Proses Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Di Sma Sekecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ISSN: 1979-9292

JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611


Research of Applied Science and Education V8.i3 (105-111)

PROSES PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) PADA MATA


PELAJARAN EKONOMI KELAS X DI SMA SEKECAMATAN
LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

Sri Wahyuni, *Desi Areva, dan Lovelly Dwinda Dahen


Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat
*Email: da@gmail.com

Submitted: 20-07-2015, Rewiewed: 20-07-2015, Accepted: 22-07-2015


http://dx.doi.org/10.22216/jit.2014.v8i3.6

Abstract

This study aims to look at how the process of determining the minimum completeness criteria (KKM)
High School districts namely Lubuk Kilangan 14 SMA N SMA Semen Padang and Padang and What are
the obstacles faced in the Determination of minimum completeness criteria (KKM). This study uses
kualaitatif. This research informants are teachers, principals, and representatives of the existing
curriculum at the high school and high school N 14 Semen Padang Padang using Snawball sampling.
Data were collected using observation, interview and documentation. The results of the study found:
Minimum completeness criteria setting process (KKM) is: Principal KKM has set a minimum that must
be achieved by the subject teachers, Having known the value of the minimum KKM subject teachers at a
workshop convened to determine the KKM for Economic Subjects class X which starts from Standard
competence, basic competence to later demoted to the indicator. So after KKM determined subject
teachers reported the results of the meeting to the representative of the curriculum, the curriculum
report to the Vice Principal, principal chief engineer reported the results to the Department of
Education and to the Office of Padang province, then disseminated to students and parents in the form
of student learning lembarhasil. While the obstacles encountered in the determination of this KKM is:
Time penentukan KKM is not planned in accordance with the existing circumstances, When the teacher
determines the minimum value of completeness (KKM) is too high then the students do a lot of remedial,
When the teacher determines the minimum value of mastery is too low then the student will difficult to
get into college.

Keywords: Determination Process KKM, KKM Determination Constraints

PENDAHULUAN guru. Guru harus dibekali dengan berbagai


pengalaman teoristis maupun pengalaman
Usaha untuk meningkatkan mutu guru
praktis yang harus dilaksanakan secara
merupakan satu langkah yang berkaitan
terpadu.
erat dengan upaya peningkatan mutu
Selain meningkatkan mutu guru
pendidikan. Guru merupakan salah satu
usaha yang juga dilakukan pemerintah
unsur penting yang berpengaruh dalam
adalah melakukan penyempurnaan
proses pendidikan dan pengajaran. Oleh
kurikulum, perubahan kurikulum dilakukan
karena itu, meningkatkan pendidikan
disemua jenjang pendidikan mulai TK,
tidak terlepas dari meningkatkan mutu

KOPERTIS WILAYAH X 105


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V8.i3 (105-111)

