Hukum Meriwayatkan Dan Mengamalkan Hadis Daif Untuk Fa Hāil Al-A'Māl Muhammad Yusram

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam

Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11


Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

HUKUM MERIWAYATKAN DAN MENGAMALKAN


HADIS DAIF UNTUK FAḌHĀIL Al-A'MĀL

Muhammad Yusram
Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar,
Jl. Inspeksi PAM Manggala-Antang Makassar
E-Mail : yusrananshar@stiba.ac.id

Keywords : ABSTRACT
laws narrated, practice, dhoif This study explains the matter of “The Ruling and Acting on Weak Hadits
(weak) hadith of Fadhail al A’mal”. Hadits is undeniable to be one source of the Islamic
Syari’ah law and legality, but not all is attributed as the sayingss of the
Prophet Mohamed (PBUH). The scholars of Hadits had agreed on the
acceptance of the sound (Sahih) Hadits and good (Hasan) Hadits as the
guidance in rulings and law determination. However, there are differences
among them in terms of weak (Da’if) hadits, primarily that concerns with
Fadhail A’maal. The scholars have 3 different perspectives on it; some
scholars prohibit, some permit and the rests of them permit it with certain
strict conditions. The first argument is adopted by most of the scholars of
Hadits and it appears as the strongest arguments with regard to its accuracy
so as to prevent ones from falsehood in the name of The Prophet Mohamed
(PBUH). Moreover, the conditions of its permission referred by a group of
scholars seems difficult to implement. The existence of Sound (Sahih) Hadits
and Hasan (Good) Hadits also suffices the Moslem needs as guidance in
their various life aspects.

1
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

PENDAHULUAN1 tersebarnya hadis-hadis palsu tersebut?


Beliau menjawab: Para Ulama atau
Termasuk musibah terbesar yang Kritikus hadis hidup (untuk menerangkan
menimpa kaum muslimin sejak beberapa kebatilannya), kemudian beliau membaca
abad yang silam adalah merebaknya hadis- ayat di atas2.
hadis dha’if (lemah) dan maudhu' (palsu) di Dari sini kita bisa memahami,
antara mereka. Dimana musibah ini umum bahwa beliau rahimahullah memasukkan al-
melanda seluruh kaum muslimin, termasuk Sunnah dalam bagian makna al-Dzikr. Dan
jajaran para ulama mereka, kecuali yang tafsiran yang serupa juga telah disebutkan
diselamatkan oleh Allah Ta'ala dari para oleh ulama lain, diantaranya: Abdurrahman
imam dan kritikus hadis. bin Mahdi, Ibnu Hazm, Ibnul Qoyyim, dan
Tersebarnya hadis-hadis daif dan Muhammad bin Ibrahim al-Wazir
palsu ini banyak mengakibatkan kerusakan rahimahumullah 3.
yang fatal pada seluruh aspek kehidupan Maka tampillah para imam kaum
beragama umat ini. Diantaranya ada yang muslimin untuk menjelaskan keadaan dari
berkaitan dengan akidah, syariat, kebanyakan hadis-hadis itu, baik yang
muamalah dan sebagainya. sahih, lemah, ataupun yang palsu. Mereka
Namun satu karunia Allah Ta'ala kemudian menetapkan ushul dan kaidah-
yang sangat patut disyukuri, bahwasanya kaidah brilian, yang dengannya seorang
Allah Ta'ala tidak membiarkan hadis-hadis dapat mengetahui derajat atau kedudukan
buatan ini beredar begitu saja di tengah- suatu hadis. Dan kaidah-kaidah itulah yang
tengah kaum muslimin. Melalui rahmat kemudian dikenal dengan Ilmu Mustholah
dan kasih sayang-Nya, Ia mendatangkan al-Hadits.
dan menghidupkan para imam hadis; Akan tetapi, sangat disayangkan,
pengawal ilmu agama, pembawa bendera kendati para ulama telah memudahkan
al-Sunnah, yang kemudian bangkit jalan bagi umat agar mengenali derajat
menerangkan hakikat dan membongkar setiap hadis yang banyak berserakan dalam
kedustaan seluruh hadis-hadis daif dan kitab-kitab, kenyataannya masih banyak
palsu tersebut kepada manusia. Dan hal ini kaum muslimin termasuk para dai atau
merupakan bentuk penjagaan serta mubalig berpaling dari mengkaji kitab-
pemeliharaan dari Allah Ta'ala terhadap kitab para ulama tersebut. Akhirnya,
wahyu-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman mereka sangat jahil dan tidak mengetahui
dalam Q.S. Al Hijr/15: 9. keadaan atau derajat hadis-hadis yang
ِّ ‫إِ َّنا َنحْ ن َن َّز ْل َنا‬
َ‫الذ ْكرَ َوإِ َّنا لَه لَحَ افِظون‬ mereka dengarkan atau mereka baca.
Terjemahannya: Karenanya, kerap kali kita menyaksikan
"Sesungguhnya Kami-lah yang dan mendengarkan nasihat dari sebagian
menurunkan al-Dzikr, dan dai, khatib dan selainnya yang mengandung
sesungguhnya Kami benar-benar hadis-hadis dha’if, bahkan maudhu'. Padahal,
memeliharanya”. ini sangat berbahaya lantaran Nabi
Kata “al-Dzikr” pada ayat ini shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:
mencakup makna al-Quran dan al-Sunnah. ْْ‫بْ َعلَيْْ ُمتَ َع ِّم ًداْفَليَتَبَوأْْ َمق َع َدْهُْ ِمنْْالنا ِْر‬
َْ ‫َمنْْ َك َذ‬
Karenanya, ketika Imam Abdullah bin Artinya:
Mubarak rahimahullah ditanya tentang

1Muhammad Nasiruddīn al-Albani, Silsilah al-Suyūthi, Tadrīb al-Rowī fī Syarh Taqrīb al-
al-Ahadis al-Dhoifah wa al-Maudhu’ah, (Cet. I, Nawawī, ed. Naẓr Muhammad Al Faryābī, (Cet. II,
Juz: I, Riyadh, Maktabah Al Ma'ārif, th. 1413 H), h. Juz. I, Riyadh, Maktabah al-Kautsar, th. 1415 H), h.
46 333.
2Abdur Rahmān bin Abī Hātim, al-Jarh wa 3Muhammad Nashiruddīn al-Albanī, al-

al-Ta'dīl, ed. Abdurrahmān Bin Yahyā al-Mu'allimi Hadītṡ Hujjatun bi Nafsihi fī al-Aqā’id wa al-
al-Yamani, (Cet. I, Juz: 1, Beirut, Dār al-Kutub al- Ahkām, ed. Muhammad 'Ied al-Abbasī, (Cet. I,
Ilmiyyah, th. 1371 H), h. 3. Lihat pula: Jalaluddīn Kuwait, al-Dār al-Salafīyah, th. 1406 H), h. 21-26.

Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…


2
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

"Barangsiapa yang berdusta atas (nama)-ku, apa yang sebenarnya


(nama) ku dengan sengaja, maka tidak aku katakan, maka hendaknya
hendaknya dia menyiapkan tempat dia menyiapkan tempat duduknya di
duduknya di neraka".4 neraka".7
Dalam keterangan lain, seseorang ْ‫َح ُْدْال َك ِاذبني‬ ِ
َ ‫يَُرىْأَنهُْْ َكذبْْفَ ُه َْوْأ‬
8
juga dilarang menyampaikan setiap hadis Artinya:
yang ia dengar tanpa memilah terlebih Kedua: Dari Samurah bin Jundub
dahulu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam radhiallahu anhu, Rasulullah
bersabda: shallallahu alaihi wasallam bersabda:
َْ ‫َك َفىْبِال َمرِءْْ َك ِذبًاْأَنْْ ُُيَد‬
ْ‫ِّثْبِ ُك ِّْلْ َماْ ََِس َْع‬ "Barangsiapa yang mengucapkan
Artinya: suatu hadis dariku yang dia
"Cukuplah seorang itu dikatakan menduga bahwa itu dusta (palsu),
pendusta, jika menyampaikan setiap maka dia termasuk satu dari dua
apa yang dia dengar" 5 pendusta atau satu diantara para
Berkata Imam Ibnu Hibban pendusta".9
rahimahullah dalam muqaddimah Kitab Dari keterangan-keterangan di
Shahihnya6: "Pasal: Keterangan tentang atas, maka jelaslah bahwa tidak boleh bagi
wajibnya masuk neraka seorang yang seseorang menyebarkan hadis-hadis tanpa
menisbatkan sesuatu (perkataan atau mengecek terlebih dahulu akan
perbuatan) kepada al-Musthofa (Nabi kesahihannya. Dan siapa yang berani
shallallahu alaihi wasallam) padahal orang itu melakukan demikian, maka dia termasuk
tidak mengetahui kesahihan hadis orang-orang yang telah berdusta atas nama
tersebut", kemudian beliau (Ibnu Hibban) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
mengutip dua hadis yang membuktian padahal beliau telah bersabda :
ْ‫ب ْ َعلَيْ ْ ُمتَ َع ِّم ًدا‬
َْ ‫َحدْ ْ َمنْْْ َك َذ‬ ِ ْ ‫ْإِنْْْ َك ِذبا ْعلَيْ ْلَي‬
kebenaran perkataannya itu: َ ‫سْْ َك َكذبْ ْ َعلَى ْأ‬ َ َ ً
ْ‫ولْالل ِْهْصلى‬ ِْ ‫َبْ ُهَري َرةَْْرضيْاهللْعنهْ َعنْْ َر ُْس‬ ْ ِ‫ْ َعنْْأ‬-1 ْْْ‫فَليَتَبَوأْْ َمق َع َدْهُْ ِمنْْالنا ِْر‬
ِ
‫الْ َعلَىْْ َماْ َْلْأَقُلْْفَلْيَتَبَوأْْ َمق َع َدْهُْم َْنْالنْا ِْر‬ َْ َ‫ْ َمنْْق‬:‫ال‬َ َ‫اهللْعليهْوسلمْق‬ Artinya:
Artinya: Sungguh berdusta atas (nama)-ku
Pertama: Dari Abu Hurairah tidak sama dengan berdusta atas
radhiallahu anhu, Rasulullah seseorang (selain aku), barangsiapa
shallallahu alaihi wasallam bersabda: yang berdusta atasku dengan
"Barangsiapa yang berkata atas sengaja maka hendaknya dia

4
Hadis ini mutawatir secara lafazh dan Kamal Yusuf al-Hut, (Cet. II, Juz: I, Beirut, Daar al-
makna. Diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam Kutub al-Ilmiyyah, th. 1417 H), h. 117.
Shahih-nya, no: 110. (lihat: Ibnu Hajar al- 7Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam

Atsqalani, Fathul Bari, (Cet. I, Juz: I, Riyadh, Daar Ahmad dalam Musnad-nya; lihat: Ahmad bin
al- Salam, thn. 1421 H), h. 267). Juga diriwayatkan Muhammad bin Hanbal al- Syaibani, Musnad
oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah Shahih- Imam Ahmad, ed. Syuaib Al Arnouth dkk, (Cet. I,
nya (Lihat: Muhyiddīn al-Nawawī, al-Minhaj Juz: XIV, Beirut, Muassasah al- Risalah, th. 1421
Syarhu Shohīh Muslim bin al-Hajjāj, ed. Khalil H), h. 384, dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya, no:
Ma'mūn Syiha, (Cet. I, Juz. I, Beirut, Dār al- 34, lihat: Muhammad bin Yazid al- Qazwini, Sunan
Ma'rifah, th. 1414 H), h. 27. Lihat pula: Jalaluddin Ibn Majah, ed. Ma’mun Khalil Syiha, (Cet. I, Juz: I,
al-Suyūthī, Qathfu al-Azhār al-Mutanatsiroh fī Beirut, Muassasah al- Risalah, th. 1416 H), h. 28.
Akhbār al-Mutawātirah, ed. Khalil Muhyiddīn al- Sanad hadis ini dinyatakan “Hasan” oleh
Mais, (Cet. I, Beirut, al-Maktabah al-Islami, th. Nashiruddin al-Albani dalam Muqaddimah
1405 H), h. 23. Muhammad Nashiruddin al-Albani, Silsilah al-
5Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Ahadis al-Dhoifah wa al-Maudhu’ah,, h. 50.
mukadimah kitab Sahih beliau, (lihat: Yahya bin
Syaraf al-Nawawī, al-Minhaj Syarhu Shohīh 9Lihat:
Yahya bin Syaraf al-Nawawī, al-
Muslim bin al-Hajjāj, Juz: I. h. 27). Minhaj Syarhu Shohīh Muslim bin al-Hajjāj, Juz: I.
6Lihat: Al-Amir ‘Alauddin bin Balaban al- h. 22.
Farisi, al-Ihsan bi Tartib Sahih Ibni Hibban, ed.

