Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

EQUITY: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi

ISSN: 0216-9533 (Print)


ISSN: 2549-6182 (Online)

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA BARANG


PADA SATUAN KERJA LINGKUP KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Daryanti1, Winarsih Sinnang2


1,2
STIE YPUP
1
daryanti0508@gmail.com, 2winarsihsinnang28@gmail.com

ABSTRACT

In the field of budgeting one type of government expenditure is the expenditure of goods used in
supporting the operational implementation of government activities or daily needs. Goods budget is the
purchase of goods and services that are used up to produce goods and services that are marketed or not
marketed. Goods expenditure is very important in government services to the community. In the
implementation of the budget there are two classic problems that are often stated in the implementation of
the budget, namely the low absoRp tion and concentration of absoRp tion of the budget at the end of the
year which indicates the tendency of careless spending, prone to fraud, wasteful and less useful. In
connection with this, the author is interested in giving the title of Effectiveness Analysis of Management of
Goods Budget at Work Units (Satker) Scope of the Regional Office of the Directorate General of
Treasury of South Sulawesi. In general the method of analyzing data is descriptive methods and
quantitative methods. In the descriptive analysis method carried out on the symptoms of certain
phenomena in order to describe the variables under study, and based on a study of documentation that
includes all forms of administrative reporting related to government financial management, especially on
goods expenditure. The Regional Office of the Directorate General of Treasury always emphasizes to all
Satker that the budget performance target is to achieve the expected output, so that if the budget output
has reached in accordance with the Ministry/Institution Budget Work Plan, there is still a budget
remaining so that the remaining budget should not be optimized. This is to avoid the existence of state
expenditures which, in principle, are not needed, with the excuse of wanting to increase the achievement
of budget realization.

Keywords: budget, regional.

PENDAHULUAN didasarkan pada prinsip-prinsip good


governance, tetapi harus diarahkan untuk
Latar Belakang mewujudkan nilai-nilai yang dimaksud.
Dalam bidang penganggaran, selain
Manajemen keuangan pemerintah Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
merupakan salah satu kunci penentu Perbendaharaan Negara, disusun pula Undang-
keberhasilan pembangunan dan Undang APBN yang setiap tahun ditetapkan
penyelenggaraan pemerintahan dalam oleh DPR, Keputusan Presiden dan peraturan
kerangka pembangunan nasional. Adanya teknis yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
manajemen keuangan pemerintah yang baik atau Direktur Jenderal Perbendaharan.
akan menjamin tercapainya tujuan Pedoman teknis pencairan dana APBN yang
pembangunan secara khusus, dan tujuan saat ini berlaku ditetapkan dalam Peraturan
berbangsa dan bernegara secara umum. Menteri Keuangan No. 190/PMK.05/2012
Dalam upaya mewujudkan manajemen tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka
keuangan pemerintah yang baik, terdapat pula Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
tuntutan untuk mengakomodasi dan Belanja Negara.
mengedepankan nilai-nilai good governance. Salah satu jenis belanja pemerintah
Beberapa nilai yang relevan dan sulit untuk adalah belanja barang yang digunakan dalam
diperjuangkan antara lain: transparansi, menunjang pelaksanaan operasional kegiatan
akuntabilitas, serta partisipasi masyarakat atau keperluan sehari-hari pemerintah.
dalam proses pengelolaan keuangan. Dalam Anggaran belanja barang merupakan
konteks yang lebih visioner, manajemen pembelian barang dan jasa yang habis pakai
keuangan pemerintah tidak saja harus untuk memproduksi barang dan jasa yang

EQUITY. Vol. 13, No. 2, Desember 2018 93


Analisis Efektivitas Pengelolaan Anggaran Belanja Barang

dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan. otonomi daerah dan desantralisasi, anggaran
Belanja barang sangat penting dalam menduduki posisi yang penting. Proses dan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat. metode untuk mempersiapkan suatu anggaran
Dalam pelaksanaan anggaran terdapat dua disebut dengan penganggaran.
persoalan klasik yang sering dikemukakan Menurut Undang-Undang (UU)
dalam pelaksanaan anggaran, yaitu rendahnya Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
penyerapan dan terkonsentrasinya penyerapan Negara, anggaran adalah alat akuntabilitas
anggaran pada akhir tahun yang manajemen, dan kebijakan ekonomi. Anggaran
mengindikasikan kecenderungan belanja yang sebagai instrumen kebijakan ekonomi
asal-asalan, rawan penyelewengan, berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan
pemborosan dan kurang bermanfaat. dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
penulis tertarik untuk memberi judul Analisis bernegara.
Efektivitas Pengelolaan Anggaran Belanja Dalam upaya meluruskan kembali
Barang pada Satuan Kerja (Satker) Lingkup tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal dilakukan pengaturan secara jelas dan peran
Perbendaharaan Sulawesi Selatan. DPR dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran sebagai
Rumusan Masalah penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan
pada Undang-Undang Dasar 1945. Anggaran
Berdasarkan latar belakang, maka juga merupakan pernyataan mengenai estimasi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu kinerja yang hendak dicapai selama periode
bagaimana efektivitas belanja barang di waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal finansial, sedangkan penganggarannya adalah
Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan. proses atau metode untuk mempersiapkan
suatu anggaran.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Anggaran merupakan suatu rencana
yang disusun secara sistematis yang meliputi
Tujuan penelitian untuk mengetahui seluruh kegiatan perusahaan dan dinyatakan
efektivitas belanja barang di lingkup Kantor dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan jangka waktu (periode) mendatang. Dari
Provinsi Sulawesi Selatan. Manfaat penelitian pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa
yaitu: anggaran merupakan hasil kerja (output)
1. Manfaat akademik, yaitu meningkatkan terutama berupa taksiran-taksiran yang akan
pengetahuan dan wawasan penulis terhadap dilaksanakan masa mendatang.
pengelolaan anggaran belanja barang, pada Dari uraian dapat disimpulkan bahwa
Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi anggaran adalah pernyataan mengenai
Sulawesi Selatan. perkiraan rencana kerja yang berisi
2. Manfaat praktis, sebagai bahan masukan penerimaan dan pengeluaran yang disusun
dan pertimbangan bagi Kanwil Ditjen secara sistematis untuk periode yang akan
Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan datang.
dalam rangka pembinaan kepada Satker. Jenis anggaran sektor publik dibagi
3. Manfaat teoritis, sebagai pelengkap menjadi dua, yaitu[1]:
literatur dan pembanding bagi peneliti lain 1. Anggaran operasional
yang meneliti tentang efektivitas Anggaran operasional ini digunakan untuk
pengelolaan anggaran. merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam
menjalankan pemerintahan. Dalam
TINJAUAN LITERATUR pengeluaran pemerintah yang dapat
dikategorikan dalam anggaran operasional
Anggaran adalah “belanja rutin” (recurrent
expenditure) yang merupakan pengeluaran
Anggaran merupakan penyataan pada manfaatnya hanya untuk satu tahun
mengenai estimasi kinerja yang hendak anggaran dan tidak dapat menambah aset
dicapai selama periode waktu tertentu yang atau kekayaan bagi pemerintah.
dinyatakan dalam ukuran finansial[1]. Konteks

