Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

MEMBENTUK KARAKTER BANGSA: SEJARAH INDONESIA DALAM

DIORAMA MONUMEN NASIONAL


SHAPING NATIONAL CHARACTER: INDONESIAN HISTORY IN DIORAMA
OF THE NATIONAL MUSEUM

Bondan Kanumoyoso
Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia, Kampus Depok Jawa Barat, 16424
Telepon (021) 7270009, Faksimile (021) 7270038
Pos-el: bondan_kanumoyoso@yahoo.com
Diterima: 11 Februari 2016; Direvisi: 6 April 2016; Disetujui: 30 Mei 2016

ABSTRACT
This study scrutinizes the development process of the National Monument and the historical diorama inside
the monument. Development of the National Monument is an idea that supported by the first president of
Indonesia, Sukarno. There fore the idea to build a historical museum in the form of diorama came from
Sukarno. Through the historical diorama he would like to present the outline of Indonesian history with the
main purpose in shaping the national character. However, the changed of regime took place in Indonesia as
a result of 1965 incident. Therefore, the construction of diorama actually accomplished during the reign of
President Suharto. The changed of regime was the main reason why presentation of history in the diorama has
been adjusted in accordance with the historical discourse that would be developed by the existed government.
Research method used in this study is the historical method which consisted of four stages, namely heuristic,
criticism, interpretation and historiography. Early conclusion revealed that the historical discourse developed
in the museum diorama is a discourse that is incomplete as a result of political changes occurred during the
diorama’s development proces. Hence, it is necessary to revitalized the diorama in order to reconstruct the
incomplete discourse and by this it will be possible to form a new perspective that can explain the creation
process of Indonesian nation.
Keywords: National Monument, Historical Museum. Diorama, Indonesian History

ABSTRAK
Kajian ini menelusuri proses pembangunan Monumen Nasional dan diorama sejarah yang terdapat di dalamnya.
Pembangunan Monumen Nasional merupakan gagasan yang didukung oleh presiden Republik Indonesia yang
pertama, yaitu Sukarno. Sedangkan gagasan membangun museum sejarah dalam bentuk diorama berasal dari
Sukarno. Melalui diorama sejarah Sukarno ingin menyajikan garis besar perkembangan sejarah Indonesia dengan
misi utama untuk membentuk karakter bangsa. Akibat peristiwa di tahun 1965 terjadi perubahan pemerintahan.
Karena itu pembangunan diorama justru terlaksana di masa pemerintahan Presiden Suharto. Pergantian
pemerintahan ini menyebabkan perwujudan sejarah dalam diorama mengalami penyesuaian sesuai dengan
wacana sejarah yang ingin dikembangkan oleh pemerintah yang berkuasa. Metode penelitian yang digunakan
dalam kajian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi,
dan historiografi. Kesimpulan awal yang ditemukan, wacana sejarah yang dikembangkan dalam diorama di
museum sejarah adalah wacana yang tidak utuh sebagai akibat dari perubahan politik yang terjadi sepanjang
proses pembangunan diorama. Perlu suatu upaya revitalisasi diorama agar wacana yang tidak utuh tersebut
dapat direka ulang sehingga membentuk suatu perspektif baru yang dapat menjelaskan proses pembentukan
bangsa Indonesia.
Kata kunci: Monumen Nasional, Museum Sejarah, Diorama, Sejarah Indonesia.

1
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
PENDAHULUAN Monumen Nasional tidak dapat dilepaskan dari
Presiden Sukarno merupakan pendukung dinamika politik di Indonesia sejak tahun 1960-
utama dari pembangunan Monumen Nasional. an hingga akhir abad ke-20. Pembangunan
Tokoh ini pula yang kemudian menggagas Monumen Nasional dan Museum Sejarah
pembangunan Museum Sejarah dalam bentuk yang ada di dalamnya diawali pada akhir masa
diorama yang ditempatkan di dalam Monumen pemerintahan Sukarno (1963-1965). Hal ini
Nasional. Sukarno menginginkan Museum menyebabkan tidak semua gagasan Sukarno
Sejarah dibangun di dalam Monumen Nasional tentang sejarah Indonesia dapat diwujudkan di
dengan tujuan agar masyarakat dapat memahami dalam museum. Pergantian pemerintahan sangat
dengan baik perjalanan sejarah bangsanya. berpengaruh terhadap wacana sejarah yang
Perjalanan sejarah bangsa akan dapat dipahami berkembang.
dengan jauh lebih mendalam ketika disajikan Museum Sejarah Monumen Nasional
bersama dengan simbol-simbol nasional merupakan salah satu wahana yang terpangaruh
Indonesia lainnya yang terdapat di Monumen perubahan wacana sejarah tersebut. Pemerintahan
Nasional. baru di bawah Presiden Suharto (1966-1998)
Lokasi Monumen Nasional yang mengembangkan visinya sendiri tentang sejarah
terletak di pusat Kota Jakarta dengan sendirinya Indonesia yang kemudian diwujudkan ke dalam
menjelaskan arti penting monumen ini bagi diorama museum. Perubahan kembali terjadi
bangsa Indonesia. Segera setelah Indonesia di masa reformasi (1998-sekarang) dimana
mencapai kemerdekaan muncul suatu kebutuhan penafsiran sejarah telah berubah seiring dengan
terhadap adanya suatu monumen yang dapat penemuan-penemuan dan perkembangan terbaru
menggambarkan semangat bangsa Indonesia. dalam ilmu sejarah.
Sampai dengan akhir tahun 1950-an di Jakarta
sebagai ibukota negara belum ada satupun METODE
monumen yang dapat merepresentasikan Dalam penelitian ini metode yang
kebesaran bangsa. Karena itulah kemudian digunakan adalah metode sejarah yang terdiri
gagasan untuk membangun Monumen Nasional dari empat langkah; heuristik (pengumpulan
yang diusung oleh beberapa warga Kota Jakarta sumber), kritik, interpretasi, dan historiografi
segera didukung oleh Sukarno. Tidak berhenti (penulisan). Kegiatan penelitian lapangan
hanya sampai disitu, Sukarno juga terlibat secara dilaksanakan dengan penelusuran sumber
aktif dalam proses pembangunan Monumen primer (dilakukan di Monumen Nasional), Arsip
Nasional dan bahkan mengajukan gagasan agar Nasional Republik Indonesia, dan Perpustakaan
di dalam Monumen Nasional dibangun suatu Nasional serta sumber sekunder (Monumen
museum sejarah. Nasional dan Perpustakaan Nasional). Sumber
Sukarno adalah seorang yang mencintai primer yang paling utama dalam penelitian
sejarah. Sebagai tokoh yang terlibat secara ini adalah diorama yang terdapat di dalam
langsung dalam dinamika sejarah Indonesia Monumen Nasional. Sumber primer lainnya
sejak masa Pergerakan Nasional, Sukarno bukan adalah berupa dokumen. Sedangkan sumber
hanya memahami tetapi juga menghayati proses sekunder yang digunakan adalah berupa buku-
pembentukan bangsa Indonesia sejak munculnya buku yang membahas tema tentang sejarah
kesadaran kebangsaan hingga kelahiran negara Indonesia, museum, dan monumen sejarah.
Republik Indonesia yang di proklamasikan pada Tahap kritik terhadap sumber dilakukan
17 Agustus 1945. Pemahaman dan penghayatan dengan membandingkan apa yang disajikan
inilah yang ingin dituangkannya ke dalam dalam diorama dengan apa yang direkonstruksi
Museum Sejarah di Monumen Nasional. di dalam buku-buku sejarah. Kritik yang
Pembangunan Museum Sejarah di dilakukan lebih bersifat kritik intern, karena

