Gambaran Post Traumatic Growth Pada Wanita Dewasa Awal Yang Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Gambaran Post Traumatic Growth Pada Wanita Dewasa Awal yang


Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran
Putri Utami1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. In real life, the dating process did not always as smooth as every individual's expectations, a
violent act in a relationship could make a woman traumatized. Women who has experience of violence can
rise, change more positively and experience post traumatic growth. The purpose of this research is to see how
the depiction of posttraumatic growth in the victims of violence in dating and factors that affected the
posttraumatic growth. Researchers used qualitative research with case study approaches. The subject in this
study was four women of violent victims in dating that have been identified post traumatic growth by using
Post Traumatic Growth Inventory (PTGI) scales by Tedeschi and Calhoun. Methodes of collecting data used
interviews, observations and informant techniques. The data analysis techniqued in this research were data
processing, coding, data presentation, as well as interpreted the data (withdrawal of conclusions). The results
of the study showed a picture of posttraumatic growth on the victims of violence in dating where the four
subjects were early adult women who showed positive changes in life, capable of facing traumatic events,
rebuilding lives is better and directional and can reflect on her new life. Struggle and change are
characterized by the appreciation of life, relationships with others, personal power, spiritual change and new
possibilities that are shot at each of the subjects themselves. The factors that affected the overall factors of
appreciation for life, relationships with others, inner strength, new possibilities, and spiritual development
that help the subject rise to find a better life than before.
Keywords: posttraumatic growth, early mature women, dating violence

ABSTRAK. Dalam kehidupan nyata, proses berpacaran tidak selalu semulus ekspektasi setiap individu,
tindak kekerasan dalam suatu hubungan bisa membuat seorang wanita mengalami trauma. Wanita yang
mengalami kekerasan dapat bangkit, berubah lebih positif, dan mengalami pertumbuhan pasca trauma. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana gambaran perkembangan pasca trauma pada korban
kekerasan dalam pacaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasca trauma. Peneliti
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah empat
perempuan korban kekerasan dalam pacaran yang telah teridentifikasi pertumbuhan pasca trauma dengan
menggunakan timbangan Post Traumatic Growth Inventory (PTGI) oleh Tedeschi dan Calhoun. Metode
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan informan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah pengolahan data, pengkodean, penyajian data, serta interpretasi data (penarikan
kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan gambaran perkembangan pasca trauma pada korban kekerasan
dalam pacaran dimana keempat subjek penelitian adalah wanita dewasa awal yang menunjukkan perubahan
positif dalam hidup, mampu menghadapi peristiwa traumatis, membangun kembali kehidupan yang lebih baik
dan terarah serta dapat merefleksikan dirinya. kehidupan baru. Perjuangan dan perubahan dicirikan oleh
penghargaan terhadap kehidupan, hubungan dengan orang lain, kekuatan pribadi, perubahan spiritual, dan
kemungkinan baru yang ditembakkan pada setiap subjek itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keseluruhan faktor penghargaan terhadap kehidupan, hubungan dengan orang lain, kekuatan batin,
kemungkinan baru, dan perkembangan spiritual yang membantu subjek bangkit untuk menemukan kehidupan
yang lebih baik dari sebelumnya.
Kata Kunci: pertumbuhan pasca trauma, wanita dewasa awal, kekerasan dalam kencan

1
Email: ptriutmi@gmail.com
297
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN biasanya terjadi pada orang yang mengalami


Periode masa dewasa awal merupakan masa masalah dalam kehidupannya. Seseorang yang
terpenting bagi individu di mana dirinya dituntut melakukan perjuangan dalam menghadapi kejadian
untuk menyesuaikan diri terhadap pola-pola hidup traumatik yang dengan jelas memberikan efek
dan harapan yang baru (Hurlock, 2011) serta negatif pada kondisi psikologisnya ternyata juga
menjalankan peran-peran yang baru dan tumbuh dapat memberikan kebermaknaan pada dirinya.
menjadi pribadi yang matang (Duvall & Miller, Subjek HD memiliki mantan kekasih yang
dalam Amalia, 2017). Menurut Myers (dalam overprotective terhadap dirinya, selalu menaruh
Nurhaniyah, 2016), seorang individu pada tahap ini kecurigaan yang tidak jelas sebabnya dan selalu
umumnya akan mulai merasa tertarik pada lawan ingin dihubungi setiap saat. Pergaulan HD sangat
jenisnya. Mereka akan melakukan penyesuaian dibatasi mantan kekasihnya, apabila HD ketahuan
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan- berkumpul dengan teman-temannya bahkan teman
harapan sosial baru. Di antaranya adalah memiliki wanitanya sekalipun, mantan kekasih HD akan
pendamping hidup dan menikah. Sebelum seseorang sangat marah kepadanya. Kehidupan HD seolah-olah
memutuskan untuk menikah, sebagian orang akan diatur oleh mantan kekasihnya, mulai dari cara
melalui tahap pengenalan terhadap calon berpakaian hingga barang-barang yang HD gunakan.
pendamping hidup mereka, atau istilah yang secara Apabila HD meraih suatu pencapaian yang lebih dari
umum disebut dengan berpacaran (dating). mantan kekasihnya, HD selalu dibalas dengan
Dalam kehidupan nyata, proses berpacaran kalimat hinaan yang merendahkan dirinya. HD juga
tidak selalu semulus harapan setiap individu. mengaku pernah saat mereka berkelahi, mantan
Wishesa dan Suprapti (2014) mengemukakan bahwa kekasih memarahi sambil melempar barang,
dalam suatu hubungan pasti terdapat suatu masa membanting pintu, dan menyebutnya ‘wanita
dimana pasangan menghadapi suatu konflik. Suatu murahan’ dengan menunjuk wajah HD dihadapan
konflik dapat terjadi diakibatkan oleh beberapa adik dan teman-teman mantan kekasihnya. Kejadian
masalah yang dihadapi oleh pasangan, misalnya tersebut membuat HD trauma.
karena perbedaan pendapat mengenai suatu hal, Dilain kasus, AS dan mantan kekasih memiliki
cemburu kepada pasangan, serta perbedaan permasalahan tentang kepercayaan dikarenakan
kepribadian. Munculnya konflik yang terus menerus hubungan jarak jauh. Disibukan dengan kegiatan
dapat menyebabkan munculnya kekerasan yang masing-masing membuat AS dan mantan kekasih
dilakukan oleh salah satu pihak kepada pasangan. jarang berkomunikasi. Mantan kekasih yang
Poerwandari (dalam Fatimah, 2016) dianggap berubah menjadi lebih perhatian dengan
memandang kekerasan dalam berpacaran sebagai wanita lain membuat AS kesal sampai akhirnya
suatu pengalaman traumatis. Mendatu (dalam didapati berselingkuh. AS meminta kejelasan atas
Fatimah, 2016) menyebutkan beberapa dampak hubungan mereka pada saat itu, saat ditanya
psikologis yang muncul pada wanita korban keseriusan mantan kekasih terhadap AS, mantan
kekerasan yaitu harga diri rendah (minder), depresi, kekasih menjawab bahwa dirinya saat ini tidak
stres pasca trauma, bunuh diri, penyalahgunaan memiliki keseriusan yang sama seperti diawal.
alkohol dan obat-obatan, kecemasan, rasa malu, Sangat merasa dikecewakan dengan mantan kekasih
terisolasi, dan rasa tertekan. Jiwa atau tingkah laku karena kepercayaan dan kesetiaannya selama ini
yang tidak normal akibat tekanan jiwa atau cedera disia-siakan membuat AS mengalami trauma. AS
jasmani karena mengalami kejadian yang sangat memilih untuk menyendiri, kesedihan yang berlarut-
membekas yang tidak bisa dilupakan disebut juga larut membuat ibu AS merasakan kesedihan yang
dengan trauma (Sutiyono, 2010). Kejadian stessfull sama. Tidak ingin membuat sang ibu bersedih, AS
atau juga dapat diartikan sebagai kejadian traumatik, berkeyakinan untuk bangkit. AS mengunjungi
dapat menyebabkan tekanan psikologis dan biasanya psikolog untuk meminta bantuan atas
juga akan memunculkan respon negatif pada permasalahannya. AS mendapatkan insight dan
seseorang. Kesedihan, rasa bersalah, kemarahan, dan akhirnya mampu mencapai PTG dengan sangat baik.
rasa sensitif juga merupakan respon lain yang Seperti halnya subjek HD, ZN pernah memiliki
kekasih dengan sifat pencemburu yang lama
298
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

