Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JPPIPA: 5 (1), Januari 2019

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)


P-ISSN : 2460-2582 | E-ISSN : 2407-795X
Sekretariat : Lt. 3 Gedung Pascasarjana Universitas Mataram
Telp./Fax : (0370) 634918
Email : jppipa@unram.ac.id
Website : http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X


DENGAN MODEL BRAIN BASED LEARNING
LUH DEVI HERLIANDRY1, AHMAD HARJONO2, JANNATIN ‘ARDHUHA3
1
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram, Email : deviherliandry18@gmail.com
2
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram, Email : harjonofkip@unram.ac.id
3
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram, Email : jardhuha@unram.ac.id

Accepted: October 15st, 2018. Approved: November 7st, 2018. Published: November 17st, 2018
DOI: 10.29303/jppipa.v5i1.166

Key Words Abstract


Brain Based The optimal learning process, should be able to facilitate learning activities
Learning, that cover both parts of the brain. This study aims to determine the effect of
Critical brain based learning model on the critical thinking ability of physics of
Thinking Ability students of class X. This research type is quasi experiment and use non-
equivalent control group design with pre-test and post-test. The population
in this study is all students of class X MIA SMAN 1 Gunungsari with sampling
technique is purposive sampling, so obtained X MIA 3 as experiment class
and X MIA 4 as control class. Data of critical thinking ability was analyzed
by using t-test polled variance. Data analysis shows that tcount is 2.93 and ttable
at 5% significance level of 2.0084, so tcount > ttable. Based on the result of
research can be concluded that there is influence of brain based learning
model to critical thinking ability physics students class X.
Kata Kunci Abstrak
Brain Based Proses pembelajaran yang optimal, harus mampu memfasilitasi aktivitas
Learning, belajar yang mencakup kedua bagian otak. Penelitian ini bertujuan untuk
Kemampuan mengetahui pengaruh model brain based learning terhadap kemampuan
Berpikir Kritis berpikir kritis fisika peserta didik kelas X. Jenis penelitian ini adalah kuasi
eksperimen dan menggunakan desain non-equivalent control group design
with pre-test and post-test. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta
didik kelas X MIA SMAN 1 Gunungsari dengan teknik pengambilan sampel
adalah purposive sampling, sehingga diperoleh X MIA 3 sebagai kelas
eksperimen dan X MIA 4 sebagai kelas kontrol. Data kemampuan berpikir
kritis dianalisis dengan menggunakan t-test polled varians. Analisis data
menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 2,93 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi
5% sebesar 2,0084, sehingga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model brain based learning
terhadap kemampuan berpikir kritis fisika peserta didik kelas X.