2
Membentuk Karakter Bangsa ... Bondan Kanumoyoso

diorama yanga ada di dalam Monumen Nasional Masa pendudukan Jepang yang sangat
dapat dikatakan terjaga keasliannya sehingga singkat menyebabkan tidak ada monumen
tidak perlu dilakukan kritik ekstern. Fakta- yang sempat didirikan oleh pemerintahan
fakta yang muncul dari proses kritik kemudian pendudukan. Situasi ini berlangsung sampai
diinterpretasikan dan diberi makna. Hasil dari kemasa revolusi kemerdekaan (1945-1949),
tahap interpretasi kemudian disusun menjadi dimana Jakarta menjadi wilayah yang dikuasai
narasi dalam bentuk penulisan sejarah atau oleh Belanda yang ingin menjajah kembali
historiografi. Dari semua tahapan metode Indonesia. Selama masa revolusi kemerdekaan
sejarah yang ditempuh, salah satu permasalahan Jakarta hanya sempat sekitar empat bulan lebih
utama yang muncul adalah belum ditemukannya menjadi ibukota Republik Indonesia. Pada
buku Story Line (Draaiboken) yang menjadi bulan September 1946 pasukan Sekutu dengan
dasar perancangan diorama sejarah. Buku ini diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies
terdiri dari dua jilid dan menurut informasi Civil Administration) mendarat di Jakarta.
yang ada tersimpan di Perpustakaan Museum Kedatangan mereka menyebabkan situasi Jakarta
Nasional. Telah dilakukan penelitian lapangan di menjadi tidak aman bagi pemerintahan Republik
Perpustakaan Nasional, tetapi hingga artikel ini Indonesia (RI) yang berkedudukan di kota
ditulis buku Story Line diorama sejarah Monumen ini. Karena itu, pada Januari 1946 pemerintah
Nasional masih tetap belum ditemukan. RI memutuskan untuk memindahkan ibukota
pemerintahan dari Jakarta ke Yogyakarta.
PEMBAHASAN Selama di Yogyakarta dapat dikatakan hampir
Gagasan Pembangunan Monumen Nasional tidak ada pembangunan fisik yang dilakukan
dan Museum Sejarah pemerintah terhadap ibukota republik tersebut.
Hal ini karena situasi revolusi kemerdekaan yang
Hingga akhir tahun 1950-an tidak ada menyebabkan segala perhatian dan prioritas
satupun bangunan atau monumen yang didirikan kebijakan pemerintah RI lebih ditujukan untuk
di Jakarta atau di kota-kota besar lainnya mendapatkan pengakuan kedaulatan terhadap
di Indonesia yang dapat dikatakan sebagai kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada
representasi dari kebanggaan nasional. Sebagai 17 Agustus 1945 (Kanumoyoso, 2001:5-6).
ibukota negara Republik Indonesia, monumen Setelah Indonesia mendapat pengakuan
yang ada di Jakarta sampai dengan tahun 1942 kemerdekaan dari Belanda melalui Konferensi
didominasi oleh monumen-monumen yang Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949,
didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. ibukota pemerintahan kembali dipindahkan dari
Monumen-monumen itu antara lain adalah Yogyakarta ke Jakarta. Sepanjang tahun 1950-
Monumen Waterloo di Taman Wilhelminan 1957 sistem pemerintahan yang diterapkan
di Weltevreden (sekarang menjadi area di Indonesia adalah sistem pemerintahan
Masjid Istiqlal), Monumen Jan Pieterzoon parlementer. Selama periode tersebut fenomena
Coen di Waterlooplein (sekarang Lapangan yang paling menonjol menyangkut kurang
Banteng), dan Monumen Pieter Erberveld di adanya kestabilan politik karena pemerintahan
Jacatraweg (sekarang Jl. Pangeran Jayakarta). yang jatuh dan bangun. Dalam periode Demokrasi
Semua monumen peninggalan Belanda di Parlementer terdapat tujuh pemerintahan dan
Batavia dihancurkan oleh Jepang pada masa tidak ada satupun yang dapat bertahan lebih
pemerintahan pendudukan (1942-1945) (Kusno, dari dua tahun. Masa pemerintahan Demokrasi
2009:5-11). Masa pendudukan Jepang yang Parlementer ditutup dengan berbabagai masalah
hanya sekitar tiga setengah tahun merupakan di bidang politik dan ekonomi yang sampai
masa peralihan yang penting menuju Indonesia pada tingkat krisis (Mas’oed, 1989:30). Situasi
merdeka, karena dalam masa itu semua hal yang nasional yang belum stabil dan kondisi negara
berkaitan dengan peninggal Belanda dihapus, yang belum mapan secara ekonomi menyebabkan
diganti, atau dihancurkan.

3
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
selama dekade 1950-an dapat dikatakan sangat yang disebut dengan Monumen Nasional, maka
sulit bagi pemerintah RI untuk memulai satu perlu diperiksa naskah awal tentang sayembara
proyek pembangunan fisik yang cukup besar perancangan Tugu Monumen Nasional kedua
seperti monumen. (Salam, 1989:21) yang ditetapkan pada 10 Mei
Gagasan untuk memulai pembangunan 1960 oleh Panitia Monumen Nasional yang
suatu Monumen Nasional di ibukota negara, diketuai Kolonel R. Umar Wirahadikusuma
yaitu Jakarta, baru muncul di akhir tahun 1950- (Rahardjo dan Kanumoyoso, 2013:8). Menurut
an. Berakhirnya era Demokrasi Parlementer naskah sayembara, yang dimaksud dengan
dan dimulainya masa Demokrasi Terpimpin Monumen Nasional adalah Tugu Nasional
(1959-1965), menyebabkan wewenang untuk yang terletak di tengah-tengah Lapangan
menjalankan pemerintahan kembali ke tangan Merdeka beserta bangunan-bangunan yang
presiden. Dengan adanya kewenangan ini ada disekitarnya. Dengan demikian yang
Presiden Sukarno mulai mewujudkan berbagai dimaksud dengan Monumen Nasional dalam
gagasannya tentang Nation and Character pengertian aslinya adalah kesatuan antara Tugu
Building (pembangunan karakter bangsa). Nasional dan kelengkapan bangunan yang ada
Gagasan ini mencakup pembangunan secara di sekitarnya. Meski demikian, untuk alasan
mentalitas dan pembangunan secara fisik. memudahkan pembahasan, dalam penelitian
Sebagai bangsa yang dijajah selama berpuluh ini yang dimaksud dengan Monumen Nasional
bahkan ratusan tahun (kolonialisme selama adalah Tugu Nasional, dalam arti bangunan
ratusan tahun berlangsung di beberapa wilayah setinggi 132 Meter yang terletak di tengah-
Indonesia) mentalitas bangsa Indonesia perlu tengah Lapangan Merdeka.
dibangun sebagai bangsa yang telah merdeka. Sedangkan Lapangan Merdeka yang
Proses pembangunan mentalitas dapat dilakukan menjadi lokasi dari Monumen Nasional memiliki
melalui pendidikan, proses politik, ekonomi sejarah yang panjang. Sepanjang sejarahnya
dan kebudayaan. Sedangkan pembangunan lapangan ini telah mengalami pergantian nama
secara fisik berkenaan dengan pembangunan dan perubahan fungsi berkali-kali (Heuken,
berbagai bangunan yang dapat menjadi simbol 2008: 15-27). Informasi awal mengenai lapangan
kebanggaan nasional, sehingga dengan melihat ini dapat dilacak hingga ke pertengahan abad ke-
dan menghayati bangunan tersebut rakyat 17, yaitu ketika Kota Batavia masih berada di
Indonesia merasa bangga menjadi bangsa bawah kekuasaan VOC. Pada masa itu kawasan
Indonesia. Pembangunan fisik atas inisiatif ini masih berupa hutan belantara yang secara
Sukarno yang dilakukan di Jakarta antara tahun bertahap mulai dibuka sebagai dampak dari
1960-1965 antara lain berupa pembangunan ekspansi Kota Batavia ke luar tembok kota. Pada
berbagai monumen (Kusno, 2009:13-14). Di abad ke-18 ketika daerah ini mulai terbuka untuk
antara monumen-monumen yang dibangun kegiatan pertanian dan pemukiman, mulai ada
dalam periode itu, yang terpenting adalah nama yang diberikan untuk daerah tersebut yaitu
Monumen Nasional. Weltevreden. Di masa pemerintahan kolonial
Sebelum lebih jauh membahas proses Hindia Belanda di abad ke-19, secara perlahan
berdirinya Monumen Nasional, perlu diperjelas bentuk lapangan menjadi lebih jelas sehingga
terlebih dahulu dengan apa yang dimaksud rupa fisiknya menjadi kurang lebih berupa
oleh sebutan Monumen Nasional. Selama tanah yang sangat lapang seperti yang kita kenal
ini masyarakat Indonesia mengidentifikasi sekarang. Tanah lapang itu kemudian diberi
Monumen Nasional atau Monas sebagai nama, yaitu Koningsplein.
bangunan setinggi 132 Meter yang terletak Selama masa pendudukan Jepang nama
di tengah-tengah Lapangan Merdeka. Tetapi Koningsplein diganti menjadi IKADA (Ikatan
pengertian ini rupanya tidak tepat. Untuk Atletik Djakarta). Nama ini merujuk pada
mendapat kepastian tentang bagian manakah stadion atletik bernama sama yang dibangun

