Professional Documents
Culture Documents
Digital Repository Universitas Jember
Digital Repository Universitas Jember
Digital Repository Universitas Jember
Proceedings:
Implementasi IPTEKS Sub Sektor Perkebunan Pendukung
Devisa Negara dan Ketahanan Energi Indonesia
Tempat : Gedung Pascasarjana, Politeknik Negeri Jember
Tanggal : 18-19 September 2019
AGROPROSS
National Conference Publisher:
Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture
Proceedings of Agriculture ISBN : 198-602-14917-3-3
DOI : 10.25047/agropross.2019.128
ABSTRACT Keyword:
Panti District is the second largest coffee producer in Jember Regency after Silo District. Coffee plantations
in Panti District in 2016 have a land area of 1096 ha, with an altitude of 50-1,340 meters above sea level. Seed
With this average height, one of the coffee plants planted is Arabica coffee. Based on the number of existing production;
coffee plantations, the processing of wet coffee will produce a lot of liquid and solid waste. Coffee fruit waste
in the form of flesh flesh physically composition reached 48%, consisting of 42% fruit skin and 6% seed skin. Arabica coffee;
The purpose of this study is to determine the process of processing Arabica coffee, determine the potential
Coffee waste;
application of cleaner production that can be applied and determine the top priorities based on an economic
feasibility analysis. The method used is measuring products, waste, and others using mass balance analysis.
The results of mass balance analysis in 1 ton of red coffee and 3146.63 liters of water input produced a 40%
yield of coffee beans, 38.4% solid waste, 2946 liters of liquid waste. Solid waste is obtained from the pulping
process and liquid waste is obtained from the rambang, pulping and washing sorting process. Based on the
mass balance analysis, the potential application of production that can be applied to solid waste is the
manufacture of tea (cascara), animal feed, compost blocks, to liquid waste namely the making of biogas and
liquid organic fertilizer. Based on these alternatives, making tea (cascara) is a top priority to be applied to
solid waste because it has an NPV value of Rp. 997,230,980, IRR of 40%, PBP 7.85 and B / C Ratio of 3.70;
while making biogas is a top priority to be applied to liquid waste because it has an NPV value of Rp.
7,344,691,114, an IRR of 45%, a PBP of 1.51 and a B / C ratio of 1.51.
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian disajikan pada Gambar 1. di bawah ini:
Observasi Lapang dan Identifikasi Masalah
𝑁𝑃𝑉1
IRR = 𝑖 + 𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2 (𝑖2 − 𝑖1)........................................(2)
Keterangan : I1 = Tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV bernilai positif
I2 = Tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV bernilai negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
𝑃𝑊 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡𝑠 𝐸𝑈𝐴𝐵
Net B/C = = 𝐸𝑈𝐴𝐶 > 1.....................................(3)
𝑃𝑊 𝐶𝑜𝑠𝑡
400 kg. Itu mengartikan bahwa rendemen Karakteristik limbah cair proses
biji kopi dalam satu ton kopi merah ialah pengolahan kopi diberbagai tempat
40%, limbah padat 38,4%, limbah cair menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda
2946,66 liter. Dalam neraca massa tersebut meskipun berasal dari proses pengolahan
juga dapat diketahui rendemen kopi yang basah maupun semi basah. Berikut tabel
tidak lolos pada sortasi ialah 3,4%. karakteristik limbah cair pengolahan kopi
arabika di Agroindustri Maju Mapan.
Limbah cair proses pengolahan kopi jika tidak dimanfaatkan. Kulit kopi jika tidak
berwarna coklat terutama berasal dari diolah akan menimbulkan bau yang tidak
komponen flavonoid kulit buah pada saat sedap, mengundang lalat maupun serangga
pengupasan. Limbah cair kopi selain berbau lainnya, dan menyebabkan kerusakan
tidak sedap, juga akan berubah warna ekosistem sehingga air sungai tidak sesuai
menjadi hitam beberapa saat kemudian lagi dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
(Selvamurugan et al., 2010). Dari hasil data Selain itu drainase dari timbunan kulit kopi
karakteristik limbah cair pengolahan kopi dapat mencemari sumber air di sekitarnya.
