Professional Documents
Culture Documents
De Jure
De Jure
De Jure
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
Halimatul Maryani
Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan
Jalan Garu II No. 2 Medan
maryaniritonga@yahoo.co.id
Adawiyah Nasution
Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan
Jalan Garu II No. 2 Medan
maryaniritonga@gmail.com
Tulisan Diterima: 19 Maret 2019; Direvisi: 24 Juni 2019; Disetujui Diterbitkan 24 Juni 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2019.V19.137-149
ABSTRACT
In principle, the basic concept of a free trade treaty is the removal of barriers in the international
commerce process, but the legal issue in this research is that a free trade treaty, which at the multilateral
system of the World Trade Organization, abbreviated as the WTO, level has experienced some
restrictions and not go well in line with the expectations of the parties, may establish a regional trade
block, for example ASEAN, AFTA, including the ACFTA aimed specifically to gain direct benefits from
and to speed the economic growth on a regional scale in order to secure higher development and
advancements level. The method used in this research is the juridical normative research method. The
results of the research have been analyzed from January 1, 2010, when it was confirmed that China
would join the Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) treaty, the Framework Agreement on
comprehensive, Economic Co-operation Between the Association of South East Asian Nations and The
People's Republic of China (Asean-China) that was signed by the then President of the Republic of
Indonesia, Megawati, in Phnom Penh, Cambodia on November 4, 2002, and ratified by President
Decree No. 48 of 2004 by issuance of the Law No. 24 of 2000 regarding the International Treaty.
Consequently, the legal basis for the applicability of the regional commerce treaty under the World
Trade Organization or WTO is authorized under Article 24 of GATT, amid some policies implemented
by the government in order to protect the domestic industries from the negative impact of regional free
trade, in accordance with the principles of transparency, honesty and must be set under one single
principle.
Keywords: government policy; regional trade; domestic industry.
ABSTRAK
Pada prinsipnya konsep dasar perdagangan bebas merupakan penghilangan hambatan-hambatan dalam
proses perdagangan internasional, namun yang menjadi isu hukum dalam kajian ini adalah bahwa suatu
perdagangan bebas dalam skala sistem multilateral World Trade Organization disingkat dengan WTO
sedikit terkendala dan tidak berjalan dengan baik sesuai dengan harapan, sehingga mulailah suatu negara
itu membentuk blok perdagangan secara regional misalnya ASEAN, AFTA, termasuk ACFTA yang
bertujuan mendapatkan keuntungan secara langsung dan meningkatkan kemajuan pertumbuhan
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 137
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
ekonomi dalam skala regional dengan lebih berkembang serta meningkatkan kemajuan. Metode yang
digunakan dalam tulisan ini berawal dari hasil penelitian adalah menggunakan metode penelitian yuridis
normative dan kajian yang dianalisis ini berawal sejak 1 Januari 2010, negara China dipastikan telah
bergabung dalam kesepakatan Asean China Free Trade Agreement (ACFTA), pada Framework
Agreement on comprehensive Economic Co-opration Between The Association of South East Asian
Nation and The People’s Republic of China (Asean-China) dan telah ditandatangani Presiden Republik
Indonesia waktu itu Megawati di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Novenber 2002, serta telah
diratifikasi melalui Keputusan Presiden No.48 Tahun 2004, dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional. Oleh karena itu, dasar hukum berlakunya kesepakatan perdagangan
regional dalam ketentuan World Trade Organization atau WTO diperbolehkan dalam pasal 24 GATT,
dengan beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri terhadap
dampak negatif dari pelaksanaan perdagangan bebas regional, sesuai dengan prinsip transparansi,
kejujuran dan harus ditetapkan dalam satu kaidah.
Kata kunci: kebijakan pemerintah; perdagangan regional; industri dalam negeri.
1
Administrator, “Perjanjian Perdagangan Perdagangan Berkeadilan) Dalam Konsep
Regional (RTA) Dalam Kerangka WTO.” Hukum.”
2 4
Erman Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi Erman Rajagukguk, “Globalisasi Hukum Dan
(Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, Kemajuan Teknologi: Implikasinya Bagi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011). Pendidikan Hukum Dan Pembangunan Hukum
3
Eko Prilianto Sudradjat, “Free Trade Indonesia,” Hukum 01, no. 01 (2005): 12.