kelamaan berubah menjadi sifat posesif yang peneliti yang membahas tentang gambaran post
berlebih. ZN tidak diperbolehkan berkomunikasi traumatic growth pada korban, sehingga peneliti
dengan laki-laki lain selain keluarganya. Aktivitas tertarik untuk melakukan penelitian terkait post
dan pertemanan subjek juga dibatasi tanpa alasan traumatic growth dengan judul “Gambaran Post
yang masuk akal. Rasa cemburu yang berlebih Traumatic Growth pada Wanita Dewasa Awal yang
tersebut membuat ZN sering mendapat perlakuan Mengalami Kekerasan dalam Berpacaran”.
kasar dari sang mantan pacar. Saat berseteru, mantan
kekasih ZN menghina dengan kata-kata kasar dan TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan nama binatang. ZN mengaku pernah Post Traumatic Growth
didorong, dihempaskan ke dinding, dan rahang Tedeschi & Calhoun (dalam Amalia, 2017)
subjek dipegang kearah atas. Hal ini didukung membuka sebuah area penelitian baru yang melihat
dengan penrnyataan ZN bahwa dirinya merasa reaksi positif yang dihasilkan dari suatu kejadian
trauma dan takut apabila ada hal yang memancing traumatik yang kemudian dikenal dengan istilah Post
emosi mantan pacarnya sehingga ia rela melakukan Traumatic Growth. Post-traumatic growth adalah
apapun asal tidak membuat mantan kekasihnya suatu perubahan positif seseorang menuju level yang
marah. Subjek mencapai PTG pada saat menyadari lebih tinggi setelah mengalami peristiwa traumatis.
bahwa dirinya sudah cukup diperbudak selama ini. Faktor-faktor post traumatic growth menurut
Dukungan dari orang-orang terdekat juga semakin Tedeschi & Calhoun (2006) antara lain: a.
penghargaan terhadap hidup yaitu perubahan
menguatkan ZN.
mengenai hal apa yang penting dalam hidup
Mengalami kekerasan fisik seperti yang
seseorang; b. hubungan dengan orang lain yaitu
dialami subjek ZN, DT bertahan selama 2 tahun saling berbagi dan berkasih sayang dengan orang
dengan mantan kekasih yang memiliki sifat lain; c. kekuatan dalam diri yaitu peningkatan
temperamental sebelum akhirnya memutuskan untuk kekuatan personal atau mengenal kekuatan dalam
berpisah. Perselingkuhan menjadi persoalan utama diri yang dimiliki; d. kemungkinan baru yaitu
mantan kekasih memperlakukan DT dengan kasar. identifikasi individu mengenai kemungkinan baru
Berawal dari tidak terima DT memeriksa telepon dalam kehidupan; e. perkembangan spiritual yaitu
genggamnya, mantan kekasih mendorong, mencekik, perkembangan pada aspek spiritual dan hal-hal yang
dan melemparkan barang-barang disekitar ke arah bersifat eksistensial.
subjek hingga terluka parah untuk melampiaskan Aspek-aspek post traumatic growth menurut
amarah. Hal tersebut menjadi pemicu subjek menjadi Tedeschi & Calhoun (dalam Shafira, 2011) antara
trauma, tidak ingin bertemu dengan siapapun dan lain: a. perubahan dalam persepsi diri yaitu memiliki
kekuatan dalam diri yang lebih besar, resiliensi atau
mengurung diri selama 6 bulan. Merasakan
kepercayaan terhadap diri sendiri, terbuka dan
kehampaan didalam kehidupan, muncul kekuatan
mengembangkan hal baru; b. perubahan dalam
dalam diri yang dimana DT berkeyakinan untuk hubungan interpersonal yaitu peningkatan rasa
bangkit dan memulai lembaran baru dikehidupannya. altruis atau memiliki rasa kedekatan yang lebih besar
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan dalam suatu hubungan dengan orang lain; c.
oleh Fatimah (2016) berjudul penyesuaian diri perubahan dalam folosofi hidup yaitu memiliki
wanita korban kekerasan dalam berpacaran apresiasi yang lebih besar setiap harinya dan
menunjukkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh perubahan dalam hal spiritualitas atau religiusitas
pacar korban membawa pengaruh yang cukup besar (kepercayaan beragama).
dalam kelangsungan hidup responden. Responden Berdasarkan paparan di atas dapat
melakukan penyesuaian diri yang buruk karena disimpulkan bahwa post traumatic growth
dalam kondisi tertekan dan frustrasi, responden (pertumbuhan pasca trauma) adalah pengalaman
hanya menerima apa yang menimpa dirinya tanpa perubahan yang positif setelah masa krisis atau
kejadian yang tidak diinginkan dan tidak
berusaha mencari jalan keluar atau menyelesaikan
menyenangkan dalam kehidupan seseorang.
permasalahannya.
Berdasarkan uraian dan fenomena-fenomena
diatas telah banyak dilakukan penelitian tentang
kekerasan dalam berpacaran namun belum ada
299
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Dewasa Awal pasangan secara fisik, seksual, atau psikologis yang


