De Jure

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

ASPEK HUKUM KEBIJAKAN PEMERINTAH MELINDUNGI INDUSTRI


DALAM NEGERI PASCA KESEPAKATAN PERDAGANGAN REGIONAL
AFTA-CHINA: STUDI DESKRIPTIF PEMERINTAHAN PROVINSI
SUMATERA UTARA
(Legal Aspect of Government Policy in Protecting Domestic Industry Following the
Ratification of Afta-China Regional Trade Treaty: Descriptive Study by The
Administration of North Sumatra Province)

Halimatul Maryani
Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan
Jalan Garu II No. 2 Medan
maryaniritonga@yahoo.co.id

Adawiyah Nasution
Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan
Jalan Garu II No. 2 Medan
maryaniritonga@gmail.com

Tulisan Diterima: 19 Maret 2019; Direvisi: 24 Juni 2019; Disetujui Diterbitkan 24 Juni 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2019.V19.137-149

ABSTRACT
In principle, the basic concept of a free trade treaty is the removal of barriers in the international
commerce process, but the legal issue in this research is that a free trade treaty, which at the multilateral
system of the World Trade Organization, abbreviated as the WTO, level has experienced some
restrictions and not go well in line with the expectations of the parties, may establish a regional trade
block, for example ASEAN, AFTA, including the ACFTA aimed specifically to gain direct benefits from
and to speed the economic growth on a regional scale in order to secure higher development and
advancements level. The method used in this research is the juridical normative research method. The
results of the research have been analyzed from January 1, 2010, when it was confirmed that China
would join the Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) treaty, the Framework Agreement on
comprehensive, Economic Co-operation Between the Association of South East Asian Nations and The
People's Republic of China (Asean-China) that was signed by the then President of the Republic of
Indonesia, Megawati, in Phnom Penh, Cambodia on November 4, 2002, and ratified by President
Decree No. 48 of 2004 by issuance of the Law No. 24 of 2000 regarding the International Treaty.
Consequently, the legal basis for the applicability of the regional commerce treaty under the World
Trade Organization or WTO is authorized under Article 24 of GATT, amid some policies implemented
by the government in order to protect the domestic industries from the negative impact of regional free
trade, in accordance with the principles of transparency, honesty and must be set under one single
principle.
Keywords: government policy; regional trade; domestic industry.

ABSTRAK
Pada prinsipnya konsep dasar perdagangan bebas merupakan penghilangan hambatan-hambatan dalam
proses perdagangan internasional, namun yang menjadi isu hukum dalam kajian ini adalah bahwa suatu
perdagangan bebas dalam skala sistem multilateral World Trade Organization disingkat dengan WTO
sedikit terkendala dan tidak berjalan dengan baik sesuai dengan harapan, sehingga mulailah suatu negara
itu membentuk blok perdagangan secara regional misalnya ASEAN, AFTA, termasuk ACFTA yang
bertujuan mendapatkan keuntungan secara langsung dan meningkatkan kemajuan pertumbuhan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 137
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

ekonomi dalam skala regional dengan lebih berkembang serta meningkatkan kemajuan. Metode yang
digunakan dalam tulisan ini berawal dari hasil penelitian adalah menggunakan metode penelitian yuridis
normative dan kajian yang dianalisis ini berawal sejak 1 Januari 2010, negara China dipastikan telah
bergabung dalam kesepakatan Asean China Free Trade Agreement (ACFTA), pada Framework
Agreement on comprehensive Economic Co-opration Between The Association of South East Asian
Nation and The People’s Republic of China (Asean-China) dan telah ditandatangani Presiden Republik
Indonesia waktu itu Megawati di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Novenber 2002, serta telah
diratifikasi melalui Keputusan Presiden No.48 Tahun 2004, dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional. Oleh karena itu, dasar hukum berlakunya kesepakatan perdagangan
regional dalam ketentuan World Trade Organization atau WTO diperbolehkan dalam pasal 24 GATT,
dengan beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri terhadap
dampak negatif dari pelaksanaan perdagangan bebas regional, sesuai dengan prinsip transparansi,
kejujuran dan harus ditetapkan dalam satu kaidah.
Kata kunci: kebijakan pemerintah; perdagangan regional; industri dalam negeri.

anggota yang terbentuk dalam WTO, dimana


PENDAHULUAN konsep dasar dari perdagangan bebas ini adalah
A. LatarBelakang penghilangan hambatan dalam skala
perdagangan internasional. Konsep seperti ini
Lahirnya GATT (General Agreement on dalam pelaksanaannya membentuk globalisasi 3,
Tariffs and Trade) bertujuan untuk membuat yang maknanya ialah universal dan mencakup
suatu unifikasi hukum di sektor perdagangan semua bidang yang sangat luas. Jika dilihat
dunia internasional, yang pada awalnya dari aspek ekonomi dan perdagangan, maka
masyarakat internasional ingin membentuk globalisasi telah terjadi di Indonesia pada saat
sebuah organisasi perdagangan internasional di mulainya transaksi perdagangan rempah-
bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa rempah, kemudian adanya sistem tanam paksa
(PBB), namun hal tersebut ditolak oleh di Jawa, sampai tumbuh dan berkembangnya
Amerika Serikat, maka negara anggota yang perkebunan-perkebunan di Hindia Belanda, dan
tergabung dalam GATT membuat kesepakatan saat itu pula lahir globalisasi dengan sistem
agar perjanjian dalam GATT itu dipatuhi oleh kekerasan yang dibuat oleh kolonialisme.
para pihak yang telah menandatanganinya. Berbeda dengan saat ini sistem globalisasi
Banyak kelemahan yang terdapat dalam GATT, ekonomi dan perdagangan dilakukan dengan
dan selanjutnya akan diperbaiki melalui cara damai salah satunya adalah melalui
beberapa kali pertemuan. Salah satu pertemuan perundingan dan perjanjian internasional yang
yang berhasil adalah Putaran Uruguay antara melahirkan aturan perdagangan bebas serta
tahun 1986-1994. Pada putaran tersebut dicapai terfokus dengan pengembangan pasar bebas
kesepakatan untuk membentuk sebuah terbuka (sistem transparansi). 4
Lembaga perdagangan internasional World
Trade Organization (WTO). 1 Dalam dua dekade terakhir ini untuk
percepatan proses globalisasi dikenal secara
Berdarkan pembentukan World Trade fundamental dengan mengubah pola dan
Organization (WTO) tersebut, Indonesia struktur hubungan perdagangan dan keuangan
meratifikasi GATT/WTO ini dengan Undang- dalam skala internasional. Hal ini menjadi
Undang No. 7 Tahun 1994, 2 serta telah fenomena sangat penting sekaligus merupakan
memberikan konsep perdagangan bebas secara suatu tanda “era baru (new Rezim)” yang
globalisasi khususnya kepada negara-negara ditandai dengan tingginya pertumbuhan

