Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Buletin Penelitian Hasil Hutan

Vol. 15 No. 6 (1998) pp. 385 - 3 9 4

PEMBUATAN MINYAK CENDANA DENGAN CARA


PENYULINGAN UAP LANGSUNG
{Manufacturing of sandalwood oil by using direct steam
distillation method)
0\c\\ By
Erik Dahlian & Hartoyo

Summary
Research on mamtfacturing essential oil from Santalum album Limi wooil by using a direct
steam distillation method was reported in this paper. The aim of the experiment was to find the
suitable condition of raw material treatment and dislilling time to produce the highest oil yield
with acceptable (pialities.
Hood samples in this e.xperiment Mvre obluiiwd from Kupcmg, Nn.sa Tenggara Timur. The
particle size of wood .sample used were respectively pas.sed through a 40 mesh sieve, retained on
40 mesh sieve and mixed both wood particle sizes with a ratio 1:1. Direct destillation of each
treatment of wood particle size was carried out in glass distillation apparatus with capacity of
500 g .sample and distilling time of 25 hours.
The re.sults .showed that wooil particle size and distilling time gave significant effect on oil
yield. The highest oil yield attained was 2.25 percent for 21 hours aiul it was produced from
mixed wood particle size of 50 percent pas.sed through 40 mesh sieve and 50 percent retained on
40 mesh sieve. The value of oil yield aboved was comparable with the oil yield produced from
the sandal wood oil factory in Kupang i.e 2-3 percent. Analysis of oil yield showed results as
follows : total santalol content was 93.32 percent, specific gravity 0.9729, acid number 4.94,
ester number 6.35, and ester number after acelillation 201.9. Its properties met SNI (Indonesia
National Standard). Requirement for .santalol content from this experiment was higher than SNI
specification i.e minimum 90 percent. However, optical rotation (-11°) and solubility in 70
percent in ethanol (I : 6) were not .suitable with SNI, where optical rotation (-15°) - (-20°) and
solubility in 70 percent in ethanol is 1 : 5.
Key words : sandalwood oil, distillation method, wood particle size, yield and quality
Riiigkasaii
Penelitian pemhuatan miiiyak cendana dengan menggunakini de.stilasi uap langsung
dibahas dalam tulisan ini. Tuj'uan penelitian iiii untuk menemukan kondisi optimum perlakuan
bahan baku dan lama penyulingan untuk menghasilkcm rendemen minyak yang tertinggi dan
kualilas yang baik.
Perlakuan teHiadap ukuran partikel kayu yang digunakan ada 3 macam masing-masing
lo'os saringan 40 mesh, terlahan saringan 40 mesh dan campuran partikel kayu dari 50 persen
lolos 40 mesh dan 50 persen tertahan 40 mesh. Proses destila.si untuk .setiap perlakuan
dilakukan selama 25 jam di dalam alat gelas yang herkapasitas 500 gr contoh dalam bentuk
serhuk.
Hasil penelitian menunjiikkan bahwa, perlakuan ukuran partikel dan lama penyulingan
memberikan pengaruh terhadap rendemen minyak. Rendemen minyak tertinggi adalah 2,25
persen diperoleh dari hasil penyulingan .selama 21 jam terhadap campuran 50 persen partikel
kayu benikuran lolos saringan 40 mesh dan 50 persen tertahan saringan 40 mesh. Besamya

385
rendemen tersebut setara dengan rendemen minyak cendana yang diproduksi dari pabrik
minyak cendana di Kupang yaitu berkisar 2-3 persen.
Analisis fisiko-kimia minyak cendana memmjukkan hasil sebagai berikut : kadar total
santalol sebesar 93,32 persen, berat jenis 0,9729, indek bias 1,5006, bilangan asam 4,94,
bilangan ester 6,35, bilangan ester setelah asetilasi 201,9 dan nilai tersebut semuanya
memenuhi syarat SNI.
Kandungan santalol minyak cendana dari hasil percobaan (93,32 persen) menunjukkan
hasil yang lebih tinggi daripada persyaralaii SNI (minimal 90 persen). Kendatipun demikian
sifat lain seperti putaran optik (-11°) dan kelanitan dalam alkohol 70 persen, (1 : 6) masih
belum sesuai dengan spesijikasi SNI yang menyatakan iintuk putaran optik (-15°) - (-20°) dan
kelarutari dalam alkohol 70 persen, 1 : 5.
Kata kuiici : minyak cendana, metode destilasi, ukuran partikel kayu, rendemen & kualitas.

