Budidaya Cabai Di Lahan Pasir Pinggir Pantai

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

ENI ISTIYANTI1), USWATUN KHASANAH2), ARIFAH ANJARWATI2)

Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;


1)

Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Purworejo;


2)

Email : eniistiyanti@yahoo.com

Pengembangan Usahatani Cabai


Merah di Lahan Pasir Pantai
Kecamatan Temon Kabupaten
Kulonprogo
Development of Red Chilli Farming in
Coastal Land of Temon, Kulonprogo
DOI:10.18196/agr.112

ABSTRACT
The objective of this research is determine Za chemic fertilizer, SP 36 fertilizer, NPK Mutiara fertilizer, Phonska fertilizer,
the profit of red chili farming coastal Furadan insecticide, Ampligo fungicide, Anthracol fungicide, Confidor
land, the factors that influence of red insecticide, the kind of seeds and used of mulch aggregated influences to red
chili production and efficiency used of chili production. The production factors number of seeds, amount of labors,
production factors on red chili farming manure fertilizer, NPK Mutiara fertilizer, Ampligo fungicide, kind of seeds and
on coastal land in Temon subdistrict used mulch partially influences to red chili production on coastal land. Seed
Kulon Progo Regency. Selection of the applied on red chili farming on coastal land is efficient
location is used purposive method. Keywords : coastal land, income, profit, efficiency
Fourty farmer sampling were taken as
simple random sampling. The analysis PENDAHULUAN
method is used Multiple Regression Lahan merupakan faktor produksi yang utama dalam usahatani. Proses
Analysis with Ordinary Least Square (OLS) alih fungsi lahan menyebabkan pemilikan lahan oleh rumah tangga petani
method. The result showed that the semakin sempit. Dalam kurun waktu 1991 – 2020 diperkirakan sekitar
income of red chili farming in coastal 680.000 hektar lahan pertanian di Jawa akan berubah menjadi lahan non
land is Rp 9.278.430/0,38 ha and the pertanian. Hal yang sama juga akan terjadi di luar Jawa terutama di Bali,
profit is Rp 3.094.504/0,38 ha. The Sumatra dan Sulawesi, sehingga dalam kurun waktu tersebut lahan
production factors concists of the soil of pertanian berkurang seluas 807.000 hektar. Mengingat masalah tersebut,
area, number of seeds, amount of salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah perluasan areal pertanian
labors, manure fertilizer, dunk fertilizer, ke arah lahan marjinal. Salah satu lahan marjinal yang potensial untuk
dijadikan lahan pertanian adalah lahan pantai.
Lahan pantai yang telah dikembangkan menjadi lahan pertanian di
Propinsi DIY tersebar di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo. Lahan pantai
di Kulon Progo sebagian besar adalah milik negara dan Paku Alam
Ground, sedangkan di Bantul merupakan lahan Sultan Ground.
Pemanfaatan lahan pantai di kedua daerah tersebut dapat mengatasi
kehilangan tanah pertanian 1.337,7 hektar per tahun akibat konversi
lahan pertanian menjadi permukiman. (Dinas Pertanian DIY, 2007).
Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah penghasil cabai di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang menunjukkan peningkatan produksi
secara signifikan setiap tahunnya. Peningkatan luas panen cabai berturut-
turut sebagai berikut (Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo,2008) :
7
Vol.I No.1 Januari 2015

