Professional Documents
Culture Documents
Nilai Budaya Suku Bajo-Dikonversi
Nilai Budaya Suku Bajo-Dikonversi
Nilai Budaya Suku Bajo-Dikonversi
(Susiati)
Susiati
Universitas Iqra Buru
JL. Universitas, Namlea, Kabupaten Buru, Maluku
Pos-el: kaledupa123@gmail.com
(Diterima: 12 November 2018; Direvisi: 14 Desember 2018; Disetujui: 19 Desember 2018)
Abstract
This study aims to describe cultural values of the Bajo Sampela Ethnic Group in The Mirror Never Lies
film by Kamila Andini. This research is a qualitative research. Data is collected using the audio visual method,
namely by seing and hearing an object from the pictures and sound. While, the data collection technique used
the tecnique to see and note. The data were analyzed descriptively according to the theory of classification of
cultural values by Koentjaraningrat. The results of the study indicate that cultural values of the Bajo Sampela
Ethnic Group in The Mirror Never Liesfilm by Kamila Andini covering: (1) system of belief, the SBS community
still trusted the sandro (the shaman); (2) system of knowledge, covering knowledge of nature, plants, animals,
the nature and behavior of fellow humans, space and time; (3) system of technology, including production
equipment, containers/places, weapons, food and beverages, clothing, shelter or houses, transportation
equipment; (4) system of society, SBS is very upholding togetherness, helping each other, and entertaining each
other; (5) system of livelihood, SBS cultivates seaweed (gelatin), fishes and sells it within SBS community or in
the market; (6) language, Bajo and Bahasa Indonesia are used among the SBS community; (7) art, SBS has
sound and dance arts.
Keywords: culture value, film, bajo sampela ethnic group
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya Suku Bajo Sampela (SBS) dalam film
The Mirror Never Lies karya Kamila Andini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan
dengan menggunakan metode audio visual, yakni dengan melihat dan mendengar suatu objek dari gambar dan
suara. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Data dianalisis secara
deskriptif sesuai dengan teori penggolongan nilai kebudayaan Koentjaraningrat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai-nilai budaya suku Bajo Sampela dalam film The Mirror Never Lies karya Kamila Andini meliputi
(1) sistem kepercayaan, masyarakat SBS masih mempercayai sandro (dukun); (2) sistem pengetahuan, meliputi
pengetahuan tentang alam, tumbuhan, binatang, sifat dan tingkah laku sesama manusia, ruang dan waktu; (3)
sistem teknologi, meliputi alat-alat produksi, wadah/tempat, senjata, makanan dan minuman, pakaian dan
perhiasan, tempat berlindung atau rumah, dan alat transportasi. (4) sistem kemasyarakatan, SBS sangat
menjunjung kebersamaan, saling tolong menolong, dan saling menghibur. (5) sistem mata pencaharian, SBS
membudidaya rumput laut (agar-agar), mencari ikan, dan menjualnya di lingkungan SBS atau di pasar; (6)
bahasa, SBS saat berinteraksi menggunakan bahasa Bajo dan bahasa Indonesia; (7) kesenian, SBS mempunyai
seni suara dan tarian.
Kata-kata Kunci: nilai budaya, film, suku Bajo Sampela
2
Nilai Budaya Suku …. (Susiati)
kebutuhan material duniawinya maupun
kehidupan spiritual rohaninya hubungan dengan sesama, yakni menjalin
mendatangkan ketidakpuasaan terhadap keakraban dan kebersamaan baik antarsuku
kehidupan. Kehidupan selalu dilihat sebagai Bajo Sampela maupun masyarakat di luar
masalah. Sastra selalu mengarah pada suku Bajo Sampela, dan persepsi waktu
persoalan budaya semacam itu mencoba yang menjadi kepercayaan oleh masyarakat
memahami kehidupan, melihat persoalan suku Bajo. Film The Mirror Never Lies
kehidupan, memberi makna terhadap menjadi film terbaik di kawasan Asia
kehidupan, dan mencari dasar persoalan Pasifik setelah menang di ajang
(Sumardjo, 1995). penghargaan International, 6th Asia Pacific
Karya sastra khususnya film setiap Screen Awards yang digelar di Brisbane
pemunculannya mencerminkan suatu Australia, 23 November 2012.
keadaan masyarakat tertentu yang memuat Penilitian ini bertujuan untuk
pengalaman manusia secara menyeluruh mendeskripsikan nilai budaya suku Bajo
atau merupakan suatu terjemahan tentang Sampela dalam film The Mirror Never
realita sosial, perjalanan hidup yang Lieskarya Kamila Andini.