3
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

menempati tempat duduknya di juru mubalig, ustaz, ataupun khatib yang


neraka. 10 membawakan hadis-hadis daif berdalih,
Aku ini tidak pernah berpisah bahwa ini bagian dari "Fadhail al-A'mal"
dengan beliau akan tetapi aku telah (keutamaan-keutamaan amal) yang
mendengar Karena itulah, para sahabat dibolehkan. Olehnya, semoga tulisan ini
sangat takut dan berhati-hati sekali dalam memberi pencerahan bagi kita, apakah
meriwayatkan hadis-hadis Nabi, dalih dan hujjah mereka itu bisa diterima
sebagaimana disebutkan dalam banyak atau tidak. Wallahu Al Muwaffiq ilaa Sawaai
riwayat, diantaranya: As Sabiil.
Dari Abdullah bin Zubair, ia
berkata : Aku berkata kepada Zubair
(bapaknya), Aku tidak mendengarkan PEMBAHASAN
engkau menyampaikan hadis dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam A. Hukum Meriwayatkan Dan
sebagaimana yang (banyak) disampaikan Mengamalkan Hadis Daif
oleh si fulan dan si fulan’. Beliau Para Ulama berbeda pendapat
menjawab, “Sesungguhnya beliau tentang hukum meriwayatkan dan
bersabda, mengamalkan hadis daif. Perbedaan ini
ْ
ِ ‫َمنْ َك َذبَ َعلَيَّ َف ْل َي َتبَوَّ أ َم ْق َعدَه مِنْ ال َّن‬
‫ار‬ terbagi dalam atas tiga pendapat13:
Artinya: Pertama: Hadis daif itu tidak boleh
“Barangsiapa yang berdusta atas diamalkan secara mutlak, baik dalam
namaku dengan sengaja maka masalah hukum, aqidah, targhib wa tarhib
hendaknya dia menyiapkan tempat dan selainnya. Pendapat ini dipegang oleh
duduknya di neraka” 11 beberapa ulama terkemuka di bidang hadis,
Dan dari Abdurrahman bin Abi diantaranya: al-Hafizh Yahya bin Ma'in,
Laila, ia berkata: Kami berkata kepada Zaid Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam al-
bin Arqam: “Sampaikan pada kami (hadis- Khaththabi, Imam Ibnu Hazm, al-Hafizh
hadis) dari Rasulullah shallallahu alaihi Abu Bakar Ibnu al-'Arabi al-Maliki, dan
wasallam”. Beliau menjawab: “Kami sudah Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah.
tua dan banyak lupa, sedangkan Kedua: Boleh mengamalkan hadis
menyampaikan hadis dari Rasulullah daif dalam bab Fadhail al-A'mal, dan targhib
shallallahu alaihi wasalam adalah suatu wa tarhib, namun tidak diamalkan dalam
urusan yang sangat berat".12 masalah akidah dan hukum. Pendapat ini
Dari sinilah, nampak bagi kita dicetuskan oleh sebagian ahli Fikih dan ahli
urgensi mengetahui masalah yang akan kita Hadis, seperti al-Hafizh Ibnu Abdil Barr,
paparkan ini. Sebab sebagian besar para

10Hadis ini diriwayatkan oleh Imam 13 Lihat: Muhammad bin Abdurrahman al-
Bukhari, no: 1291, (lihat: Ibnu Hajar al- Atsqalani, Sakhawi, Al Qaul al- Badi’ fii Al Shalati ‘ala al-
Fathul Bari, Cet. I, Juz: III, Riyadh, Daar al- Salam, Habib al-Syafii’, (Kairo, Maktabah Ibn Taimiyah),
thn. 1421 H), h. 205), dan Muslim dalam h. 255, Jalaluddīn al-Suyūthi, Tadrīb al-Rowī fī
Mukadimah Shahih-nya, (lihat: Yahya bin Syaraf Syarh Taqrīb al-Nawawī, ed. Naẓr Muhammad Al
al-Nawawī, al-Minhaj Syarhu Shohīh Muslim bin Faryābī, (Cet. II, Riyadh, Maktabah al-Kautsar, th.
al-Hajjāj, Juz: I, h. 28). 1415 H), h. 350. Lihat pula: Thahir al-Jazairi al-
11Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, no: Dimasyqi, Taujih al-Nazhar Ila Ushul al-Atsar, ed.
107. (Lihat; Ibnu Hajar al- Atsqalani, Fathul Bari, Abdul Fattah Abu Guddah, (Cet. I, Juz: II, Halb,
Juz: I, h. 265). Maktab al-Mathbu'at al- Islamiyah, 1416 H), h.
12Atsar ini sahih, diriwayatkan oleh Ibnu 653. Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Qawaid
Majah dalam Mukadimah al-Sunan, Bab: al- al-Tahdits min Funun Mushthalah al-Hadits, (Cet.
Tawaqqi fi Hadits ‘an Rasulillah, no: 25. lihat: II, Beirut, Daar al-Nafaais, 1414H), h. 116, Abdul
Muhammad bin Yazid al- Qazwini, Sunan Ibn Karim bin Abdullah al-Khudhair, Al Hadits al Dhoif
Majah, Juz: I, h. 28. wa Hukmu al-Ihtijaj Bihi, (Cet. II, Riyadh,
Maktabah al Minhaj, th. 1426 H), h. 249-273

