Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Contents available at: www.repository.unwira.ac.

id

https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v4i1.84

Ekspresi puitik sakral pada bentuk arsitektur Gereja Protestan di


Indonesia bagian Barat (GPIB) Paulus di Jakarta
Tine Abrianti, Purnama Salura*

Program Studi Magister Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan


Jl. Merdeka no. 30, Bandung, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history: Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja
Received July 18, 2019 Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Paulus in Jakarta
Received in revised form July 28, 2019
Accepted September 25, 2019 Church architecture shows the expression of its functions in layers.
Available online December 16, 2019 The first layer can be captured in a perception through its expression
indicating sacred functions. The next layer was captured
associatively on its influenced expression of church tradition and
Keywords:
ideology. In the highest layer the sacred expression is displayed
Church architecture
poetically. The poetic expression appearing in church architecture
Poetic expression
strongly supports its sacred functions. The nature of poetic that
Sacred expression
evokes the feeling and evoked imagination fits perfectly with the
sacred functions of the Church as a threshold that marks the
differences of the profane and sacred worlds, to deliver the
congregation to God that is worshipped. The study aims to trace the
*
Corresponding author: Purnama Salura entire relationship between the architectural form and space of the
Program Studi Magister Arsitektur, Fakultas GPIB Paulus church with the sacred poetic expression shown. The
Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, results of the study are expected to add to the concept of church
Indonesia architecture as well as for related research. The method used in this
Email: purnama.salura@gmail.com
ORCID: https://orcid.org/0000-0002-3652-
study was first, redrawing the building of GPIB Paulus Church, to
7192 gain an understanding of the right architectural form. Second,
analyze the appearance of church architecture shapes. The analysis
based on the reference to read the sacred poetic expression, which
is formulated through the elaboration of the concept of layers of
sacred poetic in the architectural properties and compositions in
each scope of architecture, covering the scope of environment, scope
of site, scope of building, and scope of shape. Based on analysis
results can be traced the concept of sacred poetic meanings to the
architecture of Paul’s Church. The results concluded that the
architecture of Paul's Church within the scope of site, building and
shape featured a sacred expression at the level of perception and
associative. In the scope of environment, the Church of Paul displays
sacred expressions at the level of the poetic, expressed from the
shape of the building. The proportion of the cross-shaped roof with
the tower contrasts in a landscape setting in front of it, awakening
the imagination of the dwelling of God in the highest places.

Pendahuluan dikenali fungsinya sebagai Gereja jika memiliki


elemen seperti: menara yang tinggi, fasad muka
Bentuk arsitektur Gereja terus berkembang yang simetris dan kaca-kaca warna di dalam
sampai saat ini. Sebuah bangunan akan mudah ruangan yang temaram. Bangunan Gereja juga

Copyright ©2019 Tine Abrianti, Purnama Salura. This is an open access article distributed the Creative Commons
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
99
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