4
Membentuk Karakter Bangsa ... Bondan Kanumoyoso

di bagian Tenggara area lapangan tersebut. sebagai pembantu umum, dan tiga lainnya
Nama IKADA bertahan sampai akhir tahun sebagai anggota panitia. Pembiayaan untuk
1940-an. Pada tahun 1950-an, nama Lapangan pembangunan Tugu Nasional direncanakan akan
IKADA berganti menjadi Lapangan Merdeka. digalang dari masyarakat.
Sepanjang periode abad ke-17 sampai abad ke- Sarwoko Martokusumo yang menjadi
20, lapangan ini pernah berfungsi sebagai tempat pimpinan Panitia Tugu Nasional bukanlah tokoh
pengembalaan hewan ternak, latihan kemiliteran, pemerintahan. Ia adalah seorang warga Jakarta
taman dan tempat berdirinya berbagai bangunan, biasa yang memiliki kepedulian terhadap sejarah
tempat latihan olah raga, sebelum kemudian perjuangan bangsa dan ingin menanamkan
menjadi tempat berdirinya Monumen Nasional. semangat perjuangan bangsa tersebut kepada
Lapangan Merdeka bahkan pernah menjadi saksi generasi muda Indonesia. Berdasarkan latar
peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa belakang keluarga, Sarwoko adalah adik dari
Indonesia. Pada 19 September 1945, bertempat Mr. Sartono. Tokoh yang terakhir adalah sahabat
di lapangan ini diselenggarakan rapat akbar yang dekat Sukarno di masa Pergerakan Nasional dan
mempertemukan para pemimpin RI dengan sempat memimpin Partindo (Partai Indonesia)1
rakyat Indonesia. Peritiwa penting berikutnya yang merupakan partai pengganti PNI (Partai
yang juga terjadi di lapangan ini adalah Peristiwa nasional Indonesia) yang dibubarkan pada
17 Oktober 1952. Dalam peristiwa tersebut 1931. PNI merupakan partai yang didirikan
pasukan TNI ditempatkan oleh para pemimpin oleh Sukarno pada 1926. Sejak berdiri hingga
militer Indonesia untuk mendesak Presiden dibubarkannya Sukarno menjadi pimpinan dari
Sukarno agar membubarkan parlemen. Peristiwa PNI. Keberadaan Sarwoko sebagai adik Mr.
penting berikutnya adalah penempatan pasukan Sartono mungkin dapat menjelaskan kedekatan
TNI Angkatan Darat di sekitar lapangan ini secara ideologi antara pihak yang pertama
menjelang keluarnya Surat Perintah 11 Maret dengan Sukarno.
1966. Berdasarkan berbagai peristiwa penting Karena kewenangan terbatas yang
yang pernah terjadi di Lapangan Merdeka dimiliki Panitia Tugu Nasional, maka setelah
tersebut maka dapat dikatakan bahwa lapangan bekerja selama lima tahun tidak terlalu banyak
lokasi tempat beradanya Monumen Nasional hasil yang dicapai oleh pantia ini. Hal ini dapat
ini merupakan tempat yang sangat penting dan dimaklumi mengingat pembangunan suatu
bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tugu Nasional memerlukan kewenangan yang
Meskipun pembangunan Monumen luas karena berkaitan dengan berbagai instansi
Nasional dimulai pada 1961 namun gagasan pemerintahan dan pihak-pihak lainnya. Karena
untuk mendirikan suatu tugu yang dapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi, pada 1959
memancarkan jiwa dan semangat perjuangan susunan kepanitian diubah. Nama kepanitian
kemerdekaan telah ada paling tidak sejak tahun diganti menjadi Panitia Monumen Nasional
1954. Inisiatif untuk membangun tugu yang dan kedudukan pimpinan pantia ditempati oleh
disebut dengan Tugu Nasional datang dari pejabat tinggi militer, yaitu komandan KMKB
beberapa warga biasa Kota Jakarta. Beberapa Jakarta Raya. Dalam kepanitian baru Sarwoko
hari setelah peringatan kemerdekaan pada 17 Martokusumo bertindak sebagai ketua harian.
Agustus 1954 dibentuklah suatu panitia dengan Panitia yang baru ternyata juga tidak
tugas utama membangun sebuah Tugu di tengah- dapat bekerja dengan baik. Karena itu, pada
tengah Kota Jakarta (Salam, 1989:17-21). Panitia 1961 susunan kepanitian kembali mengalami
ini diberi nama Panitia Tugu Nasional. Dalam perubahan dan perubahan ini secara besar-
kepanitian kedudukan ketua panitia dijabat oleh besaran. Dalam susunan kepanitiaan 1961
Sarwoko Martokusumo dengan didampingi oleh bertindak sebagai ketua panitia adalah Presiden
enam orang, dengan satu orang bertindak sebagai
penulis, satu orang sebagi bendahara, satu orang 1
Partindo berdiri pada 30 April 1931 dan dibubar-
kan pada 1936.

5
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
RI Sukarno, dengan ketua harian Kolonel Umar kapal udara dan datang di Jakarta, dari 60 km
Wirahadikusuma (Salam, 1989:19-20). Dalam Saudara sudah melihat, “There is Jakarta”,
kepanitian pada 1961 terdapat sembilan belas di sanalah Jakarta, tempat revolusi Indonesia
anggota yang terdiri dari tokoh-tokoh penting meledak” (Salam, 1989:22)2
seperti: Pejabat Ketua MPRS Chairul Saleh, Dalam rangka untuk mendapatkan desain
Menteri Keamanan Nasional Jenderal A.H. yang terbaik untuk pembangunan Monumen
Nasution, Menteri Keuangan Notohamiprodjo, Nasional telah diadakan dua kali sayembara
Kepala Kepolisian Negara Soekarno yang terbuka untuk masyarakat umum warga
Djojonegoro, dan Gubernur Kepala Daerah negara RI. Sayembara yang pertama diadakan
Jakarta Raya Brigjen Dr. Soemarno. pada Februari 1955 dengan diikuti oleh 51
Sebagai ketua panitia yang baru, orang peserta. Sayembara ini ditutup pada Mei
Sukarno yang sekaligus adalah Presiden RI 1956. Dalam sayembara pertama tidak ada yang
tentu saja memiliki kewenangan yang besar. menjadi juara satu. Hasil terbaik adalah juara
Selain kewenangan yang besar Sukarno juga dua yang dimenangkan oleh arsitek F. Silaban.
memiliki pemahaman yang sangat baik tentang Dengan demikian sayembara pertama belum
arti penting adanya suatu Monumen Nasional berhasil menemukan desain terbaik untuk
untuk kepentingan membangun kesadaran Monumen Nasional. Sedangkan sayembara
kebangsaan rakyat Indonesia. Karena itu ketika kedua diadakan pada Mei 1960. Ketua panitia
pada 1954 Sukarno dihubungi oleh Sudiro, sayembara dalam sambutannya mengatakan;
ketika itu menjabat sebagai walikota Jakarta ia mengharapkan bahwa sayembara kedua
(1953-1960), berkaitan dengan adanya Panitia mampu menghasilkan desai bermutu tinggi
Tugu Nasional ia segera memberi dukungan. yang merupakan karya budaya agung. Karya
Dengan Sukarno sebagai ketua panitia, kegiatan itu diharapkan dapat menggambarkan isi kalbu
pembangunan Monumen Nasional dijadikan dan dapat melambangkan keluhuran budaya
sebagai proyek nasional. Dengan menjadi proyek Indonesia.
nasional maka keinginan untuk mewujudkan Sayembara kedua diikuti oleh peserta
gagasan pembangunan Monumen Nasional di dalam jumlah yang cukup besar, yaitu
Lapangan Merdeka benar-benar menjadi dapat 222 orang. Peserta sebanyak itu ada yang
dilaksanakan. Dalam pemikiran Sukarno ia perseoarang dan ada yang kelompok sehingga
membuat perbedaan yang jelas antara apa yang menghasilkan desain sebanyak 136 buah.
dimaksud dengan Monumen Nasional dan apa Sayembara kedua ditutup pada Oktober 1960.
yang dimaksud dengan Tugu Nasional: Dalam sayembara kedua tidak ada juara satu
“... yang dinamakan Monumen Nasional ialah ataupun dua, yang ada hanyalah juara tiga dan
bangunan-bangunan kemonumenan di pusat empat. Tidak adanya pemenang satu dan dua
Lapangan Merdeka dan di sekitar Lapangan pada sayembara kedua disebabkan dewan juri
Merdeka itu. menetapkan kriteria yang tinggi bagi pemenang.
Dewan juri sayembara kedua diketuai sendiri
Dus, Monumen Nasional terdiri daripada tugu
oleh Sukarno. Dengan tiadanya pemenang,
plus bangunan-bangunan di sekitar Lapangan
pada akhirnya Sukarno menunjuk dua orang
Merdeka dan Lapangan Merdeka sendiri itu
arsitek terkemuka di Indonesia saat itu untuk
pun satu bagian daripada Monumen Nasional...
merancang Monumen Nasional. Kedua arsitek
... Alangkah megahnya Saudara-Saudara, tersebut adalah Soedarsono dan F. Silaban.
jikalau nanti sesudah ada Tugu Nasional ini, Rancangan Monumen Nasional dikerjakan
apalagi ada Monumen Nasional lengkap, oleh kedua arsitek secara masing-masing. Hasil
dari jauh Saudara-Saudara sudah melihat 2
Sambutan Sukarno di depan peserta sayembara
menjulang di langit simbol revolusi Indonesia. proyek Tugu Nasional kedua bertempat di istana negara
Apalagi jikalau Saudara terbang dengan Jakarta pada 27 Juni 1960.

