Download as odt, pdf, or txt
Download as odt, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Informed consent di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado

1Christilia G. Wagiu, 2Erwin G. Kristanto, 3Theo Lumunon

1Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi


Manado
2Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
3Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado

Email: christilia.wagiu@gmail.com

Abstract: According to the Minister of Health regulation No. 290 Year 2008 article 1 which is
relevant to medical intervention issues, informed consent has to be signed by the patient prior
to any medical intervention after the patient has been informed completely about the purpose
and the risk of certain intervention. In general, medical doctors already admits that informed
consent is an important part of the ethical code of their profession. Albeit, in certain
circumstances such as in emergency cases with life or physical handicap threatening, the
medical doctors are demanded to do medical intervention ‘ignoring’ the informed consent.
This study was aimed to obtain the implementation of informed consent in Emergency Care
Unit at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado, the central referral hospital in East
Indonesia. In this study, we used qualitative method through interview, direct field
observation, and document observation as secondary data. The results showed that informed
consent was implemented at the Emergencey Care Unit, however, in emergency cases,
informed consent was given orally, followed by signing it as soon as the intervention had been
completely performed. Conclusion: Informed consent was implemented in every medical
intervention at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital including the Emergency Care Unit.
Keywords: informed consent, emergency care unit

Abstrak: Menurut ketentuan Permenkes No. 290 tahun 2008 pasal 1 yang mengatur tentang
tindakan medik disebutkan bahwa ijin melakukan tindakan medik diberi oleh pasien setelah
terlebih dahulu pasien mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat maupun risiko dari
tindakan medik tersebut. Umumnya dokter telah mengetahui dan mengakui bahwa persetujuan
tindakan medik atau informed consent ialah bagian kode etik profesi sebelum diatur dalam
ketentuan undang-undang tentang rumah sakit, praktik kedokteran, maupun peraturan menteri
kesehatan. Dalam keadaan tertentu dokter juga dituntut untuk dapat segera melaksanakan
tindakan medis dan mengesampingkan informed consent antara lain dalam keadaan gawat
darurat dimana terdapat ancaman kematian atau kecacatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyelenggaran persetujuan tindakan medik di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou yang merupakan rumah sakit pusat rujukan di Indonesia Timur. Pada
penelitian ini digunakan metode kualitatif melalui wawancara, pengamatan langsung di
lapangan, dan observasi dokumen sebagai data sekunder. Hasil penelitian mendapatkan
bahwa informed consent di Instalasi Gawat Darurat masih tetap dipakai, walaupun pada
keadaan gawat darurat persetujuan diberikan secara lisan baru setelah selesai tindakan baru
dimintakan tanda tangan pada lembar informed consent. Simpulan: Informed consent tetap
diperlukan untuk setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
termasuk pada Instalasi Gawat Darurat.
Kata kunci: informed consent, emergency unit care
58
Wagiu, Kristanto, Lumunon: Informed consent di Instalasi Gawat Darurat ...
59
kedokteran informed consent tidak asing
Setiap pasien memiliki keunikan, lagi. Setiap tenaga medis meskipun tidak
kebutuhan, kekuatan, dan kepercayaan memahami informed consent sebagai
masing-masing. Rumah sakit suatu prosedur hukum namun sudah