PENDAHULUAN secara sistematis membahas segala bentuk


Ilmu pengetahuan alam (IPA) gejala dan fenomena alam yang terbagi menjadi
merupakan ilmu pengetahuan yang tersusun beberapa cabang salah satunya adalah fisika.
39
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
Menurut Septiana dkk (2018) hakikat fisika yang berpikir kritis akan selalu bertanya pada
sebagai produk diartikan sebagai kumpulan diri sendiri setiap menghadapi permasalahan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, untuk menentukan keputusan yang terbaik.
prinsip, hukum dan teori. Hakikat fisika Berdasarkan hal tersebut, salah satu solusi
sebagai proses berkaitan dengan fenomena, menurut peneliti adalah menerapkan model
dugaan, pengamatan, pengukuran, brain based learning.
penyelidikan dan publikasi dan hakikat fisika Model brain based learning
sebagai sikap meliputi sikap yang berasal dari menekankan pada kesenangan dan kecintaan
pemikiran. akan belajar. Saparina dkk (2015)
Hal tersebut tersusun atas tiga mengungkapkan model ini diselaraskan dengan
komponen yaitu konsep, prinsip dan teori, cara otak dirancang secara alamiah untuk
sehingga seyogyanya pembelajaran fisika tidak belajar, sehingga pembelajaran menjadi
hanya menekankan pada aspek produk, tetapi optimal. Otak menjadi salah satu organ
juga ditunjang dengan aspek proses dan sikap terpenting dari manusia karena otak merupakan
ilmiah (Erintina, 2015). Hal ini bertujuan pusat dari seluruh aktivitas manusia seperti
peserta didik dapat menemukan fakta-fakta, mengingat, berpikir, berimajinasi dan lain-lain.
membangun konsep, teori, sikap ilmiah, Purnama dkk (2015) mengungkapkan otak
sehingga mampu mengembangkan mempunyai fungsi yang berbeda-beda yaitu,
kemampuan yang dimiliki, baik dari aspek otak kiri berfungsi dalam hal yang berkaitan
kognitif, psikomotor maupun afektif. dengan logika, rasio, kemampuan menulis, dan
Berdasarkan hasil observasi melalui membaca, sedangkan otak kanan berfungsi
wawancara dengan salah satu guru fisika di dalam perkembangan emosional. Sukoco dan
SMAN 1 Gunungsari, dikatakan bahwa proses Mahmudi (2016) menyatakan bahwa model ini
pembelajaran yang diterapkan belum mampu dapat memberikan kebebasan kepada peserta
meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika didik untuk mengembangkan potensi berpikir
peserta didik. Hal ini disebabkan oleh minat secara alamiah, yaitu berdasarkan fungsi kedua
belajar fisika peserta didik masih rendah. Hasil bagian otak.
wawancara dengan beberapa peserta didik Melalui model brain based learning
kelas X MIA juga dikatakan bahwa fisika dapat mengarahkan peserta didik untuk belajar
menjadi salah satu mata pelajaran dianggap secara maksimal dengan mengoptimalkan
sulit, karena banyak persamaan yang potensi fungsi otak kiri dan otak kanan.
dihafalkan dan pembelajaran membosankan. Wisudawati dan Anggaryani (2014)
Berdasarkan permasalahan tersebut, menyatakan model ini terdiri dari 7 langkah
perlu ada upaya dan inovasi pembelajaran antara lain pra-pemaparan, persiapan, inisiasi
fisika yang melibatkan peserta didik berperan dan akuisisi, elaborasi, inkubasi dan
aktif dan menciptakan lingkungan belajar yang pengaturan memori, verifikasi atau
menyenangkan, sehingga dapat menstimulasi pengecekan, serta selebrasi dan integrasi.
kemampuan berpikir kritis. Menurut Qurniati Terdapat kontribusi sensori dan
dkk (2015) kemampuan berpikir kritis fisiologis dalam model ini yang dapat
memungkinkan peserta didik menganalisis memberikan kesempatan kepada peserta didik
pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa untuk belajar sesuai dengan cara otak dirancang
peserta didik telah menemukan pilihan dan dengan harapan dapat menstimulasi
menarik kesimpulan yang cerdas. kemampuan berpikir kritis. Jensen (2011)
Mengetahui berpikir kritis sangat menjabarkan kontribusi sensori dan fisiologis
penting dan dapat menentukan keberhasilan dalam brain based learning sebagai berikut.
hidup, baik dalam menyelesaikan 1. Latihan Fisik
permasalahan, mengambil keputusan serta Latihan fisik dapat menjadi salah satu
menjadi pendukung dalam mengembangkan penunjang untuk menghilangkan kejenuhan
pengetahuan secara luas. Menurut Latifa dkk dalam belajar. Latihan peregangan fisik dapat
(2017) kemampuan berpikir kritis merupakan dilakukan seperti menepuk kepala dan
proses dan kemampuan yang dilibatkan dalam mengelus perut pada waktu yang bersamaan,
membuat keputusan secara rasional. Seseorang menepukkan lutut yang berlawanan,