bersentuhan dengan kehidupan manusia itu
sendiri. Film merupakan hasil dialog yang LANDASAN TEORI
mengangkat dan mengungkapkan kembali Sosiologi Sastra
berbagai permasalah hidup dan kehidupan Dalam pandangan sosiologi sastra,
manusia. Setelah melalui penginderaan dan karya sastra dilihat hubungannya dengan
penghayatan secara intensif, selektif, dan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu
subjektif yang diolah dengan daya imajinatif mencerminkan kenyataan. Kenyataan yang
dan kreatif oleh pengarang ke dalam bentuk dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang
dunia perfilman sehingga terlihat berada di luar karya sastra dan yang diacu
penggambaran film tersebut mampu oleh karya sastra.
memberikan kontribusi kepada penonton Menurut Wolf (dalam Faruk, 2012),
untuk mengungkapkan sisi lain kehidupan sosiologi sastra merupakan disiplin yang
manusia. tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan
Kamila Andini adalah seorang baik. Terdiri dari studi-studi empiris dan
sutradara yang sangat produktif. berbagai percobaan pada teori yang agak
Kemampuannya di dunia perfilman telah lebih general, yang masing-masing hanya
memberikan kontribusi yang besar bagi mempunyai kesamaan dalam hal bahwa
kemajuan perfilman yang berkualitas di semuanya berurusan dengan hubungan
Indonesia. Film The Mirror Never Lies sastra dengan masyarakat.
karya Kamila Andini merupakan salah satu Menurut Laurenson dan
film yang menggambarkan realita kehidupan Swingewood (dalam Endraswara, 2008),
sosial budaya suku Bajo Sampela, film ini pada prinsipnya terdapat tiga perspektif
sangat sarat dengan nilai budaya. Misalnya, berkaitan dengan sosiologi sastra, yakni (1)
hakikat hidup yang dimiliki oleh seorang penelitian yang memandang karya sastra
perempuan dan anaknya yang ditinggal mati sebagai dokumen sosial yang di dalamnya
oleh suaminya saat pergi melaut; hakikat merupakan refleksi situasi pada masa sastra
kerja yang dimiliki oleh masyarakat suku tersebut diciptakan; (2) penelitian yang
Bajo dominan melaut (sebagai nelayan), mengungkap sastra sebagai cermin situasi
hubungan masyarakat suku Bajo dengan sosial penulisanya, dan (3) penelitian yang
alam, yakni dengan menjaga ekosistem laut, menangkap sastra sebagai manifestasi
peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.
Budaya
Istilah budaya berasal dari bahasa Inggris, yakni Culture, yang artinya
3
Totobuang, Vol. 6, No. 2, Desember 2018: 297—311
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah budaya suku Bajo Sampela dalam film The
dan bertani. Dari segi arti ini kebudayaan Mirror Never Lies karya Kamila Andini.
sebagai segala daya dan aktivitas manusia Berikut ini adalah penjelasan
untuk mengolah dan mengubah alam. mengenai ciri-ciri kebudayaan:
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, a. Kebudayaan merupakan budaya sendiri
yaitu budidhaya, bentuk jamak dari buddhi yang berada di daerah tersebut dan
yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa dipelajari.
Latin makna ini sama dengan colere yang b. Bisa disampaikan kepada setiap orang
berarti mengolah, mengerjakan, terutama dan setiap kelompok serta bisa
menyangkut tanah. Konsep tersebut lambat diwariskan dari setiap generasi.
laun berkembang menjadi segala upaya serta c. Bersifat dinamis, artinya suatu sistem
tindakan manusia untuk mengolah tanah dan yang dapat berubah sepanjang waktu
mengubah alam (Wiranata, 2002). atau mengikuti perkembangan jaman.
Pengertian kebudayaan merupakan d. Bersifat selektif, artinya mencerminkan
mekanisme kontrol bagi tingkah laku sosial pola perilaku pengalaman manusia
anggota masyarakat pendukungnya, Geert secara terbatas.
(dalam Depdikbud, 2003). Sama halnya e. Memiliki unsur budaya dan saling
dengan yang dikemukakan oleh Spardley berkaitan satu dengan yang lainnya.