tahun 2004 (527 ha), tahun 2005 (741 ha), tahun 2006 menggunakan metode purposive sampling (Nazir, 2002)
(943 ha), tahun 2007 (931 ha), tahun 2008 (1.027 ha). dengan pertimbangan Kecamatan Temon mempunyai
Cabai merupakan tanaman hortikultura yang dapat luas panen dan produktivitas cabai yang tertinggi di
tumbuh di berbagai jenis tanah, salah satunya di lahan Kabupaten Kulonprogo. Petani sampel berjumlah 40
pasir pantai. Lahan dengan ciri utama bertekstur pasir, orang yang diambil secara acak sederhana (simple
kandungan hara yang rendah, mudah tererosi oleh angin random sampling)
yang sangat kencang serta suhu udara yang tinggi Keuntungan usahatani merupakan pengurangan
merupakan kendala utama apabila dikembangkan untuk penerimaan total dengan biaya total (explicit dan im-
budidaya tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. plicit), Suratiyah (2006) Secara sistematis keuntungan
Lahan diominasi oleh fraksi pasir (>95%) sedangkan dapat dirumuskan berikut :
fraksi debu dan lempungnya sangat rendah menyebabkan = TR – TC explicit + implicit
lahan pasir pantai memiliki daya meluluskan air yang Keterangan :
tinggi. Lahan pasir pantai dengan kandungan unsur hara = Profit (keuntungan)
yang rendah memerlukan pembenah tanah agar tercipta TR = Total Revenue (penerimaan)
kondisi tanah yang mendukung untuk pertumbuhan TC explicit = Total Cost explicit (biaya total eksplisit)
tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Kendala TC implicit = Total Cost implicit (biaya total implisit)
lain yang muncul di lahan pasir pantai adalah suhu
tanah yang tinggi di siang dan sore hari. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor lain di lahan pasir adalah adanya angin laut produksi digunakan fungsi produksi Cobb – Douglass.
yang kencang dan membawa kandungan garam laut dapat Selanjutnya dengan model Ordinary Least Square (OLS)
merusak daun tanaman cabai. Guna menanggulangi hal dari analisis regresi akan diperoleh koefisien regresi dari
tersebut diperlukan tanaman keras atau penghalang yang masing-masing faktor produksi (Gujarati, 2006). Untuk
berfungsi sebagai pemecah angin. Tanaman keras yang mengetahui pengaruh faktor produksi secara bersama-
ada di sekitar lahan pertanian yakni pohon jambu mete sama digunakan uji F, sedangkan pengaruh masing-
yang memberikan dampak langsung pada tanaman yang masing faktor produksi digunakan uji t. Penggunaan
ada sebagai pelindung untuk mengurangi suhu udara faktor produksi dikatakan efisien jika perbandingan
yang tinggi. antara nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input
Berbagai macam kendala yang muncul di lahan pasir (Xi) dengan nilai harga input (Pxi) tersebut sama dengan
pantai menuntut petani menggunakan faktor produksi satu (NPM/P=1), Soekartawi (2003)
yang lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas. Petani
berharap dengan menggunakan faktor produksi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
lebih banyak produksi akan tinggi. Di sisi lain produksi
dan harga cabai sangat tergantung pada musim. Pada
PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHATANI
musim penghujan hanya sedikit petani yang menanam CABAI MERAH
cabai karena resikonya besar sehingga harga cabai di Biaya produksi digolongkan menjadi dua macam yakni
pasar cukup tinggi. Musim kemarau banyak petani yang biaya implisit merupakan biaya yang tidak dikeluarkan
menanam cabai akibatnya harga cabai di pasar menjadi oleh petani secara riil dan biaya eksplisit adalah biaya
relatif rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam satu
keuntungan usahatani, faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi.
produksi dan efisiensi usahatani cabai merah di lahan Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa biaya eksplisit
pasir pantai lebih besar dari biaya imlpisitnya. Biaya tenaga kerja ada
dua macam, yakni biaya tenaga kerja eksplisit dan biaya
METODE PENELITIAN tenaga kerja implisit. Biaya tenaga kerjadalam keluarga
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Temon (implisit) tidak jauh berbeda dengan biaya tenaga kerja
Kabupaten Kulonprogo dan merupakan penelitian luar keluarga (eksplisit) karena dalam perawatan
deskriptif (deskriptif research) yang pelaksanaannya (terutama penyiraman) dilakukan setiap hari dan
menggunakan metode survai. Penentuan lokasi penelitian membutuhkan cukup banyak tenaga kerja yang
dicurahkan dilakukan sendiri. Biaya sewa lahan ada dua
8
Jurnal AGRARIS