Menurut Santrock (2011), masa dewasa awal mengakibatkan luka tau kerugian pada korban
adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan kekerasan. Sedangkan menurut Yayasan Pulih
dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit (2015) kekerasan dalam berpacaran merupakan
waktu untuk hal lainnya. Bagi kebanyakan individu, segala bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan
menjadi orang dewasa melibatkan periode transisi seseorang terhadap pasangannya.
yang panjang. Baru-baru ini, transisi dari masa Bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran
remaja ke dewasa disebut sebagai masa beranjak menurut Organisasi LSM Wanita Rifka Annisa
dewasa yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun, (dalam Fatimah, 2016) antara lain: a. kekerasan fisik
ditandai oleh ekperimen dan eksplorasi. Dimana yaitu Kekerasan yang dilakukan dengan anggota
banyak individu masih mengeksplorasi jalur karier badan si pelaku atau dengan bantuan alat tertentu
yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu misalnya kayu, besi, batu dan lain-lain. Kekerasan
yang seperti apa, dan gaya hidup yang seperti apa fisik ini contohnya menjambak, memukul,
yang mereka inginkan, hidup melajang, hidup menyundut dengan rokok, mendorong, mencekik dan
bersama, atau menikah (Arnett dalam Santrock, sebagainya; b. kekerasan emosional yaitu Kekerasan
2011). yang cenderung tidak terlalu nyata atau jelas seperti
Tugas perkembangan dewasa awal menurut kekerasan fisik. Kekerasan emosional lebih
Hurlock (2011) antara lain: a. mendapatkan suatu dirasakan atau berdampak pada perasaan sakit di
pekerjaan; b. memilih seorang teman; c. belajar hati, tertekan, marah, minder dan perasaan tidak
hidup bersama suami istri; d. membentuk suatu enak lainnya; c. kekerasan seksual yaitu Kekerasan
keluarga; e. membesarkan anak-anak; f. mengelola yang berkaitan dengan penyerangan seksual atau
sebuah rumah tangga; g. menerima tanggung jawab agrisivitas seksual seperti mencium, memeluk
sebagai warga negara; h. bergabung dalam suatu dengan paksa, memegang tangan atau meraba-raba
kelompok sosial. kemaluan; d. kekerasan ekonomi yaitu kekerasan
Hurlock (2011) menyatakan bahwa adapun yang berhubungan dengan uang dan barang.
minat pada dewasa awal sebagai berikut: a. minat Menurut Yayasan Pulih (2015) faktor-faktor
pribadi yaitu minat yang selalu menyangkut yang menyebabkan kekerasan dalam berpacaran
seseorang tertentu; b. minat rekreasi yaitu kegiatan adalah: a. lingkungan sosial yaitu citra maskulin
yang memberikan kesegaran atau mengembalikan (laki-laki pemimpin, jantan, macho, penuh
kekuatan dan kesegaran rohani sesudah lelah bekerja kekuasaan), citra feminism (wanita makhluk lemah,
atau sesudah mengalami keresahan batin; c. minat “kelas dua”, pengikut); b. bentuk menunjukan
sosial yaitu individu harus mencari jalannya sendiri, kekuasaan yaitu kontrol pada orang lain (hubungan
menjalin tali persahabatan baru dan memantapkan kekuasaan yang tidak setara) dengan pasangan; c.
identitas mereka lewat upaya mereka sendiri. pemahaman mengenai kekerasan dalam pacaran
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan yaitu ketika individu sulit membedakan cinta yang
bahwa dewasa awal merupakan salah satu tahapan romantic dengan posesif; d. peraturan hukum yaitu
dalam perkembangan kehidupan manusia. Masa peraturan hukum yang belum terlalu jelas untuk
dewasa awal diawali dengan masa transisi dari masa menangani kasus kekerasan dalam berpacaran; e.
remaja menuju masa dewasa yang melibatkan Karakteristik dan tugas perkembangan remaja yaitu
eksperimental dan eksplorasi, yang disebut sebagai ketika individu cenderung fokus mendapatkan relasi
emerging adulthood. lawan jenis tanpa memperhatikan hubungan yang
sehat.
Kekerasan dalam Berpacaran Adapun dampak kekerasan dalam berpacaran
Kartono dan Gulo (dalam Fatimah, 2016) yang dikemukakan oleh Yayasan Pulih (2015) antara
mendefinisikan istilah kekerasan sama dengan agresi lain: a. dampak fisik meliputi lebam, berdarah, patah
yang merupakan istilah umum yang dikaitkan tulang dan lain-lain; b. dampak psikis meliputi
dengan perasaan-perasaan marah atau permusuhan, perasaan takut (ketakutan), cemas, gelisah, depresi,
yang berfungsi sebagai suatu motif untuk melakukan serta gangguan-gangguan kejiwaan lainnya; c.
respon berupa perilaku kasar, penghinaan, dan dampak kecerdasan/pola pikir meliputi timbul rasa
frustrasi. Wofle dan Feiring (dalam Trifani, 2012) tidak percaya diri, sulit konsentrasi, dan tidak
mendefinisikan kekerasan dalam berpacaran sebagai menghargai diri sendiri; d. dampak perilaku meliputi
segala usaha untuk mengontrol atau mendominasi murung, menarik diri dari lingkungan, menjadi