/. PENDAHULUAN

Cendana (Santalum album Linn) adalah jenis andalan polion hutan di Nusa
Tenggara Tiniur (NTT), karena kayunya mengandung minyak yang berbau harum.
Jenis ini tumbuli secara alami di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan sekitamya, dan
sejak abad ke X V kayu cendana telah diperdagangkan (Heyne, K. 1950).
Pemanfaatan kayu untuk pembuatan minyak cendana dapat diiakukan dengan cara
penyulingan batang kayu dan akar pohon cendana. Minyak cendana merupakan
bahan penting untuk pembuatan parfum dan kosmetik (Guenther, E . 1972).
Penggunaan lain dari kayu cendana adalah untuk bahan ukiran, tongkat dan selubung
keris, sementara potongan-potongan kayu cendana banyak digunakan untuk barang
souvenir.
Untuk menghasilkan minyak cendana dengan rendemen dan kualitas yang baik
perlu dipilih pohon tua yang sudah masak tebang dan berteras. Hasil penelitian
memmjukkan bahwa berat teras rata-rata pada pohon cendana yang sudah masak
tebang adalah 135 kg/pohon yang terdiri dari teras batang 75 kg dan teras akar 60 kg
(Maclunud, 1975). Untuk mendapatkan teras yang baik dan produktif untuk bahan
baku minyak cendana dipergunakan daur pohon bermnur 75 tahun walau ada
beberapa indikasi bahwa daur pohon yang berumur 50 tahunpun sudah mencukuoi.
Pada saat ini populasi pohon cendana yang masak tebang sudah sangat berkurang
akibat eksploitasi kayu yang berlebihan, sehingga dengan berkurangnya kayu
cendana dikhawatirkan kedudukan Indonesia yang merupakan salah satu produsen
minyak cendana akan tergeser.
Pasokan bahan baku kayu cendana untuk pabnk mmyak cenaana menunjuxKan
makin berkurang dari tahun ke tahun baik dari segi kuantitas niaupun kualitas.
Menurut inforaiasi dari lapangan pasokan bahan baku untuk pembuatan minyak ,
cendana di Pabrik Kupang yang 2-3 tahun yang lalu masih mencapai 1000 ton per
tahun, pada tahun 1996 menurun menjadi 300 ton per tahun dan hal ini menye-
babkan efisiensi alat penyulingan atau produksi makin menurun.
Upaya jangka panjang untuk mengembalikan dan meningkatkan produktifitas
kayu cendana untuk produksi minyak dan kegunaan lain di NTT, pada saat ini sedang
ditenipuh melalui gerakan penghijauan dan reboisasi hutan atau lebih dikenal dengan
gerakan penanaman sejuta pohon.

386 Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998)


Sanipai saat ini pabrik penyulingan minyak kayu cendana dilakukan dengan cara
penyulingan serbuk kayu cendana dengan menggunakan uap air panas (steam),
secara tidak langsung yaitu bahan serbuk kayu diletakkan dalam bejana alat
penyuling yang terbuat dari baja talian karat yang kemudian dialiri uap air panas
yang dihasilkan dari pembangkit uap air. Kapasitas bejana penyulingan 400 kg bahan
baku, umumnya tiap pabrik menggunakan 3 buah bejana penyulingan. Tekanan uap
yang digimakan untuk menyuling yaitu 2 atni atau lebih, dengan waktu penyulingan
24 jam. Rendemen minyak cendana yang diperoleh berkisar 2-3% dan hasilnya
sebagian besar diekspor. Ampas serbuk kayu hasil penyulingan kemudian
dikeringkan dan juga diekspor.
Mengingat pada saat ini bahan baku minyak cendana semakin langka dan
lokasinya terpencar, niaka perlu diteliti cara penyulingan skala kecil untuk
industri rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan efisiensi
pemanfaatan bahan baku sehingga dapat memberikan peluang kepada masyarakat
untuk berperan serta dalam produksi minyak cendana, sekaligus memberikan
motivasi untuk menanam pohon cendana tersebut untuk pasokan bahan baku pada
masa mendatang.
Penelitian ini bertujuan juga untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel kayu dan
lama penyulingan terhadap hasil minyak dengan metode penyulingan uap cara rebus.
Sasaran penelitian ini adalah menetapkan ukuran partikel kayu cendana dan lama
penyulingan untuk meningkatkan rendemen dan mendapatkan kualitas minyak yang
baik.