4
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

Ibnu Qudamah, Imam Nawawi, al-Hafizh Bukan dalam masalah akidah, hukum -
Ibn Katsir dan Imam Suyuthi. urusan halal haram dan lainnya-, tafsir al-
Ketiga : Boleh mengamalkan hadis Qur'an dan sebagainya yang sifatnya
daif secara mutlak, baik dalam masalah prinsip dalam al-Dien ini.17
fikih, akidah dan selainnya, jika dalam 5. Orang yang mengamalkan tidak
masalah itu tidak didapatkan hadis-hadis boleh mempopulerkan hadis tersebut,
sahih ataupun hasan. Pendapat atau karena masyarakat awam jika melihat hadis
mazhab ketiga ini dinisbatkan kepada itu mereka pasti menyangka bahwa ia
keempat imam mazhab utamanya Imam merupakan hadis Rasulullah shallallahu
Ahmad dan muridnya Abu Dawud. alaihi wasallam.18
6. Dalam periwayatannya tidak
B. Syarat Meriwayatkan Dan boleh menggunakan shigah (bentuk) al-
Mengamalkan Hadis Daif jazm, seperti “qaala” (Rasulullah shallallahu
Perlu diketahui, para Ulama yang alaihi wasallam telah bersabda). namun
membolehkan periwayatan dan hendaknya menggunakan shigah al-tamridh
pengamalan hadis daif, menetapkan (bentuk yang menunjukkan bahwa hadis
beberapa syarat yang mesti diperhatikan: itu ada cacatnya), seperti: ”qiila”
1. Hadis tersebut tidak lemah sekali (dikatakan), “ruwiya” (diriwayatkan) dan
-bukan hadis yang derajatnya dha’if jiddan lafazh-lafazh lain yang dikenal di kalangan
apalagi maudhu'-.14 ahli hadis.19
2. Hadis daif tersebut masuk dan
ditunjuki oleh suatu dasar umum dan C. Penjelasan dari para ulama
dipegangi yang berasal dari hadis sahih. yang tidak membolehkan periwayatan
Dimana hadis daif itu tidak boleh dijadikan dan pengamalan hadis daif secara
asal dan dasar dalam menetapkan suatu mutlak
hukum.15 Para ulama hadis yang berpegang
3. Tidak boleh meyakini bahwa ia pada pendapat pertama -tidak boleh
adalah sabda Nabi atau perbuatan beliau. meriwayatkan dan mengamalkan hadis daif
Hadis itu diamalkan hanya karena kehati- secara mutlak-, telah mengemukakan dalil-
hatian ketimbang mengamalkan sesuatu dalil atas pernyataan ini, diantaranya:
yang tidak ada dasarnya sama sekali.16 Pertama: Dalil-dalil umum yang
4. Hadis tersebut khusus untuk melarang menyampaikan hadis kecuali
Fadhail al-A'mal atau Targhib wa Tarhib. yang sahih dan benar datangnya dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam -lihat

14Lihat: Ahmad bin Ali bin Hajar al- Juz. I, Riyadh, Maktabah al-Kautsar, th. 1415 H), h.
Atsqalani, Tabyin al- ‘Ajab fi Bayan Fadhli Rajab, 351
ed. Thariq ‘Iwadhullah, (Mesir, Muassasah 17 Lihat: Utsman bin Abdirrahman bin

Qurthubah,), h. 23, lihat pula: Jalaluddīn al- Sholah, Ulumul Hadits, ed. Nuruddin ‘Itr,
Suyūthi, Tadrīb al-Rowī fī Syarh Taqrīb al- (Dimasyq, Darul Fikr, th. 1406H), h. 103 dan Yahya
Nawawī, ed. Naẓr Muhammad Al Faryābī, (Cet. II, bin Syaraf al Nawawi, al Taqrib wa al Taysir, ed.
Juz. I, Riyadh, Maktabah al-Kautsar, th. 1415 H), h. Muhammad Utsman al Khasyats, (Cet. I, Beirut,
351 Dar al Kitab al Arabi, th. 1405H), h. 48
15 Lihat: Jalaluddīn al-Suyūthi, Tadrīb al- 18 Lihat: Ahmad bin Ali bin Hajar al-

Rowī fī Syarh Taqrīb al-Nawawī, ed. Naẓr Atsqalani, Tabyin al- ‘Ajab fi Bayan Fadhli Rajab,
Muhammad Al Faryābī, (Cet. II, Juz. I, Riyadh, ed. Thariq ‘Iwadhullah, (Mesir, Muassasah
Maktabah al-Kautsar, th. 1415 H), h. 351 Qurthubah,), h. 23
16 Lihat: Ahmad bin Ali bin Hajar al- 19Lihat: Utsman bin Abdirrahman bin

Atsqalani, Tabyin al- ‘Ajab fi Bayan Fadhli Rajab, Sholah, Ulumul Hadits, ed. Nuruddin ‘Itr,
ed. Thariq ‘Iwadhullah, (Mesir, Muassasah (Dimasyq, Darul Fikr, th. 1406H), h. 103-104 dan
Qurthubah,), h. 23, lihat pula: Jalaluddīn al- Jalaluddīn al-Suyūthi, Tadrīb al-Rowī fī Syarh
Suyūthi, Tadrīb al-Rowī fī Syarh Taqrīb al- Taqrīb al-Nawawī, ed. Naẓr Muhammad Al
Nawawī, ed. Naẓr Muhammad Al Faryābī, (Cet. II, Faryābī, (Cet. II, Juz. I, Riyadh, Maktabah al-
Kautsar, th. 1415 H), h. 350

