Professional Documents
Culture Documents
Naspub Jihan
Naspub Jihan
Abstract
Periodontal regenerative treatment can use the application of guided tissue regeneration
(GTR) membrane which can be made as nanofiber. Freeze-dried platelet-rich plasma is
platelet-rich plasma which presents in powders and contains many growth factor which is
used to accelerate healing process in tissue. Freeze-dried PRP can be used as nanofiber
material, but it must be combined with chitosan and polyvinyl-alcohol to controls growth
factors and facilitates electrospinning process. In vitro cytotoxicity assay is used as
preliminary step of material biocompatibility examinations. The aim of this study was to
investigate the cytotoxic effect of PRP-chitosan-PVA nanofiber on human primary fibroblast.
Platelet-rich plasma-chitosan-PVA nanofiber (PRP nanofiber) and chitosan PVA
nanofiber (control nanofiber) were used in this study. Each of nanofibers was cut in 5 mm
diameter by 5 mm biopsy punch then added into 5 x 103 cell/ml in well-plates and incubated
in CO 2 incubator at 37°C. Methilthiazol Tetrazolium (MTT) was added into each well-plate
after 24 hours incubation and after that put them in CO 2 incubator at 37°C for 2 hours. The
cytotoxic effect were measured by calculating the percentage of cell viability (%). Data were
analyzed by equal variance independent t-test.
The calculation showed that the entire mean values of cell viability were above 90%. It
could be concluded that both of nanofibers were classified as non-cytotoxic on human
primary fibroblast. The statistical analysis showed there were no significant difference
(p>0.05) between PRP nanofiber and control nanofiber groups. The result of this study can be
concluded that PRP-chitosan-PVA nanofiber had no cytotoxic effect on human primary
fibroblast.
PENDAHULUAN
Di Indonesia, berdasarkan hasil survey Riskesdas tahun 2013 persentase masyarakat yang
bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut meningkat dari 23,2% (tahun 2007) menjadi
25,9% (Kemenkes, 2014). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Kemenkes
periodontal merupakan suatu kondisi inflamasi kronis pada gingiva, tulang alveolar, dan
ligamen periodontal yang menyokong gigi. Penyakit periodontal diawali dengan gingivitis,
apabila tidak dirawat akan berlanjut menjadi periodontitis (Kinane dkk., 2017).
Salah satu perawatan penyakit periodontal adalah terapi periodontal regeneratif. Terapi
yang telah hilang akibat periodontitis [13]. Terdapat tiga konsep dalam perawatan regeneratif
periodontal yang memiliki konsep membran barier. Guided tissue regeneration merupakan
prosedur untuk meregenerasi tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum [9]. Indikasi
perawatan GTR adalah untuk merawat berbagai macam periodontal defect seperti intrabony
regenerasi periodontal dapat berhasil jika material scaffold berinteraksi dengan bahan lain
seperti faktor-faktor pertumbuhan (growth factors), sel, dan suplai darah. Salah satu bahan
yang mengandung banyak faktor pertumbuhan adalah platelet-rich plasma (PRP) yang telah
plasma merupakan salah satu lapisan yang terbentuk setelah darah lengkap (whole blood)
Platelet-rich plasma terbukti kurang efisien dan tidak konsisten dalam penghantaran
growth factors yang terkandung. Growth factors tersebut cepat dilepaskan oleh PRP dan
kehilangan aktivitasnya dalam jangka waktu pendek. Dalam mengatasi hal tersebut, maka
PRP dikombinasikan dengan suatu bahan yang mampu mengontrol growth factors yang
terkandung untuk meningkatkan efesiensi PRP dan bioavailability growth factors. Salah satu
bahan yang memiliki kemampuan untuk mengatur pelepasan growth factor yang terkandung
dalam PRP adalah kitosan. Dalam banyak penelitian, kitosan telah terbukti mampu
mengontrol pelepasan agen bioaktif termasuk growth factor[12]. Scaffold yang berbasis kitosan
Polimer kitosan terbukti sulit untuk dielectrospinning karena memiliki tingkat kelarutan
rendah. Dalam mengatasi hal tersebut, maka kitosan dicampur dengan polimer sintetik seperti
membuktikan bahwa penambahan PVA ke dalam kitosan menghasilkan serat nano yang
paling bersih dan hampir tidak terbentuk beads[5]. Dalam pencampuran kitosan dengan PVA
akan terjadi interaksi ikatan hidrogen antara grup hydroxyl pada PVA dengan grup amin pada
kitosan yang akan meningkatkan viskositas. Ikatan yang terjadi antara kitosan dan PVA
mampu memudahkan campuran kitosan dan PVA dalam menghasilkan serat nano pada
proses electrospinning[19].
