ID Sikap Masyarakat Hukum Adat Bali Terhadap Putusan MK No 46puu Viii2010 Terkait K

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal ISSN 2302-528X

Magister Hukum Udayana • September 2015


Vol. 4, No. 3 : 603 - 609
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

SIKAP MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI


TERHADAP PUTUSAN MK NO. 46/PUU-VIII/2010 TERKAIT
KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN1

Oleh :
Ni Nyoman Sukerti (nyomansukerti10@yahoo.com)
I Gst. Ayu Agung Ariani (oka.ariani@yahoo.com)
I Ketut Sudantra (sudantra01@yahoo.co.id)2

ABSTRACT
This study aimed to determine the knowledge of indigenous people of Bali against the
&RQVWLWXWLRQDO &RXUW 1R 388 9,, PHDQLQJ WKH &RQVWLWXWLRQDO &RXUW UXOLQJ
related to the child outside the mating position, to identify and analyze the attitudes of
LQGLJHQRXV FRPPXQLWLHV %DOL RQ WKH GLVFKDUJH RI WKH &RQVWLWXWLRQDO &RXUW 7KLV VWXG\ LV DQ
HPSLULFDO ODZ ZLWK QRQ GRFWULQDO DSSURDFK VRFLR OHJDO UHVHDUFK
The results showed that indigenous people in general do not yet know Bali Court Decision
1R 388 9,, ZDV 0HDQLQJ EH\RQG PDWLQJ JLYHV FKLOGUHQ WKH VDPH ULJKWV DV
FKLOGUHQ ERUQ ZLWKLQ PDUULDJH %DOLQHVH SHRSOH¶V DWWLWXGHV UHODWHG WR WKLV GHFLVLRQ FDQ EH
FODVVL¿HG LQWR WZR 0RVW DFFHSW WKH GHFLVLRQ RI WKH UHDVRQ FKLOGUHQ RXWVLGH WKH PDWLQJ
VWDWXV WR FOHDU WKH PRWKHU FDQ FODLP UHVSRQVLELOLW\ IRU WKH ELRORJLFDO IDWKHU RI WKH FKLOG
WKH FKLOG LV QR ORQJHU GHVSLVHG LQ WKH IDPLO\ DQG VRFLHW\ VPDOO 6HEDJDLQ UHMHFW UHDVRQ
FKLOGUHQ RXWVLGH PDWLQJ FDQ FDXVH SUREOHPV LQ LQKHULWDQFH LQ ELRORJLFDO IDWKHU FRQWUDU\
WR WKH FXVWRPDU\ ODZ RI %DOL JLUOV PD\ SUHIHU QRW WR PDUU\ 7KH DWWLWXGH RI WKH LQGLJHQRXV
SHRSOHV RI %DOL SURV DQG FRQV RI WKH OHJDO FXOWXUH RI VRFLHW\
Conclusion: Its meaning is to give children the right to marry outside the same as children
ERUQ ZLWKLQ PDUULDJH %DOLQHVH FXVWRPDU\ ODZ FRPPXQLW\ LQ JHQHUDO KDYH QRW EHHQ DZDUH
RI WKH &RQVWLWXWLRQDO &RXUW %DOLQHVH SHRSOH¶V DWWLWXGHV WRZDUGV WKH &RQVWLWXWLRQDO &RXUW
UXOLQJ SUR DQG FRQV

Keywords: constitutional court ruling, beyond mating child, ttitude indigenous


SHRSOH RI %DOL

I. PENDAHULUAN tahun. Pada umurnya yang 70 tahun tersebut


1.1. Latar Belakang Masalah sudah cukup banyak peraturan perundang-
Negara Indonesia sebagai negara undangan yang berhasil dibuatnya. Namun
yang sedang berkembang sudah berumur 70 demikian dalam hukum keluarga dan hukum
waris belum berhasil dibuatnya. Jadi dalam
1
Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian di hukum keluarga dan hukum waris belum
biayai dari dana Dipa BLU Program Studi Magister ada hukum yang berlaku secara nasional
(S2) Ilmu Hukum PPS UNUD dengan SK direktur
No.750/UN.14.4/KU/2015 tanggal 29 Mei 2015 telah
sehingga masih berlaku pluralisme hukum.
dipresentasikan dalam seminar/FGD di Program Hukum keluarga dan hukum waris
Magister (2) Ilmu Hukum
2
Para penulis dosen di Program Studi (S2) Ilmu Hukum
yang berlaku di Indonesia masih bersifat
dan Fakultas Hukum UNUD. pluralisme hukum. Artinya dalam bidang