mudah dikenali karena memiliki kualitas Gereja-gereja ini kemudian berkembang menjadi
kesakralan yang tidak dimiliki oleh bangunan sangat besar, dan dibangunlah bangunan Gereja
lainnya. yang dapat menampung ribuan jemaat yang
Bentuk arsitektur Gereja mulai berkembang disebut dengan istilah megachurch.
sejak lahirnya tipologi bangunan Gereja pada Pada saat ini, banyak bangunan Gereja,
periode awal Masehi. Karena pengaruh sosial dan terutama yang disebut sebagai megachurch, tidak
politik serta alasan keamanan, pada awalnya mudah dikenali fungsinya sebagai Gereja, karena
kegiatan ibadah Gereja dilaksanakan berpindah- bentuknya tidak berbeda dengan bangunan lain
pindah dari rumah-rumah jemaat hingga ke (Moroz 2016). Fenomena ini menjadi masalah
kuburan bawah tanah yang disebut sebagai seperti yang telah diungkapkan Paus Benedictus
katakomba. Pada masa pemerintahan Kaisar XVI dan Kardinal Antonio C. Llovera, yaitu
Constantine secara resmi memberikan pengakuan masalah ekspresi sakral pada arsitektur Gereja
terhadap iman Kristen, arsitektur Gereja (Chrisylla 2016; Trisno, Antariksa, and Salura
menunjukkan perkembangan yang signifikan. 2016), yang ditandai oleh semakin banyaknya
Pada masa itu bangunan Gereja menggunakan arsitektur Gereja yang tidak dapat dibedakan
bentuk Basilica, sebuah model bangunan umum dengan bangunan profan, yang muncul secara
yang digunakan untuk pertemuan. Arsitektur signifikan setelah konsili Vatikan II (Farah 2009).
Gereja yang sangat dikenal selanjutnya berbentuk Hal ini menunjukkan permasalahan karena
Cathedral, dan mencapai puncaknya pada bentuk arsitektur Gereja berpengaruh secara dinamis
Gereja dengan arsitektur Gotik (Thiry, dalam kekristenan (Kilde 2011). Selain itu ruang
Paul;Bennett, Richard M.; Kamphoefner 1953). sakral Gereja berpengaruh terhadap pemenuhan
Peristiwa reformasi yang menandai misi Gereja (McAlphine 2011). Saat ini, isu
terbentuknya aliran Gereja Protestan membawa ekspresi sakral menjadi sangat penting, apalagi
perubahan dalam perkembangan arsitektur Gereja dengan adanya kemajuan teknologi yang dapat
(Yusuf 2016). Perubahan bentuk arsitektur Gereja memungkinkan bentuk arsitektur menjadi sangat
disebabkan karena adanya perbedaan konsep bervariasi (Torgerson 2007; Loosley 2012).
tentang ruang sakral yang dipahami, berkaitan Dalam arsitektur kaitan antara ekspresi fungsi
dengan sifat transendensi dan imanensi Allah. yang diakomodasi oleh bentuk arsitektur memang
Gereja Protestan pada masa itu menekankan sifat merupakan isu utama (Salura 2015b). Ekspresi
transendensi Allah yang dipahami bersifat pada bentuk arsitektur akan menampilkan makna
immaterial, sehingga tidak dapat yang ditangkap, kemudian mengalami
direpresentasikan kehadiran-Nya dalam ruangan kontekstualisasi yang selanjutnya akan kembali
yang bersifat material (Kilde 2017). Arsitektur mempengaruhi fungsi, yang diakomodasikan
Gereja Protestan menampilkan bentuk yang dalam bentuk yang baru. Demikianlah hal ini akan
serupa dengan bangunan profan, berbeda dengan terjadi terus menerus dalam suatu perputaran
arsitektur Gereja Katolik yang berbentuk khusus, fungsi, bentuk dan makna (Salura and Fauzy
dipenuhi dengan berbagai unsur dekorasi dan 2012). Khususnya dalam arsitektur berfungsi
patung yang merepresentasikan kehadiran Allah. religi, ekspresi bentuk bukan hanya berpengaruh
Memasuki abad ke-20, sejalan dengan terhadap aspek religius, namun juga terhadap
berkembangnya teologi kekristenan, arsitektur aspek sosial dan politik (Verkaaik 2013). Dalam
Gereja Protestan menunjukkan perubahan dengan kaitan dengan arsitektur Gereja, ekspresi sakral
menampilkan ruang sakral dalam Gereja. Gereja menjadi sangat penting dikedepankan terutama
Protestan mulai menggunakan bentuk-bentuk pada Gereja Protestan. Perubahan ideologi yang
yang merepresentasikan kehadiran Allah dalam berkaitan dengan ruang sakral, dimulai sejak
ruang sakral, namun dalam bentuk yang berbeda peristiwa reformasi dan terus berkembang sampai
dengan Gereja Katolik (Kilde 2017). Perbedaan saat ini, menjadi pemicunya (Kilde 2017).
pemahaman tentang penekanan sifat transendensi Ekpresi sakral dalam Gereja diyakini akan
dan imanensi Allah yang tercermin dalam muncul secara efektif apabila dapat disampaikan
arsitektur Gereja kemudian terjadi dalam melalui suatu kebaruan, yaitu secara puitik.
denominasi Protestan. Munculnya gerakan Dalam bukunya yang berjudul “The Poetic of
Pantekosta dan Evangelical yang lebih Space”, Gaston Bachelard mengungkapkan
menekankan sifat imanensi Allah, menghasilkan bahwa sifat puitik dapat menyentuh permukaan
bentuk-bentuk Gereja yang menunjukkan jiwa melalui kebaruan yang muncul dari suatu
ekspresi yang berbeda dan bersifat utilitarian. gambaran (Bachelard 1994). Ekspresi puitik juga