300
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

tertutup, dan perilaku berbohong; e. perilaku melakukan kesalahan. HD merasa rendah diri akibat
beresiko meliputi minum-minuman keras, perlakuan mantan kekasih. Subjek berpikir apabila
menggunakan napza, perilaku seks beresiko, dirinya berpisah, tidak ada pria lain yang mau
kehamilan tidak diinginkan, aborsi, dan upaya bunuh menjalin hubungan dengannya, namun adanya
diri; f. perilaku di sekolah/kampus meliputi prestasi dorongan dari orang-orang terdekat meyakinkan
menurun, menghindari orang lain, banyak murung, subjek bahwa mantan kekasih bukan pria yang
dan mudah marah/sensitif. terbaik untuk dirinya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, Pada subjek HD terdapat perubahan persepsi
dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam diri, terlihat dari subjek yang merasa dulu hidupnya
berpacaran merupakan segala bentuk tindakan lebih tegang dan cepat marah sekarang menjadi
kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap pribadi yang lebih gampang berinteraksi dengan
pasangannya. orang lain. Subjek mendapat dukungan, dorongan
dan masukan dari teman-temannya dan meyakinkan
METODE PENELITIAN diri untuk berpisah. Seperti yang dikemukakan
dalam penelitian Hendriani (2018) bahwa kesadaran
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
akan perhatian, dorongan, semangat dan berbagai
metode kualitatif deskriptif berjanis studi kasus dan
bantuan dari orang lain membuat individu lebih
menggunakan metode wawancara dan observasi
objektif dalam menilai situasi, serta memberikan
sebagai alat pengumpulan utama terhadap subjek.
energi tersendiri untuk mau berusaha melawan
Wawancara dan observasi dilakukan sebanyak 3 kali
perasaan sedih, kecewa, maupun rendah diri yang
pada waktu yang berbeda. Secara khusus, subjek
sebelumnya dimiliki. HD merasa bahwa ternyata
yang terlibat penelitian ini memiliki karakteristik
banyak yang peduli terhadapnya dan membuat
antara lain, wanita dewasa awal yang pernah
subjek yakin untuk bangkit dari rasa rendah diri akan
berpacaran pada rentang usia 20-35 tahun, pernah
tidak ada pria yang mau menjalin hubungan dengan
mengalami kekerasan dalam berpacaran, dan subjek
dirinya setelah berpisah. Faktor kekuatan dalam diri
telah mengalami post traumatic growth yang diukur
tersebut merubah persepsi HD, sebagaimana yang
menggunakan instrumen post traumatic growth
dikemukakan oleh Tedeschi dan Calhoun (2006)
inventory (PTGI) oleh Tedeschi dan Calhoun yang
bahwa kekuatan dalam diri merupakan perubahan
telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh
berupa peningkatan kekuatan personal atau
Nurfadhilah, Widyasturi, dan Ridfah (2017).
mengenal kekuatan dalam diri yang dimana
memengaruhi subjek untuk mencapai post traumatic
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
growth.
Kemampuan individu untuk bangkit pasca Hubungan interpersonal subjek yang awalnya
kejadian traumatis mampu terwujud dengan berbagai hanya menjadikan mantan kekasih sebagai prioritas
macam aspek seperti perubahan pada persepsi diri, kini meningkat setelah mendapatkan bantuan dari
hubungan interpersonal, dan filosofi hidup dan juga teman-temannya untuk berpisah dengan mantan
faktor-faktor seperti penghargaan terhadap hidup, kekasih. HD lebih mudah bergaul dengan orang lain,
hubungan dengan orang lain, kekuatan dalam diri, interaksi dengan saudara dan orangtua terutama ibu
kemungkinan baru, dan perkembangan spiritual menjadi lebih sering. HD kini telah menjalin
(Tedeschi & Calhoun, 2006) yang melatarbelakangi hubungan dengan pasangan barunya. Perubahan
masing-masing subjek. Penelitian ini dilakukan hubungan interpersonal tersebut mengubah
kepada empat orang subjek yaitu HD, AS, ZN, DT. pandangan subjek, untuk itu HD menjadikan kerja,
Subjek HD mengalami kekerasan dalam keluarga, dan pasangan barunya sebagai prioritas
berpacaran non fisik berupa kekerasan emosional saat ini. Hal tersebut sangat berpengaruh karena
yang dimana subjek selalu dibatasi segala aktivitas untuk mencapai post traumatic growth seorang
dan pertemananya dikarenakan mantan kekasih individu, perubahan yang paling mendasar adalah
memiliki sifat cemburu berlebihan dan posesif. Hal perubahan mengenai prioritas hidup (Tedeschi &
tersebut menjadikan HD sebagai pelampiasan Calhoun, 2006).
mantan kekasih yang meluapkan amarahnya dengan Setelah berpisah subjek memiliki folosofi
cara melempar barang dan membanting pintu. hidup baru, subjek memandang bahwa hidup ini
Mantan kekasih HD pun tidak segan menghina dan tidak ada yang perlu ditakuti, tetapi harus disyukuri.
merendahkan subjek di tempat umum apabila Subjek HD merasa dahulu hidupnya terlalu sempit

