Professional Documents
Culture Documents
Gambaran Post Traumatic Growth Pada Wanita Dewasa Awal Yang Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran
Gambaran Post Traumatic Growth Pada Wanita Dewasa Awal Yang Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran
Gambaran Post Traumatic Growth Pada Wanita Dewasa Awal Yang Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran
ABSTRACT. In real life, the dating process did not always as smooth as every individual's expectations, a
violent act in a relationship could make a woman traumatized. Women who has experience of violence can
rise, change more positively and experience post traumatic growth. The purpose of this research is to see how
the depiction of posttraumatic growth in the victims of violence in dating and factors that affected the
posttraumatic growth. Researchers used qualitative research with case study approaches. The subject in this
study was four women of violent victims in dating that have been identified post traumatic growth by using
Post Traumatic Growth Inventory (PTGI) scales by Tedeschi and Calhoun. Methodes of collecting data used
interviews, observations and informant techniques. The data analysis techniqued in this research were data
processing, coding, data presentation, as well as interpreted the data (withdrawal of conclusions). The results
of the study showed a picture of posttraumatic growth on the victims of violence in dating where the four
subjects were early adult women who showed positive changes in life, capable of facing traumatic events,
rebuilding lives is better and directional and can reflect on her new life. Struggle and change are
characterized by the appreciation of life, relationships with others, personal power, spiritual change and new
possibilities that are shot at each of the subjects themselves. The factors that affected the overall factors of
appreciation for life, relationships with others, inner strength, new possibilities, and spiritual development
that help the subject rise to find a better life than before.
Keywords: posttraumatic growth, early mature women, dating violence
ABSTRAK. Dalam kehidupan nyata, proses berpacaran tidak selalu semulus ekspektasi setiap individu,
tindak kekerasan dalam suatu hubungan bisa membuat seorang wanita mengalami trauma. Wanita yang
mengalami kekerasan dapat bangkit, berubah lebih positif, dan mengalami pertumbuhan pasca trauma. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana gambaran perkembangan pasca trauma pada korban
kekerasan dalam pacaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasca trauma. Peneliti
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah empat
perempuan korban kekerasan dalam pacaran yang telah teridentifikasi pertumbuhan pasca trauma dengan
menggunakan timbangan Post Traumatic Growth Inventory (PTGI) oleh Tedeschi dan Calhoun. Metode
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan informan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah pengolahan data, pengkodean, penyajian data, serta interpretasi data (penarikan
kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan gambaran perkembangan pasca trauma pada korban kekerasan
dalam pacaran dimana keempat subjek penelitian adalah wanita dewasa awal yang menunjukkan perubahan
positif dalam hidup, mampu menghadapi peristiwa traumatis, membangun kembali kehidupan yang lebih baik
dan terarah serta dapat merefleksikan dirinya. kehidupan baru. Perjuangan dan perubahan dicirikan oleh
penghargaan terhadap kehidupan, hubungan dengan orang lain, kekuatan pribadi, perubahan spiritual, dan
kemungkinan baru yang ditembakkan pada setiap subjek itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keseluruhan faktor penghargaan terhadap kehidupan, hubungan dengan orang lain, kekuatan batin,
kemungkinan baru, dan perkembangan spiritual yang membantu subjek bangkit untuk menemukan kehidupan
yang lebih baik dari sebelumnya.
Kata Kunci: pertumbuhan pasca trauma, wanita dewasa awal, kekerasan dalam kencan
1
Email: ptriutmi@gmail.com
297
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
kelamaan berubah menjadi sifat posesif yang peneliti yang membahas tentang gambaran post
berlebih. ZN tidak diperbolehkan berkomunikasi traumatic growth pada korban, sehingga peneliti
dengan laki-laki lain selain keluarganya. Aktivitas tertarik untuk melakukan penelitian terkait post
dan pertemanan subjek juga dibatasi tanpa alasan traumatic growth dengan judul “Gambaran Post
yang masuk akal. Rasa cemburu yang berlebih Traumatic Growth pada Wanita Dewasa Awal yang
tersebut membuat ZN sering mendapat perlakuan Mengalami Kekerasan dalam Berpacaran”.