//. BAHAN DAN METODE

A. Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa contoh kayu yang
diambil dari kunipulan bahan baku yang akan digunakan untuk produksi minyak
cendana di pabrik penyulingan minyak cendana Kupang. Pengambilan contoh
dilakukan secara acak yang dianggap dapat mcvvakili kualitas contoh secara
keseluruhan. Persiapan contoh uji dilakukan dengan membuat serpih kemudian
digiling menjadi serbuk kajTi. Untuk mengetahui pengaruh besamya partikel kayu
terhadap rendemen minyak cendana yang dihasilkan dilakukan klasifikasi menjadi
tiga bagian yaitu :
. partikel kayu yang tidak lolos saringan 40 mesh
=> partikel kayu lolos saringan 40 mesh
=> partikel kayu campuran yang terdiri dari 50% lolos 40 mesh dan 50% tertahan
40 mesh.

R Metode
Alat penyulingan yang digunakan terdiri dari labu gelas ukuran 5 liter yang
dilengkapi dengan leher kaca penghubung dengan kondensor untuk mengalirkan
campuran uap air dan niinyak cendana. Hasil kondensasi berupa campuran minyak
dan air yang keluar dari kondensor ditanipuiig dalam buret (50 ml) untuk menera

Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998) 387


volume minyak yang dihasilkan secara akurat. Untuk menghindari pendinginan udara
luar terhadap labu dan leher penghubung agar tidak terjadi kondensasi minyak
sebelum melalui kondensor dan mencegah terjadinya hidrolisa minyak maka labu dan
leher penghubung diisolasi dengan asbes yang dilapisi alumunium,
Selanjutnya agar penguapan minyak cendana berlangsung baik, ke dalam labu
ditambahkan butiran-butiran porselin (batu didih), dengan tujuan pengadukan yang
merata. Penyulingan dilakukan dengan nierebus masing-masing ukuran serbuk kayu
cendana sebanyak 500 gr pada suhu lOO^C selama 25 jam. Pengamatan dan
pencatatan hasil penyulingan berupa volume minyak dilakukan pada setiap jam dan
setiap perlakuan dilakukan ulangan 2 kali.
Hubungan antara lama penyulingan dan volume hasil minyak, pada 3 macam
ukuran partikel kayu digambarkan dalam grafik. Hasil minyak dari seluruh macam
perlakuan dicampur menjadi satu keniudian dianalisis sifat fisiko-kimianya untuk
mengetahui kualitasnya.

C. Pengujian dan Evaluasi Hasil


Rendemen minyak cendana hasil penyulingan dihitung berdasarkan contoh pada
kadar air 9% dan menggunakan rumus :
VxBj
R = X 100%,

C
di mana R = Rendemen (%) ; V = Volume minyak (ml) ; Bj = Herat jenis ;
C = Herat contoh (gr)

Pengujian kualitas minyak yang meliputi beberapa sifat fisiko-kimia seperti


wama, berat jenis 25''C, putaran optik, indek bias 25°C, bilangan asam, bilangan
ester setelah asetilasi, total santalol, kelarutan dalam etanol 70% dan Iain-lain
dilakukan berdasarkan metode SNI (Standar Nasional Indonesia Tahun 1987)
kemudian hasilnya dibandingkan dengan persyaratan Standar minyak cendana
tersebut.

D. Analisis Data
Hasil pengamatan data digambarkan dalam grafik hubungan antara ukiu-an
partikel serbuk kayu dan lama penyulingan terhadap volume minyak hasil
penyulingan. Penelaahan data menggunakan analisis persamaan regresi hubungan
antara lama penyulingan dan volume hasil minyak, pada 3 macam ukuran partikel
kayu (lolos saringan 40 mesh, tertahan saringan 40 mesh, dan campuran lolos 40
mesh dan tertahan 40 mesh dengan perbandingan campuran 50% : 50%). Selanjutnya
untuk mengetahui apakah ketiga persamaan regresi tersebut berbeda atau tidak,
dilakukan pengujian menggunakan analisis sidik ragam klasifikasi 2 arah.

///. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan terhadap volume dan rendemen minyak cendana pada setiap
ukiu-an partikel dan lama penyulingan dicantumkan dalam l a b e l 1.