TABEL 1. BIAYA USAHATANI CABAI MERAH DI LAHAN PASIR PANTAI KECAMATAN TEMON

TABEL 2. PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN PETANI CABAI MERAH DI LAHAN PANTAI KECAMATAN TEMON PER 0,38 HA

macam yakni biaya sewa lahan yang masuk kedalam FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
biaya eksplisit dan biaya sewa lahan yang termasuk biaya PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH
implisit. Biaya sewa lahan ekslipisit merupakan biaya Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
yang dikeluarkan oleh petani yang menyewa lahan untuk produksi usahatani cabai merah di lahan pantai
usahatani cabai merah, baik yang menyewa seluruhnya digunakan analisis regresi berganda dengan model
atau sebagian. Ordinary Least Square. Produksi cabai yang dianalisis
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa produksi adalah produksi pada saat penelitian dilaksanakan yaitu
cabai merah di lahan pantai untuk luas lahan 0,38 ha pada musim tanam 1.
sebesar 2.230,68 kg, yang diperoleh dari 10 sampai 20 Hasil uji ketetapan model berdasarkan nilai koefisien
kali panen. Selama musim panen harga cabai merah determinasi (R2) sebesar 0,961 berarti 96,1% variasi
berfluktuasi sekali berkisar antara Rp 3.000,- sampai Rp variabel dependen (produksi cabai merah) dapat
23.000,-. Pendapatan total yang diperoleh selama satu dijelaskan oleh variabel independent yang dimasukkan
musim tanam (6 bulan) sebesar Rp 9.278.430,-, jadi tiap kedalam model (luas lahan, tenaga kerja, pupuk dasar,
bulan rata-rata petani memperoleh pendapatan lebih dari pupuk kimia, obat-obatan, benih, intensitas penyiraman
Rp 1.500.000,-. dan jenis benih) sedangkan sisanya sebesar 3,9%
9
Vol.I No.1 Januari 2015

TABEL 3. ANALISIS REGRESI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH


DI LAHAN PASIR PANTAI KECAMATAN TEMON TAHUN 2012

dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkkan Berdasarkan uji signifikasi secara parsial, diketahui
dalam model misalnya cara pemupukan, kualitas lahan bahwa terdapat tujuh variabel yang berpengaruh
dan kualitas benih. signifikan terhadap produksi cabai merah yaitu benih,
Untuk menguji pengaruh dari variabel independen tenaga kerja, pupuk kotoran ayam, pupuk NPK Mutiara,
secara simultan terhadap variabel dependen digunakan Fungisida Ampligo, Jenis Benih dan Penggunaan Mulsa.
uji F. Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa Nilai koefisien regresi benih sebesar 0,254 dan
Fhitung > Ftabel pada tingkat kepercayaan 99%. Berarti signifikan pada tingkat kepercayaan 90%, artinya setiap
produksi cabai merah dipengaruhi secara simultan oleh penambahan penggunaan benih 1% dan faktor lain
variabel independent (produksi cabai merah) dipengaruhi tetap akan meningkatkan produksi cabai merah sebesar
oleh luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kotoran ayam, 0,254 %. Hal ini menunjukkan semakin banyak benih
pupuk kotoran sapi, pupuk ZA, pupuk Phonska, pupuk yang digunakan dalam usahatani cabai merah, maka
SP36, pupuk NPK Mutiara, insektisida Furadan, produksi yang dihasilkan semakin besar. Sebelum
Abamectin & Confidor, fungisida Antracol & Ampligo, penanaman, petani melakukan persemaian terlebih dulu.
jenis benih dan penggunaan mulsa diterima. Petani membuat persemaian sendiri menggunakan media
10
Jurnal AGRARIS

