Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI ADVOKAD DALAM


PEMBERIAN INFORMED CONCENT TINDAKAN ECT PREMEDIKASI DI
RSJD Dr. AMINO GONDHOUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Kandar1,Maria Suryani3, Tofi’ah3


1
RSJDAGH Prov Jateng, 2,3 Stikes St Elisabeth
Email: maskandar31@yahoo.com

ABSTRACK
Background: ECT is a medical procedure performed on a patient with bipolar disorder and
unipolar. Permenkes 290 / Menkes / PER / III / 2008, regarding 2, verse 1 describes "all medical
action to be performed on the patient must to be agreement". Professional nurses, can play a role
in giving informed consent as a client advocate. The purpose of this study is describe the role of
nurses as an advocate in giving informed concent of action ECT (Electro convulsive Therapy)
Premedication at RJD Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. Methods: This research use method
of qualitative research with phenomenological approach. This is a descriptive study with research
data collection method using interviews at 6 nurses and triangulation at 3 families. Data collection
tool using interview, video and mobile phones. Results: Researchers found four themes, each theme
has one to two sub-themes. The first theme, describe the preparation of action ECT Premedikaksi .
The second theme, explaining the role of the nurse as an advocate in giving informed concent. The
third theme, explaining the difficulties of nurse in giving informed concent. The fourth theme,
depicts the events nurse in the process of giving informed concent ECT Premedication.Conclusion:
Nurses in the provision the role of advocacy in giving informed concent act as a witness, giving
education, intermediaries doctor with family. Some nurse, doing assigment is not accordance with
authority and responsibility.

Keywords: role of the nurse, Informed concent, ECT Premedication

ABSTRAK
Latar belakang : ECT adalah tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan gangguan bipolar
dan unipolar. PerMenKes No.290/MenKes/PER/III/ 2008 pasal 2 ayat 1 menjelaskan “ semua
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan”. Perawat
profesional, dapat berperan dalam pemberian informed consent sebagai client advocate. Tujuan
penelitian ini Mendeskripsikan peran perawat sebagai advokat dalam pemberian informed concent
tindakan ECT (Electro Convulsive Therapy) Premedikasi Di RJD Dr. Amino Gondhoutomo
Provinsi Jawa Tengah.Metode : Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode pengumpulan data
penelitian menggunakan wawancara pada 6 perawat dan trianggulasi pada 3 keluarga. Alat
pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara, video dan handphone.
Hasil : Peneliti menemukan empat tema, dimana setiap tema memiliki satu sampai dua sub tema.
Tema pertama, menggambarkan persiapan tindakan ECT Premedikaksi Tema kedua, menjelaskan
peran perawat sebagai advokasi dalam pemberian informed concent. Tema ketiga, menjelaskan
kesulitan yang dialami perawat dalam pemberian informed concent. Tema keempat,
menggambarkan kejadian yang dialami perawat dalam proses pemberian informed concent
tindakan ECT Premedikasi.Kesimpulan : Perawat dalam melakukan peran advokasi pemberian
informed concent bertindak sebagai saksi, pemberi edukasi dan perantara dokter dengan keluarga.
Beberapa perawat, melakukan tugas belum sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