alternatif perawatan regeneratif periodontal dengan metode GTR. Fungsi barrier dari
membran pada prosedur GTR membutuhkan waktu kurang lebih empat hingga enam
minggu untuk meregenerasi jaringan periodontal yang hilang[27]. Oleh karena itu, sediaan PRP
PRP terbukti paling efektif menjaga growth factor yang terkandung daripada PRP yang
disimpan dalam suhu kamar maupun dibekukan, selain itu dapat disimpan dalam jangka
Biokompatibilitas dapat ditinjau dari beberapa uji, salah satunya adalah uji sitotoksisitas [28].
Uji sitotoksisitas merupakan uji yang menggunakan sel untuk mengamati pertumbuhan,
reproduksi, dan morfologi sel setelah diaplikasikan suatu bahan baru. Metode yang sering
dehidrogenase atau disebut MTT assay[7]. Sel fibroblas merupakan sel yang sering digunakan
dalam uji sitotoksik in vitro, sel tersebut dapat diambil dari gingiva dan ligamen periodontal
manusia[25].
kelompok perlakuan dan 16 potongan untuk kontrol. Sampel yang digunakan pada penelitian
kitosan dilarutkan dalam asam asetat 98% yang sebelumnya telah diencerkan dengan
akuades menjadi 2% kemudian diaduk menggunakan hot plate stirrer hingga larutan
homogen. Larutan PVA dilarutkan dalam akuades dengan perbandingan 1:10 (PVA: akuades)
diaduk menggunakan hot plate stirrer sampai larutan homogen. Larutan kitosan dan PVA
setelah menjadi larutan yang homogen dicampur dengan perbandingan 1:9 (kitosan: PVA)
kemudian diaduk kembali dengan hot plate stirrer sampai homogen. Pembuatan nanofiber
kitosan-PVA menggunakan larutan polimer kitosan-PVA (1:9) [5]. Pembuatan nanofiber PRP-
kitosan-PVA diawali dengan mencampur freeze-dried PRP dan larutan kitosan-PVA dengan
perbandingan 1:20 lalu diaduk dengan hot plate stirrer hingga homogen[1].
Pembuatan nanofiber dilakukan dengan metode electrospinning. Tahap awal dilakukan
dengan memasukan larutan polimer ke dalam syringe bervolume 10 ml. Syringe diletakkan
pada tempat yang sudah disediakan kemudian menyesuaikan pompa yang terpasang di ujung
syringe. Lembaran aluminium foil diletakan di atas kutub negatif yang berada di seberang
tempat syringe dan digunakan sebagai kolektor serat nano. Tegangan yang dipakai sebesar 15
kV[5]. Jarak ujung jarum dan kolektor diatur sebesar 12 cm. Proses electrospinning dilakukan
pada temperatur ruangan hingga terbentuk lapisan serat nano pada aluminium foil[29].
biopsy punch. Potongan nanofiber kemudian disterilkan dengan sinar iradiasi gamma sebesar
25 kGy pada suhu ruang dan gelap[17]. Setelah disterilkan, potongan nanofiber dimasukkan ke
dalam sumuran yang telah berisi 5 x 103 sel/ml, sel lalu diinkubasi selama 24 jam dalam
Setelah sel diinkubasi selama 24 jam, medium dan potongan nanofiber diambil dari
setiap sumuran, kemudian masing-masing sumuran dicuci dengan PBS sebanyak 100 µL,
setelah itu ditambahkan 100 µL larutan MTT. Microplate diinkubasi selama 2 jam kemudian
larutan MTT diambil, lalu masing-masing sumuran diberi 100 µL DMSO [21]. Viabilitas sel
(%) dapat ditentukan dari perbandingan nilai OD sampel dengan rerata nilai OD kontrol yang
diukur dengan plate reader pada gelombang 570 nm. Sitotoksisitas material dapat diukur
Tingkat sitotoksisitas material berdasarkan hubungan antara viabilitas sel (%) pada
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini merupakan data kuantitatif berskala ra sio.