40
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
menyentuh mata, kaki, dan siku yang meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika
berlawanan. peserta didik kelas X.
2. Pentingnya Istirahat
Otak menjadi lebih mudah lelah bila kondisi METODE
pembelajaran kurang optimal, sehingga untuk Jenis penelitian ini adalah quasi
mendapatkan kinerja otak terbaik, perlu adanya eksperimen dan digunakan non-equivalent
istirahat psikologis. control group design with pretest and posttest.
3. Dampak Penglihatan Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini
Visual adalah kunci penting untuk antara lain variabel bebas yakni model brain
mengingat materi menjadi lebih menarik based learning, variabel terikat yakni
perhatian bagi otak dan dapat menggunakan kemampuan berpikir kritis dan variabel kontrol
objek, video, slide, bagan dan pewarnaan. yaitu alokasi waktu, materi ajar, instrumen tes
4. Musik dan guru yang mengajar.
Efek penggunaan musik terhadap pikiran Populasi dalam penelitian ini adalah
dan tubuh mencakup untuk meningkatkan seluruh peserta didik kelas X MIA di SMAN 1
energi otot, mempengaruhi detak jantung, Gunungsari dan pengambilan sampel
mengurangi sakit dan stress, menghilangkan dilakukan dengan tenik purposive sampling.
kelelahan, membantu melegakan emosi, Sampel yang diperoleh yaitu kelas X MIA 3
merangsang kreativitas, sensitivitas, dan sebagai kelas eksperimen dan X MIA 4 sebagai
berpikir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan yaitu
Raharja (2009) bahwa perlakuan dengan dengan diterapkan model brain based learning
mendengarkan musik pada saat pembelajaran pada peserta didik kelas eksperimen dan model
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol.
akademik peserta didik. Kedua kelas diberikan perlakuan selama tiga
Terkait jenis musik dalam kali pertemuan dengan materi momentum dan
pembelajaran Jensen (2011) menjelaskan impuls.
terdapat beberapa pilihan musik yang Tes kemampuan berpikir kritis yang
bermanfaat dalam pembelajaran yaitu musik digunakan mengacu pada indikator yang
klasik dan romantik dapat digunakan untuk dijabarkan oleh Facione (2011) diantaranya
membangun fantasi, membangun emosi, interpretasi, menjelaskan, inferensi, analisis
menyampaikan cerita dan menyampaikan dan evaluasi. Data kemampuan berpikir kritis
materi. Musik yang lembut dapat digunakan peserta didik yang diperoleh kemudian
untuk meningkatkan fokus penulisan, diklasifikasikan berdasarkan Tabel 1 berikut.
sedangkan untuk membuat peserta didik Tabel 1. Klasifikasi Kemampuan Berpikir
menjadi rileks dapat digunakan musik dengan Kritis
suara alam dan musik piano. Dengan No. Klasifikasi Interpretasi
demiikian, penggunaan musik dalam 1 81,25 < 𝑥 ≤ 100 Sangat Tinggi
pembelajaran diharapkan mampu 2 71,50 < 𝑥 ≤ 81,25 Tinggi
3 62,50 < 𝑥 ≤ 71,50 Sedang
meningkatkan minat belajar serta membuang 4 43,75 < 𝑥 ≤ 62,50 Rendah
stigma bahwa mata pelajaran fisika sulit 5 0 < 𝑥 ≤ 43,75 Sangat Rendah
membosankan. Ermayanti dan Sulisworo (2016)
Hasil penelitian terkait model brain
based learning yang dilakukan oleh Purnama Instrumen tes kemampuan berpikir kritis
dkk (2015) menyimpulkan bahwa terdapat terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, daya
peningkatan hasil belajar peserta didik dan pembeda dan tingkat kesukaran, bertujuan
Lestari (2014) mengungkapkan terdapat untuk mengetahui apakah instrumen yang
peningkatan kemampuan berpikir kritis. digunakan dapat berfungsi dengan baik atau
Penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan tidak. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji-t
berpikir kritis perlu dilakukan dengan polled varians dengan taraf signifikan 5%.
menerapakan model brain based learning dan Data kemampuan berpikir kritis dianalisis
dengan harapan penggunaan model ini dapat dengan uji N-gain ternormalisasi bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan

41
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
atau tidak pada nilai tes awal dan tes akhir 80
peserta didik kedua kelas. 62.59

Nilai Rata-Rata
Nilai N-gain yang diperoleh kemudian 60 48,40 Tes Awal
diinterpretasikan dengan menggunakan
kategori (Sundayana, 2014) diantaranya: 1). 40 30.51 28,40
Tes Akhir
0,00 < 𝑔 < 0,30 adalah rendah, 2). 0,30 ≤ 20
𝑔 < 0,70 adalah sedang dan, 3). 0,70 ≤ 𝑔 ≤
1,00 adalah tinggi. 0
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Awal
Ranah kognitif yang diukur dalam dan Tes Akhir Kemampuan Berpikir Kritis.
penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis
Data nilai rata-rata tes awal dan tes
dengan menggunakan jenis tes essay terdiri dari
akhir kemudian dianalisis dengan uji N-gain,
5 soal yang telah diuji. Hasil uji instrumen
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
diperoleh bahwa kelima soal tersebut diterima
peningkatan atau tidak pada kemampuan
dan masing-masing soal tersebut valid, reliabel,
berpikir kritis. Nilai N-gain dari nilai rata-rata
memiliki tingkat kesukaran sedang dan
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
memiliki kategori daya pembeda rendah,
kelas eksprimen sebesar 0,46 berkategori
sedang dan tinggi. Peneliti menyimpulkan
sedang dan kelas kontrol sebesar 0,28
untuk mengambil kelima soal tersebut untuk
berkategori rendah.
diberikan kepada peserta didik kedua kelas
Pengaruh dari perlakuan yang diberikan
pada saat tes awal dan tes akhir. Masing-
dapat diketahui dengan dilakukan uji hipotesis
masing soal memiliki indikator kemampuan
yaitu uji-t polled varians, karena telah
berpikir kritis antara lain interpretasi,
memenuhi syarat varians homogen, data
menjelaskan, inferensi, evaluasi dan analisis.
terdisribusi normal dan jumlah peserta didik
Data kemampuan berpikir kritis peserta didik
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh dari
sama. Uji hipotesis yang dilakukan, diperoleh
nilai tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
bahwa nilai thitung sebesar 2,93. Nilai ini lebih
Berdasarkan nilai rata-rata tes awal
besar dibandingkan dengan ttabel yaitu 2,0084
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
kedua kelas berkategori sangat rendah yaitu
model brain based learning terhadap
kelas eksperimen sebesar 30,51 dan kelas
kemampuan berpikir kritis fisika peserta didik
kontrol sebesar 28,40. Nilai rata-rata tes awal
kelas X.
kemampuan berpikir kritis dijadikan tolak ukur
Berdasarkan nilai rata-rata tes akhir
untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
atau tidak pada hasil tes akhir.
kedua kelas mengalami peningkatan, tetapi
Data kemampuan berpikir kritis peserta
peningkatan nilai rata-rata pada kelas
didik pada kedua kelas menggambarkan bahwa
eksperimen lebih signifikan dibandingkan
nilai rata-rata tes akhir berbeda, yakni
dengan kelas kontrol. Nilai kelima indikator
mengalami peningkatan dari nilai rata-rata tes
dari tes awal dan tes akhir kemampuan berpikir
awal kedua kelas. Nilai rata-rata tes akhir
kritis peserta didik juga mengalami
peserta didik pada kelas eksperimen sebesar
peningkatan yang dapat dibuktikan dengan
62,59 berkategori sedang dan pada kelas
nilai N-gain kelima indikator tes kemampuan
kontrol sebesar 48,80 berkategori rendah.
berpikir kritis pada kedua kelas pada Gambar 2
Perbandingan nilai rata-rata tes awal dan tes
berikut.
akhir kedua kelas dapat ditunjukkan pada
Gambar 1 berikut.

