Professional Documents
Culture Documents
Metode Penyuluhan Dalam Adopsi Inovasi Inseminasi Buatan (Ib) Pada Usaha Peternakan Sapi Di Kabupaten Dharmasraya
Metode Penyuluhan Dalam Adopsi Inovasi Inseminasi Buatan (Ib) Pada Usaha Peternakan Sapi Di Kabupaten Dharmasraya
Metode Penyuluhan Dalam Adopsi Inovasi Inseminasi Buatan (Ib) Pada Usaha Peternakan Sapi Di Kabupaten Dharmasraya
ABSTRACT
This research was conducted in the area Dharmasraya Regency, West Sumatra Province. The purpose of this study
determined : a) Method of extention in innovation adoption of artificial insemination (AI) in the cattle farm in the District
Dharamasraya, and b) Social and economic factors that influence adoption of innovation Artificial Insemination (AI) in the cattle
farm in the District Dharmasraya. This research used survey method and approach to the analysis of secondary data. The number
of samples in this study were determined by quota sampling technique by reason of homogeneous samples, the farmers were
already adopting innovations and cattle ranchers IB program participants snapping Birahi Artificial Insemination (GBIB) thus
took a sample of 40 people. The data collected were primary data with the help of question naires and secondary data with the
literature study and related agencies. Descriptive analysis of quantitative data which was calculated using a Likert scale. The
results showed that the extension method in the adoption of IB in cattle breeding business in the Regency Dharmasraya been
implemented, namely the extension methods home and farm visits with category, extension methods demonstrations by both
categories, and the campaign extension methods with the medium category. Social and economic aspects such as business scale
farmers, revenue, risk, active participation in the innovation adoption had no effect on aspects of the IB whereas age despite being
influential in the adoption of innovation, but still in the category of less influential.
Keywords : extension methods, social economy, innovation adoption, Artificial Insemination (AI)
1
EDISET DAN JASWANDI Jurnal Peternakan
transmigrasi oleh pemerintah pusat yaitu melainkan mengambil semen dari pejantan
tahun 1979. Peserta program transmigrasi yang dimasukan ke dalam rahim sapi betina
ini diberi bantuan sapi untuk setiap kepala yang dilakukan oleh inseminator, hal ini
keluarganya melalui program Banpres dilakukan dengan tujuan untuk
(Bantuan Presiden) sehingga sampai saat ini memperbaiki mutu genetik dan
sebagian besar masyarakat yang ada di produktivitas ternak sapi.
daerah ini masih memelihara ternak sapi
Bioteknologi reproduksi Inseminasi
secara intensif. Pemeliharaan dengan
Buatan (IB) akan diadopsi secara efektif oleh
sistem intensif ini seyogyanya mampu
peternak jika dilakukan melalui program
meningkatkan jumlah populasi ternak sapi
penyuluhan, untuk itu berhasil atau tidak
di Kabupaten Dharmasraya, namun secara
berhasilnya kegiatan penyuluhan
statistik jumlah populasi tersebut cendrung
ditentukan oleh beberapa unsur,
mengalami penurunan, dimana berdasarkan
diantaranya adalah unsur penyuluhnya,
data tahun 2012, jumlah populasi ternak
unsur inovasi (pesan), unsur penerima
sapi adalah 31.449 ekor dengan klasifikasi
(peternak sasaran) maupun unsur media
7.920 ekor sapi jantan dan 23.529 ekor sapi
dan metoda penyuluhannya. Metoda
betina, pada tahun 2013 jumlah populasi
penyuluhan merupakan salah satu unsur
mengalami penurunan sebanyak 4.690 ekor
penyuluhan yang dapat mempengaruhi
dimana jumlah populasi ternak pada tahun
tingkat keberhasilan adopsi inovasi, dimana
2013 sebanyak 26.759 ekor, dengan jumlah
metode penyuluhan seperti kunjungan
5.808 ekor sapi jantan dan 20.951 ekor sapi
rumah/usaha tani, demontrasi
meskipun pada tahun 2014 kembali
/percontohan dan kampanye merupakan
meningkat menjadi 39.512 ekor hal ini
jenis metode penyuluhan yang relevan
disebabkan oleh jumlah pemotongan pada
dengan kondisi peternak dan mudah untuk
tahun yang sama jauh turun dari tahun
diterapkan. Kesesuaian antara metode
tahun sebelumnya, yaitu hanya 2.842 ekor
dengan kondisi peternak sasaran akan dapat
(Dinas Perternakan dan Perikanan
mempercepat terjadinya proses adopsi
Kabupaten Dharmasraya, 2015).
inovasi, yang pada akhirnya berimplikasi
Statistik data di atas menggambarkan positif terhadap usaha peternakan yang
kebijakan pemerintahan secara makro dan dilakukan.
