhadap kadar abu tepung 1


0,8
talas belitung dapat dilihat pada Gambar 4. 0,6
0,4
1,4 1,16b 1,24a 0,2
1,09c
Kadar Abu (%)

1,2 0
1
0,8 3 (P1) 4 (P2) 5 (P3)
0,6 Lama Pengeringan (jam)
0,4
0,2
0 Gambar 5. Pengaruh Lama Pengeringan
0 (L1) 30 (L2) 60 (L3) terhadap Kadar Abu Tepung
Lama Perendaman dalam Larutan Talas Belitung
NaCl (menit)

Gambar 4. Pengaruh Lama Perendaman Gambar 5 menunjukkan bahwa


dalam Larutan NaCl terhadap semakin lama waktu pengeringan maka
Kadar Abu Tepung Talas kadar abu tepung talas belitung semakin
Belitung meningkat. Hal ini diduga disebabkan karena
semakin lama waktu pengeringan maka

406
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
semakin banyak air yang teruapkan sehingga bersama air rendaman. Hal ini sesuai dengan
kandungan non mineral semakin meningkat. pendapat Zuhro, et al., (2015) menyatakan
Sesuai dengan pendapat Erni, et al., (2018) bahwa penurunan kadar pati disebabkan
menyatakan bahwa kadar abu tepung umbi karena saat proses pengolahan yaitu pada
talas yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor saat chips kimpul dicuci setelah direndam
suhu dan lama pengeringan. Semakin lama dalam aquades menyebabkan sebagian pati
dan semakin tinggi suhu pengeringan yang mengendap dalam air dan tidak ikut dalam
digunakan akan meningkatkan kadar abu, proses penepungan. Mayasari (2010)
dikarenakan kadar air yang keluar dari menyatakan bahwa dengan perlakuan
dalam bahan semakin besar. Berdasarkan perendaman dalam larutan NaCl terhadap
hasil pengamatan, kadar abu tepung talas tepung talas bogor yang dihasilkan kadar
belitung yang dihasilkan dari semua pati cenderung menurun dibandingkan kadar
perlakuan memenuhi syarat SNI kadar abu pati pada tepung tanpa perlakuan.
tepung singkong yaitu maksimal sebesar Perlakuan lama pengeringan juga
1,5%. memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kadar pati tepung talas belitung.
Kadar Pati Pengaruh lama pengeringan terhadap kadar
Hasil analisis keragaman pada taraf pati tepung talas belitung dapat dilihat pada
5% (Tabel 2) menunjukkan bahwa lama Gambar 7.
perendaman dalam larutan NaCl
memberikan pengaruh yang berbeda nyata 80 68,57b 70,33ab 72,12a
Kadar Pati (%)

terhadap kadar pati tepung talas belitung. 60


Adapun pengaruh lama perendaman dalam
40
larutan NaCl terhadap kadar pati tepung
talas belitung dapat dilihat pada Gambar 6. 20

0
100
76,98a 3 (P1) 4 (P2) 5 (P3)
Kadar Pati (%)

80 71,3b
62,73c Lama Pengeringan (jam)
60
40 Gambar 7. Pengaruh Lama Pengeringan
20 terhadap Kadar Pati Tepung
0 Talas Belitung
0 (L1) 30 (L2) 60 (L3)
Lama Perendaman dalam Larutan NaCl Gambar 7 menunjukkan bahwa
(menit)
semakin lama waktu pengeringan maka
kadar pati tepung talas belitung semakin
Gambar 6. Pengaruh Lama Perendaman
dalam Larutan NaCl terhadap meningkat karena semakin banyak air yang
Kadar Pati Tepung Talas teruapkan kandungan bahan seperti
Belitung karbohidrat akan lebih terkonsentrasi. Sesuai
dengan pendapat Erni, et al., (2018)
Kadar pati awal umbi talas belitung menyatakan bahwa kadar pati tepung umbi
sebelum diberi perlakuan sebesar 21,98%, talas yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor
setelah diberi perlakuan perendaman dalam suhu dan lama pengeringan. Hal ini diduga
larutan NaCl rerata kadar pati tepung talas karena selama pengeringan kandungan
belitung berkisar antara 62,73% - 76,98% karbohidrat bahan semakin meningkat
(Gambar 6). Semakin lama perendaman dengan semakin rendahnya kandungan air
dalam larutan NaCl maka kadar pati tepung dalam bahan pangan. Berdasarkan hasil
talas belitung semakin rendah. Hal ini diduga pengamatan, kadar pati tepung talas
disebabkan karena sebagian pati mengendap belitung hanya perlakuan L1 (lama
dalam larutan dan akhirnya ikut terbuang perendaman dalam larutan NaCl 0 menit)

