Professional Documents
Culture Documents
Ikram Jurnal
Ikram Jurnal
Ikram Jurnal
1
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
ABSTRAK
Sarcophyton sp. merupakan salah satu karang lunak yang menghasilkan metabolit sekunder diantaranya steroid
dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya senyawa steroid dan terpenoid pada fraksi ekstrak
larut N-heksan dari karang lunak Sarcophyton sp. dan mengetahui besarnya daya hambat fraksi terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Identifikasi senyawa pada karang lunak dilakukan dengan metode
KLT dengan menyemprotkan pereaksi Lieberman-Burchard. Hasil yang diperoleh terdapat warna merah muda
yang menandakan adanya terpenoid yaitu fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4, fraksi 5, dan fraksi 6. Dan warna biru
kehijauan yang menandakan adanya steroid yaitu fraksi 1, dan fraksi 2. Pengujian antibakteri dilakukan dengan
metode difusi agar menggunakan paper disk dengan konsentrasi sampel 0,25%. Fraksi yang berkategori kuat
hanya pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu fraksi 2 (10,39 mm). Sedangkan pada bakteri Escherichia Coli
yaitu fraksi 1 (9,12 mm), fraksi 2 (9,16 mm), fraksi 3 (8,14 mm), fraksi 4 (8,25 mm), fraksi 5 (9,13 mm), fraksi 6
(9,12 mm) dapat di kategorikan sedang.
Kata Kunci : fraksi, steroid, terpenoid, Sarcophyton sp., antibakteri.
wilayah kelautan sehingga indonesia Indonesia dengan luas kurang lebih 6 juta
memiliki sumber daya hayati laut yang luas. hektar dengan potensi sumber daya alam
Bahan hayati laut di Indonesia yang sangat yang melimpah. Dimana aset sumber daya
melimpah dapat memberikan kontribusi pesisir dan laut teluk tomini berupa terumbu
dalam kebutuhan pangan maupun karang dan merupakan bagian dari segitiga
kesehatan. Salah satu bahan hayati yang terumbu karang dunia. Teluk ini meliputi
karang yang tersebar mulai dari sabang Sulawesi Utara. Selain itu, terdapat sekitar
sampai Jayapura termasuk daerah sekitar 90 pulau di Teluk Tomini, salah satunya
Sulawesi, Maluku, Sorong, NTB dan NTT adalah kepulauan Togean yang terdapat di
merupakan daerah yang sangat baik untuk Sulawesi Tengah (Tirtawinata, 2013).
Sulawesi, termasuk Teluk Tomini diyakini senyawa bioaktif adalah karang lunak yang
2
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
3
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
maserat disaring dan ditampung dalam atasnya dan permukaan serbuk ditutup lagi
wadah. Residu awal dilakukan remaserasi dengan kertas saring. Pada ekstrak n-heksan
kembali sebanyak 2 kali dengan pelarut fraksinasi dilakukan dengan fase gerak dari
yang sama dan baru. Ekstrak cair hasil pelarut yang kurang polar sampai pelarut
maserasi tersebut dengan perlakuan yang yang lebih polar yaitu menggunakan eluen
sama digabungkan dan dipekatkan n-heksan 100%, n-heksan : etil asetat ( 9:1,
menggunakan rotary evaporator pada suhu 8:2, 7:3, 6:4, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9 ), etil asetat
540C. 100%, etil asetat : methanol (9:1), dengan
Partisi Padat Cair volume eluen masing - masing 25 ml.
Ekstrak karang lunak Sarcophyton sp Kemudian ditotolkan pada lempeng KLT.
sebanyak 20 gram dimasukkan kedalam Kemudian dielusi dengan menggunakan
erlenmeyer yang telah berisi magnetik eluen yaitu : eluen heksan 100% dengan
stirer, kemudian dimasukkan pelarut n- totolan vial nomor 1-11, dengan eluen
heksan sebanyak 30 ml, kemudian distirer heksan : etil asetat (9:1) dengan totolan vial
selama 15 menit, setelah itu dipisahkan nomor 12-35, dengan eluen heksan : etil
ekstrak ekstrak yang larut dengan n-heksan asetat (7:3) dengan totolan vial nomor 18-
dan yang tidak larut dengan n-heksan. 41, dengan eluen heksan : etil asetat (7:3)
Kemudian ekstrak yang tidak larut n-heksan dengan totolan vial nomor 42-63.
