Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL 5 LANTAI DI DAERAH

PANGANDARAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000


Trah Nugroho
Program Studi Teknik Sipil Universitas Jayabaya
Email : trahnugroho.tn@gmail.com

Fatmawati Oemar
Program Studi Teknik Sipil Universitas Jayabaya

ABSTRACT
Pangandaran is one of the districts in West Java Province that has a big amount of citizen growth and also
various nature potential. Thus, the local Government needs to focus on the development of the district, whether
it is a village housing or hotel for tourists.
This analysis is aimed to design and calculate a strong and durable construction structure of Hotel Building
near to the beach which has strong wind loads and also earthquake/seismic loads. Through this analysis, will
be designed a structure by modeling in SAP 2000 program to help to define materials and loads that will be
used in this analysis, where the configuration of rebar is the output. The first step is designing the plan and
the specification of materials, soil properties, and also component of structure. Then, making a model in SAP
2000 and inputting the working loads to each component of the structure. After getting the value of
moments(M), shear (V) and normal (N) loads, calculating regarding the valid standard is the next step.
As the result, this analysis shows that the well planned and designed structure is needed in designing and
building. With the most concrete rebar ratio are under 0,0025, it is concluded that the reinforced status of the
beams are under-reinforced. For column, the ultimate moment value is below the nominal moment multiplied
by strength reduction factor. And the slab, the value of rebar ratio is below minimum rebar ratio. Eventually,
all types of the slab use the value of minimum rebar ratio.

Keywords : Building, Structure, SAP 2000, Column, Beam, Slab

40
PENDAHULUAN I. Gambaran Umum
Pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah akan Fungsi
1. : Hotel
selalu berbanding lurus dengan pembangunan di Bangunan
wilayah tersebut. Tak hanya pertumbuhan Pangandaran –
penduduk, potensi alam juga merupakan salah satu Jawa Barat
faktor berkembangnya pembangunan pada 2. Lokasi :
(GPS: -7.696415 ,
wilayah yang akan disinggahi oleh banyak orang, 108.659961)
baik yang bertujuan untuk tinggal menetap Sistem
maupun untuk tinggal sementara. 3. : SRMPK
Struktur
Pangandaran merupakan salah satu Kabupaten di Material
4. : Beton bertulang
Provinsi Jawa Barat yang memiliki populasi Struktur
sekitar 450.658 jiwa yang tersebar di area sekitar 5. Jenis Tanah : Tanah Sedang
1.680 km2. Dengan populasi penduduk yang relatif Jumlah
6. : 5 (lima) lantai
padat, ditambah lagi dengan destinasi wisata yang Lantai
beragam, pemerintah Pangandaran perlu Luas
7. : 550 m2
memerhatikan laju pembangunan di wilayah Bangunan
tersebut. Pembangunan gedung yang berupa hotel Tinggi
8. : 4m
dapat menjadi solusi bagi pemerintah untuk Perlantai
menarik wisatawan agar datang ke Kabupaten 9. Tinggi Total : 20 m
Pangandaran. 10
Atap : Dak beton
.
Meski demikian, perlu diperhatikan bahwa 11 Mutu beton
Kabupaten Pangandaran terletak di pesisir pantai : 30 MPa
. (fc’)
dengan parameter respon spektrum pada periode
12 Mutu baja 400 MPa (ulir) &
pendek (Ss) = 1,043 g (Puskim PU, 2011). Oleh :
. tulangan 240 MPa (polos)
karena itu, perhitungan beban gempa perlu
diperhatikan dalam perancangan Gedung Hotel 5
(lima) lantai ini terutama bentuk struktur dan
spesifikasi material.
Perancangan Gedung Hotel 5 (lima) lantai ini
mengacu pada Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK). Acuan perencanaan
menggunakan SNI-03-2847-2013 (Tata cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung) dan SNI-03-1726-2012 (Tata cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung Dan Non Gedung).
Pada sebuah bangunan, struktur merupakan
sebuah sistem yang bekerja menyalurkan beban Gambar 1. Lay Out Plan
yang disebabkan oleh adanya bangunan diatas
tanah. Struktur berfungsi memberi kekuatan dan
kekakuan yang diperlukan untuk mencegah
keruntuhan pada suatu bangunan. Dalam
perancangan struktur, harus diperhatikan bahwa
sistem tersebut mampu menahan beban yang
ditanggung oleh bangunan tersebut dengan
menyalurkannya ke bagian dasar dengan aman.
Sistem struktur pada dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi dan beban lateral
yang diakibatkan oleh gempa yang dipikul oleh
rangka pemikul momen melalui mekanisme lentur.
Sistem ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu SRPMB
(Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa), SRPMM
(Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah), dan Gambar 2. Denah Bangunan
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus) (SNI 1726-2012).