Kata kunci : Peran perawat, Informed concent, ECT Premedikasi

291
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

PENDAHULUAN
Electro Convulsive Therapy (ECT) Kedua, masalah yang sering timbul berkaitan
merupakan salah satu tindakan terapi medis dengan stigmatisasi intervensi, dan yang
yang paling efektif untuk depresi bipolar dan ketiga adalah gangguan kognitif yang
unipolar dengan efektivitas dinilai lebih dari memungkinkan terjadi setelah tindakan
60%.1 ECT efektif untuk terapi modalitas ECT.6
pengobatan psikiatri. ECT sering Penelitian lain dilakukan oleh Aniandya
direkomendasikan untuk pasien yang resistan Lutvia tentang Analisis Deskriptif dan
terhadap obat antidepresan pada penderita Kelengkapan Informed Concent ECT
depresi berat, seperti ; depresi berat, depresi Premedikasi pada DRM Pasien Gangguan
psikotik, gangguan bipolar, gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondhoutomo
skizofrenia, dan katatonia.2,3 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014. Pada
ECT termasuk tindakan medis yang penelitian tersebut, didapatkan kelengkapan
dilakukan secara tim berdasarkan persetujuan catatan sebagian tidak lengkap, karena tidak
pasien. PerMenKes No.290/MenKes/PER/III/ adanya tanda tangan pada bagian pengesahan
2008 pasal 2 ayat 1 menjelaskan “ semua antara dokter dan keluarga pasien.7
tindakan medik yang akan dilakukan Fenomena yang ditemui saat wawancara
terhadap pasien harus mendapat dengan perawat rawat inap diperoleh hasil ;
4
persetujuan”. Penjelasan lebih lanjut, diatur pasien gangguan jiwa yang dirawat di RSJD
dalam Undang - Undang No. 29 tahun 2004 Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 Ayat (3) Tengah 90% tidak ditunggu oleh
menyatakan; keluarganya, 45% pasien rawat inap jarang
“tindakan medis yang diberikan pada dijenguk oleh anggota keluarga, 96%
pasien dapat diberikan setelah pasien keluarga tidak dapat menunggu pasien
menyetujui dan menerima penjelasan selama ECT, 75% keluarga harus ditelepon
informed concent yang diberikan oleh petugas untuk datang ke RSJ untuk
sekurang-kurangnya mencakup diagnosis dilakukan pemberian informed consent
dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan ECT. Peran perawat sangat
tindakan medis yang dilakukan, alternatif dibutuhkan bagi pasien. Perawat harus
tindakan lain dan risikonya, komplikasi mempersiapkan informed concent tindakan
terhadap tindakan serta prognosis ECT. Apabila keluarga tidak ada, peran
terhadap tindakan yang dilakukan”.5 perawat sebagai advokat yang menjadi jalan
bagi pasien untuk mendapatkan perlindungan
Mohammad Haghighi tahun 2013 telah dalam pelayanan kesehatan oleh tenaga
melakukan penelitian tentang pelaksanaan medis. Tujuan Umum adalah
informed concent tindakan ECT pada pasien mendeskripsikan peran perawat sebagai
gangguan jiwa. Dalam penelitianya advokat dalam pemberian informed concent
disebutkan; tindakan ECT (Electro Convulsive Therapy)
“There are three main factors precluding Di RJD Dr. Amino Gondhohutomo Provinsi
a broader application of ECT. First, it Jawa Tengah. Tujuan khusus adalah
can be difficult to obtain written informed menjelaskan peran perawat kepala ruangan
consent from an agitated and irritable sebagai advokat dalam pemberian informed
patient; second, concerns often arise with concent tindakan ECT, menjelaskan peran
regard to stigmatization of the perawat ketua tim sebagai advokat pasien
intervention, and third, transient cognitive dalam pemberian informed concent tindakan
impairments are possible. As a result, ECT, menjelaskan peran perawat pelaksana
ECT is considered as the third line the sebagai advokat klien dalam pemberiain
treatment of BPD”. informed concent tindakan ECT di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Pernyataan tersebut menjelaskan tiga
faktor utama yang menghalangi aplikasi
pelaksanaan ECT. Pertama, sulitnya
memperoleh informed consent dari pasien.

