Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL HUTAN LESTARI (2019)

Vol. 7 (1) : 492 – 498

INTENSITAS SERANGAN RAYAP PADA Eucalyptus pellita DI AREAL HUTAN


TANAMAN INDUSTRI PT. WANA HIJAU PESAGUAN
KABUPATEN KETAPANG

(Intensity Of Termites Attacks In Eucalyptus pellita In The Industrial Plantation Forest PT.
Wana Hijau Pesaguan, Ketapang Regency)

Octo Erwin Simanjuntak, Rosa Suryantini, Nurhaida


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jl. Daya Nasional Pontianak 78124
Email : octoerwin17@gmail.com

Abstract
PT. Wana Hijau Pesaguan developed the Eucalyptus plant in 2017 and had one year old (2017-
2018). Observations Eucalyptus in PT. Wana Hijau Pesaguan was found termites that attacked
Eucalyptus tree (Research and Development 2007). One of termites spesieses that had been
indentified by this company is Coptotermes curvignathus. However, until now there had not
been known intensity of attacks and the level of damage on the Eucalyptus by termies. Besides
there was also the lack of scientific information and publications relating to the level of damage
and damage by termites in this area.This research aimed to count the intensity of termite attack
in E. pellita in PT. Wana Hijau Pesaguan. This research was conducted from August to
September 2018 using field survey. Plot samples were taken as many as 24 plots of size 20 x 20
m, the sampling intensity was 10% of the area of 9.4 ha. Data analysis in this study used
analysis of the level of damage and intensity of the attack. The results showed this, the species
of termites that attacked the E. pellita was Macrotermes gilvus. The level of attack were 0 -
9.25% with the average of damage intensity reached 3.21%. It was categorized into mildly
damaged. The factors that influenced the occurrence of termite attacks were the amount of
trash and wood stumps, trenches, and locations bordering rubber plants and forests around
plants.
Keywords: Eucalyptus pellita, the intensity of damage, the level of attack, Termite,
Macrotermes gilvus

PENDAHULUAN hardboard, papan partikel, furniture dan


Eucalyptus terdiri atas 500 spesies bahan pulp dan kertas.
dan kebanyakan endemik di Australia. Produksi pulp dan kertas di
Beberapa spesies juga ditemukan di Indonesia dilakukan untuk memenuhi
Irian Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara kebutuhan kertas di dalam dan luar
Timur, dan Timor-Timur (Latifah negeri. Pada tahun 2015, kebutuhan
2004). Rockwood et al. (2008) pulp dalam negeri mencapai 7,3 juta ton
melaporkan bahwa eucalyptus sudah per tahun dan produk kertas 10,7 ton.
dikembangkan menjadi salah satu Pada tahun 2017 kebutuhan pulp dan
species penting dalam hutan tanaman kertas meningkat menjadi 17 ton
industri (HTI). Menurut Siregar (1996), (Kemenperin, 2015). Kebutuhan pulp
eucalyptus mempunyai banyak manfaat secara global diperkirakan akan terus
yaitu sebagai bahan kayu bakar, meningkat dalam compounded

