Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 14
REPUBLIC INDONESIA ‘SALINAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 /PMK. 07/2021 TENTANG DUKUNGAN PENDANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA [NEGARA BAGI PENGELOLAAN SAMPAH DI DAERAH. Menimbang. + DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ENTER! KBUANGAN REPUBLIK INDONESIA, 4. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pengelolaan kevangan. negara dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelolafiskal 'b, Bahwa untule melaksanakan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah itetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 tentang, Pengelolaan Sampah Spesifik, dan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Lisrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan yang mengatur mengenei pendanaan pengelolaan sampah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaca; Mengingat bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana imaksud dalam huruf a dan huruf b, perla ‘menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Dukungan Pendanaan Anggaran Pendapatan dan 'Belanja Negara bagi Pengelolaan Sampah di Daerah; Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008, Nomor 166 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah ‘menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Linglungan (lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2018 Nomor 61); Peraturan Presiden Nomor ST Tahun 2020 tentang Kementerian Kewangan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 98); Peraturan —Menteri-—=«‘Kewangan = Nomar 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik ‘Tahun 2018 Nomor 1862) sebagaimana telah beberapa kali diubah teralehir dengan Peraturan Menteri Kewangan Nomor 229/PMK.01/2019 tentang. Perubshan Kedua stas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi_ dan Indonest ‘Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara ‘Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1745}; -MEMUTUSKAW: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG DUKUNGAN PENDANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BAGI PENGELOLAAN SAMPAH DI DAERAH, BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah reneana keuangan tabunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tabunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia ddan /atau proses alam yang berbentuk padat. 4. Pongelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah, 5. Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrike Berbasis ‘Telmologi Ramah Linglcungan yang selanjutnya lisingkat dengan PSBL adalah mesin/peralatan yang, dapat mengolah sampah menjadi energi listrike dan ‘mengurang! volume sampah dan waktu pengolahan. secara signifikan melalui telenologi yang ramah lingleangan dan tery ©. Pemerintah Pusat yang selanjutnya_disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang 10, nL. 12, ‘memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republi Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1948, Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau wali kota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan dacrah. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan Jhukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-menerus, dan didivikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta_—bekeria— dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan ‘Republik Indonesia dapat berupa badan usaha mille negara, badan usaha mille daerab, dan badan ussha ‘swasta yang berbadan hukum Indonesia. Belanja Pemerintah Pusat adalah belanja yang, ialokasikan dalam APBN kepada kementerian. snegara/lembaga. ‘Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara, dalam rangka mendanai_ pela naan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yograkarta Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAK adalah dana yang bersumber dari APBN kepada aerah tertentu dengan tujuan untuk membantu smendan. daerah dan sesuai dengan prioritas nasional Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DID adalah dana yang bersumber dari APBN kepada dacrab tertents berdasarkean kriteria/kategoritertents dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelola kevangan daerah, pelayanan umum pemerintahan, pelayanan dasar publik, dan esejahteraan masyarakat. ‘kegiatan Khusus yang merupskan urusan 13. Pembiayaan Anggaran adalah setiap penerimaan yang perlu. dibayar kembali, penerimaan Kembali atas pengeluaran tahun-tahun anggaran sebelumnya, pengeluaran Kembali atas penerimaan tahun-tahun fanggaran sebelumnya, penggunaan saldo anggaran Jebih, dan/atau pengeluaran yang akan diterima embali, baik pada tahun anggaran yang. bersangluten maupun tahun-tabun anggaran beriketnya, Pasal 2 (2) Pemerintah Pusat dapat memberikan dukungan endanaan APBN bagi Pengelolaan Sampah di daerah. (2) Dukungan