388 Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998)


Tabel 1. Basil penyulingan Minyak Cendana
Table 1. Result of sandalwood oil distillation
Ukuran partikef Lamanya penyulingan, jam Volume minyak rata-rata RandwiMci (YMU)
{Particle sizm), mesh (Distilling time, how) (Average of oil volume), ml %
1 0,40 0,06
Lok>s40 2 0,70 0,13
(Pasaad^O) 3 1,25 0,24
4 1,75 0,33
5 2,10 0,40
6 2.50 0,48
7 3.00 0,57
8 3,55 0,70
8 4,15 0,78
10 4,65 0,88
11 4,85 0,92
12 5,55 0,05
13 5,80 1,12
14 6,30 1,20
15 6,60 t,25
16 6,75 1.28
17 7,15 1,36
18 7,40 1,41
IS 7,70 1,46
20 8,05 1,53
21 8,10 1,54
22 8,55 1,62
23 8,70 1,65
24 8,75 1,66
25 8,75 1.66

1 0,45 0,08
Tertahan 40 2 1,10 0,21
(Retained 40) 3 1,65 0,31
4 2,85 0,50
5 3,05 0,58
6 3,85 0,73
7 4,20 0,80
8 4,80 0,90
9 5,53 1,05
10 8,00 1.14
11 6,55 1,24
12 6,85 1,30
13 7,25 1,37
14 7.65 1,45
15 8,00 1,52
16 8,05 1,53
17 8,35 1,58
18 8,60 1,63
18 8.80 1,67
20 8.86 1,70
21 8.10 1,73
22 8.45 1,80
23 8,55 1,81
24 8,55 1,81
25 9,55 1,81

1 0,45 0,08
Campuran 50 % lolos 40 dan 2 1,25 0,24
50 % tertahan 40 3 2,05 0,38
4 2,75 0,52
5 3,40 0,65
{ Mixed 50% passed 40 and 6 4,05 0,77
50% retained 40) 7 4,55 0,86
8 5,20 0,88
8 5.86 1,11
10 6.40 1,22
11 6.80 1.31
12 7.20 1,37
13 7.70 1,46
14 8,10 1,54
15 8.70 1,05
IS 8.10 1.73
17 8.70 1,84
18 10.50 1,88
18 10.85 2,06
20 11,05 2.21
21 11.85 2,25
22 11.85 2,25
23 11,85 2,25
24 11,85 2,25
25 11,85 2,25

Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998) 389


Hubungan antara lama penyulingan dan volume minyak cendana, di mana
terdapat 3 macam ukurMi partikel kayu, digambarkan dalam grafik (Gambar I ) .
12

0 +- , , , , , , , , , , , , ,
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Lama Penyulingan (Jam)
Dislilling rime(Hour)
Keterangan (Remarks) :
A = Partikel campuran (Mixed) 50% lolos (Passed) 40 Mesh
50% tertahan (ReUined) 40 Mesh
B = Partikel tertahan (Retained) 40 Mesh
C = Partikel lolos (Passed) 40 Mesh

Gambar 1. Hubungan antara volume minyak dan lama penyulingan


Figure 1. Relationship between oil volume and distilling time
Pada tabel 1 dan gambar 1 terlihat bahwa perbedaan ukuran partikel kayu
berpengaruh terhadap volume dan rendemen minyak cendana yang dihasilkan.
Rendemen minyak tertinggi adalah 2,25% yang dihasilkan dari ukuran partikel
campuran yang terdiri dari 50% lolos saringan 40 mesh dan 50% tertahan saringan
40 mesh dengan lama penyulingan 21 jam. Untuk ukuran partikel tertahan saringan
40 mesh rendemen minyak tertinggi 1,81% dengan lama penyulingan 23 jam dan
untuk ukuran partikel yang lolos saringan 40 mesh rendemen minyak tertinggi yang
dapat dicapai hanya 1,66% dengan lama penyulingan 24 jam. Apabila dibandingkan
dengan rendemen minyak cendana hasil penyulingan dari pabrik di Kupang yang
berkisar 2-3%, maka hanya ulwan partikel campuran yang hasilnya memadai.
Tetapi jika dibandingkan dengan rendemen minyak penyulingan metode kukus yaitu
3,85% (Wiyono, B et al) maka rendemen hasil penyulingan cara langsung masih