5
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

sebagian dari dalil-dalil mereka pada bagian ulama hadis, terlebih masa saat kita
pertama tulisan ini-. Mereka mengatakan, sekarang ini dimana keberadaan seseorang
bahwa menisbatkan atau menyandarkan yang tidak menyebutkan hadis kecuali yang
hadis daif kepada Rasulullah shallallahu sahih dan menjelaskan kepada masyarakat
alaihi wasallam, tidak dibenarkan sama tentang bahaya hadis daif sangat langka .
sekali. 2. Maksud para ulama dari syarat
Kedua: Mereka mengatakan, kedua adalah, bahwa amal atau pekerjaan
bahwa kabar yang bersumber dari hadis tersebut sudah disepakati sebagai suatu
daif itu hanya memberikan faedah berupa perbuatan yang baik atau buruk
zhon (prasangka) yang lemah, yaitu masih berdasarkan ijmak dan nash-nash dari al-
diragukan apakah benar sabda Nabi atau Quran dan hadis seperti tilawah al-Quran,
bukan. Olehnya, atas dasar apa kita doa, bersedekah, berbuat baik kepada
mengatakan bahwa hadis daif bisa manusia, bohong, hasad, dan lain-lain.
diamalkan? Padahal Allah mencela zhon itu Kemudian datang hadis daif yang
dalam beberapa ayat al-Qur'an seperti menyebutkan keutamaan beberapa amal
firman Allah dalam surah An-Najm :28 dan pahalanya atau buruknya beberapa
Terjemahannya: amal dan siksanya serta kadar-kadar dari
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pahala atau siksa bagi siapa yang
pengetahuan pun tentang itu. Mereka mengerjakannya. Jadi seseorang yang
tidak lain hanyalah mengikuti mengerjakan perbuatan baik itu atau
persangkaan sedang sesungguhnya meninggalkan perbuatan yang buruk
persangkaan itu tiada berfaedah berdasarkan apa yang disebutkan dalam
sedikitpun terhadap kebenaran". keterangan yang sahih namun
Demikian pula Rasulullah shallallahu alaihi mengharapkan pahala atau takut akan siksa
wasallam bersabda: sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
ِْ ‫بْاْلَ ِد‬
ْ‫يث‬ ُْ ‫إِيا ُكمْْ َوالظنْْفَِإنْْالظنْْأَك َذ‬ daif.
Artinya: Sayangnya, syarat yang kedua
"Jauhilah zhon (prasangka), karena inipun kurang diperhatikan dan banyak
prasangka itu sedusta-dusta dilanggar oleh para pengamal hadis daif.
perkataan atau ucapan".20 Kenyataannya, banyak kita temukan
Adapun syarat-syarat yang mereka mengamalkan sesuatu yang tidak
dikemukakan oleh penganut pendapat mempunyai dasar atau keterangan sama
kedua, telah mereka jawab dan tanggapi sekali dari hadis-hadis sahih. Seperti orang-
sebagai berikut21: orang yang mengkhususkan beberapa
1. Syarat pertama yang mereka waktu untuk membaca surah tertentu
kemukakan ini disepakati oleh seluruh dalam Al Quran yang tidak didasari dengan
ulama. Namun ia sangat sulit dipenuhi, hadis sahih atau hasan. Jadi pada
karena itu sama artinya bahwa setiap orang hakikatnya syarat kedua ini menyuruh kita
yang mau membawakan hadis daif harus untuk mengamalkan sesuatu yang sudah
benar-benar mengetahui keadaan hadis ada dasarnya dari hadis-hadis sahih.
daif itu apakah termasuk daif ringan atau Pertanyaannya, kalau amalan tersebut
berat (dha’if jiddan). Dan membedakan dan sudah disebutkan dalam hadis sahih, untuk
mengetahui hal ini sangat amat sulit bagi apa lagi melirik pada hadis yang lemah?.
kebanyakan orang disebabkan kurangnya

20Hadis ini diriwayatkan oleh Imam 21Lihat: Abdul Karim bin Abdullah al-

Bukhari, no: 5143, lihat: al- Hafizh Ibnu Hajar al- Khudhair, Al-Hadits al-Dhoif wa Hukmu al-Ihtijaj
Atsqalani, Fathul Bari, Juz: IX, h. 205, dan Muslim Bihi, (Cet. II, Riyadh, Maktabah Daar al-Minhaj, th.
dalam Muqaddimah Sahih-nya,lihat: Imam 1426H), h. 291-299, dan lihat pula: Abdul Aziz
Muhyiddīn al-Nawawī, al-Minhaj Syarhu Shohīh Abdurrahman al-Utsaim, Tahqiqul Qaul bil ‘Amal
Muslim bin al-Hajjāj, (Juz: XVI), h. 335. bil Hadits al-Dhoif, (Medinah, Al Jamiah al-
Islamiyah, th. 1405H), h. 54-64

6
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

3. Syarat yang ketiga sama dengan sekarang ini yang mana pengetahuan
syarat yang pertama dalam hal harusnya tentang ilmu hadis sangat kurang di
mengetahui kelemahan hadis tersebut. kalangan ulama, para khatib, atau mubalig
Namun kenyataan yang kita saksikan, apalagi masyarakat awam. Karenanya
bahwa kebanyakan orang-orang saat sangat tepat apa yang dikatakan oleh Syekh
sekarang ini tidak mengetahui hal tersebut. Ahmad Syakir:
Hingga ketika mengamalkannya mereka Menurut saya, menjelaskan kelemahan
meyakini hadis itu sebagai sabda atau suatu hadis merupakan suatu keharusan
perbuatan Rasulullah. Dengan demikian dalam segala keadaan, karena jika hal
syarat yang ketiga inipun telah dilanggar. itu tidak dijelaskan, seseorang yang
4. Syarat yang keempat ini membacanya akan menyangka bahwa dia
mengharuskan bagi orang yang mau adalah hadis yang sahih apalagi jika yang
membawakannya untuk tahu terlebih menukilnya adalah dari kalangan ulama
dahulu apakah hadis ini termasuk dalam yang orang-orang merujuk kepada
Fadhailul a'mal ataukah masalah akidah dan perkataannya.. .
22