603
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • September 2015 Vol. 4, No. 3 : 603 - 609
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

hukum keluarga dan hukum waris berlaku sedangkan anak yang lahir tanpa ada
lebih dari satu sistem hukum. Adapun perkawinan orang tuanya disebut anak
sistem hukum tersebut yaitu sistem hukum tidak sah atau anak luar kawin. Antara
adat, hukum islam dan hukum perdata barat anak sah dan anak luar kawin sebagai
atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata keturunan mempunyai kedudukan yang
(KUHPerdata). Masih berlakunya pluralisme tidak sama dalam keluarga. Seseorang
hukum disebabkan belum mampunya sebagai keturunan mempunyai hubungan
QHJDUD DWDX SHPHULQWDK PHPEXDW XQL¿NDVL darah dengan orang menurunkannya. Di
hukum dalam dua lapangan hukum tersebut. samping mempunyai hubungan darah dans
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam juga mempunyai hubungan hukum dengan
kajian ini difokuskan pada hukum adat yakni orang yang menurunkannya. Sehubungan
hukum adat Bali. dengan tersebut Djojodiguno dalam
Dalam pewarisan ahli waris Surojo Wignjodipuro, mengatakan bahwa
merupakan salah satu unsur esensiil untuk keturunan adalah ketunggalan leluhur,
dapat terjadinya pewarisan oleh karena itu artinya ada perhubungan darah antara orang
dalam penentuan ahli waris erat kaitannya seorang dan dan orang lain. Dua orang atau
dengan sistem kekeluargaan yang dianut lebih yang mempunyai hubungan darah, jadi
oleh masyarakat di Indonesia. Pada yang tunggal leluhur, adalah keturunan yang
umumnya kehadiran seorang anak dalam seorang dari yang lain.3
sebuah keluarga sangat di dambakan, Mencermati pendapat dari Djojodiguno
apabila dalam sebuah keluarga kecil atau tersebut, dimana keturunan adalah orang
keluarga batih, ketidakhadiran seorang anak yang mempunyai hubungan darah dengan
dapat menggoyahkan pondasi rumah tangga orang yang menurunkannya. Ini berarti
suatu keluarga. Kehadiran seorang anak orang yang dimaksudkan adalah laki-laki dan
mempunyai peranan yang sangat penting perempuan yang menyebabkan keturunan
dalam suatu perkawinan, karena tujuan itu ada sudah melangsungkan perkawinan.
perkawinan selain membina rumah tangga Lantas bagaimana manakala laki-laki dan
yang bahagia dan sejahtera adalah untuk perempuan yang menyebabkan keturunan
melanjutkan keturunan, agar tidak terjadi itu tidak melangsungkan perkawinan? Kalau
kepunahan (camput). Begitu pentingnya dicermati lebih dalam, walaupun tidak ada
kehadiran seorang anak dalam sebuah perkawinan antara laki-laki dan perempuan
keluarga, terlebih anak laki-laki yang di Bali yang menyebabkan seorang keturunan
dipercaya sebagai penyelamat roh leluhur (anak) itu lahir tetap sang anak mempunyai
dari siksaan neraka. Tiadanya anak dalam hubungan darah, tetapi sang anak tidak
keluarga (perkawinan), dapat dipakai alasan mempunyai hubungan hukum dengan laki-
oleh sang suami untuk melakukan poligami laki yang menyebabkan ia lahir. Dalam
dan bahkan ada kalanya juga dipakai alasan kaitan penelitian ini, lantas bagaimana
untuk menceraikan sang istri, walaupun hubungan hukum anak yang bersangkutan
belum tentu sang istri yang mandul.
Anak-anak yang lahir dari perkawinan 3
Surojo Wignjodipuro, Pengantar Dan Asas-Asas
yang sah orang tuanya disebut anak sah, Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta, 1967, hlm.108.