42
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019

1.2
0.98 0.91
1
Nilai N-Gain
0.8
0.6 0.46 0.51
0.4 0.35 0.37
0.21 0.22 0.25
0.2 0.1
0
1 2 3 4 5
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Gambar 2. Nilai N-gain Masing-Masing Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Kedua Kelas
Keterangan: 1. Interpretasi, 2. Menjelaskan, 3. Inferensi, 4. Analisis, 5. Evaluasi.

Nilai N-gain kelima indikator Apabila ditinjau dari nilai N-gain


kemampuan berpikir kritis pada kelas kelima indikator kemampuan berpikir kritis
eksperimen berkategori rendah hingga tinggi, peserta didik pada kedua kelas, diperoleh
nilai N-gain berkategori tinggi terdapat pada bahwa nilai N-gain berkategori rendah pada
indikator ketiga. Nilai N-gain berkategori indikator interpretasi dan menjelaskan yang
rendah terdapat pada indikator pertama, karena terdapat pada sub materi impuls. Berdasarkan
kemampuan peserta didik untuk menjelaskan hasil analisis pada indikator interpretasi,
terkait dengan dengan konsep momentum peserta didik mengalami kesulitan menjelaskan
masih rendah. Nilai N-gain kelima indikator fungsi airbag dengan menggunakan konsep
kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol impuls seperti contoh jawaban peserta didik
berkategori rendah hingga sedang, dimana nilai pada Gambar 3. Untuk indikator menjelaskan
N-gain berkategori rendah terdapat pada peserta didik mampu memilih helm terbaik
indikator kelima. Berdasarkan analisis, hal ini untuk keselamatan namun, letak kesulitan yang
karena peserta didik mengalami kesulitan dialami adalah memberikan argumen atau
untuk menguji kebenaran dari beberapa alasan sesuai dengan menggunakan konsep
pernyataan yang disajikan serta pemahaman impuls seperti contoh jawaban pada Gambar 4.
terkait dengan konsep tumbukan masih rendah.