6
Membentuk Karakter Bangsa ... Bondan Kanumoyoso

rancangan Soedarsono pada akhirnya disetujui Sukarno. Menurut Sukarno bentuk museum
oleh Sukarno di awal tahun 1961. Berdasarkan yang disajikan dalam diorama merupakan
gambar rencana Monumen Nasional yang dibuat bentuk yang paling efektif untuk menyampaikan
oleh Soedarsono maka dimulailah pemancangan perjalanan sejarah terbentuknya bangsa
tiang pertama pembangunan Monumen Nasional Indonesia kepada mereka yang berkunjung ke
pada 17 Agustus 1961 oleh Presiden Sukarno. Monumen Nasional. Betapa penting arti diorama
Berbeda dengan Monumen Nasional sejarah sebagai bagian dari Monumen Nasional
yang inisiatif awalnya dimulai oleh Pantia dapat diketahui dari persiapan matang yang
Tugu Nasional yang dimpimpin oleh Sarwoko dilakukan oleh Sukarno sebelum pembuatan
Martokusumo, pembangunan Museum Sejarah diorama dikerjakan. Persiapan itu mulai dari
di dalam Monumen Nasional gagasan awalnya pembentukan tim khusus perancang diorama,
datang langsung dari Sukarno. Sebagai presiden pengiriman tim perancang ke berbagai negara
Indonesia, Sukarno beberapa kali melakukan untuk studi banding, sampai penulisan story
perjalanan ke luar negeri. Setiap kali berada line yang dikerjakan dengan melalui riset yang
di negara lain salah satu tempat favorit yang mendalam.3
menjadi tujuan untuk dikunjungi oleh Sukarno Menurut rumusan dari International
adalah museum. Sukarno senang sekali Council of Museum (ICOM) pengertian dari
mengunjungi museum, khususnya museum museum adalah:
sejarah. Salah satu museum sejarah yang paling “A museum is a non-profit, permanent institution
berkesan bagi Sukarno adalah Museum Nasional in the service of society and its development,
Mexico yang dikunjunginya pada 1960. Sebagai open to the public, which acquires, conserves,
orang yang sangat mencintai sejarah, ia sangat researches, communicates and exhibits the
terkesan dengan penyajian museum tersebut. tangible and intangible hetitage of humanity
Kekagumannya terhadap Museum Nasional and its environtment for the purposes of
Mexico semakin lengkap ketika ia akan education, study and enjoyment.” (Akbar,
meninggalkan museum. Di dinding menuju 2010:1-2)4
jalan keluar museum tertera tulisan “We left Sementara itu menurut pemerintah
behind the museum, but not history...”. Rupanya Republik Indonesia, sebagaimana tertuang
kunjungan tersebut bukan hanya berkesan, tetapi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
juga mendatangkan gagasan bagi Sukarno. 1995:
Berdasarkan apa yang dilihatnya di Museum
Nasional Mexico dan museum-museum sejarah “Museum adalah lembaga, tempat
lainnya di luar negeri ia berkeinginan untuk penyimpanan, perawatan, pengamanan,
membuat suatu museum yang menggambarkan dan pemanfaatan benda bukti materiil hasil
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Berkenaan 3
Sepanjang sepengetahuan peneliti, hingga saat
dengan dimulainya pembangunan Monumen ini satu-satunya museum sejarah yang persiapannya
Nasional pada 1961, Sukarno mengingin dilakukan dengan melibatkan presiden secara langsung,
agar museum tersebut di tempatkan di dalam para ahli sejarah, dan para seniman adalah Museum
monumen tersebut. Sejarah Monumen Nasional. Beberapa museum sejarah
yang lain juga dibuat dengan persiapan yang matang,
tetapi tidak dalam berbagai tahapan persiapan tersebut
Sejarah Museum di Indonesia presiden tidak terlibat secara langsung.
Museum Sejarah merupakan bagian
4
Terjemahannya: “Museum adalah lembaga non-
profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat
penting dari Monumen Nasional. Museum dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang
sejarah dalam Monumen Nasional mengambil bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti,
betuk berupa Museum diorama. Pilihan untuk mengomunikasikan, dan memarkan warisan sejarah
menampilkan Museum Sejarah dalam bentuk kemanusiaan yang berwujud benda dan tak-benda beserta
diorama merupakan gagasan dari Presiden lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan
hiburan.

7
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
budaya manusia, alam dan lingkungannya hanya digunakan untuk penelitian tetapi dalam
guna menunjang upaya perlindungan dan perkembangannya juga dipamerkan kepada
pelestarian kekayaan budaya bangsa.” (Akbar, masyarakat. Guna kepentingan memamerkan
2010:1-2) koleksi benda-benda yang dihimpun oleh
Kedua rumusan tentang museum tersebut lembaga ini muncul kebutuhan untuk membuat
diformulasikan jauh setelah Museum Sejarah museum. Pengkoleksian benda-benda untuk
Monumen Nasional selesai dibuat. Namun kepentingan penelitian sudah dilakukan tidak
demikian kedua rumusan itu dapat digunakan lama sejak lembaga ini berdiri, namun museum
untuk mengkatagorikan diorama sejarah yang baru secara resmi dibuka pada 1868 (Sedyawati,
ada di dalam Monumen Nasional sebagai suatu 1997:13-28). Museum yang didirikan atas
museum. Meskipun tidak memamerkan benda inisiatif Bataviaasch Genootschap terletak di
bukti materiil dalam arti benda peninggalan Batavia. Karena jasa-jasanya dalam bidang
sejarah, namun diorama Museum Sejarah keilmuan, Bataviaasch Genootschap pada
Monumen Nasional hasil budaya manusia yang 1923 mendapat tambahan nama Koninklijk dari
ditujukan untuk melindungi dan melestarikan pemerintah Belanda.
kekayaan budaya bangsa. Dalam perjalanannya museum Bataviaasch
Awal mula berdirinya museum di Genootshap lebih dikenal dengan nama Museum
Indonesia terkait erat dengan sejarah lembaga Gajah. Nama ini diberikan karena adanya sebuah
ilmu pengetahuan yaitu didirikan pada masa patung gajah yang terdapat di depan museum.
VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie Setelah Indonesia mendapat pengakuan
atau Maskapai Dagang Hindia Timur) yaitu kedaulatan dari Belanda melalui Konferensi
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Meja Bundar, ditandatangani pada 27 Desember
Wetenschapen (Groot, 2009). Lembaga ini 1949, seluruh lembaga milik pemerintah kolonial
didirikan pada paruh kedua abad ke-18, tepatnya Belanda diserahkan kepada pemerintah Republik
pada 1778 di Batavia. Berdasarkan tahun Indonesia. Di antara lembaga-lembaga itu
berdirinya Bataviaasch Genootshap merupakan termasuk Koninklijk Bataviaasch Genootschap
salah satu lembaga ilmu pengetahuan yang tertua van Kunsten en Wetenschapen yang setelah
di Asia. Ekspansi perdagangan yang dilakukan diserahkan ke pemerintah RI namanya diganti
oleh bangsa Belanda melalui VOC di Asia bukan menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI).
hanya menghasilkan keuntungan ekonomi dan Pada 1962 LKI menyerahkan pengelolaan
perluasan daerah koloni, tetapi juga akumulasi Museum Gajah kepada pemerintah Indonesia
pengetahuan yang didapat melalui interaksi dan sejak itu namanya menjadi Museum Pusat.
dengan alam dan masyarakat Asia. Akumulasi Dalam perkembangannya, tepatnya pada
pengetahuan baru tersebut kemudian mendorong 1979, Museum Pusat diganti namanya melalui
VOC untuk mendukung suatu lembaga ilmu Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan menjadi Museum Nasional.
dukungan keilmuan demi untuk melanggengkan Sebagai museum tertua di Indonesia,
dominasi bangsa Eropa terhadap Asia. keberadaan Museum Nasional segera disusul
Sebagai lembaga ilmu pengetahuan oleh museum-museum lainnya. Di antara
Bataviaasch Genootschap memiliki semboyan museum-museum itu adalah museum milik
Ten Nutte van het Algemeen (untuk kepentingan Keraton Kasunanan Solo Radyapustka yang
masyarakat umum). Berdasarkan semboyan didirikan pada 1890, Museum Rumah Adat di
itu, lembaga ini kemudian tidak hanya Aceh (1915), Museum Purbakala di Trowulan
melakukan penelitian demi untuk kemajuan Jawa Timur (1920), Museum Geologi di
ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk kepentingan Bandung (1929), Museum Bali (1932), Museum
masyarakat umum. Berbagai benda yang Rumah Adat Baanjuang di Bukit Tinggi (1933),
dihimpun oleh Batavia Genootschap tidak hanya dan Museum Herbarium di Bogor (1941) (Akbar,

