Professional Documents
Culture Documents
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca Cajuputi Subsp. Cajuputi) Unggul (F1) Di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca Cajuputi Subsp. Cajuputi) Unggul (F1) Di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
net/publication/342820864
CITATIONS READS
0 1,159
4 authors, including:
Syaiful Islam
Universitas Padjadjaran
2 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Funding by Environment and Forestry Research and Development Agency Of Palembang View project
All content following this page was uploaded by Imam Muslimin on 09 July 2020.
Bunga Rampai
Kehutanan
ISBN : 978-602-440-992-0
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu
Indonesia untuk Mendukung
Sustainable Development Goals
Reviewer:
Nina Mindawati
Totok Kartono Waluyo
Editor:
M. Hesti Lestari Tata
C.01/12.2019
Judul Buku:
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk Mendukung
Sustainable Development Goals
Tim Penyusun:
Hesti Lestari Tata, Merryana Kiding Allo, Aswandi, Cut Rizlani Kholibrina,
Imam Muslimin, Agus Kurniawan, Kusdi, Syaiful Islam, Antun Puspanti,
Septina Asih Widuri, Noorcahyati, Yusub Wibisono, Mardi T. Rengku,
Retno Agustarini, Yetti Heryati, Michael Daru Enggar Wiratmoko, Avry Pribadi,
Andika Silva Y., Syasri Janetta, Ramiduk Nainggolan, Lolia Shanti, Rozy Hardinasty,
Nurhaeda Muin, Nur Hayati, Wahyudi Isnan, Zainuddin, Lincah Andadari,
Asmanah Widarti, Andrian Fernandes, Rizki Maharani, Gusmailina, Gustan Pari,
Sri Komarayati, Nur Adi Saputra
Reviewer:
Nina Mindawati
Totok Kartono Waluyo
Editor:
Dr. Hesti Lestari Tata, SSi. MSi.
Desain Sampul & Penata Isi:
Makhbub Khoirul Fahmi
Jumlah Halaman:
246 + 22 halaman romawi
Edisi/Cetakan:
Cetakan 1, Desember 2019
ISBN: 978-602-440-993-7
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
limpahan karunia-Nya sehingga buku bunga rampai “Pengembangan Hasil
Hutan Bukan Kayu untuk Mendukung Sustainable Development Goals” ini
dapat diselesaikan.
Buku ini merupakan persembahan dan hasil karya para Peneliti Badan Litbang
dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang terlibat
dalam kegiatan Rencana Penelitian dan Pengembangan (RPPIg) Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK), selama tiga tahun mulai dari tahun 2017-2019.
Kegiatan RPPI pengembangan HHBK merupakan upaya pencapaian target
Rencana Strategis KLHK dan lebih jauh berkontribusi dalam pencapaian
target tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals,
SDG). Pengelolaan HHBK secara lestari akan mendukung 7 target dari 17
target SDGs yang sudah dicanangkan akan tercapai pada tahun 2030.
Pengembangan HHBK memerlukan koordinasi dan integrasi berbagai
sektor dan para pihak mulai dari hulu di penyediaan bahan baku, hingga ke
bagian hilir, pada proses produksi dan industry. Selain dukungan pendanaan
dan kebijakan yang kondusif.
Buku ini membahas sebagian komponen dalam pengembangan dan
pengelolaan beberapa komoditas HHBK, yaitu meliputi aspek teknologi
budidaya untuk menyediaan bahan baku, aspek lingkungan, manusia dan
manajemennya, serta aspek diversifikasi produk HHBK. Semua aspek yang
dibahas dalam buku ini memiliki relevansinya terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan (atau SDG).
Kami menyadari buku bunga rampai ini masih banyak kekurangannya.
Tetapi kami berharap buku ini dapat menjadi landasan bagi berbagai pihak
yang berminat mengelaborasi praktik-praktik terbaik dalam pengembangan
HHBK di Indonesia. Besar harapan kami agar buku bunga rampai ini
bisa menjadi referensi, lesson learned, dan alat penyadartahuan terkait
pengembangan dan pengelolaan HHBK.
Terima kasih kami ucapkan kepada para penulis yang telah berkontribusi
dalam buku bunga rampai ini, Peer Review, Tim Editor, Tim Sekretariat,
dan pihak Penerbit, yang telah membantu penyusunan buku bunga rampai
ini.
Semoga buku Bunga Rampai ini bermanfaat.
