Professional Documents
Culture Documents
Publish AgusSugiyono OutlookEnergiIndonesia Enerlink
Publish AgusSugiyono OutlookEnergiIndonesia Enerlink
Agus Sugiyono
Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung 625 Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan 15314
Email: agus.sugiyono@bppt.go.id
Diterima: 11 Oktober 2016; Diperiksa: 17 Oktober 2016; Revisi: 1 Nopember 2016; Disetujui: 21 Nopember 2016
Abstract
Energy has an important role to increase economic activity in Indonesia, therefore the energy should
be managed based on the principles of sustainable development. There are two important issues
considered in the economic growth in Indonesia, i.e. strategies to escape middle income trap and
reducing petroleum fuel usage. This paper will discuss the energy demand and supply in Indonesia for
the long term by considering efforts to find solutions to any energy problems arise. The results show
that in the base (BAU-Business As Usual) scenario, the energy demand (including biomass) will
increase from 1,079 million BOE (Barrel of Oil Equivalent) in 2012 to 1,916 million BOE in 2025 and
reached 2,980 million BOE in 2035 with a growth rate of 4.5% per year. While in the high scenario,
energy demand will increase with the growth rate of 5.6% per year. Petroleum fuel is still the main
energy supply with the share of 37% in 2012, and the share will increased in 2035 to 42.9% (base
scenario) and 43.3% (high scenario). Due to the limitations of energy resources, in 2033 the total
domestic energy production were no longer able to meet the domestic demand, therefore Indonesia
become a net energy importer country. The solutions to reduce import of energy is by increasing the
development of new and renewable energy sources more aggressive from now on.
Key Words: energy demand and supply, new and renewable energy
Abstrak
Energi mempunyai peran penting dalam meningkatkan kegiatan ekonomi di Indonesia, oleh karena itu
energi harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Ada dua isu
penting yang dipertimbangkan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yaitu strategi untuk terlepas
dari perangkap negara berpenghasilan menengah dan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak.
Makalah ini akan membahas permintaan dan penyediaan energi di Indonesia untuk jangka panjang
dengan mempertimbangkan berbagai upaya dalam mengatasi setiap permasalahan energi yang
mungkin akan timbul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk skenario dasar (BAU-Business As
Usual), permintaan energi (termasuk biomassa) akan meningkat dari 1.079 juta SBM (Setara Barel
Minyak) pada tahun 2012 menjadi 1.916 juta SBM pada tahun 2025 dan mencapai 2.980 juta SBM
pada tahun 2035 atau tumbuh rata-rata 4,5% per tahun. Sedangkan untuk skenario tinggi, permintaan
energi akan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 5,6% per tahun. Bahan bakar minyak masih
merupakan penyediaan energi yang utama dengan pangsa 37% pada tahun 2012, dan diprakirakan
akan meningkat menjadi 42,9% pada tahun 2035 (skenario dasar) dan 43,3% (skenario tinggi).
Keterbatasan sumber daya energi menyebabkan produksi energi dalam negeri sudah tidak lagi
mampu lagi memenuhi permintaan energi dalam negeri pada tahun 2033, sehingga Indonesia menjadi
negara net importir energi. Solusi untuk mengurangi impor energi adalah dengan meningkatkan
pengembangan sumber energi baru terbarukan yang lebih agresif mulai dari sekarang.
88 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
skenario business as usual yang disingkat sedangkan untuk cadangan batubara
skenario BAU dan skenario tinggi, serta satu kasus menggunakan cadangan tertambang
yaitu pengembangan energi dalam mendukung (mineable) dan cadangan terukur (measured).
program substitusi BBM yang disingkat menjadi • Konservasi energi untuk sisi permintaan dan
kasus substitusi. Pada skenario dasar, penyediaan sudah dipertimbangkan melalui
pertumbuhan PDB diasumsikan sejalan dengan penggunaan teknologi yang efisien.