100
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta

dapat memberikan kepuasan intelektual, mistikal, Sampai saat ini kondisi bangunan Gereja Paulus
emosional dan spiritual dalam keindahan yang relatif tidak berubah dari bentuk semula ketika
intrinsik (Barbu 2010). Karena sifat-sifat inilah, didirikan dan menampilkan keunikan arsitektural.
maka ekspresi puitik dapat mendukung fungsi Setiap hari Minggu, Gereja ini mewadahi
sakral Gereja. Sifat puitik yang menggugah aktivitas ibadah Kristiani yang diadakan dalam 5
perasaan dan membangkitkan imajinasi sangat kali kebaktian. Hal-hal inilah yang dijadikan
sesuai dengan fungsi sakral Gereja sebagai sebuah dasar mengapa Gereja Paulus ditentukan sebagai
ambang yang menandai perbedaan dunia profan objek studi penelitian.
dan sakral, untuk mengantarkan jemaat kepada
Allah yang disembahnya (Barrie 2013). Beberapa
Gereja yang dirancang oleh arsitek-arsitek dunia
seringkali disebut sebagai karya arsitektur yang
puitik, misalnya: “Notre Dame du Haut de
Ronchamp” karya Le Corbusier (Kaimakliotis
and Lau 2011) dan “The Church of Light” karya
Tadao Ando (Baek 2014).
Dengan demikian isu ekspresi puitik sakral
menjadi isu penting untuk dikedepankan dan
dikaji lebih mendalam agar dapat dijadikan
strategi perancangan yang melahirkan bentuk (a) Foto udara lokasi Gereja Protestan di Indonesia
baru yang sejalan dengan kegiatan sakral Gereja. bagian Barat (GPIB) Paulus di area pusat DKI
Berangkat dari uraian di atas, penelitian ini Jakarta
melakukan penelusuran pendekatan baru:
gabungan ekspresi sakral dengan ekspresi puitik.
Penelitian ini mengedepankan alternatif cara
pandang tentang ekspresi sakral pada tingkat yang
tertinggi, ditampilkan secara puitik untuk
membangkitkan imajinasi sakral.
Kegunaan dan manfaat yang didapat dari
penelitian ini adalah: pertama, pemahaman yang
mendalam tentang kaitan antara ekspresi puitik
sakral dengan arsitektur Gereja. Kedua,
pemahaman tentang metode penerapannya.
Ketiga, pemahaman akan posisi pentingnya aspek (b) Foto udara lokasi Gereja Protestan di Indonesia
ekspresi puitik sakral dalam perancangan Gereja bagian Barat (GPIB) Paulus di Taman Suropati
yang akan datang. Keempat, pemahaman akan Gambar 1. Peta rupa bumi (a) dan (b) lokasi Gereja
posisi pentingnya aspek ekspresi puitik sakral Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Paulus
dalam konteks arsitektur Gereja secara global. Sumber: Dianalisis dari peta rupa bumi google
earth, 2019

Langkah-langkah analisis
Metode penelitian Pada prinsipnya analisis yang dilakukan
berlandas pada teori-teori tentang arsitektur
Obyek studi Gereja, teori tentang ekspresi arsitektural serta
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
teori tentang bentuk dan ruang arsitektural yang
disingkat GPIB Paulus didirikan pada tahun 1936 dielaborasi, agar menghasilkan indikator yang
untuk mewadahi aktivitas ibadah bagi para
dapat digunakan untuk membaca objek studi
petinggi Belanda yang tinggal di daerah Menteng. sesuai dengan konteksnya. Elaborasi teori yang
Bangunan ini merupakan fasilitas ibadah yang
dilakukan dapat dilihat dalam uraian yang
cukup penting pada masa itu, terlihat dari posisi berdasar langkah-langkah berikut.
tapaknya yang berada di hadapan Taman
Langkah pertama, elaborasi konsep sakral
Suropati, yang terletak di pusat area Menteng. arsitektur Gereja Protestan ke dalam teori lapis
(Lihat gambar 1 b: Foto Udara Lokasi GPIB
makna (Salura 2015a). Konsep sakral arsitektur
Paulus)
Gereja Protestan diperoleh dari penelaahan

101
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

tentang sejarah arsitektur Gereja dan konsep ketidakterbatasan dan kemuliaan, serta
tentang sakralitas Gereja yang berlandas pada penggunaan simbol figuratif seperti bentuk salib,
konsep sakral secara umum dan konsep sakral simbol naratif yang diekspresikan dalam sekuen
yang tercantum dalam Alkitab. sakral, dan gaya Gotik/Romanesque yang telah
Langkah kedua, elaborasi lapis makna dikenal secara universal sebagai simbol Gereja
ekspresi puitik sakral ke dalam konsep tentang (Barrie 2013). Ideologi Protestan menunjukkan
properti dan komposisi berdasarkan teori filosofi penekanan imanensi Allah, pengajaran firman dan
prinsip pengaturan (Salura 2018). konsep utilitarian, yang tercermin dalam ekspresi
Langkah ketiga, rumusan properti dan bentuk yang akrab dan minimalis (Stroik 2018).
komposisi puitik sakral kemudian dielaborasi Pada lapis yang terakhir, ekpsresi sakral
dalam setiap lingkup arsitektur, berdasarkan teori Gereja Protestan mencapai tingkat yang tertinggi,
anatomi arsitektur (Salura 2018), yang terdiri dari ditampilkan secara puitik. Sifat puitik yang dapat
lingkup lingkungan, lingkup tapak, lingkup menggugah emosi (emotif) dan membangkitkan
bentuk bangunan, dan lingkup sosok bangunan imajinasi (imajinatif) melalui kebaruan (inovatif)
(Salura 2010). yang ditampilkan (Bachelard 1994), sangat
Berdasarkan penelusuran mendalam inilah mendukung fungsi sakral Gereja sebagai sebuah
kemudian dapat diungkap alat baca untuk ambang yang menandai perbedaan dunia profan
menginterpretasi bentuk dan ruang arsitektur dan sakral (Barrie 2013), untuk mengantarkan
Gereja. jemaat kepada Allah yang disembahnya.
Dalam penelitian ini ekspresi puitik yang
dimaksud adalah ekspresi sakral pada tingkat
Temuan dan pembahasan yang puitik. Menurut Bachelard, filosofi puitik
tidak mengenal masa lalu (Bachelard 1994).
Elaborasi konsep sakral Gereja Protestan Namun dalam puitik sakral, ekspresi yang
dalam teori lapis makna ditangkap akan terpengaruh oleh sifat-sifat sakral
Dalam teori lapis makna dinyatakan bahwa perseptual dan asosiatif, yang ditampilkan dalam
ekspresi yang ditampilkan pada bentuk dan ruang kebaruan, sehingga menggugah perasaan dan
arsitektur dapat menyampaikan maknanya secara membangkitkan imajinasi sakral.
berlapis dan berurutan, dimulai dari makna Konsep puitik sakral arsitektur Gereja
perseptual, kemudian makna asosiatif, Protestan yang dielaborasi dari teori lapis makna
selanjutnya makna konvensi (simbolik), dan dapat dilihat pada tabel 1.
puitik pada lapis terakhir. Dalam penelitian ini
lapis makna simbolik menjadi bagian dari lapisan Tabel 1. Elaborasi konsep sakral pada teori lapis makna
Lapis Makna Deskripsi Ekspresi Sakral
makna asosiatif yang dipengaruhi oleh tradisi Terpisah
Gereja. Dalam tradisi Gereja, penggunaan simbol Berbeda
menjadi bagian yang telah disepakati secara Mencerminkan Signifikan
universal, disampaikan dalam bentuk figuratif dan Karakter Ilahi Sempurna
Perseptual
Perseptual