301
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

akibat larangan, ucapan, dan perbuatan mantan AS tidak bisa diam dan berlarut-larut dalam
kekasih yang membuatnya menjadi rendah diri. kesedihan setelah mengetahui bahwa ibunya turut
Subjek HD pun mengungkapkan bahwa ketakutan merasakan apa yang dia rasakan. Atas saran dari
tidak memiliki pasangan adalah hal yang wajar seorang teman, AS mengunjungi psikolog untuk
karena mungkin sudah berhubungan cukup lama, membantu permasalahan yang dialami. Setelah AS
namun setelah berpisah perasaan lega itu pasti. memutuskan untuk pergi ke psikolog subjek merasa
Subjek berharap, atas tindakan kekerasan dalam akhirnya bisa lebih lega menceritakan semua hal
berpacaran yang dialaminya agar teman-temannya yang diresahkan dan memiliki wadah untuk
dijauhkan dari orang-orang yang menyiksa lahir dan mengakui kesalahan yang subjek perbuat.
batin. Karena sekarang sudah mendapatkan Berdasarkan hasil konseling yang dilakukan AS
pengganti yang bisa membuat subjek HD bahagia, bersama psikolog, subjek menjadi lebih bisa untuk
menjadikan kesakitan-kesakitan psikis dimasa lalu mencintai diri tanpa harus terus menerus
menjadi sesuatu yang lucu untuk diingat. menyalahkan diri sendiri atas perpisahan yang
Subjek HD masih berproses untuk subjek alami. Sebagaimana dengan pernyataan yang
mewujudkan harapan-harapan, dan menikmati dikemukakan oleh Tedeschi dan Calhoun (2004)
hidupnya saat ini. Walaupun tindak kekerasan yang bahwa dukungan sosial orang lain disekitar individu
dilakukan mantan kekasih memberikan banyak yang mengalami trauma seperti keluarga, teman, dan
dampak negatif, namun ada dampak positif yang HD kelompok sosial memiliki pengaruh yang signifikan
rasakan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh terhadap posttraumatic growth seseorang. Salah satu
Hendriani (2013) bahwa individu berusaha cara AS untuk lebih mencintai dirinya dengan mulai
mengalihkan perhatian pada sesuatu dalam hidup memperhatikan penampilan yang sebelumnya jarang
yang patut disyukuri, agar tidak terus-menerus subjek lakukan. AS kini menggunakan riasan wajah
terpaku pada kesedihan, kekecewaan atau untuk menunjang performanya, memperhatikan hal-
ketidaknyamanan yang dirasakan karena subjek hal kecil yang sebelumnya dianggap tidak penting
beranggapan hidup itu bukan hanya untuk satu orang untuk menghasilkan perubahan prioritas hidup dan
saja. Subjek merasa Tuhan masih sayang padanya, apresiasi hidup yang lebih besar (Tedeschi &
subjek diberikan pembelajaran dahulu sebelum Calhoun dalam Ramos & Leal, 2013).
dipertemukan dengan orang yang tepat. Meski Faktor kekuatan dalam diri yang subjek AS
perkembangan spiritual yaitu pendekatan subjek dapatkan tersebut semakin diperkuat dengan
dengan Tuhan setelah kejadian tersebut sama saja dukungan dari teman-temannya, karena subjek
seperti dahulu, tidak ada peningkatan seperti kualitas menyukai ketika mereka mengatakan bahwa dirinya
ibadah, namun sekarang HD lebih mendapat adalah pribadi yang kuat. Berkumpul kembali,
pembelajaran dan kekuatan dalam diri dari peristiwa membuka diri dengan menunjukan bahwa dirinya
yang dialaminya. HD meyakini jangan terlambat kini sudah baik-baik saja yang dimana melalui
menyadari sesuatu yang negatif menghampiri, harus keterbukaan tersebut, subjek akan menceritakan
berani mengungkapkan apa yang dirasa dengan cara mengenai posttraumatic growth yang dialaminya
yang baik dan benar agar tidak ada penyesalan di sehingga akan memberikan pelajaran pada orang lain
kemudian hari. (Tedeschi & Calhoun, 2004).
Perpisahan yang terjadi karena subjek merasa Foa, dkk (dalam Uasni, 2019) menyatakan
dikecewakan atas kesetiannya, membuat subjek AS bahwa penderitaan yang dihasilkan dari peristiwa
menyalahkan diri sendiri atas terjadinya hal tersebut. negatif merepresentasikan kesempatan untuk
Akibat perlakuan mantan kekasih, subjek menyendiri membangun yang baru, struktur hidup yang superior.
selama seminggu dikamar, menangis mengasihani Mereka mungkin merasa dirinya lebih kuat, lebih
dirinya, hingga meminum obat tidur. Ibu subjek juga baik, lebih empati dan lain sebagainya, untuk itu AS
merasakan kesedihan yang subjek rasakan setelah mencoba kemungkinan baru dengan keluar dari zona
mengetahui tindak KDP yang subjek AS alami. nyaman dengan mengikuti organisasi kepemudaan,
Peristiwa yang menyakitkan akibat kekerasan dapat dan membuka relasi baru di organisasi tersebut yang
menimbulkan pengalaman yang traumatis karena dimana subjek memulai kembali hubungan dengan
dilakukan oleh orang-orang yang terdekat, yang orang lain.
seharusnya memberikan rasa aman dan kenyamanan Subjek saat ini mengaku lebih bisa menjaga
justru memberikan kekerasan yang menciptakan rasa emosi, berpikir lebih panjang, dan tidak menjadi
takut dan kemarahan (Mardiyati, 2015) pribadi yang temperamental karena hubungan

