Green Tourism Marketing Model: Abstrack

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 32

GREEN TOURISM MARKETING MODEL1

Ali Hasan
Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta
Email : ali43ibc@gmail.com

ABSTRACK

Green Tourism Marketing Model research as efforts to develop environmentally


friendly tourism destination, the synergy of government, business and community
participation become the driving force of tourism product development with highly
competitive.
In the long term, this research aims to provide the marketing concept of green
tourism as economic development efforts and strengthen the environment (eco-growth)
through the development of green tourism marketing models. The object of this research
is achieved by (1) mapping a superior product green tourism; (2) generating a model of the
development of green tourism marketing; (3) applying a model of development of green
tourism marketing by groups of local community of the tourism business, (4) developing
a model of green tourism marketing with quality function development (5) building green
tourism areas; (6) involving the government to formulate laws/policies about tourist area
of green zones and patterns of tourism business development for local communities which
are optimal in economic development based on environmental sustainability (integrated
eco-growth green tourism); (7) international publications in the journal of hospitality
and tourism research (powered by scopus) and (8) a draft of the green tourism marketing
textbook.
The methods of the research were conducted by (1) a theoretical analysis of mapping
superior product of green tourism; (2) identification of issues based on data in the
field; (3) the development of green tourism models with test instruments; (4) achieving
experiments in a limited test models, (5) the improvement of models and instruments; (6)
implementation of the model (7) foster the spirit and commitment to build a small business
tourism (8) the establishment of the concept of green tourism area. Therefore, the starting
point of this research is the development of green tourism marketing models in developing
this area of green tourism can encourage the growth of tourism businesses that have
capability to create a multiplier effect for the improvement of employment opportunities
and increaseopportunities of tourism community welfare.
The mix methods of quantitative and qualitative used in the research are achieved
by three stages; stages of development and design, the pilot phase in a limited scope and
validation phase in the form of an experimental analysis of the most effective to encourage
the existence of green tourism marketing models into an embryo of growing area of
superior products of green tourism which are needed to integrate the development of
tourism industry based on environment for both economic sustainability, social and culture
community and environmental resources itself.
Keywords: Green Tourism Marketing Model, Empowerment, Local Communities
Tourism, Business Development and Mix Analysis.
Tulisan ini telah di usulkan sebagai syarat mengikuti Program Doktor Marketing Universtas Islam Indonesia 2015
PENDAHULUAN dari kebutuhan setiap orang, daerah, negara,
serta interaksi wisatawan dengan masyarakat
Kepariwisataan muncul dan tumbuh
setempat, sesama wisatawan, pemerintah
Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 1
2015
daerah, dan pengusaha untuk meningkatan terhadap produk atau jasa mereka. Di
nilai ekonomi. Pariwisata sebagai industri pasar, jenis strategi ini dapat memberikan
telah mampu menciptakan perubahan yang perusahaan keunggulan diferensial lebih
luar biasa dalam kegiatan ekonomi global, dari pesaing mereka. Penggunaan logo
pariwisata mampu menempatkan kegiatan pariwisata hijau biasanya dimaksudkan
ekonomi terbesar ketiga di dunia yang untuk (1) mengendalikan dampak negatif
paling cepat berkembang (Batta, 2009). pada lingkungan sumber daya alam daerah
Tren pertumbuhan nilai ekonomi dari tujuan wisata dengan mendorong
peningkatan jumlah pengunjung akan perusahaan pariwisata untuk mencapai
mendorong dan menjamin investasi yang standar lingkungan yang tinggi, (2) untuk
memungkinkan destinasi wisata dapat mendidik wisatawan mengenai dampak
dikembang-kan untuk bersaing dalam tindakan dan keputusan mereka, dan (3)
memperluas pasar. untuk mengembangkan standar produk dan
Dalam kegiatan pariwisata tradisional jasa pariwisata ramah lingkungan
dimana peningkatan jumlah wisatawan (Sasidharan, Sirakayab, and Kerstettera,
yang berkunjung ke sebuah destinasi 2012)
menimbulkan dampak buruk seperti Pemanfaatan logo pariwisata hijau
kerusakan lingkungan yang sangat serius. berkaitan dengan manajemen sumber
Dampak merusak pengembangan pariwisata daya alam, pelestarian lingkungan dan
kini semakin disadari semua pihak dan perlindungan, dan pengendalian
menyadari lingkungan alam sebagai pencemaran sesuai dengan konsep
sumber daya pariwisata penting, publik dan pengembangan pariwisata ramah
sektor industri pariwisata swasta semakin lingkungan (Erdogan dan Tosun, 2009).
mengadopsi dan menerapkan lingkungan Konsep pariwisata hijau akan sangat
yang kompatibel dengan langkah-langkah menarik bagi perusahaan pariwisata karena
pengembangan untuk membatasi dampak meningkatnya tekanan pemerintah pada
lingkungan negatif yang terkait dengan industri pariwisata untuk meningkatkan
pembangunan pariwisata. Elemen-elemen kinerja lingkungan dengan mengadopsi
kunci dari pengembangan pariwisata teknik manajemen lingkungan yang efektif
yang peka terhadap lingkungan, secara dan nyata. Prestasi dan promosi yang
umum, termasuk membatasi dan mengatur mengakui penghargaan lingkungan akan
perkembangan baru, melestarikan berperan untuk perusahaan pariwisata dalam
dan melindungi keindahan alami dan pemasaran jasa mereka.
keanekaragaman hayati, dan merehabilitasi
resort dan destinasi (Furqan, Matsom and Dalam mengenali kebutuhan untuk
Hussin, 2010). menjaga keseimbangan antara
pembangunan pariwisata dan lingkungan
Industri pariwisata menggunakan melalui perencanaan yang tepat dan
logo pariwisata hijau atau penghargaan pengelolaan sumber daya pariwisata,
lingkungan sebagai merek dagang untuk banyak pihak yang bersangkutan
komunikasi kualifikasi lingkungan dari mengajukan rekomendasi untuk produk
perusahaan, dengan harapan bahwa pariwisata hijau untuk mengatur dampak
pelanggan mengembangkan sikap positif negatif pariwisata (Batta, 2009). Logo
pariwisata hijau dapat diterapkan untuk
hotel, resort, agen perjalanan, tour operator,
layanan dasar dan transportasi, air,
penerbangan dapat diperpanjang untuk
menjamin kesehatan lingkungan destinasi
wisata dan sumber daya alam di daerah
tujuan wisata. Sementara perusahaan
2 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov
2015
pariwisata milik pribadi, rantai waralaba di satu sisi,
dan bisnis berskala kecil pada sumber daya sampai saat ini kondisinya masih stagnan.
lainnya sebagian besar dikendalikan dan Perkebunan Mangunan sangat potensial
dioperasikan oleh sektor publik. untuk dikembangkan menjadi green
Polonsky (2011) mempertegas pada tourism dengan konsep integrated agri-
sebagian besar kegiatan ekonomi dipicu tourism business (memadukan perkebunan
oleh proses pemasaran yang menawarkan dengan pariwisata), misalnya penambahan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan jenis produk yang dapat ditawarkan ke
dan keinginan manusia dan akan dihargai pasar seperti (1) wisata pendidikan, wisata
jika (1) mampu menciptakan manfaat yang keluarga, perseorangan, outbond, kolam
berkelanjutan sumberdaya lingkungan renang anak-anak, area api unggun, area
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi kemping, (2) wisata alam, seperti gua
tanpa mengorbankan kemampuan generasi gajah dan puncak gardu pandang panorama
mendatang untuk memenuhi kebutuhan alam, (3) wisata advanture, seperti
mereka sendiri; (2) tidak hanya sebatas jembatan goyang, flying fox, refling,
mampu memasarkan dan menjual layanan, tracking.
tetapi juga harus dapat memasarkan Sejalan dengan spirit GTM adalah sikap
dan menjual solusi perjalanan wisata konsisten terhadap nilai-nilai sumberdaya
dan lingkungan yang berkualitas secara alam, sosial budaya dan masyarakat,
keseluruhan. Oleh karena itu pembangunan dimana tuan rumah dan wisatawan dapat
pariwisata dengan model green tourism berinteraksi untuk menikmati dan layak
dinyatakan sehat dan berhasil jika (1) berbagi pengalaman positif, oleh karena
mampu meningkatkan partisipasi usaha itu jika Perkebunan Mangunan ini berhasil
lokal, meningkatkan keragaman dan daya dikembangkan dengan konsep integrated
saing produk setiap destinasi; (2) mampu agri-tourism business maka tidak hanya
membangun usaha pariwisata masyarakat menguntungkan bagi pemerintah, tetapi
lokal; (3) mampu memebrikan kontribusi juga (1) mampu menjadi lokomotif
terhadap pendapatan asli daerah, (3) pengangguran, (3) menciptakan peluang
mampu mendorong atau setidaknya dapat kesempatan kerja, (4) peningkatan
memfasilitasi investasi usaha pariwisata; pendapatan masyarakat setempat (5)
(4) mampu mengintergrasikan ekosistem mondorong capital invesment dan pajak
pariwisata dengan lingkungan, ekonomi, bagi pemerintah.
sosial dan budaya. Proses pemasaran
semacam ini kami sebut sebagai MODEL Hasil survey awal di Perkebunan
GREEN TOURISM MARKETING (GTM) Mangunan (Kamis, 13 Agustus 2015),
Sugiarto selaku pengelola menuturkan
Perkebunan Mangunan (35 km dari sejumlah kendala yang dihadapi saat ini
Yogyakarta) menempati tanah seluas 23,4 adalah (1) keterbatasan modal untuk
ha yang relatif datar dan lendah seluas 0.6 penyediaan home stay yang layak, (2) akses
ha sangat potensial dikembangkan menjadi transportasi masih sangat terbatas (kecil
green tourism atau kawasan wisata berbasis dan berlubang-lubang); (3) keterbatasan
lingkungan milik Pemerintah Bantul mulai teknologi berskala kecil untuk diversifikasi
dirintis tahun 2003 dengan tanaman (1) produk buah-buahan misalnya pembuatan
buah- buahan seperti : klengkeng, sirsak, jus, belum adanya teknologi pembuatan
matoa, cempedak, jambu dersono, nangka, minuman sari buah termasuk kemasannya
papaya, rambutan, mangga, durian, jambu (4) lemahnya peran pemerintah, asosiasi
air, jeruk, cendana, gaharu, (2) sayur- pariwisata, serta lemahnya kesadaran dan
sayuran organik seperti sawi, tomat, peran serta masyarakat sekitar sebagai
terong, lombok, wortel, termemes, kacang bagian penting dari SDM pariwisata
panjang; yang berbasis lingkungan dalam menciptakan
Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 3
2015
inovasi produk, (5) lemahnya upaya tentang kelayakan usaha di kawasan
pemasaran (belum ada upaya penajaman destinasi wisata, (5) meningkatkan peran
promosi), (6) belum ada upaya membangun pemerintah, pelaku usaha dan perguruan
konektivitas, dan sinergi antar pelaku tinggi dalam memberikan penyuluhan
wisata untuk mendukung terciptanya kepada masyarakat di wilayah destinasi
partumbuhan ekonomi berbasis lingkungan wisata mengenai pola pengembangan
yang berkualitas. destinasi wisata yang bertumpu pada
Trend kesadaran wisatawan terhadap masyarakat. Dengan cara ini diharapkan
green tourism semakin menguat, akan akan mampu menghasilkan manfaat
menjadi tambahan dukungan terhadap ekonomi dan nilai tambah sebagai alat
keberadaan produk dan fasilitas wisata untuk memutus mata rantai kemiskinan
yang ramah ligkungan. Dalam kaitan ini, tanpa harus merusak sumberdaya
Sen (2014) mencatat dampak kesadaran lingkungannya adalah esensi penggunaan
konsumen terhadap lingkungan, model green tourism
ditunjukkan oleh kesediaan konsumen marketing, oleh karena itu tujuan penelitian
membayar pada tingkat harga lebih untuk secara khusus untuk :
produk eco-friendly. Dengan demikian, 1. memetakan potensi dan menentukan
model GTM diyakini mampu menjadi indikator pembentuk destinasi wisata
generator pemberdayaan masyarakat lokal hijau;
dalam meningkatkan pendapatan dan nilai
tambah ekonomi mereka, penciptaan 2. mengidentifikasi potensi jejaring
peluang kerja tanpa harus merusak kelembagaan (pemerintah, dunia usaha,
lingkungan dan sumberdaya alam asosiasi pariwisata, kelembagaan
sekitarnya. Pada sisi lain, desa Mangunan masyarakat) yang mendukung model
sebagai desa yang kaya dengan potensi green tourism marketing di perkebunan
sumber daya alam, dan budaya, sampai saat mangunan;
ini belun dikembangkan menjadi green 3. menentukan dan atau mengembangkan
tourism, oleh karena itu fokus utama strategi dan program pelestarian
penelitian ini adalah Sejauhmanakah lingkungan dan pembangunan destinasi
Green Tourism Marketing Perkebunan wisata hijau yang saling menguntungkan
Mangunan Dapat Meningkatkan Kinerja bagi masyarakat dan pemerintah daerah
Bisnis Pariwisata
4. menghasilkan naskah akademik model
Usaha milik pemerintah daerah harus green tourism marketing sebagai
mampu menciptakan pemberdayaan kerangka dasar pengembangan green
masyarakat sebagai bagian penting dari tourism marketing untuk (a) mendorong
upaya membuka wawasan, pikiran, integrasi program pening-katan
meningkatkan pengetahuan, keahlian kesejahteraan masyarakat berbasis
dan partisipasi masyarakat dalam (1) lingkungan (eco- growth); (b)
melestarikan kekayaan Daerah dengan meningkatan kualitas proses dan sinergi
menggali potensi alam maupun budaya dalam mengaktivasi gerakan green
yang dapat dijadikan destinasi wisata; tourism marketing di masa mendatang.
(2) mengembangkan dan membangun 5. menditeksi dampak kesadaran
kawasan destinasi wisata tanpa merusak lingkungan, fitur produk hijau, harga
lingkungan; (3) meningkatkan kemandirian produk hijau, promosi produk hijau
masyarakat setempat untuk berperan aktif dan karakter demografi konsumen pada
dalam pengembangan destinasi wisata dan perilaku pembelian konsumen dan untuk
pelestarian lingkungan; (4) menentukan apakah ada hubungan yang
mempromosikan destinasi wisata dan signifikan antara mereka dan arah dan
memberikan gambaran