407
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
memenuhi syarat SNI pati tepung singkong kadar kalsium oksalat tepung talas belitung
yaitu minimal sebesar 75%. semakin menurun. Hal ini diduga disebabkan
karena perendaman dalam larutan NaCl
Kadar Kalsium Oksalat dapat mereduksi kalsium oksalat pada umbi
Hasil analisis keragaman pada taraf talas belitung. Hal ini sesuai dengan
5% (Tabel 2) menunjukkan bahwa interaksi pendapat Mayasari (2010) yang menyatakan
lama perendaman dalam larutan NaCl banhwa perendaman pada larutan garam
dengan lama pengeringan memberikan (NaCl) menunjukkan nilai persentase reduksi
pengaruh yang berbeda nyata terhadap oksalat yang cenderung meningkat seiring
kadar kalsium oksalat tepung talas belitung. dengan peningkatan konsentrasi larutan,
Interaksi pengaruh lama perendaman dalam begitu pula pada proses lama
larutan NaCl dengan lama pengeringan perendaman memiliki nilai persentase
terhadap kadar kalsium oksalat tepung talas reduksi yang cenderung meningkat dengan
belitung dapat dilihat pada Gambar 8. semakin lamanya waktu perendaman.
Kadar kalsium oksalat umbi talas Selain itu, semakin lama waktu
belitung sebelum diberi perlakuan sebesar pengeringan maka semakin banyak kalsium
1.586 mg/100g, setelah diberi perlakuan oksalat yang tereduksi. Metode fisis yang
perendaman dan pengeringan rerata kadar paling sering digunakan untuk mengurangi
kalsium oksalat tepung talas belitung atau menghilangkan rasa gatal akibat
berkisar antara 337 – 1.159 mg/100g kandungan kalsium oksalat adalah dengan
(Gambar 8). Dari hasil penelitian ini kadar pemanasan (Smith, 1997). Pemanasan
kalsium oksalat tertinggi terdapat pada dilakukan melalui penjemuran, pemasakan
perlakuan L1P1 (lama perendaman dalam (Lee, 1999); perebusan, perendaman dalam
larutan NaCl 0 menit dan lama pengeringan air hangat, pemanggangan (Iwuoha dan Klau,
3 jam) sebesar 1.159 mg/100g sedangkan 1994); dan pengeringan (Nur, 1986).
kadar kalsium oksalat terendah terendah Berdasarkan hasil pengamatan, kadar
yaitu pada perlakuan L3P3 (lama kalsium oksalat tepung talas belitung yang
perendaman dalam larutan NaCl 60 menit dihasilkan dari semua perlakuan telah
dan lama pengeringan 5 jam) sebesar 337 memenuhi persyaratan batas aman
mg/100g. konsumsi kalsium oksalat bagi orang dewasa
Gambar 8 menunjukkan bahwa yaitu sebesar 0,60 – 1,25 g (Knudsen, et al.,
semakin lama perendaman dalam larutan 2008).
NaCl dan semakin lama pengeringan maka

1400 1.159 a
Kalsium Oksalat (mg/100g)

A 1.051 a
1200
B 952 a 864 b
1000 C A 773 b
Lama Pengeringan (jam)
B 640 b
800
C 504 c 3 (P1)
600 A 386 c 4 (P2)
B 337 c
400 C 5 (P3)

200

0
0 (L1) 30 (L2) 60 (L3)
Lama Perendaman dalam Larutan NaCl (menit)

Gambar 8. Interaksi Pengaruh Lama Perendaman dalam Larutan NaCl dengan Lama
Pengeringan Terhadap Kadar Kalsium Oksalat Tepung Talas Belitung

408
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Kadar Serat Kasar Rendemen
Hasil analisis keragaman pada taraf Hasil analisis keragaman pada taraf
5% (Tabel 2) menunjukkan bahwa lama 5% (Tabel 3) menunjukkan bahwa lama
pengeringan memberikan pengaruh yang perendaman dalam larutan NaCl
berbeda nyata terhadap kadar serat kasar memberikan pengaruh yang berbeda nyata
tepung talas belitung. Pengaruh lama terhadap rendemen tepung talas belitung.
pengeringan terhadap kadar serat kasar Adapun pengaruh lama perendaman dalam
tepung talas belitung dapat dilihat pada larutan NaCl terhadap rendemen tepung
Gambar 9. talas belitung dapat dilihat pada Gambar 10.