390 Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998)


lebih kecil, hai ini mungkin disebabkan oleh kualitas bahan baku yang digunakan
dalani penelitian ini lebih rendah atau mungkin juga pengaruh metode penyulingan
yang berbeda.
Pada grafik (Gambar 1) menunjukkan bahwa pada lama penyulingan yang sama
untuk ukuran partikel kayu campuran 50% lolos saringan 40 mesh dan 50% tertahan
saringan 40 mesh (A) selalu menghasilkan volume minyak lebih tinggi dibandingkan
dengan ukuran partikel lainnya. Kemudian untuk ukuran partikel yang tertahan
saringan 40 mesh (6) hasil minyaknya lebih besar dari pada ukuran partikel lolos
saringan 40 mesh (C).
Hubungan antara waktu penyulingan dan volume hasil minyak pada 3 macam
ukuran partikel dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi kuadratik dengan
koefisien korelasi yang sangat nyata (Tabel 2), persamaan regresi kuadratik
mencakup selang waktu 1-21 jam, 1-23 jam, dan 1 - 25 jam berturut-turut untuk
ukiu-an partikel A, B, dan C.

Tabel 2.Persamaan regresi pengaruh lama penyulingan (X) terhadap volume


hasil minyak (Y)
Table 2. Regression coefficient of the effect of distilling time (X) on yield volume
the distilled oil (Y)
Ukuran partikei Persamaan regresi Koefisien korelasi
{Particle size) (Regression equation) (Correlation coefficient), R

A
Campuran 50% lolos saringan 40 mesh, dan 50°/! Y = - O0691 + 0 6659 X - 000513 0.998»»
tertahan saringan 40 mesh (Mixed 50% passed 4(
mesh sieve and 50% retained 40 mesh sieve)
B
Lolos saringan 40 mesh (passed 40 mesh sieve) Y = -0.3197 + a 7 7 6 8 X - 0.0153 X ' 0.996»»
p
Tertahan sanngan 40 mesh (Retained 40 mesh sieve) Y = -045461 +058153 X - O 0 0 8 1 4 X ' 0.998**

Keterangan (Remarks) : = sangat nyata (highly significant), p = 0.01

Ketiga persamaan regresi kuadratik tersebut menjelaskan bahwa, selang waktu


tertentu lebih lama penyulingan menyebabkan lebih banyak hasil volume nuryak
(Gambar 1). Penambahan hasil minyak tersebut cenderung naik pada awal
penyulingan dan kemudian menurun dengan makin lamanya penyulingan dan
akhimya ketika lama penyulingan mencapai 21, 23, dan 24 jam penambahan hasil
minyak mencapai nol, berturut-tmut untuk ukuran partikel kayu A, B, dan C.
Tabel 3. Analisis sidik ragam klasiflkasi 2 arah volume hasil minyak
Table 3. Analysis of variance of 2 way classification on yield volume distilled oil
Sumber keragaman db f=hitung F-table