41
B= 2H/3
B≥ 250
Pada perancangan balok, hal yang perlu
diutamakan adalah periksa kekuatan balok, yang
dapat ditinjau dari perbandingan antara momen
ultimit dari hasil pembebanan dengan momen
nominal dari hasil analisa material balok tersebut.
Gambar 3. Tampak Depan Bangunan
Mu ≤ ϕMn
Berdasarkan SNI-2847-2002, perencanaan
II. Perencanaan dan Permodelan Gedung penampang akibat geser harus di dasarkan pada
Dalam perencanaan struktur gedung, pembebanan rumus:
yang dipikul oleh elemen struktur merupakan hal
utama yang diperhitungkan. Oleh karena itu semua ϕVn ≥Vu
jenis pembebanan harus diperhitungkan dan Pelat terbagi menjadi 2 (dua) macam menurut
diperhatikan agar dimensi dan konfigurasi rasio bentangnya, yaitu pelat satu arah / one way
penulangan beton dapat kokoh dan lentur sesuai slab dan pelat dua arah two way slab. Pada pelat
dengan perencanaan. satu arah, dapat diidentifikasikan dengan rumus
Pada kolom sentris beban bekerja pada sumbu sebagai berikut:
kolom dengan Momen = 0. Dan kolom eksentris Ly/Lx ≥ 3,0
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu kolom uniaksial
dengan P dan M, e bersumbu tunggal, serta kolom Sedangkan pada pelat dua arah, dapat
biaksial dengan P dan Mx, My, ew, ey bersumbu dikategorikan dari perhitungan seperti dibawah
rangkap. ini:

Syarat kolom kuat: Ly/Lx < 3,0

Pu < ϕPn Dalam menentukan momen pelat, digunakan tabel


momen pelat untuk menentukan koefisien momen
Mu < ϕMn dengan parameter Ly/Lx dan jenis tumpuan pada
Momen kapasitas pada kolom harus sisi pelat tersebut. Besarnya momen pelat dapat
diperhitungkan dari gaya aksial terfaktor yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
menghasilkan kuat lentur terendah untuk Mtx = -0.001 . q . Lx2 . x
memeriksa syarat kolom kuat balok lemah. Setelah
didapatkan hasilnya berupa jumlah tulangan Mlx = 0.001 . q . Lx2 . x
kolom, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah Mly = 0.001 . q . Lx2 . x
kontrol apakah kapasitas kolom tersebut sudah
memenuhi persyaratan kolom kuat dan balok Mty = -0.001 . q . Lx2 . x
lemah atau belum. Peraturan yang tertuang pada Dengan menggunakan metode perhitungan
SNI-2847-2012 pasal 23.4(2) mensyaratkan mengacu pada SNI, di dapatkan data hasil
bahwa: pleriminary design untuk ketiga komponen
ΣMe > 6/5 ΣMg struktur tersebut sebagai berikut:

Pada SNI 03-2847-2002 telah diatur untuk Tabel 1. Hasil Preliminary Design Balok
menentukan preliminary design balok dengan Panjang Tinggi Lebar
rumus sebagai berikut: No
Balok Balok Balok
Menentukan tinggi balok 1. 7000 mm 600 mm 450 mm
2. 6000 mm 500 mm 350 mm
kondisi dua tumpuan
3. 5500 mm 500 mm 350 mm
H= L/16 4. 4000 mm 450 mm 350 mm
kondisi satu ujung menerus 5. 3000 mm 400 mm 300 mm

H= L/18,5
Tabel 2. Hasil Preliminary Design Kolom
kondisi kedua ujung menerus
Tinggi Dimensi
H= L/21 No Kolom Penampang Kolom
Menentukan lebar balok 1 4000 mm 600 x 600 mm
2 4000 mm 450 x 450 mm
B= H/2