(Perdagangan Bebas) Dan Fair Trade (
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
5
Sutiarnoto MS., “Tantangan Dan Peluang Jurnal Penelitian Hukum De Jure Volume 19,
Investasi Asing,” Hukum 6, no. 3 (2001): 271. Nomor 1 : 2019
6
Edward James Sinaga, Layanan Hukum 8 Administrator, “Perjanjian Perdagangan
Legalisasi Dalam Upaya Memberikan Kepastian Regional (RTA) Dalam Kerangka WTO.”
9
Hukum, Jurnal Penelitian Hukum De Jure Vol. Administrator, “China Bergabung Dalam
19 No. 1, Maret 2019 AFTA.”
7
Sri Lestari Poernomo, Standar Kontrak Dalam
Perspektif Hukum Perlindungan Konsumen,
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 139
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
10
Solly Lubis, Teori Hukum (Modul) (Medan, (Legisprudence) (Jakarta: Kencana Prenada
2006). MediaGroup, 2009).
11
Achmad Ali, Menguat Teori Hukum (Legal 12 Solly Lubis, Kebijakan Publik (Bandung:
Teori) Dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Mandar Maju, 2007).
13
Termasuk Interpretasi Undang Undang Ibid.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
bahwa salah satu ciri kebijakan itu adalah “what justice is to secure from injure” yang berawal
government do or not to do”. dari persepektif kapitalisme klasik terhadap
perdagangan bebas internasional didasarkan
Dengan demikian kebijakan public itu
pada prinsip laissez faire dalam karyanya yang
merupakan serangkaian tindakan yang
sangat terkenal An Inquiry to the Nature and
ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah
Causes of the Wealth Nation. Awalnya
dengan tujuan tertentu demi kepentingan
kapitalisme dianggap cukup atraktif dimana
masyarakat. Jika suatu pemerintah negara
versi Adam Smith ini diyakini akan mampu
melakukan pelayanan dengan berorientasi
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
kepada public interest atau public needs, maka
Dalam The Wealth of Nation Smith juga
yang harus dipikirkan oleh pemerintah itu
mendiskripsikan bahwa system harga akan
adalah “How to serve the public”?, bagaimana
bekerja dan bagaimana ekonomi yang bebas dan
untuk melayani masyarakat ?, sehingga
berkmopetensi akan berfungsi tanpa ada
pemerintah tersebut bertindak sebagai “public
campur tangan pemerintah melalui
sevant” pelayanan masyarakat yang
pengalokasian sumber daya dengan cara yang
menyelenggarakan public service (layanan
efesien. Smith juga mendiskripsikan pandangan
Publik). 14
laissez faire atau prinsip bebas melakukan apa
Karena itu kebijakan pembangunan di saja, bahwa berbagai transaksi ekonomi yang
bidang perdagangan dipusatkan bagi independent akan terdapat harmoni alamiah di
terciptanya kerangka landasan perdagangan mana manusia mencari pekerjaan, produsen
yang memungkinkan bidang ini menunjang menghasilkan barang, konsumen
pelaksanaan pembangunan nasional yang membelanjakan penghasilannya untuk membeli
berkesinambungan. Peranan perdagangan produk yang berdasarkan pilihan masing-
dalam pembangunan pada akhirnya dapat masing. 17
dilihat dari seberapa besar sumbangannya
Adam Smith percaya bahwa kepentingan
dalam pembangunan dalam menunjang
pribadi tidak boleh dikekang oleh negara. Lebih
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta
jauh dikatakan bahwa selama pasar bebas
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
bersaing, tindakan individu yang didorong oleh
Keberhasilan di bidang perdagangan dalam
kepentingan diri akan berjalan Bersama dengan
upaya meningkatkan ekspor sangat penting bagi
kebutuhan Bersama khalayak ramai.