8
Membentuk Karakter Bangsa ... Bondan Kanumoyoso

2010:7). Semua museum yang ada di Indonesia yang mendalam. Dengan melihat diorama
sampai dengan awal tahun 1960-an adalah dan membaca keterangan yang menyertainya,
museum yang didirikan pada masa pemerintah pengunjung dengan cepat dapat menangkap
kolonial Hindia Belanda. Museum Sejarah pesan-pesan dari peristiwa sejarah yang
di Monumen Nasional merupakan museum disampaikan.
pertama yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Penyajian museum dalam bentuk
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diorama adalah gagasan Sukarno. Pilihan
pendirian Museum Sejarah merupakan tonggak Sukarno untuk membangun museum diorama,
penting dalam perjalanan sejarah permuseuman salah satu pertimbangannya tentu adalah
di Indonesia. agar masyarakat Indonesia yang belum lama
mencapai kemerdekaan dapat dengan cepat dan
Dinamika Politik dan Museum Sejarah mudah memahami sejarah terbentuknya bangsa
Berbeda dengan museum lain yang Indonesia. Sebelum ada Museum Sejarah, di
ada di Indonesia yang disiapkan dengan satu Jakarta telah ada Museum Pusat atau Museum
perencanaan dan kemudian diwujudkan menjadi Gajah. Museum Gadjah menyimpan berbagai
museum, Museum Sejarah Monumen Nasional koleksi benda-benda arkeologi ataupun etnografi
diwujudkan dalam situasi politik yang berubah. yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa
Mulai dari sejak direncanakan di masa akhir Indonesia.
pemerintahan Sukarno, museum ini mulai Karena museum ini dibangun oleh
diwujudkan sepenuhnya di masa pemerintahan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Suharto, dan kemudian mengalami penambahan Wetenschapen (Perhimpunan Batavia untuk Seni
diorama pada masa awal reformasi. Dalam dan Ilmu Pengetahuan) maka koleksinya adalah
setiap tahap dari sejak perencanaan sampai ke koleksi lembaga tersebut. Pada awalnya koleksi
penambahan diorama terentang waktu sekitar tersbeut digunakan untuk kepentingan penelitian
tiga puluh tahun lebih. Dalam jangka tiga puluhan dan ilmu pengetahuan. Namun karena jumlahnya
tahun tersebut Indonesia telah mengalami yang terus bertambah, akhirnya diputuskan
berbagai macam perubahan politik dan koleksi tersebut dijadikan bahan untuk
perubahan di bidang-bidang lainnya. Berbagai dipamerkan di dalam museum sehingga dapat
perubahan itu turut mempengaruhi wacana yang dinikmati oleh masyarakat luas. Karena berupa
dikembangkan dalam diorama dalam Museum koleksi lembaga pengetahuan maka Museum
Sejarah dan cara orang memahami diorama Nasional dapat dikatakan tidak mencerminkan
tersebut. secara langsung sejarah Indonesia. Dengan
Sebagai sebuah museum diorama, melihat isi koleksi Museum Nasional pengunjung
cara penyampaian sejarah dalam Museum dapat memahami kekayaan budaya Indonesia,
Sejarah Monumen Nasional adalah secara tetapi belum mendapat pengetahuan tentang
visual dan tertulis. Dalam pengertian ini, proses terbentuknya bangsa Indonesia.
visual adalah peristiwa sejarah disampaikan Tidak sama dengan Museum Nasional
dengan penggambaran dalam bentuk diorama yang merupakan Museum Budaya, Museum
tentang suatu peristiwa. Sedangkan tertulis Sejarah adalah suatu museum yang menyajikan
adalah keterangan yang menyertai setiap sejarah Indonesia. Museum yang menggunakan
diorama. Dengan demikian tampilan visual kata “sejarah” harus dapat mencerminkan
diorama ditunjang oleh informasi tertulis kisah perjalanan dari masa lalu sampai dengan
untuk memudahkan para pengunjung museum perkembangan yang kemudian (Akbar,
memahami secara tepat pesan yang ingin 2010:15). Sebagai suatu museum sejarah sesuai
disampaikan oleh diorama. Teknik penyajian dengan namanya, Museum Sejarah Monumen
seperti ini sangat membantu pengunjung Nasional menampilkan sejarah nasional berupa
yang tidak memiliki pengetahuan sejarah proses terbentuknya bangsa Indonesia. Apa

9
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
yang menarik dari penggambaran proses sejarah Sedangkan tema-tema lainnya kurang dari 5%.
nasional tersebut adalah adanya keterkaitan Jika diperhatikan secara lebih seksama, tema
antara apa yang ditampilkan dalam diorama keagamaan yang ditampilkan juga merupakan
museum dengan apa yang terjadi dalam bagian dari legitimasi politik yang ingin
dinamika kehidupan politik nasional. Kehidupan dimiliki oleh pemerintah Orde Baru sebagai
politik menjadi dominan dalam mempengaruhi pihak yang mewujudkan diorama. Sebagai
penggambaran sejarah karena museum kekuatan yang muncul dengan menghancurkan
nasional menggunakan perspektif politik dalam kekuatan Partia Komunis Indonesia, Orde Baru
menggambarkan sejarah Indonesia. ingin menampilkan dirinya sebagai kekuatan
Memang ada diorama-diorama yang politik yang berlandaskan pada keyakinan
mengambarkan tema-tema lain di luar dinamika agama. Karena itu diorama tentang kehidupan
politik, seperti kegiatan ekonomi, kemaritiman, keagamaan bangsa Indonesia perlu ditampilkan
keagamaan, dan pendidikan, tetapi tema politik sebagai bagian dari legitimasi Orde Baru sebagai
adalah yang paling banyak disajikan. Hal ini dapat negasi dari kekuatan komunis yang atheis.
dimaklumi karena sejarah politik adalah jenis Kegiatan ekonomi yang ditampilkan dalam
pendekatan sejarah yang paling lazim digunakan diorama juga lebih merupakan suatu kegiatan
untuk menggambarkan sejarah nasional suatu ekonomi-politik. Diorama Nomor 4 adalah
bangsa. Tabel berikut menyajikan tema-tema tentang pembangunan bendungan Waringin
yang disajikan dalam Museum Sejarah: Sapta oleh Raja Airlangga. Ia memerintah
di Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur antara
Tabel 1 tahun 1009-1042. Bendungan Waringin Sapta
Nomor Tema Nomor Jumlah dibangun di masa pemerintahan Airlangga untuk
Diorama Diorama Diorama membendung Sungai Brantas. Pembangunan
1 Politik 6, 8, 10, 35 bendungan ini ditujukan untuk mengontrol banjir
12, 13, 14, dan menyediakan air untuk irigasi pertanian.
15, 16, 17,
Pembangunan bendungan selain ditujukan untuk
18, 19, 23,
26, 27, 28,
kepentingan ekonomi tentu juga memiliki fungsi
29, 31, 32, politik, yaitu sebagai tanda dari kebesaran raja
33, 34, 35, dalam menjamin kemakmuran rakyatnya.
37, 38, 39, Diorama berikutnya yang meng-
40, 41, 42, gambarkan kegiatan ekonomi adalah diorama
43, 44, 45, Nomor 20 yang menggambarkan pelaksanaan
46, 47, 48, sistem tanam paksa (1830-1870). Sistem tanam
49, 50 paksa diterapkan pemerintah kolonial Hindia
2 Ekonomi 4, 20, 30 3 Belanda dalam rangka untuk mendapatkan
3 Maritim 2, 7, 11 3 komoditi yang laku di pasaran dunia. Sistem
4 Keagamaan 3, 5, 9, 21, 6
agraria ini terutama diterapkan di Jawa. Nama
25, 36
5 Pendidikan 22, 24 2 yang digunakan oleh pemerintah kolonial adalah
6 Lainnya 1, 51 2 Culture Stelsel yang artinya adalah “sistem
Jumlah Diorama 51 penanaman” (Fasseur, 1992:2). Dalam sejarah
Indonesia sistem penanaman berubah menjadi
Tema Diorama tanam paksa karena pemerintah kolonial
memaksakan penduduk desa menanam tanaman-
Berdasarkan apa disajikan dalam tabel tanaman komiditi seperti kopi, teh, tebu, lada,
1 terlihat bahwa tema politik meliputi sekitar dan indigo. Penggambaran diorama yang
68% dari keseluruhan diorama yang disajikan. memperlihatkan para petani disiksa dengan cara
Tema berikutnya menempati posisi kedua dicambuk oleh mandor dengan diawasi seorang
adalah tema keagamaan, yaitu sekitar 11%. pengawas Belanda memperkuat kesan tentang