42
Tabel 3. Hasil Preliminary Design Pelat Lantai
III. Pembebanan
Beban Mati
Pelat 1. Beban pada Pelat
a. Story 1-4
Lx (cm) 400 400 300 - Keramik = 24
Ly (cm) 400 400 400 kg/m2
Ly / Lx 1,0 1,0 1,3
- Spesi = 21
kg/m2
Pelat - Plafond = 11
kg/m2
- Utilitas= 7 kg/m2
Lx (cm) 300 300 275
Ly (cm) 400 300 400 Total DL = 63
Ly / Lx 1,3 1,0 1,5 kg/m2
b. Story 5 zona 1
Pelat - Lantai Kayu = 40
kg/m2
- Spesi = 21
Lx (cm) 275 350 300 kg/m2
Ly (cm) 300 400 350
Ly / Lx 1,1 1,1 1,2 - Plafond = 11
kg/m2
- Utilitas= 7 kg/m2
Pelat
Total DL = 79
kg/m2
Lx (cm) 350 300 200 c. Story 5 zona 2
Ly (cm) 400 350 300
Ly / Lx 1,1 1,2 1,5 - Spesi = 21
kg/m2
- Plafond = 11
Properti berupa dimensi komponen struktur
kg/m2
dan spesifiksi material tersebut dibuat permodelan
menggunakan program SAP 2000 untuk di - Utilitas= 7 kg/m2
dapatkan gaya-gaya dalamnya untuk selanjutnya Total DL = 39
dianalisis. Berikut bentuk permodelan dari SAP kg/m2
2000 untuk bangunan hotel yang direncanakan:

2. Beban pada Balok


a. Story 1-4
- Beban Dinding = BJ . H dinding
= 250 . 4
= 1000 kg/m
b. Story 5
- Beban Dinding = BJ . H dinding
= 250 . 1,5
= 375 kg/m
Gambar 4. Permodelan dengan SAP 2000 3D 3. Beban pada Kolom
View

43
Beban yang ditopang kolom merupakan beban PSA (g) 0,496
sendiri kolom dan beban yang ada pada pelat dan SMS (g) 1,129
balok.
SM1 (g) 0,657
Beban Hidup SDS (g) 0,753
a. Story 1-4 dan story 5 zona 1 SD1 (g) 0,438
Total LL= 250 kg/m2 T0 (detik) 0,116
b. Story 5 zona 2 TS (detik) 0,582

Total LL= 100 kg/m2 Beban-beban yang ada pada konstruksi gedung
Beban Angin harus dihitung dengan memperhatikan kombinasi-
kombinasi pembebanan yang mengacu pada SNI-
Beban min. tepi laut = 40 1727-2013. Berikut merupakan kombinasi beban
kg/m2 terfaktor yang digunakan dalam metode desain
Beban Hujan kekuatan struktur bangunan:
Total Beban Hujan = 40 1. 1,4 DL
kg/m2 2. 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau S atau R)
Respon Spektrum Gempa 3. 1,2 DL + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
Grafik berikut merupakan hasil analisa melalui 4. 1,2 DL + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
puskim.go.id, nilai Spektral Percepatan di
Permukaan dari Gempa Risk-Targeted Maximum 5. 1,2 DL + 1,0 E + L + 0,2 S
Consider Earthquake Dengan Probabilitas 6. 0,9 DL + 1,0 W
Keruntuhan Bangunan 1% dalam 50
Tahun lokasi Pangandaran (Lat: - 7. 0,9 DL + 1,0 E
7.615061099999999 ,
IV. Analisa Elemen Struktur
Long: 108.49882690000004).
1. Analisa Pelat Lantai
Tabel 5. Kebutuhan Tulangan Tiap Jenis Pelat
S Tul
Tipe Letak tul Terpa Keterangan
sang
Tump X 250 Φ10 - 250
Tump Y 250 Φ10 - 250
A
Lap X 250 Φ10 - 250
Lap Y 250 Φ10 - 250
Tump X 250 Φ10 - 250
Gambar 4. Grafik Spektral Percepatan Tump Y 250 Φ10 - 250
Dari diagram hasil analisa diatas, diambil sampel B
Lap X 250 Φ10 - 250
tanah sedang yang merupakan komposisi tanah
dominan dengan nilai variabel sebagai berikut: Lap Y 250 Φ10 - 250

