Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Jurnal Biota Vol. 2 No.

1 Edisi Januari 2016 | 106

UJI KADAR ALKOHOL PADA TAPAI KETAN PUTIH DAN


SINGKONG MELALUI FERMENTASI DENGAN
DOSIS RAGI YANG BERBEDA

Zainal Berlian1, Fitratul Aini1, Resti Ulandari2


1
Dosen Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang,
Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No 1 A KM 3.5, Palembang 30126, Indonesia
2
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang,
Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No 1 A KM 3.5, Palembang 30126, Indonesia

E-mail: ulandari_resti@yahoo.co.id (Resti Ulandari),


Telp: 085377565703

ABSTRACT

Alcohol is widely used in industry, such as a solvent, as a synthesis in the chemical industry and at the present
time alcohol is also used to fuel cars. This study aims to determine the differences in the level of alcohol
contained in Tapai white sticky rice and cassava with different doses of yeast. This research was conducted in
the laboratory of Chemical Biology Education Studies Program Faculty of Tarbiyah and Teaching UIN Raden
Fatah Palembang in August 2015. The method used in this study is the experimental method using a completely
randomized factorial design consisting of two factors, namely the type of fermentation ingredients: (Tapai
white sticky rice and cassava) and a dose of yeast (0.5%, 1% and 1.5%) with four replications. Data were
analyzed by ANOVA followed by two lines and test Beda Distance Real Duncan (BJND) at the level of 1%.
Based on the results of the analysis showed that the alcohol content of the type of material the value of F count
= 82.14> F table = 8.29 and yeast dose of F count = 812.14> F table = 6.01. From the results of this study
concluded that: 1) There is a very real difference to the alcoholic content of fermented glutinous white Tapai
and cassava. 2) There is a very real effect of different doses of yeast against alcohol content.

