Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

JURNAL

DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MENGIKUTI

( INTERMEDIATE TRAINING)

LK II HMI CABANG KENDARI

“SINTESIS ANTARA KHILAFAH DAN PANCASILA”

OLEH : MUHAMMAD HIFZIL

Telpon/WA : 082173056399

Email : hifzilmuhammad9@gmail.com

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


KOMISARIAT SUPER UIN SUSKA RIAU
CABANG PEKANBARU
1441 H/2020 M
ABSTRACT
The conversation between the Khilafah and Pancasila was never ending.
The latest issue says the Khilafah is against, or contradicts, Pancasila. The debate
also took place in the community between the pros and cons with various
arguments. So that we need an explanation which is expected to be an accurate
enlightenment, accompanied by analysis and valid evidence to prove, is the
Khilafah system contrary to Pancasila or vice versa? To answer this debate, this
journal is expected to be able to answer and will explain the concept of concepts
between the Khilafah and Pancasila from various perspectives. To answer the
debate between the caliphate and the Pancasila, this journal first describes the
definition and history between the Khilafah and Pancasila, the ideological concept
between the Khilafah and Pancasila, and the system of government between the
Khilafah and Pancasila. Furthermore, it also explains the relationship or similarity
between the caliphate and Pancasila in the government system. By referring to
various references and analysis of several thoughts that the Khilafah and Pancasila
are not contradicting each other. And even from a historical or historical
perspective, the emergence of the caliphate and the Pancasila which prioritize the
principles of deliberation, basic legal sources, values of religious spirituality, as
well as justice and the welfare of the people, proves that there is little similarity
between the Khilafah and Pancasila

Keywoards: Khilafah, Pancasila, History, Ideology, Governance.

ABSTRAK
Perbincangan antara Khilafah dan Pancasila tidak pernah ada habisnya. Isu
terkini mengatakan Khilafah anti, atau bertolak belakang dengan Pancasila.
Perdebatan pun terjadi ditengah masyarakat antara pro dan kontra dengan
argumen bermacamam-macam. Sehingga dibutuhkan suatu penjelasan yang
diharapkan bisa menjadi pencerahan yang akurat, disertai analisa dan bukti-bukti
yang valid untuk membuktikan, apakah sistem khilafah berlawanan dengan
i
panscasila atau sebaliknya? Untuk menjawab perdebatan tersebut, Jurnal ini
diharapkan dapat menjawab dan akan memaparkan Konsep Konsep antara
Khilafah dengan Pancasila dari berbagai perspektif. Untuk menjawab perdebatan
antara khilafah dengan pancasila, Jurnal ini lebih dahulu memaparkan Definisi
dan sejarah antara khilafah dan pancasila, konsep ideologi antara khilafaf dan
pancasila, dan sistem pemerintahan anatara khilafah dan pancasila. Selanjutnya
dijelaskan pula hubungan atau kesamaan antara khilafah dengan pancasila dalam
sistem pemerintahan. Dengan merujuk dari berbagai referensi serta analisis dari
beberapa pemikiran bahwa antara khilafah dengan pancasila tidaklah saling
bertentangan. Dan bahkan dari sisi historis atau sejarah kemunculan khilafah dan
pancasila yang mengutamakan asas musyawarah, sumber hukum dasar, nilai
spritiualitas keagamaan, serta keadilan dan kesejahteraan rakyat, justru
membuktikan sedikit persamaan yang dimiliki antara khilafah dan pancasila.

Kata Kunci: Khilafah, Pancasila, Sejarah, Ideologi, Pemerintahan.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-nya yang masih memberikan kesehatan serta kesempatan sehingga Jurnal
Teori-teori Sosial dengan judul “Sintesis Antara Khilafah dan Pancasila” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula shalawat serta salam kita kirimkan
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kegelapan menuju kealam yang terang menderang seperti saat
ini.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan Jurnal ini.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan jurnal ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah jurnal ini.
Harapan penulis semoga Jurnal ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para penulis dan pembaca, dan untuk kedepannya dapat
menjadikan Jurnal Makalah ini sebagai patokan untuk memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis sadar bahwa
Jurnal makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis
demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 26 November 2020

Penulis
iii
DAFTAR ISI
Abstrak ........................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Daftar Isi...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Metode Penelitian ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Sejarah Khilafah ....................................................... 4
B. Definisi dan Sejarah Pancasila ...................................................... 5
C. Konsep Ideologi Antara Khilafahah dan Pancasila....................... 8
D. Sistem Pemerintahan Antara Khilafah dan Pancasila ................... 12
E. Hubungan Khilafah dan Pancasila Dalam Sistem Pemerintahan .. 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Khilafah dan pancasila menjadi salah satu topik perbincangan
hangat di Indonesia. Kondisi ini dipicu oleh adanya pihak yang pro dan
kontra terhadap khilafah. Mereka yang pro menginkan sistem Khilafah
diterapkan, karena mungkin menganggap sistem demokrasi di Indonesia
tidak mampu menghantarkan Indonesia menjadi Negara yang adil dan
makmur dan sejahtera. Dengan melihat contoh seperti kekayaan sumber
daya alam negara ini mayoritas dikuasai asing dan penegakan hukum yang
tumpul keatas tajam kebawah. Sedangkan yang kontra menganggap
Khilafah dikhawatirkan akan memecah belah persatuan bangsa, tidakn
sesuai dengan kemajemukan bangsa, bahkan diklaim akan menggantikan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.1
Perseteruan antara pro dan kontra tidak pernah ada habisnya,
sehingga pernyataan diantara keduanya perlu diperhatikan dengan bijak.
Hal ini dalam rangka menghilangkan kesalah pahaman yang berkelanjutan
di tengah-tengah masyarakat. Agar nantinya mampu menjaga
keharmonisan bangsa terutama antara pihak yang pro dan kontra dalam
memandang konsep Khilfah dengan pancasila.
Terlepas dari kontroversi yang terjadi, melalui jurnal makalah ini,
penulis akan mengkaji khilafah dan pancasila secara obkjektif. Selain itu,
penulis juga akan memaparkan beberapa kaitan yang penting antara Khilaf
dengan Pancasila, sehingga akan ditemukan jawaban yang benar apakah
Khilafah anti atau bertentangan dengan pancasila atau sebaliknya.