492
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 492 – 498

annaulgrowth rate (CAGR), yaitu diketahui intensitas serangan dan


sekitar 2,6% setiap tahun. Asosiasi tingkat kerusakan rayap di areal
Pulp dan Kertas dalam compounded tersebut. Oleh karena itu, dilakukan
annaulgrowth rate (CAGR), yaitu penelitian mengenai intensitas tingkat
sekitar 2,6% setiap tahun. Asosiasi kerusakan serangan rayap terhadap
Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) tanaman Eucalypus di PT. Wana Hijau
menargetkan produksi pulp dapat Pesaguan.
mencapai 20,4 juta ton/tahun dan kertas Tujuan dari penelitian adalah
sebesar 19,8 juta ton/tahun pada tahun untuk memperoleh data tentang tingkat
2020 (APKI 2013). Dengan demikian kerusakan yang disebabkan oleh rayap
eucalypus dapat digunakan menjadi pada tanaman Eucalyptus pellita di
alternatif bahan baku pembuatan pulp areal tanam PT. Wana Hijau Pesaguan
dan kertas. Kabupaten Ketapang. Manfaat dari hasil
Salah satu upaya pemenuhan penelitian dapat dijadikan dasar untuk
kebutuhan bahan pulp dan kertas maka menentukan tindakan pengendalian
tanaman Eucalyptus dikembangkan di serangan rayap teradap E. pellita
Kalimantan Barat secara besar-besaran berdasarkan tingkat serangannya dan
dalah bentuk hutan tanaman industry penentuan jenis tanaman untuk
(HTI). Ekstensifikasi tanaman penanaman daur berikutnya.
eucalyptus dengan sistem monokultur METODE PENELITIAN
sangat rentan terahadap serangan rayap Penelitian dilakukan di areal
salah satunya Coptotermes curvignatus. penanaman Eucalyptus di PT. Wana
Menurut Irwanto (2006), C. curvignatus Hijau Pesaguan Kabupaten Ketapang.
merupakan salah satu rayap yang Penelitian dilaksanakn pada bulan
menyerang tanaman eucalyptus dengan agustus sampai september 2018 di
tingkat kerusakan mencapai 57,1%. lapangan dan dilanjut identifikas rayap.
PT. Wana Hijau Pesaguan Penelitian dilaksanakan dengan
mengembangkan tanaman Eucalyptus metode survey. Teknis pelaksanaan
pada tahun 2017 dan telah berumur satu terdiri atas : (1) Penentuan blok
tahun. Hasil pengamatan di areal pengamatan secara sistematik sampling,
tanaman Eucalyptus PT. Wana Hijau (2) Luas blok pengamatan 20 x 20
Pesaguan banyak ditemukan rayap yang meter dengan jumlah blok pengamatan
menyerang pohon Eucalyptus salah satu 24 buah, (3) Analisa serangan rayap
jenis rayap yang diteliti oleh perusahaan berdasarkan skor serangan rayap
adalah C curvignathus (Riset & berdasarkan Mardji (2003), (4) Rayap
Deplotmen 2017). Namun sampai saat yang menyerang tanaman eucalyptus
ini belum diketahui intensitas serangan ditangkap dan dimasukkan ke dalam
dan tingkat kerusakan yang merusak botol yang berisi alkohol (70%), (6)
pohon Eucalyptus dan belum adanya Data skoring (Tabel 1) yang diperoleh
informasi dan publikasi ilmiah yang dimasukkan kedalam tally sheet.

493
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 492 – 498

Adapun analisis data yang digunakan N : Jumlah tanaman dalam satu plot.
unuk menghiung analis tingkat Selanjutnya untuk menghitung
kerusakan yang dikemukakan oleh intensitas serangan rayap digunakan
Tulung (2000) dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Mardji
rumus. (2003) sebagai berikut:
𝑛
𝐾= 𝑋 100%
𝑁 𝑋1𝑌1 + 𝑋2𝑌2 + 𝑋3𝑌3 + 𝑋4𝑌4
Keterangan: I= 𝑥 100%
𝑁. 𝑉
K : Kejadian serangan oleh rayap.
n : Jumlah tanaman yang terserang
oleh rayap.
dimana : X3 : jumlah pohon yang terserang
I : intensitas serangan (%) berat (skor 3)
N : Jumlah tanaman yang diamati X4 : jumlah pohon yang terserang
V : Skor tertinggi yang diamati sangat berat/mati (skor 4)
X : jumlah pohon yang diamati Y1-Y4 :skor 1 sampai 4 dari masing
X1 : jumlah pohon yang terserang masing tanaman yang
ringan (skor 1) menunjukkan gejala dari
X2 : Jumlah pohon yang terserang serangan ringan sampai
sedang (skor 2) terserang sangat berat.