Data hasil penelitian akan diuji normalitasnya dengan metode Saphiro-Wilk dan
homogenitasnya dengan Levene’s test. Apabila data terdistribusi normal dan homogen maka
analisis dilakukan dengan Equal Variance Independent T-test karena jumlah subjek pada
kedua kelompok sama dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% (α= 0,05), uji ini dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antar kelompok data. Semua data dianalisis
HASIL PENELITIAN
alcohol terhadap human primary fibroblast dengan menggunakan MTT assay telah
dilakukan. Gambaran sel human primary fibroblast setelah dipapar dengan nanofiber selama
A B
perbesaran 10x setelah sel human primary fibroblast berkontak dengan nanofiber selama 24
jam. Hasil tersebut dapat dilihat pada gambar A untuk perlakuan nanofiber PRP, gambar B
untuk perlakuan nanofiber kontrol, dan gambar C untuk kontrol sel yang tidak diberi
perlakuan nanofiber.
Efek sitotoksik nanofiber dapat diukur berdasarkan viabilitas sel (%) yang didapat
menggunakan perbandingan optical density kelompok sampel dan kontrol sel. Kelompok
sampel yang digunakan merupakan nanofiber PRP-kitosan-PVA dan kelompok kontrol yang
digunakan merupakan nanofiber kitosan-PVA. Nilai rerata dan simpangan baku viabilitas sel
human primary fibroblast setiap kelompok setelah diberi perlakuan yaitu pemaparan dengan
Tabel 1. Nilai rerata dan simpangan baku viabilitas sel human primary fibroblast setelah
pemaparan dengan nanofiber selama 24 jam
Jenis Nanofiber x́ ± SD(%)
Nanofiber PRP 101,873±12,152
Nanofiber Kontrol 101,824±11,322
Keterangan :
x́ : Nilai rerata viabilitas sel
SD : Standar deviasi viabilitas sel
Nanofiber PRP : Nanofiber platelet-rich plasma-kitosan-polyvinyl-alcohol
Nanofiber Kontrol : Nanofiber kitosan-polyvinyl-alcohol
Data penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa angka persentase viabilitas human
primary fibroblast yang terpapar dengan nanofiber PRP lebih besar daripada viabilitas
human primary fibroblast yang terpapar nanofiber kontrol. Data dapat dianalisis
menggunakan statistik parametrik independent t-test jika data numerik yang dihasilkan
terdistribusi normal dan variansi data hasil penelitian bersifat homogen. Pengujian normalitas
distribusi data dapat dilakukan dengan uji Saphiro-Wilk untuk besar sampel penelitian kurang
dari lima puluh. Hasil uji Saphiro-Wilk pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji normalitas viabilitas human primary fibroblast melalui uji Saphiro-Wilk
Jenis Nanofiber p
Nanofiber PRP 0,567
Nanofiber Kontrol 0,678
Keterangan :
p : Nilai probabilitas
Nanofiber PRP : Nanofiber platelet-rich plasma kitosan polyvinyl-alcohol
Nanofiber Kontrol : Nanofiber kitosan polyvinyl-alcohol
Tabel 2 menunjukkan nilai probabilitas nanofiber PRP adalah 0,576 dan nanofiber
kontrol sebesar 0,678. Kedua kelompok menunjukkan nilai probabilitas data melebihi 0,05
(p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian terdistribusi normal. Data
mengetahui homogenitas variansi data hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji homogenitas viabilitas human primary fibroblast melalui uji Levene’s test
Levene Statistic P
0,082 0,776
Keterangan :
p : Nilai probabilitas
Hasil uji Levene’s test menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,776 (p>0,05), sehingga
dapat diketahui bahwa variansi data hasil penelitian bersifat homogen. Berdasarkan hasil uji
normalitas Shapiro-Wilk dan homogenitas Levene’s test, data penelitian memenuhi syarat