Fungsi Murni
naratif (Barrie 2013). Sakral Suci
Pada lapis pertama arsitektur Gereja Protestan Misterius
menampilkan ekspresi sakral yang dapat Mengantar kan Liminal
ditangkap secara perseptual, menunjukkan peran kepada Yang
ruang sakral secara umum dalam Ilahi
Transenden Tidak Terbatas
merepresentasikan Ilahi dan mengantarkan Tradisi Mulia
jemaat kepada yang Ilahi (Barrie 2013). Gereja Figuratif
Asosiatif

Representasi Ilahi tercermin dari sifat/karakter (Katolik) Simbolik Naratif


A

Ilahi yang dapat ditampilkan melalui ekspresi Gotik/


Romanesque
yang terpisah, berbeda signifikan, suci, murni, Ideologi Imanen Akrab
misterius (Tozer 1997). Protestan Utilitarian Minimalis
Lapis kedua menunjukkan ekspresi sakral Inovatif
bersifat asosiatif yang dipengaruhi tradisi Gereja Puitik Emotif
dan ideologi Protestan. Tradisi Gereja Imajinatif
menunjukkan penekanan transendensi Allah
dalam ekspresi yang menampilkan

102
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta

Elaborasi lapis makna ekspresi sakral ke Ekspresi


Properti
dalam konsep properti dan komposisi bentuk Internal Eksternal
Inovatif
dan ruang arsitektur Puitik Emotif
Dalam teori filosofi prinsip pengaturan, pada imajinatif
tingkat konseptual, bentuk dan ruang arsitektur
dapat diidentifikasi dalam 2 aspek yang selalu ada
dalam arsitektur, yaitu: properti dan komposisi. Elaborasi properti dan komposisi puitik sakral
Properti dapat dibedakan secara internal dan dalam setiap lingkup arsitektur Gereja
eksternal. Komposisi terdiri dari posisi dan Protestan
susunan (Salura 2018). Elaborasi konsep lapis Identifikasi bentuk dan ruang arsitektur Gereja
makna ekspresi puitik sakral Gereja Protestan pada properti dan komposisi harus dilakukan
pada properti dan komposisi arsitektur dapat dalam setiap lingkup arsitektur agar interpretasi
dlihat pada tabel 2. dapat dilakukan dengan lengkap. Interpretasi
ekspresi sakral arsitektur Gereja Protestan
Tabel 2. Elaborasi lapis makna ekspresi puitik sakral dilakukan mulai dari lingkup lingkungan, dimana
pada property dan komposisi arsitektur properti dan komposisi tapak dan bangunan akan
Properti berpengaruh dalam menampilkan ekspresi puitik
Ekspresi
Internal Eksternal sakral. Lingkup selanjutnya meliputi indentifikasi
Terpisah pada massa bangunan dan aksesibilitas di dalam
Berbeda Spesifik/unik Kontras
tapak. Memasuki bangunan, lingkup arsitektur
Signifikan
Sempurna meliputi elemen pelingkup ruang dalam yang
Murni Geometrik terdiri dari lantai, dinding, dan langit-langit.
Suci Putih Lingkup terakhir adalah identifikasi pada sosok
Misterius bangunan. Pada lingkup ini hal yang penting
Liminal Ambang/Threshold adalah bagaimana elemen pembatas ruang
Jalur/Path
Tidak Tinggi/ berperan sebagai buffer dan filter yang
terbatas Besar mendukung fungsi bangunan dalam menampilkan
Mulia Emas/ Berkilau ekspresi sakral. Elaborasi properti dan komposisi
Simbol Salib sakral Gereja Protestan dalam setiap lingkup
Figuratif
arsitektur dapat dilihat pada tabel 3.
Simbol
Naratif
Gotik Bentuk lancip Tabel 3. Elaborasi property dan komposisi sakral pada
Akrab lingkup arsitektur
Minimalis Simple Lingkup Lingkungan
Indikator
Inovatif Tapak Bangunan
Puitik Emotif Spesifik/Unik Spesifik
Properti