target Bappenas untuk skenario BAU untuk • Pengembangan listrik nasional didasarkan
periode 2015-2019 yang meningkat rata-rata 6% pada Statistik Ketenagalistrikan 2013 (DJK,
per tahun. Pertumbuhan PDB untuk periode 2020- 2013) dan Statistik Energi Baru Terbarukan dan
2035 mengikuti tren tahun-tahun sebelumnya Konservasi Energi 2013 (Ditjen EBTKE, 2013)
seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Skenario dasar dari KESDM dan juga RUPTL 2013-2022 dari
sudah mempertimbangkan beberapa kebijakan PT. PLN (Persero) (PLN, 2013).
pemerintah, diantaranya adalah program substitusi
minyak tanah dengan LPG, program percepatan
pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW Table 1. Asumsi Skenario Dasar dan Skenario Tinggi
berbasis batubara tahap pertama sudah Keterangan Unit 2015 2020 2025 2030 2035
terealisasi, dan tahap kedua dari program Populasi Juta 255,4 271,0 284,8 296,4 305,6
Pertumbuhan Rata-Rata %/tahun 1,40 1,19 0,10 0,08 0,06
percepatan pembangunan pembangkit listrik yang Harga Minyak Bumi dolar/barel
menggunakan energi terbarukan sudah mulai Harga Batubara
Harga berlaku
dolar/ton
104,9 105,1 111,8 118,9 126,4
90 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
teknologi dan peningkatan standar kualitas hidup
masyarakat. Proyeksi permintaan listrik untuk
setiap sektor ditunjukkan pada Gambar 4. Selama
periode 2012-2035 untuk skenario dasar, total
permintaan listrik di semua sektor diperkirakan
akan terus meningkat secara signifikan menjadi
lebih dari 5 kali, yang akan mencapai 903 TWh
pada tahun 2035 dengan tingkat pertumbuhan
rata-rata 7,4% per tahun. Untuk skenario tinggi,
tingkat pertumbuhan permintaan listrik akan
mendekati 9,0% per tahun, atau meningkat 7 kali
lipat menjadi 1.229 TWh pada akhir tahun
proyeksi.
Gambar 5. Proyeksi Kapasitas Terpasang
Pembangkit Listrik
Gambar 6. Proyeksi Permintaan Bahan Bakar Gambar 7. Proyeksi Neraca Energi (Skenario
untuk Pembangkit Listrik Tinggi)
Penggunaan pembangkit listrik panas bumi Impor bahan bakar diprakirakan akan
akan meningkat secara signifikan, dari 5% pada meningkat hampir 4 kali lipat menjadi 693 juta
tahun 2012 menjadi 12% (skenario dasar) dan 9% SBM (822 juta barel) atau 55% dari total konsumsi
(skenario tinggi) pada tahun 2035. Dalam hal bahan bakar pada tahun 2035. Sedangkan impor
pangsa, penggunaan panas bumi untuk skenario minyak bumi meningkat sekitar 5 kali lipat menjadi
tinggi akan menurun, tapi dalam hal besar 466 juta SBM (523 juta barel) pada tahun 2035
kapasitas akan relatif sama dengan kapasitas atau mencapai 85% dari total permintaan minyak
pada skenario dasar. Pada tahun 2035, bumi. impor LNG diprakirakan akan mulai pada
diharapkan bahwa pembangkit listrik berbasis EBT tahun 2018 dan meningkat menjadi 155 juta SBM
lain seperti solar, sampah, biomassa, bayu, dan (22,2 juta ton) pada tahun 2035. Impor LPG juga
laut akan memiliki kontribusi yang cukup signifikan meningkat dan mencapai 36 juta SBM (7,2 juta
di sektor pembangkit listrik. ton), atau 52% dari konsumsi LPG nasional.