1
Administrator, “Perjanjian Perdagangan Perdagangan Berkeadilan) Dalam Konsep
Regional (RTA) Dalam Kerangka WTO.” Hukum.”
2 4
Erman Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi Erman Rajagukguk, “Globalisasi Hukum Dan
(Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, Kemajuan Teknologi: Implikasinya Bagi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011). Pendidikan Hukum Dan Pembangunan Hukum
3
Eko Prilianto Sudradjat, “Free Trade Indonesia,” Hukum 01, no. 01 (2005): 12.
(Perdagangan Bebas) Dan Fair Trade (

138 Aspek Hukum Kebijakan Pemerintah… Halimatul Maryani


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

perdagangan internasional, artinya bahwa menjadi rintangan dan penghalang perdagangan


Indonesia telah melaksanakan rezim bagi pihak ketiga.
perdagangan bebas (era globalisasi), dan di era
Proses perkembangan selanjutnya
globalisasi perdagangan bebas ini merupakan
perdagangan bebas ASEAN atau AFTA telah
isu penting untuk diperbincangkan karena
diputuskan sejak 1 Januari 2010 yang telah lalu
diharapkan akan membawa perubahan bagi
(lebih kurang sembilan tahun yang telah lalu)
dunia.
negara China sudah dengan Asean China Free
Indonesia kini sudah menjadi bagian dari Trade Agreement (ACFTA), 9 pada Framework
masyarakat internasional yang ikut serta dalam Agreement on comprehensive Economic Co-
meratifikasi ketentuan WTO tentu dengan operation Between the Association of South
sendirinya patuh pada aturan perdagangan yang East Asian and The People’s Republic of China
tercantum dalam kesepakatan tersebut. (Asean-China). Artinya negara China dalam
Sehingga Indonesia secara otomatis tanpa tawar perdagangan bebas ASEAN ini akan
menawar, harus menyesuaikan peraturan menimbulkan keresahan bagi kalangan
perundang-undangan yang berkaitan dengan produsen tekstil dalam negeri, karena dapat
perdagangan bebas dengan ketentuan WTO, dipastikan bahwa semua produk bebas masuk
khususnya semua yang berkaitan dengan bidang ke pasar ASEAN termasuk di negara Indonesia.
yang diatur dalam ketentuan WTO, 5 adalah
Dengan demikian tentunya akan
murni multilateral, dengan aturan hukum untuk
berdampak, salah satu dampak negatif dari
mencapai kepastian hukum, 6 dan sesuai dengan
perdagangan regional terkait dengan AFTA-
prinsip ekonomi. 7
China ini bagi Indonesia adalah bahwa produk
Mengingat hal yang demikian, maka yang berasal dari negara China akan semakin
salah satu perjanjian perdagangan regional tetap banyak beredar membanjiri pasar di Indonesia,
eksis sampai saat ini adalah Asean Free Trade termasuk Sumatera Utara sehingga akan
Area dan disingkat dengan (AFTA) yang merugikan pengusaha-pengusaha lokal/industri
digagas oleh ASEAN (Association of Southeast dalam negeri.
Asian Nations) sebuahorganisasi regional yang
ada di negara Asia Tenggara. AFTA
B. Perumusan Masalah
adasejaktahun 1995 yang bertujuan untuk Bertitik tolak dari uraian latar
memberikan keuntungan-keuntungan dalam belakang di atas, maka adapun yang
perdagangan khususnya bagi negara-negara menjadi isu hukum sebagai permasalahan
yang berasal dari ASEAN. Upaya yang dalam penulisan artikel ini adalah
dilakukan AFTA untuk mewujudkan tujuan
“Bagaimana analisis hukum mengenai
tersebut adalah dengan melakukan kesepakatan
kebijakan pemerintah melindungi industry
preferensi terhadap barang-barang yang ada
dari negara ASEAN. 8Selain itu juga di Asia dalam negeri pasca adanya pelaksanaan
Facific Economic Co-operation (APEC), Uni perdagangan bebas regional AFTA-
Eropa, North American Free Trade Agreement China?”
(NAFTA) dan organisasi lainnya dengan syarat
bahwa pembentukan organisasi perdagangan
regional tersebut berdasarkan pasal 24 GATT
yang memberi persyaratan bahwa pembentukan
perjanjian perdagangan regional (Regional
Trade Agreement /RTA) tersebut tidak menjadi
rintangan bagi perdagangan multilateral tidak

5
Sutiarnoto MS., “Tantangan Dan Peluang Jurnal Penelitian Hukum De Jure Volume 19,
Investasi Asing,” Hukum 6, no. 3 (2001): 271. Nomor 1 : 2019
6
Edward James Sinaga, Layanan Hukum 8 Administrator, “Perjanjian Perdagangan
Legalisasi Dalam Upaya Memberikan Kepastian Regional (RTA) Dalam Kerangka WTO.”
9
Hukum, Jurnal Penelitian Hukum De Jure Vol. Administrator, “China Bergabung Dalam
19 No. 1, Maret 2019 AFTA.”
7
Sri Lestari Poernomo, Standar Kontrak Dalam
Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen,

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 139
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

C. Tujuan Pembahasan dengan menggunakan logika berpikir dari


deduktif ke induktif.
Berdasarkan permasalahan yang telah
diuraikan di atas, maka yang menjadi tujuan
dalam kajian artikel ini adalah “Untuk PEMBAHASAN DAN ANALISIS
mengkaji dan mengalisa mengenai
kebijakan pemerintah melindungi industry A. Kebijakan Pemerintah ditinjau dari
dalam negeri pasca pelaksanaan Teori Perdagangan Bebas
perdagangan regional AFTA-China”. 1. Teori Kebijakan
Menurut Bruggink dalam bukunya
“Refleksi Tentang Hukum” pengertian teori
METODE PENELITIAN adalah keseluruhan pernyataan (statement,
Penelitian ini dilakukan dengan cara claim, bewenngen) yang saling berkaitan. 10
mengkaji dan terfokus pada penerapan- Tentunya terfokus pada teori hukum yang
penerapan kaidah-kaidah hukum “Yuridis menjadi kajian atau analisis hukum normatif. 11
Normatif”, maka metode yang dipergunakan Sedangkan pengertian “kebijakan” istilah
dalam penelitian ini metode yuridis normative lainnya adalah “policy” disebut sebagai
yang terkait dengan undang-undang “wisdom”, dalam arti kebijakan atau kearifan
perdagangan bebas internasional serta ditelaah adalah pemikiran-pemikiran/ pertimbangan
dengan menganalisa keadaan atau gejala-gejala yang mendalam untuk menjadi dasar (landasan)
yang berhubungan dengan perdagangan bagi perumusan kebijakan, dan kebijakan ini
regional AFTA-China. dalam arti “Kebijakan Publik”. Kebijakan
menurut Thomas R. Dye adalah sebagai pilihan
Sedangkan sumber bahan hukum yang pemerintah untuk menentukan langkah untuk
dipergunakan adalah dengan menganalisa data “berbuat” atau “tidak berbuat” (to do or not to
skunder yang terdiri dari bahan-bahan hukum do).
secara primer seperti Undang-Undang No. 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Carl J. Friedrich juga menyebutkan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia, bahwa kebijakan adalah serangkaian konsep
Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang tindakan yang diusulkan oleh seseorang atau
Perjanjian Internasional, Undang-undang No. sekelompok orang atau pemerintah dalam satu
37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, lingkungan tertentu dengan menunjukkan
Keppres Republik Indonesia No. 48 tanggal 15 hambatan-hambatan dan peluang, terhadap
Juni 2004 tentang kerjasama perdagangan bebas pelaksanaan usulan tersebut dalam rangka
AFTA-China. Kemudian bahan hukum mencapai tujuan tertentu. 12
sekunder seperti buku teks yang berhubungan Menganalisa dari beberapa pengertian
dengan materi yang diangkat, laporan dan defenisi kebijakan tersebut, maka ada tiga
penelitian, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, Koran, konotasi yang terkait dengan istilah kebijakan
situs internet. Termasuk juga bahan hukum publik, khususnya kata “publik” yaitu: (1).
tersier seperti kamus umum, kamus hukum, Pemerintah, (2). Masyarakat, dan (3). Umum.
kamus bahasa Indonesia dan kamus ekonomi Ini tercermin, kata Said, dalam dimensi “subjek,
Untuk Teknik pengumpulan bahan objek dan lingkungan” dari kebijakan itu. 13
hukum yang diperoleh dilakukan melalui Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
penelusuran kepustakaan “library research” penelitian ini hanya terfokus kepada poin
dengan alat yang dipergunakan adalah studi pertama “Kebijakan Pemerintah” saja, yakni
dokumen. Selanjutnya bahan-bahan hukum dimensi subjek yang ditandai oleh adanya
tersebut dianalisa dan disusun secara sistematis kebijakan dari pemerintah, maka dikatakan