tercapainya pembangunan nasional secara
Sebagaimana diuraikan Smith bahwa bila dalam
keseluruhan, maka dari aspek inilah terdapat
transaksi dengan orang lain setiap individu
keterkaitan erat antara ekspor dengan
bebas mengejar kepentingannya sendiri, maka
pembangunan ekonomi. 15
bukan hanya individu itu yang beruntung, akan
2. Campur Tangan Pemerintah dalam tetapi juga seluruh masyarakat. 18
Perekonomian
Meskipun tidak setuju dengan campur
Adapun teori tentang perdagangan bebas tangan pemerintah, akan tetapi seperti diuraikan
yang digunakan adalah teori yang dikemukakan Smith tersebut, peran negara tidak hilang sama
oleh Adam Smith (1723-1790), seorang guru sekali, hanya dikurangi sampai tingkat minimal.
besar di bidang Filosofi moral dari Glasgow Ia juga menegaskan bahwa pemerintah punya
University pada tahun 1750, sekaligus juga tugas yang amat sangat penting dan yang begitu
dikenal sebagai ahli teori hukum, bapak luas serta jelas bagi pemahaman umum.
ekonomi modern, 16telah melahirkan teori Pertama, tugas untuk melindungi masyarakat
keadilan (justice), bahwa tujuan keadilan adalah dari kekerasan dan serbuan negara lain. Untuk
untuk melindungi dari kerugian “the end of melindungi sejauh mungkin setiap warga
14
Ibid. Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam
15
Administrator, “Tinjauan Efektifitas Bidang Ilmu Hukum Internasional Pada
Implementasi Perjanjian ACFTA Bagi Fakultas Hukum) (Medan, n.d.).
18
Perekonomian Indonesia.” Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional
16
Bismar Nasution, Diktat Peranan Hukum Dalam Dan Penanaman Modal : Studi Kesiapan
Pembangunan Ekonomi (Medan, 2005). Indonesia Dalam Perjanjian Inverstasi
17
Ningrum Natasya Sirait, Indonesia Dalam Multilateral (Medan: Sekolah Pasca Sarjana
Menghadapi Persaingan Internasional (Pidato USU Medan, 2005).
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 141
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
negara dari ketidakadilan dan Dalam konteks hukum salah satu bentuk
pemaksaan/pemerasan yang dilakukan oleh intervensi hukum adalah dengan mewujudkan
warga lain, atau tugas menyelenggarakan keadilan, dan tentunya tidak terlepas dari
secermat mungkin tata keadilan. 19 ketentuan yang mengatur perdagangan bebas
dengan prinsip-prinsip perdagangan yang ada
Smith juga mengajarkan bahwa
dalam ketentuan WTO.
perdagangan bebas akan dengan sendirinya
menciptakan international division of labour Hal ini juga sejalan dengan apa yang
(pembagian kerja internasional) yang saling dikemukan oleh Jhon Rawls dalam teori
menguntungkan, di mana masing-masing keadilannya (theory of justice), bahwa keadilan
negara akan mengekspor barang maupun jasa ke adalah sebagai suatu kejujuran dan kesetaraan
pasar internasional yang dianggap paling (justice as fairness), 24 yaitu memberikan
menguntungkan dari segi biaya produksi keuntungan terbesar bagi yang paling tidak
maupun jasa ke pasar internasional. 20 diuntungkan serta membuka kesempatan yang
fair. Keadilan sebagai konsep yang didasarkan
Namun pada prinsipnya mengenai sistem
pada asas persamaan dan ketidaksamaan
perdagangan bebas ini juga dikembangkan oleh
(equality and inequality) dimana nilai-nilai
John Meynard Keynes bahwa system
sosial, kebebasan dan kesempatan, pendapatan
perdagangan bebas ini adalah sistem ekonomi
dan kemakmuran berdasarkan self respect harus
kapitalis yang terkontrol melalui campur tangan
didistribusikan sesama. 25
negara. 21
3. Kesepakatan Perdagangan Regional
Artinya Keynes menyatakan bahwa
perlunya campur tangan pemerintah dan Istilah regional sebenarnya sudah
pendanaan langsung dari pemerintah untuk tercakup dalam kategori istilah kesepakatan
menanggulangi kemerosotan investasi swasta atau perjanjian internasional dengan konsep
dan daya beli demi untuk merangsang bilateral, regional dan multilateral. Konsep ini
pemulihan ekonomi. Anjuran Keynes ini banyak ditemui dalam hukum internasional dan
memunculkan konsep negara kesejahteraan pada prinsipnya hukum internasional lebih
(welfare state) dan membawa perubahan bahwa banyak mengatur hubungan-hubungan yang
campur tangan negara dalam masyarakat sangat sifatnya lintas batas di bidang hukum publik,
mengubah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh bukan hukum perdata. 26 Dalam ruang lingkup
hukum tradisional, 22 dimana peran negara yang hukum internasional tentunya hukum mengatur
besar diakui tidak saja untuk menjamin hubungan antar negara, 27 dalam ruang lingkup
keamanan internal dan ekternal, akan tetapi kecilnya adalah bilateral.