4 Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov


2015
tingkat hubungan ini. lingkungan dan masyarakat Mangunan,
Urgensi Penelitian ini dirancang tetapi juga riset ini sangat bermanfaat untuk
berdasarkan fakta kerusakan lingkungan bahan penyusunan naskah akademik (buku
setiap tahun mengakibatkan kerugian yang teks) pemasaran wisata hijau (Green
tidak terhitung nilainya untuk memenuhi Tourism Marketing) berbasis riset di negeri
keinginan manusia yang tidak terbatas, sendiri yang saat ini masih sangat langka,
dalam konteks ini model GTM menjadi alat (2) meningkatkan pengetahuan dan
penting dalam mendorong tumbuhnya pemahaman tentang model GTM dalam
kesadaran dan keinginan pelaku pariwisata pemberdayaan masyarakat terkait dengan
dan wisatawan untuk melindungi efektivitas, dan kegunaan gerakan GTM
lingkungan hidup. Oleh karena itu bagi masyarakat itu sendiri, (3)
penelitian ini menjadi sangat penting pengembangan ilmu pengetahuan dan
diteliti terutama karena alasan teknologi, yang berperan sebagai pedoman
: (1) selain sebagai starting point untuk implementasi GTM dalam meningkatkan
memberikan kontribusi kepada pemerintah partisipasi masyarakat untuk
daerah dalam merumuskan kebijakan dalam menanggulangi kemiskinan mereka sendiri.
membangun destinasi wisata berbasis Secara khusus urgensi, output dan outcome
lingkungan yang berdampak positifbagi penelitian ini seperti dalam tabel 1.

Tabel 1. Urgensi, Output dan Outcome Penelitian

Subyek Penjelasan
Urgensi 1. Menjadi bahan masukan rumusan rencana induk, kebijakan dan
implemen-tasi pengembangan destinasi wisata hijau Pemerintah
Kabupaten Bantul di masa yang akan datang
2. Menjadi contoh bagi desa lain dalam skala lokal (di Bantul) dan skala
nasional dalam hal yang sama.
Output Tersedianya naskah model GTM dalam pemberdayaan masyarakat sehingga
dapat diakses oleh instansi, masyarakat umum dan akademisi. Dengan
demikian dapat diketahui kelemahan model GTM dan dapat dilakukan kaji
ulang untuk sebuah kebijakan lanjutan sesuai dengan kondisi riil di
lapangan
Outcome Dampak sampingan adalah terentaskannya pengangguran dan kemiskinan
di desaMangunan baik kuantitas maupun kualitas, merubah citra dari desa
miskin/tertinggal menjadi desa yang makmur/maju sehingga cita-cita
pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat
dapat tercapai.

Target/hasil akhir yang ingin dicapai dari luaran penelitian ini seperti dalam tabel 2
Tabel 2. Target Luaran Penelitian
Jenis Spesifikasi
Publikasi Name : Journal of Hospitality and Tourism Research
Internasional Country : United Kingdom
SJR : Q1, 3.093
Publisher : SAGE Publications Inc.
ISSN : 15577554, 10963480w
Powered by : Scopus

Jurnal Media Wisata, Volume 13, Nomor 2, Nov 5


2015
Bahan Jenis : Buku Ber ISBN
Ajar/Buku Judul : Green Tourism Marketing (GTM)
Isi (12 Bab) : 1. Konsep Green Tourism Marketing
Tesk
2. Perencanaan Green Tourism Marketing
3. Model Green Tourism Marketing
4. Driver Green Tourism Marketing
5. Segmentasi Green Tourism Marketing
6. Targeting Green Tourism Marketing
7. Posisioning Green Tourism Marketing
8. Branding Green Tourism Marketing
9. Program Green Tourism Marketing
10. Strategi Green Tourism Marketing
11. e-Green Tourism Marketing
12. Implementasi Green Tourism Marketing