tanah yang dicampur dengan kotoran sapi, dengan satu macam pestisida, beberapa pestisida yang digunakan
perbandingan 1:7, media tersebut dimasukkan dalam petani antara lain insektisida Furadan, Abamectin,
plastik polybag. Benih dimasukkan ke dalam media Confidor dan fungisida Antracol.
tanam, setiap plastik polybag berisi satu benih. Koefisien regresi jenis benih yang dipakai sebesar -
Pembenihan membutuhkan waktu kurang lebih selama 0,012 dan signifikan pada á = 0,1 artinya penggunaan
25–30 hari dan bibit siap ditanam. Petani cabai lahan benih jenis Helix produksinya lebih rendah
pantai di Kecamatan Temon menggunakan jarak tanam dibandingkan benih Lado maupun Kiyo. Padahal
40 x 40 cm. Benih yang digunakan petani ada tiga jenis menurut responden, benih cabai jenis Helix daya
yaitu Heliks, Lado dan Kiyo. perkecambahannya lebih baik dibandingkan dengan dua
Tenaga kerja mempunyai koefisien regresi sebesar jenis lainnya.
1,029 dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai Jenis mulsa koefisien regresi sebesar 0,019 dan
Artinya setiap penambahan penggunaan tenaga kerja signifikan pada tingkat kepercayaan 95%, hal ini
sebesar 1% akan menambah produksi cabai merah menunjukkan produksi cabai merah yang menggunakan
sebanyak 1,029%, dengan faktor lain tetap. Tenaga kerja mulsa plastik perak hitam lebih tinggi dibandingkan
dibutuhkan mulai dari proses pengolahan lahan, menggunakan mulsa jerami. Mulsa plastik mempunyai
penyemprotan, penyiraman dan panen. Kurangnya keuntungan dapat dipakai selama 2 musim tanam,
tenaga kerja dapat menghambat proses produksi cabai meminimalisir penguapan dan menekan pertumbuhan
merah. Sebagai contoh pada proses penyiraman yang tanaman pengganggu (Rukmana,1996). Mulsa jerami
harus dilakukan setiap hari, jika kekurangan tenaga kerja memiliki keunggulan dapat sekaligus dijadikan pupuk
penyiraman dilanjutkan hari berikutnya dan akibatnya organik. Petani cenderung memilih menggunakan mulsa
tanaman cabai menjadi layu, ada kemungkinan tanaman jerami karena lebih murah dan penggunaanya mudah.
mati Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan
Nilai koefisien regresi pupuk kotoran ayam sebesar - adalah variabel luas lahan, pupuk kotoran sapi, pupuk
0,049 dan signifikan pada tingkat kesalahan 1% artinya ZA, pupuk Phonska, pupuk SP36, pestisida Furadan,
apabila ada penambahan penggunaan 1% pupuk kotoran Insektisida Abamectin dan Antracol serta insektisida
ayam dan faktor lain tetap maka produksi cabai akan Confidor.
berkurang sebesar 0,049 %. Penggunaan pupuk kotoran Penggunaan luas lahan dalam usahatani sulit untuk
ayam sebagai bahan pembenah atau penyubur tanah di dilakukan penambahan, karena keterbatasan modal dan
lahan pasir pantai dan tidak akan menampakkan hasil penggunaan lahan juga diperuntukkan sebagai
secara langsung atau instant. Penggunaan pembenah pemukiman, fasilitas umum dan pengembangan objek
tanah menggunakan pupuk kandang kotoran ayam wisata tidak murni sebagai lahan pertanian saja, sehingga
berpengaruh meningkatakan hara makro tersedia pada sulit dilakukan penambahan jumlah lahan.
pasir pantai musim hujan, sehingga dapat menyuburkan Pupuk kotoran sapi yang digunakan sebagian berasal
tanaman cabai (Purwantono, 2012) dari sapi yang dipelihara petani dan sebagian dibeli.
Koefisien regresi pupuk NPK sebesar -0,024 Pupuk kotoran sapi yang baik yakni pupuk kotoran sapi
berpengaruh secara nyata pada tingkat kepercayaan 90% yang telah kering (dijemur terlebih dahulu). Penjemuran
artinya apabila ada penambahan penggunaan 1% pupuk yang tidak maksimal menyebabkan pupuk kotoran sapi
NPK, maka produksi cabai akan berkurang sebesar 0,042 masih bersifat basah dan panas sehingga kurang baik
%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk NPK bagi perakaran tanaman.
sudah berlebih atau kebutuhan unsur N, P dan K sudah Penggunaan pestisida akan bertambah saat terjadinya
terpenuhi dari pupuk lain, misalnya dari pupuk ZA, SP36 serangan hebat hama atau penyakit. Penyakit trips (Thrips
atau pupuk kandang. parvispinus) merupakan penyakit yang paling banyak
Nilai koefisien regresi fungisida Ampligo sebesar - menyerang tanaman cabai pada musim kemarau
0,032 signifikan pada á 0,1 artinya apabila ada (Santika,1995). Penggunaan pestisida secara berlebihan
penambahan penggunaan 1% pestisida Ampligo, maka selain menambah biaya produksi juga dapat
produksi cabai akan berkurang sebesar 0,032%. meningkatkan resisten penyakit terhadap pestisida
Penggunaan fungisida Ampligo disesuaikan dengan tertentu.
tingkat serangan hama. Petani tidak hanya menggunakan
11
Vol.I No.1 Januari 2015