Keywords: alcohol content; cassava; tapai white sticky rice; yeast

PENDAHULUAN misalnya ketan putih dan dari jenis umbi-umbian


Alkohol (C2H5OH) adalah cairan transparan, misalnya singkong.
tidak berwarna, cairan yang mudah bergerak, Indonesia sebagai negara agraris mempunyai
mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter, banyak sumber bahan baku, salah satunya adalah
dan kloroform, diperoleh melalui fermentasi beras ketan putih (Oryza sativa L. var glutinosa)
karbohidrat dari ragi (Prihandana dkk., 2007). yang terdapat cukup banyak di negara kita. Menurut
Menurut Irianto (2006), menyatakan bahwa setelah sumber dari Direktorat Gizi (1981) “dalam”
air, alkohol merupakan zat pelarut dan bahan dasar Haryadi (2013) beras ketan putih (Oryza sativa L.
paling umum yang digunakan di laboratorium dan var glutinosa) merupakan bahan yang mempunyai
di dalam industri kimia. Etil alkohol dapat dibuat kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu
dari apa saja yang dapat difermentasi oleh khamir. 79,40 gram dalam 100 gram bahan.
Salah satu pemanfaatan khamir yang paling penting Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta
dan paling terkenal adalah produk etil alkohol dari Crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat
karbohidrat. Proses fermentasi ini dimanfaatkan lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga
oleh para pembuat bir, roti, anggur, bahan kimia, terbesar setelah padi dan jagung (Badan Litbang
para ibu rumah tangga, dan lain-lain. Pertanian, 2011). Menurut Rahmad Rukmana dan
Karbohidrat merupakan bahan baku yang Yuniarsih (2001) “dalam” Suparti dan Asngad
menunjang dalam proses fermentasi, dimana prinsip (2009), kandungan karbohidrat ketela pohon
dasar fermentasi adalah degradasi komponen pati cukuplah tinggi (36,89 gram), hal ini berpotensi
oleh enzim (Sa’id, 1987 “dalam” Rustriningsih, sebagai bahan alternatif dalam pembuatan alkohol.
2007). Beberapa tumbuhan yang mengandung Karbohidrat akan diubah menjadi gula dan gula
karbohidrat tinggi adalah dari jenis biji-bijian akan diubah menjadi alkohol.
Jurnal Biota Vol. 2 No. 1 Edisi Januari 2016 | 107
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi Palembang yang berlangsung pada bulan Agustus
metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku 2015.
menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti Alat yang digunakan adalah erlenmeyer,
asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika mortar dan alu, spatula, neraca ohauss, daun pisang,
dan biopolimer (Muhidin dkk., 2001). Ragi adalah magic com/pemasak, baskom, pisau, sendok, gelas
suatu inokulum atau starter untuk melakukan ukur, gelas beker, alat titrasi (stip dan biuret), dan
fermentasi dalam pembuatan produk tertentu. pipet tetes.
Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan Bahan yang digunakan adalah beras ketan
CO2 (Rahmawati, 2010). putih, singkong, ragi, larutan indikator fenolftalein
Tapai merupakan salah satu produk hasil 1 % dan larutan NaOH 0,1 N, aquades, air.
fermentasi. Beras, ketan, jagung dan ketela pohon,
dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan Cara Kerja
tape. Bahan-bahan tersebut dikukus hingga matang, Pembuatan Tapai Ketan Putih
dihamparkan ditampah dan setelah dingin dibubuhi Ketan putih sebanyak 0,5 kg
ragi, kemudian campuran itu ditaruh dalam dibersihkan/dicuci. Kemudian dimasak dengan
belangga, ditutup dengan daun pisang dan disimpan panci atau bisa menggunakan magic com. Setelah
dalam tempat yang sejuk. Tak lama kemudian masak kemudian didinginkan di wadah. Selanjutnya
berkhamirlah karena daya kerja organisme- timbang ketan putih dibagi menjadi 3 bagian
organisme yang terdapat dalam ragi (Heyne, 1987 masing-masing seberat 100 g untuk 3 perlakuan
”dalam” Sutriningsih, 2007). Tapi selain itu ragi. Taburkan serbuk ragi masing-masing sebanyak
menurut Yulianti (2014), menyatakan bahwa 0,5%, 1 %, dan 1,5% b/b selanjutnya diaduk sampai
alkohol banyak digunakan dalam industri, rata. Langkah selanjutnya dimasukkan kedalam
diantaranya merupakan pelarut, sebagai sintesis wadah yaitu dari daun pisang ditutup rapat.
dalam Industri kimia dan pada masa sekarang Difermentasi selama 3 hari pada suhu kamar (28 –
alkohol juga digunakan untuk bahan bakar mobil. 30 oC).
Hal ini dapat dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat
67 (Al-Hikmah, 2008). Artinya : Dan dari buah Pembuatan Tapai Singkong
kurma dan anggur, kamu buat minuman yang Singkong sebanyak 0,5 kg dibersihkan/
memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya dicuci. Kemudian dimasak/direbus dengan panci
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda atau bisa menggunakan magic com. Setelah masak
(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. kemudian didinginkan di wadah. Kemudian
Ayat ini menjelaskan, bahwa membuat timbang singkong dibagi menjadi 3 bagian masing-
minuman dari perasan kurma dan anggur, namun masing seberat 100 g untuk 3 perlakuan ragi.
sebagian dari minuman tersebut dapat memabukkan Selanjutnya taburkan serbuk ragi masing-masing
dan sebagian lainnya menjadi sumber rezeki yang sebanyak 0,5%, 1 %, dan 1,5% b/b selanjutnya
dapat dimanfaatkan. Sesungguhnya apa yang diaduk sampai rata. Langkah selanjutnya
diberikan Allah semuanya suci dan murni. Karena dimasukkan kedalam wadah yaitu dari daun pisang
manusia itu sendirilah yang membuatnya tidak suci ditutup rapat. Difermentasi selama 3 hari pada suhu
dan tidak baik. Di antara tumbuh-tumbuhan seperti kamar (28 – 30 oC).
kurma dan anggur punya posisi istimewa dalam
memenuhi kebutuhan pangan manusia. Penghitungan Kadar Etanol
Keanekaragaman produk dari dua nikmat Ilahi ini Massa bahan ditimbang sebanyak 10 gram,
juga sangat banyak. Apa yang diciptakan oleh Allah dimasukkan dalam erlenmeyer ditambah larutan pp
semuanya baik. Kita sebagai manusia yang 3 tetes dan aquades 50 cc. Setelah diaduk dititrasi
terkadang menyalahgunakan dan tidak benar dalam dengan larutan NaOH sampai larutan tapai berubah
memanfaatkan dan mengkonsumsinya. warna menjadi merah muda. Setelah berubah warna
Melihat beberapa manfaat alkohol yang telah titrasi dihentikan kemudian dilihat volume larutan
dijelaskan diatas, maka diperlukan penelitian lebih NaOH yang digunakan yang selanjutnya jumlah
lanjut mengenai pembuatan alkohol yang bersifat tersebut digunakan untuk menghitung kasar kadar
terbarukan yaitu melalui fermentasi bahan ketan alkohol yang terkandung dalam tapai.
putih dan singkong. Selanjutnya data-data yang diperoleh
dimasukkan dalam pengamatan, kemudian dihitung
METODOLOGI PENELITIAN besarnya kadar alkohol dalam tapai dengan rumus
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium (Yulianti, 2014):
Kimia Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Jurnal Biota Vol. 2 No. 1 Edisi Januari 2016 | 108
Kadar Alkohol (%) = (Ts). Faktor 2 Dosis ragi (D) : 0,5 %, 1 % dan 1,5
𝑎×𝑀×𝑀𝑟 𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻×𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 % (Raudah dan Ernawati, 2012).
x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ×100 Data yang diperoleh dianalisa dengan
ANOVA (Analysis of Variances) dengan
Keterangan:a = rata-rata hasil titrasi (ml) Rancangan Acak Lengkap dua jalur. Bila dari hasil
M = molaritas NaOH (0,1N) analisis dengan ANOVA menunjukkan adanya
Mr = masaa relatif C2H5OH = 46 perbedaan yang signifikan antara perlakuan
tersebut, maka dilanjutkan dengan uji BJND
Analisis Data (Widiyaningrum, 2009).
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen
dan rancangan percobaan yang digunakan adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial Uji Kadar Alkohol pada Fermentasi Tapai
terdiri dari dua faktor, yaitu: Faktor 1 Jenis bahan Ketan Putih dan Singkong melalui Fermentasi
tapai (T) : tapai ketan putih (Tk) dan tapai singkong dengan Dosis Ragi yang Berbeda disajikan dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Kadar Alkohol (%) pada Tapai Ketan Putih dan Singkong
Dosis Ragi (%)
Tapai Ketan Putih (%) Tapai Singkong (%)
Jenis Bahan
0,5 0,51 0,38
1 0,58 0,41
1,5 0,67 0,55