membangun kepercayaan dan mengetahuinya sebagai sebuah
komunikasi terbuka dengan pasien untuk kewajiban moral etika kedokteran.
memahami dan melindungi psikososial Seorang penulis bahkan menuliskan
serta nilai spiritual setiap pasien. Hasil bahwa jauh sebelum adanya ketentuan
pelayanan akan bertambah baik bila hukum di dunia yang mengatur tentang
mereka yang berhak mengambil informed consent, moral dan etika
keputusan diikut sertakan dalam seorang dokter untuk meminta ijin
keputusan pelayanan dan proses yang terlebih dahulu sebelum melakukannya
sesuai harapan.1 tindakan mediknya telah tertanam jauh
melalui pendidikan etika profesinya
Pelaksanaan medis antara dokter dan
sebagaimana diajarkan oleh Hipocrates.5
pasien merupakan hubungan atas dasar
Terdapat banyak tindakan dan
kepercayaan (trust). Hubungan antara
pelayanan medik yang dilakukan dokter
dokter dan pasien pada dasarnya
atau tenaga medis lainnya yang berpotensi
bertumpu pada dua macam hak dasar
merupakan malpraktik yang dilaporkan
yang sifatnya individual, yaitu hak atas
masyarakat tapi tidak diselesaikan secara
informasi (the right to information) dan
hukum.6 Tercapainya kesepakatan antara
hak untuk menentukan nasib sendiri (the
dokter dan pasien merupakan dasar dari
right of self determination).2 Ketentuan
seluruh proses tentang informed consent.7
UndangUndang Dasar 1945, mengenai
Untuk itulah sebaiknya persetujuan
hak untuk menentukan nasibnya sendiri,
diberikan oleh keluarga atau pasien setelah
diatur dalam Pasal 28 A yaitu bahwa
diberikan penjelasan oleh dokter yang akan
setiap orang berhak untuk hidup serta
melakukan tindakan.
berhak mempertahankan hidup dan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
kehidupannya, sedangkan ketentuan
merupakan rumah sakit pusat rujukan
mengenai hak atas informasi diatur pada
Indonesia Timur sehingga tingkat
pasal 28 F yaitu bahwa setiap orang
kunjungan pasien menjadi sangat tinggi.
berhak untuk berkomunikasi dan
Menurut data resmi RSUP Prof. Dr. R. D.
memperoleh informasi untuk
Kandou tahun 2015, jumlah pasien di
mengembangkan pribadi dan lingkungan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebanyak
sosialnya, serta berhak untuk mencari,
36.920 atau sebanyak 102 pasien setiap
memperoleh, memiliki, menyimpan,
harinya sehinggai penerapan informed
mengolah, dan menyampaikan informasi
consent sangat diperlukan di IGD. Sampai
dengan menggu-
saat ini dipercaya bahwa keadaan gawat dan
nakan segala jenis saluran yang tersedia.3
darurat pasien sudah merupakan syarat
Dalam pasal 1 ayat 1 Peraturan tidak diperlukan informed consent.
Menteri Kesehatan No. 290 Tahun 2008 Berdasarkan asumsi medik maupun hukum,
tentang persertujuan tindakan kedokteran situasi gawat dan darurat menimbulkan
dikatakan bahwa persetujuan tindakan kewajiban hukum bagi yang terkait dalam
kedokteran atau informed consent adalah hal rumah sakit maupun dokter untuk
persetujuan yang diberikan oleh pasien memberikan pertolongan terutama dalam
atau keluarga terdekat setelah rangka menyelamatkan jiwa seseorang
mendapatkan penjelasan secara lengkap yang sedang terancam. Kewajiban moral
mengenai tindakan kedokteran.4 Di dunia dan ikatan dari etika profesi untuk
menyelamatkan setiap jiwa mengharuskan tanda tangan pada lembar informed
dan sebenarnya memberikan alasan bagi consent. Penelitian ini sesuai dengan
seorang dokter/rumah sakit untuk bertindak penelitian yang dilakukan oleh Ardani di
tanpa informed consent.8 Persoalan teoritis Madiun,9 yang menyimpul-kan bahwa
inilah yang menjadi penelitian ini sangat pada setiap tindakan medis seorang
relevan untuk dikaji pelaksanaan informed dokter wajib melaksanakan informed
consent di Instalasi gawat darurat. cosent terlebih dahulu, namun dalam