292
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

METODE PENELITIAN
secara lengkap kata demi kata dengan
Metode penelitian adalah metode menggunakan komputer.
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi8. 2. Hasil ketikan kemudian dilihat
Tempat penelitian di RSJD Dr. Amino keseluruhan secara utuh menurut
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Waktu pengalaman Informan.
penelitian pada bulan Juli 2015. Jumlah 3. Peneliti mengkode dengan kartu-kartu
sampel 4 perawat informen utama dan 2 yang berisi kata-kata kunci
keluarga pasien informen triangulasi. Teknik 4. Membuat kategori dari kata-kata kunci
pengambilan sampel purposife sampling. yang mengarah pada satu pengertian.
Analisis data hasil penelitian menggunakan 5. Kemudian dibuat skema dengan
analisis kualitatif. Teknik pengolahan data menghubungkan beberapa kategori
menggunakan 4 proses kognitif, yaitu : yang menghasilkan tema-tema.
Comprehending, Synthesizing, Theorizing 6. Bila ada kartu yang tidak sesuai
dan Recontextualizing. Dalam penelitian ini dengan kategori maka kartu tersebut
menggunakan analisis kategori yang dibuang (diharapkan tidak lebih dari
dilakukan secara manual dengan langkah- 10%).
langkah sebagai berikut9,10,11 :
7. Membuat kesimpulan dengan
1. Hasil rekaman baik berupa catatan, menginterpretasikan data yang
maupun dari alat perekam diketik diperoleh bila semua data terkumpul.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tema 1 mendapat persetujuan pasien dan
Tindakan Perawat Kepala Ruangan, keluarganya”.12. Perawat dapat
Katim, dan Perawat Pelaksana memastikan agar keluarga dapat
Ruangan Dalam Pemberian Informed menerima informasi sesuai dengan isi
Concent Tindakan ECT Premedikasi. format informed concent tindakan ECT
Premedikasi. Dengan menjadi mitra
Perawat dalam persiapan tindakan yang baik bagi dokter dan juga menjadi
ECT Premedikasi adalah pemeriksaan orang yang dipercaya keluarga untuk
fisik pasien : pemeriksaan laborat, ECG, merawat pasien. Dengan begitu,
asessmen apakah ada penyakit fisik yang keluarga akan merasa aman dan nyaman
merupakan kontra indikasi ECT, atas bentuk advokasi yang dilakukan
psikologis dari keluarga dan pasien : perawat12.
menjelaskan pra intra dan post ECT
,menghubungi dokter 2. Tema 2
anestesi,mempersiapkan formulir Peran perawat Kepala Ruangan,
informed consent, formulir ECT, Katim, Perawat Pelaksana Dalam
mendampingi dokter selama pemberian Pemberian Informed Concent
informed concent tindakan ECT Tindakan ECT Premedikasi.
Premedikasi. Informasi dari keluarga Perawat rawat inap baik kepala
pasien bahwa perawat telepon untuk ruangan, Katim dan perawat pelaksana
datang ke RSJ ketika ada tindakan medis mengatakan bahwa dalam pemberian
yang harus ada persetujuan keluarga informed concent adalah sebagai saksi,
pasien dan perawat mendampingi dokter peranan untuk menghadirkan keluarga,
pada saat dokter menjelaskan tentang perantara, bicara atas nama pasien,
ECT Premedikasi, perawat mejelaskan mengingatkan dokter, dan memberikan
tentang persiapan ECT Premedikasi edukasi pada keluarga dan pasien.
yaitu harus puasa mulai jam 00.00 WIB Informasi dari keluarga pasien
tentang kegiatan perawat dalam
UU No. 44 tahun 2009 tentang pemberian ECT Premedikasi
Rumah Sakit Pasal 37 ayat 1 memberikan edukasi persiapan ECT
bahwa”Setiap tindakan kedokteran yang untuk puasa dan keluarga menyetujui
dilakukan di rumah sakit harus dengan cara mengisi lembar informed
293
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

consent tindakan medis, perawat sesuai dengan batas wewenangnya.


menjelaskan semua persiapan pasien Dalam memberikan pelayanan
sebelum ECT Premedikasi. kesehatan, perawat berperan sebagai
Undang – Undang Republik saksi untuk tanda tangan klien pada
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 pasal format persetujuan. Perawat dalam hal
27 tentang Keperawatan mempunyai ini mempunyai kewajiban untuk
kewajiban untuk memberikan informasi memberi tahu dokter atau perawat
yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan supervisor untuk memastikan bahwa
mudah dimengerti tentang tindakan klien mendapat informasi sebelum
keperawatan kepada klien atau keluarga tindakan dilakukan.13
3. Tema 3 yang masih agresif, inkoherent, adanya
Kesulitan Perawat Kelapa Ruangan, halusinasi dan gangguan isi pikir juga
Katim, Perawat Pelaksana Dalam merupakan kesulitan yang dialami
Pemberian Informed Concent perawat dalam melakukan advokasi
Tindakan ECT Premedikasi. pada saat tindakan ECT Premedikasi.
Kesulitan yang dialami perawat
kepala ruangan, Katim dan perawat 4. Tema 4
pelaksana ; keluarga yang rumahnya Kejadian yang Dialami Kepala
jauh mengalami kesulitan untuk datang Ruangan, Katim, Pelaksana Setelah
ke rumah sakit, pendidikan keluarga, Pemberian Informed Concent
bahasa yang digunakan keluarga pasien, Tindakan ECT Premedikasi
keluarga pasien tidak menunggui pasien
di RSJ, keluarga datang ke RSJ diluar Peneliti mendapati dokter yang
jam kerja, kondisi pasien yang masih menjelaskan informed concent pada
agresif yang tidak memungkinkan untuk perangkat desa sebagai penanggung
diberi edukasi, pasien tidak memiliki jawab pasien. Pasien yang tidak tinggal
keluarga, ditemukannya kontraindikasi dengan keluarga merupakan salah satu
pada pasien yang akan dilakukan ECT penyebab dokter menjelaskan pada
Premedikasi, Dokter memerlukan waktu orang lain, miskomunikasi yang terjadi
untuk menentukan apakah pasien antara keluarga pasien sebagai
membutuhkan terapi ECT Premedikasi penanggung jawab dengan keluarga lain
atau tidak, ECT Premedikasi dilakukan pada saat dokter memberikan informasi
setelah pengobatan farmakologi tidak tentang ECT Premedikasi. Informasi
ada perubahan, dokter jaga belum diberi keluarga pasien bahwa tidak pernah
instruksi oleh DPJP untuk memberikan datang pada saat tindakan ECT
edukasi pada keluarga pasien, jam kerja Premedikasi dan yang datang
dokter anaestesi jam 07.00 – 14.00 WIB. menjenguk tidak selalu sama kadang
Informasi keluarga pasien ketika suami, istri, anak atau saudara lainnya.
datang pertama sudah diminta untuk Orang yang berhak mendapatkan
tanda tangan persetujuan tindakan informasi pada formilir persetujuan
medis, tidak datang ke RSJ pada saat informed concent yaitu keluarga terdekat
tindakan ECT premedikasi karena adalah suami/istri/ayah/ibu kandung,
keluarga pasien merasa sudah tanda anak kandung, saudara kandung atau
tangan persetujuan pada saat datang pengampunya. Jika pasien tidak
pertama dan percaya dengan petugas di memiliki keluarga, panti sosial yang
RSJ. membawa pasien dan dapat bertanggung
Informed Consent dapat diberikan jawab atas pasien.14
langsung pada pasien yang
berkompeten, pasien dengan umur 5. Tema 5
dewasa (> 19 tahun) atau sudah Pelaksanaan advokasi berdasarkan
menikah20. Pada pasien gangguan jiwa kewenangan klinis
hal tersebut tidak dapat dilakukan Perawat kepala ruangan melakukan
dikarenakan pasien tidak kompeten tugasnya sebagai perantara antara dokter dan
secara psikologis untuk melindungi hak keluarga atapun pasien, melakukan tugas
– haknya. Kondisi psikologis pasien dengan menghubungi dokter ketika perawat