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 1) semakin banyak pula. Khamir inilah yang berperan
menunjukkan bahwa setelah dilakukan fermentasi aktif dalam proses fermentasi dengan merombak
menghasilkan kadar alkohol yang berbeda. Hal ini glukosa menjadi alkohol. Menurut Widiyaningrum
menunjukkan bahwa ada pengaruh dosis ragi yang (2009), tinggi rendahnya alkohol yang dihasilkan
digunakan pada saat proses fermentasi terhadap setelah proses fermentasi berhubungan dengan
kadar alkohol pada tapai. Dari hasil perhitungan adanya jumlah khamir yang ada, terjadinya
kadar alkohol pada tapai ketan putih terlihat bahwa pertumbuhan khamir berhubungan dengan aktifitas
kadar alkohol yang paling tinggi diperoleh pada enzim amilase yang mengubah pati menjadi
pemberian dosis ragi 1,5% sebesar 0,67%, maltosa, dan dengan enzim maltase, maltosa akan
kemudian diikuti dosis ragi 1% sebesar 0,58% dan dihidrolisis menjadi glukosa. Dengan adanya
yang yang paling rendah adalah pada pemberian enzim-enzim ini Saccharomyces cerevisiae
dosis ragi 0,5% sebesar 0,51%. Adapun kadar memiliki kemampuan untuk mengkonversi baik
alkohol pada fermentasi tapai singkong dimana gula dari kelompok monosakarida maupun dari
kadar alkohol yang tertinggi diperoleh pada dosis kelompok disakarida. Jika gula yang tersedia dalam
ragi 1,5% dihasilkan kadar alkohol sebesar 0,55%, substrat merupakan gula disakarida maka enzim
kemudian diikuti dosis ragi 1% dihasilkan kadar invertase akan bekerja menghidrolisis disakarida
alkohol sebesar 0,41%, dan yang paling rendah menjadi monosakarida. Setelah itu, enzim zymase
adalah dosis ragi 0,5% dihasilkan kadar alkohol akan mengubah monosakarida tersebut menjadi
sebesar 38%. Dilihat dari hasil penelitian yang alkohol dan CO2.
menggunakan 3 dosis ragi yang berbeda bahwa Adapun hubungan pemberian dosis ragi yang
semakin tinggi dosis ragi yang diberikan maka berbeda terhadap kadar alkohol pada tapai ketan
semakin tinggi kadar alkohol yang dihasilkan. Hal putih dan singkong dapat dilihat pada Grafik 1
ini disebabkan dengan pemberian dosis ragi yang berikut:
semakin banyak berarti memiliki khamir yang
0.8
Kadar Alkohol (%)

0.6
0.4 Tapai Ketan
0.2 Putih
0 Tapai Singkong
0.5 1 1.5

Dosis Ragi (%)