kasar dari sang mantan pacar. Saat berseteru, mantan
kekasih ZN menghina dengan kata-kata kasar dan TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan nama binatang. ZN mengaku pernah Post Traumatic Growth
didorong, dihempaskan ke dinding, dan rahang Tedeschi & Calhoun (dalam Amalia, 2017)
subjek dipegang kearah atas. Hal ini didukung membuka sebuah area penelitian baru yang melihat
dengan penrnyataan ZN bahwa dirinya merasa reaksi positif yang dihasilkan dari suatu kejadian
trauma dan takut apabila ada hal yang memancing traumatik yang kemudian dikenal dengan istilah Post
emosi mantan pacarnya sehingga ia rela melakukan Traumatic Growth. Post-traumatic growth adalah
apapun asal tidak membuat mantan kekasihnya suatu perubahan positif seseorang menuju level yang
marah. Subjek mencapai PTG pada saat menyadari lebih tinggi setelah mengalami peristiwa traumatis.
bahwa dirinya sudah cukup diperbudak selama ini. Faktor-faktor post traumatic growth menurut
Dukungan dari orang-orang terdekat juga semakin Tedeschi & Calhoun (2006) antara lain: a.
penghargaan terhadap hidup yaitu perubahan
menguatkan ZN.
mengenai hal apa yang penting dalam hidup
Mengalami kekerasan fisik seperti yang
seseorang; b. hubungan dengan orang lain yaitu
dialami subjek ZN, DT bertahan selama 2 tahun saling berbagi dan berkasih sayang dengan orang
dengan mantan kekasih yang memiliki sifat lain; c. kekuatan dalam diri yaitu peningkatan
temperamental sebelum akhirnya memutuskan untuk kekuatan personal atau mengenal kekuatan dalam
berpisah. Perselingkuhan menjadi persoalan utama diri yang dimiliki; d. kemungkinan baru yaitu
mantan kekasih memperlakukan DT dengan kasar. identifikasi individu mengenai kemungkinan baru
Berawal dari tidak terima DT memeriksa telepon dalam kehidupan; e. perkembangan spiritual yaitu
genggamnya, mantan kekasih mendorong, mencekik, perkembangan pada aspek spiritual dan hal-hal yang
dan melemparkan barang-barang disekitar ke arah bersifat eksistensial.
subjek hingga terluka parah untuk melampiaskan Aspek-aspek post traumatic growth menurut
amarah. Hal tersebut menjadi pemicu subjek menjadi Tedeschi & Calhoun (dalam Shafira, 2011) antara
trauma, tidak ingin bertemu dengan siapapun dan lain: a. perubahan dalam persepsi diri yaitu memiliki
kekuatan dalam diri yang lebih besar, resiliensi atau
mengurung diri selama 6 bulan. Merasakan
kepercayaan terhadap diri sendiri, terbuka dan
kehampaan didalam kehidupan, muncul kekuatan
mengembangkan hal baru; b. perubahan dalam
dalam diri yang dimana DT berkeyakinan untuk hubungan interpersonal yaitu peningkatan rasa
bangkit dan memulai lembaran baru dikehidupannya. altruis atau memiliki rasa kedekatan yang lebih besar
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan dalam suatu hubungan dengan orang lain; c.
oleh Fatimah (2016) berjudul penyesuaian diri perubahan dalam folosofi hidup yaitu memiliki
wanita korban kekerasan dalam berpacaran apresiasi yang lebih besar setiap harinya dan
menunjukkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh perubahan dalam hal spiritualitas atau religiusitas
pacar korban membawa pengaruh yang cukup besar (kepercayaan beragama).
dalam kelangsungan hidup responden. Responden Berdasarkan paparan di atas dapat
melakukan penyesuaian diri yang buruk karena disimpulkan bahwa post traumatic growth
dalam kondisi tertekan dan frustrasi, responden (pertumbuhan pasca trauma) adalah pengalaman
hanya menerima apa yang menimpa dirinya tanpa perubahan yang positif setelah masa krisis atau
kejadian yang tidak diinginkan dan tidak
berusaha mencari jalan keluar atau menyelesaikan
menyenangkan dalam kehidupan seseorang.
permasalahannya.