Gambar 3. Contoh Jawaban Peserta Didik Soal Nomor 1

Gambar 4. Contoh Jawaban Peserta Didik Soal Nomor 2

Perlakuan yang diberikan pada kelas pemberian latihan yang membentuk


eksperimen dan kelas kontrol memberikan kemampuan berpikir kritis pada kedua kelas
dampak yang baik yakni terdapat peningkatan adalah sama yakni memberikan LKPD (lembar
pada tes akhir kemampuan berpikir kritis pada kerja peserta didik).
kedua kelas. Peningkatan kemampuan berpikir Peneliti menduga proses pada kelas
kritis pada kelas eksperimen lebih signifikan kontrol dengan menerapkan model ekspositori
dibandingkan dengan kelas kontrol, meskipun kurang efisien, karena disebabkan oleh
43
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
beberapa faktor yaitu kondisi peserta didik sebelum pemberian tes individu peserta didik
kurang aktif dalam bertanya dan menjadi lebih antusias bertanya kepada guru
mengkomunikasikan hasil diskusi serta maupun teman sebangku terkait dengan materi
pembelajaran kurang menarik, sehingga yang telah dijelaskan maupun pada saat
menyebabkan minat belajar fisika rendah dan diskusi, sehingga peserta didik menjadi aktif
peserta didik kurang menguasai materi secara dalam menemukan pengetahuan dan dapat
luas, karena pengetahuan yang dimiliki hanya menstimulasi kemampuan berpikir.
sebatas apa yang telah disampaikan. Langkah inkubasi dan pengaturan
Minat belajar yang rendah juga memori peserta didik diberikan waktu untuk
ditimbulkan dari pembelajaran yang kurang istirahat yaitu waktu tidak ada kegiatan belajar
menarik, sehingga dapat mengakibatkan diiringi dengan pemutaran musik dan
peserta didik menjadi enggan untuk belajar permainan kecil. Berdasarkan pengamatan
fisika. Hal ini memiliki kesesuaian dengan peneliti pada saat mendengarkan musik,
yang diungkapkan oleh Arsa (2015) bahwa terdapat beberapa peserta didik terlihat
model pembelajaran ekspositori melalui mengerjakan tugas dan terlihat asik dengan
ceramah menyebabkan peserta didik sulit untuk teman. Meskipun demikian, hal ini
mengembangkan kemampuan bersosialisasi mendapatkan respon yang baik dari sebagian
dalam pembelajaran dan kemampuan berpikir besar peserta didik, yaitu dalam pembelajaran
kritis. menjadi lebih semangat dan ceria pada saat
Proses pembelajaran dengan model melakukan permainan. Ekspresi peserta didik
brain based learning yang berlangsung di kelas pada saat melakukan permainan pada langkah
eksperimen menunjukkan adanya latihan yang inkubasi dan pengaturan memori ditunjukkan
membentuk kemampuan berpikir kritis dan pada Gambar 5. Hal ini sesuai dengan hasil
latihan keseimbangan fungsi kedua bagian penelitian Fajriati dkk (2017) bahwa dengan
otak. Peneliti menduga pemberian tes yang melakukan gerakan fisik dalam pembelajaran
bersifat individu pada langkah keenam dapat meningkatkan konsentrasi, mengurangi
(verifikasi atau pengecekan) memiliki dampak stres, dan mengatasi kesulitan belajar, sehingga
yang baik pada proses pembelajaran yaitu dapat meningkatkan minat belajar.