Imajinatif Internal Geometri


Komposisi Tinggi/Besar
Ekspresi Kontras Putih
Posisi Susunan Eksternal
Terpisah Jauh Berdiri sendiri Terpisah Terpisah
Posisi
Komposisi

Berbeda Aksen Atas Atas


Signifikan Atas Hirarki Hirarki
Sempurna Simetris Susunan Batas Simetri
Murni Aksen Vertikal
Suci Lingkup Tapak
Misterius Temaram Indikator
Bangunan Aksesibilitas
Liminal Sekuen Spesifik/Unik Path/Jalur
Properti

Artikulasi Internal Geometri Threshold/


Tidak Vertikal Tinggi/Besar Ambang
terbatas Eksternal Kontras Kontras
Mulia
Simbol Terpisah Terpisah
Posisi
Atas Atas
Komposisi

Figuratif
Simbol Linier Fokus Hirarki Sekuen
Naratif Simetri Artikulasi
Susunan
Gotik Vertikal Hirarki
Akrab Memusat Aksen
Minimalis Simple Lingkup Bentuk Bangunan
Indikator
Lantai Dinding

103
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Indikator
Lingkup Bentuk Bangunan Tabel 4. Lapis makna pada property dan komposisi
Lantai Dinding arsitektur Gereja Protestan
Spesifik Spesifik Properti & Komposisi pada Lingkup
Properti

Internal Salib Geometri Lapis Makna Arsitektur


Tinggi/Besar Lingkungan Tapak
Eksternal Kontras Putih Fungsi Spesifik/Unik Spesifik/ Unik
Ujung khusus Simetris Simetris
Posisi Atas Fungsi Geometrik Geometrik
Komposisi

Sakral Kontras Kontras

Perseptual
Hirarki Hirarki
Simetri Simetri Putih Putih
Atas Atas
Linier Fokus Vertikal
Susunan Aksen Jalur/Ambang
Memusat
Hirarki Hirarki
Lingkup Bentuk Bangunan
Indikator Sekuen Sekuen
Langit-langit Ornamen Artikulasi
Spesifik Spesifik Tradisi Tinggi/ Besar Tinggi/Besar Vertikal
Internal Geometrik Geometrik Gereja Vertikal Gotik/
Salib Tinggi/Besar

Asosiatif
Gotik/ Romanesque
Eksternal Kontras Putih Romanesque Salib
Properti

Salib
Posisi
Ideologi Memusat Memusat
Hirarki Hirarki Protestan Simple Simple
Memusat Simetri Inovatif Inovatif
Susunan
Linier Fokus Puitik Emotif Emotif
Memusat Imajinatif Imajinatif
Lingkup Sosok Bangunan Properti & Komposisi pada Lingkup
Indikator
Elemen Pembatas Ruang Lapis Makna Arsitektur
Bangunan Sosok
Properti

Internal Buffer Fungsi Spesifik/unik Buffer


Perseptual

Filter khusus simetris


Eksternal Geometrik Buffer
Fungsi
Putih
Posisi Sakral
Komposisi

Hirarki
Buffer Tradisi Tinggi/Besar Buffer
Filter Gereja Vertikal Filter
Susunan
Gotik/
Asosiatif

Romanesque
Salib
Interpretasi properti dan komposisi sakral Emas/Berkilau
pada tingkat puitik juga dilakukan dalam setiap Linier fokus
Ideologi Memusat Buffer
lingkup arsitektur, mulai dari lingkup lingkungan, Protestan Simple
tapak, bentuk bangunan dan sosok bangunan Inovatif Inovatif
berdasarkan indikator properti dan komposisi Puitik Emotif Emotif
puitik yang bersifat inovatif, emotif dan Imajinatif Imajinatif
imajinatif.
Ekspresi puitik sakral pada arsitektur Gereja
Interpretasi ekspresi puitik sakral pada Paulus
arsitektur Gereja Protestan Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan
Dari ketiga langkah yang telah disebutkan, menggunakan alat baca yang telah dirumuskan
dapat dirumuskan sebuah alat baca untuk dari hasil elaborasi properti dan komposisi puitik
melakukan interprestasi ekspresi puitik sakral sakral dalam setiap lingkup arsitektur, maka lapis
arsitektur Gereja Protestan, yang dilakukan ekspresi sakral yang ditampilkan Gereja Paulus
dengan membaca lapis makna yang diekspresikan dapat diuraikan dalam penjelasan berikut ini.
pada properti dan komposisi bentuk dan ruang Pada lingkup lingkungan arsitektur Gereja
dalam setiap lingkup arsitekturnya, seperti Paulus menampilkan ekspresi sakral pada tingkat
tercantum dalam tabel 4. yang puitik. Posisi tapak Gereja ini berada di
hadapan Taman Suropati, yang terletak di pusat
area Menteng. Ruang terbuka di hadapan Taman
Suropati memberi jarak pandang yang cukup,

104
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta

sehingga bangunan dapat tampil secara utuh dari


arah taman.

