Professional Documents
Culture Documents
Paulus Church
Paulus Church
id
https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v4i1.84
Copyright ©2019 Tine Abrianti, Purnama Salura. This is an open access article distributed the Creative Commons
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
99
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
mudah dikenali karena memiliki kualitas Gereja-gereja ini kemudian berkembang menjadi
kesakralan yang tidak dimiliki oleh bangunan sangat besar, dan dibangunlah bangunan Gereja
lainnya. yang dapat menampung ribuan jemaat yang
Bentuk arsitektur Gereja mulai berkembang disebut dengan istilah megachurch.
sejak lahirnya tipologi bangunan Gereja pada Pada saat ini, banyak bangunan Gereja,
periode awal Masehi. Karena pengaruh sosial dan terutama yang disebut sebagai megachurch, tidak
politik serta alasan keamanan, pada awalnya mudah dikenali fungsinya sebagai Gereja, karena
kegiatan ibadah Gereja dilaksanakan berpindah- bentuknya tidak berbeda dengan bangunan lain
pindah dari rumah-rumah jemaat hingga ke (Moroz 2016). Fenomena ini menjadi masalah
kuburan bawah tanah yang disebut sebagai seperti yang telah diungkapkan Paus Benedictus
katakomba. Pada masa pemerintahan Kaisar XVI dan Kardinal Antonio C. Llovera, yaitu
Constantine secara resmi memberikan pengakuan masalah ekspresi sakral pada arsitektur Gereja
terhadap iman Kristen, arsitektur Gereja (Chrisylla 2016; Trisno, Antariksa, and Salura
menunjukkan perkembangan yang signifikan. 2016), yang ditandai oleh semakin banyaknya
Pada masa itu bangunan Gereja menggunakan arsitektur Gereja yang tidak dapat dibedakan
bentuk Basilica, sebuah model bangunan umum dengan bangunan profan, yang muncul secara
yang digunakan untuk pertemuan. Arsitektur signifikan setelah konsili Vatikan II (Farah 2009).
Gereja yang sangat dikenal selanjutnya berbentuk Hal ini menunjukkan permasalahan karena
Cathedral, dan mencapai puncaknya pada bentuk arsitektur Gereja berpengaruh secara dinamis
Gereja dengan arsitektur Gotik (Thiry, dalam kekristenan (Kilde 2011). Selain itu ruang
Paul;Bennett, Richard M.; Kamphoefner 1953). sakral Gereja berpengaruh terhadap pemenuhan
Peristiwa reformasi yang menandai misi Gereja (McAlphine 2011). Saat ini, isu
terbentuknya aliran Gereja Protestan membawa ekspresi sakral menjadi sangat penting, apalagi
perubahan dalam perkembangan arsitektur Gereja dengan adanya kemajuan teknologi yang dapat
(Yusuf 2016). Perubahan bentuk arsitektur Gereja memungkinkan bentuk arsitektur menjadi sangat
disebabkan karena adanya perbedaan konsep bervariasi (Torgerson 2007; Loosley 2012).
tentang ruang sakral yang dipahami, berkaitan Dalam arsitektur kaitan antara ekspresi fungsi
dengan sifat transendensi dan imanensi Allah. yang diakomodasi oleh bentuk arsitektur memang
Gereja Protestan pada masa itu menekankan sifat merupakan isu utama (Salura 2015b). Ekspresi
transendensi Allah yang dipahami bersifat pada bentuk arsitektur akan menampilkan makna
immaterial, sehingga tidak dapat yang ditangkap, kemudian mengalami
direpresentasikan kehadiran-Nya dalam ruangan kontekstualisasi yang selanjutnya akan kembali
yang bersifat material (Kilde 2017). Arsitektur mempengaruhi fungsi, yang diakomodasikan
Gereja Protestan menampilkan bentuk yang dalam bentuk yang baru. Demikianlah hal ini akan
serupa dengan bangunan profan, berbeda dengan terjadi terus menerus dalam suatu perputaran
arsitektur Gereja Katolik yang berbentuk khusus, fungsi, bentuk dan makna (Salura and Fauzy
dipenuhi dengan berbagai unsur dekorasi dan 2012). Khususnya dalam arsitektur berfungsi
patung yang merepresentasikan kehadiran Allah. religi, ekspresi bentuk bukan hanya berpengaruh
Memasuki abad ke-20, sejalan dengan terhadap aspek religius, namun juga terhadap
berkembangnya teologi kekristenan, arsitektur aspek sosial dan politik (Verkaaik 2013). Dalam
Gereja Protestan menunjukkan perubahan dengan kaitan dengan arsitektur Gereja, ekspresi sakral
menampilkan ruang sakral dalam Gereja. Gereja menjadi sangat penting dikedepankan terutama
Protestan mulai menggunakan bentuk-bentuk pada Gereja Protestan. Perubahan ideologi yang
yang merepresentasikan kehadiran Allah dalam berkaitan dengan ruang sakral, dimulai sejak
ruang sakral, namun dalam bentuk yang berbeda peristiwa reformasi dan terus berkembang sampai
dengan Gereja Katolik (Kilde 2017). Perbedaan saat ini, menjadi pemicunya (Kilde 2017).