302
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

dengan keluarga saat ini menjadi lebih dekat Ingatan tentang perlakuan mantan kekasih pun
dibandingkan sebelum berpisah dengan mantan terulang kembali ketika ada pria yang mendekatinya
kekasih. Hal ini menunjukan bahwa dukungan sosial tanpa sengaja mencetuskan kata-kata kasar seperti
berperan penting terhadap pertumbuhan pasca caci dan makian terhadap subjek ZN. Merasa lelah
trauma pada orang-orang yang mengalami peristiwa dengan dirinya yang seperti diperbudak oleh mantan
traumatik atau krisis kehidupan (Anantasari, 2011) kekasih, subjek ZN meyakinkan diri untuk melepas
Menjalani rutinitas baru membuat subjek AS ikatan dengan mantan kekasih. ZN sempat
mulai menghargai kehidupannya saat ini dengan merasakan keraguan, namun masukan dari kakak dan
menjadikan dirinya sebagai prioritas. Subjek tidak sepupunya memantapkan hati subjek dalam
ingin terjadi penyesalan dengan tidak mencoba hal- mengambil sebuah keputusan yaitu sebuah
hal baru karena memikirkan bagaimana tanggapan perpisahan.
dari mantan kekasih. Mengingat perpisahan yang Subjek ZN juga merasakan perubahan setelah
terjadi pada dirinya membuat subjek merasa takut berpisah dari mantan kekasih terutama pada persepsi
terhadap dirinya sendiri yang mengalami terhadap dirinya. Subjek menghargai dirinya untuk
keterpurukan akibat peristiwa traumatik yang bisa lebih berbahagia dengan berpisah dan tidak
dialami. Namun subjek beranggapan bahwa dirinya bergantung dengan mantan kekasih. ZN bisa
memang harus melewati kejadian tersebut untuk melakukan hal-hal yang diinginkan seperti berteman
menjadi pribadi yang seperti ini, hal tersebut juga dengan siapa saja tanpa harus dibatasi oleh mantan
diiringi dengan peningkatan kualitas ibadah AS. Jika kekasih. Hal tersebut juga memperngaruhi
dahulu subjek mengaku shalatnya sering bolong- perubahan dalam hubungan interpersonal sekaligus
bolong, saat ini subjek mencoba untuk shalat 5 perkembangan spiritual ZN, subjek lebih sering
waktu. Shaw mengemukakan bahwa terdapat menghabiskan waktu dan makan siang bersama,
hubungan antara agama atau spiritualitas dengan mengikuti acara dan pengajian keluarga yang dulu
trauma, dimana agama dan spiritualitas dapat jarang subjek hadiri karena mantan kekasih tidak
membantu seseorang menghadapi traumanya dan menyukai hal tersebut. Subjek mulai tertarik dengan
dapat membantu meningkatkan perkembangan PTG. aplikasi dating sight yang dimana subjek gunakan
Aspek intrinsik dari agama dan spiritualitas memiliki untuk mencari teman baru dari luar negeri untuk
hubungan dengan PTG, dimana aspek intrinsik belajar berbahasa asing. Perubahan yang terjadi pada
tersebut menciptakan makna, tujuan, dan individu merupakan perubahan ke arah yang positif.
keseimbangan dalam hidup (dalam Shafira, 2017) Individu tidak hanya bertahan pada kondisi saat ini
Subjek menginginkan ketika berkumpul yang dialami akibat trauma, tetapi juga mengalami
dengan teman-teman, dirinya mendapatkan perubahan yang melampaui keadaan sebelum krisis
ketenangan tidak hanya dari orang-orang disekitar, atau trauma terjadi (Tedeschi & Calhoun, 2004).
namun juga ketenangan dan kedekatan dengan Kejadian KDP yang dialami menjadikan
Tuhan. Proses perenungan mendalam yang subjek lelah dan tidak ingin lagi diperbudak oleh
dilakukan AS akan memunculkan emosi positif mantan kekasih. Masukan dan saran dari kakak dan
sebagai usaha individu untuk mengelola emosi dan sepupu ZN meyakinkan subjek yang sempat ragu
memaknai pengalaman hidupnya (Joseph & Linley, untuk berpisah. Hal tersebut membantu ZN untuk
2009). Perenungan tersebut membawa perubahan mencapai PTG karena menurut Lepore dkk (dalam
emosi positif kepada diri subjek yang dahulu sering Digens, 2003) kesempatan untuk mendiskusikan
berkata kasar ketika mengungkapkan sesuatu, kini pengalaman traumatiknya yang mungkin dapat
lebih mampu untuk mengontrolnya. membantu memahami situasi tersebut dan
Tidak hanya mengalami tindak kekerasan menciptakan PTG.
dalam berpacaran non fisik seperti makian dengan Munculnya kekuatan dalam diri yang subjek
menggunakan nama binatang, subjek ZN mengalami alami merupakan faktor yang mempengaruhi subjek
kekerasan fisik dalam hubungan asmaranya seperti, untuk bangkit dari peristiwa traumatis, setelah
didorong, dihempaskan ke dinding, rahang subjek membangun kembali pemikiran yang terganggu
dipegang kearah atas untuk meluapkan emosi dengan informasi yang dipelajari ketika berjuang
mantan kekasih. Aktivitas dan pertemanan subjek atas trauma, persepsi perjuangan individu dan
ZN juga dibatasi tanpa alasan yang masuk akal kemungkinan baru, yang mungkin merupakan jalan
akibat rasa cemburu mantan kekasih yang menuju munculnya posttraumatic growth dan
berlebihan.