94 Daryanti & Winarsih Sinnang


EQUITY: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi
ISSN: 0216-9533 (Print)
ISSN: 2549-6182 (Online)
2. Anggaran modal 2. Bersifat dari bawah ke atas (bottom up
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran approach).
yang manfaatnya cenderung melebihi satu 3. Kombinasi top down dan bottom up.
tahun anggaran dan akan menambah
anggaran rutin untuk biaya operasional dan Penganggaran di Indonesia
pemeliharaannya.
Anggaran sektor publik mempunyai Dalam sistem penganggaran di
karakteristik sebagai berikut[2]: Indonesia tercermin dari Anggaran Pendapatan
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan dan Belanja Negara (APBN). APBN adalah
keuangan dan satuan selain keuangan; rencana keuangan tahunan pemerintah yang
2. Anggaran umumnya mencakup jangka disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
waktu tertentu, satu atau beberapa tahun; yang berisi daftar sistematis dan terperinci atas
3. Anggaran berisi komitmen atau rencana penerimaan dan pengeluaran negara
kesanggupan manajemen untuk mencapai selama satu tahun anggaran (1 Januari–31
sasaran yang ditetapkan; Desember) dan ditetapkan dengan Undang-
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh Undang serta dilaksanakan secara terbuka dan
pihak yang berwenang lebih tinggi dari bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
penyusunan anggaran; kemakmuran rakyat[3].
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat Dalam Direktorat Jenderal Anggaran
diubah dalam kondisi tertentu. dalam Pokok-Pokok Siklus APBN di
Manfaat anggaran yaitu: Indonesia menguraikan tahapan APBN sebagai
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah sebuah siklus sebagai berikut:
untuk mengarahkan pembangunan sosial- a. Perencanaan dan Penganggaran APBN
ekonomi, menjamin kesinambungan, dan (Januari-Juli)
meningkatkan kualitas hidup masyarakat b. Pembahasan APBN (Agustus-Oktober)
2. Anggaran diperlukan karena adanya c. Penetapan APBN (akhir Oktober)
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang d. Pelaksanaan APBN (sejak Januari)
tidak terbatas dan terus berkembang, e. Pelaporan dan Pencatatan APBN
sedangkan sumber daya yang ada terbatas; f. Pemeriksaan dan pertanggungjawaban
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan APBN.
bahwa pemerintah telah bertanggung jawab Anggaran merupakan penyataan
terhadap rakyat. mengenai estimasi kinerja yang hendak
Adapun fungsi anggaran sektor publik [1], dicapai selama periode waktu tertentu yang
yaitu: telah dinyatakan dalam ukuran finansial,
1. Anggaran sebagai alat perencanaan sedangkan penganggaran adalah proses atau
(planning tool). metode untuk mempersiapkan suatu
2. Anggaran sebagai alat pengendalian anggaran[1].
(control tool). Anggaran sektor publik sebagai rencana
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal finansial yang menyatakan[4]:
(fiscal tool). 1. Rencana-rencana organisasi untuk
4. Anggaran sebagai alat politik (political melayani masyarakat atau aktivitas lain
tool). yang dapat mengembangkan kapasitas
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan organisasi dalam pelayanan.
komunikasi (coordination and 2. Estimasi besarnya biaya yang harus
comunication tool). dikeluarkan dalam merealisasikan rencana
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja tersebut.
(performance measurement tool) anggaran 3. Perkiraan sumber-sumber mana saja yang
sebagai alat motivasi (motivation tool). akan menghasilkan pemasukan dan
7. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan seberapa besar pemasukan tersebut.
ruang lingkup (publik sphere). Menurut Peraturan Menteri Keuangan
Secara garis besar, pendekatan dalam Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan
penyusunan anggaran dapat dibagi 3 Akun Standar, belanja pemerintah pusat
kelompok, yaitu: dikelompokkan menjadi:
1. Bersifat dari atas ke bawah (top down 1. Anggaran Belanja Pegawai
approach). 2. Anggaran Belanja Barang