Berdasarkan uraian dan fenomena-fenomena
diatas telah banyak dilakukan penelitian tentang
kekerasan dalam berpacaran namun belum ada
299
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
300
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
tertutup, dan perilaku berbohong; e. perilaku melakukan kesalahan. HD merasa rendah diri akibat
beresiko meliputi minum-minuman keras, perlakuan mantan kekasih. Subjek berpikir apabila
menggunakan napza, perilaku seks beresiko, dirinya berpisah, tidak ada pria lain yang mau
kehamilan tidak diinginkan, aborsi, dan upaya bunuh menjalin hubungan dengannya, namun adanya
diri; f. perilaku di sekolah/kampus meliputi prestasi dorongan dari orang-orang terdekat meyakinkan
menurun, menghindari orang lain, banyak murung, subjek bahwa mantan kekasih bukan pria yang
dan mudah marah/sensitif. terbaik untuk dirinya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, Pada subjek HD terdapat perubahan persepsi
dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam diri, terlihat dari subjek yang merasa dulu hidupnya
berpacaran merupakan segala bentuk tindakan lebih tegang dan cepat marah sekarang menjadi
kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap pribadi yang lebih gampang berinteraksi dengan
pasangannya. orang lain. Subjek mendapat dukungan, dorongan
dan masukan dari teman-temannya dan meyakinkan
METODE PENELITIAN diri untuk berpisah. Seperti yang dikemukakan
dalam penelitian Hendriani (2018) bahwa kesadaran
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
akan perhatian, dorongan, semangat dan berbagai
metode kualitatif deskriptif berjanis studi kasus dan
bantuan dari orang lain membuat individu lebih
menggunakan metode wawancara dan observasi
objektif dalam menilai situasi, serta memberikan
sebagai alat pengumpulan utama terhadap subjek.
energi tersendiri untuk mau berusaha melawan
Wawancara dan observasi dilakukan sebanyak 3 kali
perasaan sedih, kecewa, maupun rendah diri yang
pada waktu yang berbeda. Secara khusus, subjek
sebelumnya dimiliki. HD merasa bahwa ternyata
yang terlibat penelitian ini memiliki karakteristik
banyak yang peduli terhadapnya dan membuat
antara lain, wanita dewasa awal yang pernah
subjek yakin untuk bangkit dari rasa rendah diri akan
berpacaran pada rentang usia 20-35 tahun, pernah
tidak ada pria yang mau menjalin hubungan dengan
mengalami kekerasan dalam berpacaran, dan subjek
dirinya setelah berpisah. Faktor kekuatan dalam diri
telah mengalami post traumatic growth yang diukur
tersebut merubah persepsi HD, sebagaimana yang
menggunakan instrumen post traumatic growth
dikemukakan oleh Tedeschi dan Calhoun (2006)
inventory (PTGI) oleh Tedeschi dan Calhoun yang
bahwa kekuatan dalam diri merupakan perubahan
telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh
berupa peningkatan kekuatan personal atau
Nurfadhilah, Widyasturi, dan Ridfah (2017).
mengenal kekuatan dalam diri yang dimana
memengaruhi subjek untuk mencapai post traumatic
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
growth.
Kemampuan individu untuk bangkit pasca Hubungan interpersonal subjek yang awalnya
kejadian traumatis mampu terwujud dengan berbagai hanya menjadikan mantan kekasih sebagai prioritas
macam aspek seperti perubahan pada persepsi diri, kini meningkat setelah mendapatkan bantuan dari
hubungan interpersonal, dan filosofi hidup dan juga teman-temannya untuk berpisah dengan mantan
faktor-faktor seperti penghargaan terhadap hidup, kekasih. HD lebih mudah bergaul dengan orang lain,
hubungan dengan orang lain, kekuatan dalam diri, interaksi dengan saudara dan orangtua terutama ibu
kemungkinan baru, dan perkembangan spiritual menjadi lebih sering. HD kini telah menjalin
(Tedeschi & Calhoun, 2006) yang melatarbelakangi hubungan dengan pasangan barunya. Perubahan
masing-masing subjek. Penelitian ini dilakukan hubungan interpersonal tersebut mengubah
kepada empat orang subjek yaitu HD, AS, ZN, DT. pandangan subjek, untuk itu HD menjadikan kerja,
Subjek HD mengalami kekerasan dalam keluarga, dan pasangan barunya sebagai prioritas
berpacaran non fisik berupa kekerasan emosional saat ini. Hal tersebut sangat berpengaruh karena
yang dimana subjek selalu dibatasi segala aktivitas untuk mencapai post traumatic growth seorang
dan pertemananya dikarenakan mantan kekasih individu, perubahan yang paling mendasar adalah
memiliki sifat cemburu berlebihan dan posesif. Hal perubahan mengenai prioritas hidup (Tedeschi &
tersebut menjadikan HD sebagai pelampiasan Calhoun, 2006).