SD, SMP dan SMA sampai perguruan melampau KKM. KKM ditetapkan oleh
tinggi dan diharapkan pesrta didik satuan pendidikan berdasarkan hasil
memiliki kopetensi yang dapat diandalkan. musyawarah guru mata pelajaran di satuan
Dalam Kurikulum 2004 dan KTSP siswa pendidikan yang memiliki karakteristk yang
dituntut untuk berperan aktif dan hampir sama.
memahami materi pelajaran serta Penetapan KKM dilakukan dengan
mengembangkan kemampuan yang berpedoman kepada kriteria yang
dimilikinya. ditetapkan oleh Depdiknas. Kriteria
Sehubungan dengan kurikulum yang tersebut adalalah komplesitas materi,
ditetapkan pemerintah, pendekatan dalam daya dukung sekolah dan intake
pembelajaran yang dilakukan guru juga (kemampuan) siswa. Kriteria-kriteria yang
berubah, salah satunya dengan telah ditetapkan harus selalu dipedomani
menetapkan prinsip belajar tuntas. Menurut oleh guru dalam menetapkan standar
Sadirman (2001:167), dalam proses belajar ketuntasan. Hal ini bukanlah suatu yang
mengajar tentu saja dikandung suatu mudah, dimana guru harus benar-benar
harapan agar seluruh atau setidak- memahami ketiga kriteria tersebut serta
tidaknya sebagian besar siswa dapat mempunyai kompetensi dalam menetapkan
berhasil dengan baik, namum kenyataan KKM. Adanya kriteria penetapan KKM tiap
sering tidak demikian, salah satu usaha sekolah ini akan berbeda.
untuk mencapai hal itu adalah dengan Begitu juga halnya yang dilakukan oleh
mengembangkan prinsip belajar tuntas guru-guru ekonomi kelas X SMA yang ada
ataumastery learning. Oleh karena itu tiap di kecamatan Lubuk kilangan Kota padang.
kopetensi dasar (KD) materi pelajaran, Dalam menentukan KKM banyak
ditetapkan kriteria ketuntasan minimal pertimbangan yang dilakukan oleh pihak
(KKM). sekolah yaitu dari sisi kompleksitas, daya
Salah satu prinsip pada kurikulum dukung dan intake siswa. Di Kecamatan
berbasis kompetensi adalah menggunakan Lubuk kilangan terdapat dua sekolah yaitu
acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria SMAN 14 Padang, dan SMA Semen
tertentu dalam menentukan kelulusan Padang. Dari kedua sekolah ini terdapat satu
peserta didik. Kriteria paling rendah untuk SMA Negeri dan satu SMA swasta, dan
menyatakan peserta didik mencapai kedua sekolah tersebut dalam penetapan
ketuntasan dinamakan kriteria ketuntasan KKM terdapat perbedaan. Dalam Penentuan
minimal (Sudrajat, 2008:3) KKM kedua sekolah ini mempunyai
KKM harus ditetapkan sebelum awal perbedaan yang dilihat dari komplesitas,
tahun ajaran dimulai, seberapapun besarnya daya dukung dan intek siswa. Dari
jumlah peserta didik yang melampaui batas Observasi yang penulis lihat dilapangan
ketuntasan minimal, tidak mengubah antara Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta
keputusan pendidik dalam menyatakan mempunyai perbedaan dalam penetapan
lulus atau tidak lulus pembelajaran. KKM dimana Di SMA 14 KKM yang
Acuan kriteria mengharuskan pendidikan ditetapkan pada mata pelajaran ekonomi
untuk melakukan tindakan yang tetap kelas x yaitu 75 dan di SMA Semen
terhadap hasil penilaian yaitu memberikan Padang nilai KKM yang ditetapkan 80.
layanan remedial bagi yang belum tuntas Berdasarkan latar belakang masalah di
atau layanan pengayaan bagi yang sudah atas, maka fokus dari penelitian ini adalah:

KOPERTIS WILAYAH X 106


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V8.i3 (105-111)

Menurut Suryasubroto (2002:96)


1. Bagaimana proses dalam penetapan
belajar tuntas adalah satu filsafat yang
KKM pada mata pelajaran ekonomi
menyatakan bahwa dengan sistem
KELAS X di SMA di Kecamatan
pembelajaran yang tepat, semua siswa
Lubuk kilangan, Kota Padang?
dapat belajar dengan hasil yang baik dan
2. Apa sajakah Kendala-kendala yang hampir seluruh materi pelajaran yang
dihadapi dalam penetapan KKM? diajarkan di sekolah. Dipandang dari sudut
pendidikan pembelajaran dengan
menggunakan prinsip belajar tuntas
Belajar adalah modifikasi atau sangatlah menguntungkan siswa, karena
memperteguh kelakuan melalui dengan cara tersebut setiap siswa
pemgalaman, Menurut pengertian ini, dikembangkan semaksimal mungkin.
belajar merupakan suatu proses dalam Pandangan yang menyatakan semua siswa
suatu kegiatan dan bukan hasil atau dapat belajar dengan hasil yang baik juga
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan mempunyai imbas pada pandangan
akan tetapi lebih luas dari itu yaitu bahwa semua guru dapat mengajar dengan
memahami. Hasil belajar bukan suatu baik, oleh karena itu mengenai belajar
penguasaan hasil latihan melainkan tuntas perlu untuk dimantapkan.
pengubahan kelakuan (Hamalik, 2001:27). Menurut Sadirman (2011:167) belajar
Menurut (sadirman, 2011: 21) Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang
merupakan usaha mengubah tingkah laku, mengharapkan sebagian besar siswa dapat
belajar akan membawa suatu perubahan menguasai instruksional umum (basic
pada individu yang belajar. Perubahan learning objektiv) dari suatu satuan unit
ini tidak hanya berkaitan dengan pelajaran secara tuntas. Pengembangan
penambahan ilmu, pengertian, harga diri, model pembelajaran tuntas terutama
minat, watak, dan juga penyesuaian diri. dilandasi oleh pokok-pokok pikiran
Berkaiatan dengan hal ini Slameto (2003:2), dalam psikologi behavioristik yang
menyatakan bahwa belajar adalah proses menitik pembentukan tingkah laku dan
yangdilakukan individu untuk memperoleh menggunakan pola belajar individual
suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagaimana halnya paket belajar atau
secara keseluruhan sebagai hasil sistem modul.
pengalaman individu itu sendiri Kriteria ketuntasan menunjukan
dalam interaksi dengan lingkungannya. presentase tingkat pencapaian kompetensi
Sunhaji (2009:37) menyatakan kegiatan sehingga dinyatakan angka maksimal 100
pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk (seratus). Angka maksimal 100 merupakan
menstransformasikan bahan pelajaran kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan
kepada subjek belajar, guru berperan secara nasional kemudian ditingkatkan
sebagai penjabar, penejemah bahan suapaya secara bertahap. Kriteria ketuntasan
materi pelajaran tersebut dimengerti siswa. minimal menjadi acuan bersama pendidik,
Berbagai upaya dalam strategi dilakukan peserta didik, dan orangtua peserta didik.
guru supaya bahan atau materi pelajaran Oleh karena itu pihak-pihak yang
tersebut dapat dengan mudah dicerna oleh berkepentingan terhadap penilaian di
subjek belajar, yakni tercapainya tujuan sekolah berhak untuk mengetahuinya.
pembelajaran yang telah dirumuskannya Satuan pendidikan perlu melakukan