EQUITY. Vol. 13, No. 2, Desember 2018 95


Analisis Efektivitas Pengelolaan Anggaran Belanja Barang

3. Anggaran Belanja Modal realisasi anggaran belanja barang serta faktor-


4. Belanja Pembayaran Bunga Utang/ faktor yang mempengaruhi efektivitas
Kewajiban penyerapan anggaran, maka objek penelitian
5. Anggaran Belanja Subsidi ini pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
6. Anggaaran Belanja Hibah Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan
7. Anggaran Belanja Bantuan Sosial yang beralamat di Jalan Urip Sumoharjo Km.4
8. Anggaran Belanja lain-lain Makassar. Dengan waktu penelitian kurang
Untuk menganalisis kemampuan lebih 2 (dua) bulan.
keuangan yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, berbagai analisis rasio Data Penelitian
keuangan yang dapat dibuat, yaitu:
1. Derajat desentralisasi 1. Jenis data
2. Rasio ketergantungan keuangan daerah a. Data kualitatif
3. Rasio kemandirian keuangan daerah Data kualitatif adalah data yang
4. Rasio efektivitas dan efisiensi berbentuk kata-kata, bukan dalam
Efektivitas pada dasarnya berhubungan bentuk angka, data kualitatif diperoleh
dengan pencapain tujuan atau target kebijakan dari wawancara, analisis dokumen dan
(hasil guna) serta merupakan hubungan antara diskusi terfokus atau observasi. Data
keluaran dengan tujuan atau sasaran yang kualitatif berfungsi untuk mengetahui
harus dicapai[1]. Dari uraian tersebut dapat kualitas dari sebuah objek yang akan
disimpulkan bahwa efektivitas merupakan diteliti.
suatu perbandingan antara target dan hasil b. Data kuantitatif
yang telah tercapai, semakin mendekati antara Data kuantitatif adalah data yang
target dan hasil yang dicapai, maka semakin berbentuk angka atau bilangan sesuai
efektif suatu perencanaan. dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
Sebagaimana ditegaskan pada bagian diolah atau dianalisis menggunakan
penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun teknik perhitungan matematika atau
2003, anggaran adalah alat akuntabilitas, statistik.
manajemen dan kebijakan ekonomi sebagai 2. Sumber data
fungsi akuntabilitas, pengeluaran anggaran a. Data primer
hendaknya dapat dipertanggungjawabkan Data primer adalah sumber data
dengan menunjukkan hasil berupa outcome penelitian yang diperoleh secara
atau output dari dana yang telah dibelanjakan. langsung dari sumber ahli (tanpa
Sebagai alat manajemen sistem penganggaran melalui media perantara). Dalam
seharusnya dapat membantu aktivitas penelitian ini data primer diperoleh dari
berkelanjutan untuk memperbaiki efektivitas berbagai sumber, antara lain: pegawai
dan efisiensi program pemeritah. Sedangkan, pada Bidang Pembinaan Pelaksanaan
sebagai alat instrumen kebijakan ekonomi, Anggaran I Kanwil Ditjen
anggaran berfungsi untuk mewujudkan Perbendaharaan Provinsi Sulawesi
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta Selatan serta petugas Satker yang
pemerataan pendapatan dalam rangka sedang menerima pelayanan pada front
mencapai tujuan bernegara. office Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Provinsi Sulawesi Selatan.
penerapan sistem penganggaran berbasis b. Data sekunder
kinerja, antara lain: 1. ability (kemampuan), 2. Data sekunder adalah sumber data yang
legitimacy (kekuasaan) atau authority diperoleh peneliti secara langsung
(otorisasi), dan 3. acceptance (dukungan). melalui media perantara. Data sekunder
pada umumnya berupa: bukti, catatan,
METODE PENELITIAN atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumentasi), baik
Lokasi dan Waktu Penelitian yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Data sekunder dalam
Berdasarkan latar belakang dan penelitian ini diperoleh melalui aplikasi
permasalahan pokok dalam penelitian ini yang berbasis web yang dimiliki oleh Kanwil
terkait pada analisis bobot kinerja dan analisis Ditjen Perbendaharaan Provinsi

96 Daryanti & Winarsih Sinnang


EQUITY: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi
ISSN: 0216-9533 (Print)
ISSN: 2549-6182 (Online)
Sulawesi Selatan, yaitu aplikasi 1. Bagian Umum
monitoring and evaluation of budget 2. Bagian Pembinaan Pelaksanaan Anggaran I
execution. 3. Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran
II
Teknik Pengumpulan Data 4. Bidang Pembinaan Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan
Teknik pengumpulan data dalam 5. Bidang Supervisi Kantor Pelayanan
penelitian ini dengan cara studi dokumentasi, Perbendaharaan Negara (KPPN) dan
yaitu mengumpulkan data berdasarkan Kepatuhan Internal
dokumen-dokumen dan laporan tertulis yang Sesuai dengan Peraturan Menteri
ada hubungannya dengan penelitian. Keuangan Nomor 190 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pembayaran dalam Rangka
Teknik Analisis Data Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, jenis dokumen pencairan
Secara umum metode dalam anggaran surat permintaan pembayaran, untuk
menganalisis data adalah metode deskriptif anggaran belanja barang ada instansi lingkup
dan metode kuantitatif. Pada metode analisis pembayaran Kanwil Ditjen Perbendaharaan
deskriptif dilakukan terhadap gejala fenomena- Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut:
fenomena tertentu dengan tujuan untuk 1. Surat Permintaan Pembayaran Uang
menggambarkan variabel yang diteliti, dan Persediaan (SPP-UP) yang dilengkapi
didasarkan pada kajian dokumentasi yang dengan surat pernyataan dari Kuasa
meliputi segala bentuk pelaporan administrasi Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat
terkait pada pengelolaan keuangan pemerintah yang ditunjuk, menyatakan bahwa uang
khususnya pada belanja barang. persediaan tersebut tidak untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang menurut
HASIL DAN PEMBAHASAN ketentuan harus dengan pembayaran
langsung.
Hasil 2. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan
Uang Persediaan (SPP-TUP) Surat
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor permintaan pembayaran penggantian uang
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan persediaan dengan persyaratan
Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan kuitansi/tanda bukti pembayaran, surat
unit eselon I pada Kementerian Keuangan pernyataan tanggungjawab belanja, serta
yang bertindak sebagai Bendahara Umum surat setoran pajak yang telah dilegalisir
Negara (BUN). Kanwil Ditjen Perbendaharaan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai fungsi atau pejabat yang ditunjuk.
sebagai berikut: 3. Surat permintaan pembayaran pengadaan
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan tanah. Pembayaran pengadaan tanah untuk
kebijakan di bidang keuangan dan kepentingan umum dilaksanakan melalui
kekayaan negara; mekanisme pembayaran secara langsung.
2. Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Apabila tidak mungkin dilaksanakan
Negara yang menjadi tanggungjawab melalui mekanisme pembayaran langsung,
Kementerian Keuangan; dapat dilakukan melalui uang persediaan
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di atau tambahan uang persediaan.
lingkungan Kementerian Keuangan; 4. Surat permintaan pembayaran langsung
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan untuk non belanja pegawai.
supervisi atas pelaksanaan urusan 5. Surat permintaan pembayaran untuk
Kementerian Keuangan di daerah; penerimaan negara bukan pajak., yang
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala terdiri dari:
nasional; a. Uang persediaan untuk Penerimaan
6. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat Negara Bukan Pajak (PNBP) diajukan
sampai ke daerah. terpisah dari uang persediaan lainnya;
Susunan organisasi pada Kanwil Ditjen b. Uang persediaan diberikan kepada
Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan, Satker penggunaan sebesar 20% dari
yaitu: pagu dana PNBP pada Daftar Isian