sistem pemeliharaan yang baik belum tentu
Keberhasilan program penyuluhan
mampu mendukung tercapainya jumlah
dalam adopsi inovasi dipengaruhi juga oleh
populasi yang sesuai dengan kebutuhan,
kondisi sosial ekonomi peternak sasaran,
untuk itu perlu didukung oleh program
dimana kondisi sosial ekonomi tersebut
pemerintah yang bersifat persuasif dan
dapat berupa luas skala usaha, tingkat
intensif seperti program penyuluhan dalam
pendapatan, keberanian mengambil resiko,
membantu penerapan inovasi dibidang
umur, tingkat partisipasi serta aktivitas
peternakan. Inovasi bidang peternakan itu
mencari ide baru. Kondisi sosial ekonomi
diantaranya adalah inovasi bioteknologi
peternak akan mempengaruhi proses dan
reproduksi, yaitu inovasi Inseminasi Buatan
kecepatan peternak sasaran dalam
(IB). Inovasi Inseminasi Buatan (IB)
mengadopsi inovasi dan secara tidak
merupakan bagian dari bioteknologi
langsung juga akan memberi kemudahan
reproduksi, dimana melalui teknologi ini
pada penyuluh dalam penerapan inovasi
perkawinan ternak tidak lagi dilakukan
yang ditawarkannya.
secara alami menggunakan pejantan,
2
Vol 14 No 1 METODE PENYULUHAN
kategori yang telah ditetapkan oleh Ditjen rataan skor minimal adalah 81%. Kategori
Peternakan (1992) yaitu: sedang tidak terlepas dari masih kurang
a) Kategori baik/berpengaruh, tersedianya sumber daya penyuluh, baik
persentase yang diperoleh 81-100% yang berasal dari dinas terkait seperti Badan
b) kategori sedang/berpengaruh sedang, Penyuluh Pertanian (BPP) maupun yang
persentase yang diperoleh 60-80% berasal dari instansi swasta. Menurut
c) kategori kurang/berpengaruh kurang, Undang Undang Nomor 16 tahun 2006
persentase yang diperoleh < 60% dalam (Mardikanto, 2010) ragam
penyuluh/fasilitator dikelompokan atas tiga
HASIL DAN PEMBAHASAN bagian, yaitu penyuluh pemerintah,
penyuluh swasta dan penyuluh swadaya.
Metode Penyuluhan dalam Adopsi Inovasi Penyebab lain belum terlaksananya metode
Bioteknologi Reproduksi Inseminasi kunjungan rumah dan usaha tani secara
Buatan optimal adalah masih tumpang tindihnya
peran yang dilakukan oleh para penyuluh
Metode Kunjungan Rumah dan Usaha Tani yang ada, dimana pada daerah penelitian di
Hasil penelitian merujuk dari Tabel 1 samping berperan sebagai penyuluh
memperlihatkan metode penyuluhan peternakan, para penyuluh juga berperan
kunjungan rumah dan usaha tani sudah sebagai penyuluh pertanian, hal ini
dilaksanakan dalam adopsi inovasi ditenggarai akan berimplikasi kurang baik
Inseminasi Buatan (IB) di Kabupaten dengan ketersediaan tenaga, waktu bagi
Dharmasraya, dimana pada metode ini penyuluh dan ditambah lagi dengan
pelaksanaanya berada pada kategori sedang keberadaan usaha ternak dan peternak yang
dan apabila dilihat dari persentase rataan akan disuluh tersebar di lokasi yang
skor sudah hampir berada pada kategori berjauhan.
baik, karena untuk kategori baik persentase
Tabel 1. Jawaban responden tentang metode penyuluhan dalam adopsi inovasi Inseminasi
Buatan (IB)
No Metode Indikator Jumlah (n) Jumlah Skor Rataan Skor (%) Kategori
Setuju 32,0 96 80,0
Kunjungan Rumah
1 Ragu Ragu 8,0 16 20,0 Sedang
dan Usaha Tani
Tidak Setuju 0,0 0 0,0
Setuju 36,0 108 90,0
2 Demonstrasi Ragu Ragu 4,0 8 10,0 Baik
Tidak Setuju 0,0 0 0,0
Setuju 29,0 87 72,5
3 Kampanye Ragu Ragu 8,0 16 20,0 Sedang
Tidak Setuju 3,0 3 7,5
Sumber : Hasil Penelitian tahun 2016
Konsekuensi yang akan terjadi dengan ada, karena dengan metode kunjungan
keterbatasan waktu dan tenaga tersebut rumah dan usaha ternak ini akan
adalah penyuluh secara tidak langsung mengharuskan setiap penyuluh datang
tidak akan mampu mendatangi setiap kepada setiap peternak untuk memberikan
peternak maupun usaha peternakan yang penyuluhan, tentu ini membutuhkan waktu
4
Vol 14 No 1 METODE PENYULUHAN
dan tenaga yang besar. Anwar dkk (2009) (2009) menjelaskan demonstrasi merupakan
berpendapat metode penyuluhan dan salah satu metode penyuluhan pertanian
kunjungan usaha ternak memiliki beberapa yang dilaksanakan untuk menunjukkan
hambatan seperti : memerlukan waktu dan suatu cara atau membuktikan suatu hasil
tenaga yang lebih banyak jika dibandingkan usahatani yang lebih baik, demonstrasi
metode lain, jumlah petani peternak yang dikatakan sebagai suatu percontohan.