pemahaman tentang penekanan sifat transendensi Ekpresi sakral dalam Gereja diyakini akan
dan imanensi Allah yang tercermin dalam muncul secara efektif apabila dapat disampaikan
arsitektur Gereja kemudian terjadi dalam melalui suatu kebaruan, yaitu secara puitik.
denominasi Protestan. Munculnya gerakan Dalam bukunya yang berjudul “The Poetic of
Pantekosta dan Evangelical yang lebih Space”, Gaston Bachelard mengungkapkan
menekankan sifat imanensi Allah, menghasilkan bahwa sifat puitik dapat menyentuh permukaan
bentuk-bentuk Gereja yang menunjukkan jiwa melalui kebaruan yang muncul dari suatu
ekspresi yang berbeda dan bersifat utilitarian. gambaran (Bachelard 1994). Ekspresi puitik juga
100
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta
dapat memberikan kepuasan intelektual, mistikal, Sampai saat ini kondisi bangunan Gereja Paulus
emosional dan spiritual dalam keindahan yang relatif tidak berubah dari bentuk semula ketika
intrinsik (Barbu 2010). Karena sifat-sifat inilah, didirikan dan menampilkan keunikan arsitektural.
maka ekspresi puitik dapat mendukung fungsi Setiap hari Minggu, Gereja ini mewadahi
sakral Gereja. Sifat puitik yang menggugah aktivitas ibadah Kristiani yang diadakan dalam 5
perasaan dan membangkitkan imajinasi sangat kali kebaktian. Hal-hal inilah yang dijadikan
sesuai dengan fungsi sakral Gereja sebagai sebuah dasar mengapa Gereja Paulus ditentukan sebagai
ambang yang menandai perbedaan dunia profan objek studi penelitian.
dan sakral, untuk mengantarkan jemaat kepada
Allah yang disembahnya (Barrie 2013). Beberapa
Gereja yang dirancang oleh arsitek-arsitek dunia
seringkali disebut sebagai karya arsitektur yang
puitik, misalnya: “Notre Dame du Haut de
Ronchamp” karya Le Corbusier (Kaimakliotis
and Lau 2011) dan “The Church of Light” karya
Tadao Ando (Baek 2014).
Dengan demikian isu ekspresi puitik sakral
menjadi isu penting untuk dikedepankan dan
dikaji lebih mendalam agar dapat dijadikan
strategi perancangan yang melahirkan bentuk (a) Foto udara lokasi Gereja Protestan di Indonesia
baru yang sejalan dengan kegiatan sakral Gereja. bagian Barat (GPIB) Paulus di area pusat DKI
Berangkat dari uraian di atas, penelitian ini Jakarta
melakukan penelusuran pendekatan baru:
gabungan ekspresi sakral dengan ekspresi puitik.
Penelitian ini mengedepankan alternatif cara
pandang tentang ekspresi sakral pada tingkat yang
tertinggi, ditampilkan secara puitik untuk
membangkitkan imajinasi sakral.
Kegunaan dan manfaat yang didapat dari
penelitian ini adalah: pertama, pemahaman yang
mendalam tentang kaitan antara ekspresi puitik
sakral dengan arsitektur Gereja. Kedua,
pemahaman tentang metode penerapannya.
Ketiga, pemahaman akan posisi pentingnya aspek (b) Foto udara lokasi Gereja Protestan di Indonesia
ekspresi puitik sakral dalam perancangan Gereja bagian Barat (GPIB) Paulus di Taman Suropati
yang akan datang. Keempat, pemahaman akan Gambar 1. Peta rupa bumi (a) dan (b) lokasi Gereja
posisi pentingnya aspek ekspresi puitik sakral Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Paulus
dalam konteks arsitektur Gereja secara global. Sumber: Dianalisis dari peta rupa bumi google
earth, 2019
Langkah-langkah analisis
Metode penelitian Pada prinsipnya analisis yang dilakukan
berlandas pada teori-teori tentang arsitektur
Obyek studi Gereja, teori tentang ekspresi arsitektural serta
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
teori tentang bentuk dan ruang arsitektural yang
disingkat GPIB Paulus didirikan pada tahun 1936 dielaborasi, agar menghasilkan indikator yang
untuk mewadahi aktivitas ibadah bagi para
dapat digunakan untuk membaca objek studi
petinggi Belanda yang tinggal di daerah Menteng. sesuai dengan konteksnya. Elaborasi teori yang
Bangunan ini merupakan fasilitas ibadah yang
dilakukan dapat dilihat dalam uraian yang
cukup penting pada masa itu, terlihat dari posisi berdasar langkah-langkah berikut.