EQUITY. Vol. 13, No. 2, Desember 2018 97


Analisis Efektivitas Pengelolaan Anggaran Belanja Barang

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) k. Sisa dana PNBP dari Satker pengguna,


maksimal Rp 500.000.000,. yang disetorkan ke rekening kas negara
c. Dana yang berasal dari PNBP dapat pada akhir tahun anggaran berikutnya
dicairkan maksimal sesuai rumus: dan dapat dipergunakan untuk
MP = (PPP x JS) – JPS membiayai kegiatan-kegiatan setelah
Dimana: diterima DIPA.
MP = Maksimum Pencairan l. Sisa UP/TUP dan PNBP sampai akhir
PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran tahun anggaran yang tidak disetorkan ke
terhadap Pendapatan rekening kas negara akan
JS = Jumlah Setoran diperhitungkan pada saat pengajuan
JPS = Jumlah pencairan dana pencairan dana uang persediaan tahun
sebelumnya sampai dengan anggaran berikutnya. Atas dasar SPP
surat perintah membayar pada satuan kerja masing-masing
d. Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS menerbitkan SPM yang selanjutnya
PNBP ke KPPN, Satker penggunaan sebagai dasar bagi KPPN untuk
harus melampirkan daftar perhitungan menerbitkan SP2D.
jumlah maksimum pencairan.
e. Untuk Satker pengguna yang setorannya Analisis barang belanja
dilakukan secara terpusat, pencairan
dana diatur secara khusus dengan surat Atas dasar DIPA, maka KPA
edaran Ditjen Perbendaharaan tanpa menerbitkan SPM yang ditujukan kepada
melampirkan Surat Setoran Bukan Pajak Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
(SSBP). Sulawesi Selatan sebagai dasar penerbitan
f. Satker pengguna yang menyetorkan SP2D yang terdiri atas:
pada masing-masing unit (tidak 1. SP2D untuk uang persediaan dengan
terpusat) pencairan dana harus ketentuan bahwa klasifikasi belanja barang
melampirkan bukti setoran SSBP yang untuk persediaan yang dapat diberikan
telah dikonfirmasi ke KPPN. yaitu:
g. Besaran Proporsi Pagu Pengeluaran a. Belanja Barang Operasional
terhadap pendapatan (PPP) untuk b. Belanja Barang Non Operasional
masing-masing Satker pengguna diatur c. Belanja Jasa
berdasarkan Surat Keputusan Menteri d. Belanja Pemeliharaan
Keuangan. e. Belanja perjalanan dalam negeri.
h. Besarnya pencairan dana PNBP secara Untuk tahun anggaran 2014,
keseluruhan tidak boleh melampaui berdasarkan jumlah pagu terbesar dengan
pagu PNBP Satker yang bersangkutan jumlah anggaran belanja barang yang telah
dalam DIPA. dialokasikan pada 10 (sepuluh) Kementerian
i. Pertanggungjawaban penggunaan dan sebesar Rp 13.630.265.711.000. Data
uang persediaan/tambahan uang menunjukkan bahwa pada tahun 2014 terdapat
persediaan PNBP oleh KPA, dilakukan Kementerian yang jumlah pagunya terbesar
dengan mengajukan Surat Perintah yaitu: Kementerian Pekerjaan Umum sebesar
Membayar (SPM) ke KPPN setempat Rp 2.610.293.046.000, Kementerian Agama
cukup dengan melampirkan Surat sebesar Rp 2.042.523.935.000, Kementerian
Pernyataan Tanggungjawab Belanja Pendidikan dan Kebudayaan sebesar
(SPTB). Rp 1.839.402.416.000, Kepolisian Negara
j. Khusus perguruan tinggi selaku Republik Indonesia sebesar
pengguna PNBP sisa dana PNBP yang Rp 1.503.523.462.000, Kementerian
disetorkan pada akhir tahun anggaran ke Pertahanan sebesar Rp 1.406.666.243.000,
rekening kas negara dapat dicairkan Kementerian Perhubungan sebesar
kembali maksimal sebesar jumlah yang Rp 1.264.742.058.000, Kementerian
sama pada awal tahun anggaran Kesehatan sebesar Rp 1.147.035.583.000,
berikutnya mendahului diterimanya Kementerian Pertanian sebesar
DIPA dan merupakan bagian dari target Rp 810.370.452.000, Kementerian Energi dan
PNBP yang tercantum dalam DIPA Sumber Daya Mineral sebesar
tahun anggaran berikutnya.