(source of variance) (df) (F - calc) 0.05 OOl

Ukuran partikel (particle size) 2 81.551*» 3.52 6.85


Lama penyulingan (distilling time) 24 84.101** 1.61 1.95

Galat (error) 75

Rata-rata (Mean) 6.371


K K (CV), % 9.221

Keterangan {Remarks) ; *• = sw^i nyaiA {highly significant\ = 0.01

Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998) 391


Selanjutnya untuk mengetahui bahwa apakah ada perbedaan hasil volume minyak
pada selang waktu 1-25 jam, di antara ketiga macam ukuran partikel tersebut, diada-
kan pengujian menggimakan sidik ragam, rancangan klasifikasi dua arah (Tabel 3).
Hasil analisis sidik ragam klasifikasi dua arah memperkuat bukti bahwa ketiga
persamaan regresi kuadratik tersebut tidak saling berimpit (Tabel 2), dan sekaligus
memperkuat bukti pula bahwa pada selang waktu penyulingan 1-25 jam volume hasil
minyak menggunakan ukuran A (campuran ukuran partikel 50% lolos saringan 40
mesh dan 50% tertahan 40 mesh) adalah terbesar (Gambar I ) diikuti oleh ukiu-an B
(tertahan 40 mesh) dan yang terkecil ukuran C (lolos 40 mesh).
Tingginya rendemen dan cepatnya proses penyulingan dari ukuran campuran
partikel 50% lolos 40 mesh dan 50% tertahan 40 mesh terjadi karena ukuran
partikel tersebut, memungkinkan terbentuknya rongga antar partikel, sehingga
memudalikan terjadinya kontak uap terhadap partikel kayu dan mempercepat laju
alir campuran minyak dan uap air ke kondesor. Pada ukuran partikel yang lebih besar
yaitu tertahan saringan 40 mesh walaupun terbentuknya rongga antara partikel besar
tetapi karena ukuran partikel juga relatif besar akan menyebabkan luas permukaan
partikel yang kontak dengan uap air relatif lebih kecil, sehingga penguapan minyak
atsiri dari kayu kurang senipuma.
Ukuran partikel lolos saringan 40 mesh seharusnya dapat menghasilkan rendemen
tinggi karena ukurannya kecil, tetapi pada kenyataannya rendemen minyaknya paling
kecil, karena pada saat proses penyulingan terjadi penggumpalan yang disebabkan
terlalu kecilnya rongga antar partikel, sehingga luas kontak uap terhadap permukaan
partikel kayu makin kecil. Selain itu, pada penyulingan cara rebus ini tekanan uapnya
hanya 1 atm, sehingga dengan teknik tersebut tidak mampu untuk memecah
gumpalan partikel dengan sempuma. Hal ini dibuktikan bahwa pada pabrik
penyulingan minyak cendana yang menggunakan uap terpisah dengan tekanan yang
lebih tinggi 2-3, atm dapat menghasilkan rendemen yang lebih tinggi meskipun
ukuran partikelnya lebih kecil.
Hasil analisis fisiko kimia minyak cendana hasil penyulingan uap langsung dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis fisiko kimia minyak cendana


Table 4. Physico-chemical analysis of sandalwood oil

S ifat Nilai Standar Nasional Indonesia


INO.
^Properties) (Value) (Indonesia National Standard)

1. VJma (Colour) kiining pucat (paUr yellowish) kuning pucat


2. Bobotjenis (Specificgravity)25'C 0,9729 0,965 - 0,977
3. Indck Bias (Refractive index) 1.5006 1,500-1,510
4. Puuran optik (Optical rotation) 20'C -11° (-15)-(-20)
5. Bilangan asam (Acid number) 4.94 0,5 -8,4
6 Bilangan ester (Ester number) 6,35 3,0-17,0
7. Bilangan ester setelah asetilasi 201,9 mm 196
(Ester number afier acetylation)
8. Total sanUlol (%) 93,32 min. 90,0
9. Kelarutan dalam etanol 1 : 6 jemih (clear) 1 : 5 jemih, seterusnya jemih (clear)
(Solubility in etanol) 70%

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa kadar total santalol 93,32% menunjukkan
angka yang lebih besar dibandingkan dengan persyaratan SNI yaitu minimum 90%.

392 Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998)


Tingginya kadar total santalol tersebut sangat tnengiuitungkan dalam pemakaian-
nya sebagai bahan kosmetik dan parfum. Selain itu, minyak cendana yang berkadar
total santalol tinggi dapat digimakan untuk bahan campuran dengan minyak cendana
yang berkadar santalol relatif rendah, agar memenuhi persyaratan SNI.
Sifat fisiko dan kimia minyak cendana hasil penyulingan seperti : wama, bj
(0,9789), indek bias (1,5006), bilangan asam (4,94), bilangan ester (6,35), bilangan
ester setelah asetilasi (201,9), semuanya memenuhi persyaratan SNI, tetapi untuk
putaran optik minyak cendana (-11°) dan kelarutan alkohol 70% (1:6) belum
sesuai dengan persyaratan SNI.
Berdasarkan hasil penyulingan minyak cendana metode kukus, yang bahannya
diperoleh dari Kupang, temyata minyak cendana yang dihasilkan mempunyai sifat
kelarutan dalam alkohol 70%, 1 : 4,795 dan berarti memenuhi spesifikasi SNI.
(Silitonga, 1988 dalam Lukman, A H . & Wiyono, B. 1992). Hal ini mungkin
disebabkan oleh terjadinya reaksi hidrolisa atau reaksi samping dalam proses
penyulingan uap langsung. Karena minyak cendana termasuk minyak atsiri berat (Bj
dan titik didih relatif tinggi), maka seharusnya pengaruh hidrolisa atau reaksi
samping kecil.
Untuk meningkatkan mutu minyak cendana hasil penyulingan tersebut agar
memenulii persyaratan SNI mungkin dapat ditempuh dengan cara memperpendek
waktu penyulingan (fraksionasi) atau dengan cara mencampur minyak cendana yang
kualitasnya menienulii persyaratan SNI. Hal ini diduga bahwa memperpendek waktu
penyulingan akan menghasilkan minyak cendana yang lebih baik mutunya, walaupun
rendeniemiya iiienurun, sehingga diharapkan sifat putaran optik dan kelarutan dalam
etanol menienulii syarat. Altematif lain dapat ditempuh dengan cara melakukan
penyulingan sederhana metode kukus.