Grafiik 1. Grafik Hubungan Pemberian Dosis Ragi yang Berebeda Terhadap Kadar Alkohol dalam Tapai Ketan Putih dan
Singkong
Jurnal Biota Vol. 2 No. 1 Edisi Januari 2016 | 109
Selanjutnya jika dilihat dari grafik hubungan dibandingkan karbohidrat pada singkong (34,7 g
variasi dosis ragi terhadap kadar alkohol pada tapai per 100 g bahan) (Direktorat Gizi, 1981 “dalam”
ketan putih dan singkong (Grafik 1) dapat diketahui Haryadi, 2013). Dimana kandungan karbohidrat
bahwa tapai ketan putih memiliki kemampuan inilah yang diperlukan oleh khamir Saccharomyces
menghasilkan alkohol paling tinggi bila cerevisiae dalam menghasilkan alkohol. Menurut
dbandingkan dengan tapai singkong. Hal ini Desrosier (1989) “dalam” Simbolon (2008),
disebabkan karena kandungan karbohidrat yang ada semakin banyak jumlah glukosa yang terdapat di
dalam setiap bahan. Menurut Poedjiadi (1994) dalam suatu bahan, maka semakin tinggi jumlah
“dalam” Retno dan Nuri (2011), kandungan alkohol yang dihasilkan dari perombakan glukosa
karbohidrat (zat pati) pada masing-masing bahan oleh jumlah khamir (Saccharomyces cereviceae)
fementasi akan menghasilkan kadar alkohol yang yang tinggi dalam tape yang dibuat.
berbeda. Kandungan pati dalam tapai ketan putih Selanjutnya dilakukan penghitungan analisis
lebih banyak dibandingkan singkong. Ketan putih variansi pola RAL dua jalur dengan 6 perlakuan dan
mempunyai kandungan kabohidrat paling 4 kali ulangan. Adapun hasil anlaisis tersebut
banyak (79,40 g per 100 g bahan) (Direktorat Gizi adalah sebagai berikut:
dan Makanan, 1996 ”dalam” Sefriana, 2012) bila
Tabel 2. Hasil Analisis Variansi RAL 2 Jalur
F
Sumber Variasi db JK KT Fh
tab 1%
6
Antar kolom 3–1=2 0,114 0,057 40,71**
,01
8
Antar Baris 2–1=1 0,115 0,115 82,14**
,29
6
Interaksi (kolom x baris) 2x1=2 0,004 0,002 1,43TN
,01
Galat (24–(3x2) = 18 0,025 0,0014
Total 24 – 1 = 23
**
Keterangan : = sangat nyata (Fhitung > Ftabel 1%)
TN
= tidak nyata (Fhitung < Ftabel 1%)