pendanaan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) metiputi 1a, Belanja Pemerintah Pusat; b. Transfer ke Dacrab; dan/atau ce. Pembiayaan Anggaran, (9) Dukungan pendanaan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberian dengan mempertimbangkan: 2, kemampuan keuangan negara; b. kesinambungan fill; ‘¢. pengelolaan risk fiskal; dan Jkinerja Pemerintah Daerah dan/atau Badan Usaha. (4) Penerima dukungan pendanaan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput: 1a, Pemerintah Daerah; dan b. Badan Usaha, (5) Pengelolaan Sampeh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi Kkegiatan pembatasan, penggunaan kembali, pemilahan, pengumpulan/daur ulang, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan ‘akir/pemusnahan, a 2 a @ Pasal 3 Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 ayat (4) hurufa, diprioritaskan untuk Pemerintah Daerah yang memenuhi kriteria: 4. memiliki peraturan daerah atau peraturan kepala daerah yang mengatur mengenai Pengelolaan ‘Sampal; . mengalolastkan pendanaan yang memadai untule Pengelolaan Sampah dalam APBD; © memilild dokumen pereneanaan yang berisi arah ebjjakan dan strategidaerah dalam rmelaksanakan Pengelolaan Sampah; 4. memilki perangkat daerah yang bertugas melaksanakan Pengelolaan Sampah; © melaksanakan Pengelolaan Sampah yang, memenuhi kriteria sebagaimana ditetapian oleh kkementerian negara/ lembaga teknis terkait; ddan /atau, melakukan kerjasama Pengelolaan Sampah dengan daerah lain Pengalokasian pendanaan Pengelolaan Sampah dalam ‘APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf apat bersumber dari Penerimaan Umum APBD termasuk tetapi tidak terbatas pada Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan/atau Dana Bagi Has Pasal 4 Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(4) hurafb merupakan Badan Usaha yang litugaskan Pemerintah Daerah atau Badan Usaha yang ditetapkan Pemerintah Daerah dari hasil ‘kompetisi Badan Usaha. Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ‘melaksanakan proses Pengelolaan Sampah ‘sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) (9) Kompetisi Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat(l) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah atau ketentuan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, BABI BENTUK DUKUNGAN PENDANAAN APBN BAGI PENGELOLAAN SAMPAH DI DAERAH ‘agian Kesatur Belanja Pemerintah Pusat Pasal 5 (1) Belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) hurl « berupe: a belanja Kementerian negara/lembaga yang. mendukung Pengelolaan Sampah termasuk dana tugas pembantuan; ». hibah yang mendukkung Pengelolaan Sampas dan ©. fasilitas dukungan Kelayakan dalam hal proses Pengelolaan Sampah dilakukan dengan mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha sesuai dengan etentuanperaturan —perundang- undangan; (@) Dalam hal Badan Usaha mendapatian fasilitas dukungan kelayakan sebagaimana dimalksud pada ayat (1) burufe, Badan Usaha tidak dapat diberikan dukungan pendanaan APBN lainnya yang menu Penggunaannya sama. (9) Alokasi Belanja Pemerintah Pusat sebagaimana limalesud pada ayat (I) dengan _mempertimbangkan dukungan pendanaan APBN lainnya bagi Pengelolaan ‘Sampah di daerah, Bagian Keda ‘Transfer ke Daerah Pasal 6 Pemerintah dapat memberikan duikungan melahsi Transfer ike Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dnuruf b dapat berupa Pasal 7 (2) DID sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 hurufa dinlokasikan berdasarkan kriteria utama dan kategori kinerjasesuai dengan ketentuan —peraturan perundang-undangan, (©) Kategori iineria achagaimana dimakeud pada ayat (0) berupa kinerja Pengelolaan Sampah. (9) Pengalokasian DID sebagaimana dimaksud pada fayat (I) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) Daerah yang mendapatkan DID berdasarkan Kategori kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penggunaan DID selain untuk prioritas berdasarkan etentuan peraturan perundang-undangan, DID dapat digunakan untuk Pengelolaan Sampah, Pasal & DAK Fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf meliputi ‘2. bidang lingleungan hidup; b. bidang sanitasi; dan/atau c. Didang Jain sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan, Pasal 9 (2) Kementerian Keuangan cq, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangen bersama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan _Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional membahas dan menyepakati arah kebijakan, priort sasaran DAK Fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (2) Berdasarkan basil pembahasan arsh kebijakan, prioritas, dan sasaran DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kementerian Keuangan c., Direktorat Jenderal_Perimbangan -Keuangan ‘mengalokasikan DAK Fisik sesuai dengan ketentuan eraturan perundang-undangan. nasional, dan asal 10 (1) DAK Nonfisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bhurufe