tapaknya yang berada di hadapan Taman
Langkah pertama, elaborasi konsep sakral
Suropati, yang terletak di pusat area Menteng. arsitektur Gereja Protestan ke dalam teori lapis
(Lihat gambar 1 b: Foto Udara Lokasi GPIB
makna (Salura 2015a). Konsep sakral arsitektur
Paulus)
Gereja Protestan diperoleh dari penelaahan
101
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
tentang sejarah arsitektur Gereja dan konsep ketidakterbatasan dan kemuliaan, serta
tentang sakralitas Gereja yang berlandas pada penggunaan simbol figuratif seperti bentuk salib,
konsep sakral secara umum dan konsep sakral simbol naratif yang diekspresikan dalam sekuen
yang tercantum dalam Alkitab. sakral, dan gaya Gotik/Romanesque yang telah
Langkah kedua, elaborasi lapis makna dikenal secara universal sebagai simbol Gereja
ekspresi puitik sakral ke dalam konsep tentang (Barrie 2013). Ideologi Protestan menunjukkan
properti dan komposisi berdasarkan teori filosofi penekanan imanensi Allah, pengajaran firman dan
prinsip pengaturan (Salura 2018). konsep utilitarian, yang tercermin dalam ekspresi
Langkah ketiga, rumusan properti dan bentuk yang akrab dan minimalis (Stroik 2018).
komposisi puitik sakral kemudian dielaborasi Pada lapis yang terakhir, ekpsresi sakral
dalam setiap lingkup arsitektur, berdasarkan teori Gereja Protestan mencapai tingkat yang tertinggi,
anatomi arsitektur (Salura 2018), yang terdiri dari ditampilkan secara puitik. Sifat puitik yang dapat
lingkup lingkungan, lingkup tapak, lingkup menggugah emosi (emotif) dan membangkitkan
bentuk bangunan, dan lingkup sosok bangunan imajinasi (imajinatif) melalui kebaruan (inovatif)
(Salura 2010). yang ditampilkan (Bachelard 1994), sangat
Berdasarkan penelusuran mendalam inilah mendukung fungsi sakral Gereja sebagai sebuah
kemudian dapat diungkap alat baca untuk ambang yang menandai perbedaan dunia profan
menginterpretasi bentuk dan ruang arsitektur dan sakral (Barrie 2013), untuk mengantarkan
Gereja. jemaat kepada Allah yang disembahnya.
Dalam penelitian ini ekspresi puitik yang
dimaksud adalah ekspresi sakral pada tingkat
Temuan dan pembahasan yang puitik. Menurut Bachelard, filosofi puitik
tidak mengenal masa lalu (Bachelard 1994).
Elaborasi konsep sakral Gereja Protestan Namun dalam puitik sakral, ekspresi yang
dalam teori lapis makna ditangkap akan terpengaruh oleh sifat-sifat sakral
Dalam teori lapis makna dinyatakan bahwa perseptual dan asosiatif, yang ditampilkan dalam
ekspresi yang ditampilkan pada bentuk dan ruang kebaruan, sehingga menggugah perasaan dan
arsitektur dapat menyampaikan maknanya secara membangkitkan imajinasi sakral.
berlapis dan berurutan, dimulai dari makna Konsep puitik sakral arsitektur Gereja
perseptual, kemudian makna asosiatif, Protestan yang dielaborasi dari teori lapis makna
selanjutnya makna konvensi (simbolik), dan dapat dilihat pada tabel 1.