10
Membentuk Karakter Bangsa ... Bondan Kanumoyoso

pelaksanan sistem Tanam Paksa yang membawa nomor 2 adalah tentang Pelabuhan Sriwijaya
penderitaan bagi rakyat Jawa. di abad ke-8 M sampai 13 M. Diorama Nomor
Diorama ketiga yang menggambarkan 7 menggambarkan armada kapal Kerajaan
kegiatan ekonomi adalah pengerahan tenaga Majapahit di abad ke-14. Sedangkan diorama
romusha pada masa pemerintahan Pendudukan terkahir tentang kegiatan kebaharian adalah
Jepang (1942-1945). Dalam upaya untuk diorama nomor 11 yang menampilakn armada
memenangkan perang Asia Timur Raya, dagang Bugis di abad ke-15. Dalam periode-
Jepang melakukan berbagai upaya untuk periode sejarah selanjutnya, Museum Sejarah
menggalang dukungan rakyat, termasuk juga menampilkan pentas peristiwa-peristiwa di
dukungan sumber daya manusia (Kurasawa, daratan. Penggambaran seperti ini menyebabkan
2015:17). Tenaga manusia diperlukan Jepang karakteristik Indonesia sebagai negara maritim
untuk membangun berbagai infrastruktur untuk seolah-olah hanya tinggal menjadi sejarah.
keperluan perang seperti pembangunan jalan, Pendidikan adalah tema yang hanya
jembatan, dan rel kereta api. Para tenaga kerja disinggung secara sekilas dalam diorama
yang dikerahkan tidak bekerja dengan suka Museum Sejarah. Diorama pertama tentang
rela, tetapi dipaksa dengan janji-janji akan pendidikan adalah diorama nomor 22 yang
mendapat imbalan yang tidak pernah dipenuhi. menggambarkan Kartini yang mengajar para
Mereka inilah yang disebut dengan romusha. gadis Jawa.5 Kartini hidup di akhir abad ke-19
Selama masa pendudukan Jepang ada puluhan dan awal abad ke-20. Bagi bangsa Indonesia
ribu romusha yang dikerahkan dari Jawa untuk Kartini adalah seorang pahlawan emansispasi
dikirim ke berbagai wilayah di Asia Tenggara. perempuan. Dia ditempatkan sebagai tokoh
Kebanyakan dari mereka tidak pernah kembali yang memperjuangkan persamaan hak
ke kampung halamannya. Kisah tentang romusha antara perempuan dan laki-laki. Sebenarnya
adalah salah satu halaman gelap dalam sejarah perjuangan Kartini tidak hanya berkenaan
Indonesia. dengan emansipasi perempuan, lebih jauh lagi,
Tema maritim hanya ditampilkan dalam Kartini juga memikirkan emansipasi rakyat
tiga diorama. Selama masa pemerintahan Orde Indonesia, dalam pengertian ia menginginkan
Baru, pemerintah selalu menekankan bahwa rakyat Indonesia untuk terlepas dari belenggu
Indonesia adalah negara agraris. Munculnya penjajahan (Kartini, 1979:41). Salah satu cara
pandangan Indonesia sebagai negara agraris agak yang ditempuh oleh Kartini untuk mewujudkan
mengaburkan fakta sejarah bahwa Indonesia di gagasannya adalah dengan mendidik kaum
masa lalu pernah berjaya di bidang bahari. Bidang perempuan. Sosok Kartini yang merupakan salah
bahari yang di zaman modern disebut sebagai satu tokoh Indonesia pertama yang tercerahkan
maritim merupakan bidang kegiatan sebagian oleh pendidikan modern digambarkan dalam
besar masyarakat Nusantara, terutama di masa Museum Sejarah sebagai seoarang guru yang
sebelum masyarakat Nusantara di dominasi sedang mengajar. Gambaran ini memiliki arti
bangsa Barat (abad 17-19). Dengan adanya simbolis yang mendalam, yaitu kesadaran bangsa
dominasi bangsa Barat selama lebih dari tiga Indonesia menuju ke kemerdekaan berkembang
abad, masyarakat Nusantara, khususnya Jawa, melalui proses pendidikan.
berubah karakternya menjadi masyarakat agraris. Gambaran simbolis tentang arti penting
Karakter agraris yang melekat pada masyarakat pendidikan juga tergambarkan melalui
Jawa rupanya mempengaruhi cara pandang diorama tentang Taman Siswa. Diorama yang
Orde Baru dalam melihat masyarakat Indonesia. mengambarkan tentang sekolah Taman Siswa
Karena itu dapat dilihat dalam penyajian
diorama Museum Sejarah penggambaran tentang 5
Kartini menulis pikirannya dalam bentuk surat
kegiatan kebaharian terutama terjadi dalam masa menyurat. Salah satu buku yang menghimpun surat-surat
Kartini adalah Kartini, Surat-Surat Katini: Renungan
sebelum kedatangan bangsa barat. Diorama tentang dan untuk bangsanya (terjemahan Sulastin
Sutrisno).

11
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
adalah diorama nomor 24. Sekolah ini berdiri masyarakat Indonesia di masa pra-sejarah dan
pada 3 Juli 1922 atas gagasan tokoh pendidikan kuno. Diorama politik baru muncul pertama kali
Ki Hajar Dewantara atau dikenal juga sebagai pada diorama nomor 6, yang menggambarkan
Suwardi Suryaningrat. Taman Siswa mengusung Sumpah Palapa pada 1331. Sumpah ini
gagasan pendidikan dari dan untuk orang- disampaikan oleh Patih Majapahit, yaitu Gajah
orang Indonesia. Landasan pemikiran yang Mada, segera setelah berakhirnya Perang Sadeng
dikembangkan dalam pendidikan di Taman yang merupakan perang untuk mempertahankan
Siswa berdasarkan kepada pemikiran yang integrasi Majapahit (Munandar, 2010:53).
berkembang dalam budaya Indonesia. Para siswa Dalam sumpahnya Gajah Mada
tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan Barat, menyatakan tidak akan makan Palapa sebelum
tetapi juga budi pekerti bangsa Timur dan juga Nusantara dapat dipersatukan di bawah mahkota
rasa cinta kepada tanah air dan bangsa Indonesia Majapahit. Sumpah Palapa merupakan tonggak
(Tsuchiya, 1992: 14). Sistem pendidikan yang awal dari cita-cita persatuan Indonesia yang
dikembangkan dalam Taman Siswa menjadi beberapa ratus tahun kemudian diperjuangkan
model bagi sistem pendidikan modern Indonesia oleh para tokoh Pergerakan Nasional. Melalui
yang bertumpu kepada budaya bangsa. diorama Sumpah Palapa ingin diperlihatkan ada
Kemunculan Taman Siswa di era pergerakan kesinambungan antara peristiwa yang terjadi di
nasional di awal abad ke-120 menjelaskan abad ke-14 dengan apa yang kemudian terjadi di
bahwa sekolah ini merupakan bagian dari abad-abad selanjutnya dan sampai ke abad 20.
bangkitnya kesadaran bangsa Indonesia untuk Diorama berikutnya yang membahas
memperjuangkan kemerdekaannya. tentang Kerajaan Majaphit adalah diorama
Dua diorama lainnya yang di luar tema nomor 8 yang menggambarkan kedatangan
politik dan tema-tema lainnya yang telah utusan Cina ke keraton Majapahit pada 1405. Di
disinggung di atas adalah diorama nomor 1 awal abad ke-15 kekaisaran Cina mengirimkan
tentang kehidupan pra-sejarah masyarakat armada laut untuk melakukan diplomasi luar
Indonesia (3000-2000 SM) dan diorama nomor negeri ke berbagai negara di Asia di bawah
51 yang bertemakan alih teknologi sebagaimana pimpinan Laksamana Cheng Ho. Diorama ini
yang sudah di bahas dalam bagian sebelumnya. menggambarkan kebesaran Majapahit karena
Keberadaan kedua diorama ini tidak terkait utusan kaisar Cina datang ke keraton Majapahit
secara kuat dengan alur benang merah kisah dan menghadap Raja Wikramawardhana dengan
yang ingin dikembangkan oleh Museum Sejarah. membawa upeti berupa kain sutra dan barang-
Keberadaan kedua diorama yang ada pada bagian barang berharga lainnya. Tujuan sebenarnya dari
paling awal dan paling akhir dalam penyajian misi Cheng Ho adalah untuk memperkenalkan
diorama dapat menyebabkan pengunjung kekaisaran Cina kepada negara-negara tetangga
museum mengalami kebingungan. Hal ini karena dan untuk menjalin hubungan diplomasi dengan
bagian pembuka dan penutup dari kisah yang negara-negara tersebut.
ingin disampaikan bukan merupakan pengantar Peristiwa politik berikutnya yang
dan penutup yang baik pesan utama dari kisah disajikan dalam diorama yang mengkisahkan
sejarah sejarah yang ingin disampaikan, yaitu dinamika politik Nusantara sebelum kedatangan
proses terbentuknya bangsa Indonesia. bangsa Eropa ada dalam diorama nomor 8
Tema yang paling banyak mendapat yang berisikan pertempuran pembentukan
tempat untuk diwujudkan dalam bentuk Jayakarta. Pertempuran ini terjadi di Pelabuhan
diorama di Museum Sejarah adalah tema Sunda Kelapa antara pasukan Demak di bawah
politik. Meskipun politik merupupakan tema pimpinan Fatahillah melawan pasukan Portugis
dominan, namun diorama-diorama awal dari yang dipimpin oleh Fransisco de Sa. Pasukan
museum tidak langsung menyajikan peristiwa Demak pada akhirnya memenangi pertempuran
politik. Diorama 1 sampai dengan 6 lebih dan berhasil mengusir orang-orang Portugis.
banyak memberi gambaran tentang karaktristik Peristiwa kemenangan itu dirayakan dengan