1
https: new//s.okezone.com/read/2017/07/ancaman-khilafah-islamiyyah-nyata-gp-ansor-ajak-
masyarakat-dukung-perppu-ormas-anti-pancasila. http://www.kompassiana.com/agustrisa002/khilafah-
adalah-sistem-politik-terbaik.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi dan Sejarah Khilafah ?
2. Definisi dan Sejarah Pancasila ?
3. Bagaimana Konsep Ideologi Antara Khilafah dan Pancasila ?
4. Bagaimana Sistem Pemerintahan Antara Khilafah dan Pancasila?
5. Antara Khilafah dengan Pancasila dalam Sistem Pemerintahan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Sebagai Studi Pustaka terkait Sintesis antara Khilafah dan Pancasila
2. Sebagai Kerangka berfikir dalam perdebatan yang terjadi antara
khilafah dengan pancasila
3. Sebagai bahan kajian diskusi seputar permasalahan khilafah dan
pancasila
4. Sebagai syarat untuk mengikuti LK II (Intermediate Training) HMI
Cabang Kendari

D. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kajian
pustaka dengan pendekatan deskripstif kualitatif yaitu dengan
mengumpulkan berbagai literatur yang berkaitan dengan objek
penelitian untuk dijadikan referensi dan sumber data yang tertulis.
2. Sumber Data
Dalam proses pencarian data penulis mengumpulkan dari berbagai
sumber data yang diambil dari penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya, baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum.
Sumber data tersebut dapat berupa website, artikel, jurnal, skripsi,
thesis, disertasi, buku, dan media sosial. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan dua jenis sumber data, diantaranya data prime
contohnya seperti: sosial media, facebook, Instagram, dan Twitter
sebagai pendukung penulisan jurnal ini. dan untuk data sekunder
2
seperti : berupa jurnal, buku, artikel, maupun skripsi yang berkaitan
dengan teori analisis kritis dalam penulisan jurnal ini.
3. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya adalah pengolahan data.
Pada teknik pegolahan data ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan historis, filosofis dan analisis. Dengan metode sebagai
berikut:
a. Melakukan Penulisan antara Khilafah dan Pancasila secara historis,
filosofis, serta menghubungkan antara khilafah dengan pancasila
dengan menggunakan analisis kritis.
b. Memahami makna dari data yang telah dianalisis oleh penulis atau
peneliti sebelumnya.
c. Menungkan hasil pembahasan ke dalam bentuk Penulisan jurnal
secara sistematis dan metodis
4. Validasi Data
Validasi data adalah langkah pemeriksaan untuk memastikan
bahwa data tersebut telah sesuai dengan kriteria dan ditetapkan dengan
tujuan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini sangat jelas
dari mana sumbernya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sejarah Khilafah


Term khilafah berasal dari bahasa Arab, masdar dari fi’il madi
khalafa-yakhlufu khilafatan, artinya menggantikan atau menempati
tempatnya. 2 Sedangkan secara terminologis, menurut Taqiyuddin al-
Nabhani dalam kitab al-Syakhsiyyah al-Islamiyyah adalah Kepemimpinan
umum bagi seluruh kaum Muslimin di dunia untuk menegakkan syariat
3
Islam dan mengemban dakwah Islam ke segenap penjuru dunia.
Sedangkan menurut Imam al-Mawardi dalam kitab al-Ahkam al-
Sultaniyah ialah Kepemimpinan setelah Nabi SAW untuk menjaga agama
dan memimpin dunia. 4 Adapun Ibnu Khaldun mendefinisikan dalam
kitabnya al-Muqaddimah dengan Suatu jabatan yang berfungsi memimpin
umat sesuai dengan tuntutan syariat untuk kemaslahatan dunia dan akhirat
mereka. 5 Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami,
khilafah adalah sistem kepemimpinan yang menerapkan hukum syariat
Islam, bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia baik di dunia dan di
akhirat, dan sarat unsur dakwah Islam.
Secara historis, istilah khilafah dan khalifah muncul sejak
terpilihnya Abu Bakar As-Siddiq sebagai pemimpin kaum Muslim yang
menggantikan atau melanjutkan kepemimpinan Nabi SAW. 6 Kemudian
berturut-turut digantikan oleh Umar bin Khattab, Usman bin Aff an, dan
Ali bin Abi Thalib. Mereka dikenal dengan khulafaurrasyidin. Sepeninggal
2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif,
Cet, 14, 1997), 362.
3
Taqiyuddin Al-Nabhani, Al-Syakhsiyyah al-Islamiyyah, Jilid 2, (Beirut: Dar al-Ummah, Cet, 5,
2003), 14.
4
Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sultaniyyah (TK: Dar al-Fikr, Cet, 1, 1960), 5.
5
Abdurrahman bin Muhammad Ibnu Khaldun, Muqadimah Ibnu Khaldun, Jilid 1 ( Dar Ya’rib:
Damaskus, Cet 1, 2004), 365.
6
Moh.Sholeh, Khilafah Sebagai Produk Sejarah Bukan, Produk Syariah ( Yogyakarta: Istana
Publishing, Cet, 1, 2017), 1.
4
empat khalifah ini, kepemimpinan kaum Muslim dilanjutkan oleh Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah dan berakhir pada masa Turki Usmani. Dalam
rentang waktu itu, umat Islam dengan sistem khilafah-nya telah banyak
memberi kontribusi kepada dunia, terutama dalam segi ilmu pengetahuan.
Menarik disimak, bahwa kepemimpinan negara dengan sistem
khilafah ini sangat berbeda dengan sistem pemerintahan lainnya. Di antara
ciri khasnya adalah khalifah tidak mempunyai kekebalan dosa, artinya
eksistensinya sebagai manusia tetap sama dengan rakyatnya. Seorang
khalifah tidak dapat membuat aturan atau memutuskan hukum berdasarkan
posisinya sebagai pemimpin tertinggi umat Islam tanpa dasar. Sebuah
hukum yang diputuskan khalifah tetap harus merujuk pada al-Qur’an,
Sunnah, atau kesepakatan ulama. Adapun dari segi pemilihannya
ditentukan oleh umat secara musyawarah dan diangkat dengan
pembaiatan.7