puitik pada lapis terakhir. Dalam penelitian ini
lapis makna simbolik menjadi bagian dari lapisan Tabel 1. Elaborasi konsep sakral pada teori lapis makna
Lapis Makna Deskripsi Ekspresi Sakral
makna asosiatif yang dipengaruhi oleh tradisi Terpisah
Gereja. Dalam tradisi Gereja, penggunaan simbol Berbeda
menjadi bagian yang telah disepakati secara Mencerminkan Signifikan
universal, disampaikan dalam bentuk figuratif dan Karakter Ilahi Sempurna
Perseptual
Perseptual
Fungsi Murni
naratif (Barrie 2013). Sakral Suci
Pada lapis pertama arsitektur Gereja Protestan Misterius
menampilkan ekspresi sakral yang dapat Mengantar kan Liminal
ditangkap secara perseptual, menunjukkan peran kepada Yang
ruang sakral secara umum dalam Ilahi
Transenden Tidak Terbatas
merepresentasikan Ilahi dan mengantarkan Tradisi Mulia
jemaat kepada yang Ilahi (Barrie 2013). Gereja Figuratif
Asosiatif
102
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta
Figuratif
Simbol Linier Fokus Hirarki Sekuen
Naratif Simetri Artikulasi
Susunan
Gotik Vertikal Hirarki
Akrab Memusat Aksen
Minimalis Simple Lingkup Bentuk Bangunan
Indikator
Lantai Dinding
103
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Indikator
Lingkup Bentuk Bangunan Tabel 4. Lapis makna pada property dan komposisi
Lantai Dinding arsitektur Gereja Protestan
Spesifik Spesifik Properti & Komposisi pada Lingkup
Properti
Perseptual
Hirarki Hirarki
Simetri Simetri Putih Putih
Atas Atas
Linier Fokus Vertikal
Susunan Aksen Jalur/Ambang
Memusat
Hirarki Hirarki
Lingkup Bentuk Bangunan
Indikator Sekuen Sekuen
Langit-langit Ornamen Artikulasi
Spesifik Spesifik Tradisi Tinggi/ Besar Tinggi/Besar Vertikal
Internal Geometrik Geometrik Gereja Vertikal Gotik/
Salib Tinggi/Besar
Asosiatif
Gotik/ Romanesque
Eksternal Kontras Putih Romanesque Salib
Properti
Salib
Posisi
Ideologi Memusat Memusat
Hirarki Hirarki Protestan Simple Simple
Memusat Simetri Inovatif Inovatif
Susunan
Linier Fokus Puitik Emotif Emotif
Memusat Imajinatif Imajinatif
Lingkup Sosok Bangunan Properti & Komposisi pada Lingkup
Indikator
Elemen Pembatas Ruang Lapis Makna Arsitektur
Bangunan Sosok
Properti
Hirarki
Buffer Tradisi Tinggi/Besar Buffer
Filter Gereja Vertikal Filter
Susunan
Gotik/
Asosiatif
Romanesque
Salib
Interpretasi properti dan komposisi sakral Emas/Berkilau
pada tingkat puitik juga dilakukan dalam setiap Linier fokus
Ideologi Memusat Buffer
lingkup arsitektur, mulai dari lingkup lingkungan, Protestan Simple
tapak, bentuk bangunan dan sosok bangunan Inovatif Inovatif
berdasarkan indikator properti dan komposisi Puitik Emotif Emotif
puitik yang bersifat inovatif, emotif dan Imajinatif Imajinatif
imajinatif.
Ekspresi puitik sakral pada arsitektur Gereja
Interpretasi ekspresi puitik sakral pada Paulus
arsitektur Gereja Protestan Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan
Dari ketiga langkah yang telah disebutkan, menggunakan alat baca yang telah dirumuskan
dapat dirumuskan sebuah alat baca untuk dari hasil elaborasi properti dan komposisi puitik
melakukan interprestasi ekspresi puitik sakral sakral dalam setiap lingkup arsitektur, maka lapis
arsitektur Gereja Protestan, yang dilakukan ekspresi sakral yang ditampilkan Gereja Paulus
dengan membaca lapis makna yang diekspresikan dapat diuraikan dalam penjelasan berikut ini.