diulangi perlakuannya seperti diatas sampai Identifikasi Terpenoid dan Steroid
pelarut n-heksan tidak berwarna lagi. Fraksi ekstrak larut N-heksan karang lunak
Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom Sarcophyton sp ditotolkan pada plat KLT
Vakum Cair (KVC) dan dielusi dengan menggunakan eluen
Pemisahan Komponen Kimia heksan : etil asetat (7:3). Bercak yang
Sebanyak 2,78 gram ekstrak n-heksan terelusi disemprot dengan pereaksi
karaang lunak dikeringkan dengan silika gel Liebermann-Burchard. Uji positif steroid
60 GF254 (Merck) dan diaduk sampai ditandai dengan warna bercak biru
menjadi serbuk kering, kemudian bagian kehijauan. Uji terpenoid ditandai dengan
bawah sinterglass dimasukkan kertas warna bercak merah muda.
saring, kemudian diisi dengan serbuk fase Uji Aktivitas Antibakteri
diam silika gel 60 GF254 (Merck) sampai Sterilisasi Alat dan Bahan
mencapai ketinggian ± ½ dari tinggi Alat–alat yang terbuat dari kaca disterilkan
sinterglass, serbuk sampel ditaburkan di dengan menggunakan oven pada suhu
4
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
1800C selama 2 jam. Alat – alat logam Setelah itu diamati kekeruhannya dan
disterilkan dengan cara dipijarkan dibandingkan dengan standar 0,5 Mc
menggunakan bunsen, sedangkan untuk Farland 1.
medium disterilkan dalam autoklaf pada Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode
suhu 1210C tekanan 2 atm selama 15 paperdisk
menit. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan
Pembuatan Medium didalam LAF (Laminar air flow) dengan
Perbandingan Jumlah Jumlah Nomor vial
Pembuatan medium Nutrient Agar (NA) Nomor eluen pelarut vial
coli) diambil 1 ose digoreskan pada metode difusi agar dengan menggunakan
media agar miring secara zig – zag. proses cara paper disk. Pertama dibuat larutan stok
tersebut dikerjakan secara aseptik pada dengan konsentrasi 0,25% dengan
LAF (Laminar Air Flow). Kemudian melarutkan 2,5 mg fraksi kemudian
selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0C dilarutkan dalam 1 ml pelarut DMSO.
selama 1x24 jam. Kemudian dibuat kontrol positif
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji kloramfenikol 1% dengan cara ditimbang
Diambil sebanyak 1 ose bakteri uji yang 0,01 gram lalu dilautkan dalam 10 ml
telah di remajakan secara aseptik, kemudian DMSO. Kemudian kontrol negatif
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang menggunakan pelarut DMSO. Medium NA
berisi 5 ml NaCl 0,9% kemudian di vortex.
5
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
gram
Berat ekstrak
Karang Lunak
Genus
Berat ekstrak larut heksan (g)
Sarcophyton sp 2,78
6
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
Escherichia Staphylococcu
Bobot fraksi s aureus
Fraksi % rendamen coli
(mg) FI 9,12±0,02 9,46±0,56
Terpenoid
12
Escherichia coli dengan konsentrasi 10
8
0,25%
6
4
2
0
Tabel. 4.4. Hasil pengujian antibakteri ekstrak heksan karang lunak Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi
1 2 3 4 5 6
Sarcophyton
7
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
Grafik. 4.2. hasil pengujian antibakteri fraksi terpenoid dan steroid bioaktif yang terdapat pada karang lunak
ekstrak larut N-heksan dari karang lunak Sarcophyton sp
konsentrasi 0,25 % terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus Sarcophyton sp. lebih mudah larut dalam
metanol.