B. Definisi dan Sejarah Pancasila


Pancasila bila dilihat secara harifah (etimologis), pancasila berasal
dari bahasa Sansekerta dari India ( Bahasa Kasta Brahmana), yang dapat
dijabarkan dalam dua kata yaitu Panca yang berarti lima, dan Sila yang
berarti Dasar. Sehingga Pancasila berarti lima dasar, yaitu lima Dasar
Negara Republik Indonesia. Istilah “sila” juga bisa berarti sebagai aturan
yang melatar belakangi perilaku seseorang atau bangsa, kelakukan atau
perbuata yang menurut adab (sopan santun), serta akhlak dan moral.8
Pembahasan mengenai istilah Pancasila pada umumnya dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yang pertama yaitu secara yuridis
kenegaraan dan yang kedua ialah pembahasan secara ilmiah-filsafati,
keduanya harus memenuhi persyaratan ilmiah, yang pertama harus
memenuhi empat syarat ilmiah dan yang kedua mencakup pengetahuan

7
Salim Ali Al-Bahansawi, Wawasan Sistem Politik Islam, Terj : Mustolah Maufur, (Jakarta: Pustaka
Alkautsar, Cet. 1, 1995), 91.
8
M. Alwi kaderi, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Banjarmasin: Antasari Press),
hal 8.
5
ilmiah. Kedua persyaratan ini akan diuraikan secara singkat dan
diimplikasikan terhadap Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.9
Pada dasarnya Pancasila merupakan sistem filsafat yang bersifat
praktis. Artinya Pancasila sebagai sistem filsafat dapat digunakan
langsung sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia supaya dapat mencapai masyarakat yang adil dan makmur
secara lahiriah maupun bathiniah.10
Pancasila ialah perumusan antara silang politik dan budaya. Nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya dapat direpresentasikan melalui
pancasila sebagai hasil dari nilai-nilai perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia dan dapat menjadi titik
kunci dalam menguraikan kerumitan di berbagai bentuk kebangsaan.
Pancasila harus dilandasi dengan elemen kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebagai jiwa dan juga raga, pancasila adalah nafas sekaligus
nyawa bagi bangsa Indonesia.
Menurut Yudi Latif, Pancasila adalah ideologi negara ideal
paripurna. Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang tidak bisa
ditawar lagi dan ia menjadi dasar negara yang absah. Sebagai sebuah
pandangan hidup, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa menjalin
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik jika direpresentasikan
melalui Pancasila.
Pancasila juga merupakan sistem kebudayaan yang artinya
Pancasila harus menjadi bagian dari budaya pada setiap kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan melalui hasil karya cipta manusia dapat
direpresentasikan diberbagai bidang baik dari segi agama, sosial-politik,
budaya, juga etnis. Pancasila harus menjadi kegiatan kebudayaan, yaitu
menjadi orientasi hidup dan tujuan berbangsa dan bernegara.11