6.1 Pendahuluan
Tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi) merupakan salah
satu jenis tanaman asli Indonesia yang umumnya terdapat di daerah Indonesia
Bagian Timur. Tanaman ini menghasilkan produksi hasil hutan bukan kayu
berupa minyak kayu putih yang didapatkan dari proses penyulingan daun
melalui prinsip destilasi. Minyak kayu putih umumnya digunakan sebagai
bahan baku obat-obatan yang sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat
Indonesia.
Kebutuhan akan minyak kayu putih di dalam negeri diperkirakan sebesar 1.500
ton minyak kayu putih untuk setiap tahunnya. Di lain pihak, kemampuan
produksi minyak kayu putih Indonesia sekitar 450 ton setiap tahunnya,
dimana produksi tersebut berasal dari 24.000 hektar areal tanaman kayu putih
yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan data dan informasi tersebut,
maka diperkirakan setiap tahun terdapat defisit pasokan kebutuhan minyak
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
kayu putih sekitar 1.000 ton (Kartikawati dan Rimbawanto, 2012). Adanya
kekurangan pasokan akan kebutuhan kayu putih di sisi yang lain merupakan
peluang untuk dilakukannya pengembangan pembangunan hutan tanaman
dan pembangunan industri minyak kayu putih di Indonesia.
Langkah kongkrit sebagai salah satu upaya untuk peningkatan produksi
minyak kayu putih adalah dilakukannya kegiatan penelitian pemuliaan pohon
kayu putih untuk mendapatkan benih unggul. Salah satu benih unggul kayu
putih yang telah dihasilkan adalah benih unggul kayu putih F1 hasil dari
B2P2BPTH Yogyakarta. Keunggulan dari benih kayu putih yang dihasilkan
adalah terletak pada potensi produksi daun, nilai rendemen dan kandungan
sineol. Benih unggul kayu putih F1 Yogyakarta mampu menghasilkan 3-5
kg daun, mempunyai rendemen rata-rata 2% dan kandungan sineol sebesar
65% (Kartikawati, 2017). Penggunaan benih unggul mempunyai produksi
yang sangat besar bilamana dibandingkan dengan benih biasa yang umumnya
menghasilkan 1kg daun, rendemen 0,5-1% serta kandungan sineol <60%.
Potensi produksi tanaman kayu putih benih unggul mempunyai peningkatan
produktivitas sebesar 200-400% untuk produksi daun, 100-250% untuk
nilai rendemen dan peningkatan kandungan sineol sebesar 8-21% lebih baik
bila dibandingkan dengan tanaman yang biasa (benih biasa).
Cara lain yang dilakukan dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan minyak
kayu putih adalah melalui perluasan lahan tanaman kayu putih. Tanaman
kayu putih saat ini mulai dikembangkan dan mengarah pada lahan-lahan di
luar sebaran alaminya. Tanaman kayu putih yang dikembangkan di Pulau Jawa
oleh Perum Perhutani mempunyai luasan 24.255,56 hektar dengan kapasitas
produksi sebesar 400 ton/hektar (Perum Perhutani, 2016), pengembangan
di P. Sumbawa, Nusa tenggara Barat pada tahun 2015 sebesar 4.000 ha
(Rimbawanto, 2017b). Pulau Sumatera merupakan salah satu tempat
yang dimungkinkan untuk dikembangkan tanaman kayu putih melalui
pengambangan usaha budidaya di dalam wilayah KPH. luas lahan KPH
yang belum terbebani izin pengusahaan hutan pada tahun 2012, terdapat
100
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
101
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
102
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
103
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
104
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
Masa panen dan produksi yang relatif lebih cepat akan mendorong
pengembalian modal usaha yang lebih cepat juga, sehingga secara
ekonomi juga memberikan keuntungan yang lebih cepat.
7. Aspek teknologi perbanyakan (vegetatif dan generatif ), teknik budidaya
tanaman serta penyediaan benih/ bibit unggul tanaman kayu putih
sudah tersedia. Teknologi yang telah di kuasai mulai dari perbenihan
sampai dengan produksi akan mempercepat proses pengembangan dan
transfer teknologi maju kepada pengelola sebagai upaya peningkatan
produktivitas tanaman dan hasil produksi.
105
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
106
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
Talok. Satuan Peta Tanah (SPT 2) mempunyai tanah Typic Hapludult yang
mempunyai ukuran besar butir berlempung halus, kedalaman efektif sedang
(25- 75cm), keadaan drainase baik, terletak pada fisiografi dataran. Terbentuk
dari bahan sedimen bereaksi masam dan berukuran halus. Bentuk lahan
datar hingga berombak dan umumnya berlereng antara 0 sampai dengan
8%. Arah lereng membujur dari Barat ke timur, dimana pada bagian barat
terdapat rawa pasang surut yang mengalir sepanjang arah utara-selatan.