604
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • September 2015
Vol. 4, No. 3 : 603 - 609
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

dengan laki-laki yang menyebabkan dia 2. Jenis dan Sumber Data


lahir. Sebuhungan dengan hal tersebut maka Dalam penelitian ini data yang digali
menjadi penting untuk melakukan penelitian dan dikumpulkan adalah berupa data primer
berkenaan dengan kedudukan hukum anak dan data sekunder. Data primer diperoleh
luar kawin setelah keluarnyan putusan MK data yang digali di lapangan yakni di wilayah
No.46/PUU-VIII/2010. Kota Denpasar. Sebagai lokasi penelitian
ditentukan secara purposif dengan dasar
1.2. Rumusan Masalah. pertimbangan bahwa di Kota Denpasar
Bertitik tolak dari latar belakang yang sekaligus sebagai pusat Pemerintahan
tersebut di atas, dirumuskan permasalahan Propinsi Bali, dimana kondisi masyarakatnya
sebagai berikut: relatif lebih maju dengan tingkat pendidikan
1. Apa makna Putusan MK No. No.46/ lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
PUU-VIII/2010 terhadap kedudukan lainya di Bali. Penentuan informan
anak luar kawin di dalam Hukum Adat responden ditentukan dengan teknik snow
Bali? EDOO (bola salju) dan yang dipilih adalah
2. Bagaimana sikap masyarakat hukum tokoh masyarakat, tokoh agama, dan warga
adat Bali terhadap Putusan MK No. masyarakat.
No.46/PUU-VIII/2010 sehubungan Data sekunder diperoleh dari
dengan kedudukan anak luar kawin? penelusuran bahan-bahan tertulis atau
dokumen-dokumen yang memuat informasi
II. METODE PENEITIAN sehubungan dengan anak yang lahir di luar
2.1. Jenis dan Sifat Penelitian perkawinan kedua orang tuanya.
Penelitian tentang sikap masyarakat
hukum adat Bali terhadap Putusan MK No. 2.3. Teknik Pengumpulan Data.
No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Material Untuk mendapatkan data yang
Undang-Undang Perkawinan sehubungan diperlukan, teknik pengumpulan data yang
kedudukan anak luar kawin adalah digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
merupakan penelitian hukum empiris dimana wawancara yang berpedoman pada pedoman
data lapangan sebagai data primer. Penelitian pertanyaan (interview guide).
ini tidak akan menguji hipotesis, akan tetapi
menggali informasi sebanyak mungkin 2.4. Teknik Pengumpulan Data
sehubungan dengan sikap masyarakat hukum Pengolahan dan analisis data
adat Bali terhadap keluarnya Putusan MK dilakukan dengan menggunakan metode
No.46/PUU-VIII/2010 sehubungan dengan yang bersifat kualitatif yang dilengkapi
kedudukan anak luar kawin tersebut. Oleh dengan analisis situasional. Metode ini akan
karenanya penelitian ini bersifat deskritif, dapat menunjukan tentang sikap masyarakat
yaitu menggambarkan atau menjelaskan hukum Adat Bali terhadap Putusan MK
sikap masyarakat hukum adat Bali terhadap No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Materiil
Putusan MK sehubungan dengan kedudukan Undang-Undang Perkawinan terkait
anak luar kawin. kedudukan anak luar kawin.

605
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • September 2015 Vol. 4, No. 3 : 603 - 609
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