tetap memberikan tanggung jawab untuk
Dengan demikian ada baiknya pengertian
sebagian besar yang melakukan ketidak adilan.
tersebut dijelaskan secara harfiah. Menurut
Negara harus mengambil peran dalam
kamus hukum, pengertian bilateral 28 adalah
penghapusan ketidakadilan tersebut dari sistem
timbal balik, dan dilakukan oleh kedua belah
yang ada melalui sejumlah intervensi ekonomi
pihak. Sedangkan kesepakatan adalah suatu
dan sosial. 23
perbuatan dengan mana satu orang lain atau
19 24
Ibid. John Rawls, A Theory of Justice Teori Keadilan
20
Bob S Hadiwinata and Aknolt K. Pakpahan, Fair Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan
Trade Gerakan Perdagangan Alternatif Kesejahteraan Sosial Dalam Negara
(Bandung: Pustaka Belajar Oxfam, 2004). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
21 25
Ida Susanti and Bayu Ida, Aspek Hukum Dalam Ade Manan Suherman, “Perdagangan Bebas
Perdagangan Bebas : Menelaah Kesiapan (Free Trade) Dalam Perspektif Keadilan
Hukum Indonesia Dalam Melaksanakan Internasional,” Hukum 5, no. 2 (2008): 252.
26
Perdagangan Bebas (Bandung: Citra Aditya Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak
Bakti, 2003). Internasional (Bandung: Refika Aditama, 2010).
22 27
Satjipto Rahardjo, Negara Hukum Yang Peter De Cruz, Perbandingan Sistem Hukum
Membahagiakan Rakyatnya (Mataram: Genta Common Law, Civil Law Dan/Socialist Law
Publishing, 2009). (Bandung: Nusa Media, 2010).
23 28
Siregar, Perdagangan Internasional Dan A Rahmad and M. Halimi, Tata Negara
Penanaman Modal : Studi Kesiapan Indonesia Pengantar Belajar (Bandung: Ganeca Exact,
Dalam Perjanjian Inverstasi Multilateral. 1996).
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain perdagangan yang anggotanya terdiri dari
atau lebih. Artinya apabila dua orang beberapa negara di kawasan wilayah tertentu
mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang seperti AFTA, ASEAN, APEC, EFTA,
sesuatu hal, maka mereka itu lalu mengadakan NAFTA, LAFTA dan lain-lain. 31
perjanjian dan akibat perjanjian ini adalah
B. Kebijakan Pemerintah Melindungi
terikat pada isi perjanjian sebagai mana
Industri Dalam Negeri Pasca
tercantum dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Hal
Kesepakatan AFTA-China
ini disebut dengan Pacta Sunt Servanda yaitu
bahwa perjanjian adalah mengikat, ditaati, Untuk melindungi industri dalam negeri
ditepati, serta menimbulkan hak dan kewajiban terhadap dampak negatif dari pelaksanaan
antara kedua belah pihak. Dengan kata lain perdagangan regional AFTA-China perlu ada
kesepakatan (perjanjian) yang diadakan hanya kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan yang
dua negara disebut dengan perjanjian bilateral. dilakukan oleh pemerintah, misalnya anti
dumping, tindakan safeguard, subsidi,
Sedangkan kesepakatan multilateral
pelatihan-pelatihan, pemberian pinjaman modal
adalah kesepakatan yang diadakan oleh para
kepada pelaku usaha kecil menengah.