hukum. Lalu syarat ini tidak bisa diterima Dari jawaban-jawaban di atas
sepenuhnya karena sesungguhnya Fadhailul nampak bagi kita kuatnya
a'mal itu juga bagian dari syariat sama pendapat/mazhab pertama, apalagi syarat-
halnya dengan akidah, tafsir, atau masalah syarat yang ditetapkan oleh ulama yang
hukum, maka mana dalil yang berpegang pada pendapat kedua sangat
menunjukkan bolehnya dibeda-bedakan? sulit untuk diterapkan dan telah banyak
Kemudian tidak adanya kaidah yang jelas dilanggar oleh kaum muslimin saat
dalam menentukan sesuatu itu masuk ke sekarang, baik itusecara sengaja ataupun
bagian Fadhailul a'mal atau bukan, tidak.
karenanya sering kita dapatkan sebuah Adapun perkataan Imam Ahmad
hadis yang dianggap oleh sebagian ulama (pendapat atau mazhab ketiga) bahwasanya
sebagai Fadhailul amal namun ulama yang beliau rahimahullah jika tidak mendapatkan
lainnya melihat sebagai masalah hukum hadis sahih dalam satu bab maka beliau
sehingga mengambil istinbath (ketetapan) berpegang pada hadis yang daif ketimbang
hukum dari hadis tersebut. Hal lain kadang berpegang pada pendapatnya sendiri atau
suatu hadis terkandung padanya dua hal pendapat imam yang lain. Menurut
tersebut sekaligus yaitu masalah hukum sebagian ulama diantaranya Syekh al Islam
dan juga Fadhail a’mal. Ibn Taimiyah maksud dari hadis daif di sini
5. Syarat kelima ini sangat banyak adalah hadis hasan menurut istilah kita
dilanggar oleh kaum muslimin, dimana saat sekarang. Karena pada masa mereka ilmu
sekarang ini sangat banyak hadis daif yang mushtholah hadis belum begitu berkembang
dikenal dan dipraktekkan sama sehingga pembagian hadis yang mereka
kedudukannya dengan hadis sahih bahkan kenal ketika itu hanyalah sahih dan daif,
lebih. Karenanya sangat banyak ibadah- jadi jika mereka menyebutkan hadis daif
ibadah yang tidak benar yang mereka ketika itu maka boleh jadi yang mereka
kerjakan lalu mereka meninggalkan ibadah- maksud hadis hasan menurut istilah kita
ibadah yang sudah jelas berdasarkan hadis sekarang, karena yang pertama kali banyak
yang sahih. menggunakan pembagian hadis menjadi
6. Syarat yang terakhir ini sangat tiga : sahih, hasan, daif adalah Imam At-
sulit untuk diterapkan disebabkan Tirmidzi, yang mana beliau datang sesudah
kurangnya orang yang mengerti isyarat dari Imam Ahmad.23. Namun pandangan
lafaz-lafaz tersebut terutama di zaman kita Imam Ibn Taimiyah ini kurang tepat

22 Lihat: Ahmad Muhammad Syakir, al- 23


Lihat: Ibnu Taimiyah, Qoidah Jalilah fi
Ba'its al-Hatsits Syarh Ikhtishor 'Ulum al-Hadis, al-Tawassul Wa al-Wasilah, ed. Robi' bin Hadi al-
(Cet. I, Daar al-'Ashimah, th. 1415 H), Juz. I, h. 278. Madkhali, (Cet. I, Al-Madinah al-Munawwarah,
Maktabah Linas, th. 1412 H), h. 163. Ibnu Hajar al-

7
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

karena ternyata peristilahan hadis hasan beberapa syarat yang telah ditetapkan.
sudah dikenal oleh sebagian ulama Kemudian beliau rahimahullah
sebelum Imam Tirmidzi seperti yang mengemukakan pendapatnya dan berkata:
difahami dari ungkapan beberapa ulama "Hendaknya seseorang takut terkena
seperti Ali ibn Al Madini, Imam Ahmad ancaman Rasulullah dalam sebuah
dan Imam Bukhari, Wallohu a’lam24 hadisnya: "Barangsiapa yang
Itulah hujjah-hujjah dan jawaban menyampaikan satu hadis dariku dan dia
serta tanggapan yang telah dikemukakan menyangka bahwa hadis itu dusta (tidak
oleh para ulama yang memandang tidak benar dari sabda Nabi) maka dia termasuk
boleh meriwayatkan dan mengamalkan satu dari dua pendusta atau para pendusta."
hadis daif secara mutlak baik itu untuk Jika meriwayatkan hadis daif saja terlarang
fadhailul a'mal maupun yang lainnya. apalagi mengamalkannya?! Dan tidak ada
Sebelum kami akhiri pembahasan ini kami perbedaan (hukum) dalam hal
akan kutip beberapa perkataan para ulama mengamalkan suatu hadis dalam masalah
hadis tentang hukum meriwayatkan hadis- Ahkam atau Fadhailul A'mal karena semua
hadis daif: itu adalah bagian dari syariat26.
1. Imam Muslim menyatakan 3.Syaikh Ahmad Muhammad
dalam mukadimah kitabnya “Shahih Syakir menyatakan: "....Bahwasanya tidak
Muslim”: ”Ketahuilah mudah-mudahan ada perbedaan antara masalah ahkam
Allah memberi taufik kepadamu bahwa (hukum-hukum), Fadhail al-a'mal dan yang
wajib bagi setiap orang untuk lainnya tentang tidak bolehnya mengambil
membedakan antara riwayat-riwayat yang hadis-hadis daif sebagai pegangan, bahkan
sahih dengan riwayat-riwayat yang lemah seseorang tidak boleh berhujjah kecuali dari
dan membedakan antara rawi-rawi yang kabar yang benar datangnya dari Rasulullah
tsiqoh (kuat/terpercaya) dengan rawi-rawi ( berupa hadis sahih atau hasan)".
yang tertuduh. Hendaknya seseorang tidak
meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah PENUTUP
kecuali yang dia ketahui kesahihan atau
kebenaran riwayat-riwayat tersebut dan Dalam bagian akhir dari tulisan ini
terjaganya orang-orang yang dapat kita ketahui dan simpulkan bahwa
meriwayatkannya (dari dusta, dan lain- ulama telah berikhtilaf dalam hukum
lain). Dan hendaknya seseorang takut serta meriwayatkan dan mengamalkan hadis daif
berhati-hati dari meriwayatkan hadis jika di dalam Fadhail al-A'mal. Namun dari tiga
dalamnya ada rawi hadis yang dituduh mazhab atau pendapat yang ada, yang
(sebagai pendusta atau memiliki kefasikan paling dekat dengan kebenaran dan sesuai
yang lainnya) dan pembangkang dari dengan dalil-dalil adalah pendapat pertama.
kalangan ahli bid'ah."25 Adapun ulama yang membolehkan telah
2. Al-Hafizh Ibnu Hajar al- membuat dan menetapkan syarat-syarat
Asqalani dalam kitabnya “Tabyin al-’Ajab yang sangat berat dan ketat. Persyaratan
Bima Warada fi Syahri Rajab” menyebutkan tersebut tidak akan dipenuhi kecuali oleh
bahwa sebagian ulama membolehkan ulama-ulama yang mempunyai
meriwayatkan hadis yang lemahnya ringan pengetahuan mendalam tentang ilmu
jika dalam Fadhail al-A'mal dengan hadis, namun karena keberadaan ulama

Asqalani, al-Nukat 'Ala Kitab Ibni al-Sholah, ed. Bihi, (Cet. II, Riyadh, Maktabah Daar al-Minhaj, th.
Robi' bin Hadi al-Madkhali, (Cet. I, al-Madinah al- 1426H), h.285-288
Nabawiyah, al Jami'ah Al Islamiyyah, th. 1404 H), 25 Mukadimah Sahih Muslim, (lihat: Al-