9
Noor Ms.Bakry, Orientasi Filsafat Pancasila, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1994), 3.
10
Noor Ms.Bakry, Orientasi Filsafat Pancasila, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1994), 5.
11
Febri Hijroh Mukhlis, Teologi Pancasila: Teologi Kerukunan Umat Beragama, Fikrah; Jurnal
Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Vol 4, No 2, (2016), 176.
6
Pada awal pertumbuhan Pancasila terdapat para pejuang
kemerdekaan Indonesia yang turut dalam merumuskan sila-sila dalam
Pancasila sebagai dasar negara dengan melalui berbagai perenungan,
pendapat, pemikiran, dan kesepakatan para tokoh kemerdekaan Indonesia.
Dalam perumusan Pancasila yang akan dijadikan sebagai dasar negara
perlu beberapa pemikiran, pendapat, gagasan dari bebarapa tokoh pejuang
kemerdekaan Indonesia dan tahap-tahap dalam merumuskannya juga tidak
mudah, butuh perjuangan, kesabaran dan do’a supaya dalam perumusan
Pancasila bisa berjalan dengan lancar.
Sejarah Indonesia menjelaskan bahwa pada tanggal 20 Mei 1945
sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) membahas masalah-masalah kemerdekaan Indonesia terutama
membahas dalam masalah dasar negara. Sidang yang diselenggarakan ini
telah dilakukan oleh beberapa tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia dan
setiap tokoh berbeda-beda pendapat, akan tetapi mereka menempatkan
semangat Ketuhanan atau Keagamaan dalam sila pertama yang terdapat
pada dasar negara karena bagaimanapun juga agama adalah hal yang
paling penting dalam kehidupan sehari-hari dan juga penting bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.12
Pada tanggal 22 Juni 1945 dalam forum rapat PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dilakukan oleh tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan RI diantaranya Ir. Soekarno, Muhammad Hatta, K.H. Agus
Salim, K. H. Wachid,Hasyim, A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo, Abdul
Kahar Muzakkar, Abikusno Tjokrosujoso, dan Muhammad Yamin. Para
tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia membuat kesepakatan dan
keputusan untuk menjadikan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang
tercantum dalam UUD 1945 dengan menambahkan tujuh kata pada sila
pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban Menjalankan
Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

12
Moh.Dahlan, “Eksistensi Negara Pancasila Dalam Paradigma Ushul Fiqih”, Jurnal Millah, Vol.
XII, No 2. hal,533.
7
Akan tetapi pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan
sidang guna dalam rangka penetapan hukum dasar beserta pembukaannya.
Dalam sidang tersebut beberapa dari pihak Indonesia bagian Timur
keberatan dengan sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan Kewajiban Menjalankan Syari’at Islam bagi Pemeluk-
Pemeluknya”. Karena tujuh kata tersebut lebih berpihak kepada pemeluk
agama Islam, maka tujuh kata tersebut dihapuskan akhirnya diepakati pada
sila pertama dasar negara Indonesia adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”
demi kebijakan masyarakat Indonesia bersama.13
M. Amien Rais dan Hadimulyo sebagai tokoh Islam di Indonesia,
berpendapat bahwa Pancasila adalah suatu ideologi Islam atau doktrin
kenegaraan Islam versi Indonesia. Negara Indonesia ini mempunyai empat
pilar negara diantaranya yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika,
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar tersebut
dapat sangat penting dalam kehidupan bernegara di Indonesia karena
hukum-hukum yang berlaku, peraturan pemerintah, sistem politik,
kehidupan berbangsa dan bernegara sudah dicantumkan di sana yang
menjadi consensus kebangsaan yang final.
Sidang PPKI dilaksanakan hingga empat kali. Namun bangun
rumusan final Pancasila mencapai kesepakatan pada sidang pertama ini
dengan kesepakatan perubahan pada rumusan sila pertama. Pada sidang-
sidang selanjutnya lebih menitik beratkan membentuk konsep
pemerintahan, pembagian wilayah, dan mementuk Komite Nasional.14

C. Konsep Ideologi Antara Khilafah dan Pancasila


1. Konsep Ideologi Khilafah
Fase yang pertama berawal pada 1372 H/1953 M oleh pendiri Hizb

13
Moh.Dahlan, “Eksistensi Negara Pancasila Dalam Paradigma Ushul Fiqih”, Jurnal Millah, Vol.
XII, No 2. hal,535.
14
Kumawi Basyir dkk, pancasila dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2013),
hal 21.
8
Al-Tahrir yakni Taqi Al-Din Al-Nabhani dengan membentuk dan
membina generasi pertama dalam halaqah-halaqah. Secara individu
mereka berkomunikasi dengan masyarakat melaui cara menyampaikan
doktrin-doktrin dan ide-ide pemikiran Hizb Al-Tahrir. Siapa saja yang
menerima doktrin dari pemikiran Hizb Al-Tahrir akan diajari secara
intensif dihalaqah-halaqah hingga mereka menyatu dengan ide-ide dan
hukum-hukum yang ditetapkan oleh Hizb Al-Tahrir serta mempunyai
pola pikir yang fanatik dengan Islam. Bahkan mereka mewajibkan
mereka untuk bergabung dengan Hizb At-Tahrir.15
Apabila seseorang yang telah masuk dalam kelompok Hizb Al-
Tahrir maka, dia akan mengikuti kemanapun Islam melangkah, dia
akan mempunyai jiwa emosi yang Islami, rela terhadap apa yang
ditentukan oleh Allah dan Rasulnya, mempunyai jiwa fanatik yang
kuat terhadap Islam, serta menolak semua hal yang membuat Allah dan
Rasulnya murka.16
Hizb Al-Tahrir mengklaim pada fase pertama sebagai metode
Rasul yang berpijak pada penjelasan dari Abu Ja’far Al-Thabari,
setelah Rasulullah SAW menerima Wahyu: (QS. Al-Muddathir [74] :
1-3) yang Artinya:
“Wahai orang-orang yang berkemul (berselimut) bangunlah lalu
berilah peringatan, dan Agungkanlah Tuhanmu”

Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT,


kemudian Rasulullah mengajak kaum Quraisy untuk masuk Islam
bukan dengan cara memaksa, namun dengan cara damai. Pada fase
yang pertama, Rasul menyampaikan dakwahnya secara individu
mengenai perintah Allah SWT. Rasulullah saat menyampaikan
dakwahnya tidak secara terang-terangan karena banyak kaum Quraisy
yang menentang Rasulullah, akan tetapi Rasulullah menyampaikannya
15
Ainur Rofiq Al-Amin, Membongkar Proyak Khilafah Ala Hizbut Tahrir di Indonesia,
(Yogyakarta: Lkis, 2012), 44.
16
Ibid, 45
9
secara sembunyi-sembunyi dengan mengajak kaum quraisy kembali
kepada kebenaran dengan cara mematuhi peraturan Allah dan
menjauhi larangan-Nya.
Hizb at-Tahrir hanya fokus pada pembinaan thaqafah saja. Hizb at-
Tahrir lebih kepada memperhatikan terbentuknya kerangka-kerangka
gerakan, memperluas dan membina anggota secara berkelompok
dalam halaqah-halaqah dan thaqafah yang telah diadopsi oleh Hizb at-
Tahrir sampai pada keberhasilannya membentuk formulasi struktur
partai yang terdiri dari orang-orang yang menyatu dengan Islam dan
dapat berinteraksi dengan cara mengembangkannya di tengah-tengah
umat.17
Hizb Al-Tahrir telah mengadopsi metodologi filosofisnya
Marxisme Leninisme. Al-Nabhani “menggambarkan prinsip-prinsip
organisasi Marxisme-Leninisme, baik strategi maupun taktik, yang
disatukan dengan Islamist ideology yang artinya totalitarian
organization yang tidak mentoleransi perbedaan.18
Maka, tak jarang orang yang telah masuk dalam kelompok Hizb Al
Tahrir menghalalkan semua tentang Islam dan mengharamkan apa
yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam seperti contoh sistem
Khilafah Islamiyah. Kelompok ini sangat antusias untuk menegakkan
Khilafah Islam di negara Indonesia sebagai sistem pemerintahannya.

2. Konsep Ideologi Pancasila


Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara harus memenuhi
unsur-unsur tertentu sebagai persyaratannya serta harus dapat
memenuhi teori-teori kebenaran dalam filsafat digunakan sebagai tolak
ukur teologi yang tangguh, baik, komunis, liberalis, maupun
Pancasila.19 Pancasila sebagai Ideologi negara merupakan seperangkat

17
Ainur Rofiq Al-Amin, Membongkar Proyak Khilafah Ala Hizbut Tahrir di Indonesia,
(Yogyakarta: Lkis, 2012), 46.
18
Ibid
19
Noor. Ms. Bakry, Orientasi Filsafat pancasila, (Yogyakarta: Liberty, 1994), 35.
10
gagasan vital yang menggambarkan sikap atau pandangan hidup
bangsa Indonesia, sebagaimana secara formal harfiah dirumuskan
dalam bagian akhir pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai ideology
negara secara spekulatif dirumuskan oleh beberapa tokoh pejuang
kemerdekaan RI serta para ulama’-ulama’ di Indonesia pada tahun
1945 dalam sidang BPUPKI dan dilanjut dengan sidang PPKI yang
menjadikannya sebagai dasar negara Indonesia, diharapkan kekal dan
abadi bagi kehidupan bangsa dan negara. Pancasila sebagai ideologi
negara Indonesia pola pelaksanannya dipancarkan pada empat pokok
pikiran yang koheren, komprehensif, dan mendalam, sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, dan dijelmakan dalam pasal
UUD 1945.20
Ideologi Pancasila adalah pencerminan suatu mayarakat yang
mencita-citakan kebahagiaan dengan tata masyarakat baru yang adil
dan makmur sejahtera lahir dan batin, untuk menggantikan masyarakat
dengan kondisi kemiskinan serta keterbelakangan warisan kolonialis.
Pancasila dengan pokok-pokok pikiran yang utuh tercantum di dalam
pembukaan dan dijelmakan dalam pasal UUD 1945, maka cukup
terbukti kiranya untuk menkualifikasikan Pancasila sebagai “Manifesto
Ideologi”, bagi keberadaan bangsa Indonesia dalam bernegara.21
Pancasila sebagai ideologi yang dinamik maksudnya adalah
kesatuan prinsip pengarahan yang berkembang dialektik serta terbuka
penfsiran baru untuk melihat perspektif ke masa depan dan aktual
antisipatif dalam menghadapi perkembangan dengan memberikan arah
dan tujuan yang ingin dicapai dalam melangsungkan hidup dan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila sebagai dasar
perkembangan keterbukaannya adalah hakikat kodrat manusia
monopluralis, sehingga unsur moral menjadi landasan kebijaksanaan
untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.

20
Ibid 38-39
21
Ibid
11
Sebagai ideologi yang seimbang, maka Pancasila sebagai dasar
negara yang dinamik maupun ideologi terbuka hal itu akan
menggambarkan sebagai ideologi yang seimbang dan harmonis demi
kelangsungan hidup bermasyarakat dan bernegara. Pancasila sebagai
ideologi negara ingin mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat
yang adil dan makmur secara lahir dan batin seimbang antara individu
dan sosialnya dengan menempatkan manusia sebagai individu yang
mandiri dan religius sehingga setiap warga negara mencapai haknya
untuk mendapatkan kehidupan yang adil, makmur, dan sentosa sesuai
dengan hakikat manusia yang adil dan beradab. Berdasarkan filsafat
dan ideologi Pancasila, bangsa Indonesia sangat menyadari akan
kemajemukan agama, suku, etnis, ras, dan budaya yang merupakan
bagian berbeda satu sama lain sesuai dengan “Bhineka Tunggal Ika”
yang mempunyai arti “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Namun
demi kepentingan bersama untuk mewujudkan rakyat yang adil,
makmur, dan sentosa keberagaman tersebut menjadi penguat sehingga
terintegrasi secara nasional.22