294
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

katim / perawat pelaksana mengalami katim ataupun perawat kepala ruangan.


kesulitan dalam advokasi dalam pemberian Sehingga, walaupun tugas masing – masing
informed concent tindakan ECT Premedikasi. perawat berbeda, namun mereka melakukan
Perawat katim melakukan tugas dengan peran advokasi dengan tujuan yang sama
melakukan edukasi pada pasien dan keluarga, yaitu memberikan pelayakan pada pasien dan
supervisi kegiatan perawat pelaksana. keluarga.
Perawat pelaksana melakukan tugas Dalam kewenangan klinik perawat di
pemeriksaan fisik, menyiapkan formulir RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
untuk keperluan tindakan ECT Premedikasi. Jawa Tengah bahwa kegiatan tindakan yang
Dalam menangani masalah perawat berkaitan ECT dilakukan oleh minimal
pelaksana akan bekerja sama dengan perawat perawat klinik II.

KESIMPULAN Hal itu memperlihatkan perawat belum dapat


Perawat kepala ruangan sebagai melakukan advokasi yang memastikan
advokasi pasien dalam pemberian informed keluarga pasien mendapatkan informasi
concent sudah baik. Perawat kepala ruangan secara lengkap dan jelas tindakan ECT
mengerti akan pentingnya keluarga dengan Premedikasi yang akan dilakukan pada
menghubungi keluarga sebelum tindakan pasien. Salah satu penyebabnya adalah
ECT Premedikasi dilakukan. Perawat kepala faktor keluarga dan usia penanggung jawab.
ruangan bertindak sebagai perantara mulai Hal ini, menjadi kendala bagi perawat untuk
dari konsul dokter, menghubungi keluarga, memastikan keluarga mendapatkan informasi
menyiapkan dokumen informed concent dan dengan jelas sesuai hak keluarga.
melakukan edukasi pada keluarga.
Perawat katim Selama proses advokasi SARAN
pemberian informed concent tindakan ECT Dicantumkannya kewenangan perawat
Premedikasi ; memberikan informasi yang didalam SPO rumah sakit tentang Informed
belum diberikan oleh dokter, mengingatkan Consent ECT Premedikasi. Perawat
dokter untuk memberikan informasi sesuai memastikan bahwa informasi yang wajib
dengan format pemberian informed conccent diberikan oleh RS diterima oleh pasien dan
tindakan ECT Premedikasi, melakukan atau keluarga penanggung jawab pasien,
persiapan tindakan dengan melakukan perawat memastikan bahwa kebutuhan
konumikasi baik pada keluara dan pasien, edukasi pasien dan atau keluarga dari
memberikan edukasi pada pasien, pasien pemberi asuhan pelayanan diterima selama
yang tidak terkontrol menjadi hambatan bagi mendapatkan pelayanan di RS.
perawat katim untuk melakukan edukasi. Ucapan terimakasih kami sampaikan
Perawat pelaksana membantu keluarga kepada berbagai pihak:
untuk memenuhi hak pasien, peran 1. Direktur RSJD Amino
advokasinya sebagai saksi, mempersiapkan GondoHutomo Provinsi Jawa
pasien dalam pelaksanaan tindakan ECT Tengah, yang telah memberikan
Premedikasi, menyiapkan dokumen dan ijin dan tempat untuk
persiapan tindakan ECT Premedikasi. pengambilan data penelitian
Beradasarkan pembasahan penelitian, 2. Ketua STIKES St Elisabeth
beberapa perawat masih ada yang melakukan Semarang yang telah
tugas tidak sesuai dengan wewenang dan memberikan ijin kepada dosen
tanggung jawabnya. Perawat terkadang untuk kerjasama dalam
memberikan informasi seperti pelaksanaan penelitian ini.
tindakan ECT Premedikasi yang seharusnya 3. Kepala perawat dan keluarga
diberitahu oleh dokter. Perawat juga pasien yang telah bekerjasama
menandatangani tindakan ECT Premedikasi dalam proses pengambilan data
atas persetujuan dengan pasien sebelumnya. selama penelitian ini.