KOPERTIS WILAYAH X 107


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V8.i3 (105-111)

sosialisasi agar informasi dapat diakses dianalisis secara kualitatif baik data primer
dengan mudah oleh peserta didik dan orang maupun data skunder, dengan melakukan
tuannya. Kriteria ketuntasan minimal harus tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data,
dicantumkan dalam laporan hasil belajar penyajian data, dan penarikan kesimpulan
(LBH) sebagai acuan dalam menyikapi hasil atau verifikasi.
belajar peserta didik (Depdiknas, 2008:3).
Anonimus (2008:6), penetapan KKM
PEMBAHASAN
berpedoman pada kriteria yang telah
ditetapkan, criteria tersebut adalah sebagi Berdasarkah hasil temuan penelitian di
berikut: 1) Tingkat kompleksitas, kesulitan atas, diketahui bahwa prosespenentuan
atau kerumitan setiap indikator, kompetensi KKM antara SMA semen Padang dan
dasar, dan standar kompetensi yang harus SMAN 14 Padang terdapat perbedaan
dicapai oleh peserta didik, 2) Kemampuan dalam penentuan KKM ada beberapa proses
sumber daya pendukung dalam yang harus dijalani sekolah dalam
penyelenggaraan pembelajaran pada menetapkan KKM. Tiap sekolah
masing- masing sekolah, 3) Tingkat mempunyai beberapa perbedaan dalam
kemampuan (Intake) rata-rata peserta didik penetapan KKM. Dimana proses penentuan
di sekolah yang bersangkutan. KKM di SMA Semen Padang dimulai
dengan penentuan oleh kepala sekolah nilai
minimum yang harus ditetapkan oleh guru,
METODOLOGI PENELITIAN
diadakan oleh rapat oleh guru mata pelajaran
Penelitian ini dilakukan di SMA yang pada acara loka karya, setelah didapatkan
ada di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota KKM oleh guru mata pelajaran maka guru
Padang dengan pendekatan kualitatif. melaporkan ke wakil kurikulum, wakil
Penelitian ini dipilih dengan pertimbangan, kurikulum melaporkan kepada kepala
bahwa penulis mengkaji lebih mendalam sekolah, kepala sekolah melaporkan ke
tentang gejala, peristiwa dan kejadian dalam Dinas
lingkungan yang alami, hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Miles (2000:37): bahwa Pendidikan Kota Padang dan ke Dinas
penelitian kualitatif dilakukan untuk Pendidikan Propinsi. Sedangkan pada SMA
mendapatkan informasi tentang fenomena 14 Padang dalam penentuan KKM guru
tengah berlangsung. Informan yang mengadakan rapat loka karya atau rapat
dijadikan sumber data dalam penelitian ini KKG, setelah didapatkan KKM dari hasil
adalah guru mata pelajaran ekonomi yang rapat guru maka guru melaporkan ke wakil
mengajar di SMA di kecamatan Lubuk kurikulum, wakil kurikulum melaporkan ke
Kilangan, Kota Padang. Dengan pada kepala sekolah, kepala sekolah
menggunakan teknik bola salju (snow ball) melaporkan ke Dinas Pendidikan Kota
dimulai dari informan pertama (guru Padang dan Dinas Pendidikan Propinsi.
ekonomi) dan terus keinforman selanjutnya Antara SMA semen Padang dan SMAN
yaitu kepala sekolah, Wakil Kurikulum 14 Padang dalam penentuan KKM SMA
sampai tidak diperlukan lagi informan- Semen Padang telah mendapatkan instruksi
informan lain. dari kepala sekolah sedangkan SMAN 14
Untuk mencapai tujuan penelitian yang Padang guru langsung mengadakan rapat
diharapkan, maka data yang dikumpulkan untuk penentuan KKM.