Tahap ekstraksi dilakukan dengan
merendam simplisia karang lunak dalam
Pembahasan
pelarut metanol hingga seluruh simplisia
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
karang lunak terendam kemudian
adanya senyawa terpenoid dan steroid
dimaserasi selama 3 x 24 jam. Selama
ekstrak larut N-heksan dari karang lunak
proses perendaman dilakukan pengadukan
Sarcophyton sp. yang berpotensi sebagai
sebanyak tiga kali setiap 24 jam guna
antibakteri terhadap bakteri Escherichia
menghomogenkan dan mempercepat kontak
coli dan Staphylococcus aureus. Bahan
antara pelarut dan sampel.
utama yang digunakan dalam penelitian ini
Tahap selanjutnya yaitu tahap pemisahan
adalah karang lunak Sarcophyton sp. yang
yang terdiri penyaringan dan evaporasi.
diperoleh dari pulau togean yng termasuk
Tahap penyaringan yaitu memisahkan
dalam kawasan teluk tomini sulawesi
sampel karang lunak dari pelarutyang telah
tengah, dan telah diidentifikasi di UPT.
mengandung senyawa aktif. Untuk
Sumber Daya Hayati Sulawesi
memisahkan pelarut dari senyawa bioaktif
(HERBARIUM CELEBENSE).
yang terikat, maka dilakukan tahap
Sampel yang sudah kering kemudian di
evaporasi dengan suhu 370C. Penggunaan
ekstraksi menggunakan metode maserasi,
suhu evaporator yang tidak terlalu tinggi
keuntungan menggunakan metode maserasi
(30-40)0C bertujuan untuk mencegah
adalah tidak dipanaskan, sehingga bahan
terjadinya kerusakan senyawa bioaktif.
alam tidak menjadi terurai. Pelarut ekstraksi
Kemudian dilakukan pemisahan senyawa
dengan metode maserasi menggunakan
yang didasarkan pada tingkat kepolaran
metanol, karena metanol adalah pelarut
dengan cara partisi padat cair menggunakan
berbobot molekul rendah yang dapat
pelarut heksan, etil asetat, dan air. Proses
membentuk ikatan hidrogen sehingga dapat
partisi ini dilakukan secara berulang-ulang
larut dan bercampur dengan air hingga
dengan menggunakan pelarut yang sama
kelarutan yang tak terhingga (Romansyah,
hingga pelaut tersebut terpisah dengan
2011). Ikatan hidrogen lebih mudah
ekstrak, kemudian hasilnya di tampung dan
terbentuk pada pelarut metanol sehingga zat
di uapkan, untuk hasil dari ekstak air
8
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
dilakukan proses freece drrying untuk (Gambar. 4.4). Setelah di elusi kemudian
mengeringkan hasil dari ekstrak air yang diamati dibawah lampu UV 254 nm dan
tidak bisa menguap pada suhu kamar 25 – 366 nm, kemudian dilakukan penyemprotan
30 0C. menggunakan pereaksi H2SO4 10%.
Setelah dipartisi selanjutnya Dilakukan Digunakan pereaksi tersebut untuk
proses fraksinasi dengan metode menyatukan fraksi yang memiliki profil
kromatografi vakum cair (KVC). tahap ini noda yang sama yang ditandai dengan spot
digunakan ekstrak n-heksan hasil dai partisi, noda warna ungu muda, dan warna biru
prosses pegelusian menggunakan eluen dari pada plat lempeng KLT. Didapat 6 fraksi
pelarut non polar ke pelarut polar yaitu n- yang memiliki persen recovery 48,23 %,
heksan 100%, n-heksan : etil asetat (9:1, 8:2, didapatkan hasil yang sedikit dikarenakan
7:3, 6:4, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9), etil asetat 100%, pada pengerjaan penyatuan fraksi banyak
etil asetat : methanol (9:1), yang dapat dilihat yang terbuang.