dapat dikunjungi terbatas, kunjungan yang
Berhasilnya pelaksanaan metode ini juga
sering dilakukan kepada seorang petani
didukung oleh jenis inovasi yang
akan menimbulkan prasangka pada petani-
diterapkan, karena pada prinsipnya
petani lainnya.
peternak sebagai adopter pasti
mempertimbangkan segala konsekuensi
Metode Demonstrasi
dari adopsi inovasi tersebut, sehingga
Tabel 1 memperlihatkan metode secara umum peternak akan cendrung
demonstrasi sudah terlaksana dengan baik, menerapkan suatu inovasi dengan biaya
dimana persentase skor rataan hasil murah dan tingkat keberhasilan yang tinggi,
penelitian adalah 90%. Angka persentase hal ini tidak terlepas dari kondisi
ini membuktikan pelaksanaan metode perekonomian peternak pada umumnya
demonstrasi dalam adopsi inovasi memiliki penghasilan rendah. Mardikanto
bioteknologi reproduksi Inseminasi Buatan (2010) menjelaskan dalam adopsi suatu
(IB) di Kabupaten Dharmasraya berada inovasi para adopter akan
pada kategori baik. Terlaksananya dengan mempertimbangkan sifat-sifat instrinsik
baik metode ini disebabkan oleh penyuluh dari inovasi, seperti informasi ilmiah yang
dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan melekat, nilai-nilai atau keunggulan-
langsung mendemontrasikan kegiatan keunggulan, tingkat kerumitan inovasi,
inseminasi pada saat melakukan mudah tidaknya dikomunikasikan inovasi,
penyuluhan, yang mana pada kegiatan mudah tidaknya inovasi tersebut dicobakan
penyuluhan tersebut diikutsertakan juga mudah tidaknya inovasi tersebut diamati.
tenaga inseminator.
Berbeda dengan metode ceramah atau
Efektifnya metode ini juga didukung pidato, dimana dalam demonstrasi tidak
oleh proses penyuluhan yang dilakukan, diperlukan adanya saling mempercayai
dimana pada pelaksanaan kegiatan yang tinggi antara peternak dengan
penyuluhan dilakukan pada suatu penyuluh karena melalui demonstrasi
kelompok peternak yang memilki populasi peternak dapat melihat sendiri segala
induk produktif yang banyak, sehinga sesuatu dengan jelas tentang inovasi yang
peluang untuk melaksanakan demonstrasi akan diadopsi. Van Den Ben dalam
cukub besar, dimana setelah penyuluh terjemahan Herdiasti (1996) mengungkap-
memberikan materi tentang Inseminasi kan bahwa demonstrasi dapat mendorong
Buatan (IB) dapat langsung dilakukan IB petani mencoba sendiri inovasi baru.
oleh tenaga Inseminator pada ternak sapi
yang yang sedang birahi yang dimiliki oleh Metode Kampanye
kelompok yang disuluh, setelah itu
Penelitian memperlihatkan hasil yang
penyuluh rutin melakukan kunjungan ke
hampir sama untuk setiap metode
kelompok tersebut untuk penanganan pasca
penyuluhan yang diterapkan dalam adopsi
penerapan inovasi IB sampai ternak yang di
inovasi bioteknologi reproduksi Inseminasi
IB bunting dan melahirkan. Anwar dkk
5
EDISET DAN JASWANDI Jurnal Peternakan
rujukan yang dipakai dalam penelitian mengadopsinya di masa yang akan datang.