10
Solly Lubis, Teori Hukum (Modul) (Medan, (Legisprudence) (Jakarta: Kencana Prenada
2006). MediaGroup, 2009).
11
Achmad Ali, Menguat Teori Hukum (Legal 12 Solly Lubis, Kebijakan Publik (Bandung:
Teori) Dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Mandar Maju, 2007).
13
Termasuk Interpretasi Undang Undang Ibid.

140 Aspek Hukum Kebijakan Pemerintah… Halimatul Maryani


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

bahwa salah satu ciri kebijakan itu adalah “what justice is to secure from injure” yang berawal
government do or not to do”. dari persepektif kapitalisme klasik terhadap
perdagangan bebas internasional didasarkan
Dengan demikian kebijakan public itu
pada prinsip laissez faire dalam karyanya yang
merupakan serangkaian tindakan yang
sangat terkenal An Inquiry to the Nature and
ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah
Causes of the Wealth Nation. Awalnya
dengan tujuan tertentu demi kepentingan
kapitalisme dianggap cukup atraktif dimana
masyarakat. Jika suatu pemerintah negara
versi Adam Smith ini diyakini akan mampu
melakukan pelayanan dengan berorientasi
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
kepada public interest atau public needs, maka
Dalam The Wealth of Nation Smith juga
yang harus dipikirkan oleh pemerintah itu
mendiskripsikan bahwa system harga akan
adalah “How to serve the public”?, bagaimana
bekerja dan bagaimana ekonomi yang bebas dan
untuk melayani masyarakat ?, sehingga
berkmopetensi akan berfungsi tanpa ada
pemerintah tersebut bertindak sebagai “public
campur tangan pemerintah melalui
sevant” pelayanan masyarakat yang
pengalokasian sumber daya dengan cara yang
menyelenggarakan public service (layanan
efesien. Smith juga mendiskripsikan pandangan
Publik). 14
laissez faire atau prinsip bebas melakukan apa
Karena itu kebijakan pembangunan di saja, bahwa berbagai transaksi ekonomi yang
bidang perdagangan dipusatkan bagi independent akan terdapat harmoni alamiah di
terciptanya kerangka landasan perdagangan mana manusia mencari pekerjaan, produsen
yang memungkinkan bidang ini menunjang menghasilkan barang, konsumen
pelaksanaan pembangunan nasional yang membelanjakan penghasilannya untuk membeli
berkesinambungan. Peranan perdagangan produk yang berdasarkan pilihan masing-
dalam pembangunan pada akhirnya dapat masing. 17
dilihat dari seberapa besar sumbangannya
Adam Smith percaya bahwa kepentingan
dalam pembangunan dalam menunjang
pribadi tidak boleh dikekang oleh negara. Lebih
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta
jauh dikatakan bahwa selama pasar bebas
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
bersaing, tindakan individu yang didorong oleh
Keberhasilan di bidang perdagangan dalam
kepentingan diri akan berjalan Bersama dengan
upaya meningkatkan ekspor sangat penting bagi
kebutuhan Bersama khalayak ramai.
tercapainya pembangunan nasional secara
Sebagaimana diuraikan Smith bahwa bila dalam
keseluruhan, maka dari aspek inilah terdapat
transaksi dengan orang lain setiap individu
keterkaitan erat antara ekspor dengan
bebas mengejar kepentingannya sendiri, maka
pembangunan ekonomi. 15
bukan hanya individu itu yang beruntung, akan
2. Campur Tangan Pemerintah dalam tetapi juga seluruh masyarakat. 18
Perekonomian
Meskipun tidak setuju dengan campur
Adapun teori tentang perdagangan bebas tangan pemerintah, akan tetapi seperti diuraikan
yang digunakan adalah teori yang dikemukakan Smith tersebut, peran negara tidak hilang sama
oleh Adam Smith (1723-1790), seorang guru sekali, hanya dikurangi sampai tingkat minimal.
besar di bidang Filosofi moral dari Glasgow Ia juga menegaskan bahwa pemerintah punya
University pada tahun 1750, sekaligus juga tugas yang amat sangat penting dan yang begitu
dikenal sebagai ahli teori hukum, bapak luas serta jelas bagi pemahaman umum.
ekonomi modern, 16telah melahirkan teori Pertama, tugas untuk melindungi masyarakat
keadilan (justice), bahwa tujuan keadilan adalah dari kekerasan dan serbuan negara lain. Untuk
untuk melindungi dari kerugian “the end of melindungi sejauh mungkin setiap warga

14
Ibid. Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam
15
Administrator, “Tinjauan Efektifitas Bidang Ilmu Hukum Internasional Pada
Implementasi Perjanjian ACFTA Bagi Fakultas Hukum) (Medan, n.d.).
18
Perekonomian Indonesia.” Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional
16
Bismar Nasution, Diktat Peranan Hukum Dalam Dan Penanaman Modal : Studi Kesiapan
Pembangunan Ekonomi (Medan, 2005). Indonesia Dalam Perjanjian Inverstasi
17
Ningrum Natasya Sirait, Indonesia Dalam Multilateral (Medan: Sekolah Pasca Sarjana
Menghadapi Persaingan Internasional (Pidato USU Medan, 2005).