KOPERTIS WILAYAH X 108


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V8.i3 (105-111)

Hal ini berbeda menurut Anonimus dipeoleh adalah 84. Sedangkan dalam
(2008) dalam proses penetapan KKM yaitu: penerimaan siswa untuk SMA semen
Guru atau kelompok guru menetapkan Padang berpatokan pada nilai rapor SMP
KKM pelajaran dengan yang diperoleh siswa Semen Padang. Karena
mempertimbangkan tiga aspek criteria, dalam penerimaan siswa pada SMA semen
yaitu kompleksitas, daya dukung dan intake Padang semua siswa yang SMP pada semen
peserta didik, Hasil penetapan KKM oleh Padang maka akan diterima di SMA semen
guru atau kelompok guru mata pelajaran Padang tanpa dilakukan tes.
disahkan oleh kepala sekolah untuk Dari dua SMA yang ada di Lubuk
dijadikan patokan guru dalam melakukan Kilangan diatas terdapat perbedaan skor
penilaian, KKM yang ditetapkan yang diperoleh dalam mata pelajaruan
disoaialisasikan kepada pihak-pihak yang Ekonomi setiap kategori yang ada. Dimana
berkepentingan, yaitu: peserta didik, orang skor tertinggi diperoleh oleh SMA Semen
tua dan Dinas pendidikan.KKM Padang yaitu 80 dengan kategori tinggi.
dicantumkan dalam LHB pada saat hasil Walaupun dia SMA swasta tapi dia bisa
penelitian dilaporkan kepada orangtua/ wali mengungguli SMA negeri yang ada di
peserta didik. Lubuk Kilangan yaitu SMAN 14 adang
Dari segi persentase yang didapatkan yaitu 75 dengan kategori sedang . Pada
oleh SMAN 14 Padang bahwa nilai Semester satu dan semester dua pada Tahn
kompleksitas, intake siswa dan daya dukung Ajaran 2013/2014 nilai KKM Ekonomi
mendapatkan nilai sedang yaitu 65 sampai kelas X yang diperoleh SMA 14 Padang
79 dikategorikan sedang. Pada semester satu adalah 75. Sedangkan untuk SMA Semen
kompleksitas dari nilai KKM SMAN 14 Padang nilai KKM Ekonomi kelas X yang
Padang yaitu: 75,96 dan semester dua diperoleh untuk semester satu dan dua tahun
75,41 dikategotikan sedang. Pada intake ajaran 2013/2014 adalah 80. Dengan nilai
siswa pada semester satu dan dua terdapat komplesitas 75,96 kategori sedang, intake
nilai KKM 75 dan Pada daya dukung untuk siswa nialai yang diperoleh Dimana
semester satu 76,81 dan semester dua 77,4 komlesitas Nilai KKM yang ditentukan
dikategorikan sedang. Dari ketiga kategori harus mengalami kenaikan setiap tahunnya.
yang ada nilai tertinggi diperoleh oleh SMA Contohnya pada waktu kelas X nilai KKM
14 Padang terdapat pada Daya dukung yaitu ekonomi adalah 80 maka untuk kelas XI nya
76,81 dan 77,4. harus diatas 80. Hal ini sejalan dengan
Persentase dalam penetapan KKM oleh pendapat (Anonimus:2008) dalam penetapan
SMA semen padang langsung ditentukan KKM harus melihat hasil penetapan KKM
dua semester dimana semester satu dan sebelumnya.
semester dua nilai komlesitas yang diperoleh Menurut Anonimus (2008 ) Penetapan
adalah 75,9 dikategorikan nilai sedang, KKM oleh guru ataupun sekolah harus
untuk intake siswa nilai atau skor yang tetap berpedoman pada kriteria
diperoleh adalah 84 dikategorikan nilai penetapan KM yang telah dikeluarkan oleh
tinggi, dan sedangkan untuk daya dukung Depdiknas, karena tiap sekolah diberikan
skor yang diperoleh adalah 79,9 kebebasan untuk menetapkan KKM, oleh
dikategorikan nilai sedang. karena itu akan terdapat perbedaan KKM
Dari ketiga skor yang ada nilai tertinggi di sekolah yang berbeda. Menurut
terdapat pada intake siswa dimana nilai yang Anonimus(2008:3) Perbedaan penetapan