(dalam Wiranata, 2002) bahwa kebudayaan f. Etnosentrik, artinya menganggap
adalah pengetahuan yang diperoleh dan budaya sendiri sebagai budaya terbaik
digunakan oleh manusia atau menganggap budaya orang lain
menginterpretasikan pengalaman dan sebagai budaya standar.
menggerakkan kegiatan sosial. Dalam
batasan itu kebudayaan boleh dikatakan Nilai Budaya
sebagai pengetahuan manusia tentang etika Nilai budaya merupakan tingkat
dan aturan yang hanya mungkin diperoleh yang paling abstrak dari adat, hidup berakar
dalam kehidupan bermasyarakat. dalam alam pikiran masyarakat dan sukar
Koentjaraningrat (2005) mengatakan diganti dengan nilai budaya lain dalam
bahwa unsur kebudayaan yang dianggap waktu singkat. Seperti yang diungkapkan
sebagai cultural universals, yaitu (1) religi oleh Koentowidjoyo (2000) bahwa inti
dan sistem kepercayaan; (2) sistem kebudayaan yang mempengaruhi dan
pengetahuan; (3) sistem teknologi misalnya menata elemen-elemen yang ada pada
menyangkut cara-cara atau teknik struktur permukaan kehidupan manusia
memproduksi, memakai, serta memelihara yang meliputi perilaku sebagai kesatuan
segala peralatan dan perlengkapan; (4) gejala baik berupa perilaku seni, perilaku
sistem kemasyarakatan misalnya sistem spritual, perilaku ekonomi, perilaku politik,
kekerabatan, organisasi politik, sistem dan perilaku lain dalam kehidupan dan
hukum, sistem perkawinan; (5) sistem mata benda-benda sebagai kesatuan material.
pencaharian dan sistem ekonomi; (6) bahasa Sistem ini juga merupakan pedoman bagi
sebagai media komunikasi baik lisan sistem perilaku manusia dalam tingkat yang
maupun tulisan; (7) kesenian mencakup seni lebih konkret, seperti norma, aturan-aturan,
rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya. dan hukum.
Ketujuh unsur itulah yang dijadikan Koentjaraningrat (dalam Prihatmi,
pula oleh peneliti untuk menggali nilai 2003) menyebutkan bahwa ada lima prinsip
dasar orientasi budaya jawa, yakni
1. Hakikat hidup
2. Hakikat karya dan etos kerja
3. Hakikat hubungan dengan alam
4. Hubungan dengan sesama 5. Persepsi tentang waktu
4
Nilai Budaya Suku …. (Susiati)
5
Totobuang, Vol. 6, No. 2, Desember 2018: 297—311
kekuatan bahwa sebuah sastra dipandang
sebagai hasil budaya yang sangat diperlukan 3. Penganalisisan data, yakni semua data
masyarakat. Sastra merupakan media yang telah diklasifikasi dianalisis dengan
komunikasi yang mampu merekam gejolak mendeskripsikan secara mendetail
hidup masyarakat dan sastra mengabdikan permasalahan yang ada dalam penelitian
diri untuk kepentingan masyarakat (Semi, ini berupa nilai-nilai budaya suku Bajo
2012). Sampela dalam film The Mirror Never
Lies karya Kamila Andini.
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam PEMBAHASAN
penelitian ini adalah metode audio visual, Pembahasan dalam penelitian ini akan
yakni dengan melihat dan mendengar suatu mendeskripsikan nilai budaya suku Bajo
objek dari gambar dan suara. Sementara, Sampela dalam film The Mirror Never Lies
teknik pengumpulan data menggunakan yang menjadi fokus masalah.
teknik simak. Teknik simak dilakukan oleh
peneliti dengan menyimak dan melihat Nilai Budaya Suku Bajo Sampela dalam
secara teliti keseluruhan film The Mirror Film The Mirror Never Lies
Never Lies karya Kamila Andini yang Film The Mirror Never Lies sarat
berupa gambar-gambar yang mencerminkan dengan nilai budaya suku Bajo Sampela,
nilai budaya suku Bajo Sampela dalam film pengarang film tersebut memandang bahwa
The Mirror Never Lies karya Kamila pendeskripsian kehidupan suku Bajo
Andini. Sampela patut didokumentasikan karena
kehidupan masyarakatnya masih kental
Sumber dan Jenis Data dengan adat istadat dari leluhur mereka.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Terbukti dengan film The Mirror
film The Mirror Never Lies karya Kamila Never Lies tersebut kehidupan sosial,
Andini. Jenis data dalam penelitian ini budaya, dan kemasyarakatan suku Bajo
adalah gambar yang berupa adegan atau Sampela terangkum dengan apik dalam film
akting yang menggambarkan nilai budaya tersebut. Dalam mendeskripsikan nilai
suku Bajo Sampela dalam film The Mirror budaya suku Bajo Sampela dalam film The
Never Lieskarya Kamila Andini. Mirror Never Lies karya Kamila Andini,
penulis menggunakan teori unsur
Teknis Analisi Data kebudayaan Koentjaraningrat yang meliputi
Analisis data dalam penelitian ini tujuh jenis unsur, yakni sistem
sebagai berikut: agama/kepercayaan, sistem pengetahuan,
1. Pengidentifikasian data, yakni sistem teknologi, sistem kemasyarakatan,
mengidentifikasi nilai-nilai budaya suku sistem mata pencaharian, bahasa, dan
Bajo Sampela melalui adegan atau kesenian.