98 Daryanti & Winarsih Sinnang


EQUITY: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi
ISSN: 0216-9533 (Print)
ISSN: 2549-6182 (Online)
Rp 560.614.723.000, dan Komisi Pemilihan Penerbangan dan Antaraiksa Nasional sebesar
Umum sebesar Rp 445.093.793.000. Rp 7.208.935.461, Kementerian Pemuda dan
Jumlah pagu terkecil tahun anggaran Olahraga sebesar Rp 9.450.861.250,
2014 sebesar Rp 50.417.241.000 dalam 10 Kementerian Koperasi dan Pengusaha Kecil
(sepuluh) Kementerian/Lembaga yaitu: Arsip dan Menengah sebesar Rp 9.905.214.532,
Nasional Republik Indonesia sebesar Rp serta Badan Narkotika Nasional sebesar
211.355.000, Perpustakaan Nasional Republik Rp 12.664.405.064.
Indonesia sebesar Rp 497.995.000, Badan Untuk tahun anggaran 2015 berdasarkan
Koordinasi Penanaman Modal sebesar Rp jumlah pagu terbesar mengalami kenaikan
500.000.000, Kementerian Pembangunan sebesar Rp 5.002.089.531.000 dibandingkan
Daerah Tertinggal sebesar Rp 575.000.000, tahun 2014. Alokasi belanja barang untuk
Kementerian Perencanaan Pembangunan tahun 2015 berdasarkan jumlah pagu terbesar
Nasional sebesar Rp 1.008.090.000, Badan pada 10 (sepuluh) Kementerian yaitu:
Nasional Penempatan dan Perlindungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Tenaga Kerja Indonesia sebesar Rakyat sebesar Rp 4.390.924.379.000,
Rp 7.523.167.000, Lembaga Penerbangan dan Kementerian Agama sebesar
Antariksa Nasional sebesar Rp 7.797.523.000, Rp 2.443.260.077.000, Kementerian Pertanian
Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar sebesar Rp 2.412.688.290.000, Kementerian
Rp 9.668.650.000, Kementerian Koperasi dan Perhubungan sebesar Rp 1.996.654.021.000,
Pengusaha Kecil dan Menengah sebesar Kementerian Pertahanan sebesar
Rp 9.926.737.000, serta Badan Narkotika Rp 1.941.878.590.000, Kementerian Riset
Nasional sebesar Rp 12.708.724.000. Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar
Kementerian/Lembaga yang tingkat Rp 1.533.828.472.000, Kepolisian Negara
realisasi tertinggi yaitu: Kementerian Republik Indonesia sebesar
Pekerjaan Umum sebesar Rp Rp 1.505.902.385.000, Kementerian
2.521.884.889.165, Kementerian Agama Kesehatan sebesar Rp 1.333.025.235.000,
sebesar Rp 1.802.823.497.824, Kementerian Kementerian Energi dan Sumber daya
Pendidikan dan Kebudayaan sebesar Mineral sebesar Rp 742.621.899.000, serta
Rp 1.718.113.838.895, Kepolisian Negara Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar
Republik Indonesia sebesar Rp 331.571.894.000.
Rp 1.488.554.950.538, Kementerian Jumlah pagu terkecil tahun anggaran
Pertahanan sebesar Rp 1.322.652.246.550, 2015 menurun sebesar Rp 343.370.000
Kementerian Perhubungan sebesar dibanding tahun 2014 pada 10 (sepuluh)
Rp 1.100.384.273.100, Kementerian Kementerian/Lembaga yaitu: Arsip Nasional
Kesehatan sebesar Rp 1.067.496.513.914, Republik Indonesia sebesar Rp 170.171.000,
Kementerian Pertanian sebesar Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Rp 771.351.299.897, Komisi Pemilihan sebesar Rp 522.895.000, Kementerian
Umum sebesar Rp 377.660.983.266, dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Kementerian Dalam Negeri sebesar Anak sebesar Rp 650.000.000, Badan
Rp 376.986.744.398. Koordinasi Penanaman Modal sebesar
Untuk alokasi belanja barang Rp 803.113.000, Kementerian Perencanaan
berdasarkan tingkat realisasi terendah tahun Pembangunan Nasional sebesar
anggaran 2014 sebesar Rp 48.267.921.109 Rp 1.008.091.000, Kementerian Lingkungan
pada 10 (sepuluh) Kementerian/Lembaga Hidup sebesar Rp 1.681.171.000, Badan
yaitu: Arsip Nasional Republik Indonesia Nasional Penempatan dan Perlindungan
sebesar Rp 210.155.000, Badan Koordinasi Tenaga Kerja Indonesia Rp 7.972.392.000,
Penanaman Modal sebesar Rp 475.459.920, Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Rp 10.679.474.000, Lembaga Penerbangan
sebesar Rp 496.418.620, Kementerian dan Antariksa Nasional sebesar
Pembangunan Daerah Tertinggal sebesar Rp 11.384.517.000, serta Kementerian
Rp 556.537.673, Kementerian Perencanaan Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah
Pembangunan Nasional sebesar sebesar Rp 15.202.047.000.
Rp 720.304.600, Badan Nasional Penempatan Alokasi belanja barang berdasarkan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indoneisa tingkat realisasi tertinggi tahun anggaran 2015
sebesar Rp 6.579.628.989, Lembaga meningkat sebesar Rp 4.496.036.035.301