303
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

persepsi manfaat positif dapat terungkap (Ramos & Banyak perubahan yang subjek rasakan
Leal, 2013). termasuk perubahan dalam persepsi, jika dahulu
Subjek meyakini bahwa dirinya harus lebih subjek selalu mengambil keputusan dengan perasaan
selektif dalam memilih pasangan agar tidak terjadi dan selalu bertanya kepada orangtua karena tidak tau
kesalahan yang sama. Adanya kekasih baru harus melakukan apa. Kini DT lebih mampu
menyadarkan bahwa ternyata ada yang lebih mengambil keputusan sendiri dan lebih selektif
menghargai, sayang dan perduli terhadap dirinya. dalam memilih pasangan. Hubungan DT dengan
Selama proses berjuang dengan kesulitan, individu ayahnya menjadi lebih dekat, karena sejak kejadian
menemukan pilihan baru dalam hidupnya pada KDP yang menimpa subjek, ayahnya lebih sering
beberapa bagian (Tedeschi & Calhoun, 2004), subjek berkunjung ke Samarinda. DT lebih menikmati
yang dulunya ingin segera menikah setelah kuliah hidupnya saat ini, berbelanja, pergi ke salon dan
saat ini memilih ingin bekerja terlebih dahulu. ZN pergi membeli makanan kesukaan adalah hal yang
menyadari menjadikan mantan kekasih sebagai dilakukan subjek untuk menyenangkan dirinya. Saat
prioritas dan membudakkan dirinya adalah hal yang ini subjek sudah menjalani peran baru sebagai
salah, subjek menjadikan orangtuanya sebagai seorang isteri dari pria pilihannya.
prioritasnya saat ini. Hal ini senada dengan pendapat Subjek menjadikan suami dan keluarga sebagai
Tedeschi dan Calhoun (2006) bahwa penghargaan prioritasnya saat ini. Seperti yang dikemukakan oleh
terhadap hidup adalah perubahan mengenai prioritas Tedeschi dan Calhoun (2006) bahwa mereka yang
hidup seseorang yang juga dapat meningkatkan mengalami pengalaman traumatik akan menjadi
penghargaan kepada hal-hal yang dimilikinya, lebih menikmati hidupnya dan menjalankan hidup
misalnya menghargai kehidupannya. Cara subjek lebih semangat dengan menemukan adanya peran
memaknai hidup dengan menghargai setiap apa yang baru dan orang-orang baru. Kegagalan yang DT
diberikan Tuhan terhadap dirinya sekecil apapun alami merubah pandangannya terhadap kehidupan
seperti kesehatan dan dikelilingi oleh orang-orang dari sisi spiritual, subjek yakin bahwa tidak akan
yang baik. dirinya mendapatkan sesuatu yang baik apabila tidak
Dua kali diselingkuhi dan mendapat kekerasan melalui hal yang sakit sebelumnya. Tedeshi dan
fisik seperti dorongan, cekikan, dan dilempari barang Calhoun (2006) juga menyatakan bahwa peningkatan
hingga terluka parah meninggalkan kenangan buruk kepercayaan terhadap agama dapat muncul ketika
bagi subjek DT bersama mantan kekasih. Kejadian individu mencoba memahami peristiwa traumatik,
tersebut menjadikan subjek DT hanya berdiam diri sehingga menunjukkan adanya penguat keyakinan
dikamar, menangis sepuasnya, dan tidak ingin dalam agama yang dapat meningkatkan rasa kontrol
didatangi orang lain. Setelah enam bulan berlalu DT diri, kedekatan terhadap agama dan menemukan
merasa lelah dan hampa dengan kesendiriannya. makna hidup sesuai dengan agama yang diyakininya,
Subjek berkeyakinan bahwa tidak bisa terus-menerus oleh karena itu subjek sangat bersyukur dengan
dirinya seperti ini. Seperti yang dikemukakan oleh kehidupannya saat ini. Subjek mengungkapkan hal
Tedeschi dan Calhoun (2006) ketangguhan tersebut dengan cara memberi makan anak yatim.
seseorang dalam menghadapi kejadian traumatik
dapat membentuk post-traumatic growth dan bersifat KESIMPULAN DAN SARAN
“memperbaiki” cerita kehidupannya. Kesimpulan
Faktor kekuatan dalam diri DT tersebut Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
membawa perubahan dalam hubungan interpersonal maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
subjek. DT membuka lembaran baru dengan berikut:
membuka relasi dan mengikuti komunitas otomotif 1. Perubahan dalam persepsi diri dan hubungan
sampai akhirnya subjek membuka hati untuk pria interpersonal menjadi aspek yang paling
lain. Dukungan sosial yang subjek alami menonjol pada subjek HD. Atas dorongan dari
memengaruhi proses penyelesaian dan penyesuaian orang-orang terdekat, subjek akhirnya mampu
yang sukses dalam pengalaman traumatis menjadi berpikir objektif untuk melawan rasa rendah diri
penentu posttraumatic growth, DT dapat yang dialami lalu memutuskan untuk berpisah.
menciptakan peluang untuk hubungan terdekat, Subjek yang tegang dan cepat emosi kini menjadi
perilaku yang penuh kasih sayang, kontak dan pribadi yang mudah bergaul dan menyapa orang
pertemanan baru, yang mengubah dukungan sosial lain. Subjek sangat mensyukuri dan mendapatkan
menjadi hasil (Ramos & Leal, 2013). ketenangan hidup pasca perpisahan. Faktor-faktor
304
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

yang mempengaruhi PTG subjek HD adalah Saran


hubungan dengan orang lain, dan kekuatan dalam Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
diri. maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai
2. AS meyakini bahwa harus mencintai dirinya berikut:
terlebih dahulu, membuka relasi untuk 1. Bagi subjek (penyintas kekerasan dalam
menyadarkan betapa berharga dirinya. Ketiga berpacaran) yang telah berhasil mencapai post
aspek, perubahan dalam persepsi diri, perubahan traumatic growth (kategori tinggi pada skala
dalam hubungan interpersonal, dan perubahan Hopkins Symptom Checklist-25) untuk semakin
dalam filosofi hidup sangat mempengaruhi PTG memperkuat maupun mengembangkan diri
AS. Subjek mengikuti organisasi dan terutama pada perubahan dalam persepsi diri agar
mendapatkan relasi yang lebih luas, hubungan lebih mencintai, percaya terhadap diri sendiri, dan
dan interaksi dengan keluarga dan teman-teman mampu mengembangkan hal baru yang dapat
terdekat menjadi lebih intens, dan setelah kualitas dilakukan dengan cara mengikuti kursus
ibadah subjek meningkat, subjek lebih mampu keterampilan dan mengikuti forum diskusi
mengontrol emosi. Faktor yang mempengaruhi terbuka.
PTG subjek AS adalah faktor kekuatan dalam 2. Bagi para korban kekerasan dalam berpacaran
diri. yang sedang dan memiliki pengalaman traumatis
3. Sempat memutuskan tetap mempertahankan dalam hubungan dengan lawan jenis, post
hubungan, namun terjadi perubahan dalam traumatic growth dapat tercapai dengan cara
persepsi diri subjek ZN yang pada akhirnya yakin pengenalan diri, menghargai diri, menambah
untuk berpisah karena tidak ingin lagi pergaulan dengan mengikuti komunitas atau
membudakkan dirinya kembali. Subjek merasa organisasi dan mencari aktivitas baru sehingga
dirinya sangat berharga dan mampu menjalankan muncul perubahan positif didalam kehidupan.
hidup tanpa mantan kekasih. Adanya kekasih Peran tenaga professional akan sangat membantu
baru menyadarkan subjek bahwa ada yang lebih para korban untuk menemukan kepercayaan dan
menghargai dan perduli terhadap dirinya. Subjek sikap terbuka terhadap diri sendiri sembari
menjadi pribadi lebih terbuka dan menjadikan diiringi mengikuti kegiatan keagamaan seperti
kedua orangtuanya sebagai prioritas subjek saat pengajian atau kajian rohani yang dapat
ini. Subjek lebih mensyukuri apa yang Allah membantu korban untuk mendapatkan perubahan
berikan padanya sekecil apapun seperti kesehatan dalam filosofi hidup dengan bertambahnya
dan dikelilingi orang-orang baik. Faktor-faktor apresiasi dari sisi spiritual yang lebih besar setiap
yang mempengaruhi PTG subjek ZN adalah harinya.
penghargaan terhadap hidup, dan kekuatan dalam 3. Bagi pihak lain (keluarga, teman-teman, dan
diri. masyarakat) untuk menunjukan sikap empati
4. Perasaan lelah dan hampa dengan kesendirian dengan memberikan perhatian terhadap subjek
pasca berpisah mengubah persepsi diri subjek maupun korban kekerasan dalam berpacaran yang
dalam pengambilan keputusan. Subjek sedang mengalami pengalaman traumatis agar
berkeyakinan bahwa tidak bisa terus-menerus mampu memiliki penghargaan terhadap hidup,
menyendiri, akhirnya subjek memutuskan untuk kedalaman hubungan dengan orang lain dengan
membuka lembaran baru dengan mengikuti cara berbagi kasih sayang dan memberikan
komunitas otomotif. Hubungan DT dengan dukungan sosial.
mantan kekasih membaik karena sudah lebih 4. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti post
memahami satu sama lain dan saat ini DT sudah traumatic growth pada korban kekerasan dalam
memiliki pasangan baru, bagitupun hubungan berpacaran dengan menggunakan sasaran subjek
dengan keluarga terutama ayah subjek. Peristiwa berbeda jenis kelamin atau kasus. Penelitian dari
KDP yang subjek alami mengubah pandangan sisi pelaku pun dapat dilakukan agar mengetahui
hidup subjek, bahwa tidak akan dirinya mendapat letak perbedaan daripada penelitian sebelumnya.
hal yang baik jika tidak melalui hal yang sakit Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti kasus
terlebih dahulu. Faktor yang mempengaruhi PTG kekerasan dalam berpacaran dengan
subjek DT adalah kekuatan dalam diri. menghubungkan variabel dukungan sosial,
religiusitas, ataupun emotion focused coping
dengan metode kuantitatif.
305
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