pihak dengan jumlah negara yang sangat
banyak. Maka dalam hal penulisan ini objek Mengenai pengaturan kesepakatan
penelitian yang akan dianalisa hanya terfokus perdagangan bebas regional dalam ketentuan
pada kesepakatan atau perjanjian regional saja. perdagangan bebas internasional (WTO)
diperbolehkan dan dibenarkan berdasarkan
Regional adalah daerah, satu daerah,
ketentuan Pasal 24 GATT.
mengandung arti kedaerahan atau bersifat
daerah. Sedangkan regionalisme atau Ada beberapa faktor-faktor yang menjadi
“regionalism” adalah paham untuk mengadakan tantangan sekaligus peluang bagi pemerintah
kerjasama antara negara-negara di satu kawasan Indonesia terkait dengan pelaksanaan
misalnya negara-negara di kawasan ASEAN. 29 perdagangan AFTA-China yaitu semakin
Dengan demikian regional mengandung dua terbukanya pasar Indonesia (produk-produk
pengertian antara lain, daerah-daerah dalam dalam negeri) untuk bersaing di pasar
suatu negara tertentu dan daerah-daerah atau internasional, khususnya di pasar China.
wilayah dalam satu kawasan tertentu (misalnya 1. Penentuan Arah dan Prioritas Kebijakan
negara-negara di kawasan Asia).
Arah kebijakan merupakan penataan
Dalam studi hubungan internasional, sistem hukum nasional yang menyeluruh dan
pengertian regionalism memiliki irisan studi terpadu dengan menghormati norma-norma
yang sangat erat dengan studi Kawasan atau agama, hukum adat dan kebiasaan serta
Area Studies. Bahkan dalam penerapannya memperbaharui perundang-undangan warisan
istilah regionalisme sering kali terasa akan kolonial Belanda dengan hukum nasional yang
mengalami tumpang tindih. Oleh karena itu diskriminatif, termasuk kategori ketidakadilan
pengertian regionalisme tersebut akan banyak dan ketidaksesuaian dengan tuntutan reformasi
mempergunakan rujukan dari beberapa definisi melalui program legislasi. Selanjutnya untuk
yang berkembang dalam studi kawasan. pengembangan peraturan perundang-undangan
Menurut Mansbaach, regional adalah yang mendukung kegiatan perekonomian dalam
pengelompokan regional diidentifikasi dari menghadapi era globalisasi perdagangan bebas
basis kedekatan geografis, budaya, tanpa merugikan kepentingan-kepentingan
perdagangan dan saling ketergantungan nasional. Prioritas kebijakan terfokus pada
ekonomi yang saling menguntungkan, sasaran utama untuk mencapai dan langkah
komunikasi serta keikutsertaan dalam yang terpenting yang dilakukan oleh
30 pemerintah dalam mengambil sebuah
organisasi internasional. Untuk organisasi
regional adalah organisasi kerjasama ekonomi keputusan sebagai suatu kebijakan.
29
C.S.T. Kansil and Christine Kansil, Modul Hukum Internasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Internasional (Jakarta: Djambatan, 2002). 2010).
30 31
Nuraeni, Deasy Silvya, and Arifin Sudirman, Handy Hady, Ekonomi Internasional: Teori Dan
Regionalisme Dalam Studi Hubungan Kebijakan Perdagangan Internasional (Jakarta:
Ghalia Indonesia, n.d.).
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 143
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
32
Ismet Batubara, Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2010).
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
33
Ibid.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 145
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
hingga 2008 24.95%, sedangkan tren adalah subsidi ekspor yaitu subsidi yang
pertumbuhan ekspor China ke Indonesia diberikan secara hukum “de jure” atau
mencapai 35,09%, dalam hal ini tentunya kenyataan “de facto”, baik secara tunggal atau
produk asal China membanjiri Indonesia. beberapa kondisi tergantung pada performa
ekspor dan subsidi pengganti impor yaitu
Kelima, peranan produksi terutama
subsidi yang diberikan secara tunggal atau
sektor industri manufaktur dan IKM dalam
beberapa kondisi tergantung pada penggunaan
pasar nasional akan berangsur-angsur merosot
barang domestik dari pada barang impor.