pada properti dan komposisi bentuk dan ruang Pada lingkup lingkungan arsitektur Gereja
dalam setiap lingkup arsitekturnya, seperti Paulus menampilkan ekspresi sakral pada tingkat
tercantum dalam tabel 4. yang puitik. Posisi tapak Gereja ini berada di
hadapan Taman Suropati, yang terletak di pusat
area Menteng. Ruang terbuka di hadapan Taman
Suropati memberi jarak pandang yang cukup,
104
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta
105
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Dalam lingkup bentuk bangunan yang tertinggi. (Lihat gambar 8) Ideologi Protestan
ditangkap ketika memasuki Gereja, pengaruh menekankan pentingnya penyampaian firman
tradisi Gereja dan ideologi Protestan semakin kuat yang merata bagi seluruh jemaat, dan
ditampilkan dalam ruang ibadah. Denah mengekspresikan sifat imanensi Allah yang hadir
bangunan berbentuk salib, yang merupakan di tengah umat-Nya. (Lihat gambar 9)
simbol utama kekristenan. Konsep memusat dari
ideologi Protestan menghasilkan bentuk salib
sama sisi yang simetris. (Lihat gambar 6 dan
gambar 7)
Gambar 7. Denah lantai atas Gereja Protestan Paulus Gambar 9. Interior Gereja Protestan Paulus
menunjukkan kursi jermaat yang saling berhadapan,
Susunan kursi jemaat merupakan gabungan membentuk susunan memusat namun tetap berorientasi
sistem linier fokus dan memusat. Susunan ini ke altar dan mimbar
menunjukkan pengaruh tradisi Gereja yang
mengarahkan jemaat untuk berorientasi ke area Dinding sebagai salah satu pelingkup ruang
altar dan mimbar yang menempati hirarki dalam di Gereja Paulus menampilkan kesan
106
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta
vertikal dari bentuknya yang mengikuti lainnya adalah lampu gantung kristal yang cukup
kemiringan atap yang tajam, menciptakan ruang besar, bersinar emas. Posisi orgel di atas mimbar,
dalam bangunan yang menjulang ke atas. (Lihat memperkuat hirarki mimbar. Posisi lampu kristal
gambar 9) Kesan vertikal menunjukkan sifat yang digantung tepat di tengah ruang kebaktian
Allah yang transenden. menandai orientasi ruang yang memusat.
107
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 4, Issue 1, December 2019
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Kesimpulan
Berdasar hasil analisis dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, kaitan antara ekspresi sakral puitik
dengan bentuk arsitektur Gereja GPIB adalah
sebagai berikut. Dalam lingkup lingkungan
arsitektur Gereja Paulus menampilkan ekspresi
sakral pada tingkat yang puitik dari properti dan
komposisi massa bangunan yang membangkitkan
imajinasi spiritual, tampil kontras dengan bentang
Gambar 14. Bukaan pada bagian atas ruang ibadah alam di hadapannya. Dominasi atap pada massa
Gereja Protestan Paulus bangunan berbentuk salib dengan kemiringan
yang tajam, diperkuat dengan menara yang
Lapis makna yang ditampilkan pada arsitektur menjulang membangkitkan imajinasi tentang
Gereja Protestan Paulus dapat dilihat dalam tabel tempat kediaman Allah di tempat yang tinggi.
5 berikut ini: Pada lingkup tapak, lingkup bentuk dan lingkup
sosok bangunan, arsitektur Gereja Paulus
Properti & Komposisi pada
Lapis Makna Lingkup Arsitektur menampilkan ekspresi sakral yang dipengaruhi
Lingkungan Tapak tradisi Gereja dan ideologi Protestan. Tradisi
Fungsi Spesifik/unik Spesifik/unik Gereja ditampilkan dari bentuk yang mengarah ke
khusus simetris simetris atas, memberi kesan vertikal. Ideologi Protestan
diekspresikan pada susunan yang cenderung
Fungsi Geometrik Geometrik
memusat dan tampilan bentuk yang simple.
Perseptual
Gotik/ Gotik/
Romanesque Romanesque perasaan dan membangkitkan imajinasi sangat
Salib Salib mendukung fungsi sakral Gereja dalam
Ideologi Memusat Memusat mengantarkan jemaat menuju perjumpaan
Protestan Simple Simple spiritual dengan Allah.
Inovatif Inovatif
Puitik Emotif Emotif
Keempat, dalam kondisi global yang relatif
Imajinatif Imajinatif selalu berubah-ubah, penelitian ini akan menjadi
Properti & Komposisi pada titik berangkat bagi peneltian lain.
Lapis Makna Lingkup Arsitektur
Bangunan Sosok
Fungsi Spesifik/Unik Buffer
khusus Simetris Referensi
Perseptual
Romanesque
Salib
Ando’s Christian Sacred Space.
Emas/Berkilau https://doi.org/10.4324/9780203642818.
Linier fokus Barbu, Maria. 2010. ‘About Poetics of
Ideologi Memusat Buffer Architecture’.
Protestan Simple Barrie, Thomas. 2013. The Sacred In-between:
Inovatif Inovatif
Puitik Emotif Emotif The Mediating Roles of Architecture. The
Imajinatif Imajinatif Sacred In-Between: The Mediating Roles of
108
Tine Abrianti, Purnama Salura:
Sacred poetic expression on the architectural form of Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB) Paulus in Jakarta
109
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume. 4, Issue 1, December 2019
eISSN 2541-1217; pSSN 2541-0598
110