Penerbit : Center for Academic Publishing Service


Tempat Penerbit : Yogyakarta

LANDASAN TEORI memfasilitasi setiap pertukaran dimaksudkan

Green Tourism Marketing


Konsep green tourism marketing
(GTM) merupakan konsep adopsi dari
ecological marketing, atau sustainable
marketing. Doktrinnya adalah semua
kegiatan pemasaran harus membantu dan
memberikan solusi terhadap masalah
lingkungan, pengembangan teknologi yang
bersih dalam mengurusi masalah polusi
dan limbah serta merancang produk baru
yang lebih inovatif. GTM mendorong
keberlanjutan pengembangan program
pemasaran untuk menarik wisatawan yang
sadar lingkungan, respek terhadap
komponen alam, mimiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan dan
sensitifitas budaya lokal yang dianggap
sebagai model wisata yang paling baik
dalam menyelamatkan sumber daya yang
terbatas untuk memenuhi variasi kebutuhan
baik sekarang maupun untuk generasi
mendatang.
GTM merupakan semua kegiatan
yang dirancang untuk menghasilkan dan
untuk memenuhi dan memuaskan individu dan industri, serta mencapai tujuan
kebutuhan atau keinginan wisatawan, organisasi. Peningkatan penggunaan GTM
dengan dampak minimal pada ini disamping pemerintah memaksa
lingkungan alam. GTM bergantung perusahaan untuk menjadi lebih
pada definisi dasar ekonomi yang bertanggung jawab, tetapi juga didorong
secara umum dikenal sebagai sebuah oleh :
studi tentang bagaimana orang
1. GTM diyakini dapat memberi
menggunakan sumber daya mereka
kesempatan yang dapat digunakan untuk
yang terbatas untuk mencoba
mencapai tujuan;
memuaskan keinginan yang tidak
2. Organisasi percaya bahwa mereka
terbatas. GTM melihat bagaimana
memiliki kewajiban moral untuk lebih
kegiatan pemasaran memanfaatkan
bertanggung jawab secara sosial;
sumber daya yang terbatas, dapat
3. Adanya pesaing yang memulai kegiatan
memuaskan keinginan konsumen, baik
bisnisnya dengan kegiatan yang ramah
lingkungan dan membri tekanan untuk yang menguntungkan dan berkelanjutan.
mengubah kegiatan pemasaran; Kedua definisi menekankan tujuan akhir
4. Faktor biaya yang terkait dengan dari memuaskan kebutuhan pelanggan
pembuangan limbah, atau pengurangan sebagai kunci dari pemasaran klasik dengan
penggunaan bahan pasokan perusahaan penambahan dampak merugikan yang lebih
untuk memodifikasi perilaku perusahaan. kecil sehingga dapat membuat lingkungan
yang berkelanjutan.
GTM ditandai dengan fokus pada isu-
isu lingkungan, dengan penekanan Dengan meningkatnya kekhawatiran
pada mengurangi kerusakan lingkungan. atas keberlanjutan lingkungan, maka GTM
GTM adalah langkah alami untuk masa dianggap sebagai salah satu cara untuk
depan lingkungan, dengan penekanan pada mengurangi dampak sosial dan lingkungan
keberlanjutan kemajuan yang lebih besar. yang negatif yang tidak hanya ada
Oleh karena itu GTM harus merupakan pada produk dan sistem produksi, tetapi
proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga pada kegiatan mempromosikan
pengendalian pembangunan, harga, produk
promosi, dan distribusi produk yang
memenuhi tiga kriteria: (1) kebutuhan
pelanggan terpenuhi,
(2) tujuan organisasi tercapai, dan (3)
prosesnya kompatibel dengan ekosistem.
Grundey dan Zaharia (2011)
GTM bukanlah tugas yang mudah dan
mendefinisikannya sebagai jumlah
dari kegiatan untuk menghasilkan,
memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan
dan keinginan manusia sedemikian rupa
dengan dampak minimal pada lingkungan
alam. Demikian pula, Peattie (2001)
mendefinisikan pemasaran hijau sebagai
proses manajemen holistik yang bertujuan
mengenali, memahami dan akhirnya
memuaskan kebutuhan pelanggan dan juga
masyarakat secara keseluruhan, dengan cara
dan jasa (Peattie, 2001). Karakteristik 1. melestarikan sumber daya alam dan
strategis GTM memiliki hubungan meminimalkan dampak negatif
signifikan dengan keberlanjutan bisnis dan pariwisata
pemasaran yang berkelanjutan yang tidak 2. memelihara kekayaan dan kesempurnaan
hanya membutuhkan kepuasan tetapi juga destinasi wisata itu untuk generasi
inovasi, proses dan proses perbaikan mendatang
produk, pelaksanaan dan pengendalian 3. meningkatkan daya tarik destinasi wisata
pembangunan, harga, promosi dan distribusi dan reputasi yang ramah lingkungan,
produk sedemikian rupa untuk memenuhi 4. memaksimalkan kontribusi ekonomi
kebutuhan pelanggan, mencapai tujuan yang pariwisata terhadap masayarakat lokal
ditetapkan oleh organisasi dan pada saat 5. memenuhi kebutuhan dan keinginan
yang sama melalui proses yang kompatibel konsumsi wisatawan terhadap produk
dengan ekosistem. berbasis keberlanjutan sumberdaya
lingkungan.
GTM sebagai bentuk pemasaran
6. meningkatkan kesejahtraan pribadi,
wisata alternative yang berfokus kegiatan
masyarakat lokal, publik dan
berbasis alam, dukungan konservasi,
stakeholders
keberkelanjutan, dan pendidikan
lingkungan (Grundey, and Zaharia, 2011)
Model Green Tourism Marketing
dalam mengkarakterisasi, mendesign,
proses pembuatan, mempromosikan dan Model Green Tourism Marketing
menjual produk (Lekhanya. 2014) yang (gambar
memuaskan wisatawan, memupuk 1) memiliki kemampuan untuk memenuhi
pengalaman belajar dan apresiasi dalam kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
mengelola keseimbangan lingkungan, sosial kebutuhan generasi mendatang. Konsep
budaya, dan ekonomi (Klimek, 2013) dasar model GTM dibangun berdasarkan
dengan cara : tiga
gagasan utama: Pertama, mutual simbiosis pelanggan tujuan dari pemasaran harus
antara pariwisata, lingkungan, ekonomi dan mengacu dan berlangsung sesuai spirit dasar
sosial budaya berada dalam ikatan sistem GTM yaitu untuk menciptakan :
yang terintegrasi, Kedua, kebutuhan akan
1. Keberlanjutan ekonomi yang menjamin
kepedulian masyarakat dan keterlibatannya
peningkatan pembangunan sumber daya
dalam pengembangan pariwisata – mereka
ekonomi yang efisien untuk mendukung
adalah komponen sumber daya terkait erat
keberdayaan generasi mendatang (eco-
dengan pariwisata - mereka bisa merugikan
growth), yang dipergunakan sebagai kriteria
- sebaliknya, mereka bisa menjadi daya
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
gerak kelestarian lingkungan destinasi
dan pemerintah. Lebih dari itu, nilai ekonomi
wisata, dan Ketiga, memperkuat konsep
yang diperoleh dari pariwisata dapat menutup
tanggungjawab keberlanjutan ekologi,
seluruh nilai untuk melakukan pencegahan
sosial, budaya dan ekonomi (Fennell, 2010).
dampak negatif bagi lingkungan.
Penegmbangan GTM yang
2. Keberlanjutan ekologis untuk menjamin
menekankan pada prinsip meningkatkan
kompatible pembangunan ekonomi dengan
kepuasan pelanggan, kualitas lingkungan
proses pemeliharaan ekologi, keragaman
profitabilitas dan value bagi stakeholder.
biological dan sumber daya hayati (res-
Oleh karena itu strategi GTM tidak dilihat
growth) sesuai dengan daya dukung
sebagai cost center tetapi sebagai sumber
pengembangan GTM secara individual atau
efisiensi biaya, sehingga meningkatkan
secara bersama dibuat perencanaan yang
kualitas lingkungan dan pada akhirnya akan
mempertimbangkan keberlanjutan
mengarah ke harga premium. Kepuasan
pemanfaatan lingkungan dengan kriteria 3. Keberlanjutan sosial yang menjamin
daya dukung peningkatan pembangunan kehidupan
masyarakat setempat, kompatibel dengan
budaya dan nilai-nilai, memelihara
dan memperkuat identitas masyarakat
(soc-growth) menjadi perhatian sebab
pada beberapa daerah terlihat adanya
ketidakberlanjutan pariwisata ditinjau
dari aspek sosialnya sebagai akibat dari
masyarakat lokal yang terbawa pengaruh
nilai-nilai yang dibawa wisatawan.
Seharusnya tatanan sosial dan budaya
lokal mampu menciptakan citra tertentu
untuk terus dipertahankan.
4. Keberlanjutan budaya sebagai kekuatan
daya tarik wisatawan, budaya sebuah
objek wisata tertentu patut ditingkatkan
(cul- growth). Seni budaya yang tercipta
di masyarakat bisa saja mengalami
perubahan. Perubahan ini merupakan
dampak negatif yang berlangsung dalam
jangka panjang.
Ottman, Stafford & Hartman (2006)
menunjukkan adanya perubahan signifikan
dalam perspektif lingkungan yang
menggeser gangguan biaya atau ancaman
yang tak terelakkan untuk diakui sebagai
ekonomi dan peluang kompetitif dalam
pergeseran paradigma lama - menjadi
pemasaran berbasis lingkungan terhadap
pasar yang lebih didorong dengan strategi
membangun lingkungan. Pasar yang
berparadigma lingkungan membawa
perbaikan lingkungan dan daya saing untuk
menggunakan sumber daya produktif. Jika
perusahaan terjebak dengan metode
pembuangan sumber daya dan mengabaikan
standar lingkungan, perusahaan akan
beroperasi dengan biaya yang terlalu mahal,
dan akan sulit menjadi kompetitif.
Grundey dan Zaharia (2011)
menunjukan bahwa perubahan orientasi
jangka pendek ke jangka panjang juga
melekat dalam perubahan struktural
(misalnya perubahan budaya perusahaan
dan sistem komunikasi dan informasi).
Mereka lebih
lanjut menjelaskan perlunya perubahan perusahaan harus peduli dengan apa yang
perspektif bahwa pengurangan limbah terjadi pada produk selama dan setelah
sederhana pun akan membuang biaya masa pakainya (Grundey dan Zaharia,
organisasi, oleh karena itu penggunaan 2011). Keprihatinan yang terbaik
kembali dan daur ulang bahan yang benar- diungkapkan melalui eksperimen dengan
benar sebagai kegiatan penghematan biaya cara- cara untuk menilai dan mendesain
daripada praktik menciptakan biaya dalam ulang tahap kehidupan produk.
jangka panjang. GTM menunjukkan sebuah Pengembangan siklus hidup dan desain
perubahan dalam perspektif pembangunan termasuk energi dan bahan input dan output
eco-efisiensi, istilah umum untuk proses produksi, konsumsi serta pembuangan
desain ulang yang ramah lingkungan dan produk harus mengevaluasi isu- isu
efisiensi sumber daya. Proses ini dapat lingkungan secara sistemik, bersama
menyebabkan hasil positif terhadap kinerja dengan manufaktur yang terkait, faktor
GTM (kepuasan wisatawan, profitabilitas, ekonomi, regulasi, sosial, dan politik
nilai dan perbaikan lingkungan) sebagai (Grundey dan Zaharia 2011).
proposisi utama dari penelitian ini.
Proses desain ulang juga harus
Proses yang efisien sumber daya mencerminkan loop vs rantai pasokan
didesain ulang terlihat dalam gagasan linear di mana bahan baku yang diambil,
kemudian diteruskan dari pemasok ke
produsen, barang melewati saluran kepemilikan seperti
distribusi untuk menjangkau konsumen,
dan akhirnya dibuang sebagai limbah
(Peattie 2001). Struktur produk dan bahan
kemasan ulang atau daur ulang, membawa
perubahan signifikan untuk produsen
dalam hubungannya dengan konsumen dan
dengan demikian membuat hubungan ini
lebih dinamis dengan memasukkan dimensi
waktu dalam pertukaran. Lokalisasi
sistem pasokan, teknologi informasi
(komputerisasi), sistem produksi dan
distribusi menjadi rantai distribusi global.
Artinya, visi jangka panjang dari ekonomi
yang lebih berkelanjutan memerlukan
teknologi tinggi dan hemat energi.
Salah satu faktor penting dalam
membangun eco-efisiensi dan proses desain
ulang yang efisien adalah gagasan inovasi.
Inovasi memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan berbagai masukan lebih
produktif melalui seluruh proses dari bahan
baku untuk energi dan tenaga kerja yang
memainkan peran penting mengimbangi
biaya meningkatnya dampak lingkungan.
Peningkatan produktivitas sumber daya
adalah cara untuk membuat perusahaan
lebih kompetitif, dalam hubungannya
dengan paradigma lingkungan yang lebih
efisien (Haden, Pane, & Humphreys,
2009). Ini berarti bahwa hubungan inovasi
dengan proses adalah kesediaan
menanggung biaya tambahan ketika mereka
menggunakan produksi yang mencemari
atau energi limbah dan kehilangan sumber
bahan baku dan waktu yang dapat
digunakan membuat pelanggan membayar
baik langsung atau tidak langsung - untuk
pembuangan produk.
Miller & Buys, (2008) menunjukkan
dua gagasan dalam lingkup eko-efisiensi
yang memediasi hubungan GTM dengan
hasil positif. Pertama adalah menjual
kinerja produk bukan menjual produk itu
sendiri dan gagasan lingkaran ekonomi di
mana rantai nilai tradisional berubah
menjadi siklus nilai. Kedua adalah orientasi
fungsional dan konsumsi tanpa
sewa dan leasing, kinerja penjualan ditimbulkan atau dihasilkan oleh kegiatan
produk tertentu dalam rangka pariwisata, misalnya polusi udara dan air,
memperpanjang siklus hidup produk polusi suara, limbah padat, perubahan
dan memastikan bahwa produk yang komposisi flora dan fauna, erosi tanah,
digunakan dapat diproduksi ulang. perubahan geofisika, pemanfaatan bahan
Dengan cara ini, semakin banyak baku, konsumsi energy, dan sebagainya.
perusahaan yang merancang produk
untuk perbaikan produksi, distribusi Strategi Green Tourism Marketing
ulang dan penggunaan ulang.
Penggunaan green marketing telah
terbukti sangat berguna dalam hal
Implementasi model GTM menganalisis berbagai isu normatif dan
dilakukan paling tidak melalui dua praktis. Polonsky (2011) mengidentifikasi
langkah berikut: Pertama, tiga langkah strategis perlu dilakukan
keterlibatan pada tingkat penghijauan untuk sampai
pada resep sehat, yaitu strategis, kuasi
pemangku kepentingan, perencana dan taktis, yang melibatkan kegiatan
pariwisata dan pemerintah, perusahaan berbeda untuk tindakan yang berbeda.
swasta, asosiasi pariwisata, organisasi Terlalu banyak penghijauan taktis dapat
non-pemerintah (LSM) yang menciptakan kompetensi pada perusahaan,
berwawasan lingkungan, masyarakat di daerah tertentu bahwa perusahaan tidak
setempat dan wisatawan, para pelaku memiliki sumber daya yang diperlukan dan
wisata lainnya seperti tour operator, kemampuan untuk membangun strategi
agen perjalanan, resort, hotel, dan usaha hijau, langkah taktis dapat membuktikan
pariwisata yang dibangun masyarakat. kemanfaatan seperti iklan atau kampanye
Kedua, evaluasi terhadap semua public relations. Oleh karena itu berpikir
dampak lingkungan yang mungkin
dengan cara yang sama, dapat diusulkan perusahaan, karena memiliki dampak
empat tingkatan GTM pada level tindakan yang lebih tinggi pada nilai inti bisnis
yang berbeda yaitu transformatif, normatif, atau mengubah fundamental struktur
strategis dan operasional. biaya perusahaan. Pada tingkat strategis,
isu ini melibatkan banyak pihak (seperti
a. Transformasi green tourism marketing
pemerintah dan stakeholder lainnya),
– pengembangan pasar ekologi dilakukan
memiliki dampak yang lebih tinggi pada
dengan cara mengubah set-up kebijakan
lingkungan eksternal dan organisasi itu
publik ke pasar yang ada.
sendiri, memiliki anteseden yang lebih
b. Normatif green tourism marketing,
kompleks dan hasil dalam model GTM
didefinisikan sebagai jembatan antara
didistribusikan untuk rentang waktu
tingkat transformatif makro green
yang lebih lama.
marketing dan tingkat mikro green
d. Operational green tourism marketing,
marketing strategis dan operasi. Pada
memiliki dampak pada rantai nilai mulai
tingkat ini, kriteria prosedural dari
dari level menengah sampai level tinggi,
transformatif disediakan, visi masyarakat
tetapi respon diskresi manajer umumnya
ekologidan
rendah. Tingkat diskresi manajerial
gayahidupyangdikembangkan dan
bervariasi mulai dari level tinggi ke
asumsi dasar pemasaran secara umum
level rendah dan membawa nilai relatif
dan green marketing khususnya.
sedikit. Tetapi tetap penting untuk
c. Strategic green tourism marketing
mempertimbangkan potensi efek buruk
berkaitan dengan lingkungan jauh
pada nilai stakeholder ketika melihat
lebih strategis dalam rentang tindakan
akumulasi ribuan keputusan. Keputusan sedikit, memiliki dampak yang relatif
dan isu-isu yang mencakup rentang kurang.
waktu yang lebih singkat, memerlukan
mobilisasi sumber daya yang lebih Green Tourism Marketing Mix
Lee & Park (2013) mempertegas
bahwa pemasaran hijau harus dapat
membangun dan meme-lihara kesadaran
untuk mengkonsumsi produk hijau. Kinoti
(2011) menunjukkan bahwa program
bauran pemasaran hijau sangat bermanfaat
dalam mendorong transaksi yang dapat
melindungi lingkungan. Elemen bauran
green tourism marketing yang digunakan
dalam kajian teoritis ini adalah sebagai
berikut :