dan digantikan dengan impor, dampaknya
ketersedian lapangan kerja akan semakin Agar produksi dalam Negeri khususnya
menurun, padahal setiap tahun angkatan kerja produk lokal dapat ditingkatkan, maka
baru semakin bertambah lebih dari 2 juta orang, kebijakan pemerintah salah satunya harus
sementara pada periode Agustus 2009 jumlah memberikan subsidi kepada produsen dalam
pengangguran terbuka di Indonesia mencapai negeri, terlebih lagi untuk pemerintah Sumut
8,96 juta orang. juga harus memberikan kebijakan berupa
bantuan mesin-mesin atau peralatan-peralatan
Dengan adanya fenomena ini, Indonesia
yang sifatnya membangun misalnya, kemudian
khususnya Provinsi Sumatera Utara perlu
tenaga ahli, pelatihan-pelatihan, keringanan
mempersiapkan tim yang diharapkan mampu
pajak, fasilitas-fasilitas atau sarana dan
memberi kontribusi positif untuk memperkuat
prasarana, kredit bantuan dan lain-lain.
daya saing global, termasuk juga pemerintah
harus mempersiapkan kebijakan-kebijakan 3) Anti Dumping
terkait perdagangan AFTA-China ini seperti
Tindakan dumping adalah menjual
berikut ini:
barang diluar negeri lebih murah dari pada
a. KebijakanSecaraUmum harga di dalam negeri, atau menjual barang di
suatu Negara lebih murah dari pada di Negara
1). Safeguard
lain, atau menjual barang keluar negeri atau
Salah satu kebijakan atau langkah- lebih rendah dari biaya produksi dan
langkah kebijakan yang diberikan pemerintah tranformasi, di mana tindakan dumping ini baru
untuk melindungi industry dalam negeri adalah melanggar ketentuan perdagangan internasional
melalui Tindakan pengamanan (Safeguard) apabila mengakibatkan injury kepada produksi
adalah tindakan yang diambil pemerintah untuk dalam negeri. 34 Dengan kata lain dumping
memulihkan kerugian serius dan atau untuk diartikan sebagai salah satu cara menjual suatu
mencegah ancaman kerugian serius dari industri komoditi di luar negeri dengan harga yang
dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor murah dibandingkan dengan harga jual di dalam
barang sejenis atau barang yang secara langsung negeri. Namun pelaksanaan dumping dalam
merupakan saingan hasil industri dalam negeri praktek perdagangan internasional dianggap
dengan tujuan agar industry dalam negeri yang sebagai tindakan yang tidak terpuji “Unfair
mengalami kerugian serius dan atau ancaman Trade” yang tentunya dapat merugikan Negara
kerugian serius tersebut dapat melakukan lain.
penyesuaian struktural.
4) Mencintai Produk Dalam Negeri/SNI
2). Subsidi
Masyarakat secara nasionalisme harus
Selain safeguard, kebijakan pemerintah mencintai buatan dalam negeri, atau dengan
untuk melindungi industri dalam negeri juga kata lain setiap konsumen wajib memiliki
termasuk subsidi. Subsidi adalah merupakan barang-barang yang dibutuhkannnya dengan
kontribusi keuangan oleh pemerintah atau membeli produk dalam negeri atau produk lokal
badan publik yang memberikan keuntungan. sendiri atau juga dengan standar nasional
Perdagangan yang disubsidi hanya diterapkan Indonesia. Karena dengan adanya konsumen
kepada subsidi yang spesifik yaitu subsidi yang yang mencintai produk sendiri (produk dalam
diberikan kepada sebuah perusahaan atau lokal), ketentuan semacam ini akan membatasi
kelompok industri dan subsidi yang secara luas impor dari Negara lain terutama dari Negara
tidak dianggap spesifik. Subsidi yang dilarang China.
34
Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
35
Ardiyan Sarutobi, “Kebijakan Perdagangan Internasional (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Internasional.” 1996).
36 38
Ibid. Hatta, Perdagaangan Internasional Dalam
37
Huala Adolf and A Chandrawulan, Masalah- System GATT Dan WTO:Aspek-Aspek Hukum
Masalah Hukum Dalam Perdagangan Dan Non Hukum (Bandung: Refika Aditama,
2006).