D. Sistem Pemerintahan Antara khilafah dan Pancasila


1. Sistem Pemerintahan berdasarkan Khilafah
Khilafah adalah sistem politik dari ideologi Islam yang mewadahi
aturan hukum, representatif, pemerintah, dan akuntabilitas masyarakat
melalui mahkamah independen, dan prinsip konsultasi representatif.
Pemerintahan ini dibangun di atas konsep kewarganegaraan tanpa
memandang gender, etnis, dan menentang perlakuan represif terhadap
kelompok etnis maupun religius.23

22
Satrijo Budiwibowo, “ Revitalisasi Pancasila dan Bela Negara Dalam Menghadapi tantangan
Global Melalui Pembelajaran Berbasis multicultural”, Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol 4, No 2,
581.
23
Idil Akbar, Khalifah Islamiyyah : antara Konsep dan Realitas Kenegaraan (Republik Islam dan
Kerajaan Islam Arab Saudi)
12
Dalam pandangan Taqiyuddin al-Nabhani sistem khilafah dalam
bingkaian Daulah Islamiah setidaknya terdiri dari delapan struktur atau
perangkat, khalifah, mu’awin tafwid (pembantu khalifah bidang
pemerintahan), mu’awin tanfīz (pembantu khalifah bidang
administrasi), amirul jihad (panglima perang), wali (pimpinan daerah),
qadi (hakim), mashail daulah (departemen negara), dan majelis umat
(lembaga wakil rakyat). Struktur negara seperti ini telah dibuat oleh
Rasulullah SAW untuk membantu pekerjaannya sebagai kepala
negara.
Daulah Islam dengan sistem khilafah-nya, berdiri di atas landasan
akidah Islam, yang mana menjadi asas atau dasar negara sebagaimana
tercantum pada Rancangan Undang-Undang Dasar (RUU) dalam
Hukum-Hukum Umum. 24 Di dalam mengadopsi (tabanni) hukum
seorang khalifah harus terikat dengan hukumhukum syara’, sehingga
haram baginya untuk mengadopsi hukum yang tidak berdasarkan pada
dalil-dalil syara’. Artinya segala pembuatan undang-undang atau
hukum, sumber rujukan dasarnya harus kembali kepada al-Qur’an dan
hadis.25

2. Sistem Pemerintahan Berdasarkan Pancasila


Negara Republik Indonesia bukanlah negara Teokrasi, akan tetapi
Indonesia merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi agama
Indonesia juga melindungi semua agama-agama yang diakui oleh
negara maka dari itu kedudukan agama Islam juga mendapat tempat
yang paling terhormat dan dilindungi seperti yang tercantum dalam
pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945.26
Pancasila mempunyai posisi penting di Indonesia yakni sebagai
ideologi negara dan yang kedua sebagai dasar negara, yang dimaksud

24
Taqiyuddin Al-Nabhani Nizam, Nizam al-Hukm fi al-islam, al-Muwassa’ al al-Munaqqah
bi’abdi al-Qadim Zallum, (TK: HT Press: Cet.6, 2002), 45.
25
` Taqiyuddin Al-Nabhani Nizam, Nizam al-Hukm,,,,,.105.
26
Cecep supriadi, Relasi Islam dan Negara: Wacana Keislaman dan Keindonesiaan
13
sebagai dasar negara adalah filasafat dasar negara. Presiden pertama
Indonesia yaitu Ir. Soekarno menyebutnya Philosophisce Groslag.27
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai posisi sebagai landasan
filsafat hukum. Teks Pancasila yang terdapat pada pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kaidah fundamental negara
yang memiliki kekuatan grundnorm.
Pemerintahan yang berdasarkan dengan Pancasila sudah menjadi
dasar negara yang final dan tidak bisa diganti lagi karena sudah
dijelakan di atas oleh peneliti bahwasannya para pendiri bangsa
(founding father) sudah merumuskan Pancasila dengan sebaik-baik
dan sebenar-benarnya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

E. Hubungan Antara Khilafah dengan Pancasila Dalam Sistem


Pemerintahan
Khilafah dengan Pancasila memang berbeda jika dibawa ke ranah
aplikasi sistem pemerintahan dan bentuk suatu negara. Akan tetapi, antara
keduanya ada beberapa nilai-nilai yang berkaitan bahkan bisa saling
melengkapi, terutama dalam urusan pemerintahan.
Dari sisi sejarah misalkan, munculnya khilafah dan Pancasila
sama-sama melalui proses musyawarah. Khilafah pada awal
kemunculannya pasca Rasulullah SAW wafat hingga berakhirnya masa al-
Khulafa al-Rasyidin, sistem pemilihan khalifah tidak terlepas dari
musyawarah. Karena musyawarah merupakan prinsip dasar Islam yang
orisinil. 28 Begitu juga Pancasila, proses perumusan hingga terbentuknya
bertahap, diawali dengan penyampaian usulan-usulan dasar negara oleh M.
Yamin, Soepomo dan Soekarno, kemudian melibatkan tokoh-tokoh
nasional dari golongan kebangsaan, 29 dan golongan Islam, 30 hingga