DAFTAR PUSTAKA growth in cancer patients. Humaniora, 8(3),


39-52.
Anantasari. (2011). Peran dukungan sosial terhadap
Nurhaniyah, A. (2016). Sikap kekerasan dalam
pertumbuhan pasca trauma: Studi meta-
berpacaran pada mahasiswa. (Tesis). Diakses
analisis. Jurnal Psikologi. 6(1), 365-382.
dari https://ojs.unud.ac.id
Batu, P., & Lumban, M. (2010). Dinamika trauma
Rahmah, A. F., & Widuri, E. L. (2012). Post
psikologis pada dewasa awal paska konflik
traumatic growth pada penderita kanker
GAM-RI di Aceh. (Skripsi).
payudara. Humanitas: Indonesian
Creswell, J. (2013). Research design: Pendekatan
Psychological Journal, 8(2), 115-128.
kualitatif, kuantitatif, dan mixed edisi ketiga.
Ramos, C., & Leal, I. P. (2013). Posttraumatic
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
growth in the aftermath of trauma: A literature
Diggens, J. (2003). Social support and posttraumatic
review about related factors and application
growth following diagnosis with breast cancer.
contexts. Psychology, Community & Health, 2,
(Tesis). Diakses dari http://summit.sfu.ca
43-54.
Fatimah, N. (2016). Penyesuaian diri wanita korban
Santrock. (2011). Life-span development:
kekerasan dalam berpacaran. (Skripsi).
perkembangan masa-hidup (edisi ke-13).
Diakses dari http://core.ac.uk
(Widyasinta Benedictine, Trans.). Jakarta:
Hendriani, W. (2013). Proses resiliensi individu
Erlangga.
terhadap perubahan kondisi fisik menjadi
Shafira, F. (2011). Faktor-faktor yang
penyandang dusabilitas (grounded theory pada
mempengaruhi posttraumatic growth pada
penyandang tunadaksa). (Disertasi). Diakses
recovering addict di unit pelaksana teknis
dari http://repository.unair.ac.id
(UPT) terapi dan rehabilitasi BNN lido.
Hendriani, W. (2018). Resiliensi psikologi sebuah
(Skripsi). Diakses dari
pengantar. Jakarta: Prenadamedia Group.
http://repository.uinjkt.ac.id
Hurlock, E. B. (2011). Psikologi perkembangan:
Tedeschi, R. G., & Calhoun, L. G. (2004).
Suatu pendekatan sepanjang rentang
Posttraumatic growth: Conceptual foundations
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
and empirical evidence. Psychological
Joseph, S., & Linley, P. A. (Eds.). (2008). Trauma,
inquiry, 15(1), 1-18.
recovery, and growth: Positive psychological
Tedeschi, R.G & Calhoun, L.G. (2006). Handbook of
perspectives on posttraumatic stress. John
post traumatic growth research and practice.
Wiley & Sons.
London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Komnas Perempuan. (2015). Catatan tahunan
Trifani, N. R. (2012). Pengaruh gaya kelekatan
tentang kekerasan terhadap perempuan.
romantic dewasa (adult romantic attachment
Jakarta, DKI: Komnas perempuan. Diakses
style) terhadap kecenderungan untuk
dari
melakukan kekerasan dalam pacaran. Jurnal
https://www.komnasperempuan.go.id/reads-
Psikologi Kepribadian dan Sosial, 1 (02). 74-
catatan-tahunan-tentang kekerasan-terhadap-
83.
perempuan-2015
Uasni, Z. F. A. H. (2019). Posttraumatic growth
Mardiyati, I. (2015). Dampak trauma kekerasan
pada korban kekerasan dalam rumah tangga.
dalam rumah tangga terhadap perkembangan
(Skripsi tidak diterbitkan). Universitas
psikis anak. Jurnal Studi Gender dan Anak, I
Mulawarman, Samarinda.
(2), 26-29. Diakses dari http://academia.edu
Wishesa, A. I., & Suprapti, V. (2014). Dinamika
Michigan Government. (2015). Defining dating
emosi remaja perempuan yang Sedang
violence. Lansing, Michigan: Michigan
mengalami kekerasan dalam pacaran. Jurnal
government Diakses dari
Psikologi Pendidikandan Perkembanagan, 3
https://www.michigan.gov
(3), 159-163.
Nurfadhilah, N., Widyastuti, W., & Ridfah, A.
Yayasan Pulih. (2015). Buklet psikoedukasi remaja:
(2017). Effectiveness of a brief mindfulness-
Love without violence. Jakarta: Yayasan Pulih.
based intervention to promote posttraumatic

306

You might also like