3 2,73a 18,51a
20 17,4b
Kadar Serat Kasar (%)

2,5 16,44c

Rendemen (%)
2 15
1,45b
1,5
10
0,88c
1
0,5 5

0
0
3 (P1) 4 (P2) 5 (P3)
0 (L1) 30 (L2) 60 (L3)
Lama Pengeringan (jam)
Lama Perendaman dalam Larutan NaCl
(menit)

Gambar 9. Pengaruh Lama Pengeringan


terhadap Kadar Serat Kasar Gambar 10. Pengaruh Lama Perendaman
Tepung Talas Belitung dalam Larutan NaCl terhadap
Rendemen Tepung Talas
Kadar serat kasar umbi talas belitung Belitung
sebelum diberi perlakuan sebesar 0,82%,
setelah diberi perlakuan pengeringan rerata Rendemen tepung talas belitung
kadar serat kasar tepung talas belitung setelah diberi perlakuan perendaman rerata
berkisar antara 0,88% - 2,73% (Gambar 9). berkisar antara 16,44% - 18,51% (Gambar
Semakin lama waktu pengeringan maka 10). Semakin lama perendaman maka
kadar serat kasar tepung talas belitung rendemen tepung talas belitung semakin
semakin meningkat. Hal ini diduga karena meningkat. Hal ini diduga disebabkan karena
semakin lama waktu pengeringan kadar air perendaman dalam larutan NaCl terhadap
semakin banyak teruapkan sehingga serat umbi talas belitung menambah massa
kasar akan lebih terkonsentrasi. Sesuai tepung yang dihasilkan. Sesuai dengan
dengan pendapat Dianty (2017) menyatakan pendapat Putri dan Suharnas (2010) yang
bahwa bahwa semakin lama pengeringan menyatakan bahwa konsentrasi garam yang
yang dilakukan maka kadar serat produk digunakan dalam perendaman umbi gadung
semakin meningkat. Selain itu, Ekky, et al., berpengaruh nyata terhadap rendemen umbi
(2015) juga menyatakan dalam penelitiannya gadung. Hal ini disebabkan adanya proses
tentang pengaruh waktu dan lama pemanasan osmosis dimana larutan garam yang bersifat
terhadap kadar serat kasar yang menunjukan higroskopis akan menyerap dan
bahwa semakin tinggi suhu dan lama mengeluarkan air dari umbi gadung lalu
pemanasan akan menyebabkan semakin tinggi sebagian padatan dalam larutan garam akan
pula serat kasarnya. Berdasarkan hasil masuk ke dalam umbi melalui proses difusi
pengamatan, kadar serat kasar tepung talas sehingga menambah massa umbi gadung.
belitung yang dihasilkan dari semua Perlakuan lama pengeringan juga
perlakuan telah memenuhi syarat SNI serat memberikan pengaruh yang berbeda nyata
kasar tepung singkong maksimal sebesar terhadap rendemen tepung talas belitung.
4%. Pengaruh lama pengeringan terhadap

409
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
rendemen tepung talas belitung dapat dilihat densitas kamba tepung talas belitung
pada Gambar 11. semakin menurun. Hal ini diduga karena
perendaman dalam larutan NaCl terhadap
20 17,46a 18,17a umbi talas belitung menyebabkan sebagian
16,71b
pati yang memiliki berat molekul tinggi
Rendemen (%)