Gambar 5. Ekspresi Peserta Didik pada saat Melakukan Permainan

Gambar 6. Kondisi saat Mengerjakan Kuis

Langkah verifikasi dan pengecekan musik. Berdasarkan pengamatan, pada saat


yaitu pemberian tes individu diiringi pemutaran mengerjakan tes individu terlihat bahwa peserta
44
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
didik menikmati musik yang diputarkan dan peserta didik. Hal tersebut membuktikan bahwa
pembelajaran yang berlangsung terbukti lebih pembelajaran diiringi dengan musik memiliki
tenang dan rileks. Ekspresi peserta didik pada dampak yang positif bagi peserta didik.
saat melakukan tes individu ditunjukkan pada Hasil penelitian ini memiliki kesesuaian
Gambar 6. dengan penelitian terdahulu terkait model brain
Suasana hati yang baik dapat based learning diantaranya Mustiada dkk
memberikan pengaruh terhadap capaian belajar (2014) diungkapkan bahwa terdapat
peserta didik, karena perasaan yang tenang peningkatan hasil belajar peserta didik dan
dapat memberikan peluang terutama otak untuk Lestari (2014) mengungkapkan terdapat
bekerja optimal. Hal ini sesuai dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
pernyataan Jensen (2011) bahwa kemampuan respon positif peserta didik dalam pengerjan tes
berpikir sangat bergantung pada suasana hati diiringi dengan musik. Wisudawati dan
(mood) dan keadaan emosional. Pada proses Anggaryani (2014) mengungkapkan kegiatan
pembelajaran, penggunaan potensi otak kiri belajar yang kaya akan pengalaman dan
lebih dominan dibandingkan dengan otak berdasarkan cara kerja serta struktur otak dapat
kanan, sehingga untuk menyeimbangkan meningkatkan keterampilan berpikir kritis
potensi kedua bagian otak peserta didik fisika. Hasil penelitian Abdurrahman dan
diberikan untuk waktu istirahat, sehingga Sintawati (2013) dapat disimpulkan bahwa
penggunaan otak kiri dapat diistirahatkan. brain based learning dapat menstimulasi
Penggunaan otak kanan kemudian dilibatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta
dengan pemutaran musik yang terdapat pada membantu peserta didik merepresentasikan
langkah inkubasi dan pengaturan memori; dan kemampuan berpikir baik secara visual,
verifikasi (pengecekan). Musik menjadi faktor kinestetik maupun fonetik.
penting dalam aktivasi otak kanan, sehingga Hasil penelitian tersebut membuktikan
dalam pembelajaran penggunaan potensi kedua penggunaan model brain based learning
otak menjadi seimbang. berpengaruh positif terhadap kemampuan
Menerapkan model brain based berpikir kritis fisika peserta didik. Berdasarkan
learning menunjukkan adanya respon yang teori yang ada dan penelitian terdahulu terbukti
baik serta memberikan kesempatan kepada memiliki kesesuaian. Demikian pula dengan
peserta didik belajar dengan dengan suasana hasil penelitian ini terbukti bahwa terdapat
hati yang baik. Selain itu penggunaan musik pengaruh model brain based learning terhadap
berpengaruh dalam pembelajaran baik secara kemampuan berpikir kritis fisika peserta didik.
langsung maupun tidak langsung yang dapat
membangun suasana positif serta membuang KESIMPULAN
stigma bahwa pembelajaran fisika Berdasarkan hasil penelitian yang
membosankan dan menakutkan. dilakukan dapat disimpulkan bahwa, terdapat
Hal ini memiliki kesesuaian dengan pengaruh model brain based learning terhadap
hasil penelitian Raharja (2009) bahwa kemampuan berpikir kritis fisika peserta didik
perlakuan mendengarkan musik pada saat kelas X di SMAN 1 Gunungsari.
proses pembelajaran maupun mengerjakan Adapun saran-saran yang dapat
tugas mempunyai pengaruh positif terhadap diberikan kepada peneliti selanjutnya terkait
prestasi akademik anak. Salim (2010) dengan penerapan model brain based learning
mengungkapkan bahwa jenis musik yang relatif yaitu alokasi waktu diatur sebaik mungkin agar
tenang dengan lembut mampu meningkatkan tahap pembelajaran dapat berlangsung secara
konsentasi belajar peserta didik saat optimal, pengaturan volume musik yang
pembelajaran dibandingkan dengan jenis musik diputarkan di dalam kelas, persiapan dan
dengan intensitas yang tinggi serta penelitian perencanaan yang matang sebelum menerapkan
Prakoso dkk (2017) dikatakan bahwa musik model brain based learning dan teknik
klasik dan musik dengan intensitas rendah pengelolaan kelas. Terpenting adalah pemilihan
berpengaruh terhadap lingkungan belajar serta jenis musik yang akan digunakan, mengingat
lingkungan belajar yang baik akan setiap jenis musik memiliki variasi, karakter
mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar dan manfaat tersendiri dalam pembelajaran,