mantan kekasih yang meluapkan amarahnya dengan Setelah berpisah subjek memiliki folosofi
cara melempar barang dan membanting pintu. hidup baru, subjek memandang bahwa hidup ini
Mantan kekasih HD pun tidak segan menghina dan tidak ada yang perlu ditakuti, tetapi harus disyukuri.
merendahkan subjek di tempat umum apabila Subjek HD merasa dahulu hidupnya terlalu sempit
301
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
akibat larangan, ucapan, dan perbuatan mantan AS tidak bisa diam dan berlarut-larut dalam
kekasih yang membuatnya menjadi rendah diri. kesedihan setelah mengetahui bahwa ibunya turut
Subjek HD pun mengungkapkan bahwa ketakutan merasakan apa yang dia rasakan. Atas saran dari
tidak memiliki pasangan adalah hal yang wajar seorang teman, AS mengunjungi psikolog untuk
karena mungkin sudah berhubungan cukup lama, membantu permasalahan yang dialami. Setelah AS
namun setelah berpisah perasaan lega itu pasti. memutuskan untuk pergi ke psikolog subjek merasa
Subjek berharap, atas tindakan kekerasan dalam akhirnya bisa lebih lega menceritakan semua hal
berpacaran yang dialaminya agar teman-temannya yang diresahkan dan memiliki wadah untuk
dijauhkan dari orang-orang yang menyiksa lahir dan mengakui kesalahan yang subjek perbuat.
batin. Karena sekarang sudah mendapatkan Berdasarkan hasil konseling yang dilakukan AS
pengganti yang bisa membuat subjek HD bahagia, bersama psikolog, subjek menjadi lebih bisa untuk
menjadikan kesakitan-kesakitan psikis dimasa lalu mencintai diri tanpa harus terus menerus
menjadi sesuatu yang lucu untuk diingat. menyalahkan diri sendiri atas perpisahan yang
Subjek HD masih berproses untuk subjek alami. Sebagaimana dengan pernyataan yang
mewujudkan harapan-harapan, dan menikmati dikemukakan oleh Tedeschi dan Calhoun (2004)
hidupnya saat ini. Walaupun tindak kekerasan yang bahwa dukungan sosial orang lain disekitar individu
dilakukan mantan kekasih memberikan banyak yang mengalami trauma seperti keluarga, teman, dan
dampak negatif, namun ada dampak positif yang HD kelompok sosial memiliki pengaruh yang signifikan
rasakan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh terhadap posttraumatic growth seseorang. Salah satu
Hendriani (2013) bahwa individu berusaha cara AS untuk lebih mencintai dirinya dengan mulai
mengalihkan perhatian pada sesuatu dalam hidup memperhatikan penampilan yang sebelumnya jarang
yang patut disyukuri, agar tidak terus-menerus subjek lakukan. AS kini menggunakan riasan wajah
terpaku pada kesedihan, kekecewaan atau untuk menunjang performanya, memperhatikan hal-
ketidaknyamanan yang dirasakan karena subjek hal kecil yang sebelumnya dianggap tidak penting
beranggapan hidup itu bukan hanya untuk satu orang untuk menghasilkan perubahan prioritas hidup dan
saja. Subjek merasa Tuhan masih sayang padanya, apresiasi hidup yang lebih besar (Tedeschi &
subjek diberikan pembelajaran dahulu sebelum Calhoun dalam Ramos & Leal, 2013).
dipertemukan dengan orang yang tepat. Meski Faktor kekuatan dalam diri yang subjek AS
perkembangan spiritual yaitu pendekatan subjek dapatkan tersebut semakin diperkuat dengan
dengan Tuhan setelah kejadian tersebut sama saja dukungan dari teman-temannya, karena subjek
seperti dahulu, tidak ada peningkatan seperti kualitas menyukai ketika mereka mengatakan bahwa dirinya
ibadah, namun sekarang HD lebih mendapat adalah pribadi yang kuat. Berkumpul kembali,
pembelajaran dan kekuatan dalam diri dari peristiwa membuka diri dengan menunjukan bahwa dirinya
yang dialaminya. HD meyakini jangan terlambat kini sudah baik-baik saja yang dimana melalui
menyadari sesuatu yang negatif menghampiri, harus keterbukaan tersebut, subjek akan menceritakan
berani mengungkapkan apa yang dirasa dengan cara mengenai posttraumatic growth yang dialaminya
yang baik dan benar agar tidak ada penyesalan di sehingga akan memberikan pelajaran pada orang lain
kemudian hari. (Tedeschi & Calhoun, 2004).