akting antartokoh dalam film The Mirror Adapun nilai-nilai budaya suku Bajo
Never Lies karya Kamila Andini. Sampela dalam film The Mirror Never Lies
2. Pengklasifikasian data, yakni karya Kamila Andini sebagai berikut:
mengklasifikasi adegan atau akting yang
mencerminkan nilai budaya suku Bajo 1. Sistem Kepercayaan
Sampela dalam film The Mirror Never a. Percaya kepada dukun (Sandro)
Lies karya Kamila Andini. Unsur kepercayaan adalah unsur yang
sangat penting bagi manusia, karena kadang-
kadang manusia mempunyai masalah
kehidupan yang begitu sulit untuk dihadapi
yang bersifat tidak masuk akal.
Dalam unsur ini, memperlihatkan kepercayaan suatu masyarakat dalam
6
Nilai Budaya Suku …. (Susiati)
memahami suatu masalah yang mereka
hadapi. Sistem pengetahuan berfungsi untuk
Budaya suku Bajo Sampela masih memenuhi rasa ingin tahu manusia terhadap
dominan mempercayai sandro (dukun). suatu ilmu. Manusia dapat memenuhi
Terlihat dalam film The Mirror Never Lies , kebutuhan hidup melalui sistem
tokoh Pakis menggunakan Dukun dalam pengetahuan. Dengan adanya rasa ingin tahu
melihat nasib ayahnya yang hilang pada saat maka manusia akan bertanya setelah
melaut. mengaplikasikannya.
Media yang di gunakan oleh sang Adapun sistem pengetahuan suku Bajo
Dukun untuk melihat bayangan ayah si Sampela dalam film The Mirror Never Lies,
Pakis, yakni dengan segelas air putih, yakni
pedupa (bara api yang dibubuhi dengan a. Pengetahuan Tentang Alam
dupa), dan cermin. Cara pelaksanaannya Pengetahuan suku Bajo Sampela
adalah cermin tersebut diputar-putar di atas tentang alam sangat tinggi khususya tentang
pedupaan, kaca cerminnya menghadap ke keadaan alam di laut. Pengetahuan yang
bawah tepat terkena oleh asap pedupaan mereka miliki meliputi pengetahuan musim
tersebut, setelah itu disimpan di atas gelas dan juga gejala alam. Pengetahuan tentang
yang terisi air putih yang sudah di bacakan alam ini diperoleh melalui kegiatan sehari-
mantra, kemudian tidak lama kemudian hari suku Bajo seperti berlayar dan melaut
cermin tersebut diberikan kepada si Pakis (mencari ikan). Berikut bukti data:
untuk melihat bayangan ayahnya di cermin
tersebut. Berikut ini gambar dan tuturan
contoh data dalam film The Mirror Never
Lies:
8
Nilai Budaya Suku …. (Susiati)
9
Totobuang, Vol. 6, No. 2, Desember 2018: 297—311
dijadikan treatment rambut; jirigen
digunakan untuk wadah penyimpanan air
dan wadah untuk mengambil air di sumur
atau pada penjual air; piring dan gelas
digunakan untuk alat tempat makanan dan
(Gambar III) (Gambar IV)
minuman; gayung digunakan sebagai timba
untuk mengambil air dari wadah yang besar
ke wadah yang kecil; cerek digunakan untuk
wadah air minum. Alat kukusan tersebut
berbahan dasar daun kelapa yang dianyam
dalam bentuk kerucut.