1. Green Product
Produk adalah satu bundel manfaat
yang dapat ditawarkan ke pasar. Peattie dan
Crane (2005) menggambarkan sebuah
produk disebut hijau, jika pembuatan
design, label, kemasan dan penggunaannya
memberikan manfaat positif bagi
masyarakat dan ling- kungannya. Fokus
penilaian daur hidup produk berkonsentrasi
pada keberlanjutan nilai ekonomi
lingkungan sebagai dasar pengembangan,
pembuatan, utilisasi, dan penjualan produk.
Penilaian akan membantu pengelolaan
produk yang ramah lingkungan dan eco-
efficient. Eco–Efficiency dipahami dalam
proses konsumsi sesuai dengan utilisasi
sumber daya alam, batasan waktu, dan
kesempatan untuk memperbaharui dirinya
sendiri (produk)

2. Green Pricing
Harga berkait dengan nilai suatu
produk. Penetapan harga produk hijau
merupakan strategi yang mengijinkan
marketer untuk melakukan penyesuaian
struktur harga sejalan dengan investasi
pengembangan produk hijau dan ketahanan
perusahaan dimasa mendatang. Marketer
dalam penetapan harga produk perlu
memasukkan biaya-biaya lingkungan,
biaya- biaya limbah buangan dan biaya-
biaya lainnya. Pariwisata dikenal sebagai
kombinasi produk dan jasa/ layanan akan selalu berhubungan dengan
kerusakan lingkungan oleh karenanya perlu produk berlabel ekologi (ecolabel) selama
diberi harga lebih (Ali Hasan, 2015a).

3. Governmental Pressure
Aktivitas capaian hijau harus diperkuat
dengan berbagai cara. Perusahaan perlu
diperla-kukan dengan tekanan kompetitif,
dan diharapkan semakin mengikat
penggunaaan strategi pemasaran hijau
dalam mereduksi masalah linnkungan,
dan kenaikan ongkos produksi. Pada
sisi lain, tekanan pemerintah dan publik
semakin meluas pada tataran global
bersamaan dengan tumbuhnya kesadaran
atas permintaan produk hijau. Usaha ini
dapat membuat biaya- biaya substansial
berpengaruh positif terhadap capaian
kinerja lingkungan dan keuangan yang
lebih besar, memiliki daya saing, dan
manfaat inovasi akan semakin mapan
(Kassinis and Vafeas, 2006).

4. Cost - Profits Issues


Isu biaya dan profit akan
mempengaruhi perusahaan dalam
menjalankan aktivitas pemasaran
lingkungan, menjadi two- fold dalam
pengembangan industri untuk mengurangi
pencemaran lingkungan, yang pada
umumnya akan mengurangi cost dan
karenanya akan meningkatkan keuntungan

5. Green Tourist
Vernekar dan Wadhwa (2011)
mendeskripsikan konsumen (wisatawan)
hijau sebagai orang yang mengadopsi
perilaku environmentally-friendly, dan/atau
orang yang membeli produk hijau (di) atas
alternatif standard. Mereka mempunyai
sikap positif terhadap lingkungan dan
lebih berkeinginan membeli produk hijau.
Kesadaran lingkungan semakin tumbuh di
dalam diri wisatawan, faktor lingkungan
selanjutnya menjadi pemicu lahirnya
gerakan dan perilaku baru yaitu preferensi
memakai produk ramah lingkungan,
wisatawan mencari dan mempergunakan
melakukan perjalanan wisata, termasuk Wisatawan dengan tingkat pengeluaran
produk barang dan jasa yang rendah yang rendah (Ernawati, 2010). Wisatawan
polusi, hemat energi, bersih, hijau, serta jenis pertama adalah wisatawan masal yang
terstandar dalam pengelolaan menghabiskan sebagian besar uangnya
sampah.Konsumen hijau memiliki untuk akomodasi hotel mewah yang
kontrol internal yang lebih kuat karena sebagian besar berasal dari luar destinasi,
mereka percaya bahwa secara individu yang menimbulkan kebocoran devisa.
bisa lebih efektif dalam perlindungan Wisatawan jenis kedua merupakan
lingkungan. Dengan demikian, mereka wisatawan dengan ceruk pasar berbasis
merasa bahwa pekerjaan perlindungan masyarakat, pengeluaran wisatawan jenis
lingkungan tidak harus diserahkan ini dirasakan langsung oleh masyarakat
kepada pemerintah, bisnis, lingkungan lokal.
dan ilmuwan saja; mereka sebagai
konsumen juga dapat memainkan peran. 6. Green Promotion
Mereka juga kurang dogmatis dan
Pada tahap seleksi pelanggan semakin
lebih berpikiran terbuka atau toleran
lebih memperhatikan kriteria yang
terhadap produk dan ide baru.
memandu bisnis. Bisnis dipahami bergerak
Keterbukaan pikiran membantu mereka
pada arah yang penuh perhatian dan
untuk menerima produk hijau dan
menghormati kebutuhan sosial, lingkungan
perilaku hijau akan jauh lebih mudah
dan keberlanjutan. Untuk alasan ini,
(Brunoro, 2010).
manajemen bisnis yang etis akan
Secara umum ada dua tipe menciptakan pengembalian yang lebih
wisatawan yang datang ke sebuah besar untuk bisnis dari sekedar citra positif.
destinasi yaitu : Meningkatnya perhatian untuk
(1) wisatawan dengan tingkat berkelanjutan pariwisata. Investasi dalam
pengeluaran yang tinggi, (2). promosi dilakukan untuk
menghilangkan hambatan terhadap pasar kecil menjadi pemicu penggunakan
kecurigaan konsumen terhadap kerusakan promosi dari mulut ke mulut semakin
lingkungan. menguat (Ali Hasan, 2010)..
Termasuk dalam sektor pariwisata, Sinergi Peran Pelaku Tawaran
kepuasan pelanggan merupakan faktor Pariwisata
mendasar. Faktor ini berubah menjadi
kendaraan promosi yang kuat, kepuasan Pasaribu (2011) mencatat bahwa
pelanggan umumnya akan berubah menjadi instansi pemerintah di Indonesia memiliki
kesetiaan, terutama karena kesulitan ego sektoral tinggi yang mengakibatkan
dalam menemukan hal baru yang lebih rendahnya kualitas koordinasi dan
cocok, karena itu mereka akan memilih sinkronisasi pembangunan itu sendiri.
kembali ke resort dan fasilitas yang sudah Sinergi pemerintah, dunia usaha dan
dirasakan sebelumnya di mana mereka masyarakat (gambar 2.2) dalam model
merasa diperlakukan dengan baik. Selain green tourism marketing memiliki
itu, kecenderungan umum melayani segmen kemampuan dan kontribusi potensial dalam
Gambar 2 Sinergi Pengembangan GTM