Perpisahan yang terjadi karena subjek merasa Foa, dkk (dalam Uasni, 2019) menyatakan
dikecewakan atas kesetiannya, membuat subjek AS bahwa penderitaan yang dihasilkan dari peristiwa
menyalahkan diri sendiri atas terjadinya hal tersebut. negatif merepresentasikan kesempatan untuk
Akibat perlakuan mantan kekasih, subjek menyendiri membangun yang baru, struktur hidup yang superior.
selama seminggu dikamar, menangis mengasihani Mereka mungkin merasa dirinya lebih kuat, lebih
dirinya, hingga meminum obat tidur. Ibu subjek juga baik, lebih empati dan lain sebagainya, untuk itu AS
merasakan kesedihan yang subjek rasakan setelah mencoba kemungkinan baru dengan keluar dari zona
mengetahui tindak KDP yang subjek AS alami. nyaman dengan mengikuti organisasi kepemudaan,
Peristiwa yang menyakitkan akibat kekerasan dapat dan membuka relasi baru di organisasi tersebut yang
menimbulkan pengalaman yang traumatis karena dimana subjek memulai kembali hubungan dengan
dilakukan oleh orang-orang yang terdekat, yang orang lain.
seharusnya memberikan rasa aman dan kenyamanan Subjek saat ini mengaku lebih bisa menjaga
justru memberikan kekerasan yang menciptakan rasa emosi, berpikir lebih panjang, dan tidak menjadi
takut dan kemarahan (Mardiyati, 2015) pribadi yang temperamental karena hubungan
302
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
dengan keluarga saat ini menjadi lebih dekat Ingatan tentang perlakuan mantan kekasih pun
dibandingkan sebelum berpisah dengan mantan terulang kembali ketika ada pria yang mendekatinya
kekasih. Hal ini menunjukan bahwa dukungan sosial tanpa sengaja mencetuskan kata-kata kasar seperti
berperan penting terhadap pertumbuhan pasca caci dan makian terhadap subjek ZN. Merasa lelah
trauma pada orang-orang yang mengalami peristiwa dengan dirinya yang seperti diperbudak oleh mantan
traumatik atau krisis kehidupan (Anantasari, 2011) kekasih, subjek ZN meyakinkan diri untuk melepas
Menjalani rutinitas baru membuat subjek AS ikatan dengan mantan kekasih. ZN sempat
mulai menghargai kehidupannya saat ini dengan merasakan keraguan, namun masukan dari kakak dan
menjadikan dirinya sebagai prioritas. Subjek tidak sepupunya memantapkan hati subjek dalam
ingin terjadi penyesalan dengan tidak mencoba hal- mengambil sebuah keputusan yaitu sebuah
hal baru karena memikirkan bagaimana tanggapan perpisahan.
dari mantan kekasih. Mengingat perpisahan yang Subjek ZN juga merasakan perubahan setelah
terjadi pada dirinya membuat subjek merasa takut berpisah dari mantan kekasih terutama pada persepsi
terhadap dirinya sendiri yang mengalami terhadap dirinya. Subjek menghargai dirinya untuk
keterpurukan akibat peristiwa traumatik yang bisa lebih berbahagia dengan berpisah dan tidak
dialami. Namun subjek beranggapan bahwa dirinya bergantung dengan mantan kekasih. ZN bisa
memang harus melewati kejadian tersebut untuk melakukan hal-hal yang diinginkan seperti berteman
menjadi pribadi yang seperti ini, hal tersebut juga dengan siapa saja tanpa harus dibatasi oleh mantan
diiringi dengan peningkatan kualitas ibadah AS. Jika kekasih. Hal tersebut juga memperngaruhi
dahulu subjek mengaku shalatnya sering bolong- perubahan dalam hubungan interpersonal sekaligus
bolong, saat ini subjek mencoba untuk shalat 5 perkembangan spiritual ZN, subjek lebih sering
waktu. Shaw mengemukakan bahwa terdapat menghabiskan waktu dan makan siang bersama,
hubungan antara agama atau spiritualitas dengan mengikuti acara dan pengajian keluarga yang dulu
trauma, dimana agama dan spiritualitas dapat jarang subjek hadiri karena mantan kekasih tidak
membantu seseorang menghadapi traumanya dan menyukai hal tersebut. Subjek mulai tertarik dengan
dapat membantu meningkatkan perkembangan PTG. aplikasi dating sight yang dimana subjek gunakan
Aspek intrinsik dari agama dan spiritualitas memiliki untuk mencari teman baru dari luar negeri untuk
hubungan dengan PTG, dimana aspek intrinsik belajar berbahasa asing. Perubahan yang terjadi pada
tersebut menciptakan makna, tujuan, dan individu merupakan perubahan ke arah yang positif.