15
mengendap dalam larutan dan ikut terbuang
10 bersama air rendaman, sehingga densitas
kamba tepung talas belitung yang dihasilkan
5
rendah. Sesuai dengan pendapat Zuhro, et
0 al., (2015) yang menyatakan bahwa
3 (P1) 4 (P2) 5 (P3) kandungan pati pada tepung kimpul
Lama Pengeringan (jam) berpengaruh terhadap densitas tepung yang
dihasilkan. Bahan pangan yang memiliki
Gambar 11. Pengaruh Lama Pengeringan densitas kamba tinggi menunjukkan
terhadap rendemen Tepung kepadatan gizi yang tinggi juga. Bhatacharya
Talas Belitung dan Prakash (1994) menyatakan bahwa
kadar pati yang tinggi pada tepung
Gambar 11 menunjukkan bahwa
menyebabkan densitas kamba meningkat.
semakin lama waktu pengeringan maka
Hal ini disebabkan kadar pati memiliki berat
rendemen tepung talas belitung semakin
molekul yang tinggi sehingga menghasilkan
meningkat karena pengeringan selama 5 jam
densitas yang tinggi pula.
menghasilkan chips talas belitung yang lebih
kering dibandingkan pengeringan selama 3
0,8 0,74a 0,71b
jam sehingga pada saat proses penepungan 0,69b
Densitas Kamba (g/ml)

dan pengayakan pengeringan 5 jam lebih 0,6


banyak menghasilkan tepung talas belitung.
0,4
Menurut (Agus, 2010) kadar air tepung yang
dihasilkan pada bahan dapat mempengaruhi 0,2
nilai rendemen tepung. Rizal, (2013) 0
menyatakan bahwa semakin lama 0 (L1) 30 (L2) 60 (L3)
pengeringan yang digunakan maka rendemen Lama Perendaman dalam Larutan NaCl
(menit)
yang dihasilkan semakin rendah, hal ini
disebabkan semakin lama pengeringan maka
terjadi penguapan air yang teruapkan semakin Gambar 12. Pengaruh Lama Perendaman
besar. dalam Larutan NaCl terhadap
Densitas Kamba Tepung
Talas Belitung
Densitas Kamba
Hasil analisis keragaman pada taraf Perlakuan lama pengeringan juga
5% (Tabel 3) menunjukkan bahwa lama memberikan pengaruh yang berbeda nyata
perendaman dalam larutan NaCl terhadap densitas kamba tepung talas
memberikan pengaruh yang berbeda nyata belitung. Pengaruh lama pengeringan
terhadap densitas kamba tepung talas terhadap densitas kamba dapat dilihat pada
belitung. Pengaruh lama perendaman dalam Gambar 13.
larutan NaCl dan lama pengeringan terhadap Gambar 13 menunjukkan bahwa
densitas kamba tepung talas belitung dapat semakin lama waktu pengringan maka
dilihat pada Gambar 12. densitas kamba tepung talas belitung
Densitas kamba tepung talas belitung semakin meningkat karena air yang
setelah diberi perlakuan perendaman rerata teruapkan lebih banyak sehingga bahan
berkisar antara 0,69 - 0,74 g/ml (Gambar padatan yang memiliki berat molekul yang
12). Semakin lama perendaman maka besar seperti karbohidrat akan lebih

410
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
terkonsentrasi. Menurut Muchtadi dan dihasilkan. Mayasari (2010) menyatakan
Ayustaningwarno (2010), mengemukakan bahwa perendaman dalam larutan NaCl
bahwa dengan mengurangi kadar airnya, yang menghasilkan warna tepung lebih
bahan pangan akan mengandung senyawa- putih dapat disebabkan oleh salah satu sifat
senyawa seperti karbohidrat, protein dan senyawa natrium yang berfungsi sebagai
mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi. garam natrium dari asam lemak yang
Sesuai dengan pendapat Erni, et al., (2018) mampu mengikat kotoran, sehingga air
menyatakan bahwa kadar pati tepung umbi rendaman akan bebas dari kotoran dan
talas yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor menyebabkan sampel hasil perendaman pun
suhu dan lama pengeringan. Hal ini diduga memiliki tingkat kebersihan yang lebih
karena selama pengeringan kandungan tinggi. Natrium klorida merupakan bahan
karbohidrat bahan semakin meningkat baku yang digunakan untuk menghasilkan
dengan semakin rendahnya kandungan air klorin. Klorin merupakan salah satu unsur
dalam bahan pangan. Dengan meningkatnya yang berfungsi sebagai bahan pemutih.
kadar pati akibat pengeringan maka
meningkat pula densitas kamba yang 100 92,02a 93,53a
86,4b
dihasilkan.