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 147
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
dilaksanakan namun tingkat batas melindungi industry dalam negeri (produk lokal
prefensinya tidak boleh dinaikkan, yang ada di tanah air sendiri) dan kebijakan
- Anggota-anggota GATT membentuk suatu tersebut harus sesuai dengan prinsip
Customs Unions atau Free Trade Area transfaransi, kejujuran dan ditetapkan dalam
harus memenuhi persyaratan pasal XXIV satu kaidah yaitu undang-undang.
GATT
5. Lahirnya Konsep Perdagangan Regional
AFTA-China. SARAN
Dasar hukum perjanjian ACFTA adalah Akhirnya sebagai saran penulis dalam
Framework Agreement on Comprehensive kesempatan ini adalah bahwa untuk mengikuti
Economic Cooperation Between the tren persaingan internasional termasuk tren
Association of Southeast Asian Nations and the perdagangan regional AFTA-China, itu boleh
People’s Republic of China, yang saja, dan trend ini harus dijadikan sebagai
ditandatangani oleh Presiden Republik peluang bisnis untuk meningkatkan
Indonesia (Megawati) pada tanggal 4 Novenber perekonomian Indonesia, khususnya Sumatera
2002 di Phnom Penh, Kamboja, 39 dan telah Utara, maka pemerintah Indonesia sebaiknya
diratifikasi oleh Presiden Republik Indonesia memberikan kebijakan-kebijakan sesuai prinsip
melalui Keputusan Presiden Republik keadilan untuk kepentingan umum, kemudian
Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 Tentang bagi pelaku usaha (pelaku kegiatan ekonomi)
Pengesahan Framework Agreement on juga sebaiknya tidak berlaku curang dalam
Comprehensive Economic Cooperation berdagang dan tetap mematuhi peraturan-
Between the Association of Southeast Asian peraturan yang sesuai dengan ketentuan yang
Nations and the People’s Republic of China. berlaku. Hal yang terpenting lagi adalah
sebaiknya penelitian ini berkelanjutan, sehingga
Ratifikasi perjanjian ACFTA ini secara peneliti dapat meneliti tentang bagaimana
hukum adalah sah, di mana dalam pasal 11 ayat perbandingan investasi di Indonesia sebelum
3 UUDNRI Tahun 1945 disebutkan bahwa dan setelah pelaksanaan AFTA-China di
ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian Indonesia.
internasional diatur dengan undang-undang.
Sesuai dengan amanah UUD NRI tahun 1945
tersebut, maka terbitlah undang-undang Nomor
24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Selanjutnya dalam pasal 11 UU No. 24
tahun 2000 dinyatakan bahwa perjanjian Administrator. “China Bergabung Dalam
internasional yang materinya tidak termasuk AFTA.”
materi sebagaimana yang dimaksud dalam ———. “Kajian Hukum Mengenai ACFTA.”
Pasal 10 dilakukan dengan Keputusan Presiden. ———. “Perjanjian Perdagangan Regional
Maka dalam konteks pasal 11 ini secara tegas (RTA) Dalam Kerangka WTO.”
dan meyakinkan bahwa pengesahan perjanjian ———. “Tinjauan Efektifitas Implementasi
internasional ACFTA yang termasuk katagori Perjanjian ACFTA Bagi Perekonomian
perdagangan dilakukan melalui Kepres, Indonesia.”
sehingga ratifikasi ACFTA adalah sah secara Adolf, Huala. Dasar-Dasar Hukum Kontrak
hukum. Internasional. Bandung: Refika
Aditama, 2010.
Adolf, Huala, and A Chandrawulan. Masalah-
KESIMPULAN Masalah Hukum Dalam Perdagangan
Internasional. Jakarta: Raja Grafindo
Adapun sebagai kesimpulan dari uraian Persada, 1996.
tersebut yaitu, bahwa kebijakan pemerintah Ali, Achmad. Menguat Teori Hukum (Legal
adalah suatu tindakan yang diusulkan oleh Teori) Dan Teori Peradilan
pemerintah untuk mengambil keputusan (Judicialprudence) Termasuk
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No: 10/E/EPT/2019
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 2, Juni 2019: 137-149 149