Perbaikan perekonomian masyarakat akan
mendorong peningkatan penggunaan BBM
3.4. Keterbatasan Sumber Daya Energi Fosil terutama di sektor transportasi sebagai pengguna
Pada skenario dasar, net penyediaan energi utama. Hal ini perlu didukung dengan peningkatan
diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 4,7% penyediaan minyak bumi yang memadai. Pada
per tahun, dengan produksi energi fosil tumbuh skenario dasar untuk periode 2012-2035,
sekitar 1,4% per tahun dan produksi EBT naik permintaan minyak bumi meningkat dengan
sebesar 3,8% per tahun. Impor energi meningkat pertumbuhan rata-rata 2,4% per tahun, sedangkan
rata-rata sebesar 6,6% per tahun, sedangkan untuk skenario tinggi meningkat dengan
ekspor energi terus menurun dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3,2% per tahun. Untuk
pengurangan sekitar 1,4% per tahun. memenuhi peningkatan permintaan minyak bumi,
Keseimbangan antara produksi dan konsumsi penambahan kilang baru akan diperlukan pada
energi dalam negeri terjadi pada tahun 2033. Mulai tahun 2020 dan 2025 masing-masing dengan
92 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
kapasitas produksi sekitar 300 barel per hari untuk Untuk skenario tinggi, net importir gas terjadi
skenario dasar dan pada tahun 2020, 2025 dan pada tahun 2013, namun dalam jumlah defisit
2030 untuk skenario tinggi. Kilang baru akan yang cukup besar. Defisit gas untuk skenario
berlokasi di Balongan dan Tuban. dasar sebesar 32 BCF dan mencapai 101 BCF
Proyeksi neraca minyak bumi untuk skenario untuk skenario tinggi. Permintaan gas yang lebih
tinggi ditunjukkan pada Gambar 8. Selama periode tinggi untuk skenario tinggi menyebabkan impor
proyeksi, akumulasi impor minyak bumi untuk gas meningkat karena produksi gas nasional tidak
kedua skenario mencapai sekitar 66% dari total dapat ditingkatkan lagi.
permintaan minyak mentah, dengan volume 6.881
juta barel untuk skenario dasar dan 7.541 juta
barel untuk skenario tinggi. Peningkatan efisiensi
kilang menggunakan teknologi baru yang
disesuaikan dengan jenis minyak bumi dalam
negeri serta upaya konversi dan diversifikasi
energi dapat membantu menurunkan ekspor
minyak bumi dari 115 juta barel pada tahun 2012
menjadi sekitar 20,2 juta barel pada tahun 2035
untuk kedua skenario.
94 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
proyek yang sudah beroperasi (4 GW), proyek digantikan oleh penggunaan batubara pada tahun
yang direncanakan akan dibangun (6 GW) dan 2035.
potensi baru (16 GW). Untuk mini/mikro hidro, Ketergantungan impor energi yang tinggi bisa
mempunyai potensi sebesar 500 MWe. membahayakan ketahanan energi nasional. Oleh
Selain sumber energi yang disebutkan di atas, karena itu, upaya-upaya seperti diversifikasi
sumber daya energi terbarukan yang belum energi, pembangunan kilang minyak baru, serta
banyak diketahui masyarakat adalah energi laut. investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi mutlak
Pemanfaatan energi laut untuk listrik dapat diperlukan. Selain itu, kebijakan ekspor gas dan
dilakukan melalui berbagai cara seperti dengan batubara untuk jangka panjang perlu ditinjau
memanfaatkan energi gelombang, pasang surut, dalam rangka untuk mengamankan penyediaan
perbedaan suhu permukaan laut (ocean thermal energi dalam negeri.
energy conversion - OTEC), dan perbedaan Keterbatasan sumber daya energi yang ada
salinitas atau osmosis (Achiruddin, 2014). akan menyebabkan produksi energi dalam negeri
(fosil dan EBT) pada tahun 2033 (untuk skenario
dasar) tidak lagi mampu memenuhi permintaan
dalam negeri dan Indonesia menjadi net importir
energi. Untuk skenario tinggi, kondisi ini terjadi
lebih cepat yaitu pada tahun 2030 karena
permintaan energi yang lebih tinggi. Salah satu
solusi untuk mengurangi impor energi di masa
datang adalah mulai saat ini secara agresif
meningkatkan pengembangan EBT.
DJK, 2013. Statistik Ketenagalistrikan 2013, Direktorat Sugiyono, A., Anindhita, Boedoyo, M.S., Adiarso (Editor),
Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan 2014. Outlook Energi Indonesia 2014, Badan Pengkajian
Sumber Daya Mineral, Jakarta. dan Penerapan Teknologi, Jakarta.
96 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96