persentase rataan skor terendah untuk Hal ini disebabkan karena peternak percaya
kategori berpengaruh adalah 81% (Ditjen dan paham bahwa dalam menerapkan
Peternakan, 1992). Pendapatan yang kurang sesuatu yang baru tidak akan terlepas dari
berpengaruh dalam adopsi inovasi IB resiko, baik itu resiko materi maupun resiko
tersebut sejalan dengan program waktu. Kurang berpengaruhnya resiko yang
pemerintahan daerah setempat, dimana dihadapi dalam proses adopsi inovasi juga
pada tahun 2015 pemerintah daerah disebabkan karena sebelum mengadopsi
khususnya Dinas Peternakan dan Perikanan inovasi IB, peternak/usaha peternakan
Kabupaten Dharmasraya melaksanakan sudah memperoleh informasi dan
program Gertak Birahi Inseminasi Buatan pengetahuan dari penyuluh tentang hal hal
(GBIB), dimana melalui program ini para yang berkaitan dengan inovasi IB tersebut,
peternak yang melakukan usaha peternakan baik manfaat, cara, tujuan serta resiko
sapi merasa terbantu, karena melalui kegagalan yang bakal diterima seandainya
program tersebut dinas membebaskan biaya inovasi IB itu belum berhasil, sehingga
bagi peternak yang mau mengadopsi dengan pahamnya peternak calon adopter
Inseminasi Buatan dan anak hasil IB akan dengan resiko yang akan diterima akan
diperlombakan dan bagi yang juara akan mengurangi ketakutan peternak untuk
medapatkan reward. Hal lain yang mencoba mengadopsinya. Soedarmanto
dipedomani oleh peternak adalah biaya (2003) mengedepankan bahwa seorang
pelaksanaan sekali IB yang masih terbilang penyuluh harus memahami informasi
murah yaitu Rp. 40.000/IB, biaya ini terkait dengan inovasi yang disampaikan
menurut peternak logis dibandingkan hasil dalam upaya untuk mengurangi resiko
yang akan diperoleh setelah anak hasil IB kegagalan sekecil mungkin dan di samping
lahir. Kondisi usaha yang dirasakan oleh itu penyuluh dituntut mahir secara fisik.
peternak ini sejalan dengan pendapat
Anwar dkk (2009) yang menyatakan sasaran Pengaruh Umur
akan cepat melakukan adopsi inovasi
Hasil penelitian menunjukan umur
apabila inovasi yang akan diterapkan tidak
berpengaruh sedang terhadap proses adopsi
memerlukan korbanan yang memberatkan
inovasi Inseminasi Buatan (IB) di daerah
serta memberikan harapan peluang
Kabupaten Dharmasraya, hal ini terlihat
keberhasilan yang tinggi dan tingkat
dari persentase rataan skor umur hanya
manfaat yang merangsang.
50%, yang menandakan dalam adopsi
inovasi, umur berada pada kategori
Pengaruh Resiko yang Dihadapi
berpengaruh sedang. Penyebab umur
Besar kecilnya resiko yang dihadapi oleh berpengaruh sedang dalam adopsi inovasi
peternak kurang berpengaruh dalam adopsi IB adalah karena sebagian besar peternak
inovasi Inseminasi Buatan (IB), hal ini yang ada di daerah ini berada pada usia
terlihat dari hasil penelitian berdasarkan produktif. Hasil penelitian Ediset dan
Tabel di atas, dimana persentase rataan skor Jaswandi (2014) adalah 73,33% peternak di
dari resiko adalah 50%, artinya adalah Kabupaten Dharmasraya berada pada usia
sebesar apapun resiko yang akan produktif yaitu berusia 18-55 tahun. Hal ini
ditimbulkan akibat melakukan adopsi sesuai dengan ketetapan BPS Sumatera
inovasi IB, tetap kurang berpengaruh Barat (2006), bahwa umur 15²64 tahun
terhadap kemauan peternak untuk adalah usia produktif dalam berusaha.
7
EDISET DAN JASWANDI Jurnal Peternakan
8
Vol 14 No 1 METODE PENYULUHAN
Tabel 2. Jawaban responden tentang pengaruh status sosial ekonomi peternak terhadap
adopsi inovasi
Status Sosial Rataan
No Indikator Jumlah n Jumlah Skor Kategori
Ekonomi Skor (%)
Setuju 18,0 54,0 45,0
1 Skala Usaha Ragu Ragu 15,0 30,0 37,5 Kurang
Tidak Setuju 7,0 7,0 17,5 Berpengaruh
Setuju 17,0 51 42,5
Kurang
2 Pendapatan Ragu Ragu 17,0 34,0 42,5
Berpengaruh
Tidak Setuju 6,0 6,0 15,0
Setuju 20,0 60,0 50,0
Kurang
3 Resiko Ragu Ragu 16,0 32,0 40,0
Berpengaruh
Tidak Setuju 4,0 4,0 10,0
Setuju 29,0 87 72,5
Berpengaruh
4 Umur Ragu Ragu 7,0 14,0 17,5
Sedang
Tidak Setuju 4,0 4,0 10,0
Setuju 8,0 24,0 20,0
Tingkat Kurang
5 Ragu Ragu 20,0 40,0 50,0
Partisipasi Berpengaruh
Tidak Setuju 12,0 12,0 30,0
Setuju 13,0 39,0 32,5
Kurang
6 Keaktifan Ragu Ragu 16,0 32,0 40,0
Berpengaruh
Tidak Setuju 11,0 11,0 27,5
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016
9
EDISET DAN JASWANDI Jurnal Peternakan
10