27
Syaiful Arif, Islam, Pancasila, dan deradikalisasi: Meneguhkan Nilai Keidonesiaan, (Jakarta:
Elex Media kompuntindo, 2018), 15.
28
Raghib al-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, Cet, 1, 2001), 430.
29
Bung Hatta, Muhammad Yamin, Ahmad Soebardjo dan A.A Maramis
14
akhirnya menjadi dasar negara dan tercantum dalam pembukaan UUD
1945 alinea ke-4, prosesnya tidak terlepas dari musyawarah. Ini
menunjukkan, pentingnya musyawarah dalam menentukan keputusan
untuk mendapatkan hasil mufakat bersama dan mewakili seluruh
masyarakat.
Selain sisi sejarah, sumber hukum dasar juga perlu dicermati.
Termuatnya Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 menjadi sebagai
dasar negara Republik Indonesia, yaitu sebagai landasan dalam mengatur
jalannya pemerintahan di Indonesia. Karena landasan ini merupakan
landasan terpenting atau tertinggi di Indonesia, maka Pancasila merupakan
sumbernya segala hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan
bangsa Indonesia. 31 Selain itu, Pancasila juga menjadi sumber kaidah
hukum negara yang secara konstitusionalnya mengatur negara Republik
Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta
pemerintahan negara. Oleh karena itu, siapapun yang menjadi pejabat
pemerintah harus menjadikan Pancasila sebagai pegangan pokok dalam
melaksanakan tugasnya dan merupakan sumber pokok dalam mengatur
kehidupan masyarakat.32
Kemudian, pada sila pertamanya yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
prinsipnya menek ankan bahwa moralitas dan spiritualitas keagamaan
berperan penting sebagai bantalan vital bagi keutuhan dan
keberlangsungan suatu bangsa-negara.40 Bahkan menurut Notonegoro
sebagaimana dikutip oleh Kaelan bahwa hakikat dasar negara asasnya
adalah kerohanian yang mempunyai derajat tinggi sebagai nilai hidup

30
H.Agus Salim, Abikoesno Tjokrosoejoso (Keduanya dari Tokoh Politisi Muslim), K.H Abdul
Kahar Muzakkir (Tokoh Muhammadiyyah), dan K.H Wachid Hasjim (tokoh N.U)
31
Tukiran Taniredja, et.al Kedudukan Fungsi Pancasila Bagi bangsa Indonesia, (Bandung:
Alfaeba, Cet. 1, 2014), 37.
32
Berdasarkan Ketentuan Dasar yuridis sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
ketetapan No.XX/MPRS/1966
15
kebangsaan dan kenegaraan.Karena semangat ketuhanan menempati posisi
tertinggi dalam dasar negara ini.33
Dari pemaparan di atas, jika kita melihat sistem khilafah atau
sistem pemerintahan Islam dengan bentuk negaranya daulah Islam yang
asas atau dasar negaranya adalah akidah Islam, maka ditemukan
sumbernya berasal dari al-Qur’an dan Sunnah atau hasil ijtihad ulama.
Dari sini, rakyat harus meyakini dan memahami akidah Islam terlebih
dahulu agar hukum-hukum syariat bisa kuat dijalankan dalam
pemerintahan. Begitu pun dengan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia. Seluruh warga negara wajib meyakini dan memahami nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupannya. Bukan hanya sekedar dibaca, dipahami
dan dihafalkan saja tetapi tidak diimplementasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4
dengan kata-kata “mencerdaskan kehidupan bangsa”, baru selanjutnya
butir-butir Pancasila. Ini sama dengan akidah Islam dalam sistem khilafah
sebagai dasar negaranya dengan tujuannya aktualisasi syariat Islam dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana dijelaskan di atas.
Sisi lain adalah keadilan dan kesejahteraan rakyat. Perwujudan
negara berkeadilan dan berkesejahteraan sangat ditentukan oleh integritas
dan mutu para penyelenggara negara disertai dukungan rasa tanggung
jawab, rasa kemanusiaan dan keadilan yang terpancar pada setiap warga.34
Mutu penyelenggaraan negara, dalam hal ini presiden,
pemilihannya diatur dalam UUD 1945 Pasal 6 (1). Pada pasal ini ada kata
mampu “secara rohani”, berarti agamanya harus baik, yang otomatis
memegang teguh prinsip sila pertama Pancasila. Bahkan ditekankan
kembali dalam UU NO. 23 Tahun 2013 Tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, Pasal 6 (a), “Bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa”. Ini menandakan bahwa agama tidak bisa dipisahkan dari
33
Yudi Latif, Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan, (Jakarta Selatan: Mizan, 2014),
2.
34
Ibid, 595
16
politik. Mewujudkan keadilan dan kesejahteran bagi rakyatnya, sebagai
seorang pemimpin harus baik dan benar agamanya. Ini yang paling utama,
bagaimanapun sistem pemerintahan yang dijalankannya.
Sedangkan dalam sistem khilafah, pengangkatan khalifah secara
sah ada syaratnya juga, bahkan lebih kuat landasannya dari pada yang
dijelaskan sebelumnya. Agama sudah pasti menjadi pegangan bagi
khalifah, karena memang tujuannya adalah menegakkan hukum-hukum
Islam. Salah satu dari tujuh syarat sahnya sebagai seorang khalifah adalah
adil. Dua syarat ini mengharuskan seorang khalifah mampu memberikan
keadilan kepada seluruh masyarakatnya, baik Muslim maupun non-
Muslim, bahkan dijelaskan dalam kebijakan politik dalam negerinya hak-
hak bagi keduanya.
Artinya, khilaffah dengan sistem pengangkatan khalifahnya
menaruh syarat adil sebagai keharusan yang harus benar-benar dijalankan.
Begitupun calon presiden, meski tidak menjadi syarat tertulis tapi setia
kepada Pancasila, ini menandakan harus bisa memberikan keadilan sosial
bagi Masyarakatnya yang terkandung dalam makna sila ke-5 Pancasila.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Meskipun ada penolakan khilafah sebagai sistem pemerintahan tapi
jangan sampai menutup mata untuk melihat nilai-nilai yang baik dari
sistem khilafah. Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup bagi
warga negaranya, nyatanya masih perlu ditanamkan kembali nilai-nilainya
sehingga benar-benar teraktualisasi oleh setiap warga negara. Pancasila
dengan sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa, sebenarnya sudah
mewakili sebagian sistem khilafah, hanya saja bentuk negaranya yang
berbeda. Ini bukti bahwa nilai-nilai agama harus didahulukan, bukan justru
mengedepankan kemaslahatan dengan mengorbankan agama.
Memang khilafah tidak bisa diterapkan di Indonesia apalagi
mengganti Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Karena
Pancasila merupakan konsensus bangsa Indonesia. Bahkan, saat ini ada
empat pilar MPR RI sebagai modal untuk membangun bangsa yang
majemuk ini ke arah yang lebih baik, adil dan sejahtera. Ini semuanya
sudah cukup. Akan tetapi, menyatakan khilafah anti Pancasila,
mengancam NKRI adalah statement yang perlu diluruskan kembali.
Karena sikap yang demikian itu dirasa kurang bijak dan terkesan tidak
adil.
Jadi, apabila nilai-nilai Pancasila belum seutuhnya teraktualisasi di
masyarakat dan sistem demokrasi sekarang ada yang mengatakan masih
belum bisa membawa negeri ini menjadi lebih baik dengan berbagai
macam permasalahannya, terlebih dengan suhu politik yang hanya
mengedepankan kekuasaan, maka tidak ada salahnya jika mengadopsi hal-
hal yang baik dari sistem khilafah tanpa harus menjadikan negara republik
menjadi negara Islam. Karena sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila sudah ada dalam khilafah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Akbar,Idil. Khalifah Islamiyyah : antara Konsep dan Realitas Kenegaraan