Tabel 1. Cara menentukan nilai (skor) serangan rayap pada setiap pohon
Kondisi Pohon Skor
Tidak terserang tidak ada serangan rayap 0
Terserang ringan bagian pohon yang terserang relatif sempit ditandai dengan adanya
kerak tanah pada batang pohon atau kerak tanah berupa alur-alur yang terdapat pada 1
perakaran dan batang
Terserang sedang bagian pohon yang terserang relatif agak luas ditandai dengan
adanya kerak tanah pada batang pohon atau kerak tanah yang terbentuk dan menutup 2
batang pohon sekitar ½ dari diameter batang
Terserang berat bagian pohon yang terserang relatif luas ditandai dengan adanya
kerak tanah pada batang pohon atau kerak tanah yang terbentuk sudah menutup 3
batang pohon
Mati kerak tanah pada batang pohon atau kerak tanah yang terbentuk sudah menutupi 4
seluruh batang pohon dan daun rontok serta tidak ada tanda-tanda kehidupan
Sumber: Mardji (2003)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Idenifikasi rayap
Hasil identifikasi rayap yang Pesaguan terdapat di pohon eucalyptus.
menyerang di areal penanaman M. gilvus yang ditemukan di areal
eucalyptus di temukan satu spesies, penelitian, memiliki ciri kepala
yaitu Macrotermes gilvus, kasta prajurit. berwarna coklat dan kemerahan,
Habitat rayap yang di temukan pada sepasang manibel yang tajam dan
penanaman eucalyptus PT. Wana Hijau simetris (Gambar 1). Ciri-ciri

494
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 492 – 498

tersesebut menyerupai M. gilvus yang (Nandika et al. 2003). Ciri lain yang
dijelaskan oleh Nandika et al. (2003). ditemukan adalah jumlah ruas antena
Mereka juga menambahkan bahwa sebanyak 17 ruas, antena ruas ke-3
spesies ini sangat agresif dan akan sama panjang dengan antena ruas ke -2,
menggigit, ukuran kasta prajurit lebih ruas ke-3 lebih panjang dengan ruas ke-
besar dibandingkan kasta pekerja 4 (Nandika et al. 2015).

Gambar 1. Macrotermes gilvus


Kejadian Serangan dan intensitas dibandingkan dengan serangan dalam
serangan penelitian Irwanto (2006) kejadian
Hasil penelitian menunjukkan serangan mencapai 57,1%. Kejadian
bahwa dari 24 petak pengamatan, hanya serangan tidak ditemukan pada 5 petak
20 petak yang terserang oleh rayap pengamatan, yaitu petak 1, 5, 10, 15 dan
dengan kejadian serangan antara 0 - 16. Hal itu dipengaruhi areal tersebut
9,25 %. Kisaran persentasi kejadian berbatasan dengan jalan menuju lokasi
serangan rayap pada eucalyptus dan tidak ada sampah di areal tersebut.
termasuk dalam kategori ringan,

a b
Gambar 2. Areal Penanaman a) Areal Berbatasan dengan Jalan; b) Areal Tanam
Bersih dari Serasah

495
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 492 – 498

10,00
9,00
Kejadian Serangan (%)

8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Petak Pengamatan

Gambar 3. Kejadian Serangan Rayap Terhadap Tanaman E. pellita


Perbedaan kejadian serangan antar perkembangan dan distribusi rayap
lokasi pengamatan dipengaruhi oleh (Pribadi 2010). Semakin tinggi
kondisi lokasi tanaman tidak sama. kelembapan maka semakin tinggi
Kondisi lokasi yang dimaksud adalah serangan rayap dimana kelembaban
lokasi yang berbukit, adanya parit di optimum bagi perkembanga rayap
lokasi tanam, berbatasan dengan kebun adalah 75-90% (Ngatiman 2010).
karet dan hutan alam dan kebersian Kondisi tersebut dipengaruhi oleh
lokasi yang berbeda. Tanaman yang banyaknya serasah dari daun-daun
berada di dataran rendah lebih banyak kering dan bekas tunggul kayu di lokasi
diserang oleh rayap dibandingkan penelitian.
tanaman yang berada di dataran tinggi. Intenistas serangan pada setiap
Hal ini berhubungan dengan suhu dan petak pengamatan berkisar antara 0 –
kelembaban (Pribadi 2010). 7,7 % (Gambar 3) sehingga rata-rata
Suhu optimum rayap untuk intensitas serangan hanya 3,21 %.
berkembang dan beraktivitas berkisar Intensitas serangan ini dikategorikan
0 0
15 C – 38 C (Nandika et al. 2003). rusak ringan. Secara terperinci, dari
Suhu di bawah tegakan eucalyptus 1035 pohon yang diamati hanya 39
0
ditemukannya rayap berkisar antara 24 pohon yang terserang, dan dari 39
0
C – 31 C dengan kelembaban optimum pohon hanya 28 pohon dalam kondisi
adalah 75 – 81 %. Selain suhu, mati, 2 pohon terserang berat, 6 pohon
kelembaban juga mempengaruhi terserang ringan.