Berdasarkan hasil analisis data dimana hasil terhadap kadar alkohol. Hal ini menyatakan bahwa
uji statisik dengan perlakuan dosis ragi (antar H1 diterima sedangkan H0 ditolak. Sedangkan untuk
kolom) menunjukkan bahwa F hitung = 40,71 dan interaksi kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa
nilai F tabel 1% = 6,01. Karena nilai F hitung lebih F hitung = 1,43 dan F tabel 1% = 6,01. Karena nilai
besar dari nilai F tabel 1%, artinya perlakuan dosis F hitung lebih kecil dari F tabel memberikan hasil
ragi memberikan hasil yang berbeda sangat nyata yang tidak nyata. Maka tidak ada interaksi antara
terhadap kadar alkohol pada kedua jenis tapai. kedua faktor perlakuan tersebut.
Selanjutnya dilihat dari faktor jenis bahan tapai Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan
ketan putih dan singkong (antar baris) menunjukkan pengaruh dari masing-masing perlakuan dilakukan
bahwa nilai F hitung = 82,14 dan nilai F tabel 1% = uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Jarak
8,29. Karena nilai F hitung lebih besar dari nilai F Nyata Duncan (BJND) pada taraf 1% seperti pada
tabel 1%, artinya perlakuan jenis bahan tabel 3 berikut:
memberikan hasil yang berbeda sangat nyata
Tabel 3. Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) Kadar Alkohol pada Tapai Ketan Putih dan Singkong dengan
Dosis Ragi yang Berbeda
Jurnal Biota Vol. 2 No. 1 Edisi Januari 2016 | 110
Selanjutnya pada uji lanjut BJND (Tabel 3) dan singkong pada taraf signifikasi 1%.
diketahui bahwa kadar alkohol dari setiap faktor Dimana F hitung = 82,14 > F tabel = 8,29.
perlakuan TsD1, TsD2, TkD1, TsD3, TkD2, TkD3 2. Ada pengaruh yang sangat nyata dari dosis
saling berbeda nyata. Dari uji ini diketahui bahwa ragi 0,5%, 1%, dan 1,5% terhadap kadar
dari kedua jenis bahan yang optimum untuk alkohol tapai ketan putih dan singkong pada
menghasilkan kadar alkohol yang tinggi adalah taraf signifikasi 1%. Dimana F hitung = 40,17
tapai ketan putih dan dari ketiga jenis dosis ragi > F tabel = 6,01.
yang berbeda yang optimum adalah dosis ragi
1,5%. DAFTAR PUSTAKA
Adapun mekanisme fermentasi tapai diawali dari [1] Al-Hikmah. 2008. Al- Quran dan
pati yang terdapat dalam tapai ketan putih dan Terjemahannya. Bandung: CV. Diponegoro.
singkong dihidrolisis menjadi glukosa. Menurut [2] Badan Penelitian dan Pengembangan
Groggins (1958) “dalam” Utami dan Noviyanti Pertanian. 2011. Inovasi Pengolahan
(2010) dalam pembuatan tapai tahap hidrolisa Singkong Meningkatkan Pendapatan dan
diwakili oleh tahap perebusan. Didalam proses Diversifikasi Pangan. (Online).http://
hidrolisa terjadi penambahan molekul air pada www.litbang.pertanian.go.id/download/one/1
molekul penyusun pati. Reaksinya dapat dtuliskan 04/file/Manfaat-Singkong.pdf. Diakses 19
sebagai berikut (Matz, 1970 “dalam” Utami dan April 2015.
Noviyanti (2010): [3] Irianto, K. 2006. Mikrobiologi. Bandung :
CV. Yrama Widya.
Hidrolisa [4] Haryadi, H. 2013. Analisa Kadar Alkohol
(C6H10O5)n + n H2O (C6H12O6) Hasil Fermentasi Ketan dengan Metode
Pati Air Glukosa Kromatografi Gas dan Uji Aktifitas
Saccharomyces Cereviceae Secara
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, Mikroskopis. Universitas Diponegoro
dan digunakan pada produksi makanan, namun Semarang. Skripsi.
reaksi fermentasi berbeda-beda tergantung bahan [5] Muhidin N.H., N. Juli, dan I.N.P. Aryantha.
dasar yang digunakan. Adapun persamaan reaksi 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit
kimia pada fermentasi tapai (Matz, 1970 “dalam” Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi.
Utami dan Noviyanti (2010): JMS. Vol. 6. No. 1.
[6] Prihandana, R., Noerwijari, Adinurani,
2(C6H10O5)n + n H2O nC12H22O11 Setyaningsih, Setiadi dan Hendroko 2007.
Amilum/pati Amilase Maltosa Fermentasi Ubi Kayu (Manihot esculenta
Crantz) dan Ubi Jalar (Ipomea batatas L.
C12H22O11 + H2O 2 C6H12O6 Sin). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Maltosa Maltase Glukosa Skripsi.
[7] Rahmawati, A. 2010. Pemanfaatan Limbah
Ragi Kulit Ubi Kayu (Manihot utilissima Pohl.)
C6H12O6 C2H5OH + 2CO2 dan Kulit Nanas (Ananas comosus L.) pada
Glukosa Enzim zimase Alkohol Produksi Bioetanol Menggunakan
[8] Raudah dan Ernawati. 2012. Pemanfaatan
Dimana ketika terjadi proses fermentasi gula Kulit Kopi Arabika dari Proses Pulping untuk
menjadi alkohol terdapat enzim yang berperan Pembuatan Bioetanol. Jurnal Reaksi (Journal
dalam memecah glukosa menjadi alkohol dan CO2 of Science and Technology) Jurusan Teknik
yaitu enzim zimase yang dihasilkan oleh Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe. Vol.
Sacharomyces cereviseae. Menurut Haryadi (2013), 10. No.21. ISSN 1693-248X.
proses ini terus berlangsung dan akan terhenti jika [9] Rustringsih, T. 2007. Pengaruh Penambahan
kadar etanol sudah meningkat sampai tidak dapat Ammonium Sulfat Terhadap Produksi Etanol
diterima lagi oleh sel-sel khamir. pada Fermentasi Beras Ketan Putih (Oryza
sativa L. Var glutinosa) dengan Inokulum
KESIMPULAN Saccharomyces cerevisiae. Universitas
1. Terdapat perbedaan sangat nyata terhadap Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
kadar alkohol hasil fermentasi tapai ketan putih [10] Retno, D. I., dan W. Nuri. 2011. Pembuatan
Bioetanol dari Kulit Pisang. Prosiding
Jurnal Biota Vol. 2 No. 1 Edisi Januari 2016 | 111
Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”
Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia.
ISSN 1693 – 4393.
[11] Sefriana, F. 2012. Variasi Nitrogen dan
Hidrolisis Enzimatis pada Produksi Beta
Glukan Saccharomyces cerevisiae dengan
Medium Onggok Ubi Kayu dan Onggok Umbi
Garut. Universitas Indonesia. Skripsi.
[12] Simbolon, K. 2008. Pengaruh Persentase
Ragi Tape dan Lama Fermentasi terhadap
Mutu Tape Ubi Jalar. Universitas Sumatera
Utara. Skripsi.
[13] Suparti dan Asngad, A. 2009. Lama
Fermentasi dan Dosis Ragi yang Berbeda
pada Fermentasi Gaplek Ketela Pohon
(Manihot utilissima Pohl) Varietas Mukibat
Terhadap Kadar Glukosa dan Bioetanol.
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 10.
No. 1.
[14] Utami, A.T. dan L. Noviyanti. 2010.
Pembuatan Tape Dari Ubi Kayu (Manihot
Utilissima) Yang Tahan Lama. Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Laporan Tugas
Akhir.
[15] Widiyaningrum, C. 2009. Pengaruh Bahan
Penutup Terhadap Kadar Alkohol pada
Proses Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar
Masa Depan. Jakarta : PT. Agromedia
Pustaka.
[16] Yulianti, C. H. 2014. Uji Beda Kadar Alkohol
pada Tape Beras, Ketan Hitam dan Singkong.
Jurnal Teknika. Vol. 6. No. 1.
E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.2, Mei 2013, 1-5 ISSN: 2303-1751