untuk dilakukan uji independent t-test. Uji independent t-test dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok data nanofiber PRP dan nanofiber
kontrol. Hasil uji independent t-test pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efek sitotoksik yang bermakna
PEMBAHASAN
fibroblast menunjukkan nilai rerata viabilitas human primary fibroblast yang terpapar oleh
kedua kelompok sampel, yaitu kelompok nanofiber PRP-kitosan-PVA dan nanofiber kitosan-
PVA. Hasil rerata viabilitas kedua kelompok sampel menunjukkan angka lebih dari 90%
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua jenis nanofiber tidak memiliki efek sitotoksik
terhadap human primary fibroblast[18]. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai
sitotoksik terhadap human primary fibroblast. Pada penelitian ini, nanofiber kitosan-PVA
digunakan sebagai kontrol positif dan juga menunjukkan hasil tidak memiliki efek sitotoksik.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Biazar dkk (2015) nanofiber kitosan-PVA terbukti tidak
menimbulkan efek sitotoksik pada sel fibroblas yang berasal dari ekor tikus[2].
Penelitian menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05)
pada hasil viabilitas human primary fibroblast antara kedua kelompok sampel, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efek sitotoksik antara kedua jenis
nanofiber pada kelompok sampel. Hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena perbedaan
penambahan PRP yang bersifat tidak toksik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Rachmawati dkk (2017) bahwa PRP bersifat aman dan tidak menimbulkan respon imun
negatif[20]. Penggunaan PRP tidak menimbukan reaksi silang, reaksi imun dan transmisi
penyakit[30]. Oleh karena itu, hasil persentase viabilitas sel yang diberi perlakuan nanofiber
PRP-kitosan-PVA tidak lebih jauh dari hasil persentase viabilitas sel yang diberi perlakuan
nanofiber kitosan-PVA karena kedua kelompok nanofiber terbukti bersifat tidak toksik.
Penambahan PRP dalam bahan larutan pembuatan nanofiber kitosan-PVA terbukti tidak
menimbulkan efek sitotoksik. Hal ini sesuai dengan penelitian Rachmawati dkk (2017)
bahwa freeze-dried PRP aman untuk digunakan pada seluruh pasien dan tidak menimbulkan
respon imun negatif[20]. Bahan pembuatan nanofiber kitosan-PVA sendiri terdiri dari
pencampuran larutan polimer kitosan dan PVA. Kitosan merupakan polimer yang bersifat
biokompatibel dan tidak toksik[29]. PVA merupakan polimer sintetis yang memiliki sifat
biokompatibel dan tidak beracun[6]. Proses pencampuran kitosan dengan PVA akan terjadi
ikatan hidrogen antara grup amin yang terdapat pada kitosan dengan grup hydroxyl yang
terdapat pada PVA. Interaksi kedua polimer tersebut akan meningkatkan viskositas larutan
kitosan-PVA. Ikatan yang terjadi antara kitosan dan PVA mampu memudahkan campuran
kitosan dan PVA dalam menghasilkan serat nano pada proses electrospinning[19]. Bentuk
nanofiber memiliki sifat biokompatibel dan mampu menyediakan lingkungan alami bagi sel
dengan meniru matriks ekstraselulernya sehingga menjaga sel tetap hidup [8]. Nanofiber PRP-
kitosan-PVA terdiri dari tiga bahan yaitu freeze-dried PRP, kitosan, dan PVA yang terbukti
tidak toksik dalam banyak penelitian, sehingga ketika digabung menjadi satu dan dibuat
menjadi sediaan nanofiber juga menghasilkan nanofiber yang tidak menimbulkan efek
sitotoksik. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan larutan freeze-dried PRP pada
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara in vitro, dapat disimpulkan
primary fibroblast.
SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait efek sitotoksik nanofiber PRP-kitosan-PVA
DAFTAR PUSTAKA
1. Bi, L., Cheng, W., Fan., H., Pei, G., (2010) Reconstruction of Goat Tibial Defect
Using an Injectable Tricalcium Phosphate/Chitosan in Combination with Autologus
PRP. Journal of Biomaterial. 31: 3201-3211.
2. Biazar, E., Zaeifi, D., Khesel, S. H., Ojani, S., Hajiaghaee, A., Safarpour, R.,
Sheikholeslami, M., Heidari, B., Sadeghpour, S., (2015) Design of Electrospun Poly
vinyl alcohol/Chitosan Scaffold and Its Cellular Study. Journal of Paramedical
Sciences. 6(3):48-53.
3. Chen, F. M., Zhang, J., Zhang, M., An, Y., Chen, F., Wu, Z. F., (2010) A Review on
Endogenous Regenerative Technology in Periodontal Regenerative Medicine.
Biomaterials. 31(31): 7892-27.
4. Cortellini, P. S., (2015) Minimally Invasive Surgical Technique and Modified-MIST
in Periodontal Regeneration. dalam Harrel, S. K. dan Wilson, T. G., (2015) Minimally
Invasive Periodontal Therapy: Clinical Techniques and Visualization Technology.
Oxford: John Wiley & Sons. pp 118.
5. Darmawan, M., Syamdidi, Yennie, Y., Wibowo, S., (2016) Karakteristik Serat Nano
Komposit Kitosan-Polivinil Alkohol (PVA) dari Cangkang Rajungan Melalui Proses
Electrospinning. JBP Kelautan dan Perikanan. 11(2): 213-22.
6. Das, P., Ojah, N., Kandimalla, R., Mohan, K., Gogoi, D., Dolui, S. K., Choudhury, A.
J., (2018) Surface Modification of Electrospun PVA/Chitosan Nanofibers by
Dielectric Barrier Discharge Plasma at Atmospheric Pressure and Studies of Their
Mechanical Properties and Biocompatibility. International Journal of Biological
Macromoleculs. 114(2018): 1026-1032.
7. Fotakis, G. dan Timbrell, J. A., (2006) In Vitro Cytotoxicity Assays: Comparison of
LDH, Neutral Red, MTT and Protein Assay in Hepatoma Cell Lines Following
Exposure to Cadmium Chloride. Toxicology Letters. 160(2): 171-7.
8. Haider, A., Haider, S., dan Kang, I. K., (2015) Coprehensive Review Summarizing
Effect Electrospinning Parameters and Potential Application of Nanofibers in
Biomedical and Biotechnology. Arabian Journal of Chemistry. pp 3 dan 4.
9. Jacob, S. A., Amudha, D., (2017) Guided Tissue Regeneration: A Review. Journal of
Dental Health, Oral Disorders & Therapy. 6(3): 1-7.
10. Kementerian Kesehatan RI., (2014) Info Datin: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: KEMENKES RI. pp 1.
11. Kinane, F. D., Stathopoulou, P. G., Papapanou, P. N., (2017) Periodontal Diseases.
Nature Reviews. 3(17038): 1-14.
12. Kutlu, B., Aydin, R. S. T., Akman, A. C., Gumusderelioglu, M., Nohutcu, R. M.,
(2012) Platelet-Rich Plasma-Loaded Chitosan Scaffolds: Preparation and Growth
Factor Release Kinetics. Society for Biomaterials. pp 1-8.
13. Lang, N. P. dan Lindhe, J., (2015) Clinical Periodontology and Implant Dentistry 6th
ed. Oxford: John Wiley & Sons. pp 537.
14. Lee, S. Y., Kim, W. S., Yang, J. M., (2000) Expression and Characterization of
Fibroblast Growth Factor 8 from Mexican Axolotl, Ambystoma mexicanum. Mol.
Cells. 10(6): 684-91.
15. Li, W. J., Cooper, J. A., Mauck, R. L., Tuan, R. S., (2006) Fabrication and
Characterization of Six Electrospun Poly(α-hydroxy ester) Based Fibrous Scaffolds
for Tissue Engineering Applications. Acta Biomaterialia. 2(4): 377-85.