EQUITY. Vol. 13, No. 2, Desember 2018 99


Analisis Efektivitas Pengelolaan Anggaran Belanja Barang

dibanding tahun 2014 pada 10 (sepuluh) Rp 1.886.501.410.000, Kementerian Riset


Kementerian/Lembaga yaitu: Kementerian Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Rp 1.608.227.106.000, Kementerian
sebesar Rp 4.171.214.902.345, Kementerian Perhubungan sebesar Rp 1.563.482.971.000,
Agama sebesar Rp 2.223.891.591.466, Kementerian Pertanian sebesar
Kementerian Pertanian sebesar Rp 1.410.043.211.000, Kementerian Kelautan
Rp 2.177.518.182.865, Kementerian dan Perikanan sebesar Rp 327.387.676.000,
Pertahanan sebesar Rp 1.868.577.922.122, Mahkamah Agung sebesar
Kementerian Perhubungan sebesar Rp 315.991.327.000, serta Kementerian
Rp 1.710.493.887.810, Kepolisian Negara Pendidikan dan Kebudayaan sebesar
Republik Indonesia sebesar Rp 311.382.924.000.
Rp 1.702.076.711.749, Kementerian Riset Jumlah pagu terkecil tahun anggaran
Teknologi dan pendidikan Tinggi sebesar 2016 mengalami peningkatan sebesar
Rp 1.365.472.466.034, Kementerian Rp 2.196.741.000 dibanding tahun 2015 pada
Kesehatan sebesar Rp 1.222.595.379.493, 10 (sepuluh) Kementerian/Lembaga yaitu:
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Arsip Nasional Republik Indonesia sebesar
Rp 313.913.885.492, serta Mahkamah Agung Rp 382.546.000, Perpustakaan Nasional
sebesar Rp 288.190.343.472. Republik Indonesia sebesar Rp 522.895.000,
Untuk alokasi belanja barang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebesar
berdasarkan tingkat realisasi terendah tahun Rp 638.501.000, Kementerian Pemberdayaan
anggaran 2015 mengalami kenaikan sebesar Perempuan dan Perlindungan Anak sebesar
Rp 12.763.476.182 dibandingkan pada tahun Rp 812.500, Kementerian Perencanaan
2014. Alokasi belanja barang berdasarkan Pembangunan Nasional sebesar
tingkat realisasi terendah sebesar Rp 1.008.091.000, Kementerian Koperasi dan
Rp 61.031.397.291 pada 10 (sepuluh) Pengusaha Kecil dan Menengah sebesar
Kementerian/Lembaga yaitu: Kementerian Rp 7.164.975.000, Badan Nasional
Perencanaan Pembangunan Nasional sebesar Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Rp 94.001.150, Arsip Nasional Republik Indonesia sebesar Rp 7.423.221.000,
Indonesia sebesar Rp 167.746.000, Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Rp 8.509.514.000, Lembaga Penerbangan dan
sebesar Rp 519.247.550, Badan Koordinasi Antariksa Nasional sebesar Rp 8.910.000.000,
Penanaman Modal sebesar Rp 745.471.008, serta Badan Kepegawaian Negara sebesar
Kementerian Lingkungan Hidup sebesar Rp 16.898.369.000.
Rp 1.681.154.684, Badan Nasional Alokasi belanja barang berdasarkan
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja tingkat realisasi tertinggi tahun anggaran 2016
Indonesia sebesar Rp 6.741.349.810, menurun sebesar Rp 1.959.069.431.351
Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar dibanding tahun 2015 pada 10 (sepuluh)
Rp 10.371.626.000, Lembaga Penerbangan Kementerian/Lembaga yaitu: Kementerian
dan Antariksa Nasional sebesar Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Rp 10.560.923.757, Kementerian Koperasi dan sebesar Rp 3.168.788.856.129, Kementerian
Pengusaha Kecil dan Menengah sebesar Agama sebesar Rp 2.238.209.697.840,
Rp 13.440.609.250, serta Badan Kepegawaian Kementerian Pertahanan sebesar
Negara sebesar Rp 16.709.268.082. Rp 2.001.724.686.945, Kepolisian Negara
Untuk tahun anggaran 2016 berdasarkan Republik Indonesia sebesar
jumlah pagu terbesar menurun sebesar Rp 1.875.994.630.246, Kementerian Riset
Rp 3.063.752.053.000 dibandingkan tahun Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar
2015. Alokasi belanja barang untuk tahun Rp 1.511.036.023.893, Kementerian
2016 berdasarkan jumlah pagu terbesar pada Perhubungan sebesar Rp 1.380.778.312.906,
10 (sepuluh) Kementerian yaitu: Kementerian Kementerian Kesehatan sebesar
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Rp 1.168.429.656.882, Kementerian Pertanian
sebesar Rp 3.619.289.709.000, Kementerian sebesar Rp 1.148.972.939.925, Mahkamah
Agama sebesar Rp 2.393.711.075.000, Agung sebesar Rp 308.799.561.195, serta
Kementerian Pertahanan sebesar Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar
Rp 2.132.585.780.000, Kepolisian Negara Rp 282.141.475.536.
Republik Indonesia sebesar

100 Daryanti & Winarsih Sinnang


EQUITY: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi
ISSN: 0216-9533 (Print)
ISSN: 2549-6182 (Online)
Untuk alokasi belanja barang 99,79% dari tahun sebelumnya, Arsip
berdasarkan tingkat realisasi terendah tahun Nasional Republik Indonesia tahun 2014
anggaran 2016 menurun sebesar sebesar 99,43% menurun pada tahun 2015
Rp 13.114.481.474 dibandingkan pada tahun sebesar 98,57% dan pada tahun 2016 sebesar
2015 Alokasi belanja barang berdasarkan 96,05%, Badan Meteorologi Klimatologi dan
tingkat realisasi terendah sebesar Geofisika tahun 2014 sebesar 97,08%
Rp 47.916.915.817 pada 10 (sepuluh) meningkat pada tahun 2015 sebesar 98,06%
Kementerian/Lembaga yaitu: Kementerian dan tahun 2016 sebesar 98,28%, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional sebesar Pemuda dan Olahraga tahun 2014 sebesar
Rp 214.380.400, Arsip Nasional Republik 97,75% menurun pada tahun 2015 sebesar
Indonesia sebesar Rp 367.425.300, Badan 97,12%, sedangkan tahun 2016 meningkat
Koordinasi Penanaman Modal sebesar sebesar 97,63% dari tahun sebelumnya.
Rp 484.977.193, Perpustakaan Nasional Pada Lembaga Penyiaran Publik
Republik Indonesia sebesar Rp 521.773.000, Televisi Republik Indonesia tahun 2014
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan sebesar 97,58% menurun pada tahun 2015
Perlindungan Anak sebesar Rp 743.066.362, sebesar 97,32% dan pada tahun 2016 sebesar
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan 94,89%, Mahkamah Agung tahun 2014
Tenaga Kerja Indonesia sebesar sebesar 97,13% menurun pada tahun 2015
Rp 6.129.405.098, Kementerian Koperasi dan sebesar 93,76% sedangkan pada tahun 2016
Pengusaha Kecil dan Menengah sebesar meningkat sebesar 97,72% dari tahun
Rp 6.951.597.300, Lembaga Penerbangan dan sebelumnya, Badan Kepegawaian Negara
Antariksa Nasional sebesar Rp 8.377.437.900, tahun 2014 sebesar 97,00% meningkat pada
serta Badan Kepegawaian Negara sebesar tahun 2015 sebesar 97,71% sedangkan pada
Rp 15.819.296.964. tahun 2016 menurun sebesar 93,61%, Badan
Narkotika Nasional tahun 2014 sebesar
Analisis tingkat efektivitas pengelolaan 99,65% menurun pada tahun 2015 sebesar
belanja barang 94,95% dan tahun 2016 sebesar 91,14%, dan
Kementerian Keuangan tahun 2014 sebesar
Tingkat efektivitas realisasi belanja 96,05% menurun pada tahun 2015 sebesar
barang pada 10 (sepuluh) 94,84% dan tahun 2016 sebesar 94,74%.
Kementerian/Lembaga berdasarkan rata-rata Tingkat efektivitas setelah dirata-rata
realisasi tertinggi mulai tahun anggaran 2014 mulai pada tahun anggaran 2014 sampai
sampai dengan tahun 2016 rata-rata 97,61% dengan tahun 2016 berdasarkan tingkat
dengan rincian anggaran tahun 2014 yaitu efektivitas rata-rata realisasi tertinggi yaitu
98,04%, tahun 2015 98,47% meningkat 97,61%. Tingkat efektivitas realisasi belanja
sebesar 0,43% dari tahun 2014, sedangkan barang pada 10 (sepuluh) Kementerian
tahun 2016 96,33% menurun sebesar 2,14 % berdasarkan rata-rata realisasi terendah mulai
dari tahun 2015. tahun anggaran 2014 sampai dengan tahun
Berdasarkan penetapan skala yang 2016 rata-rata realisasi sebesar 78,90% dengan
digunakan untuk mengukur efektivitas rincian anggaran tahun 2014 yaitu 81,69%,
pengelolaan keuangan negara, maka tingkat tahun 2015 78,62% menurun sebesar 17,15%
efektivitas per Kementerian/Lembaga dapat dari tahun 2014 dan pada tahun 2016 sebesar
dilakukan berdasarkan jumlah anggaran dan 76,41% kembali menurun sebesar 2,21% dari
realisasinya pada tingkat efektivitas realisasi tahun 2015. Berdasarkan penetapan skala yang
belanja barang berdasarkan rata-rata realisasi digunakan untuk mengukur efektivitas
tertinggi dengan kategori sangat efektif pada pengelolaan keuangan negara, maka tingkat
10 (sepuluh) Kementerian/Lembaga yaitu: efektivitas per Kementerian/Lembaga dapat
Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun dilakukan berdasarkan jumlah anggaran dan
2014 sebesar 99,00% meningkat pada tahun realisasinya pada tingkat efektivitas realisasi
2015 sebesar 113,03% sedangkan tahun 2016 belanja barang berdasarkan rata-rata realisasi
menurun sebesar 99,44% dari tahun terendah pada tahun 2014 rata-rata realisasi
sebelumnya, Perpustakaan Nasional Republik pada Kementerian Perdagangan sebesar
Indonesia tahun 2014 sebesar 99,68% 70,45% masuk dalam kategori kurang efektif
menurun pada tahun 2015 sebesar 99,30%, (55-70%) dengan rincian anggaran tahun 2014
sedangkan tahun 2016 meningkat sebesar sebesar 43,20% pada tahun 2015 98,04%