Juz. I, hl. 385. Ahmad Muhammad Syakir, al Baits, Nawawi, al-Minhaj, Op. Cit., Juz. I, h. 20-21).
Op. Cit., Juz. I, h. 279. 26 Ibnu Hajar al-Asqalani, Tabyiinul 'Ajab
24Lihat: Abdul Karim bin Abdullah al- Bima Warada fi Syahri Rajab, ed. Thariq bin
Khudhair, Al-Hadits al-Dhoif wa Hukmu al-Ihtijaj ‘Iwadhullah, (Mesir, Muassasah al-Qurthubah), h.
23

8
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

yang demikian itu pada abad ini sangat waktu yang memadai untuk mengamalkan
langka sekali maka pendapat yang kedua ini hadis yang lemah,Wallohu A’lam
sulit dipegangi lagi untuk saat sekarang ini. Terakhir sekali sebagai suatu
Dan yang perlu kita ketahui dan kesimpulan kami mengutip perkataan dari
camkan bersama bahwa Rasulullah telah Muhaddits (pakar hadis) di abad ini Syaikh
meninggalkan hadis-hadisnya yang banyak Muhammad Nashiruddin al-Albani
kepada kita. Dimana tidak seorang pun di rahimahullah: "Kami menasihati seluruh
muka bumi ini yang mampu menguasai saudara-saudara kami sesama muslim di
seluruh hadis-hadis Rasulullah yang sahih, bagian timur dan barat bumi ini untuk
karenanya barangsiapa yang berpegang meninggalkan pengamalan hadis daif
teguh kepada Al-Quran dan Al-Sunnah Al- secara mutlak dan hendaknya mereka
Shahihah maka sungguh ia telah memusatkan perhatiannya untuk
menjalankan Din ini secara sempurna mengamalkan hadis-hadis yang telah benar
sebagaimana yang dikatakan oleh Abu datangnya dari Rasulullah karena
Dzar radhiallohu anhu : sesungguhnya hadis-hadis sahih itu sudah
، ‫ّللا َعلَ ْي ِه وَ َسلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ّللا‬ َّ ‫َترَ ْك َنا رَ سو َل‬ cukup bagi kita dan dengan
‫ إِال َوهوَ يذ ِّكر َنا‬، ‫َومَا َطائِر ي َقلِّب جَ َناحَ ْي ِه فِي اله ََوا ِء‬
َ ْ mengamalkannya berarti menyelamatkan
َ‫ مَا َبقِي‬: ‫ّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ َف َقا َل‬: ‫ َقا َل‬، ‫ِم ْنه ِع ْلمًا‬ diri kita dari jatuh ke perbuatan dusta atas
َ‫ إِال َو َق ْد ب ِّين‬، ‫ار‬ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ‫ِد‬ ‫ع‬ ‫َا‬
‫ب‬ ‫وي‬ ، ‫َشيْ ء ي َقرِّ ب مِنَ ا ْلجَ َّن ِة‬ nama Rasulullah. Karena sesungguhnya
.‫لَك ْم‬ kami telah mengetahui dengan pengalaman
Artinya: yang ada bahwa orang-orang yang tidak
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sependapat dengan kami dalam masalah ini
meninggalkan kami dan tidak seekor telah terjatuh kepada apa yang telah kami
burung pun yang (terbang) sebutkan berupa dusta (atas nama
membolak-balikkan kedua sayapnya Rasulullah). Karena mereka mengamalkan
di udara kecuali beliau telah setiap apa "yang bertiup" dan "melata"29
menyebutkan ilmunya kepada kami" dari hadis-hadis . Dan Rasulullah
"Beliaupun Rasulullah ( telah shallallahu alaihi wasallam telah
bersabda:"Tidak tinggal sesuatu pun mengisyaratkan akan hal ini lewat sabda
yang mendekatkan (kamu) ke surga beliau: "Cukuplah seseorang dikatakan
dan menjauhkan (kamu) dari neraka sebagai pendusta jika dia menyampaikan
melainkan sesungguhnya telah setiap apa yang dia dengar", karenanya saya
dijelaskan kepada kamu"27 (Syaikh al-Albani) berkata 'cukuplah
Sangat tepat ungkapan yang seseorang itu berada dalam kesesatan jika
pernah disampaikan oleh Imam Abdullah dia mengamalkan setiap apa yang dia
bin Mubarak rahimahullah : dengar' (yakni tanpa menyaringnya terlebih
» ‫ث شغل َعنْ َسقِ ْي ِم ِه‬ ِ ‫ْح الحْ ِد ْي‬ َ ْ‫« لَ َنا فِي‬ dahulu,-pen).
ِ ‫حي‬
ِ ‫ص‬
Artinya: Inilah akhir dari apa yang bisa
“Hadis yang sahih bagi kami sudah kami kumpulkan dan paparkan dalam
menyibukkan dari hadis yang daif”28 membahas hukum meriwayatkan dan
Maksud beliau adalah seandainya mengamalkan hadis daif dalam Fadhailul
kita konsisten dalam mengamalkan hadis- a'mal, mudah-mudahan Allah
hadis yang sahih maka kita tidak memiliki menjadikannya sebagai ilmu yang

27 Diriwayatkan oleh Imam al-Tabrani, al- 29Ini merupakan ungkapan Arab yang

Mu’jam al-Kabir, ed. Hamdi bin Abd. Majid As bermakna: Seorang yang hanya mengutip sesuatu
Salafi, (Cet. II, Kairo, Maktabah Ibn Taimiyah), Juz. perkataan tanpa menyaring dan menyeleksi
II, h. 155, no: 1647, dengan sanad sahih. terlebih dahulu.
28Diriwayatkan oleh al-Khathib al-
Baghdadi, al Jami’ li Akhlaq al-Rawi, ed. Mahmud
al-Thahhan , Juz. II, h. 159.