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 141
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

negara dari ketidakadilan dan Dalam konteks hukum salah satu bentuk
pemaksaan/pemerasan yang dilakukan oleh intervensi hukum adalah dengan mewujudkan
warga lain, atau tugas menyelenggarakan keadilan, dan tentunya tidak terlepas dari
secermat mungkin tata keadilan. 19 ketentuan yang mengatur perdagangan bebas
dengan prinsip-prinsip perdagangan yang ada
Smith juga mengajarkan bahwa
dalam ketentuan WTO.
perdagangan bebas akan dengan sendirinya
menciptakan international division of labour Hal ini juga sejalan dengan apa yang
(pembagian kerja internasional) yang saling dikemukan oleh Jhon Rawls dalam teori
menguntungkan, di mana masing-masing keadilannya (theory of justice), bahwa keadilan
negara akan mengekspor barang maupun jasa ke adalah sebagai suatu kejujuran dan kesetaraan
pasar internasional yang dianggap paling (justice as fairness), 24 yaitu memberikan
menguntungkan dari segi biaya produksi keuntungan terbesar bagi yang paling tidak
maupun jasa ke pasar internasional. 20 diuntungkan serta membuka kesempatan yang
fair. Keadilan sebagai konsep yang didasarkan
Namun pada prinsipnya mengenai sistem
pada asas persamaan dan ketidaksamaan
perdagangan bebas ini juga dikembangkan oleh
(equality and inequality) dimana nilai-nilai
John Meynard Keynes bahwa system
sosial, kebebasan dan kesempatan, pendapatan
perdagangan bebas ini adalah sistem ekonomi
dan kemakmuran berdasarkan self respect harus
kapitalis yang terkontrol melalui campur tangan
didistribusikan sesama. 25
negara. 21
3. Kesepakatan Perdagangan Regional
Artinya Keynes menyatakan bahwa
perlunya campur tangan pemerintah dan Istilah regional sebenarnya sudah
pendanaan langsung dari pemerintah untuk tercakup dalam kategori istilah kesepakatan
menanggulangi kemerosotan investasi swasta atau perjanjian internasional dengan konsep
dan daya beli demi untuk merangsang bilateral, regional dan multilateral. Konsep ini
pemulihan ekonomi. Anjuran Keynes ini banyak ditemui dalam hukum internasional dan
memunculkan konsep negara kesejahteraan pada prinsipnya hukum internasional lebih
(welfare state) dan membawa perubahan bahwa banyak mengatur hubungan-hubungan yang
campur tangan negara dalam masyarakat sangat sifatnya lintas batas di bidang hukum publik,
mengubah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh bukan hukum perdata. 26 Dalam ruang lingkup
hukum tradisional, 22 dimana peran negara yang hukum internasional tentunya hukum mengatur
besar diakui tidak saja untuk menjamin hubungan antar negara, 27 dalam ruang lingkup
keamanan internal dan ekternal, akan tetapi kecilnya adalah bilateral.
tetap memberikan tanggung jawab untuk
Dengan demikian ada baiknya pengertian
sebagian besar yang melakukan ketidak adilan.
tersebut dijelaskan secara harfiah. Menurut
Negara harus mengambil peran dalam
kamus hukum, pengertian bilateral 28 adalah
penghapusan ketidakadilan tersebut dari sistem
timbal balik, dan dilakukan oleh kedua belah
yang ada melalui sejumlah intervensi ekonomi
pihak. Sedangkan kesepakatan adalah suatu
dan sosial. 23
perbuatan dengan mana satu orang lain atau

19 24
Ibid. John Rawls, A Theory of Justice Teori Keadilan
20
Bob S Hadiwinata and Aknolt K. Pakpahan, Fair Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan
Trade Gerakan Perdagangan Alternatif Kesejahteraan Sosial Dalam Negara
(Bandung: Pustaka Belajar Oxfam, 2004). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
21 25
Ida Susanti and Bayu Ida, Aspek Hukum Dalam Ade Manan Suherman, “Perdagangan Bebas
Perdagangan Bebas : Menelaah Kesiapan (Free Trade) Dalam Perspektif Keadilan
Hukum Indonesia Dalam Melaksanakan Internasional,” Hukum 5, no. 2 (2008): 252.
26
Perdagangan Bebas (Bandung: Citra Aditya Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak
Bakti, 2003). Internasional (Bandung: Refika Aditama, 2010).
22 27
Satjipto Rahardjo, Negara Hukum Yang Peter De Cruz, Perbandingan Sistem Hukum
Membahagiakan Rakyatnya (Mataram: Genta Common Law, Civil Law Dan/Socialist Law
Publishing, 2009). (Bandung: Nusa Media, 2010).
23 28
Siregar, Perdagangan Internasional Dan A Rahmad and M. Halimi, Tata Negara
Penanaman Modal : Studi Kesiapan Indonesia Pengantar Belajar (Bandung: Ganeca Exact,
Dalam Perjanjian Inverstasi Multilateral. 1996).

142 Aspek Hukum Kebijakan Pemerintah… Halimatul Maryani


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain perdagangan yang anggotanya terdiri dari
atau lebih. Artinya apabila dua orang beberapa negara di kawasan wilayah tertentu
mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang seperti AFTA, ASEAN, APEC, EFTA,
sesuatu hal, maka mereka itu lalu mengadakan NAFTA, LAFTA dan lain-lain. 31
perjanjian dan akibat perjanjian ini adalah
B. Kebijakan Pemerintah Melindungi
terikat pada isi perjanjian sebagai mana
Industri Dalam Negeri Pasca
tercantum dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Hal
Kesepakatan AFTA-China
ini disebut dengan Pacta Sunt Servanda yaitu
bahwa perjanjian adalah mengikat, ditaati, Untuk melindungi industri dalam negeri
ditepati, serta menimbulkan hak dan kewajiban terhadap dampak negatif dari pelaksanaan
antara kedua belah pihak. Dengan kata lain perdagangan regional AFTA-China perlu ada
kesepakatan (perjanjian) yang diadakan hanya kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan yang
dua negara disebut dengan perjanjian bilateral. dilakukan oleh pemerintah, misalnya anti
dumping, tindakan safeguard, subsidi,
Sedangkan kesepakatan multilateral
pelatihan-pelatihan, pemberian pinjaman modal
adalah kesepakatan yang diadakan oleh para
kepada pelaku usaha kecil menengah.
pihak dengan jumlah negara yang sangat
banyak. Maka dalam hal penulisan ini objek Mengenai pengaturan kesepakatan
penelitian yang akan dianalisa hanya terfokus perdagangan bebas regional dalam ketentuan
pada kesepakatan atau perjanjian regional saja. perdagangan bebas internasional (WTO)
diperbolehkan dan dibenarkan berdasarkan
Regional adalah daerah, satu daerah,
ketentuan Pasal 24 GATT.
mengandung arti kedaerahan atau bersifat
daerah. Sedangkan regionalisme atau Ada beberapa faktor-faktor yang menjadi
“regionalism” adalah paham untuk mengadakan tantangan sekaligus peluang bagi pemerintah
kerjasama antara negara-negara di satu kawasan Indonesia terkait dengan pelaksanaan
misalnya negara-negara di kawasan ASEAN. 29 perdagangan AFTA-China yaitu semakin
Dengan demikian regional mengandung dua terbukanya pasar Indonesia (produk-produk
pengertian antara lain, daerah-daerah dalam dalam negeri) untuk bersaing di pasar
suatu negara tertentu dan daerah-daerah atau internasional, khususnya di pasar China.
wilayah dalam satu kawasan tertentu (misalnya 1. Penentuan Arah dan Prioritas Kebijakan
negara-negara di kawasan Asia).
Arah kebijakan merupakan penataan
Dalam studi hubungan internasional, sistem hukum nasional yang menyeluruh dan
pengertian regionalism memiliki irisan studi terpadu dengan menghormati norma-norma
yang sangat erat dengan studi Kawasan atau agama, hukum adat dan kebiasaan serta
Area Studies. Bahkan dalam penerapannya memperbaharui perundang-undangan warisan
istilah regionalisme sering kali terasa akan kolonial Belanda dengan hukum nasional yang
mengalami tumpang tindih. Oleh karena itu diskriminatif, termasuk kategori ketidakadilan
pengertian regionalisme tersebut akan banyak dan ketidaksesuaian dengan tuntutan reformasi
mempergunakan rujukan dari beberapa definisi melalui program legislasi. Selanjutnya untuk
yang berkembang dalam studi kawasan. pengembangan peraturan perundang-undangan
Menurut Mansbaach, regional adalah yang mendukung kegiatan perekonomian dalam
pengelompokan regional diidentifikasi dari menghadapi era globalisasi perdagangan bebas
basis kedekatan geografis, budaya, tanpa merugikan kepentingan-kepentingan
perdagangan dan saling ketergantungan nasional. Prioritas kebijakan terfokus pada
ekonomi yang saling menguntungkan, sasaran utama untuk mencapai dan langkah
komunikasi serta keikutsertaan dalam yang terpenting yang dilakukan oleh
30 pemerintah dalam mengambil sebuah
organisasi internasional. Untuk organisasi
regional adalah organisasi kerjasama ekonomi keputusan sebagai suatu kebijakan.