keadaan gawat darurat dimana terdapat
METODE PENELITIAN ancaman kematian atau kecacatan bisa
Penelitian ini menggunakan metode dilakukan tindakan terlebih dahulu.
kualitatif. Data primer diperoleh melalui Pada pelaksanaannya, penjelasan
wawancara langsung dengan panduan yang diberikan dokter sesuai dengan
Permenkes
60 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 1, Maret No.58-61
2017, hlm. 290 Tahun 2008 yaitu
mencakup diagnosis dan tata cara
wawancara yang dipilih berdasarkan tindakan kedokteran, tujuan tindakan
pada prinsip kesesuaian dan kecukupan, kedokteran yang dilakukan, alternatif
ditunjang dengan pengamatan langsung tindakan lain dan risikonya, risiko dan
di lapangan dan didukung dengan komplikasi yang mungkin terjadi,
observasi dokumen sebagai data prognosis terhadap tindakan yang
sekunder. Data diolah dan dianalisis dilakukan, sedangkan perkiraan
dengan metode analisis isi yaitu pembiayaan hanya ada pada general
melakukan interpretasi induksi. Hasil consent. Penjelasan yang diberikan
wawancara dibuatkan transkrip, setelah menggunakan bahasa Indonesia dan
dilakukan interpretasi terhadap setiap bahasa lokal agar mudah dimengerti oleh
pertanyaan dan jawaban. Hasil pasien maupun keluarga. Penjelasan
intepretasi dilakukan verifikasi untuk diberikan oleh dokter kepada pasien
melihat apakah hasil intepretasi tadi itu Sesuai dengan Undang-Undang Dasar
sejalan dengan konteks pertanyaan yang 1945 Pasal 28 F, bahwa setiap orang
diajukan kemudian dilakukan berhak untuk berkomunikasi dan
pembersihan dan perumusan konsep. memperoleh informasi untuk
Setiap konsep tadi dijadikan sub bahasan. mengembangkan pribadi dan lingkungan
Validasi data dilakukan dengan cara sosialnya, serta berhak untuk mencari,
triangulasi sumber dan triangulasi memperoleh, memiliki, menyimpan,
metode. mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN saluran yang tersedia. Penelitian yang
Pada Permenkes No. 290 Tahun dilakuan oleh Winterbottom et al.10 juga
2008 pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa mendukung, bahwa pasien menganggap
dalam keadaan gawat darurat, untuk proses informed consent merupakan
menyelamatkan jiwa pasien dan/atau proses komunikasi dokter dan pasien,
mencegah kecacatan tidak diperlukan bahkan mendidik pasien akan risiko atas
tindakan kedokteran, namun di Instalasi tindakan yang akan dilakukan.
Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.D. Penjelasan diberikan kepada pasien
Kandou Manado informed consent tetap tanpa ada paksaan untuk menyetujui
ada. Pada saat pasien datang ke Instalasi tindakan yang akan dilakukan, sesuai
Gawat Darurat dokter triase akan menilai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
apakah pasien ini termasuk true 28 A bahwa setiap orang berhak untuk
emergency atau false emergency, bila hidup serta berhak mempertahankan hidup
pasien dalam keadaan true emergency dan kehidupannya. Hal ini sejalan dengan
atau bisa dikatan membutuhkan tindakan penelitian yang dilakukan oleh Perihan et
segera maka persetujuan dimintakan al11 di Turki, yaitu pasien memiliki hak
secara lisan terlebih dahulu, baru setelah otonomi untuk menentukan tindakan yang
selesai tindakan dokter akan memintakan dapat dilakukan terhadap dirinya. Pada
pengamatan dan hasil wawancara, Kesehatan No. 290 Tahun 2008 kepada
seringkali dokter hanya sendiri dalam pasien dan memastikan bahwa informasi
memberi penjelasan tentang tindakan yang tersebut telah dipahami seluruhnya, baik
akan dilakukan, tidak didampingi oleh pada tindakan medis yang memerlukan
perawat atau tenaga medis lainnya sebagai informed consent maupun tindakan
saksi. Pada pengawasan, terdapat petugas medis yang tidak memerlukan informed
pengawas di Instalasi Gawat Darurat yang consent. Dokter juga harus bisa