pada tabel 4.1. Menurut Harbone (1987). Kemudian ke 6 fraksi yang sudah disatukan
pemilihan eluen dimulai dari pelarut organik berdasarkan spot noda yang sama kemudian
yang tidak polar seperti heksan dan dilakukan penotolan pada lempeng plat
peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau KLT untuk mengetahui adanya senyawa
pelarut yang lebih polar lainnya. Kemudian terpenoid dan steroid, yang di elusi dengan
hasil eluen heksan : etil (7:3), kemudian diamati
yang didapat ditampung divial dan dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm
diuapkan, diperoleh 63 vial yang kemudian serta disemprotkan dengan pereaksi
ditotolkan pada plat KLT. Lieberman-Burharrd. Dapat dillihat pada
Penotolan pertama fraksi vial nomor 1-11 (Gambar 4.5). Adanya senyawa steroid
yang di elusi dengan eluen heksan 100% ditandai dengan warna bercak biru
(Gambar. 4.1), penotolan kedua fraksi vial kehijauan. Adanya terpenoid ditunjukkan
nomor 12-35 yang di elusi dengan eluen oleh terbentuknya bercak berwarna merah
heksan : etil asetat (9:1) (Gambar. 4.2), muda. Hasil pengamatan terlihat
penotolan ketiga fraksi vial nomor 18-41 penampakan warna biru kehijauan pada
yang di elusi dengan eluen heksan : etil fraksi 1 dan fraksi 2 yang bertanda adanya
asetat (7:3) (Gambar. 4.3), penotolan senyawa steroid. Dan penampakan warna
keempat fraksi vial nomor 42-63 yang di merah muda pada fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4,
elusi dengan eluen heksan : etil assetat (7:3) fraksi 5, dan fraksi 6.
9
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
Selanjutnya ke 6 fraksi tersebut kemudian medium NA yang telah digoresi bakteri uji
dilakukan pengujian antibakteri yang Staphylococcus aureus dan Escherichia
bertujuan untuk melihat besarnya daya coli. Selajutnya paper disk ditetesi dengan
hambat dari ke 6 fraksi terhadap bakteri fraksi yang telah diencerkan sebanyak 5 µl
Staphylococcus aureus dan Escherichia untuk masing-masing paper disk yang
coli, dengan menggunakan metode paper bertujuan memberikan kesetaraan volume.
disk. Pengujian ini menggunakan satu Kemudian masing-masing cawan petri di
konsentrasi yaitu 0,25%, hal ini inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam
dikarenakan hasil fraksi yang diperoleh yang merupakan suhu dan waktu optimum
sedikit. bagi pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Pengujian pertama masing-masing fraksi aureus dan Escherichia coli (Djide, 2008).
diencerkan dengan menggunakan pelarut Berdasarkan (Garfik. 4.1) hasil pengujian
dimetilsulfoksida. Menurut Handayani dkk aktivitas antibakteri fraksi terpenoid dan
(2009) DMSO merupakan salah satu pelarut steroid ekstrak n-heksan karang lunak
yang dapat melarutkan hampir semua Sarcophyton sp pada bakteri Eschericia
senyawa baik polar dan non polar. Bakteri coli didapat hasil zona hambat fraksi 1 yaitu
uji bakteri Staphylococcus aureus dan 9,12 mm, fraksi 2 yaitu 9,16 mm, fraksi 3
Escherichia coli dibuat dalam bentuk yaitu 8,14 mm, fraksi 4 yaitu 8,25 mm,
suspensi bakteri yang tingkat kekeruhannya fraksi 5 yaitu 9,13 mm, dan fraksi 6 yaitu
disesuaikan dengan standar 0,5 Mc. Farland 9,12 mm yang berarti zona hambatnya
1 untuk mengontrol jumlah koloni bakteri berkategori sedang. Dari hasil identifikasi
uji melalui penyetaraan kekeruhan suspensi menggunakan plat KLT pada fraksi 1 dan
bakteri uji jadi 1,5 x 108 CFU/ml. Dan fraksi 2 terdapat bercak noda biru kehijauan
digunakan kontrol positif menggunakan yang bertanda adanya steroid, dan pada
kloramfenikol untuk melihat apakah fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4, fraksi 5, fraksi 6
pengerjaan uji antibakteri baik atau tidak, terdapat bercak noda merah muda yang
dan untuk melihat kebenaran zona hambat menandakan bahwa adanya terpenoid, dapat
yang terihat. dilihat pada (Gambar 4.5). Namun pada
Suspensi bakteri yang sudah dibuat pengujian aktifitas antibakteri pada bakteri
kemudian digoreskan pada medium NA uji Eschericia coli zona hambat berkategori
yang telah memadat didalam cawan petri. sedang.