29
C.S.T. Kansil and Christine Kansil, Modul Hukum Internasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Internasional (Jakarta: Djambatan, 2002). 2010).
30 31
Nuraeni, Deasy Silvya, and Arifin Sudirman, Handy Hady, Ekonomi Internasional: Teori Dan
Regionalisme Dalam Studi Hubungan Kebijakan Perdagangan Internasional (Jakarta:
Ghalia Indonesia, n.d.).

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 143
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

Maka dalam menentukan kebijaksanaan Tabel: 1


(policy) tersebut adalah dengan menggunakan PerkembangankebijakanPerdagangan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang Indonesia
dianggap lebih menjamin terhadap Periode Kebijakan
terlaksananya suatu usaha, cita-cita keadaan 1948-1966 Ekonomi nasionalis, nasionalisasi
yang dikehendaki 32. Jadi dalam arti perusahaan Belanda
kebijaksanaan, titik beratnya terfokus pada 1967-1973 Sedikit Leberalisasi Perdagangan
adanya proses pertimbangan untuk menjamin 1974-1981 Substitusi impor, booming
terlaksananya suatu usaha, pencapaian cita-cita komoditas primer dan minyak
yang diharapkan, sehingga menghasilkan suatu 1982- Liberalisasi Perdagangan dan
bukti kebijakan untuk kepentingan umum sekarang orientasi ekspor
dengan tujuan untuk merubah suatu keadaan Sumber: Nurhemi, Kerjasama Perdagangan
untuk menjadi yang lebih baik. Internasional, 2007, diolah
Untuk menentukan suksesnya percepatan 2. Peranan dan Wewenang Pemerintah
pembangunan pasca penerapan perdagangan Dalam Mengambil Kebijakan
bebas khususnya dalam kesepakatan regional
Pada era globalisasi “era keterbukaan”
AFTA-China, maka salah satu arah dan
dewasa ini, maka bagi siapa yang tidak siap atau
prioritas kebijakan yang akan dilaksanakan
bagi suatu negara yang memiliki daya saing
adalah pemulihan (recovery) ekonomi dan
yang lemah, maka tidak akan mampu untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat (welfare of
mengikuti persaingan dengan peran-peran
the people). Memberi arahan kepada setiap
strategis baik lingkungan nasional, regional dan
daerah untuk secara sungguh-sungguh dan
lingkungan internasional. Justru sebaliknya
sistematis melaksanakan pemulihan ekonomi
akan digilas oleh negara yang siap secara
guna untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
matang untuk bersaing di pasar internasional
(welfare of the people) tersebut.
dengan maksud yang lebih kuat daya saingnya
Secara umum perkembangan kebijakan akan menang dalam persaingan. Gambaran
perdagangan Indonesia, sejak terbentuknya realita empiris inilah yang tidak bias
World Trade Organization (WTO) tahun 1995 dihindarkan oleh pemerintah sebagai penguasa
yang silam, telah mengalami pertumbuhan dan juga sebagai masyarakat.
sangat pesat. Bahkan untuk jaringan produksi
Dalam konteks dinamika masyarakat
secara globalisasi juga semakin meningkat, dan
yang demikian, kita masih mempunyai ruang
saat ini negara China muncul sebagai kekuatan
lingkup peran yang cukup, tergantung
produksi dan perdagangan yang cukup maju,
bagaimana untuk mengaktualisasikan potensi
artinya perubahan pola perdagangan dunia
tersebut secara maksimal agar bias melahirkan
secara globalisasi tersebut akan ikut
peran-peran yang strategis. Di era persaingan
mempengaruhi kinerja perdagangan yang ada di
internasional yang sangat kompetitif ini, kita
Indonesia, (lihat pada table berikut ini).
perlu untuk mengantisipasi fenomena tersebut,
sehingga persoalan kualitas Sumber Daya
Manusia menjadi sangat substansial, strategis
untuk diperankan karena terminologi,
globalisasi persaingan internasional, kualitas
Sumber Daya Manusia dan daya saing serta
kompetensi menjadi pembicaraan yang sangat
menarik.
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya
masyarakat Provinsi Sumatera Utara perlu
reposisi peran dari gerakan politik ketitik tekan
penguatan kualitasSumber Daya Manusia.
Maka dalam hal ini peranan pemerintah sangat