12
mengganti nama Kota Pelabuhan Sunda yang menggambarkan peristiwa-peristiwa di abad
Kelapa menjadi Jayakarta, yang artinya adalah ke-19 merupakan diorama yang mengambarkan
kemenangan yang sempuna (Kanumoyoso, peperangan. Diorama-diorama tersebut adalah
2011:15). Kemenangan pasukan bumiputra diorama nomor 13 sampai dengan 19. Ketujuh
melawan kekuatan Eropa merupakan persitiwa diorama itu diawali dengan perlawananan
yang sangat jarang, karena dalam abad-abad Pattimura 1817, diikuti oleh Perang Diponegoro
berikutnya justru dominasi militer barat yang 1825-1830, Perang Imam Bonjol 1821-1837,
menyebabkan Nusantara jatuh ke dalam sistem Perang banjar, 1859-1905, Perang Aceh 1873-
kolonialisme Barat. 1904, Perlawanan Sisingamangaraja 1877-
Berbagai peristiwa yang berkaitan dengan 1907, dan Pertempuran Jagaraga 1848-1849.
kekuatan militer Indonesia banyak digambarkan Peperangann yang digambarkan terjadi pada
dalam diorama-diorama dengan tema politik. abad ke-19 lebih banyak terjadi di wilayah
Selain diorama nomor 8, yang sudah dibahas di Indonesia bagian barat dan tengah. Satu-satunya
atas, diorama-diorama lainnya yang mengangkat perlawanan yang trejadi di Indonesia Timur
tema kemiliteran adalah diorama Nomor 12, adaalah perlawanan Patimura.
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 31, 34, 35, 36, 37, Abad ke-19 adalah abad eksploitasi
38 dan 47. Secara keseluruhan ada 15 diorama agraria yang dilakukan secara intensif oleh
atau sekitar 29% dari keseluruhan diorama pemerintah kolonial di Jawa. Sepanjang abad
yang menceritakan tentang peran militer dalam tersebut kekuasaan pemerintah kolonial di Jawa
pembentukan bangsa Indonesia. Periode yang mencapai masa puncaknya dengan penerapan
paling banyak didominasi dengan penggambaran sistem tanam paksa pada 1830-1870 dan sistem
peran militer adalah abad ke-19 yang merupakan ekonomi liberal yang diberlakukan berdasarkan
masa kekuasaan negara kolonial Hindia Belanda. Agrarische Wet (Undang-Undang Agraria)
Satu-satunya peristiwa militer yang 1870. Dampak dari eksploitasi agaria dampai ke
ditampilkan di abad ke-17 dan 18 adalah Perang daerah pedesaan dan menimbulkan keresahan
Makassar 1967-1969 yang diwujudkan dalam di kalangan rakyat biasa. Sebagai dampaknya
diorama nomor 12. Penggambaran seperti ini terjadi perubahan sosial ekonomi di tingkat
jelas merupakan bias dari historigrafi kolonial pedesaaan dan proses perubahan ini direspon
yang menempatkan perlawanan-perlawanan oleh para petani dengan melakukan berbagai
yang pada akhirnya dapat dikalahkan oleh gerakan sosial. Dalam sejarah Indonesia abad
kekuatan militer Belanda dalam narasi sejarah. ke 19 dikenal juga sebagai abad pemberontakan
Pada kenyataannya pada abad ke-17 terjadi petani (Kartodirdjo, 1973).6
juga perlawanan oleh Untung Surapati yang Para petani adalah kelompok masyarakat
tidak pernah dapat benar-benar dipadamkan yang paling dirugikan oleh penetrasi kekuatan
oleh VOC. Surapati bahkan membangun basis kolonial sehingga mereka bangkit untuk
kekuatannya di wilayah Jawa Timur, dan anak melakukan perlawanan. Meskipun perlawanan
keturunannya dapat bertahan menjadi penguasa mereka semuanya dapat diatasi oleh pemerintah
lokal bahkan sampai ke abad ke-18. Selain itu di kolonial, tetapi bibit-bibit kesadaran untuk
akhir abad ke-18 juga terjadi perlawanan Nuku melepaskan diri dari belenggu kolonial telah
dari Tidore (Widjojo, 2013:3). Nuku tidak pernah mulau muncul di kalangan rakyat biasa. Sangat
dapat dikalahkan oleh VOC dan ia merupakan disayangkan tema tentang perlawanan petani dan
satu-satunya pahlawan nasional yang melakukan gerakan sosial sama sekali tidak muncul dalam
perlawanan bersenjata tanpa pernah ditangkap diorama Museum Sejarah.
oleh kekuatan kolonial.
Museum Sejarah menampilkan abad ke-19
6
Berbagai bentuk perlawanan para petani di
Jawa terhadap eksploitasi agararia yang dilakukan oleh
sebagai abad perlawanan dengan menggunakan pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak di antaranya
kekuatan militer dalam menghadapi dominasi yang dilatar belakangi oleh gagasan tentang Ratu Adil.
pemerintah kolonial. Hampir semua diorama