16. Lin, T. dan Wang, X., (2014) Needleless Electrospinning of Nanofibers: Technology
and Applications. Boca Raton: CRC Press. pp 1.
17. Mendieta-Barranon, I., Channes-Cuevas, O. A., Alvarez-Perez, M. A., Gonzalez-
Alva, P., Medina, L. A., Aguilar-Franco, M., Serrano-Bello, J., (2018)
Physiochemical and Tissue Response of PLA Nanofiber Scaffolds Sterilized by
Different Techniques. ODOVTOS-Int. J. Dental. Sc. 21-3: 77-88.
18. Meric, G., Dahl, J.E., Ruyter, E., (2008) Cytotoxicity of Silica-Glass Fiber Reinforced
Composites. Dental Materials. 24: 1201-6.
19. Panboon, S., (2005) Electrospinning of Poly (Vinyl Alcohol)/Chitosan Fibers for
Wound Dressing Applications. Thesis. King Mongkut’s Institute of Technology North
Bangkok, ISBN 974-19-0476-2.
20. Rachmawati, T., Astuti, S. P., Purwati., (2017) The Effect of Allogenic Freeze Dried
Platelet-Rich Plasma in Responses Inflammation Reaction of Rabbit. Journal of
SCRTE. 1(1): 39-42.
21. Riss, T. L., Moravec, R. A., Niles, A. L., Duellman, S., Benink, H. A., Worzella, T. J.,
Minor, L., (2016) Cell Viability Assays. dalam Sittampalam, G. S., Coussens, N. P.,
Brimacombe K., Assay Guidance Manual [Internet]. Bethesda (MD): Eli Lilly &
Company and the National Center for Advancing Translational Sciences.
22. Sam, G., Pillai, B. R. M., (2014) Evolution of Barrier Membranes in Periodontal
Regeneration-“Are The Third Generation Membranes Really Here?". J Clin Diagn
Res. 8(12): ZE14–ZE17.
23. Shiga, Y., Kubota, G., Orita, S., Inage, K., Kamoda, H., Yamashita, M., Iseki, T., Ito,
M., Yamauchi, Y., Sainoh, T., Sato, J., Fujimoto, K., Abe, K., Kanamoto, H., Inoue,
M., Kinoshita, H., Furuya, T., Koda, M., Aoki, Y., Toyone, T., Takahashi, K., Ohtori,
S., (2017) Freeze-Dried Human Platelet-Rich Plasma Retains Activation and Growth
Factor Expression after an Eight-Week Preservation Period. Asian Spine Journal,
11(3):329–336.
24. Sivashankari, P. R., Prabaharan, M., (2016) Prospect of Chitosan-based Scaffolds for
Growth Factor Release in Tissue Engineering. International Journal of Biological
Macromolecules. BIOMAC-5852:1-8.
25. Souto-Lopes, M., Azevedo, A., Teixeira, A., Bastos-Aires, D., Lordelo, J., Perez-
Mongiovi, D., (2013) Cytotoxicity of Acrylic Based Resin Compounds in A Human
Gingival Fibroblast Cell Line. J Med Dent Cir Maxilofac. 54: 87-90.
26. Subramani, K., Ahmed, W., Hartsfield, J. K., (2013) Nanobomaterials in Clinical
Dentistry. USA: Elsevier. pp 289.
27. Susanto, A., Susanah, S., Pontjo, B., Satari, M. H., (2015) Membran Guided Tissue
Regeneration Untuk Regenerasi Periodontal. dentika Dental Journal. 18(3): 300-4.
28. Tobiasch, E., (2011) Differentiation Potensial of Adult Human Mesenchymal Stem
Cell, dalam Artman, M. G., Minger, S., Hescheler, S., (2011) Stem Cell Engineering.
Berlin: Springer-Verlag. pp 70.
29. Wahyudi, T., Sugiana, D., (2011) Pembuatan Serat Nano Menggunakan Metode
Elektrospinning. Arena Tekstil. 26(1): 29-34.
30. Wang, H. L. dan Avila, G., (2007) Platelet Rich Plasma: Myth or Reality?. Eur J
Dent. 1(4): 192-4.