memaksimalkan peluang ekonomi dan diperlukan secara terus menerus dalam


minghilangkan/meminimilkan dampak mengembangkan kebijakan,
negatif terhadap lingkungan, dengan implementasi termasuk sanksi bagi sai
demikian voice green tourism berkembang apapun yang merusak lingkungan,
dalam pengaturan mutual-simbiosis mendorong gerakan wisata hijau untuk
dengan ekonomi, lingkungan alam, sosial meminimalkan dampak kerusakan
dan budaya. lingkungan, hal yang sama juga berlaku
a. Pemerintah harus menjadi proaktif bagi masyarakat harus mimiliki
terhadap masalah lingkungan hidup. kepedulian, komitment dan partisipasi
Tanggung jawab perlindungan aktif untuk mencegah kerusakan
lingkungan harus berada di pundak lingkungan.
pemerintah, oleh karena itu masalah b. Dunia usaha harus menjadi bagian yang
lingkungan tidak bisa ditangani tanpa proaktif dan peduli terhadap pelestarian
kebijakan proaktif pemerintah. Intervensi lingkungan. Pengusaha harus menyadari
pemerin-tah tanggung jawab perlindungan lingkungan
dan menyediakan sedikit investasi untuk Manfaat yang paling menonjol dari
upaya riil pelestarian lingkungan. model GTM adalah untuk mendorong
c. Masyarakat memiliki ‘freedom of perkembangan yang memberikan manfaat
choice’ baik sebagai individu, kelompok bagi komunitas lokal dan lingkungan
atau organisasi mempunyai hak dimana destinasi setempat, peluang pekerjaan baru,
keinginan mereka harus terpenuhi. bisnis dan tambahan penghasilan, pasar
Rintisan pengembangan destinasi wisata baru untuk pasar lokal; perbaikan
sebagai usaha mikro Mangunan, infrastruktur, pelayanan masyarakat,
misalnya dengan icon tanaman buah dan fasilitas; keterampilan dan teknologi baru;
daya tarik wisata lainnya, pengembangan meningkatkan kesadaran budaya dan
usaha wisata (homestay, kuliner, guiding, lingkungan, konservasi dan perlindungan,
souvenier) dan diversifikasii produk serta meningkatkan penggunaan lahan.
untuk memenuhi kebutuhan pasar dan
memuaskan keinginan wisatawan.
Indikator Keberhasilan GTM

Kelompok Indikator

Masyarakat 1. Terciptanya partisipasi dan kepuasan masyarakat mangunan berkaitan


Mangunan aplikasi manajemen pariwisata hijau
2. Terciptanya kesadaran dan keinginan untuk mewariskan sumber
daya lingkungan yang bersih untuk anak turunan mereka dimasa
mendatang,
3. Menciptakan keharmonisan pertumbuhan ekonomi, lingkungan,
sosial dan budaya yang berkelanjutan
4. Meningkatkan kesejahtraan dan peluang kesempatan kerja

Wisatawan 1. Meningkatkan pemahaman tentang peran kunjungan wisatawan


terhadap upaya melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
2. Meningkatkan kesadaran wisatawan untuk bersedia membayar lebih
untuk produk hijau dan konservasi lingkungan
3. Meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan dalam berwisata

Pemerintah
1. Meningkatkan pendapatan asli daerah
2. Tersedianya rekomendasi kebijakan GTM yang optimal dalam
pembangunan keberlanjutan ekonomi berbasis destinasi hijau (integra-
ted green economic growth tourism)
3. Dapat menciptakan model monev dalam memastikan bahwa
kegiatan parwisata tidak berimplikasi negative terhadap lingkungan
Usaha 1. Terbentuknya usaha wisata lokal (baru) baik sebagai pemasok
Wisata wisatawan, tour
Lokal
2. leader, tour guide, usaha kuliner, homestay dan souvenir,
3. Meningkatkan kesadaran terhadap praktik wisata berwawasan hijau,
4. Meningkatkan kesadaran untuk mengurangi kerusakan lingkungan,
melakukan penghematan energi dan keberlanjutan lingkungan

Roadmap Penelitian dan sinergi pelaku dengan memperhatikan


Mohanasundaram (2012); Thakur keberlanjutan pembangunan, keserasian,
dan Gupta (2012) menyatakan bahwa dan keseimbangan proses pemberdayaan
pemahaman green marketing masih dalam ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan
tahap awal, konsepsi green marketing alih teknologi ramah lingkungan yang
memperoleh daya gerak tetapi langkah dirancang dalam roadmap gambar 2.3.
adopsinya lambat. Banyak riset green
marketing dilakukan oleh akademisi luar Penelitian Terdahulu dan
negeri, di Indonesia disamping masih Pengembangan Hipotesis
adanya kelangkaan riset ini, tetapi juga Riset Bhatia and Jain (2013) mencatat
belum menandai maraknya kesadaran kesadaran terhadap nilai-nilai green product
green, implementasi kebijakan dan gerakan berdampak positif dalam mempersuasi
managerial dalam bisnis pariwisata. konsumen menyukai dan membeli green
Keberhasilan pembangunan ekonomi product dibanding marketing konvensional.
lokal tergantung pada keterlibatan aktif dari Riset Ottman, Stafford & Hartman (2006)
banyak pihak dan kelancaran komunikasi menyimpulkan bahwa penggunaan
serta koordinasi diantara pihak-pihak yang green marketing : (1) dapat meningkatkan
terkait. Inisiatif pembangunan ekonomi mutu lingkungan dan kepuasan pelanggan
lokal berbasis pariwisata yang sukses (2) dapat menarik dan meningkatkan
bergantung kemampuan dan semangat pangsa pasar, (3) mendapatkan
masyarakat, aktor bisnis, pemerintah, keunggulan kompetitif, (4) membangun
asosiasi pariwisata, dan perguruan tinggi kepedulian terhadap lingkungan hidup,
yang terpanggil secara bersama-sama dan (5) meningkatkan pendapatan dan
bersinergi dan saling menguntungkan menanggulangi pengangguran. Riset
dalam memberikan kontribusi terhadap Singh (2013) menunjukan bahwa jenis
pembangunan. Model GTM dirancang kelamin, kesadaran dan umur berpengaruh
dalam rangka pemberdayaan masyarakat signifikan terhadap pembelian produk
berbasis pariwisata hijau (green tourism) ramah lingkungan. Kajian Lekhanya
sebagai bagian penting dari pem- (2014) mempertegas adanya kebutuhan
pelaku usaha kecil dan menengah untuk
bangunan dan penguatan ekonomi meningkatkan kesadaran dan pemahaman
berwawasan lingkungan (eco-growth) konsep pemasaran hijau untuk memperluas
dalam mendorong kesejahteraan target pasarnya. Ketiadaan pengetahuan
masyarakat, penurunan pengangguran dan dan pemahaman pemasaran hijau mem-
kemiskinan. Keberhasilan dalam buat aktivitas pemasaran hijau menjadi
mengembangkan destinasi wisata hijau mahal dan berimplikasi negatif pada
harus dilaksanakan atas dasar kebijakan perusahaan dan pelanggan.
pemerintah secara sistemik
Gambar 2.3 Roadmap Penelitian