Berdasarkan analisis kimiawi tanah, kadar N-total tanah lokasi pembangunan
tergolong rendah (0,2%), kadar C-organik sedang (2,4%) dan nisbah C dan
N (12,9) yang tergolong sedang. Berdasarkan kadar C-organik dan nisbah C
dan N tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa laju mineralisasi N tergolong
cepat. Melalui proses mineralisasi N tersebut sebagian N-organik akan
berubah menjadi bentuk tersedia bagi tanaman. Dapat diasumsikan jumlah
N-tersedia bagi tanaman adalah sekitar 1% dari kadar N-total, sehingga
prediksi jumlah rerata N-tersedia tersebut sebesar 32 kg N/ha. Sedangkan,
rerata kebutuhan tanaman akan N adalah lebih dari 100 Kg N/ha.
Ketersediaan P sangat rendah dengan rerata 2,9 ppm P. Tingkat ketersediaan
P yang sangat rendah tampaknya tidak ada hubungannya dengan tingkat
kemasaman dan kejenuhan Al serta kandungan C-organik tanah tersebut.
Tingkat kemasaman dan kejenuhan Al tanah termasuk kategori tinggi. Nilai
pH H2O mempunyai rerata 4,9 yang tergolong bereaksi masam dengan
kejenuhan Al rerata sebesar 52,7%. Kadar K-dd tergolong rendah (0,2),
sedangkan kadar Ca-dd (0,4) dan Mg-dd tergolong sangat rendah (0,1).
Kadar Na-dd tergolong sedang (0,3).
107
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
108
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
ini nantinya diharapkan juga tidak mengalami kendala dalam hal produksi
daun dan kualitas minyak kayu putih yang dihasilkannya. Karena memang
produk utama dari pengusahaan tanaman kayu putih adalah kualitas minyak
kayu putih.
c. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan perawatan terhadap tanaman
agar dapat tumbuh baik dan optimal serta terbebas dari segala hal yang dapat
menganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Kegiatan pemeliharaan
tanaman yang dapat dilakukan adalah:
• Pembebasan gulma
Gulma merupakan tumbuhan lain yang keberadaannya dapat
mengganggu tanaman pokok. Gulma dapat berupa tumbuhan
bawah, perdu ataupun tumbuhan tingkat tinggi (pohon).
Keberadaan gulma dapat mengganggu tanaman pokok melalui
mekanisme persaingan ruang tumbuh dan penyerapan unsur hara
tanah.
109
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
110
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
111
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
112
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
• Pemangkasan batang
Pemangkasan batang menjadi elemen yang sangat penting dalam
pengusahaan tanaman kayu putih. Pemangkasan batang menjadi
bagian dari manajemen produksi. Pemangkasan yang baik akan
menghasilkan produksi daun yang berlimpah dan meningkat
sebagai bahan baku proses penyulingan rotasi berikutnya.
Kegiatan pemangkasan batang pada tahapan awal umumnya dilakukan
pada umur 3 tahun pada ketinggian 1,5m. Pada umur tersebut, di tengarai
kandungan minyak telah maksimal sehingga dapat diperoleh rendemen
minyak yang stabil (Rimbawanto, 2017b). Periode pemangkasan batang
berikutnya dilakukan secara rutin setiap 9-12 bulan sekali sebagai proses
untuk mendukung kontinuitas produksi, dimana waktu panen daun terbaik
adalah pada saat musim kemarau karena daun mempunyai kadar air yang
rendah (Rimbawanto, 2017b).
Pemangkasan batang ini mempunyai beberapa fungsi yaitu: (i) Pemangkasan
batang adalah sebagai upaya untuk peremajaan daun sebagai bahan baku
utama penyulingan, karena memang pengusahaan tanaman kayu putih
adalah untuk memproduksi daun dan bukan memproduksi kayu. (ii)
Batang yang telah di pangkas, maka daun dari batang yang terpangkas bisa
dimanfaatkan untuk bahan baku dalam proses penyulingan. (iii) Batang
utama sisa pemangkasan, pada periode waktu tertentu akan muncul trubusan
baru dalam jumlah yang banyak dan tumbuh normal sebagai batang baru.
Dengan semakin banyak jumlah tunas baru yang muncul dan tumbuh
normal, maka akan terbentuk tajuk yang lebih lebar dan produksi daun
juga akan mengalami peningkatan. (iv) Trubusan (tunas) baru yang tumbuh
mempunyai tinggi yang tidak terlalu tinggi. Hal ini nantinya akan sangat
memudahkan bagi petani untuk melakukan pemanenan daun sebagai bahan
baku utama penyulingan.