496
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 492 – 498

9
8
Inensias Serangan (&)

7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Petak Pengamatan

Gambar 4. Intensitas Serangan Rayap Tanaman E. pellita


Rendahnya intensitas serangan memerlukan perhatian dalam hal
rayap dikarenakan diameter pohon yang pengendalian sebelum serangan rayap
masih kecil. Nandika et al. (2015) tersebut meluas yang dapat
menjelaskan salah satu faktor yang mengakibatkan kerusakan terhadap
mempengaruhi intensitas serangan tanaman eucalyptus makin parah. Salah
rayap adalah kandungan selulosa. satu usaha pengendalian dini adalah
Semakin besar diameter pohon maka perlunya pengelolahan lahan yang
semakin tinggi kandungan selulosanya. bersih atau sesuai dengan standart
Kesimpulan oparasional prosedur (SOP) yang
1. Jenis rayap yang ditemui di lokasi berlaku untuk mencegah atau
penelitian di tanaman eucalyptus mengurangi resiko serangan rayap.
yaitu Macrotermes gilvus dari Daftar Pustaka
famili termitidae. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia
2. Tingkat kejadian serangan rayap (APKI). 2013. “Pulp dan Paper:
terjadi pada 19 petak dari 24 petak Industri Kertas dan Bubur Kertas
pengamatan dengan tingkat Genjot Produksi”.
kejadian serangan paling tinggi http:/www.apki.net. [ 05 Nov
9,52 % dan kejadian serangannya 2018].
Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan
paling banyak terjadi pada diameter
Hutan Tegakan Jati
pohon 3-5 cm. (Tectonagrandis) Dan Eucalyptus
3. Intensitas serangan rayap yaitu (Eucalyptuspellita) Pada Kawasan
3,21% dikatagorikan kedalam Hutan Wanagama. Universitas
kondisi tumbuhan rusak ringan. Gajah Mada Yogyakarta.
Saran Kementerian Perindustrian. 2015.
Serangan rayap di kawasan Kebutuhan Kertas Domestik
penanaman eucalyptus meskipun masih Meningkat. Jakarta: Kementerian
dikategorikan ringan, tetapi tetap Perindustrian.

497
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 492 – 498

Latifah S. 2004. Pertanaman dan Hasil (Anthocephalus Cadamba) Oleh


Tegakan Eucalyptus grandis di Arthrochista Hilaralis. Jurnal
Hutan Tanaman Industri. Penelitian Hutan Tanaman.8 (1) :
http://www.libraryusu.ac.id [18 1 – 7.
Januari 2018]. Riset & Diplotman (2017). Hama dan
Mardji D. (2003). Laporan akhir Penyakit pada Tanaman Acacia
penelitian dan pendampingan mangium dan Eukaliptus pelita.
konsultan. Fakultas Kehutanan Ketapang. PT. Wana Hijau
Universitas Mulawarman terhadap Pesaguan
Proyek Rehabilitasi Hutan PT Rockwood D L A W, Rudie S A, Ralph
ITCI Kartika Utama di Kenangan. J Y, Zhu, Winand J E. 2008.
Nandika D, Rismayadi Y, dan Fara D. Energy Product option for
2003. Rayap : Biologi dan Eucelyptus species grown as short
Pengendaliannya. Surakarta: rotation woody crops.
Universitas Muhammadiyah Internasional Jurnal of Molecular
Surakarta Press 2003. Setences. 9(2) : 1361 -1378
Nandika D, Rismayadi Y, dan Fara D. Siregar S Z. 1996. Percobaan
2015. Rayap : Biologi dan Penyulingan Daun Eukaliptus
Pengendaliannya, Edisi 2. Secara Sederhana. Duta Rimba
Surakarta: Universitas No. 195 – 196/XX/1996. Jakarta:
Muhammadiyah Surakarta Press Perum Perhutani.
2015. Tulung M. 2000. Study of Cacoa Moth
Pribadi A. 2010. Pengaruh Temperatur (Conopomorpha cramerella)
Dan Kelembaban Terhadaptingkat Control in North Sulawesi.
Kerusakan Daun Jabon Eugenia 6 (4): 294-299

498

You might also like