Sehingga didapatkan: Tump X 250 Φ10 - 250


Tump Y 250 Φ10 - 250
Tabel 4. Nilai Variabel C
Lap X 250 Φ10 - 250
Variabel Nilai
Lap Y 250 Φ10 - 250
PGA (g) 0,492
SS (g) 1,043 Tump X 250 Φ10 - 250
S1 (g) 0,415 Tump Y 250 Φ10 - 250
D
CRS 0,997 Lap X 250 Φ10 - 250
CR1 0 Lap Y 250 Φ10 - 250
FPGA 1,008 Tump X 250 Φ10 - 250
FA 1,083 E
Tump Y 250 Φ10 - 250
FV 1,585

44
Lap X 250 Φ10 - 250 Tipe Balok Balok Struktur 7 m
Lap Y 250 Φ10 - 250 Dimensi 600 x 450 mm
Tump X 250 Φ10 - 250 Lokasi Tumpuan Lapangan
Tump Y 250 Φ10 - 250 Tul Tarik 6D22 5D22
F
Lap X 250 Φ10 - 250 Tul Tekan 4D22 2D22
Lap Y 250 Φ10 - 250 Tul Sengkang 5D10-100 4D10-200
Tump X 250 Φ10 - 250
Tump Y 250 Φ10 - 250 Tipe Balok Balok Struktur 6 m
G
Lap X 250 Φ10 - 250 Dimensi 500 x 350 mm
Lap Y 250 Φ10 - 250 Lokasi Tumpuan Lapangan
Tump X 250 Φ10 - 250 Tul Tarik 6D22 5D22
Tump Y 250 Φ10 - 250 Tul Tekan 4D22 2D22
H
Lap X 250 Φ10 - 250 Tul Sengkang 5D10-100 3D10-200
Lap Y 250 Φ10 - 250
Tump X 250 Φ10 - 250 Tipe Balok Balok Struktur 5,5 m
Tump Y 250 Φ10 - 250 Dimensi 500 x 350 mm
I
Lap X 250 Φ10 - 250 Lokasi Tumpuan Lapangan
Lap Y 250 Φ10 - 250 Tul Tarik 6D22 5D22
Tump X 250 Φ10 - 250 Tul Tekan 4D22 2D22
Tump Y 250 Φ10 - 250 Tul Sengkang 5D10-100 3D10-200
J
Lap X 250 Φ10 - 250
Lap Y 250 Φ10 - 250 Tipe Balok Balok Struktur 4 m
Tump X 250 Φ10 - 250 Dimensi 450 x 350 mm
Tump Y 250 Φ10 - 250 Lokasi Tumpuan Lapangan
K
Lap X 250 Φ10 - 250 Tul Tarik 6D22 6D22
Lap Y 250 Φ10 - 250 Tul Tekan 3D22 2D22
Tump X 250 Φ10 - 250 Tul Sengkang 5D10-100 4D10-200
Tump Y 250 Φ10 - 250
L
Lap X 250 Φ10 - 250 Tipe Balok Balok Struktur 3 m
Lap Y 250 Φ10 - 250 Dimensi 400 x 300 mm
Dari hasil analisa diatas didapatkan spesifikasi Lokasi Tumpuan Lapangan
tulangan yang sama untuk semua tipe pelat Tul Tarik 6D22 5D22
berdasarkan dimensi luasan pelat. Hal itu karena
nilai rasio tulangan untuk semua tipe pelat Tul Tekan 3D22 2D22
dibawah rasio tulangan minimum sehingga nilai Tul Sengkang 5D10-100 5D10-200
rasio ulangan yang dipakai merupakan nilai rasio
tulangan minimum sehingga konfigurasi tulangan
memiliki hasil sama. Tipe Balok Balok Anak 4 m
Dimensi 300 x 200 mm
2. Analisa Balok
Lokasi Tumpuan Lapangan
Analisa balok dilakukan 2 (dua) kali perhitungan
yaitu analisa balok bertulangan rangkap untuk Tul Tarik 3D16 2D16
menentukan jumlah tulangan utama dan analisa Tul Tekan 3D16 2D16
balok bertulangan geser untuk menentukan Tul Sengkang 2D10-100 2D10-200
kebutuhan dan jarak tulangan sengkang.