Warna Nilai L*
80
60
0,8 0,72b 0,75a
0,67c 40
Densitas Kamba (g/ml)

0,7
20
0,6
0,5 0
0,4 0 (L1) 30 (L2) 60 (L3)
0,3
0,2 Lama Perendaman dalam Larutan NaCl
0,1 (menit)
0
3 (P1) 4 (P2) 5 (P3) Gambar 14. Pengaruh Lama Perendaman
Lama Pengeringan (jam) dalam Larutan NaCl terhadap
Warna Nilai L* Tepung Talas
Belitung
Gambar 13. Pengaruh Lama Pengeringan
terhadap Densitas Kamba KESIMPULAN
Tepung Talas Belitung
Perlakuan lama perendaman dalam
Warna Nilai L* larutan NaCl memberikan pengaruh yang
Hasil analisis keragaman pada taraf berbeda nyata terhadap parameter kimia
5% (Tabel 3) menunjukkan bahwa lama (kadar air, abu, pati, kalsium oksalat, serat
perendaman dalam larutan NaCl kasar) dan parameter fisik (rendemen,
memberikan pengaruh yang berbeda nyata densitas kamba, warna nilai L*). Perlakuan
terhadap warna nilai L* tepung talas lama pengeringan memberikan pengaruh
belitung. Pengaruh lama perendaman dalam yang berbeda nyata terhadap parameter
larutan NaCl terhadap warna nilai L* tepung kimia (air, abu, pati, kalsium oksalat, serat
talas belitung dapat dilihat pada Gambar 14. kasar) dan parameter fisik (rendemen dan
Warna nilai L* tepung talas belitung densitas kamba). Perlakuan terbaik yaitu
setelah diberi perlakuan perendaman dalam lama perendaman dalam larutan NaCl 60
larutan NaCl rerata berkisar antara 86,40 – menit dan lama pengeringan 5 jam (L3P3)
93,53 (Gambar 14). Semakin lama dengan kadar air 3,56%, abu 1,31%, pati
perendaman dalam larutan NaCl maka warna 64,36%, kalsium oksalat 337,82 mg/100g,
tepung talas belitung semakin cerah. Hal ini serat kasar 2,5%, rendemen 19,13%,
diduga disebabkan karena larutan NaCl densitas kamba 0,71 g/ml, dan warna nilai
mengandung klorin yang dapat L* 92,28 yang telah memenuhi syarat SNI
mempertahankan warna tepung yang mutu tepung singkong.