EFISIENSI USAHATANI CABAI MERAH benih, tenaga kerja, pupuk kotoran ayam, pupuk
Efisiensi usahatani cabai merah di lahan pasir pantai kotoran sapi, pupuk ZA, pupuk Phonska, pupuk SP36,
Kecamatan Temon dapat diketahui dengan menghitung pupuk NPK Mutiara, insektisida Furadan, Abamectin
rasio NPM suatu faktor produksi dengan harga masing- & Confidor, fungisida Antracol & Ampligo, jenis
masing faktor produksi (NPMx./Px). Terdapat tujuh benih dan penggunaan mulsa berpengaruh terhadap
variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi
produksi cabai merah di lahan pasir pantai. Secara
cabai merah yakni penggunaan benih, tenaga kerja,
parsial faktor produksi yang berpengaruh terhadap
pupuk kotoran ayam, pupuk NPK Mutiara,fungisida
Ampligo, jenis benih dan mulsa. produksi cabai merah adalah jumlah benih,
Efisiensi usahatani akan memenuhi syarat jika faktor penggunaan tenaga kerja, pupuk kotoran ayam, pupuk
produksi berpengaruh secara signifikan dan NPK Mutiara, fungisida Ampligo, jenis benih dan
pemakaiannya pada daerah rasional. Daerah rasional penggunaan mulsa.
adalah daerah dimana keuntungan maksimum tercapai 3. Penggunaan benih pada usahatani cabai merah di
dan elastisitas produksinya (koefisien regresi) bernilai lahan pantai sudah efisien.
1>Ep>0 (Soekartawi,2003). Variabel benih mempunyai
nilai koefisien regresi sebesar 0,25 merupakan satu- SARAN
satunya variabel yang signifikan dan berada di daerah Kondisi lahan pasir pantai yang miskin unsur hara,
rasional. sebaiknya petani melakukan pembenahan tanah dengan
TABEL 4. ANALISIS EFISIENSI USAHATANI CABAI MERAH DI LAHAN PASIR menambah penggunaan pupuk organik sehingga
diharapkan dapat membantu meningkatkan produksi
PANTAI KECAMATAN TEMON
cabai merah. Pupuk organik yang dapat digunakan dalam
pembenahan tanah ini antara lain: kotoran ayam,
kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran burung puyuh.

DAFTAR PUSTAKA
Gujarati, DN. 2006. Basic Econometrics, third edition. New
York: Mc Graw-Hill Inc.
Nazir, M. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indone-
sia..
Purwantono, D.A 2012. Pengaruh Pembenah Tanah
Hasil analisis efisiensi menunjukkan bahwa nilai
PMx/Px variabel benih sebesar 6,28 dan t-hitung 0,84 < Terhadap Serapan Hara Makro, Kerontokan Daun
t-tabel 2,42 artinya penggunaan benih pada usahatani Dan Hasil Tanaman Cabai Lahan Pasir Pantai Dearah
cabai merah di lahan pasir pantai sudah efisien dan Istimewa Yogyakarta Pada Musim Hujan. Disertasi :
penggunaanya tidak perlu ditambah atau dikurangi. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Harga benih cabai merah ini cukup mahal yaitu Rp Rukmana R. 1996. Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik.
100.000/bungkus, sehingga petani dalam menggunakan Jakarta : Kanisius.
benih secara hati-hati agar biaya yang dikeluarkan tidak Santika A. 1995. Agribisnis Cabai. Jakarta : Penebar
terlalu tinggi.
Swadaya.
Soekartawi.2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok
KESIMPULAN
Bahasan Khusus Analisis Fungsi Cobb – Douglass. Jakarta :
1. Pendapatan usahatani cabai merah di lahan pasir
PT. Rja Graffindo.
pantai Kecamatan Temon tiap 0,38 ha adalah sebesar
Suratiyah,K. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar
Rp 9.278.430 per musim tanam dan keuntungannya
Swadaya
sebesar Rp 3.094.504 per musim.
2. Secara bersama-sama faktor produksi luas lahan,

You might also like