(Republik Islam dan Kerajaan Islam Arab Saudi)
Al-Amin, Ainur Rofiq. Membongkar Proyak Khilafah Ala Hizbut Tahrir di
Indonesia. (Yogyakarta: Lkis. 2012).
Al-Bahansawi,Salim Ali. Wawasan Sistem Politik Islam. (Jakarta: Pustaka
Alkautsar. 1995).
Al-Nabhani Nizam, Taqiyuddin. Nizam al-Hukm fi al-islam, al-Muwassa’ al al-
Munaqqah bi’abdi al-Qadim Zallum. (TK: HT Press.2002).
Al-Nabhani,Taqiyuddin. Al-Syakhsiyyah al-Islamiyyah. Jilid 2. (Beirut: Dar al-
Ummah. 2003).
Al-Sirjani, Raghib. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar. 2001).
Arif,Syaiful. Islam, Pancasila, dan deradikalisasi Meneguhkan Nilai
Keidonesiaan. (Jakarta: Elex Media kompuntindo. 2018).
Basyir,Kumawi. pancasila dan Kewarganegaraan. (Surabaya: Sunan Ampel
Press. 2013).
Berdasarkan Ketentuan Dasar yuridis sebagaimana yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. ketetapan No.XX/MPRS/1966
Bin Muhammad Ibnu Khaldun,Abdurrahman. Muqadimah Ibnu Khaldun. Jilid 1
( Dar Ya’rib: Damaskus. 2004).
Budiwibowo,Satrijo. Revitalisasi Pancasila dan Bela Negara Dalam Menghadapi
tantangan Global Melalui Pembelajaran Berbasis multicultural. Jurnal
Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol 4. No 2.
Dahlan, Moh. Eksistensi Negara Pancasila Dalam Paradigma Ushul Fiqih. Jurnal
Millah. Vol. XII, No 2.
https: new//s.okezone.com/read/2017/07/ancaman-khilafah-islamiyyah-nyata-gp-
ansor-ajak-masyarakat-dukung-perppu-ormas-anti-pancasila.
http://www.kompassiana.com/agustrisa002/khilafah-adalah-sistem-
politik-terbaik.
19
Kaderi, Alwi. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. (Banjarmasin:
Antasari Press).
Latif, Yudi. Mata Air Keteladanan Pancasila dalam Perbuatan. (Jakarta Selatan:
Mizan, 2014).
Mawardi,Al. Al-Ahkam al-Sultaniyyah (TK: Dar al-Fikr. 1960).
Ms.Bakry,Noor.Orientasi Filsafat Pancasila. (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,
1994).
Mukhlis, Febri. Teologi Pancasila: Teologi Kerukunan Umat Beragama
Munawwir,Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya:
Pustaka Progresif)
Sholeh,Moh. Khilafah Sebagai Produk Sejarah Bukan, Produk Syariah.
( Yogyakarta: Istana Publishing. 2017).
Tukiran Taniredja. et.al Kedudukan Fungsi Pancasila Bagi bangsa Indonesia.
(Bandung: Alfaeba. 2014).

20

You might also like