EQUITY. Vol. 13, No. 2, Desember 2018 101


Analisis Efektivitas Pengelolaan Anggaran Belanja Barang

meningkat sebesar 54,84%, sedangkan tahun pada Kementerian Dalam Negeri dengan rata-
2016 70,11% menurun sebesar 27,93% dari rata realisasi sebesar 87,32% dengan rincian
tahun sebelumnya. tahun 2014 sebesar 95,38% pada tahun 2015
Pada Kementerian Perencanaan sebesar 79,43% menurun sebesar 15,95%,
Pembangunan Nasional rata-rata realisasi sedangkan pada tahun 2016 sebesar 87,16%
sebesar 34,01% masuk dalam kategori sangat meningkat sebesar 7,73% dari tahun
kurang efektif (< 55%) dengan rincian sebelumnya.
anggaran tahun 2014 sebesar 71,45% pada
tahun 2015 sebesar 9,32% menurun sebesar Pembahasan
62,13% sedangkan tahun 2016 sebesar 21,27%
meningkat sebesar 11,95% dari tahun Terjadinya penurunan tingkat realisasi
sebelumnya. anggaran pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Kementerian/Lembaga yang masuk Provinsi Sulawesi Selatan pada dasarnya dapat
dalam kategori efektif (70-85%) yaitu: Badan dimaklumi. Sesuai dengan Instruksi Presiden
Pengawas Obat dan Makanan dengan rata-rata Nomor 8 Tahun 2016, pimpinan berkomitmen
realisasi sebesar 83,02% dengan rincian tahun untuk tidak hanya sekedar mengejar tingginya
2014 sebesar 87,46% pada tahun 2015 sebesar tingkat realisasi, namun semakin
79,47% menurun sebesar 7,99% sedangkan meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran
pada tahun 2016 sebesar 82,13% meningkat itu sendiri.
sebesar 2,66% dari tahun sebelumnya. Dan, Jajaran Kanwil Ditjen Perbendaharaan
pada Kementerian Agraria dan tata ruang/BPN selalu menekankan kepada seluruh Satker
dengan rata-rata realisasi sebesar 84,86% bahwa target kinerja anggaran adalah
dengan rincian tahun 2014 sebesar 81,81% tercapainya output yang diharapkan, sehingga
pada tahun 2015 sebesar 82,23% meningkat apabila output anggaran telah mencapai sesuai
sebesar 0,42% sedangkan pada tahun 2016 dengan Rencana Kerja Anggaran
sebesar 90,55% kembali meningkat sebesar Kementerian/Lembaga, namun masih terdapat
8,32% dari tahun sebelumnya. sisa anggaran maka sisa anggaran tersebut
Adapun Kementerian/Lembaga yang hendaknya tidak dioptimalkan. Hal ini untuk
masuk kategori sangat efektif (85-100%) yaitu menghindari adanya pengeluaran negara yang
Kementerian Pariwisata dengan rata-rata pada prinsipnya tidak diperlukan, dengan
realisasi sebesar 85,48% dengan rincian tahun alasan ingin meningkatkan capaian realisasi
2014 sebesar 83,30% pada tahun 2015 sebesar anggaran.
88,36 meningkat sebesar 5,06%, sedangkan
pada tahun 2016 sebesar 84,77% menurun PENUTUP
sebesar 3,59% dari tahun sebelumnya. Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional Simpulan
dengan rata-rata realisasi sebesar 85,49%
dengan rincian tahun 2014 sebesar 87,81% Hasil penelitian ini menunjukkan
pada tahun 2015 sebesar 92,67% meningkat bahwa, pada dasarnya pengelolaan anggaran
sebesar 4,86% sedangkan pada tahun 2016 belanja barang setelah dianalisa pada masing-
sebesar 75,99% menurun sebesar 16,68% dari masing Kementerian/Lembaga masih ada yang
tahun sebelumnya. tingkat efektivitasnya termasuk kategori sangat
Pada Badan Pengawas Pemilihan kurang efektif yaitu: Kementerian Perencanaan
Umum dengan rata-rata realisasi sebesar Pembangunan Nasional, pada kategori kurang
86,72% dengan rincian tahun 2014 sebesar efektif yaitu Kementerian Perdagangan,
92,29% pada tahun 2015 sebesar 84,62% sedangkan yang masuk pada kategori efektif
menurun sebesar 7,67% sedangkan pada tahun yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan
2016 sebesar 83,26% kembali menurun serta Kementerian Agraria dan Tata
sebesar 1,36% dari tahun sebelumnya. Ruang/BPN dan bahkan ada beberapa
Kementerian Perhubungan dengan rata-rata Kementerian/Lembaga yang sangat efektif
realisasi sebesar 86,99% dengan rincian tahun yaitu Kementerian Pariwisata, Badan
2014 sebesar 87,00% pada tahun 2015 sebesar Kependudukan Keluarga Berencana Nasional,
85,67% menurun sebesar 1,33%, sedangkan Badan Pengawas Pemilihan Umum,
pada tahun 2016 sebesar 88,31% meningkat Kementerian Perhubungan dan Kementerian
sebesar 2,64% dari tahun sebelumnya. Dan, Dalam Negeri.