13
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
Peristiwa yang berkiatan dengan kekuatan 1945), Revolusi Kemerdekaan (1945-1949),
militer Indonesia di abad ke-20 muncul dalam dan masa Demokrasi Parlementer (1950- 1958),
diorama nomor 31, 34, 35, 37, 38, 45 dan 47. masa Demokrasi terpimpin, dan masa Orde
Dari diorama-diorama tersebut ada empat yang Baru (1966-1998). Sedikitnya diorama yang
menggambarkan tentang pertempuran (diorama mengambarkan peristiwa yang terjadi di masa
nomor 31, 35, 37, dan 38). Pertempuran yang pemerintahan Orde Baru tidak menjadikan
digambarkan adalah perlawanan Peta terhadap museum ini terbebas dari sudut pandang sejarah
pemerintah pendudukan Jepang di Blitar pada yang dikembangan oleh Orde Baru. Justru
14 Februari 1945, Pertempuran Surabaya penafsiran yang lebih banyak menekankan pada
10 November 1945, Gerilya dalam perang peristiwa politik dan terlebih khusus peristiwa
kemerdekaan, dan Panglima Besar Jenderal yang berkaitan dengan kekuatan militer,
Sudirman memimpin gerilya 1948. Sedangkan memperlihatkan dominasi dari wacana sejarah
tiga diorama lainnya yang berkenaan dengan yang dikembangkan oleh pemerintahan Suharto
militer Indonesia adalah tentang hari lahir ABRI yang menekankan arti penting peran militer
5 Oktober 1945, hari Kesaktian Pancasila 1 dalam proses pembentukan bangsa.
Oktober 1945, dan Surat Perintah 11 Maret 1966.
Dua diorama terakhir semestinya dapat disajikan PENUTUP
dalam bentuk yang tidak terlalu menenkankan Selama ini sejarah yang kita pahami
peran militer. Namun, Museum Sejarah yang seringkali diidentikkan dengan sejarah yang
proses pembuatan dioramanya terjadi pada disajikan di dalam buku-buku sejarah, baik itu
masa pemerintahan Orde Baru memilih untuk buku-buku sejarah untuk mahasiswa di perguruan
menampilkan peran penting militer dalam kedua tinggi, para siswa di bangku sekolah, maupun
peristiwa itu. untuk masyarakat umum. Agak dilupakan
Tema politik lainnya di luar tema bahwa sejarah juga dapat hadir dalam bentuk
kemiliteran disajikan dalam 18 diorama lain selain kisah sejarah dalam buku-buku.
(diorama nomor 23, 26, 27, 28, 29, 32, 33, Bentuk-bentuk lain tersebut antara lain adalah
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, dan 50). kisah yang disajikan secara lisan, sejarah dalam
Keseluruhan peristiwa politik tersebut terjadi bentuk monumen, bangunan, benda-benda, dan
di abad ke-20. Diawali dengan diorama tentang dalam bentuk museum. Selama ini arti penting
Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 dan diakhir museum dalam menyampaikan pemahaman
dengan diorama tentang KTT Non Blok di tentang sejarah cenderung agak terabaikan.
Jakarta pada 1992. Banyaknya diorama yang Sebagai wahana yang dapat dinikmati oleh
membahas berbagai peristiwa politik di abad ke- semua orang tanpa latar belakang pendidikan
20 menunjukkan bahwa bagi pemerintah Orde tertentu, museum memiliki potensi yang besar
Baru, yang menjadi pihak yang mewujudkan untuk menyampaikan sejarah kepada masyarakat
Museum Sejarah, abad tersebut merupakan abad umum.
yang menentukan dalam proses pemebentukan Salah satu museum sejarah paling penting
bangsa Indonesia. di Indonesia adalah Museum Sejarah yang
Kebanyakan dari peristiwa politik terdapat di dalam Monumen Nasional. Bentuk
yang disajikan dalam bentuk diorama terjadi penyajian dalam museum ini berupa diorama-
sebelum tahun 1970. Hanya dua diorama diorama yang menyajikan peristiwa-peristiwa
yang ditambahkan pada 1998 yang membahas sejarah yang dianggap sebagai tonggak-tonggak
peristiwa yang mewakili masa antara tahun penting dalam proses pembentukan bangsa
1970-1998 (diorama nomor 49 dan 50). Periode Indonesia. Menurut data yang tersedia, setiap
yang disinggung oleh diorama dengan tema tahunnya kurang lebih ada dua juta orang yang
politik yang non militer, meliputi lima zaman, berkunjung ke Monumen Nasional. Dapat
yaitu zaman pemerintah kolonial Hindia Belanda diperkirakan dari dua juta orang tersebut hampir
(sampai 1942), masa Pendudukan Jepang (1942-

14
semuanya pernah melihat diorama yang ada di oleh pengunjung biasa, Museum Sejarah
dalam Museum Sejarah. Karena itulah maka di Monumen Nasional menyajikan sejarah
menjadi penting untuk melakukan penelitian Indonesia dalan kerangka wacana yang tidak
tentang wacana sejarah yang dikembangkan di utuh. Hal ini terjadi karena proses pembuatan dan
dalam Museum Sejarah di Monumen Nasional. penyempurnaan museum ini berlangsung dalam
Museum merupakan salah satu wahana situasi politik yang berubah-ubah. Perubahan
yang dapat membentuk karakter suatu bangsa. politik berpengaruh terhadap penyajian kisah
Museum Sejarah di Monumen Nasional digagas sejarah di dalam diorama. Sebagai akibatnya
oleh Sukarno dengan tujuan untuk menanamkan wacana sejarah yang berkembang di dalam
kesadaran tentang proses pembentukan bangsa museum bukanlah wacana sejarah yang utuh. Hal
Indonesia yang berakar pada perjalanan sejarah ini perlu disadari demi perbaikan di masa datang
yang panjang. Melalui Museum Sejarah, agar para pengunjung museum di kemudian hari
Sukarno menginginkan bangsa Indonesia dapat memiliki pemahaman yang lebih baik
memiliki pemahaman dan kebanggan terhadap tentang sejarah Indonesia.
sejarah bangsanya. Sementara penyelesaian
pembangunan Museum Sejarah di masa DAFTAR PUSTAKA
pemerintahan Suharto menyebabkan gagasan Fasseur, Cornelis. 1992. The Politics of Colonial
Sukarno tentang apa yang semestinya Exploitation: Java, The Dutch, and
digambarkan di dalam Museum Sejarah tidak the Cultivation System. Ithaca: Cornell
dapat terwujud sepenuhnya. Dalam masa University.
pemerintahan Suharto terjadi perubahan Heuken, Adolf. 2008. Medan Merdeka Jantung
dalam penggambaran beberapa diorama. Ibukota RI, Jakarta: Yayasan Cipta Loka
Perubahan diorama dilakukan dilakukan untuk Caraka.
menyampaikan peran penting militer Indonesia Kanumoyoso, Bondan. 2001. Nasionalisasi
dalam perjalanan sejarah bangsa. Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta:
Pemikiran yang mendasari apa yang Pustaka Sinar Harapan.
telah disajikan dalam tulisan ini adalah untuk ___________________, Beyond the City Wall:
meningkatkan kesadaran akan arti penting Society and Economic Development in
sejarah nasional dan membangkitkan kepedulian the Ommelanden of Batavia, 1687-1740.
kalangan akademis terhadap Museum Sejarah di 2011. Disertasi yang tidak diterbitkan,
Monumen Nasional demi perbaikannya di masa Laiden: Universitas Leiden.
depan. Peningkatan kesadaran dilakukan dengan Kartini. 1979. Surat-Surat Kartini: Renungan
menyajikan data yang tepat dan interpretasi tentang dan untuk bangsanya (terjemahan
yang menarik tentang apa sesungguhnya pesan Sulastin Sutrisno). Jakarta: Penerbit
yang hendak disampaikan di balik pembuatan Djambatan.
Museum Sejarah oleh para penggagasnya. Kartodirdjo, Sartono. 1973. Protest movements
Sedangkan peningkatan kepedulian dilakukan in rural Java: a Study of agrarian unrest
dengan memberikan landasan ilmu kesejarahan in the ninenteenth and early twientieth
dalam menafsirkan wacana yang dikembangkan century, Singapore. New York: Oxford
dalam Museum sejarah. Dengan meningkatnya University Press.
kepedulian dari kalangan akademis maka Kurasawa, Aiko. 2015 Kuasa Jepang di Jawa:
diharapkan akan muncul berbagai kajian baru Perubahan Sosial di Pedesaan. Jakarta:
terhadap Museum Sejarah dengan ditinjau dari Komunitas Bambu.
berbagai macam bidang ilmu selain dari sejarah. Kusno, Abidin. 2009. Ruang Publik, Identitas dan
Istilah wacana sejarah Indonesia digunakan Memori Kolektif: Jakarta Pasca-Suharto.
dalam tulisan ini untuk menggambarkan adanya
berbagai gagasan yang pernah diwujudkan di
dalam museum. Tidak seperti yang dibayangkan

15
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 1—16
Yogyakarta: Ombak. Taman Siswa. Jakarta: Balai Pustaka.
Mas’oed, Mochtar.1989. Ekonomi dan Struktur Widjojo, Muridan. 2013. Pemberontakan
Politik Orde Baru: 1966-1971. Jakarta: Nuku: Persekutuan Lintas Budaya di
LP3ES. Maluku Papua Sekitar 1780-1810. Depok:
Rahardjo, Supratikno dan Bondan Kanumoyoso. Komunitas Bambu.
2013. Riwayat Monumen Nasional. Zuhdi, Susanto dkk. 2011. 50 Tahun Monumen
Jakarta: Unit Pengelola Monumen Nasional 1961-2011. Jakarta: Unit
Nasional. Pengelola Monumen Nasional Dinas
Salam, Solichin. 1989. Tugu Nasional dan Kebudayaan dan Permuseuman Pemprov.
Soedarsono. Jakarta: Penerbit Kuningmas. DKI Jakarta.
Tsuchiya, Kenji. 1992. Demokrasi dan
Kepemimpinan: Kebangkitan Gerakan

16

You might also like