akan memeriksa apakah lembar informed menjelaskan alasan mengapa tindakan
consent telah terisi lengkap. Pada kasus medis yang dilakukan tidak memerlukan
pasien yang akan dioperasi, pengawas akan informed consent, sehingga tidak terjadi
memeriksa terlebih dahulu apakah sudah persepsi hak pasien telah dilalaikan.
ada persetujuan untuk dilakukan operasi 2. Pasien dan keluarga harus selalu
atau belum. Bila belum ada persetujuan dari berperan aktif dalam proses perawatan
pasien atau keluarga untuk dilakukan dan pelaksanaan informed consent demi
operasi, maka pengawas tidak akan memperlancar pelaksanaan tindakan
medisconsent
Wagiu, Kristanto, Lumunon: Informed terhadap pasien itu
di Instalasi sendiri.
Gawat Darurat ...
3. Pada pelaksanaannya, diperlukan
mengijinkan untuk dilaksanakan operasi pengawasaan yang lebih baik lagi agar
tersebut, namun pada pengamatan lembar informed consent benar-benar
langsung didapatkan sekitar 6 lembar bisa terisi lengkap dan agar selalu
informed consent yang tidak lengkap didampingi saksi saat menjelaskan
terisi. tindakan yang akan dilakukan.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Penyelenggaraan informed consent 1. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2012.
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
2. Winandayu P. Tanggung Jawab Dokter
tetap diperlukan untuk setiap tindakan terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan
kedokteran yang dilakukan termasuk di Medis Berdasarkan Implied Consent (Studi
Instalasi Gawat Darurat. Pada tindakan Kasus di Rumah Sakit Panti Nugroho
medik yang masih memungkinkan waktu Yogyakarta) [Tesis]. Yogyakarta: UAJY, 2013.
dan keadaan seperti tindakan invasif, 3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 tentang
informed consent diberikan sebelum Hak Asasi Manusia. Jakarta, 1945.
tindakan dilakukan, namun dalam situasi 4. Keputusan Menteri Kesehatan Mentri
yang benar-benar darurat seperti Kesehatan Republik Indonesia Nomor
resusitasi maka dokter meminta 290/Menkes/ PER/III/2008 tentang Persetujuan
persetujuan pada keluarga secara lisan Tindakan Kedokteran.
kemudian setelah dilakukan tindakan Jakarta: Depkes RI, 2008.
5. Tambun GJ. Hukum Kesehatan Kedokteran
resusitasi baru dimintakan tanda tangan
dan Rumah Sakit. Manado: Pacific
keluarga pada lembar informed consent. Institute, 2016.
Pelaksanaan informed consent sesuai 6. Erdiansyah. Pertanggungjawaban pidana
dengan Permenkes No. 290 Tahun 2008 terhadap dokter atas kesalahan dan kelalaian
sudah berjalan dengan baik walaupun dalam memberikan pelayanan medis di Rumah
masih terdapat kekurangan, yaitu Sakit. Jurnal Ilmu Hukum. 2011;3(2) p.296-320
terkadang dokter memberi penjelasan 7. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan
tanpa didampingi tenaga medis lain Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, 2012.
sebagai saksi, dan pada pengawasan, 8. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran.
petugas masih kurang teliti karena Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia,
didapatkan 6 lembar informed consent 2006.
yang tidak lengkap terisi. 9. Ardani RY. Pertanggung jwaban perdata
dokter mengenai tindakan medis tanpa
informed consent [Skripsi]. Jakarta: Fakultas
SARAN
Hukum Universitas Indonesia; 2014.
1. Dokter harus memberikan informasi
sejelas-jelasnya sesuai Peraturan Menteri
10. Winterbottom M, Boon H, Mior S, Facey M. consent procedure for total knee arthroplasty
Informed consent for chiropractic care: patients in Turkey. Acta Orthopaedica et
comparing patients perceptions to the legal Traumatologica Turcica.
perspective. Manual Ther. 2015;20(3):463-8. 2016;50:400-4.
11. Ekmekci PE, Ekmecki AB, Karakas O,
Kulduk A, Arda B. Evaluation of the informed

You might also like