KOPERTIS WILAYAH X 109


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V8.i3 (105-111)

KKM pada tiap sekolah, menyebabkan 2. Dalam menentukan kriteria ketuntasan


peranan guru semakin besar. Pada minimum (KKM) ,pada SMASemen
hakekatnya, factor utama keberhasilan Padang KKM Mata pelajaran Ekonomi
penyelenggaraan proses pendidikan Kelas X yaitu 80 dimana Ko
mengatakan bahwa kualitas kemampuan 3. Dalam penetapan KKM ada kendala-
guru yang rendah akan berdampak pada kendala yang dihadapi oleh
rendah mutu pendidikan. Dalam sekelompok guru mata pelajaran yaitu:
menetapkan KKM, guru dituntut untuk waktu yang direncanakan tidak sesuai
dapat menetapkan KKM yang sesuai dengan dengan keadaan yang ada di
Kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini lapangan, dalam penentuan KKM bila
bukanlah hal mudah, karena adanya terlalu rendah maka siswa akan
perbedaan kemampuan siswa. Bukan hanya sulit bersaing untuk masuk SMPTN
kemampuan siswa yang jadi masalah dalam dan apa bila KKM terlalu tinggi maka
menetapkan KKM. siswa akan banyak remedial.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi 4. Berdasarkan kesimpulan yang telah
dalam penentuan KKM oleh SMA Semen dicantumkan di atas, maka peneliti
Padang dan SMAN 14 Padang adalah: mengajukan beberapa saran untuk
Alokasi waktu yang direncanakan tidak dipertimbangkan:
sesuai dengan keadaan yang ada di 5. Dalam penetapan KKM diharapkan
lapangan, dalam penentuan KKM bila kepada guru menetapkan sesuai dengan
terlalu rendah maka siswa akan sulit prosedur yang ada. Supaya proses
bersaing untuk masuk SMPTN dan apa bila pembelajaran berjalan dengan lancar.
KKM terlalu tinggi maka siswa akan banyak 6. Kepada Dinas pendidikan supaya
mendapatkan remedial. melakukan pemantauan apakah
Jadi dalam penentuan KKM harus penetapan KKM itu sesuai dengan
sesuai dengan keadaan sekolah baik dari prosedur yang ada.
tingkat kerumitan materi, daya dukung dan 7. Kepada guru diharapkan dalam
intake siswa harus sesuai dengan fakta yang penentuan KKM harus bersifat objektif.
ada. Karena kalau tidak sesuai dengan 8. Dalam penentuan KKM dari tiga
keadaan maka siswa akan kesulitan dalam komponen yang ada sebaiknya
proses pembelajaran. mempunyai standar nilai kapan
dikatakan tinngi, sedang dan rendah
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Dari paparan data dan hasil penelitian Anonimus. 2008. Manajemen Peningkatan
serta pembahasan pada Bab VI sebelumnya, Kualitas Sumber Daya Guru
maka peneliti dapat menarik kesimpulan Sebuah Pengantar. Istana ilmu.
sebagai berikut: Depdiknas. 2008. Penetapan Kriteria
1. Bahwa terdapat perbedaan proses Ketuntasan Minimal. Bandung:
penilai Krteria ketuntasan Minimum Direktorat Jenderal Manajemen
(KKM) antara SMA Semen Padang dan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
SMA 14 Padang. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

KOPERTIS WILAYAH X 110


ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V8.i3 (105-111)

Miles dan Hubermen. 2000. Analisis data


Kualitatif. Jakarta. Universitas
Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Pustaka
setia.:Bandung
Sardiman M. 2011. Interaksi Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: raja
Grafindo Persada. Slameto. 2003.
Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. Suryasubroto.2002. Proses
Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta:
Rineka Cipta
Sunhaji. 2009. Strategi pembelajaran
Konsep Dasar, Metode dan
Aplikasi Dalam Proses
Belajar Mengajar. Yogyakarta: Grafindo
Literia Media.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif. Alfabeta:
Bandung

KOPERTIS WILAYAH X 111

You might also like