102 Daryanti & Winarsih Sinnang


EQUITY: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi
ISSN: 0216-9533 (Print)
ISSN: 2549-6182 (Online)
Pada pagu dan realisasi anggaran Saran
belanja barang berdasarkan jumlah pagu
terbesar tahun anggaran 2014 sampai dengan Pertama, peningkatan pemahaman
tahun anggaran 2016 menunjukkan bahwa peran Satker dapat dilakukan dengan
pada Kementerian Pekerjaan Umum pagu merumuskan pola dan mekanisme evaluasi dan
realisasi tahun 2015 meningkat sedangkan fasilitas yang intensif dan efektif antara Ditjen
pada tahun 2016 menurun disebabkan karena Perbendaharaan dengan Kementerian
terdapat berbagai permasalahan yang terjadi Negara/Lembaga, data realisasi anggaran
dalam pelaksanaan anggaran yang hendaknya selalu dilakukan evaluasi untuk
dikategorikan dalam 3 (tiga) kluster, yaitu: mengkaji hambatan dan merumuskan alternatif
kategori institusional, kategori struktural, dan pemecahannya, sedangkan fasilitas dilakukan
kategori kultural. dengan merumuskan bersama panduan
Pada Kategori Institusional, pengguna anggaran yang dapat memperlancar
pemasalahan yang berhasil diidentifikasikan pengelolaan anggaran yang efektif.
yaitu keterlambatan penerbitan DIPA (DIPA Kedua, Kepada Satker sebelum
terbit pada Triwulan II 2016), mekanisme ditugaskan sebagai pejabat perbendaharaan
pembayaran APBN, keterlambatan penetapan (Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
SK Pejabat Pengelola Keuangan, dan Anggaran, Pembuat Komitmen serta
keterlambatan terbitnya Juklak/Juknis dari Bendaharawan Pengeluaran) sebaiknya
Kantor Pusat K/L. diadakan pelatihan terlebih dahulu tentang
Pada kategori struktural, pemasalahan peran Satker dalam efektivitas manajemen
yang berhasil diidentifikasi yaitu blokir pengeluaran pemerintah.
anggaran dan keterlambatan proses lelang Ketiga, penyempurnaan mekanisme
pengadaan barang dan jasa. Sementara revisi DIPA dapat dilakukan melalui
permasalahan pada kategori kultural yaitu: percepatan prosedur penyelesaian revisi
Jadwal rencana pelaksanaan masih bersifat berdasarkan tingkat substantif dilakukan
formalitas dan tidak mencerminkan dengan membedakan revisi substantif yang
perencanaan atau kebutuhan sebenarnya; memerlukan persetujuan Ditjen Anggaran
penundaan penyelesaian administrasi karena menyangkut formulasi anggaran
meskipun kegiatan pembayaran sudah di kembali dan revisi substantif yang lebih ke
realisasikan; dan ketidakdisiplinan permasalahan pelaksanaan dan pelaporan yang
pelaksanaan jadwal kegiatan antara rencana merupakan permasalahan dan pelaporan
dan realisasi. tersebut seperti: penambahan pagu
Adapun faktor-faktor yang pinjaman/hibah luar negeri dan penambahan
mempengaruhi sehingga pengelolaan anggaran pagu PNBP serta pergeseran dana karena
belanja barang, modal dan bantuan sosial kesalahan jenis belanja akibat ketidaktepatan
sangat kurang efektif dan kurang efektif, yaitu: menggunakan kode akuntansi sebaiknya
adanya keterlambatan penetapan SK pejabat dilimpahkan kepada Ditjen Perbendaharaan.
pengelolaan keuangan, keterlambatan
penerbitan DIPA yang diterima oleh Satker DAFTAR PUSTAKA
karena adanya kesalahan posting/pembebanan
[1]
pada saat penyusunan anggaran, serta adanya Mardiasmo. 2011. Akuntansi Sektor Publik.
keterbatasan pemahaman pengelola keuangan Yogyakarta: Andi.
[2]
mengenai aturan mekanisme pembayaran Bastian, I. 2010. Akuntansi Sektor Publik:
APBN termasuk Kuasa Pengguna Anggaran Suatu Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
dan Pejabat Pembuat Komitmen sehingga [3]
Herriyanto, H. 2012. Faktor-Faktor yang
menyebabkan pengelolaan keuangan Negara Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan
berakibat kurang efektif. Anggaran Belanja pada Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga di Wilayah Jakarta.
Jakarta: Universitas Indonesia.
[4]
Nordiawan, D. 2010. Akuntansi Sektor Publik.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

EQUITY. Vol. 13, No. 2, Desember 2018 103

You might also like