rv. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Perbedaan ukuran partikel kayu dan lama penyulingan mempengaruhi volume


hasil atau rendemen minyak cendana hasil penyulingan.
2. Makin lama penyulingan volume hasil minyak meningkat. Penambahan volume
hasil cenderung meningkat pada avval penyulingan kemudian menurun dan
akliimya sania dengan nol. Untuk ukuran partikel C (lolos saringan 40 mesh),
peningkatan volume mencapai nol pada lama penyulingan 24 jam, sedangkan
untuk ukuran partikel B (tertahan saringan 40 mesh) dan A (campuran 50% lolos
saringan 40 mesh dan 50% tertahan saringan 40 mesh), peningkatan volume
mencapai nol berturut-turut pada lama penyulingan 23 dan 21 jam.
3. Rendemen minyak cendana tertinggi adalah 2,25%, dihasilkan dari ukuran
partikel A dan lama penyulingan 21 jam. Ditinjau dari rendemen Aaa lama
penyulingan, nilai tersebut masih memadai dengan hasil penyulingan minyak
cendana di pabrik yang dilaporkan menghasilkan rendemen minyak 2-3% dan
lama penyulingan 24 jam.
4. Sifat fisik dan kimia minyak cendana hasil penyulingan seperti wama (kuning
pucat), berat jenis (0,9729), indek bias (1,5006), bilangan asam (4,94), bilangan

Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998) 393


wter (6,35) dan bilangan ester setelah asetilasi (201,9) menunjukkan bahwa
sekiruh nilai tersebut memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia,
sedangkan untuk nilai putaran optik (-11°) dan kelanitan alkohol 70% (1:6) masih
belum memenuhi SNI yang menetapkan masing-masing (-15°) - (-20°) untuk
putaran optik dan 1:5 untuk kelanitan alkohol 70%.
5. Untuk meningkatkan mutu minyak cendana hasil penyulingan agar memenuhi
persydratan SNI perlu dilakukan penyulingan fraksionasi atau menggunakan
penyulingan sederhana metode kukus.
6. Perlu dikaji kemungkinan aplikasi cara penyulingan uap cara sederhana skala
industri rumah tangga di daerah pedesaan sekitar hutan NTT ditinjau dari segi
sosial ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1987. Standar Nasional hidonesia (SNI. 06-0009-1987) Dewan Standarisasi


Nasional, DSN, Jakarta.
Guenther, E. 1972. The Essential Oils, vol III. D. van Nostrand Company, Inc. New
York.
Maris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri, Penebar Swadaya, Jakarta
Heyne, K. 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia HI Cetakan ke 1, 1987. Yayasan
Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Machmud, 1975. Majalah Kehutanan Indonesia, Tahun II Agustus 1975 (794 - 795).
Direktorat Jenderal Kehutanan, 1975.
Surata, I.K. 1992. Perkembangan Penelitian Bibit dan Tanaman Cendana di NTT
M a j a l ^ Savana Silva Semiarida No. 7 Puslitbang Hutan Bogor.
Wiyono, B. dan T. Silitonga. 1990. Studi Perbandingan Sifat Minyak Kayu Cendana
Semut {Exocarpus Latifolia, Rbr) dan Cendana wangi {Santalum album L).
Jumal Penelitian Hasil Hutan. 6 (7) : 443 - 446. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Lukman, A.H. dan B. Wiyono. 1992. Analisis Komponen Kiniia Minyak Cendana
Hasil Penyulingan Metode Kukus. Jumal Penelitian Hasil Hutan 10 (1) : 1-6.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

394 Bui. Pen. Has. Hut. Vol. 15 No. 6 (1998)

You might also like