ANALISIS PERCOBAAN FAKTORIAL UNTUK MELIHAT


PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA BLOK ALJABAR
TERHADAP PRESTASI BELAJAR ALJABAR SISWA

NI PUTU AYU MIRAH MARIATI1, NI LUH PUTU SUCIPTAWATI2,


KARTIKA SARI3

1, 2, 3
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali,
e-mail: 1ayumirahmariati@yahoo.com, 2putusuciptawati@yahoo.co.id,
3
sari_kaartika@yahoo.co.id

Abstract

The experimental design was applied in research in many different fields


of science, such as in education, as used in this study. Block algebra visual aids is
a visual aids in the form of the geometry model used to concretize understanding
the variables and constants in the algebra which is an abstract concept. This
visual aids are used as a basis for factoring algebraic forms. In connection with
this, the aims of this research is to determine the effect of the application of
algebra block in student academic achievement in class VII in the field of algebra
in schools categorized as private, SSN (Sekolah Standar Nasional) and the
previously categorized RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). The
method of analysis used in this study was two-factor experimental design in a
randomized block design. The results showed that the academic achievement of
students in the field of algebra after learning with block algebra visual aids
obtained better than the academic achievement of students who received learning
without using block algebra visual aids. Moreover, it also shows that the
categories of schools have a significant effect on student achievement.

Keywords: analysis of variance, experiments design, block algebra visual aids

1. Pendahuluan

Model analisis ragam merupakan suatu jenis dasar model statistik yang pada
dasarnya digunakan untuk menganalisis pengaruh peubah bebas terhadap peubah
tak bebas [4]. Jika 𝑦 merupakan peubah tak bebas yang bersifat kontinu dan
𝑥 peubah bebas yang bersifat kategori maka analisis ragam dapat digunakan.
Secara garis besar rancangan percobaan yang menggunakan analisis ragam dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: rancangan perlakuan yang terdiri dari satu faktor,
dua faktor dan tiga faktor atau lebih, selanjutnya rancangan lingkungan yang
terdiri dari rancangan acak lengkap, rancangan acak kelompok, rancangan bujur
sangkar latin dan rancangan Lattice [3]. Rancangan percobaan dalam penelitian
ini adalah percobaan dua faktor khususnya dalam rancangan acak kelompok yang
diterapkan dalam kasus pendidikan. Pendidikan sangat penting dalam menentukan
kualitas sumber daya manusia. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk

1
1
Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana
Ni Putu Ayu Mirah Mariati, N.L.P. Suciptawati, Kartika Sari Analisis Percobaan Faktorial

melihat kualitas pendidikan adalah prestasi belajar siswa. Secara umum, prestasi
belajar siswa di bidang matematika termasuk aljabar tergolong sangat rendah[5].
Hal ini terjadi karena beberapa hal, antara lain penerapan metode pembelajaran
yang kurang tepat. Sehubungan dengan pembelajaran aljabar, terdapat suatu
metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok aljabar. Melalui
penggunaan alat peraga tersebut, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam
bentuk model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang,
diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami [6].
Berikut ini diberikan contoh penggunaan alat peraga blok aljabar untuk
memfaktorkan bentuk aljabar. Perhatikan alat peraga berikut ini:
Alat peraga blok yang menunjukkan faktorisasi dari –x2 + 3x – 2 adalah
x -1 -1

-x2 x x x -1 -1
-x -x
-x+1
-x+2 1 1
-x 1 1 x -1 -1
x
x-2
x
x-1
-1 -1
-x 1 1
Dengan menggunakan konsep menghitung luas persegi panjang diperoleh bahwa
faktorisasi dari –x2 + 3x – 2 adalah (-x+1) (x-2) atau (x-1) (-x+2).
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
blok aljabar, dilakukan penelitian membandingkan prestasi belajar siswa hasil
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga blok aljabar dan tanpa
menggunakan alat peraga blok aljabar. Penelitian ini dilakukan pada tiga kategori
sekolah, yaitu swasta, Sekolah Standar Nasional (SSN) dan sekolah yang
sebelumnya berkategori Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

2. Metode Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pre-test dan diakhiri dengan post-test. Dari
nilai pre-test setiap kelas dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok
siswa dengan kategori nilai tinggi, sedang dan rendah. Dari kelompok siswa
tersebut juga diperoleh rata-rata post-test dalam kelompok tinggi, sedang dan
rendah. Selanjutnya, dari rata-rata nilai post-test kemudian dianalisis
menggunakan Percobaan Dua Faktor dalam Rancangan Acak Kelompok yang
disingkat dengan RAK Faktorial. Untuk tabulasi data hasil percobaan menurut
kelompok dan kombinasi pada Percobaan Dua Faktor dalam Rancangan Acak
Kelompok dapat dilihat pada Tabel 1[2].

2
E-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 2, Mei 2013, 1-5

Tabel 1. Tabulasi Data Menurut Kelompok dan Kombinasi Perlakuan


Faktor B Total
Faktor A Kelompok B0 B1 B2 (Yi..)
1 Y111 Y121 Y131
2 Y112 Y122 Y132
3 Y113 Y123 Y133
A1 Total (Y1j.) Y11. Y12. Y13. Y1..
1 Y211 Y221 Y231
2 Y212 Y222 Y232
3 Y213 Y223 Y233
A2 Total (Y2j.) Y21. Y22. Y23. Y2..
Total Y.1. Y.2. Y.3. Y…

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan nilai rata-rata post-test pada masing-masing kategori


diperoleh hasil seperti pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2.Tabulasi Data Menurut Kelompok, Faktor Metode dan Kategori Sekolah
Kategori Sekolah (B)
Metode Pembelajaran (A) Kelompok (r) RSBI SSN Swasta Total
Tinggi 91,54 90,77 75,71 258,02
Menggunakan Alat Peraga Sedang 90 78,82 72,14 240,96
Blok Aljabar Rendah 78,75 78,33 60,83 217,91
260,29 247,92 208,68 716,89
Tinggi 85 82,73 62,5 230,23
Tanpa Menggunakan Alat Peraga Sedang 81,54 75 61,67 218,21
Blok Aljabar Rendah 52,22 48 46,36 146,58
Total 218,76 205,73 170,53 595,02
479,05 453,65 379,21 1.311,91
Sebelum melakukan pengujian analisis ragam, berikut ini akan dilakukan
pengujian asumsi analisis ragam:
Residual Plots for Nilai
No rmal Pro babilit y Plo t o f t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values
99 10

90 5
Residual
Percent

50 0

10 -5

1 -10
-10 -5 0 5 10 50 60 70 80 90
Residual Fitted Value

Hist o gram o f t he Residuals Residuals Versus t he Order o f t he Dat a


4 10

3 5
Frequency

Residual

2 0

1 -5

0 -10
-8 -4 0 4 8 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Residual Obser vation Or der

Gambar 1. Output Pengujian Asumsi


Pada Gambar 1 diintepretasikan bahwa berdasarkan hasil plot residuals
versus the order of the data yang berbentuk acak menunjukkan bahwa residual
bersifat bebas, sedangkan hasil plot residuals versus the fitted values yang tidak
menunjukkan pola tertentu mengindikasikan bahwa ragam residual bersifat
Ni Putu Ayu Mirah Mariati, N.L.P. Suciptawati, Kartika Sari Analisis Percobaan Faktorial

homogen dan hasil plot normal probability plot of the residuals yang membentuk
pola garis lurus menunjukkan bahwa residual menyebar normal. Dengan demikian
asumsi-asumsi pada analisis ragam telah terpenuhi. Langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis dengan menggunakan RAK Faktorial dan hasilnya adalah
sebagai berikut.