arabika dapat disimpulkan bahwa limbah
yang dihasilkan dari sortasi perambangan, Potensi Penerapan Produksi Bersih
pulping, dan washing melebihi ambang Menurut Rathinavelu dan Graziosi
batas baku mutu air limbah kopi ketetapan (2005), upaya pemanfaatan limbah padat
Menteri Lingkungan Hidup Republik kopi telah dilakukan berpuluh-puluh tahun
Indonesia No 5 Tahun 2014. Jika limbah yang lalu terutama pemanfaatan kulit kopi
tersebut dibuang terus-menerus ke badan air menjadi pakan ternak, asam cuka, biogas,
akan menimbulkan proses degradasi bahan ekstrak kafein, pektin, enzim pektat, protein,
organik dan menyebabkan kondisi anaerobik dan kompos. Salah satu upaya untuk
pada badan air. Maka perlu adanya mendukung pertanian berkelanjutan melalui
penanganan pengolahan limbah untuk perbaikan tanah yaitu pemanfaatan secara
menurunkan nilai parameter hingga tidak maksimal limbah proses produksi kopi.
melebihi nilai baku mutu yang sudah Limbah kulit kopi memiliki kadar bahan
ditetapkan. organik dan unsur hara yang memungkinkan
Proses pengupasan menghasilkan untuk memperbaiki tanah. Hasil penelitian
limbah padat yang cukup besar berupa kulit menunjukkan bahwa kadar C-organik kulit
dan daging buah kopi. Menurut Kebede et kopi adalah 45,3 %, kadar nitrogen 2,98 %,
al., (2010), komposisi kulit kopi terutama fosfor 0,18 %, dan kalium 2,26 %. Selain itu
bahan organik yang terdiri atas karbohidrat, kulit kopi juga mengandung unsur Ca, Mg,
protein, serat, lemak, kafein, polifenol, dan Mn, Fe, Cu, dan Zn. Berdasarkan studi
pektin. Berdasarkan analisis neraca massa, literatur dan pengamatan di lapangan, ada
persentase limbah padat yang dihasilkan dari beberapa alternatif pemanfaatan limbah
proses pengupasan dapat mencapai kisaran padat proses pengolahan basah kopi arabika
30-50%. Nilai ini menunjukkan potensi adalah sebagai berikut;
pencemaran yang besar dari limbah padat
a. Pakan Ternak. Kulit buah kopi dapat efektif digunakan sebagai media tanam
dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada lahan sempit.
dengan konsentrasi maksimum 20% dan c. Cascara. Teh dari kulit kopi yang diolah
mampu menghemat hingga 30% biaya sedemikian rupa kemudian dikeringkan.
pakan ternak. Komposisi kulit kopi Setelah dikeringkan cascara bisa diseduh
mengandung protein 75-150 g/kg, lemak layaknya teh dan dinikmati seperti
20-70 g/kg dan karbohidrat 210-320 g/kg menikmati kopi dan teh. Cascara
(Rojas et al., 2003). Menurut Beltran et memiliki cita rasa fruity yang kuat.
al., (2011), kulit kopi yang kaya akan Cascara sudah menjadi produk yang
pektin dan karbohidrat terlarut berpotensi mendunia sebagai minuman khas yang
sebagai sumber campuran pakan ternak. enak dan memberikan beberapa khasiat
Akan tetapi kandungan faktor antinutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Kulit buah
seperti kafein, polifenol dan tannin kopi arabika jauh lebih baik untuk dibuat
membatasi campuran kulit kopi tidak cascara dibandingkan dari kulit buah kopi
dapat melebihi 20%. robusta.