295
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

DAFTAR PUSTAKA 5. Undang - Undang No. 29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran Pasal 45
1. Piccinni, Armando; Veltri, Antonello;
Ayat (3).
Vizzaccaro, Chiara; Catena Dell'osso,
6. Radoi D. Informed concent Versus
Mario; Medda, Pierpaolo; Et Al. Plasma
Involuntary Hospitalization in
Amyloid-[beta] Levels in Drug-
Psychiatric Practice. Social Research
Resistant Bipolar Depressed Patients
Repotrs.2013;vol 24: 39-50.
Receiving Electroconvulsive Therapy
7. Riswandani, L A. Analisa Deskriptif
[homepage on the internet]. C 2015
Pelaksanaan dan Kelengkapan Pada
[update May 2013; cited 2015 April 15].
DRM pasien Gangguan Jiwa di
Availablefrom
RSJD Dr. Amino Gondhohutomo
http://search.proquest.com/
Provinsi Jawa Tengah. 2014.
docview/1372756645/A64505B1593740
8. Sukardi. Metodologi Penelitian
7BPQ/4?accountid=38628
Pendidikan. Jakarta; Bumi Aksara;
2. Casarotto, Silvia; Canali, Paola;
2007.
Rosanova, Mario; Pigorini, Andrea;
9. Sudjana,N. Penelitian dan Penilaian
Fecchio, Matteo; et al. Assessing the
Pendidikan. Bandung; Sinar Baru
Effects of Electroconvulsive Therapy on
Algesindo; 2007.
Cortical Excitability by Means of
10. Djunaidi G M., Fauzan, A.
Transcranial Magnetic Stimulation and
Metodologi Penelitian Kualitatif
Electroencephalography [home page on
Edisi Refisi. Ar-Ruzz Media;
internet]. C 2015 [update April 2013;
Jogjakarta; 2014.
cited 2015 April 15]. Available from
11. Moleong, J L.Metodologi Penelitian
http://search.
Kulitatif. Bandung; Remaja
proquest.com/docview/1323575323/F6C
Rosdakarya; 2011.
6EDB9CF464CFBPQ/3?accountid=386
12. UU No. 44 tahun 2009 tentang
28
Rumah Sakit Pasal 37 ayat 1
3. Huang, Chih-ting; Chen, Chia-hsiang.
13. Undang – Undang Republik
Identification of Gene Transcripts in Rat
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Frontal Cortex That Are Regulated by
pasal 37 tentang Keperawatan
Repeated Electroconvulsive Seizure
14. Yongky. Pro dan Kontra Terhadap
Treatment [home page on internet]. C
Terapi Kejang Listrik Sebagai Terapi
2014 [update Mar 2009; cited 2015
Alternatif Medis pada Pasien
April 15]. Available from
Psikotik Journal [serial on the
http://search.proquest.com/
internet]. 2012 [cited 2015 April 21]:
docview/233442293?accountid=38628
Available from
4. PerMenKes No.290/MenKes/PER/III/
ejournal.jurwidyakop3.com/index.ph
2008 pasal 2 ayat (1).
p/majalahilmiah/article/download/51/
50

296

You might also like