meliputi Dana Bantuan Biaya Layanan Pengolahan ‘Sampath; dan/atau b, jenis DAK Nonfisik lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-tundangan, (2) Pengalokasian DAK Nonfisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-indangan. (@) Dana Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (I) hurufa, Gliberikan kepada Pemerintah Daerah yang, rmelaksanakan percepaten pembangunan instalasi PSEL berdasarkan Peraturan Presiden mengenai percepatan pembangunan instalasi pengolah sama menjadi energi lstrike berbasis teknologi ramah lingleungan, (4) Kementerian yang menyelenggaralan —urusan pemerintahan di bidang linglungan dup dan ebutanan melakukan penghitungan alokasi Dana 10- Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah ‘sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan: 2. Kebutuhan Biaya Layanan Pengolahan Sampah alam setahun, yang diperoleh dasi jumlah tonase sampah yang diolah dikalikan dengan Biaya lLayanan Pengolahan Sampah per ton dan jumlah hari operasional PSEL dalam setahun; . penilaian Kelayakan proses pengolahan sampah yang dihitung oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang, lingleungan hidup dan kehutanan; . kemampuan fiskal daerah terhadap Biaya Layanan Pengolahan Sampah yang dihitung oleh Kementerian Keuangan; dan 4. pelaksanaan kerjasama daerah dengan dacrah lain, (6) Alokasi Dana Bantuan Biaya Layanan Pengolahan ‘Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huraf a diberikan paling tinggi sebesar RpS00.000,00 ima ratus ribu rupiah) per ton sampah, Bagian Ketiga Pembiayaan Anggaran Pasal 11 (1) Pembiayaan Anggaran sebagaimana dimaksud dalam asal 2 ayat (2) hurufe dapat berups: 2. pinjaman; atau 1 investasi pemerintah (2) Pembiayaan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat(l) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. eraturan perundang-undangan. ny a @ “ ne BAB I SINERG! DUKUNGAN PENDANAAN Pasal 12 Dalam rangka sinergi dulungan pendanaan APBN bagi engelolaan Sampah di daerah: 2. Kementerian Keuangan berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan _Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, dan kkementerian negara lembaga terkait; dan , Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dan Direktorat Jenderal Anggaran —berkoordin dengan unit eselon 1 Kementerian Keuangan tect. Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hhuruf dituangkan dalam berita acara yang paling rah kebijakan pendanaan; target kines ©. indikasi pendansan per jenis dukungan dan per Jenis kegiatan Pengelolaan Sampaby; dan 4. rencana pendanaan per daerah, Rencana pendanaan per daerah scbagaimana Gimaksud pada ayat (2) hurufd merupakan basil sinkronisasi antarapihalepihake terkait’ yang berwenang dalam —pengalokasian — dulcungan pendanaan APBN bagi Pengelotaan Sampah di daerah. Sinkronisasi sebagaimana dimalksud pada ayst (3) ilakukan melalui pemetaan data duleungan pendanaan APBN yang berbasis: a. wilayah, meliputi_—_provinsi/kabupaten /lota, penerima dulnungan pendanaan; », alokasi prioritas penanganan permasalahan persampahan sebagaimana ditetapkan dalam keetentuan peraturan perundang-undangan; ¢ 2 ©. kegiatan yang termasule dalam proyek strategis nasional sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Peraturan perundang-undangan; dan 4. ‘kegiatan tematik lainnya yang terkait Pengelolaan Sampab, Pasal 13 Dalam rangka mensinergikan pendanaan APBD dengan ukungan pendanaan APBN untuk Pengelolaan Sampah, Kepala Daerah menetapkan pendanaan APBD dengan ‘mempeshatikan dukunganpendanaan APBN yang liberilan Pemerintah, BABIV PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 14 () Kementerian Keuangan, Kementerian Pereneanaan Pembengunan _Nasional/Badan _Perencanaan Pembangunan dan Kementerian negara/lembaga terkait, dapat melaksanakan pemantauan dan evaluasi duleungan pendanaan APBN bag Pengelolaan Sampah di daerah setiap tabun baile sendir-sendiri maupun bereama- ional, Kementerian Dalam Negeri, ‘sama sesuai dengan kewenangan masing-masing. (2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimakeud pada ayat (I) dilakukan atas laporan pemanfaatan ulcungan pendanaan APBN bagi Pengelolaan Sampah i daerah yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah, (9) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana Gimaksud pada ayat(I) dapat digunakan sebagai Dahan pertimbangan oleh Menteri Keuangan dalam menentukan keberlanjutan dukungan pendanaan APBN bagi Pengelolaan Sampah di daerah. 13- BABY KETENTUAN PENUTUP Pasal 15, Pada saat Peraturan Menteri ini mula Berlain, Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Alokast Khusus Nonfsik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 400) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.07/2020 tentang Perubahan Kedua tas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1473), dicabut dan

You might also like