(Gambar V)
10
Nilai Budaya Suku …. (Susiati)
lainnya), tempurung kelapa (wadah untuk
kelapa yang sudah diparut, lalu kelapa menangkap ikan dalam skala besar secara
tersebut dijadikan treatment rambut), talang bersamaan. Gambar IV terdapat senjata
(tempat untuk jajakan jualan), gayung berjenis sangkar yang biasa disebut dengan
(tempat menimba air dari ember besar atau polo. Perangkap ini digunakan oleh SBS
guci), tapis/gugura’a (tempat tirisan untuk untuk menangkap ikan baik ikan besar
meniris kaopi yang akan dimasak untuk ataupun kecil. Alat ini dimasukkan ke dasar
kasoami), piring dan gelas (tempat untuk laut dan dipasang umpan di dalammya, jika
makanan dan minuman). ikan masuk ke dalam polo tersebut akan
c. Senjata susah untuk keluar lagi. Alat ini sangat
Senjata yang dipakai pada masyarakat aman digunakan karena tidak merusak biota
suku Bajo Sampela masih bersifat laut di sekelilinnya.
tradisional. Dalam film The Mirror Never
Lies senjata-senjata yang dideskripsikan
d. Makanan dan minuman
antara lain parang, tombak, jaring, senapan
Makanan tradisional suku Bajo
panah, dan alat pancing. Berikut bukti data:
Sampela adalah kasoami (makanan yang
terbuat dari ubi kayu yang dikukus), ikan
parende (ikan kuah kuning yang dicampur
garam dan asam), ikan perangi (sashimi;
ikan mentah yang dipisahkan dari tulangnya
setelah itu diiris tipis-tipis, selanjutnya
dicampur dengan jeruk nipis, garam lalu di
remas-remas sampai rasa amisnya hilang),
(Gambar I) (Gambar II) nasi jagung (beras yang dikukus/dimasak
dengan jagung), ikan bakar, teripang, bulu
babi, rumput laut. Sementara, minuman
tradisional suku Bajo Sampela adalah air
putih.
g. Alat transportasi
Ilustrasi gambar dalam film The Mirror Alat transportasi yang digunakan oleh
Never Lies di atas mendeskripsikan berbagai suku Bajo Sampela adalah sampan (lepa-
macam pakaian yang sering dipakai oleh lepa), jonson, dan kapal.
SBS. Pada gambar di atas menampakkan
pakaian khas masyarakat SBS, yakni
penutup kepala (kampuru). Penutup kepala
sering dipakai SBS saat mereka ingin
melaut. Penutup kepala tersebut dari sarung
atau selendang yang dililit di atas kepala.
Hal ini digunakan untuk menghindari terik
matahari dan hembusan angin.
h. Bentuk permainan
Bentuk permainan anak-anak SBS
adalah burung, penyu, dan binatang laut
12
Nilai Budaya Suku …. (Susiati)
4. Sistem kemasyarakatan
Dalam kehidupan masyarakat SBS
biasanya diatur oleh suatu aturan atau adat
istiadat tentang kesatuan dalam suatu
lingkup. Sistem kekerabatan suku Bajo
Sampela dalam film The Mirror Never Lies
6. Bahasa
sangat berpengaruh seperti saling tolong
Bahasa adalah suatu unsur kebudayaan
menolong, hidup rukun antarwarga,
yang digunakan untuk berinteraksi
membantu warga yang membutuhkan.
antarsesama masyarakat. Suku Bajo
Seperti yang terlihat pada ketiga gambar di
Sampela dalam berinteraksi antarmereka
bawah ini, mereka sering memasak bersama-
menggunakan bahasa Bajoe dan bahasa
sama di pekarangan rumah, dan saling
Indonesia, kadang-kadang saat mereka
membantu saat melaut. Berikut bukti data:
berinteraksi dengan masyarakat Kaledupa
biasanya menggunakan bahasa Kaledupa.
Hal ini dipengaruhi karena letak suku Bajo
Sampela berada di Kecamatan Kaledupa,
Kabupaten Wakatobi.
309
Totobuang, Vol. 6, No. 2, Desember 2018: 297—311
Dalam film The Mirror Never Lies segala upaya pengobatan tradisional suku
karena yang digambarkan adalah totalitas Bajo. Kebiasaan ini dilakukan bila ada salah
kehidupan dan kebudayaan suku Bajo satu di antara mereka mengalami sakit keras
Sampela sehingga bahasa yang mereka dan tidak dapat disembuhkan dengan cara
gunakan adalah bahasa Bajoe dan bahasa lain atau pengobatan medis. Tradisi duata
Indonesia. Berikut bukti data: juga dapat dilakukan dalam acara syukuran
dan hajatan, dan penyambutan tamu. Hal
yang dilakukan ini sudah menjadi turun
temurun di suku Bajo Sampela. Berikut
bukti data:
BURU, U. I.
MODEL
KOOPERAT
IF
LEARNING
TIPE STAD
DALAM
MENINGKA
TKAN
KEMAMPU
AN
MENGAPR
ESIASI
CERITA
FIKSI DI
SD NEGERI
1 NAMLEA.
315