Gambar 3. Ekspresi puitik sakral pada arsitektur


Gereja Paulus yang ditangkap dalam lingkup
lingkungan

Memasuki tapak, menara putih yang tinggi


menjulang dan atap dengan kemiringan yang
tajam masih dapat ditangkap pada jarak tertentu,
memberi kesan vertikal yang menunjukkan
transendensi Allah, pengaruh tradisi Gereja.
Tampilan bangunan yang simple menunjukkan
Ket : 1 Area Parkir pengaruh ideologi Protestan yang utilitarian (lihat
2 Bangunan Penunjang gambar 4).
3 Bangunan Utama Gereja Paulus
Gambar 2. Blok plan Gereja Paulus yang terletak di
hadapan Taman Suropati

Ekspresi sakral dari bentuk bangunan Gereja


Paulus dapat tampil secara puitik karena ruang
terbuka di depan Taman Suropati memberi jarak
pandang yang cukup ke arah bangunan Gereja.
Proporsi atap dengan kemiringan yang tajam
mendominasi massa bangunan yang berbentuk
salib. Menara yang menjulang memperkuat kesan
vertikal. Komposisi atap dan menara memberi
gambaran tentang suatu tempat yang tinggi,
Gambar 4. Ekspresi sakral Gereja Protestan Paulus
membangkitkan imajinasi sakral tentang yang ditangkap dalam lingkup tapak
kediaman Allah. Tatanan bentang alam pada
Taman Suropati membuat bangunan tampil secara Tangga entrance ke dalam bangunan setinggi
kontras. Bentuk geometrik atap yang lugas 5 tanjakan anak tangga menunjukkan hirarki
muncul di antara lingkungan yang natural, bangunan. Tangga ini juga menjadi artikulasi
berpadu menampilkan ekspresi puitik sakral. dalam sekuen spasial yang mengantarkan jemaat
mencapai tujuan utama di dalam ruang ibadah
(lihat gambar 5).

Gambar 5. Tangga entrance menuju bangunan


menjadi artikulasi dalam sekuen spasial dalam tapak

105
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Dalam lingkup bentuk bangunan yang tertinggi. (Lihat gambar 8) Ideologi Protestan
ditangkap ketika memasuki Gereja, pengaruh menekankan pentingnya penyampaian firman
tradisi Gereja dan ideologi Protestan semakin kuat yang merata bagi seluruh jemaat, dan
ditampilkan dalam ruang ibadah. Denah mengekspresikan sifat imanensi Allah yang hadir
bangunan berbentuk salib, yang merupakan di tengah umat-Nya. (Lihat gambar 9)
simbol utama kekristenan. Konsep memusat dari
ideologi Protestan menghasilkan bentuk salib
sama sisi yang simetris. (Lihat gambar 6 dan
gambar 7)

Gambar 8. Interior Gereja Protestan Paulus


Gambar 6. Denah lantai dasar Gereja Protestan Paulus menunjukkan hirarki altar dan mimbar, sebagai pusat
orientasi jemaat dalam ruang ibadah

Gambar 7. Denah lantai atas Gereja Protestan Paulus Gambar 9. Interior Gereja Protestan Paulus
menunjukkan kursi jermaat yang saling berhadapan,
Susunan kursi jemaat merupakan gabungan membentuk susunan memusat namun tetap berorientasi
sistem linier fokus dan memusat. Susunan ini ke altar dan mimbar
menunjukkan pengaruh tradisi Gereja yang
mengarahkan jemaat untuk berorientasi ke area Dinding sebagai salah satu pelingkup ruang
altar dan mimbar yang menempati hirarki dalam di Gereja Paulus menampilkan kesan

106
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta

vertikal dari bentuknya yang mengikuti lainnya adalah lampu gantung kristal yang cukup
kemiringan atap yang tajam, menciptakan ruang besar, bersinar emas. Posisi orgel di atas mimbar,
dalam bangunan yang menjulang ke atas. (Lihat memperkuat hirarki mimbar. Posisi lampu kristal
gambar 9) Kesan vertikal menunjukkan sifat yang digantung tepat di tengah ruang kebaktian
Allah yang transenden. menandai orientasi ruang yang memusat.

Gambar 12. Ornamen yang terdapat di dalam ruang


Gereja Protestan Paulus bersifat fungsional, yakni
berupa alat musik orgel dan lampu gantung kristal