32
Ismet Batubara, Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2010).

144 Aspek Hukum Kebijakan Pemerintah… Halimatul Maryani


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

diharapkan demi terwujudnya perdagangan China terhadap perekonomian di Indonesia


internasional yang sehat, termasuk perdagangan antara lain:
regional AFTA-China, serta tidak kalah
Pertama, serbuan produk asing terutama
pentingnya otonomi daerah. Artinya dalam
dari China dapat mengakibatkan kehancuran
ketentuan ini bahwa pemerintah daerah
sektor-sektor ekonomi dalam negeri (produk
(Sumatera Utara), selain menghadapi beban-
lokal), padahal sebelum tahun 2009 saja.
beban interen secara lokal dan nasional, dalam
Indonesia sudah mengalami proses
kerangka manajemen strategis nasional harus
deindustrialisasi (penurunan industri).
berhadapan dengantugas-tugas pemerintah baik
Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri
skala nasional, mapun internasional, yang
(KADIN) Indonesia, peran industry pengolahan
secara geo-politik strategis pasti melibatkan
mengalami penurunan dari 28,1 % pada tahun
daerahnya, rakyat dan instansinya yang terkait
2004 menjadi 27,9% pada 2008, dan
untuk mendukung realisasi kebijakan
diproyeksikan lima tahun kedepan penanaman
pemerintah Indonesia pada umumnya,
modal disektor industri pengolahan mengalami
kebijakan pemerintah Sumatera Utara
penurunan US$5 miliar yang sebahagian besar
khususnya.
dipicu oleh penutupan sentra-sentra usaha
Artinya dengan menghubungkan region strategis Industri Kecil Menengah (IKM).
dan globalnya ada suatu ikatan yaitu perjanjian Jumlah IKM yang terdaftar pada Kementrian
dan persetujuan (treaties and agreement) yang Perindustrian tahun 2008 mencapai 16.806
telah disepakti oleh pemerintah, khususnya dengan skala modal Rp 1 miliar hingga 5 miliar.
pemerintah Sumatera Utara. Karena dengan Maka 85 % diantaranya akan mengalami
adanya perjanjian tersebut, merupakan sumber kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan
hukum yang mengikat kerjasama yang akan produk yang berasal dari China.
dilaksanakan tersebut.
Kedua, pasar dalam negeri yang dibanjiri
3. Langkah-Langkah Kebijakan oleh produk asing dengan kualitas dan harga
Pemerintah Melindungi Industri Dalam yang sangat bersaing akan mendorong
Negeri pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari
produsen di berbagai sektor ekonomi menjadi
Globalisasi yang semakin melanda dunia
importir atau pedagang saja, contoh harga
dengan sistem perdagangan menembus pasar
tekstil dan produk tekstil China lebih murah
internasional, termasuk perdagangan regional
antara 15% hingga 25%, sedangkan selisih 5 %
AFTA-China di Indonesia, khususnya Sumatera
saja sudah membuat industry dalam negeri
Utara, yang tentunya ada kaitan erat dengan apa
(produk lokal) sudah kewalahan, apalagi lebih
yang disampaikan oleh Presiden Republik
dari 5%. Dalam hal ini tentunya bagi pengusaha
Indonesia (alm. Bapak Soeharto) dalam
lokal untuk bertahan hidup harus bersikap
amanatnya bahwa suka tidak suka, mau tidak
pragmatis banting setir.
mau globalisasi itu tetap datang melanda
Indonesia. 33 Ketiga, karakter perekonomian dalam
negeri akan semakin tidak mandiri dan lemah,
AFTA-China merupakan salah satu
artinya segalanya tergantung pada ketentuan
bentuk kerjasama liberalisasi ekonomi yang
asing (produk asing) bahkan produk yang kecil-
banyak dilakukan Indonesia dalam 10 tahun
kecil dan produk yang sangat sederhana saja
terakhir ini awal Januari 2010 yang lalu
dan produk yang mudah di dalam negeri saja
mulainya pemberlakuan mengenai Asean China
seperti jarum, jamu harus diimpor.
Free Trade Agreement, sepertinya sudah
merupakan perang mutu, harga, kuantitas akan Keempat, jika produk-produk yang ada
suatu pelayanan barang dan jasa serta industri saja di dalam negeri sudah kalah bersaing,
pasar global China, karena harga barang bagaimana produk Indonesia memiliki
produksi China relatif murah dan diminati kemampuan hebat untuk bersaing di pasar
konsumen Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari global seperti pasar persaingan ACFTA-China.
kualitas barang yang dihasilkan oleh China, Jika dilihat dalam perhitungan ekonominya data
misalnya dilihat dari dampak negatif menunjukkan bahwa tren pertumbuhan ekspor
pelaksanaan perdagangan regional AFTA- non-migas Indonesia ke China sejak 2004

33
Ibid.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 145
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

hingga 2008 24.95%, sedangkan tren adalah subsidi ekspor yaitu subsidi yang
pertumbuhan ekspor China ke Indonesia diberikan secara hukum “de jure” atau
mencapai 35,09%, dalam hal ini tentunya kenyataan “de facto”, baik secara tunggal atau
produk asal China membanjiri Indonesia. beberapa kondisi tergantung pada performa
ekspor dan subsidi pengganti impor yaitu
Kelima, peranan produksi terutama
subsidi yang diberikan secara tunggal atau
sektor industri manufaktur dan IKM dalam
beberapa kondisi tergantung pada penggunaan
pasar nasional akan berangsur-angsur merosot
barang domestik dari pada barang impor.
dan digantikan dengan impor, dampaknya
ketersedian lapangan kerja akan semakin Agar produksi dalam Negeri khususnya
menurun, padahal setiap tahun angkatan kerja produk lokal dapat ditingkatkan, maka
baru semakin bertambah lebih dari 2 juta orang, kebijakan pemerintah salah satunya harus
sementara pada periode Agustus 2009 jumlah memberikan subsidi kepada produsen dalam
pengangguran terbuka di Indonesia mencapai negeri, terlebih lagi untuk pemerintah Sumut
8,96 juta orang. juga harus memberikan kebijakan berupa
bantuan mesin-mesin atau peralatan-peralatan
Dengan adanya fenomena ini, Indonesia
yang sifatnya membangun misalnya, kemudian
khususnya Provinsi Sumatera Utara perlu
tenaga ahli, pelatihan-pelatihan, keringanan
mempersiapkan tim yang diharapkan mampu
pajak, fasilitas-fasilitas atau sarana dan
memberi kontribusi positif untuk memperkuat
prasarana, kredit bantuan dan lain-lain.
daya saing global, termasuk juga pemerintah
harus mempersiapkan kebijakan-kebijakan 3) Anti Dumping
terkait perdagangan AFTA-China ini seperti
Tindakan dumping adalah menjual
berikut ini:
barang diluar negeri lebih murah dari pada
a. KebijakanSecaraUmum harga di dalam negeri, atau menjual barang di
suatu Negara lebih murah dari pada di Negara
1). Safeguard
lain, atau menjual barang keluar negeri atau
Salah satu kebijakan atau langkah- lebih rendah dari biaya produksi dan
langkah kebijakan yang diberikan pemerintah tranformasi, di mana tindakan dumping ini baru
untuk melindungi industry dalam negeri adalah melanggar ketentuan perdagangan internasional
melalui Tindakan pengamanan (Safeguard) apabila mengakibatkan injury kepada produksi
adalah tindakan yang diambil pemerintah untuk dalam negeri. 34 Dengan kata lain dumping
memulihkan kerugian serius dan atau untuk diartikan sebagai salah satu cara menjual suatu
mencegah ancaman kerugian serius dari industri komoditi di luar negeri dengan harga yang
dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor murah dibandingkan dengan harga jual di dalam
barang sejenis atau barang yang secara langsung negeri. Namun pelaksanaan dumping dalam
merupakan saingan hasil industri dalam negeri praktek perdagangan internasional dianggap
dengan tujuan agar industry dalam negeri yang sebagai tindakan yang tidak terpuji “Unfair
mengalami kerugian serius dan atau ancaman Trade” yang tentunya dapat merugikan Negara
kerugian serius tersebut dapat melakukan lain.
penyesuaian struktural.
4) Mencintai Produk Dalam Negeri/SNI
2). Subsidi
Masyarakat secara nasionalisme harus
Selain safeguard, kebijakan pemerintah mencintai buatan dalam negeri, atau dengan
untuk melindungi industri dalam negeri juga kata lain setiap konsumen wajib memiliki
termasuk subsidi. Subsidi adalah merupakan barang-barang yang dibutuhkannnya dengan
kontribusi keuangan oleh pemerintah atau membeli produk dalam negeri atau produk lokal
badan publik yang memberikan keuntungan. sendiri atau juga dengan standar nasional
Perdagangan yang disubsidi hanya diterapkan Indonesia. Karena dengan adanya konsumen
kepada subsidi yang spesifik yaitu subsidi yang yang mencintai produk sendiri (produk dalam
diberikan kepada sebuah perusahaan atau lokal), ketentuan semacam ini akan membatasi
kelompok industri dan subsidi yang secara luas impor dari Negara lain terutama dari Negara
tidak dianggap spesifik. Subsidi yang dilarang China.