Tabel 6. Kebutuhan Tulangan Balok

45
3. Analisa Kolom Dimensi Kolom
600x600
Tabel 7. Kebutuhan Tulangan Kolom 600 mm x (mm)
600 mm Sepanjang
Lokasi Lapangan
Kolom 600 mm lo
Tipe Kolom Untuk Balok 600 x 450 Tulangan Utama 12D22 12D22
mm
Tulangan Geser 4D13-100 3D13-150
Tinggi Kolom
4000
(mm)
Dimensi Kolom
600x600 Tabel 8. Kebutuhan Tulangan Kolom 450 mm x
(mm)
450 mm
Sepanjang
Lokasi Lapangan
lo Kolom 450 mm
Tulangan Utama 12D22 12D22 Tipe Kolom Untuk Balok 600 x 450
Tulangan Geser 4D13-100 4D13-150 mm
Tinggi Kolom
4000
(mm)
Kolom 600 mm Dimensi Kolom
Tipe Kolom Untuk Balok 500 x 350 450x450
(mm)
mm Sepanjang
Tinggi Kolom Lokasi Lapangan
4000 lo
(mm)
Tulangan Utama 12D22 12D22
Dimensi Kolom
600x600 Tulangan Geser 4D13-100 2D13-150
(mm)
Sepanjang
Lokasi Lapangan
lo Kolom 450 mm
Tulangan Utama 12D22 12D22 Tipe Kolom Untuk Balok 500 x 350
Tulangan Geser 4D13-100 3D13-150 mm
Tinggi Kolom
4000
(mm)
Kolom 600 mm Dimensi Kolom
Tipe Kolom Untuk Balok 500 x 350 450x450
(mm)
mm Sepanjang
Tinggi Kolom Lokasi Lapangan
4000 lo
(mm)
Tulangan Utama 12D22 12D22
Dimensi Kolom
600x600 Tulangan Geser 4D13-100 2D13-150
(mm)
Sepanjang
Lokasi Lapangan
lo Kolom 450 mm
Tulangan Utama 12D22 12D22 Tipe Kolom Untuk Balok 500 x 350
Tulangan Geser 4D13-100 3D13-150 mm
Kolom 600 mm Tinggi Kolom
4000
Tipe Kolom Untuk Balok 450 x 350 (mm)
mm Dimensi Kolom
450x450
Tinggi Kolom (mm)
4000 Sepanjang
(mm) Lokasi Lapangan
Dimensi Kolom lo
600x600 Tulangan Utama 12D22 12D22
(mm)
Sepanjang Tulangan Geser 4D13-100 2D13-150
Lokasi Lapangan
lo
Tulangan Utama 12D22 12D22
Kolom 450 mm
Tulangan Geser 4D13-100 3D13-150 Tipe Kolom Untuk Balok 450 x 350
mm
Kolom 600 mm Tinggi Kolom
4000
Tipe Kolom Untuk Balok 400 x 300 (mm)
mm Dimensi Kolom
450x450
Tinggi Kolom (mm)
4000 Sepanjang
(mm) Lokasi Lapangan
lo

46
Tulangan Utama 12D22 12D22 7. Pada pelat, setelah dilakukan perhitungan
analisa struktur, didapatkan hasil jumlah
Tulangan Geser 4D13-100 2D13-150
kebutuhan tulangan pada setiap pelat yang
seragam sebesar Φ10 – 250 baik untuk arah X
Kolom 600 mm maupun arah Y.
Tipe Kolom Untuk Balok 400 x 300 8. Untuk balok, perbandingan panjang bentang
mm balok dengan ukuran dimensi balok berpengaruh
Tinggi Kolom besar pada penentuan jumlah tulangan yang
4000 dibutuhkan balok.
(mm)
Dimensi Kolom 9. Pada kolom, jarak antar tulangan geser harus
450x450 dibedakan pada sepanjang lo tumpuan dengan
(mm)
Sepanjang lapangan. Hal ini dikarenakan diagram
Lokasi Lapangan eksentrisitas kondisi seimbang pada kolom
lo
Tulangan Utama 12D22 12D22 terdapat pada tengah bentang kolom tersebut, yang
tepatnya berada pada lapangan kolom.
Tulangan Geser 4D13-100 2D13-150