Dalam lingkup sosok bangunan, pengaturan


keterbukaan pada dinding Gereja Paulus juga
menunjukkan pengaruh tradisi Gereja dan
ideologi Protestan. Pada bagian bawah bangunan
Gambar 10. Potongan bangunan Gereja Protestan elemen pembatas ruang berfungsi sebagai buffer
Paulus menunjukkan bentuk langit-langit yang yang menjaga konsentrasi jemaat dari pengaruh
memberi kesan vertikal di dalam ruang ibadah ruang luar. Bukaan pada bagian bawah bangunan
hanya berupa jendela-jendela kecil dengan
Material dinding pada bagian bawah material kaca patri. (Lihat gambar 13) Bukaan
bangunan didominasi kayu berwarna coklat yang pada dinding gable di bagian atas bangunan
kontras dengan warna putih di bagian atas menjadi filter bagi sinar matahari. Pada sisi Barat
dinding. Warna coklat memperkuat warna putih dan Timur bukaan berupa celah-celah tipis yang
dalam menampilkan ekspresi kesucian di dalam disusun membentuk garis vertikal. Pada sisi Utara
ruang ibadah. (Lihat gambar 8 dan gambar 9) dan Selatan bukaan menggunakan kaca patri.
Langit- langit pada ruang ibadah Gereja Cahaya yang masuk menampilkan keindahan
Paulus mencerminkan bentuk atap, yang warna kaca patri. (Lihat gambar 14)
berbentuk salib sama sisi mengikuti bentuk
denah. Bentuk salib pada langit-langit dipertegas
oleh list kayu berwarna coklat yang kontras
dengan warna material langit-langit yang
berwarna putih.

Gambar 13. Bukaan pada bagian bawah ruang ibadah


Gereja Protestan Paulus, berupa jendela kaca patri
berukuran kecil

Gambar 11. Langit-langit dalam ruang Gereja


Protestan Paulus mencerminkan atap berbentuk salib
sama sisi

Ornamen dalam Gereja Paulus berupa alat


musik orgel berukuran besar, berbentuk simetris,
berwarna kontras dengan dinding putih. Ornamen

107
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Kesimpulan
Berdasar hasil analisis dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, kaitan antara ekspresi sakral puitik
dengan bentuk arsitektur Gereja GPIB adalah
sebagai berikut. Dalam lingkup lingkungan
arsitektur Gereja Paulus menampilkan ekspresi
sakral pada tingkat yang puitik dari properti dan
komposisi massa bangunan yang membangkitkan
imajinasi spiritual, tampil kontras dengan bentang
Gambar 14. Bukaan pada bagian atas ruang ibadah alam di hadapannya. Dominasi atap pada massa
Gereja Protestan Paulus bangunan berbentuk salib dengan kemiringan
yang tajam, diperkuat dengan menara yang
Lapis makna yang ditampilkan pada arsitektur menjulang membangkitkan imajinasi tentang
Gereja Protestan Paulus dapat dilihat dalam tabel tempat kediaman Allah di tempat yang tinggi.
5 berikut ini: Pada lingkup tapak, lingkup bentuk dan lingkup
sosok bangunan, arsitektur Gereja Paulus
Properti & Komposisi pada
Lapis Makna Lingkup Arsitektur menampilkan ekspresi sakral yang dipengaruhi
Lingkungan Tapak tradisi Gereja dan ideologi Protestan. Tradisi
Fungsi Spesifik/unik Spesifik/unik Gereja ditampilkan dari bentuk yang mengarah ke
khusus simetris simetris atas, memberi kesan vertikal. Ideologi Protestan
diekspresikan pada susunan yang cenderung
Fungsi Geometrik Geometrik
memusat dan tampilan bentuk yang simple.
Perseptual

Sakral Kontras Kontras


Putih Putih Kedua, ekspresi puitik sakral dapat diperoleh
Atas Atas dengan cara menampilkan suatu kebaruan dalam
Aksen Jalur/Ambang ekspresi sakral yang ditangkap secara perseptual
Hirarki Hirarki
Sekuen Sekuen dan asosiatif.
Artikulasi Ketiga, pemahaman akan ekspresi puitik
Tradisi Tinggi/ Besar Tinggi/Besar sakral sangat penting dalam perancangan Gereja
Gereja Vertikal Vertikal karena sifat puitik yang dapat menggugah
Asosiatif

Gotik/ Gotik/
Romanesque Romanesque perasaan dan membangkitkan imajinasi sangat
Salib Salib mendukung fungsi sakral Gereja dalam
Ideologi Memusat Memusat mengantarkan jemaat menuju perjumpaan
Protestan Simple Simple spiritual dengan Allah.
Inovatif Inovatif
Puitik Emotif Emotif
Keempat, dalam kondisi global yang relatif
Imajinatif Imajinatif selalu berubah-ubah, penelitian ini akan menjadi
Properti & Komposisi pada titik berangkat bagi peneltian lain.
Lapis Makna Lingkup Arsitektur
Bangunan Sosok
Fungsi Spesifik/Unik Buffer
khusus Simetris Referensi
Perseptual

Fungsi Geometrik Buffer Bachelard, Gaston. 1994. Poetics of Space. The


Sakral Putih
Hirarki
Unitarian Universalist Association of
Tradisi Tinggi/Besar Buffer Congregations. Boston: Beacon Press.
Gereja Vertikal Filter Baek, Jin. 2014. Nothingness: Tadao Ando’s
Gotik/ Christian Sacred Space. Nothingness: Tadao
Asosiatif