34
Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi.

146 Aspek Hukum Kebijakan Pemerintah… Halimatul Maryani


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

b. Kebijakan Pemerintah Sumatera Utara pengusaha-pengusaha lokal, kemudian


memberikan pelatihan-pelatihan seperti sektor,
Setiap Negara mempunyai kebijakan-
pembukuan, kemasan dan pemasaran.
kebijakan tersendiri untuk melindungi
Selanjutnya pemerintah Sumatera Utara juga
perekonomian dalam negeri masing-masing
memberikan kebijakan modal bergulir pada
dari dampak negatif persaingan yang
UKM-UKM lokal dengan pinjaman atau modal
ditimbulkan dalam perdagangan interasional.
yang diberikan tersebut tetap dikembalikan
Perdagangan internasional memungkinkan
sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
masuknya barang-barang dan jasa-jasa dari luar
oleh pemohon.
negeri kedalam negeri. Jika barang dan jasa dari
luar negeri lebih banyak dan lebih diminati oleh 4. Dasar Hukum Pengaturan Perdagangan
masyarakat (dibidang produk luar negeri Regional
tersebut), maka dalam hal ini akan berdampak
Pengaturanperdagangan regional
buruk bagi perekonomian dalam negeri. Oleh
(Regional Trading Arrangements)
karena itu, pemerintah perlu membuat suatu
dimanasatukelompok negara
kebijakan perdagangan internasional, 35 tanpa
sepakatuntukmenghilangkanataumengurangirin
terkecuali pemerintah secara lingkup kecil
tangan-rintanganterhadap import
dalam hal ini pemerintah Provinsi Sumatera
darisesamaanggotanya dan
Utara juga mempunyai kebijakan-kebijakan
telahberlangsungdibeberapa negara regional
untuk melindungi industry dalam negeri
dunia, seperti European Union dengan pasar
(produk lokal Sumatera Utara)
tunggalnya, ASEAN dengan AFTA-nya dan
daridampaknegatifperdaganganinternasionalse
lain-lain GATT. Dalam Pasal 24 GATT
pertiperdagangan regional AFTA-China ini.
dijelaskan bahwa mengakui adanya integrasi
Kebijakan tersebut, memang disatu sisi yang erat dalam bidang ekonomi melalui
dapat menguntungkan suatu Negara, akan tetapi perdagangan yang lebih bebas, yaitu mengakui
sekaligus juga dapat merugikan Negara lain. pengelompokan-pengelompokan regional
Oleh karena itu disebut juga sebagai hambatan- sebagai suatu pengecualian dan aturan umum
hambatan dalam perdagangan internasional. klausul prinsip umum MFN, 37dengan syarat
Dalam hal perdagangan bebas, hambatan- dipenuhi ktriteria-kriteria tertentu secara ketat.
hambatan tersebut sangat kecil, bahkan sama Ketentuan GATT dimaksud agar pengaturan
sekali tidak ada, 36 misalnya seperti tarif bea regional memudahkan perdagangan diantara
masuk. Untuk tarif bea masuk ini pemerintah negara-negara yang bersangkutan, tanpa
menetapkan kebijakan bahwa setiap barang menimbulkan hambatan terhadap perdagangan
yang diimpor harus membayar pajak, ketentuan dengan dunia luar. Pengecualian dan aturan
ini dikenal sebagai tarif bea masuk, termasuk klausal MFN ini ada yang ditetapkan dalam
juga anti dumping, safeguard, dan subsidi. pasal GATT sendiri dan sebagian lagi ada yang
ditetapkan dalam putusan-putusan konferensi
Selain ketentuan dan kebijakan yang
GATT melalui suatu penanggalan (waiver) dan
diterapkan kepada konsumen bahwa konsumen
prinsip tersebut berdasarkan pasal XXV
senatiasa tetap mencintai produk-produk dalam
pengecualian dimaksud adalah: 38
negeri atau juga konsumen harus
- Keuntungan yang diperoleh karena jarak
mengutamakan produk yang mempunyai
lalulintas (frontier traffic advantage), tidak
Standar Nasional Indonesia (SNI). Ada
boleh dikenakan terhadap anggota GATT,
beberapa Kebijakan Pemerintah Sumatera
- Perlakuan preferensi di wilayah-wilayah
Utara untuk meningkatkan daya saing produk
tertentu yang sudah ada seperti kerja sama
lokal, khususnya Sumatera Utara agar tetap
ekonomi dalam British Commonwelth the
eksis dalam persaiangan bebas internasional
French Union (Perancis dengan negara-
AFTA-China ini, misalnya pemerintah
negara bekas koloninya), tetap boleh terus
memberikan bantuan alat-alat kepada

35
Ardiyan Sarutobi, “Kebijakan Perdagangan Internasional (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Internasional.” 1996).
36 38
Ibid. Hatta, Perdagaangan Internasional Dalam
37
Huala Adolf and A Chandrawulan, Masalah- System GATT Dan WTO:Aspek-Aspek Hukum
Masalah Hukum Dalam Perdagangan Dan Non Hukum (Bandung: Refika Aditama,
2006).