Kemudian masukkan paperdisk kedalam
10
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
11
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
fraksi 3 yaitu 8,79; fraksi 4 yaitu 8,78; and other miscellaneous mechanisms of
action. ElsevierInc. Part C, 1191-222.
fraksi 5 yaitu 9,12; dan fraksi 6 yaitu 8,78.
Murnarsih, T., (2005). Potensi
2. Saran Mikroorganisme Sebagai Sumber Bahan
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Obat-obatan dari Laut yang Dapat
Dibudidayakan. Oseana, Volume XXIX,
mengenai isolasi terhadap fraksi ekstrak N- Nomor 1 : 1-7. Puslitbang Oseanologi-LIPI.
heksan dari karang lunak Sarcophyton sp Pelczar, M.J., and Chan, E.C.S. (1986).
yang mengandung senyawa terpenoid dan Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta.
Universitas Indonesia Press.
steroid yang berpotensi sebagai antibakteri.
Rabekka, A. L., Usma, P., Evy, R., (2015).
DAFTAR PUSTAKA Uji Antibakteri Ekstrak Batang
Badria FA, Guirguis AN, Perovic S, Steffen Kecombrang (Nicolaia Speciosa Horan)
R, Muller WEG, Schroder HC. (1998). Terhadap Staphylococcus Aureus Dan
Sarcophytolide: a new neuroprotective Escherichia Coli. Universitas Riau :
compound from soft coral Sarcophyton Fakultas Pertanian Universitas Riau.
glaucum. Toxicology 131(3):133-143. Radika, P., (2006). Chemical Constituents
Davis, W., W., and Stouth, T., R. (1971). and Biological activities of The Soft Corals
Disc plate methods of microbiological Of Genus Cladiella, India, Andhra
antibiotic assay. Microbiology. University, Biocemical Sytematics and
Ecology (34). 781 -789.
Djide, N., Sartini. (2008). Analisis
Mikrobiologi Farmasi. Makassar. Fakultas Romansyah, Yudhi, (2011), Kandungan
Farmasi Universitas Hasanuddin. Senyawa Bioaktif Antioksidan Karang
Gunawan, I, W, G., Gede. B., Sutrisnayanti. Lunak Sarcophyton sp. Alami dan
N. L, (2008). Isolasi dan Identifikasi transplantasi di Perairan Pulau Pramuka
Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri Kepulauan Seribu, Fakultas Perikanan dan
Pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Linn), Jurusan Kimia FMIPA Universitas Bogor.
Udayana, Bukit Jimbaran, ISSN 1907-9850. Sawant S, Youssef D, Mayer A, Sylvester
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia P, Wall V, Arant M, El-Sayed K, (2006).
Penuntun Cara Modern Menganalisis Anticancer And Anti - Inflamantory
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. Sulphur - Containing Semisynthetic
Derivatives Of Sarcophine, Chem, Pharm.
Khasanah nur, dkk, (2012). Uji Fitokimia Bull, 54(8): 1119-1123.
Kulit Buah (Rizophora mucronata),
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Suharsono, (2008). Jenis – Jenis Karang di
PMIPA FKIP UNS, Surakarta. Indonesia. Jakarta. LIPI Press.
Mayer, Alejandro MS. et al. (2010). Sukadana, I. M., Sri, R. S., Juliarti. (2008).
Marine pharmacology in 2007–8: Marine Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan
compounds with antibacterial, Triterpenoid Dari Biji Pepaya (Carica
anticoagulant, antifungal, anti- Papaya L.).
inflammatory, antimalarial, antiprotozoal, Tirtawinata, W. (2013). Teluk Tomini
antituberculosis, and antiviral activities; Sebuah Surga Yang Tenggelam. Diambil
affecting the immune and nervous system, dari Situs secara Online dengan Situs Web:
12
Handayani et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (1): 1-9
http://Indonesiadivingschool.Wordpress.co
m/2013/04/13/teluk-tomini-sebuah-surga-
yang-tenggelam.
13