Temuan Sudana (2010) menunjukkan mengenai sensitivitas konsumen. Dalam


bahwa pengembangan pariwisata implementasinya, kesadaran lingkungan
kerakyatan yang didukung pemerintah dan kebijakan hijau dalam bisnis sebagai
dan asosiasi pariwisata serta masyarakat akibat dari kesadaran konsumen terhadap
memanfaatkan peluang dengan membuka lingkungan.
usaha sangat berpengaruh terhadap
peningkatan sumber penghasilan Kajian terakhir menyebutkan bahwa (1)
masyarakat setempat, meningkatnya rasa mayoritas wisatawan bersedia membayar
bangga dan keinginan masyarakat untuk lebih tinggi untuk produk hijau, membayar
melestarikan lingkungan, dan seni budaya premi untuk mendukung perlindungan
mereka. lingkungan, (2) batas kewajaran harga
premium ditetapkan maksimum 10%
Daily dan Huang (2011) menemukan (tingkat harga yang dapat dirima
sepuluh persen dari konsumen mengenali wisatawan) dan divisualisasikan secara
label produk ekologi atau label hijau transparan dan kredibel untuk menghindari
pada produk energy yang dijual di persepsi “green wash “. (3) GTM akan
supermarket. Meskipun perusahaan berhasil jika marketer menyadari bahwa
berjalan dengan kecepatan yang signifikan pembeli tawaran wisata hijau bukan pasar
dalam hal lingkungan, namun tidak masal, tetapi ceruk pasar yaitu wisatawan
mungkin bagi kita untuk mengatakan bahwa individu, kelompok atau organisasi yang
mereka telah mencapai tingkat yang sama peduli lingkungan (Ali Hasan, 2015b).
Perubahan permintaan dalam berwisata ini untuk mengoptimalkan ceruk pasar yang
merupakan peluang yang menjanjikan memiliki inisiatif membayar lingkungan,
menciptakan pertumbuhan untuk bahan yang tidak berbahaya bagi
memperbesar target pasar, dan mempertebal lingkungan dan kesehatan manusia (yaitu
wallet share jangka panjang produk hijau) telah menjadi populer di
Riset yang dilakukan oleh Aysel kalangan konsumen yang memiliki
Boztepe (2012) menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan. Dalam konteks ini,
kesadaran lingkungan, fitur produk hijau, orang-orang yang bertujuan untuk
promosi hijau dan kenaikan harga hijau, dan melindungi diri mereka sendiri dan
perilaku pembelian hijau meningkat. lingkungan dengan daya beli mereka
Destinasi wisata berbasis lingkungan diidentifikasi sebagai konsumen hijau yang
menunjukkan bahwa wisatawan bersedia terus menerus meningkat - konsumen
membayar lebih untuk produk ramah membangkitkan kepentingan lingkungan
lingkungan terhadap pencemaran mereka dengan perilaku ramah lingkungan.
lingkungan. Ketika profil demografis Riset yang dilakukan oleh Gilg, Barr, &
konsumen dianalisis, promosi hijau, Ford (2005) peningkatan jumlah konsumen
kesadaran lingkungan, harga hijau, fitur yang menyatakan minatnya pada
produk hijau mempengaruhi pembelian lingkungan dan produk ramah lingkungan
konsumen laki-laki, promosi hijau yang dibeli. Ada korelasi antara kepedulian
mempengaruhi pembelian konsumen konsumen terhadap lingkungan dan
wanita. kemauan untuk membeli produk ramah
Terlepas dari kekurangan sumber lingkungan, ada hubungan antara sikap
daya, peningkatan industrialisasi dan positif konsumen terhadap isu-isu
urbanisasi, perusahaan dihadapkan pada lingkungan dan perilaku pembelian aktual.
lingkungan alam dan kesehatan manusia Perilaku pembelian produk merupakan
dengan pencemaran pada tingkat yang kecenderungan seseorang untuk memilih
berbahaya. Hal ini menempatkan operasi salah satu dari berbagai alternatif produk
perusahaan untuk menerapkan produk yang ditawarkan atau produk yang tersedia.
ramah lingkungan. Perusahaan harus
bahwa kesadaran melindungi lingkungan, 1. Kesadaran lingkungan dan Pembelian
dikenal sebagai gerakan hijau sangat Green Tourism Product
didukung oleh masyarakat maju, dan mulai Seorang konsumen dengan kesadaran
melaksanakan program meminimalkan lingkungan dapat didefinisikan sebagai ahli
potensi yang membahayakan lingkungan ekologi terhadap pencemaran lingkungan
alam (Andreas Loka, 2015). dan bagaimana mereka memiliki rasa
Membuat produk ramah lingkungan tanggung jawab terhadap generasi
memerlukan kesadaran lingkungan dan mendatang dan seluruh umat manusia untuk
dalam hal mengkonsumsi. Konsumen dapat menggunakan sumber daya.
memiliki tugas penting dalam hal ini serta Konsumen yang yang memiliki kesadaran
orang-orang mengelola operasi pemasaran lingkungan dapat menilai adanya sumber
bisnis. Konsumen sudah mulai mendukung daya lingkungan, biaya penggunaan,
lingkungan dengan menggunakan daya beli dampak penggunaan terhadap lingkungan
mereka untuk mengkonsumsi tanggung dan untuk diri mereka sendiri (Decarlo &
jawab. Kecenderungan untuk menggunakan Barone, 2005).
produk ramah lingkungan mengandung Survei terhadap 400 mahasiswa
menunnjukan pembelian hijau dan
penggunaan produk yang berbahaya bagi
lingkungan. Fitur dari produk yang dibeli,
kemasan dan penanganan limbah, informasi
tentang produk yang dibeli adalah penting lingkungan (Ali Hasan, 2014). Oleh
bagi mereka. Ketika polusi lingkungan karena itu proposisi yang akan diuji secara
dan peningkatan kesadaran perlindungan empirik dirumuskan sebagai berikut :
lingkungan mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen, menyadari H4 : Atribut green product berpengaruh
pentingnya daur ulang untuk melindungi terhadap perilaku pembelian green
lingkungan dan pencegahan pencemaran tourism product.
lingkungan (Leiserowitz, Kates, & Parris, H5 : Atribut green product berpengaruh
2005). Oleh karena itu proposisi yang akan terhadap profitabilitas
diuji secara empirik dirumuskan sebagai
berikut : H6 : Atribut green product berpengaruh
terhadap value bagi stakeholder
H1 : Kesadaran lingkungan
berpengaruh terhadap perilaku 3. Green Pricing dan Pembelian Green
pembelian green tourism product Tourism Product
H2 : Kesadaran lingkungan Harga yang lebih rendah disebabkan
berpengaruh terhadap peningkatan oleh penghematan biaya akan mendorong
kualitas lingkungan. konsumen untuk membeli produk ramah
H3 : Kualitas lingkungan berpengaruh lingkungan. Ketika permintaan produk
terhadap pembelian green tourism meningkat atau menurun bisa jadi karena
product respon harga, harga yang lebih rendah bisa
menjadi strategi yang lebih sukses
2. Green Product dan Pembelian Green bagi perusahaan. Harga dapat diterapkan
Tourism Product pada tingkat yang sama, terutama ketika
sifat positif dari produk tentang lingkungan
Pencemaran lingkungan meningkat dapat digunakan sebagai elemen
pesat di seluruh industrialisasi yang keunggulan kompetitif. Saat harga produk
mengarah ke reaksi besar terhadap yang lebih tinggi, harus disediakan untuk
produk yang berbahaya bagi lingkungan promosi produk hijau dan harus ada
hidup. Ketika isu produk yang berbahaya konsumen yang siap untuk membayar lebih
menjadi salah satu faktor mempengaruhi untuk produk. Dalam hal ini, yang penting
keputusan pembelian konsumen, bisnis adalah tingkat harga. Hasil kajian empiris
mulai memproduksi ramah lingkungan atau menunjukkan bahwa konsumen yang
dengan kata lain adanya kebijakan untuk pernah membeli produk hijau terhalang dari
membuat produk hijau baik melalui proses pembelian karena dianggap terlalu mahal.
diversifikasi dan pengembangan atribut Harga adalah alasan utama konsumen
untuk menciptakan daya tarik produk memilih untuk tidak membeli produk hijau
(Goswami, 2008) (Tantawi, Shaughnessy, Gad, & Ragheb,
Konsumen yang mempertimbangkan 2009). Oleh karena itu proposisi yang akan
produk hijau merupakan orang-orang yang diuji secara empirik dirumuskan sebagai
berusaha untuk meminimalkan dampak berikut :
terhadap lingkungan (misalnya, hemat H7 : Green pricing berpengaruh
energi, daur ulang, alami atau organik). terhadap perilaku pembelian green
30% dari konsumen mempertimbangkan tourism product.
untuk penggunaan praktik produk berlabel
hijau dan informasi dari mulut ke mulut H8 : Green pricing berpengaruh
adalah sumber utama informasi tentang terhadap profitabilitas
produk hijau dan perusahaan berorientasi
H9 : Green pricing berpengaruh
terhadap kepuasan wisatawan dampak yang lebih tinggi pada nilai inti
H10 : Green pricing berpengaruh
terhadap value bagi stakeholder

4. Green Promotion dan Pembelian


Green Tourism Product
Sebuah promosi yang baik memberikan
kesempatan bagi konsumen untuk bersama-
sama dengan perusahaan menunjukkan
tanggung jawab lingkungan. Kebijakan
promosi bertujuan untuk menciptakan
sebuah citra perusahaan ramah lingkungan
di mata konsumen dan memberikan pesan
lingkungankepada
konsumententangproduk. Untuk mencapai
tujuan ini, kampanye iklan, promosi,
hubungan masyarakat dan lainnya adalah
alat pemasaran yang membutuhkan
komunikasi internal dan eksternal.
Riset Bowen, Cousins, Faruk, &
Lamming, (2007) mencatat bahwa
pembelian produk hijau berhubungan positif
dengan keyakinan terhadap iklan yang
menghina dan cenderung untuk beralih
saluran selama iklan. Selain itu mereka juga
menunjukkan bahwa wanita cenderung
membeli produk hijau lebih skeptis
terhadap iklan dibanding wanita yang tidak.
Sebaliknya skeptisisme pria terhadap iklan
tampaknya tidak terkait dengan perilaku
pembelian produk hijau. Oleh karena itu
proposisi yang akan diuji secara empirik
dirumuskan sebagai berikut :
H11 : Green promotion berpengaruh
terhadap perilaku pembelian green
tourism product.
H12 : Green promotion berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas
lingkungan
H13 : Green promotion berpengaruh
terhadap permintaan wisatawan