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 147
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

dilaksanakan namun tingkat batas melindungi industry dalam negeri (produk lokal
prefensinya tidak boleh dinaikkan, yang ada di tanah air sendiri) dan kebijakan
- Anggota-anggota GATT membentuk suatu tersebut harus sesuai dengan prinsip
Customs Unions atau Free Trade Area transfaransi, kejujuran dan ditetapkan dalam
harus memenuhi persyaratan pasal XXIV satu kaidah yaitu undang-undang.
GATT
5. Lahirnya Konsep Perdagangan Regional
AFTA-China. SARAN
Dasar hukum perjanjian ACFTA adalah Akhirnya sebagai saran penulis dalam
Framework Agreement on Comprehensive kesempatan ini adalah bahwa untuk mengikuti
Economic Cooperation Between the tren persaingan internasional termasuk tren
Association of Southeast Asian Nations and the perdagangan regional AFTA-China, itu boleh
People’s Republic of China, yang saja, dan trend ini harus dijadikan sebagai
ditandatangani oleh Presiden Republik peluang bisnis untuk meningkatkan
Indonesia (Megawati) pada tanggal 4 Novenber perekonomian Indonesia, khususnya Sumatera
2002 di Phnom Penh, Kamboja, 39 dan telah Utara, maka pemerintah Indonesia sebaiknya
diratifikasi oleh Presiden Republik Indonesia memberikan kebijakan-kebijakan sesuai prinsip
melalui Keputusan Presiden Republik keadilan untuk kepentingan umum, kemudian
Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 Tentang bagi pelaku usaha (pelaku kegiatan ekonomi)
Pengesahan Framework Agreement on juga sebaiknya tidak berlaku curang dalam
Comprehensive Economic Cooperation berdagang dan tetap mematuhi peraturan-
Between the Association of Southeast Asian peraturan yang sesuai dengan ketentuan yang
Nations and the People’s Republic of China. berlaku. Hal yang terpenting lagi adalah
sebaiknya penelitian ini berkelanjutan, sehingga
Ratifikasi perjanjian ACFTA ini secara peneliti dapat meneliti tentang bagaimana
hukum adalah sah, di mana dalam pasal 11 ayat perbandingan investasi di Indonesia sebelum
3 UUDNRI Tahun 1945 disebutkan bahwa dan setelah pelaksanaan AFTA-China di
ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian Indonesia.
internasional diatur dengan undang-undang.
Sesuai dengan amanah UUD NRI tahun 1945
tersebut, maka terbitlah undang-undang Nomor
24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Selanjutnya dalam pasal 11 UU No. 24
tahun 2000 dinyatakan bahwa perjanjian Administrator. “China Bergabung Dalam
internasional yang materinya tidak termasuk AFTA.”
materi sebagaimana yang dimaksud dalam ———. “Kajian Hukum Mengenai ACFTA.”
Pasal 10 dilakukan dengan Keputusan Presiden. ———. “Perjanjian Perdagangan Regional
Maka dalam konteks pasal 11 ini secara tegas (RTA) Dalam Kerangka WTO.”
dan meyakinkan bahwa pengesahan perjanjian ———. “Tinjauan Efektifitas Implementasi
internasional ACFTA yang termasuk katagori Perjanjian ACFTA Bagi Perekonomian
perdagangan dilakukan melalui Kepres, Indonesia.”
sehingga ratifikasi ACFTA adalah sah secara Adolf, Huala. Dasar-Dasar Hukum Kontrak
hukum. Internasional. Bandung: Refika
Aditama, 2010.
Adolf, Huala, and A Chandrawulan. Masalah-
KESIMPULAN Masalah Hukum Dalam Perdagangan
Internasional. Jakarta: Raja Grafindo
Adapun sebagai kesimpulan dari uraian Persada, 1996.
tersebut yaitu, bahwa kebijakan pemerintah Ali, Achmad. Menguat Teori Hukum (Legal
adalah suatu tindakan yang diusulkan oleh Teori) Dan Teori Peradilan
pemerintah untuk mengambil keputusan (Judicialprudence) Termasuk

39 Administrator, “Kajian Hukum Mengenai


ACFTA.”

148 Aspek Hukum Kebijakan Pemerintah… Halimatul Maryani


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019

Interpretasi Undang Undang Hukum Indonesia.” Hukum 01, no. 01


(Legisprudence). Jakarta: Kencana (2005): 12.
Prenada MediaGroup, 2009. Rawls, John. A Theory of Justice Teori
Batubara, Ismet. Pendidikan Kewarganegaraan Keadilan Dasar-Dasar Filsafat Politik
Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Untuk Mewujudkan Kesejahteraan
Citapustaka Media Perintis, 2010. Sosial Dalam Negara. Yogyakarta:
Cruz, Peter De. Perbandingan Sistem Hukum Pustaka Pelajar, 2006.
Common Law, Civil Law Dan/Socialist Sarutobi, Ardiyan. “Kebijakan Perdagangan
Law. Bandung: Nusa Media, 2010. Internasional.”
Hadiwinata, Bob S, and Aknolt K. Pakpahan. Sirait, Ningrum Natasya. Indonesia Dalam
Fair Trade Gerakan Perdagangan Menghadapi Persaingan Internasional
Alternatif. Bandung: Pustaka Belajar (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Oxfam, 2004. Tetap Dalam Bidang Ilmu Hukum
Hady, Handy. Ekonomi Internasional: Teori Internasional Pada Fakultas Hukum).
Dan Kebijakan Perdagangan Medan, n.d.
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia, Siregar, Mahmul. Perdagangan Internasional
n.d. Dan Penanaman Modal : Studi Kesiapan
Hatta. Perdagaangan Internasional Dalam Indonesia Dalam Perjanjian Inverstasi
System GATT Dan WTO:Aspek-Aspek Multilateral. Medan: Sekolah Pasca
Hukum Dan Non Hukum. Bandung: Sarjana USU Medan, 2005.
Refika Aditama, 2006. Sudradjat, Eko Prilianto. “Free Trade
Kansil, C.S.T., and Christine Kansil. Modul (Perdagangan Bebas) Dan Fair Trade (
Hukum Internasional. Jakarta: Perdagangan Berkeadilan) Dalam
Djambatan, 2002. Konsep Hukum.”
Lubis, Solly. Kebijakan Publik. Bandung: Suherman, Ade Manan. “Perdagangan Bebas
Mandar Maju, 2007. (Free Trade) Dalam Perspektif Keadilan
———. Teori Hukum (Modul). Medan, 2006. Internasional.” Hukum 5, no. 2 (2008):
MS., Sutiarnoto. “Tantangan Dan Peluang 252.
Investasi Asing.” Hukum 6, no. 3 (2001): Susanti, Ida, and Bayu Ida. Aspek Hukum
271. Dalam Perdagangan Bebas: Menelaah
Nasution, Bismar. Diktat Peranan Hukum Kesiapan Hukum Indonesia Dalam
Dalam Pembangunan Ekonomi. Medan, Melaksanakan Perdagangan Bebas.
2005. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.
Nuraeni, Deasy Silvya, and Arifin Sudirman.
Regionalisme Dalam Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
Rahardjo, Satjipto. Negara Hukum Yang
Membahagiakan Rakyatnya. Mataram:
Genta Publishing, 2009.
Rahmad, A, and M. Halimi. Tata Negara
Pengantar Belajar. Bandung: Ganeca
Exact, 1996.
Rajagukguk, Erman. Butir-Butir Hukum
Ekonomi. Jakarta: Lembaga Studi
Hukum dan Ekonomi, Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2011.
———. “Globalisasi Hukum Dan Kemajuan
Teknologi: Implikasinya Bagi
Pendidikan Hukum Dan Pembangunan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 149

You might also like