b. Kompos Blok. Menurut Calvert (1998), Dan ada beberapa alternatif
kulit kopi hanya mengandung 1/5 nutrien pemanfaatan limbah cair proses pengolahan
yang berasal dari tanah, dimana 4/5 basah kopi arabika adalah sebagai berikut ;
nutrien terbawa oleh biji. Meskipun a. Biogas. Daging dan kulit buah kopi hasil
demikian, daging buah kopi merupakan proses pengupasan masih mengandung
sumber yang baik untuk humus dan gula yang cukup besar, sehingga
karbon organik. Menurut Rathinavelu potensial bagi pembentukan biogas
dan Graziosi (2005), kompos merupakan bersama-sama limbah cair proses
sumber hara tanaman, bahan pembenah pengolahan basah. Menurut Calle (1955)
kesuburan fisik dan biologi tanah. diacu dalam Braham dan Bressani (1979),
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos 30 kg limbah kopi yang dicampur dengan
terutama dipengaruhi oleh C/N. Tanah kotoran sapi mampu menghasilkan 670
pertanian yang baik mengandung liter metan setelah 72 hari.
perbandingan unsur C dan N yang b. Pupuk Organik Cair. Pupuk organik
seimbang. Keseimbangan yang baik ialah cair merupakan larutan dari hasil
C:N=10:12. Menurut Erwiyono et al., pembusukan bahan-bahan organik yang
(2001), kompos kulit buah kopi berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
memberikan pengaruh tertinggi pada dan manusia yang kandungan unsur
pertumbuhan kopi dibandingkan kompos haranya lebih dari satu unsur
dari sumber lain seperti belotong, kotoran (Hadisuwito, 2007).
sapi, kotoran kambing, dan daun tanaman
penaung. Kompos blok merupakan Analisis Kelayakan Ekonomi
produk inovasi yang dapat menggantikan Kelayakan suatu adopsi teknologi
kompos biasa, yang terkadang dalam ataupun modifikasi proses pengolahan kopi
pembuatan dan penggunaannya masih arabika yang berbasis produksi bersih
sangat terbatas dan kurang efektif. hendaknya dihitung berdasarkan nilai
Pemanfaatan limbah kulit kopi menjadi ekonomi sehingga dapat memberikan
kompos blok pertama kali diperkenalkan gambaran kelayakan penerapan tersebut.
oleh Asmak Afriliana pada tahun 2010 Perhitungan kelayakan pada proses
(Maruli, 2010). Penggunaan kompos blok pengolahan kopi arabika yang berbasis
kulit kopi sebagai media tanam memiliki produksi bersih didasarkan pada jenis
beberapa keuntungan, yaitu mengurangi investasi yang dibutuhkan untuk pengolahan
penumpukan limbah kulit kopi, dan penanganan limbah ataupun produk
mengurangi penggunaan polybag samping serta harga pembelian buah kopi
sehingga lebih ramah lingkungan, dan dan penjualan biji kopi. Analisis kelayakan
dilakukan dengan asumsi tidak ada kenaikan membantu melakukan perbandingan pada
ataupun penurunan harga selama periode setiap alternatif pemanfaatan limbah.
investasi. Asumsi ini dibutuhkan untuk
Indrasti, N.S dan Fauzi,A.M. 2009. Produksi Environmental, Helath, Science and
Bersih. Bogor : IPB Press. Engineering. 7 (2): 129-136.
Kebede YK, Kebede T, Assefa F, Amsalu A. Simanihuruk, Kiston, dan J. Sirait. 2010.
2010. Environmental Impact of Silase Kulit Buah Kopi Sebagai Pakan
Coffee Processing Effluent on The Dasar pada Kambing Boerka Sedang
Ecological Integrity of Rivers Found Tumbuh. Seminar Nasional Teknologi
in Gomma Woreda of Jimma Zone, Peternakan dan Veteriner 2010.
Ethiopia. Ecohydrology and
Hydrobiology. Vol. 10 No. 2-4 : 259- Zainuddin, D. dan T. Murtisari. 1995.
270. Penggunaan Limbah Kopi
Agroindustri Buah Kopi (Kulit Buah
Lia, F. dan Perdana, T. 2017. Sistem Kopi) Dalam Ransum Ayam Pedaging
Produksi Agroindustri Kopi Arabika (Broiler). Pros. Pertemuan Ilmiah
(Studi Kasus PT. Sinar Mayang Komunikasi Dan Penyaluran Hasil
Lestari, Kecamatan Pangalengan, Penelitian. Sub Balai Penelitian Klep.
Kabupaten Bandung). Jurnal Agrisep Bogor : Puslitbang Peternakan (71-
16 (02) : 123-132. 78)