5. Strategic Green Tourism Marketing


dan Pembelian Green Tourism
Product
Rentang tindakan perusahaan memiliki
bisnis dan struktur biaya perusahaan. memberi peluang untuk digunakan para
Keterpaduan pemerintah dan stakeholder pelaku bisnis pariwisata secara kompatibel
lainnya, memiliki dampak yang lebih tinggi (Ali Hasan, 2014). Oleh karena itu
pada lingkungan eksternal dan organisasi proposisi yang akan diuji secara empirik
itu sendiri, memiliki anteseden yang lebih dirumuskan sebagai berikut :
kompleks dan hasil dalam model GTM akan
terdistribusikan untuk rentang waktu yang H14 : Strategi green tourism marketing
lebih lama (jangka panjang). Strategi berpengaruh terhadap pembelian
konservasi dengan penekanan pada eco- green tourism product
deveopment akan meningkat kualitas H15 : Strategi green tourism marketing
lingkungan dan dengan demikian akan berpengaruh terhadap peningkatan
memperbaiki kinerja produk wisata berbasis kualitas lingkungan
lingkungan, selain strategi ini merekomen-
dasikan untuk mengambil tindakan yang H16 : Strategi green tourism marketing
menjamin pemeliharaan sumber daya wisata berpengaruh terhadap permintaan
(alam atau buatan manusia) jangka panjang. wisatawan
Pariwisata memiliki ketergantungan yang H17 : Strategi green tourism marketing
kuat pada sumber daya alam yang berpengaruh terhadap profitabilitas
berkualitas, oleh karena itu green tourism
sebetulnya bukan hanya cita-cita yang tetapi 6. Demografi dan Pembelian Green
keharusan ekonomi–ini masuk akal, karena Tourism Product
ekonomi yang baik akan tumbuh dari
kemampuan menjaga lingkungan, D’Souza, Taghian, & Khosla (2007)
lingkungan sebagai sumber daya yang menganalisis hubungan antara variabel
demografi dan sikap konsumsi dari dan kualitas lingkungan, berpartisipasi hipotesis
kesadaran ekologis konsumen hasilnya : ditolak.
(1) variabel psikografis muncul menjadi
Survei Frooman ( 2005) terhadap
lebih efektif dalam menjelaskan variasi
420 rumah tangga menunjukkan bawa
perilaku dan kesadaran ekologis konsumen.
masyarakat yang lebih sering mengadopsi
Keyakinan seseorang bahwa individu dapat
perilaku pro- lingkungan adalah mereka yang
memainkan peran penting dalam
berpendidikan tinggi, dibanding lainnya, dan
memerangi kerusakan lingkungan mungkin
usia antara 18 - 65 tahun menyadari produk
menjadi kekuatan pendorong perilaku
hijau dan telah membeli produk hijau di masa
kesadaran ekologis konsumen; (2)
lalu.
pekerjaan dan usia menunjukkan profil
konsumen hijau yang lebih stabil. perilaku Semua perilaku ekologi berkorelasi positif
konsumen dan kesadaran ekologis dengan sikap daur ulang dan locus of control.
melampaui batas-batas ideologis; (3) Perilaku daur ulang diprediksi oleh sikap daur
variabel demografis ditemukan cukup ulang pasca pembelian dan kegiatan berwisata
menentukan profil konsumen hijau, ekologis diprediksi berdasarkan daya dukung
perempuan lebih terkait dengan lingkungan fasilitas. Konsumen yang sebagian besar
dan menampilkan perilaku yang pro terlibat dalam daur ulang, tidak energik,
lingkungan. Pasangan yang sudah menikah kegiatannya tradisional pada sebagian besar
lebih mungkin untuk memiliki perilaku pro dipengaruhi oleh sikap positif mereka terhadap
lingkungan; (4) ditemukan korelasi negatif daur ulang serta dengan tanggung jawab sosial
antara usia dan sikap pro-lingkungan, mereka (Hartmann, & Ibanez, 2006). Oleh
korelasi positif ditemukan berdasarkan karena itu proposisi yang akan diuji secara
pendidikan, informasi, sikap dan perilaku.
Dalam kelas sosial, informasi lingkungan
empirik dirumuskan sebagai berikut : analisis data
H18 : Umur mempengaruhi pembelian
Lokasi Penelitian
green tourism product.
Kajian green tourism marketing
H19 : Jenis kelamin mempengaruhi
dilaksanakan di Perkebunan Mangunan
pembelian green tourism product.
terutama karena alasan berikut :
H20 : Status pernikahan mempengaruhi
1. tipologi Perkebunan Mangunan memiliki
pembelian green tourism product
potensi untuk dikembangkan menjadi
H21 : Pendidikan mempengaruhi pembelian kawasan berbasis lingkungan alam;
green tourism product
2. kompetensi SDM yang mengelola
H22 : Pendidikan mempengaruhi pembelian Perkebunan Mangunan pada level sedang
green tourism product - tinggi yang dibutuhkan belum tersedia;
3. mimiliki potensi komuditas unggulan
METODE PENELITIAN
pariwisata, pertanian/perkebunan,dan
Runtutan pelaksanaan industri rumah tangga;
penelitian ini divisualisasikan dalam
4. keterbatasan lembaga keuangan,
diagram alir penelitian seperti dalam
koperasi, pengelola, agen perjalanan
gambar 3.1. Serangkaian metode
sebagai mediasi mata rantai pemasaran
penelitian ini dimulai dari: (1)
produk (supplay chain) untuk
menetapkan lokasi penelitian,
mendukung usaha dalam bidang
(2) menetapakn data, variabel,
pariwisata;
indikator, istrumen dan skala, (3)
model penelitian, 5. keterbatasan model dalam membangun
(4) rancangan penelitian, dan (5)
industri kreatif, unik, berkualitas berbasis lingkungan.
membentuk pusat pertumbuhan ekonomi
dan pengembangan entrepreneur baru Data, Variabel, Indikator, Instrumen
yang mampumemakmurkan dan dan Skala
mensejahterakan komunitas pariwisata
1. Data Penelitian
Tabel.3.1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data Desa Produktif

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Instrumen


Sekunder Profil desa, Profil lembaga Pemerintah Wawancara Kamera
masyarakat dan Profil lembaga Desa dan (rekaman aktivitas )
komerial (Bank, KUD, UKM) Kecamatan
MODEL GTM PERKEBUNAN MANGUNAN

Primer Potensi SDA, GTM, Ekonomi, dan Responden Kuesioner Kamera


Sosial Budaya (rekaman aktivitas)
2. Variable Penelitian
Gambar 3.1 Alir Penelitian
Tabel.3.2. Variabel, Dimesi, Indikator dan Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Bobot Sumber
Potensi Komoditas 1. Jenis produk destinasi wisata 0.25 FGD
SDA Unggulan hijau
2. Kualitas dan kuantitas produk
3. Kesinambungan produk
4. Pemasaran produk
5. Kontribusi terhadap PAD
Potensi 1. Letak lokasi
Geografis
Green Revitalisasi 1. Gentrifikasi/redevelopment 0.25 Kuesioner –
Tourism dan Konservasi 2. Pengelolaan limbah dan Responden
Lingkungan sampah
3. Penataan dan Penggunaan
ruang untuk pembangunan
infrastruktur, pemukiman,
dan tempat usaha
Revitalisasi 1. Signifikansi nilai sejarah
dan Konservasi 2. Signifikansi nilai budaya
Budaya
Pemberdayaan 1. Partisipasi dan keterlibatan
Masyarakat masyarakat
2. Kerjasama dan kepedulian
3. Kemampuan manajerial
Diverisifikasi 1. Identifiasi produk baru
Produk Wisata berbasis lingkungan
2. Menambah nilai pada produk
yang sudah ada
Daya Tarik 1. Fasilitas wisata
Produk Wisata 2. Atraksi wisata
Hijau 3. Aminitas wisata
4. Aktivitas wisata
Keterpaduan 1. Eksplorasi partner wisata
Pelaku hijau
tawaran
produk wisata 2. Sinergi pelaku wisata dengan
Hijau sektor lainnya)
Daya Dukung 1. Aksesibilitas / Transpotasi
2. Keamanan dan Kenyamanan
3. KUD, UKM, Bank/ Money
Changer
4. Lembaga Rembug Desa
Ekonomi Pasar 1. Generating economic 0.20 Kuesioner –
activities
2. Creating economic activities Responden
3. Akses pasar dan pemasaran
4. Sarana prasarana pemasaran
Teknologi 1. Pengolahan hasil skala RT 0.10 FGD
2. Pengolahan hasil skala
sedang
Sosial SDM 1. Motivasi 0.20 Kuesioner –
2. Ketrampilan
Responden
3. Kemampuan
4. Innovative
5. Kreativitas
1.00
3. Skala Pengukuran lingkungan) menggunakan metode indeks
Pengukuran terha dap potensi komposit yang diukur dengan skala likert
Perkebunan Mangunan sebagai basis yang diklasifikasikan seperti dalam
green tourism (destinasi wisata berbasis tabel berikut.

Tabel.3.3 Indeks Komposit Destinasi Wisata Berbasis Lingkungan


No Dimensi TP KP CP P SP

1 Revitalisasi dan Konservasi Lingkungan 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

2 Revitalisasi dan Konservasi Budaya 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

3 Pemberdayaan Masyarakat 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

4 Daya Tarik Produk Wisata 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

5 Diverisifikasi Produk Wisata 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

6 Keterpaduan Pelaku Wisata 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

7 Daya dukung 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

8 Komoditas Unggulan 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

9 Potensi Geografis 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

10 Pasar 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

11 Teknologi 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

12 SDM 1.0 -1.9 2.0 - 2.9 3.0 - 3.9 4.0 - 4.9 5

TP = Tidak Potensial KP = Kurang Potensial CP = Cukup Potensial,


P = Potensial SP = Sangat Potensial

Model Penelitian
model GTM dalam pengembangan wisata
Model penelitian ini termasuk hijau dimasa mendatang, penulisan
ekperimen terbatas yang secara khusus publikasi internasional dan penyusunan
digunakan untuk menguji berbagai kegiatan buku ajar/ buku teks green tourism
ekonomi masyarakat pariwissata, marketing.
mendeskripsikan dan mela-kukan
perbaikan. Hasil akhir penelitian ini Rancangan Penelitian
digunakan untuk penyusan naskah
rekomendasi produk hukum/ kebijakan Penelitian ini dilakasanakan dalam dua
model GTM yang optimal dalam tahapan dengan kegiatan dan hasil yang
pembangunan wisata hijau, dan penetapan diharapkan akan diperoleh seperti dalam
tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4. Rancangan Penelitian

Kegiatan Hasil Yang Diperoleh


1. Identifikasi karekateritik destinasi 1. Naskah pemetaan karakteristik dan potensi
wisata hijau menjadi destinasi wisata hijau
2. Penetapan indikator potensial 2. Program usulan akselerasi model GTM
jangka pendek (1 tahun)
3. Penetapan strategi dan program
akselerasi 3. Naskah model GTM dengan quality function
deplovement
4. Melakukan uji one group pre
dan post test design
4. Pengukuran Hasil 4. Penetapan indikator hasil dan dampak
utama model GTM
5. Implementasi Model GTM
5. Tersusunnya naskah rekomendasi pro-duk yang
optimal dalam pembangunan keberlanjutan
ekonomi berbasis destinasi wisata hijau
(integrated green economic growth)
6. Tersosialisasikan model GTM

Metode Analisis
Analisis data penelitian menggunakan model mix method sebagai berikut.
Tabel.3.5 Mix Method Analisis Data

Sumber
Skala Jenis data Analisis Luaran
Data
1. Profil desa Data 1. Deskriptif kualitatif Informasi desa
Nominal

Sekunder
2. Profil lembaga masyarakatan 2. Analisis isi triangulasi
3. Profil lembaga komerisal
4. ((Bank, KUD, UKM)

1. Revitalisasi dan Konservasi Data 1. Analisis deskriptif 1. Tipe kawasan GTM


Lingkungan Primer
2. Analisis comparative 2. Faktor significant
2. Revitalisasi dan Konservasi performance index penghambat GTM
Budaya
3. Analisis Kelembagaan 3. Model akselerasi
3. Pemberdayaan Masyarakat GTM
4. Analisis Logical
4. Produk Unggulan Framework 4. Strategi kebijakan
pengembangan
5. Diverisifikasi Produk Wisata 5. Analisis paired sample GTM
tes
6. Daya Tarik Produk 5. P e n y u s u n a n
6. Analisis Regresi program
7. Wisata Hijau
7. Analisis LISREL pengembangan
8. Keterpaduan Pelaku GTM
8. Analisis Strategi
9. Wisata Hijau (SWOT)
10.Daya Dukung
11. Potensi Geografis
12.Pasar
13.Teknologi
14.SDM