keseimbangan dalam hidup (dalam Shafira, 2017) Individu tidak hanya bertahan pada kondisi saat ini
Subjek menginginkan ketika berkumpul yang dialami akibat trauma, tetapi juga mengalami
dengan teman-teman, dirinya mendapatkan perubahan yang melampaui keadaan sebelum krisis
ketenangan tidak hanya dari orang-orang disekitar, atau trauma terjadi (Tedeschi & Calhoun, 2004).
namun juga ketenangan dan kedekatan dengan Kejadian KDP yang dialami menjadikan
Tuhan. Proses perenungan mendalam yang subjek lelah dan tidak ingin lagi diperbudak oleh
dilakukan AS akan memunculkan emosi positif mantan kekasih. Masukan dan saran dari kakak dan
sebagai usaha individu untuk mengelola emosi dan sepupu ZN meyakinkan subjek yang sempat ragu
memaknai pengalaman hidupnya (Joseph & Linley, untuk berpisah. Hal tersebut membantu ZN untuk
2009). Perenungan tersebut membawa perubahan mencapai PTG karena menurut Lepore dkk (dalam
emosi positif kepada diri subjek yang dahulu sering Digens, 2003) kesempatan untuk mendiskusikan
berkata kasar ketika mengungkapkan sesuatu, kini pengalaman traumatiknya yang mungkin dapat
lebih mampu untuk mengontrolnya. membantu memahami situasi tersebut dan
Tidak hanya mengalami tindak kekerasan menciptakan PTG.
dalam berpacaran non fisik seperti makian dengan Munculnya kekuatan dalam diri yang subjek
menggunakan nama binatang, subjek ZN mengalami alami merupakan faktor yang mempengaruhi subjek
kekerasan fisik dalam hubungan asmaranya seperti, untuk bangkit dari peristiwa traumatis, setelah
didorong, dihempaskan ke dinding, rahang subjek membangun kembali pemikiran yang terganggu
dipegang kearah atas untuk meluapkan emosi dengan informasi yang dipelajari ketika berjuang
mantan kekasih. Aktivitas dan pertemanan subjek atas trauma, persepsi perjuangan individu dan
ZN juga dibatasi tanpa alasan yang masuk akal kemungkinan baru, yang mungkin merupakan jalan
akibat rasa cemburu mantan kekasih yang menuju munculnya posttraumatic growth dan
berlebihan.
303
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
persepsi manfaat positif dapat terungkap (Ramos & Banyak perubahan yang subjek rasakan
Leal, 2013). termasuk perubahan dalam persepsi, jika dahulu
Subjek meyakini bahwa dirinya harus lebih subjek selalu mengambil keputusan dengan perasaan
selektif dalam memilih pasangan agar tidak terjadi dan selalu bertanya kepada orangtua karena tidak tau
kesalahan yang sama. Adanya kekasih baru harus melakukan apa. Kini DT lebih mampu
menyadarkan bahwa ternyata ada yang lebih mengambil keputusan sendiri dan lebih selektif
menghargai, sayang dan perduli terhadap dirinya. dalam memilih pasangan. Hubungan DT dengan
Selama proses berjuang dengan kesulitan, individu ayahnya menjadi lebih dekat, karena sejak kejadian
menemukan pilihan baru dalam hidupnya pada KDP yang menimpa subjek, ayahnya lebih sering
beberapa bagian (Tedeschi & Calhoun, 2004), subjek berkunjung ke Samarinda. DT lebih menikmati
yang dulunya ingin segera menikah setelah kuliah hidupnya saat ini, berbelanja, pergi ke salon dan
saat ini memilih ingin bekerja terlebih dahulu. ZN pergi membeli makanan kesukaan adalah hal yang
menyadari menjadikan mantan kekasih sebagai dilakukan subjek untuk menyenangkan dirinya. Saat
prioritas dan membudakkan dirinya adalah hal yang ini subjek sudah menjalani peran baru sebagai
salah, subjek menjadikan orangtuanya sebagai seorang isteri dari pria pilihannya.