Analysis of Variance for Nilai, using Adjusted SS for Tests


Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Kelompok 2 1395.92 1395.92 697.96 17.43 0.001
Metode 1 825.13 825.13 825.13 20.61 0.001
Kategori Sekolah 2 897.47 897.47 448.74 11.21 0.003
Metode*Kategori Sekolah 2 1.57 1.57 0.78 0.02 0.981
Error 10 400.44 400.44 40.04
Total 17 3520.52
S = 6.32802 R-Sq = 88.63% R-Sq(adj) = 80.66%

Dari output terlihat bahwa faktor kelompok, metode dan kategori sekolah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di bidang
aljabar. Selanjutnya, dengan α = 0,05 tampak bahwa prestasi belajar siswa yang
diperoleh melalui pembelajaran dengan alat peraga blok aljabar berbeda dengan
prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui pembelajaran tanpa menggunakan
alat peraga blok aljabar. Rata-rata prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga blok aljabar adalah 79,65 sedangkan rata-rata prestasi
siswa yang diberi pembelajaran tanpa menggunakan alat peraga blok aljabar
adalah 66,11. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa hasil pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga blok aljabar lebih baik daripada prestasi belajar
siswa tanpa menggunakan alat peraga blok aljabar.
Sebagai langkah berikutnya dilakukan analisis lanjutan (perbandingan nilai
tengah perlakuan) yang dilakukan apabila perlakuan yang digunakan lebih dari
dua[1]. Metode yang dapat digunakan untuk membandingkan nilai tengah
perlakuan adalah beda nyata terkecil (BNT) untuk faktor kategori sekolah.

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)


Adapun hipotesis dari perbandingan dengan metode BNT adalah sebagai
berikut: H0: 𝜇𝑖 = 𝜇𝑖 , dan H1: 𝜇𝑖 ≠ 𝜇𝑖 ,
Berdasarkan hasil analisis data, Faktor Kategori Sekolah berpengaruh nyata
sehingga selanjutnya adalah menghitung uji BNT pengaruh utama kategori
sekolah yang akan dibahas berikut ini.

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
Level N Mean StDev --------+---------+---------+---------+-
RSBI 6 79.84 14.38 (-----------*----------)
SSN 6 75.61 14.57 (-----------*----------)
Swasta 6 63.20 10.28 (----------*-----------)
--------+---------+---------+---------+-
60 70 80 90
Pooled StDev = 13.22

4
E-Jurnal Matematika Vol. 2, No. 2, Mei 2013, 1-5

Berdasarkan output di atas siswa yang bersekolah di sekolah yang sebelumnya


berkategori RSBI dengan sekolah yang berkategori SSN tidak memiliki perbedaan
kemampuan yang signifikan sedangkan sekolah berkategori SSN dan yang
sebelumnya berkategori RSBI memiliki perbedaan kemampuan dengan sekolah
yang berkategori swasta.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ketiga kategori sekolah


diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa di bidang aljabar yang diperoleh setelah diberikan
pembelajaran dengan alat peraga blok aljabar lebih baik, dibandingkan prestasi
belajar siswa yang diberikan pembelajaran tanpa alat peraga blok aljabar.
2. Kategori sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
siswa di bidang aljabar.

Daftar Pustaka

[1] Hanafiah, Kemas Ali. 2003. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
[2] Mattjik, Ahmad Ansori dan Sumertajaya, I Made. 2000. Perancangan
Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi kesatu:IPB PRESS
Bogor.
[3] Montgomery Douglas C. 1991. Design and Analysis of Experiment, Third
Edition. John Wiley & Sons.
[4] Neter, J., W. Wasserman, dan M.H Kutner. 1997. Model Linear Terapan,
Buku III: Analisis Ragam. Diterjemahkan oleh: Bambang Sumantri.
[5] Sadiman, Arief., dkk. 2009. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
[6] Sobel, Max A. dan Maletsky, Evan M. 2004. Mengajar Matematika. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

You might also like