9
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

bermanfaat di dunia dan terlebih lagi di Wasilah, ed. Robi' bin Hadi Al Madkhali,
akhirat. Wallahu A'lam bi al-shawab. Cet. I; Medinah: Maktabah Linas, 1412H
Hassan, Abdul Qodir. Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Mustholah Hadis, Cet. IV; Bandung: CV
Diponegoro, 1990 M
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. Al Jazaairi, Thohir bin Sholeh,
Al-Masaail (Masalah-Masalah Agama), Juz I, Taujihun Nazhr Ilaa Ushulil Atsar, ed. Abdul
Cet. X; Jakarta: Daarus Sunnah Press, 1434 Fattah Abu Buddah, Cet. I; Halb: Maktab
H Al Mathbu'at Al Islamiyah, 1416H
Al Albani, Muhammad Al Khudhoir, Abdul Karim bin
Nashiruddin. Al Hadits Hujjatun Binafsihi Abdullah ibn Abdurrahman. Al Hadits Adh
Fil 'Aqoid wal Ahkam, ed. Muhammad Ied Dhoif wa Hukmul Ihtijaaj Bihi, Cet. II;
Al Abbasi. Cet. I; Kuwait: Ad Daar As Riyadh: Daarul Minhaj, 1426H
Salafiyah, 1406 H Al Nawawi, Yahya bin Syaraf. al
------------, Shahih Al Jami' Al Taqrib wa al Taysir, ed. Muhammad Utsman
Shoghir wa Ziyadatihi. Cet. III; Beirut: Al al Khasyats, Cet. I; Beirut: Dar al Kitab al
Maktab Al Islami, 1408 H Arabi, 1405 H
-----------, Shahih At Targhib wa At ------------,Al Minhaj Syarhu Sahih
Tarhib Lil Mundziri. Cet. III; Riyadh: Muslim bin Al Hajjaj, Tahqiq : Khalil
Maktabah Al Ma'arif, 1409 H Ma'mun Syiha, Cet. I; Daar Al Ma'rifah,
---------------. Tamamul Minnah Fii 1414 H
At Ta'liq 'Alaa Fiqh Al Sunnah, Cet. III; -------------, Al Adzkar. ed. Basyir
Riyadh: Daar Ar Royah, 1409 H Muhammad 'Uyun, Cet. II; Riyadh:
---------------. Silsilah Al Ahaadits Maktabah Al Muayyad, 1414 H
Al Dhoifah wal Maudhu'ah wa Atsaruha Al Al Qasimi, Muhammad
Sayyi' Fil Ummah. Cet. I; Riyadh: Maktabah Jamaluddin. Qawaid al-Tahdits min Funun
Al Ma'arif, , 1413 H Mushthalah al-Hadits, (Cet. II; Beirut: Daar
Al Atsqalani, Ibnu Hajar, An al-Nafaais, 1414 H.
Nukat 'Ala Kitab Ibn Ash Sholah, ed. Robi' Al Qazwini, Muhammad ibn
bin Hadi Al Madkhali, Cet. I: Medinah, Al Yazid Ibnu Majah, Sunan Ibni Majah, ed.
Jami'ah Al Islamiyyah, 1404 H Khalil Ma'mun Syiha, Cet. I; Beirut: Daar
-----------, Fathul Bari Syarhu Sahih Al Ma'rifah, 1416 H
Al Bukhori, ed. Abdul Aziz bin Baaz, Cet. Al Rozi, Abdurrahman bin Abi
I: Beirut, Daar Al Kutub Al 'Ilmiyyah, 1410 Hatim. Al Jarh wa at Ta'dil, ed.
H Abdurrahman Bin Yahya Al Muallimi, Cet.
I; Beirut: Daar Al Kutub Al 'Ilmiyyah, 1371
------------, Tabyin al- ‘Ajab fi Bayan H
Fadhli Rajab, ed. Thariq ‘Iwadhullah, Mesir, Al Sakhawi, Al Qoul Al Badi' Fish
Muassasah Qurthubah Sholah 'Alaa Al Habib Asy Syafi'i, Kairo:
Al Baghdadi, Ahmad bin Ali bin Maktabah Ibnu Taimiyah
Tsabit bin Mahdi bin Khatib. Al Jami’ Lii Ibn Al Shalah, Utsman. Ulumul
Akhlaq Ar Rawi wa Adab As Saami’, ed. Hadis. ed. Nuruddin 'Itr, Damaskus; Daar
Mahmud al-Thahhan. Cet. II; Riyadh: Al Fikr Al Mu'ashir, 1406H
Maktabah al-Maarif Al Shiddieqy, T. M. Hasbi. Sejarah
Al Farisi, Al Amir 'Alauddin Ibnu dan Pengantar Ilmu Hadis, Cetakan IV, Bulan
Balaban. Al Ihsan Bii Tartib Sahih Ibnu Bintang, 1974M
Hibban, ed. Kamal Yusuf Al Hut. Cet. II; Al Suyuthi, Qothful Azhar Al
Beirut: Daar Al Kutub Al Ilmiyyah, 1417 Mutanatsiroh Fil Akhbar Al Mutawatiroh, ed.
H Khalil Muhyiddin Al Mais, Cet. I; Beirut:
Al Harrani, Ahmad ibn Abd Al Maktab Al Islami, 1405 H
Halim ibn Abd Salam Ibnu Taimiyah, ---------------. Tadrib Ar Rawi Fii
Qoidah Jalilah Fii At Tawassul Wa Al Syarhi Taqrib An Nawawi. ed. Nazhr

10
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 3, No. 1 (2017) : Hal. 1-11
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

Muhammad Al Faryabi, Cet. II; Riyadh:


Maktabah Al Kautsar, 1415 H
Al Syaibani, Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal. Musnad Imam
Ahmad, ed. Syuaib Al Arnouth dkk, Cet. I;
Beirut: Muassasah al- Risalah, 1421 H
Syakir, Ahmad Muhammad. Al
Ba'its Al Hatsits Syarh Ikhtishor 'Ulumul
Hadits. Cet. I; Riyadh: Daar Al 'Ashimah,
1415 H
Al Thabrani, Sulaiman bin Ahmad
bin Ayyub, Al Mu'jam Al Kabir, ed. Hamdi
Abdul Majid As Salafi, Cet. II; Beirut: Daar
Ihyaa At Turots Al 'Arobi, 1405 H
Al ’Utsaim, Abdul Aziz
Abdurrahman ibn Muhammad. Tahqiq al
Qaul Bil ’Amal bil Hadits al Dhoif, Medinah:
Al Jamiah Al Islamiyah, 1405H

11
Muhammad Yusram. Hukum Meriwayatkan dan…

You might also like