113
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
114
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
batang ganda dobel di masing-masing batang ganda yang sudah ada. Batang
ganda di harapkan akan mempunyai produksi daun yang jauh lebih besar
bila dibandingkan dengan produksi daun pada batang biasa.
115
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
Tabel 6.1 Rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan dari berbagai
perlakuan
Rendemen
No Perlakuan Sumber
(%)
1 Ukuran bentuk daun Muslimin et al.,
Kayu putih berdaun besar* 0,73 (2018)
116
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
6.5 Penutup
Pengembangan budidaya jenis tanaman kayu putih mempunyai prospek
yang sangat baik. Pengembangan budidaya dilakukan pada daerah-daerah di
luar pulau Jawa yang memang mempunyai luasan lahan terlantar yang sangat
besar. Ujicoba budidaya penanaman kayu putih di luar sebaran alaminya
117
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
Daftar Pustaka
Bozzano, M., Jalonen, R., Thomas, E., Boshier, D., Gallo, L., Cavers, S.,
Bordács, S., Smith, P. & Loo, J., eds. (2014) Genetic considerations in
ecosystem restoration using native tree species. State of the World’s Forest
Genetic Resources – Thematic Study. Rome: FAO and Bioversity
International
Budiadi, Hiroaki, I., Sigit, S., Yoichi, K. (2005) Variation in Kayu Putih
(Melaleuca leucadendron Linn) oil quality under different farming
system in Java, Indonesia. Eurasian Journal Forest Research. 8(1):15-
20.
Balittaman & Unsri (2002) Desain engineering wanariset Kemampo.
Laporan hasil Kegiatan kerjasama Balittaman dan Unsri. Kementerian
Kehutanan. Tidak dipublikasikan.
Cikya (2017) Identifikasi gulma di bawah tegakan kayu putih di KHDTK
Kemampo. Laporan hasil praktek mahasiswa PGRI. Fakultas Biologi
Universitas PGRI Palembang. Tidak dipublikasikan.
Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Hutan
(2012) Data dan Informasi Pemanfaatan Hutan Tahun 2012.
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kementerian Kehutanan.
118
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
Doran, J.C., Baker, G.R., Murtagh, G.J., Southwell, I.A. (1997) Improving
tea tree yield and quality through breeding and selection. RIRDC
Research paper series No. 97/53. https :// rirdc. infoservices.com.
Diakses tanggal 27 Pebruari 2019.
Haroen, W. K. (2016) Diversifikasi serat pulp untuk produk inovatif. Journal
of Lignocellulose Technology. 1:15-25.
Kantachot, C., Chantaranothai, P., Thammathaworn, A. (2007)
Contribution to the leaf anatomy and taxonomy of thai Myrtaceae.
The Natural History of Chulalongkorn University. 7(1):35-45.
Kartikawati, N. K. (2017) Minyak Kayu Putih: Peningkatan Mutu Genetik
Tanaman Kayu putih. Yogyakarta: Kaliwangi.
Khalil, M. I., Mahaneem, M., Jamalullail, S. M. S., alam, N., Sulaiman, S. A.
(2011) Evaluation of radical scavenging activity and colour intensity
of nine Malaysian Honeys of Different origin. Journal of ApiProduct
and ApiMedical Science. 3(1):4-11. DOI. 10.3896/IBRA.4.03.1.02.
Kim, J. H., Liu, K. H., Yoon, Y., Sornnuwat, Y., Kitirattrakarn, T.,
Anantachoke, C. (2005) Essential leaf oils from Melaleuca cajuputi.
Proc. WOCMAP III. Vol. 6: Traditional Medicine Nutraceuticals.
Acta Hort.
Kodir, A., Hartono, D. M., Mansur, I. (2016) Cajuput in ex-coal mining
land to support sustainable development. International Journal of
Engineering Research & Technology (IJERT). 5(9):357-361. http://
www.ijert.org.
Mohd, S. N., Majid, N. M., Shazili, N. A. M., Abdu, A. (2013) Growth
performance, biomass and phytoextraction efficiency of Acacia mangium
and Melaleuca cajuputi in remediating heavy metal contaminated soil.
American Journal of Environmental Science. 9(4):310-316. DOI. 10.
3844/ajessp.2013.310.316.
119
Bunga Rampai
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia
untuk Mendukung Sustainable Development Goals
120
Bab 6
Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subs. cajuputi)
Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan
121
View publication stats