411
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
DAFTAR PUSTAKA Program Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Agus, S. 2010. Pengaruh Perlakuan
Iwuoha, I.C, and F.A. Klau. 1994. Calcium
Pendahuluan Pada Pembuatan Tepung
Oxalate dan Physico-chemical
Ganyong (Canna edulis) terhadap Sifat
Propertise of Cocoyam (Colocasia
Fisik dan Amilografi Tepung Yang
esculenta and Xanthosoma
Dihasilkan. Skripsi. Fakultas
sagittifolium) Tuber Flours as Affected
Agroindustri. Universitas Mercu Buana
by Processing. J.Food Chem 54: 61-66.
Yogyakarta. Yogyakarta.
Knudsen, I., I. Soborg, F. Eriksen, K.
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pilegaard, J. Pederse. 2008. Risk
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Management and Risk Assesment of
Novel Plant Foods: Concepts and
Bhattacharya, S., M. Prakash. 1994 Extrusion
Principles. Food and Chemical
of blends of rice and chick pea flours: A
Toxicology 46(5): 1681-1705.
response surface analysis. Journal of
Food Engineering 21(3): 315-330. Koswara, S. 2010. Teknologi Pengolahan
Umbi-Umbian. Bogor Agricultural
Desniar, D. Poernomo dan W. Wijatur. 2009.
University. Bogor.
Pengaruh Konsentrasi HCN, NaCl dan
Bahan Organik pada Umbi Gadung Lee, W. 1999. Tropical Root Crops. Southern
(Dioscorea hispida) sebagai Pakan Illionis University. Illionis.
Ternak. Skripsi. Universitas Indonesia.
Lingga P. 1986. Bertanam Ubi-ubian. PT
Jakarta.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Dianty, A. 2017. Pengaruh Jenis Pengeringan Lubis, I.H.. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama
dan Lama Pengeringan terhadap Pengeringan terhadap Mutu Tepung
Karakteristik Tepung Umbi Ganyong. Pandan. Skripsi.: Universitas Sumatera
Tugas Akhir. Program Studi Teknologi Utara. Medan.
Pangan. Fakultas Teknik. Universitas
Mariani, R. 2008. Mencegah Batu Ginjal dan
Pasudan. Bandung.
Batu Empedu .
Listiana, E.A., S. Winarsih, T.S. Kusuma. 2015. http://www.indofarma.co.id/index.php
Suhu dan Waktu Mempengaruhi Kadar [diakses 2 Mei 2018].
Karbohidrat dan Serat Kasar Pada
Marliana, E. 2011. Karakterisasi Dan Pengaruh
Cookies Tanah Liat dan Rumput Laut
Nacl Terhadap Kandungan Oksalat
Merah (Kappaphycus avareii). Skripsi.
Dalam Pembuatan Tepung Talas
Departemen Nutrisi. Fakultas
Banten. Skripsi. Fakultas Teknologi
Kedokteran. Universitas Brawijaya.
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Malang.
Bogor.
Erni, N., Kardiman, R. Fadillah. 2018.
Mayasari, N. 2010. Pengaruh Garam dan Asam
Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan
Pada Pembuatan Tepung Talas Bogor
terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik
(Colocasia esculenta (L.) Schott).
Tepung Umbi Talas (Colocasia
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
esculanta). Jurnal Pendidikan Teknologi
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pertanian 4: 95-105.
Muchtadi, T. dan F. Ayustaningwarno. 2010.
Fardiaz, S. 1986. Mikrobiologi Pangan I.
Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Hadriati, D. 2016. Karakteristik Fisik, Kimia
Nur, M. 1986. Tanaman Talas (Colocasia dan
dan Fungsional Tepung Kimpul
beberapa Genus yang lain). Kementrian
(Xanthosoma sagittifolium) Hasil
Pertanian. Jakarta.
Fermentasi dan Aplikasinya pada Proses
Pembuatan Mie Instan. Skripsi. Onwuene, IC. 1978. The Tropical Tuber Crops.
Universitas Brawijaya. Malang. Jhon Willey and Sons. New York
Indrasti, D. 2004. Pemanfaatan Tepung Talas Purwaningsih, I., Kuswiyanto. 2016.
Belitung (Xanthosoma sagitifolium) Perbandingan Perendaman Asam Sitrat
dalam Pembuatan Cookies. Skripsi. dan Jeruk Nipis Terhadap Penurunan

412
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 5 No. 1 Mei 2019
e-ISSN: 2443-3446 ISSN: 2443-1095
Kadar Kalsium Oksalat pada Talas.
Jurnal Vokasi Kesehatan II(1): 89-93.
Putri, J.A.A. dan E. Suharnas. 2010.
Pengaruh Perendaman dengan Larutan
Garam Terhadap Kandungan
Rendemen, Bahan Kering, Serat Kasar
dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN) Umbi Gadung (Dioscorea
hispida) Sebagai Pakan Ternak. Artikel.
Program Studi Peternakan. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Bengkulu. Bengkulu.
Ridal, S. 2003. Karakteristik sifat Fisiko-Kimia
tepung dan pati talas (Colocasia
esculenta) dan kimpul (Xanthosoma sp.)
dan uji penerimaan α-amilase terhadap
patinya. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rizal, S. 2013. Pengaruh konsentrasi Natrium
Bisulfit dan Suhu Pengeringan Terhadap
Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Nangka
(Artocarpus heterophyllus). Skripsi.
Jurusan Keteknikan Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang.
Smith, D.S. 1997. Processing Vegetables
Science and Technology. Technonic
Publishing Company Inc. London
Winarno, F.G dan W. Agustinah. 2008. Peran
Pangan dan Autism. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Witono, J.R.B. Y.I.P.A. Miranti dan L. Yuniarti.
2013. Studi Kinetika Osmotik pada Ikan
Teri dalam Larutan Biner dan Terner.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat. Universitas Katolik
Prahayangan. Bandung.
Yuniarti, D.W., T.D. Sulistiyati, dan E.
Suprayitno. 2013. Pengaruh Suhu
Pengeringan Vakum terhadap Kualitas
Serbuk Albumin Ikan Gabus
(Ophiocephalus striatus). Jurnal THPi
Student 1(1): 1-11.
Zuhro, M. Lutfi, M dan Hawa, L. C. 2015.
Pengaruh Lama Perendaman dan Suhu
Pengeringan terhadap Sifat Fisik – Kimia
Tepung Kimpul. Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis 3(2): 26-32.

413

You might also like