Romanesque
Salib
Ando’s Christian Sacred Space.
Emas/Berkilau https://doi.org/10.4324/9780203642818.
Linier fokus Barbu, Maria. 2010. ‘About Poetics of
Ideologi Memusat Buffer Architecture’.
Protestan Simple Barrie, Thomas. 2013. The Sacred In-between:
Inovatif Inovatif
Puitik Emotif Emotif The Mediating Roles of Architecture. The
Imajinatif Imajinatif Sacred In-Between: The Mediating Roles of

108
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta

Architecture. Photographing America’s Drab New


https://doi.org/10.4324/9781315881119. Chatedrals’. The Guardian. 2016.
Chrisylla, Meielisa. 2016a. ‘Architectural Design Salura, Purnama. 2010. Arsitektur Yang
Symbolism Catholic Church of Saint Peter Membodohkan. 1st ed. Bandung: CSS
and The Virgin Mary Catholic Church’. Publishing.
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur. ———. 2015a. ‘Rethinking Architectural Design
———. 2016b. ‘Simbolisasi Pada Rancangan Studio Education in Global Era’. International
Arsitektur Gereja Katolik Santo Petrus Dan Journal of Academic Research 7 (3): 218–21.
Gereja Katolik Santa Perawan Maria Tujuh ———. 2015b. Sebuah Kritik: Arsitektur Yang
Kedukaan Di Kota Bandung’. ARTEKS : Membodohkan. Bandung: Gakushudo
Jurnal Teknik Arsitektur 1 (1): 1–14. Publisher.
https://doi.org/10.30822/artkeks.v1i1.20. ———. 2018. ‘The Philosophy of Architectural
Farah, Jenna Victoria. 2009. ‘The Implication of Ordering Principles’. International Journal of
The Second Vativan Council of Historic Engineering and Technology(UAE) 7 (2.9):
American Chatolic Architecture’. 52–55.
Kaimakliotis, Dimitris, and Benson Lau. 2011. Salura, Purnama, and Bachtiar Fauzy. 2012. ‘The
‘The Poetics of Contemplative Light in the Ever-Rotating Aspects of Function-Form-
Church of Notre-Dame-Du-Haut Designed by Meaning in Architecture’. International
Le Corbusier’. In PLEA 2011 - Architecture Journal of Basic and Applied Scientific
and Sustainable Development, Conference Research.
Proceedings of the 27th International Stroik, Duncan. 2018. ‘Nova Contrareformatio’.
Conference on Passive and Low Energy The Institute of Sacred Architecture, 2018.
Architecture. Thiry, Paul;Bennett, Richard M.; Kamphoefner,
Kilde, Jeanne Halgren. 2011. Sacred Power, Henry L. 1953. Churches & Temples. New
Sacred Space: An Introduction to Christian York: Reinhold Publisher Corporation.
Architecture and Worship. Sacred Power, Torgerson, Mark A. 2007. An Architecture of
Sacred Space: An Introduction to Christian Immanence Architecture for Worship and
Architecture and Worship. Ministry Today. Grand Rapids, Michigan:
https://doi.org/10.1093/acprof:oso/97801953 WM.B. Eerdemans Publishing Co.
14694.001.0001. Tozer, A.W. 1997. The Attribute of God Volume
———. 2017. ‘Protestant Theologies and the 1.
Problem of Sacred Space’. Actas de Trisno, Rudy, Antariksa Antariksa, and Purnama
Arquitectura Religiosa Contemporánea 5: 2– Salura. 2016. ‘PENGARUH FUNGSI
23. RITUAL PADA BENTUK ARSITEKTUR
https://doi.org/10.17979/aarc.2017.5.0.5140. Kasus Studi : Gereja Katedral, Gereja
Loosley, Emma. 2012. The Architecture and Theresia,Gereja Salib Suci, Gereja Santo
Liturgy of the Bema in Fourth- to Sixth- Matias Rasul Dan Gereja Stella Maris’.
Century Syrian Churches. Edited by Emma NALARs.
Loosley. 1st ed. Netherlands: Koninklijke https://doi.org/10.24853/nalars.15.1.25-34.
Brill NV, Leiden, The Netherlands. Verkaaik, Oscar, ed. 2013. Religious Architecture
Koninklijke Brill NV incorporates the Anthropological Perspectives. Amsterdam:
imprints Brill, Global Oriental, Hotei Amsterdam University Press.
Publishing, IDC Publishers and Martinus Yusuf, Stephanie Arvina. 2016. ‘Wujud
Nijhoff Publishers. Akulturasi Arsitektur Pada Aspek Fungsi,
McAlphine, William R. 2011. SACRED SPACE Bentuk, Dan Makna Bangunan Gereja Kristen
for the Missional Church. Eugene: Wipf & Pniel Blimbingsari Di Bali’. ARTEKS : Jurnal
Stock an imprint of Wipf and Stock Teknik ArsitekturJurnal Teknik Arsitektur 1
publishers. (2): 15–30.
Moroz, Sarah. 2016. ‘Megachurchs, https://doi.org/10.30822/arteks.v1i1.22.

109
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume. 4, Issue 1, December 2019
eISSN 2541-1217; pSSN 2541-0598

110

You might also like