Penjelasan Analisis melalui berbagai metode dan sumber


1. Analisis Isi Triangulasi ialah usaha perolehan data, selain melalui
menggali kebenaran informai tertentu wawancara dan observasi terlibat
(participant
obervation), dokumen tertulis, arsif, peringkasan, dan penyajian suatu data
dokumen sejarah, catatan resmi, catatan sehingga memberikan informasi yang
atau tulisan pribadi dan gambar atau berguna dan juga menatanya ke dalam
foto. Masing-masing cara ini akan bentuk yang siap untuk dianalisis dengan
menghasilkan bukti atau data yang ukuran pusat, ukuran sebaran, frekuensi
berbeda, yang selanjutnya akan dan ukuran lokasi dari persebaran /
memberikan pandangan (insights) yang distribusi data
berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan 3. Analisis Kelembagaan yaitu dengan
meningkatkan kedalaman pemahaman indikator penting untuk melihat
untuk memperoleh kebenaran handal. mekanisme pembentukan dan
operasional kelembagaan lokal
2. Analisis deskriptif - merupakan metode divisualisasikan seperti dlam gambar 3.2.
yang berkaitan dengan pengumpulan,

Gambar 3.2. Level Analisis Kelembagaan Pengelolaan Perkebunan Mangunan

4. Analisis Comparative Performance Aij = Xij (min) . 100 / Xij


Index (CPI) dengan Formula yang
(min)
digunakan dalam teknik CPI adalah
sebagai berikut : A(i+1.j) = (X(i+1.j)) / Xij (min) .
100
Xij(min) : nilai alternatif ke-i pada
kriteria awal minimum ke-j Iij = Aij . Pj
A(i+1.j) : nilai alternatif ke-i + 1 n
pada kriteria ke-j Ii =  (Iij)
X(i+1.j) : nilai alternatif ke-i + 1 j =1
pada kriteria awal ke-j Keterangan :
Pj : bobot kepentingan kriteria Aij : nilai alternatif ke-i pada
ke-j kriteria ke-j
Iij : indeks alternatif ke-I
Ii : indeks gabungan kriteria
pada alternatif ke-I
i : 1, 2, 3, ..., n
j : 1, 2, 3, ..., m
5. LFA (Logical Framework Analysis) yang eksternal yang ditetapkan melalui asumsi-
disusun berdasarkan analisis keterkaitan asumsi sahih tentang program kegiatan yang
antara tujuan, strategi dan faktor dievaluasi. Proses ini dapat dilakukan di
lapangan. Sperti dalam gambar berikut 7. Analisis LISREL - Analisis Linier
ini Structural Relation - Structural Equation
6. Analisis Paired Sample t Tes (uji Modelling
pasangan dari sampel yang sama) adalah Analisis ini digunakan untuk
uji t dimana sample saling berhubungan menganalisis hubungan sebab akibat
dalam sampel atau subyek yang sama yang terjadi pada regresi berganda jika
dengan memberi dua perlakuan dan variabel bebasnya mempengaruhi variabel
pengukuran perlakuan I, kemudian tergantung tidak hanya secara langsung
selang beberapa waktu diberi perlakukan tetapi juga secara tidak langsung
II (intervining). Structural Equation Modeling
(SEM) Analysis merupakan gabungan
analisis faktor konfirmatori dengan analisis
jalur yang dilaksanakan secara simultan.
Analisis faktor konfirmatori (confirmatory
factor analysis, CFA) digunakan untuk
mengungkap model konstruk instrumen.

Analisis Stakeholdrs
Analisis isu/Masalah (Pokok)
Analisis Tujuan

Gambar3.3. Tahapan Perencanaan Pengelolaan Perkebunan Mangunan Berbasis LFA

Analisis jalur (path analysis) digunakan variabel endogen adalah variabel yang
untuk mengetahui efek langsung dan/atau dipengaruhi oleh variabel eksogen
tidak langsung dari variabel eksogen
ke variabel endogen maupun variabel DAFTAR PUSTAKA
endogen ke endogen. Variabel eksogen
adalah variabel dalam model yang tidak Ali Hasan, 2015a. Tourism Marketing.
pernah dipengaruhi variabel lain, sedangkan Yogyakarta: Center for Academic
Publishing Service.
-----------, 2015b. Green Hotel Marketing: Juru Selamat Bagi Lingkungan. Media
Informasi Wisata. 64/18, 16. advantage: implications for sustainable
-----------, 2014. Green Tourism. Jurnal agriculture producers. Leopold Center
Progress Report, 14, 45–46.
Media Wisata, 12/1, 1-15
D’Souza, C., Taghian, M. & Khosla,
-----------, 2010. Word of Mouth Marketing.
R. 2007. ‘Examination of
Yogyakarta: Media Presindo.
environmental beliefs and its impact on
Andreas Loka, 2015. Green Economy: the inf luence of price, quality and
Menghijaukan Ekonomi, Bisnis dan demographical character-ristics with
Akuntansi. Jakarta: Erlangga. respect to green purchase intention’,
Journal Marketing, 15/2, 69–78.
Batta, R.N. 2009. Green tourism
certification manual. Annals of Tourism Erdogan, N. and Tosun, C. (2009).
Research, 23/1, 48-70. Environmental performance of tourism
accommodations in the protected
Bhatia M, and Jain, A. 2013.Green Marke- areas: Case of Goreme Historical
ting: A Study of Consumer Perception National Park. International Journal
and Preferences in India. Electronic of Hospitality Management. (28), pp.
Green Journal, 1/36, 1-19 406-414.
Boztepe, Aysel. 2012. Green Marketing Ernawati, N.M. 2010. Tingkat Kesiapan Desa
and Its Impact on Consumer Buying Wisata Sebagai Tempat Wisata Berbasis
Behavior. European Journal of Ma-syarakat. Analisis Pariwisata. 10 /
Economic and Political Studies. 5/1, 5- 1 ,1-8 Fennell, D.A. 2010. A Content
21 Analysis of Ecotourism. Tourism, 4(5)
pp 403 – 421
Bowen, E.F., Cousins, P.D., Faruk, A.C.
& Lamming, R.C. 2007. Horses for Frooman, J. 2005. Stakeholder inf luence
courses: Explaining the gap between strategies: The roles of structural and
the theory and practice of green supply, demographic determinants, Business
Journal of Economics, 1/35: 41–58. and Society, 44/1, 3–31.

Brunoro, S. 2010. ‘An assessment of Furqan A., Mat Som A.P. and Hussin
energetic efficiency improvement of R. 2010. Promoting Green Tourism
existing building development, for Future Sustainability. Theoretical
Manage- ment of Environmental and Empirical Researches in Urban
Quality: An International Journal, 19/6, Management. 8/17, 64-74
718–730. Gilg, A., Barr, S. & Ford, N. 2005. Green
Daily, B.F. & Huang, S. 2011. Achieving consumption or sustainable lifestyles?
sustainability through attention to Identifying the sustainable consumer,
human resource factors in Future,37/6, 481–504.
environmental management’, Goswami, P. 2008. The consumer ready for
International Journal of Operations clothing with eco-labels? International
and Production Management, 21/12, Journal of Consumer Studies, 32, 438–446.
1539–1552.
Grundey, D. and Zaharia, R. M. 2011.
Decarlo, T.E., & Barone, M.J. 2005. Sustainable marketing and strategic
Company environmental and societal greening. Journal Sustainability, 14(2),
positions as sources of competitive 130 –143.
Haden, S.S., Pane, O.J.D. & Humphreys, An exploratory analysis’, Management
J.H. 2009. Practical and theoretical Decision, 47/7, 1041–1055.
perspectives on green management:
Hartmann, P., & Ibanez, V. A. 2006. Green Review, 2/2, 129–146.
value added. Marketing Intelligence
and Planning, 24(7), 673-680. Peattie, K. & Crane, A. 2005. Green
marketing: legend, myth, farces
Kassinis, G. & Vafeas, N. 2006. or prophesies? Qualitative Market
Stakeholder pressures and Research.An International Journal,
environmental performance.Academy 8/4, 357 – 370.
of Management Journal, 49/5, 145–
159. Polonsky, M. J. 2011. Transformative
green marketing: a strategic approach
Klimek, Katarzyna. 2013. management and opportunities. Journal of Business
organisations and their shift to sustainable Research, 64/12, 1311-1319.
tourism development. Journal of
Tourism, Hospitality and Recreation. 4/ Sasidharan, V., Sirakayab, E. and
2, 27-47. Kerstettera, D. 2012. Developing
countries and tourism ecolabels.
Kinoti, M. M. 2011. Green marketing Tourism Management. 23, 161–174.
Intervention Strategies and Sustainable
Development. International Journal of Sen, R.A. 2014. A Study of the Impact of
Business and Social Science, 2/23, 263. Green Marketing Practices on
Consumer Buying
Leiserowitz, A., Kates, R,. & Parris, T. Behaviour.International Journal of
2005. Do global attitudes and behaviors Management and Commerce 2/1, 61-
support sustainable development.
70.
Environment, 47/9), 22-38
Singh, G. H 2013. Evolution and Practice
Lekhanya.L.M, 2014.The Level of
of Green Marketing by Various
awareness of green marketing and
Companies. International Journal
its managerial implications amongst
of Management and Social Sciences
selected manufacturing Small, Medium
Research 2/7, 49-56
and Micro Enterprises.Journal of
Economics and Behavioral Studies. 6/8, Sudana, I.P. 2010. Grand Strategy
625-635, Pemasaran Industri Café Di Sentra
Pariwisata Pantai Kedonganan. Analisis
Miller, E. & Buys, L. 2008. ‘Retrofitting
Pariwisata. 10/1, 62-75
commercial office buildings for
sustainability: Tenants’ perspectives’, Tantawi, P., Shaughnessy, N., Gad,
Journal of Property Investment and K., & Ragheb, M.A.S. 2009. Green
Finance, 26 (6): 552–561. consciousness of consumers in a
Ottman, J. A., Stafford, E. R. & Hartman, C. developing country: a study of
L. 2006. Avoiding Green Tourism consumers. Contemporary Management
Marketing Myopia: Ways to Improve Research, 5/1, 29-50.
Consumer Appeal for Environmentally Thakur, K. S. & Gupta, S. 2012.
Products. Science and Policy for Exploration of Green Shift: Shift
Sustainable Development, 48 (5), 22- from trendy marketing to
36. environmental. International Journal of
Peattie, K. 2001. Wards sustainability: The Arts and Commerce, 1/7, 1-15
third age of green marketing, Vernekar, S.S. and Wadhwa, P. 2011. Green
Marketing
Consumption An Empirical Study
of Consumers Eco-Friendly Products.
Opinion, 1/ 1, 64-74.

You might also like