45
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
sehingga pemilihan jenis musik perlu Mustiada, I G.A.M., Agung, A.A.G., dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta Antari, N. N. M. 2014. Pengaruh Model
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. BBL (Brain Based Learning) Bermuatan
Karakter Terhadap Hasil Belajar IPA.
REFERENSI Jurnal Mimbar PDSD Universitas
Abdurrahman, G., dan Sintawati, M., 2013. Pendidikan Ganesha. 2(1):-.
Strategi Brain-Based Learning dalam Prakoso, Y., Hannifah., dan Maizora. 2017.
Pembelajaran Matematika untuk Pengaruh Musik Klasik Terhadap Hasil
Mengembangkan Kemampuan Berpikir dan Aktifitas Belajar Matematika Siswa
Kritis dan Kreatif Siswa. Seminar Kelas VII di SMPN 2 Kota Bengkulu.
Nasional Matematika dan Aplikasinya. Jurnal Penelitian Pembelajaran
Arsa, I. P. S. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Matematika Sekolah. 1(1): 26-35.
Strategi Belajar Yang Menyenangkan. Purnama, R., Ratman., dan Solfarina. 2015.
Yogyakarta: Media Akademi. Pengaruh Mind Mapping Melalui Brain
Erintina, M. D. 2015. Pengaruh Model Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Pembelajaran Expository Berbantuan Siswa pada Materi Ikatan Kimia di Kelas
Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar X SMA Negeri 1 Marawola. J. Akad.
Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 21 Kim. 4(3): 149-154.
Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Raharja, B. 2009. Efek Musik Terhadap
Ganec Swara. 9(2): 140-144. Prestasi Anak Usia Prasekolah.
Ermayanti., dan Sulisworo, D. 2016. Tingkat Cakrawala Pendidikan. (2): 132-142.
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Salim, D. 2010. Pengaruh Musik Terhadap
Didik setelah Penerapan Model Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 2
Pembelajaran Student Team Achievement SMUK 1 Salatiga. Jurnal Musik (1): 23-
Divisions (STAN) pada Siswa Sekolah 32.
Menengah Atas (SMA). Prosding Saparina, R., Santosa, S., dan Maridi. 2015.
Seminar Nasional Quntum. :175-181. Pengaruh Model Brain Based Learning
Facione, P. A. 2011. Critical Thinking: What It (BBL) Terhadap Hasil Belajar Biologi
Is And Why It Counts. Insight Siswa Kelas X SMA Negeri Colomadu
Assessement. -: 1-28. Tahun Pelajaran 2012/2013. Bio-
Fajriati, I. S., Safei., dan Saprin. 2017. Pedagogi. 4(1): 59-65.
Pengaruh Penerapan Metode Septiana, I. S., Harjono, A., dan Hikmawati.
Pembelajaran Brain Based Learning 2018. Pengaruh Model Learning Cycle 5
Berbantuan Brain Gym Terhadap Hasil E Berbasis Eksperimen terhadap
Belajar Peserta Didik. Jurnal Biotek. Kemampuan Berpikir Kritis Fisika
5(1): 1-10. Peserta Didik Kelas XI SMAN Gerung.
Jensen, E. 2011. Pembelajaran Berbasis Otak Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi.
Edisi Kedua. Jakarta Barat. Ideks. 4(1): 7-15.
Latifa, B. R. A., Verawati, N. N. S. P., dan Sukoco, H., dan Mahmudi, A. 2016. Pengaruh
Harjono, A. 2017. Pengaruh Model Pendekatan Brain-Based Learning
Learning Cycle 5e (Engage, Explore, Terhadap Kemampuan Komunikasi
Explain, Elaboration, & Evaluate) Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMA.
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Matematika. 11(1):
Peserta Didik Kelas X MAN 1 Mataram. 11-24.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. Sundayana, R. 2014. Statistika Penelitian
3(1): 61-67. Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Lestari, K. E. 2014. Implementasi Brain Based Wisudawati, A., dan Anggaryani, M. 2014.
Learning Untuk Meningkatkan Penerapan Pembelajaran Fisika
Kemampuan Koneksi Dan Kemampuan berdasarkan Strategi Brain Based
Berpikir Kritis Serta Motivasi Belajar Learning untuk Meningkatkan
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
2(1): 36-46. Materi Elastisitas Kelas XI di SMA

46
JPPIPA: 5 (1), Januari 2019
Negeri 1 Wonoayo Sidoarjo. Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika. 3(1):1-5.
Qurniati, D., Andriani Y., dan Muntari. 2015.
Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kritis Melalui Model Pembelajaran
Discovery Learning. Jurnal Penelitian
Pendidikan IPA. 3(1): 58-69.

47

You might also like