prioritasnya saat ini. Hal ini senada dengan pendapat Subjek menjadikan suami dan keluarga sebagai
Tedeschi dan Calhoun (2006) bahwa penghargaan prioritasnya saat ini. Seperti yang dikemukakan oleh
terhadap hidup adalah perubahan mengenai prioritas Tedeschi dan Calhoun (2006) bahwa mereka yang
hidup seseorang yang juga dapat meningkatkan mengalami pengalaman traumatik akan menjadi
penghargaan kepada hal-hal yang dimilikinya, lebih menikmati hidupnya dan menjalankan hidup
misalnya menghargai kehidupannya. Cara subjek lebih semangat dengan menemukan adanya peran
memaknai hidup dengan menghargai setiap apa yang baru dan orang-orang baru. Kegagalan yang DT
diberikan Tuhan terhadap dirinya sekecil apapun alami merubah pandangannya terhadap kehidupan
seperti kesehatan dan dikelilingi oleh orang-orang dari sisi spiritual, subjek yakin bahwa tidak akan
yang baik. dirinya mendapatkan sesuatu yang baik apabila tidak
Dua kali diselingkuhi dan mendapat kekerasan melalui hal yang sakit sebelumnya. Tedeshi dan
fisik seperti dorongan, cekikan, dan dilempari barang Calhoun (2006) juga menyatakan bahwa peningkatan
hingga terluka parah meninggalkan kenangan buruk kepercayaan terhadap agama dapat muncul ketika
bagi subjek DT bersama mantan kekasih. Kejadian individu mencoba memahami peristiwa traumatik,
tersebut menjadikan subjek DT hanya berdiam diri sehingga menunjukkan adanya penguat keyakinan
dikamar, menangis sepuasnya, dan tidak ingin dalam agama yang dapat meningkatkan rasa kontrol
didatangi orang lain. Setelah enam bulan berlalu DT diri, kedekatan terhadap agama dan menemukan
merasa lelah dan hampa dengan kesendiriannya. makna hidup sesuai dengan agama yang diyakininya,
Subjek berkeyakinan bahwa tidak bisa terus-menerus oleh karena itu subjek sangat bersyukur dengan
dirinya seperti ini. Seperti yang dikemukakan oleh kehidupannya saat ini. Subjek mengungkapkan hal
Tedeschi dan Calhoun (2006) ketangguhan tersebut dengan cara memberi makan anak yatim.
seseorang dalam menghadapi kejadian traumatik
dapat membentuk post-traumatic growth dan bersifat KESIMPULAN DAN SARAN
“memperbaiki” cerita kehidupannya. Kesimpulan
Faktor kekuatan dalam diri DT tersebut Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
membawa perubahan dalam hubungan interpersonal maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
subjek. DT membuka lembaran baru dengan berikut:
membuka relasi dan mengikuti komunitas otomotif 1. Perubahan dalam persepsi diri dan hubungan
sampai akhirnya subjek membuka hati untuk pria interpersonal menjadi aspek yang paling
lain. Dukungan sosial yang subjek alami menonjol pada subjek HD. Atas dorongan dari
memengaruhi proses penyelesaian dan penyesuaian orang-orang terdekat, subjek akhirnya mampu
yang sukses dalam pengalaman traumatis menjadi berpikir objektif untuk melawan rasa rendah diri
penentu posttraumatic growth, DT dapat yang dialami lalu memutuskan untuk berpisah.
menciptakan peluang untuk hubungan terdekat, Subjek yang tegang dan cepat emosi kini menjadi
perilaku yang penuh kasih sayang, kontak dan pribadi yang mudah bergaul dan menyapa orang
pertemanan baru, yang mengubah dukungan sosial lain. Subjek sangat mensyukuri dan mendapatkan
menjadi hasil (Ramos & Leal, 2013). ketenangan hidup pasca perpisahan. Faktor-faktor
304
Psikoborneo, Vol 8, No 2, 2020:297-306 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
306