DAFTAR PUSTAKA
V. Kesimpulan Amalia. (2014). Konstruksi Beton 1 untuk Gedung.
1. Dimensi balok per-bentang dapat direncanakan Depok: Politeknik Negeri Jakarta.
tinggi balok 600 mm dan lebar 450 mm untuk
Ardiyanto, Risqi, A., & Setyawan, T. A. (2015).
bentang 7000 mm, tinggi balok 500 lebar 350 mm
untuk bentang 6000 mm dan 5500 mm, tinggi Analisis dan Perancangan Beton Bertulang.
balok 450 mm dan 350 untuk bentang 4000 mm Depok: Natus Vincere.
serta tinggi balok 400 mm dan lebar 300 mm untuk
Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara
bentang 3000 mm.
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
2. Dalam perencanaan dimensi kolom tinggi 4000
Gedung (Beta Version) SNI 03-2847-2002.
mm, dibagi menjadi 2 (dua) jenis dimensi yang
Jakarta: BSN.
dibuat berdasarkan beban yang diterima dan
efisiensi biaya dalam pelaksanaan proyek Badan Standarisasi Nasional. (2012). Tata Cara
kontruksi, yaitu dimensi 600 x 600 mm untuk Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
lantai 1 sampai lantai 3, dan dimensi 400 x 400 Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI
untuk lantai 4 sampai lantai 5 dan rooftop. 1726:2012. Jakarta: BSN.
3. Untuk menentukan dimensi pelat ditentukan
Badan Standarisasi Nasional. (2013). Beban
dari perbandingan nilai Ln yang menghasilkan β
Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan dapat ditentukan nilai H minimal yang diambil
dan Struktur Lain SNI 1727:2013. Jakarta: BSN.
nilai akhir 150 mm untuk tebal pelat pada semua
dimensi. Dewobroto, W. (2013). Komputer Rekayasa
4. Pada analisa perhitungan pelat didapatkan rasio Struktur dengan SAP 2000. Jakarta: Dapur Buku.
tulangan pelat lebih rendah daripada rasio tulangan
minimum yang sebesar 0,0025 untuk ketebalan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
pelat 150 mm pada semua tipe pelat, sehingga (1983). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
digunakan rasio tulangan minimum untuk semua Gedung 1983. Bandung: Yayasan Lembaga
jenis pelat. Penyelidikan Masalah Bangunan.
5. Pada balok, dilakukan dua kali analisa, yaitu Dishongh, B. E. (2003). Pokok-pokok Teknologi
analisa tulangan rangkap dan tulangan geser. Pada Struktur untuk Konstruksi & Arsitektur. Jakarta:
tulangan rangkap didapatkan untuk semua jenis Erlangga.
balok merupakan balok under-reinforced /
tulangan lemah. Sedangkan perhitungan tulangan Morisco. (1980). Tabel Beton Bertulang.
geser dengan konfigurasi tulangan sengkang Yogyakarta: Kanisius.
beserta kaki sengkang yang terpasang, didapatkan Purwono, R., & Tavio. (2010). Evaluasi Cepat
hasil lendutan balok yang lebih kecil daripada Sistem Rangka Pemikul Momen Tahan Gempa.
lendutan yang diijinkan, sehingga tulangan geser Surabaya: ITS Press.
mampu menahan gaya geser yang diterima.
6. Pada kolom, didapatkan hasil momen kapasitas Schodek, D. L. (1991). Struktur. Bandung: Eresco.
kolom yang lebih besar daripada 1,2 kali momen Schueller, W. (1989). Struktur Bangunan
kapasitas balok, sehingga dapat kolom mampu Bertingkat Tinggi. Bandung: PT. Eresco.
menopang balok sesuai prinsip kolom kuat balok
lemah. Suharjanto. (2013). Rekayasa Gempa.
Yogyakarta: Kepel Press.

47

You might also like