III. HASILDAN PEMBAHASAN kedudukan yang jelas dalam keluarga dan


3.1. Tinjauan Umum Tentang Macam- masyarakat. Terkait dengan hal tersebut
Macam Anak Dalam Hukum Adat. Sukerti mengemukakan bahwa di Kabupaten
Secara umum dalam hukum adat Tabanan, anak yang lahir diluar perkawinan
dikenal dua jenis anak yaitu anak yang lahir biasanya diangkat anak oleh saudara ibunya
dalam perkawinan yang disebut anak syah atau oleh orang tua ibunya (kakek-nenek)
dan anak yang lahir di luar perkawinan yang anak yang bersangkutan.4
disebut anak tidak syah. Anak yang lahir Anak kandung adalah anak yang
dalam perkawinan juga banyak macamnya mempunyai kedudukan yang sangat penting
seperti anak kandung, anak tiri, anak angkat dalam setiap somah (gezin) masyarakat
dan anak piara, sementara anak yang adat.5 Anak sebagai penerus generasi dan
lahir di luar perkawinan ada disebut anak wadah (tempat tumpuan) dimana semua
haram dan anak haram jadah. Kalau dalam harapan orang tuannya dikemudian hari
masyarakat Bali anak yang lahir di luar ditumpahkan, sebagai pelindung orang
perkawinan ada dua macam yaitu ada yang WXDQQ\D GLPDQD VHFDUD ¿VLN RUDQJ WXDQQ\D
disebut anak EHELQMDW, ada yang disebut anak tidak mampu bekerja lagi. Sementara anak tiri
DVWUD Masing-masing anak tersebut di atas adalah anak orang lain yang ada dalam suatu
mempunyai kedudukan dan hak tidak sama keluarga. Mengenai anak tiri sebenarnya
dalam keluarganya. dapat dilihat dari sudut siapa anak tersebut
Anak EHELQMDW adalah anak lahir yang dilihat dan dari sistem kekeluargaan yang
tanpa ada perkawinan dari orang tuannya dianutnya. Kalau dilihat dari sudut si ayah
dimana si ibu tidak dapat menunjukan laki- pada masyarakat patrilineal tidak dikenal
laki mana yang menyebabkan dirinya hamil anak tiri karena dalam masyarakat patrilineal
dan melahirkan anak karena laki-laki yang adalah semua masuk dalam garis bapaknya
mengaulinnya lebih dari satu orang. Oleh berapapun ibunya. Kalau dilihat dari sudut si
karena itu disebut anak EHELQMDWartinya ibunya ibu baru dikenal anak tiri, akan tetapi tidak
jahat. Sementara anak astra adalah anak yang berpengaruh dalam keluarga dan pewarisan
lahir di luar perkawinan orang tuanya, hal karena semua anak laki-laki mempunyai
itu terjadi dikarenakan sesuatu hal sehingga hak waris terhadap harta kekayaan orang
belum bisa melakukan perkawinan namun tuanya, kecuali anak yang bersangkutan hak
anaknya keburu lahir. Anak astra adalah warisnya telah gugur.
anak dari perempuan kebanyakan (common Pada masyarakat matrilineal masalah
people) dengan laki-laki dari golongan tri anak tiri adalah merupakan kebalikan dari
wangsa. Anak astra diketahui bapaknya dan masyarakat yang patrilineal. Sementara pada
biasanya anak tersebut diberikan biaya hidup masyarakat parental, anak tiri dapat dilihat
oleh ayah biologisnya tetapi anak tersebut
mengikuti garis keturunan ibunya. 4
1L 1\RPDQ 6XNHUWL ´.HGXGXNDQ +XNXP $QDN /XDU
Mengenai anak yang lahir di luar .DZLQ GL .DEXSDWHQ 7DEDQDQ´ Laporan Penelitian,
Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Denpasar,
perkawinan dapat dilakukan upaya untuk 1990, hlm.21.
5
menghindari celaan dari masyarakat dan Tolib Setiady, ,QWLVDUL +XNXP $GDW ,QGRQHVLD 'DODP
.DMLDQ .HSXVWDNDDQ Alfabeta, Bandung, 2008,
anak tersebut mempunyai status dan hlm.208.

606
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • September 2015
Vol. 4, No. 3 : 603 - 609
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

dari sudut ayah dan juga ibu karena pada 3.2. Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca
masyarakat parental ada kalanya masing- Keluarnya Putusan MK No.46/PUU-
masing membawa anak dalam perkawinan. VIII/2010.
Dalam mewaris anak tiri tetap mewaris Masalah anak yang lahir di luar
pada orang tua kandungnya. Anak angkat perkawinan yang menurut hukum adat
adalah anak orang lain yang diangkat anak hanya mempunyai hubungan dengan ibunya
oleh suatu keluarga. Mengenai anak angkat, saja, akan tetapi dalam Undang-Undang
ini ada perbedaan dalam pewarisan antara Perkawinan Pasal 43 ayat 1 disebutkan
masyarakat patrilineal dengan masyarakat bahwa anak yang lahir di luar perkawinan
parental. Pada masyarakat patrilineal anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan
angkat mempunyai kedudukan yang sama ibunya dan keluarga ibunya.
dengan anak kandung dalam keluarga dan Mencermati anak luar kawin
pewarisan seperti di Bali ini. Anak angkat sebagaimana telah disebutkan di atas menurut
adalah ahli waris penuh pada keluarga hukum adat hanya mempunyai hubungan
angkatnya sementara pada masyarakat perdata dengan ibunya sementara Undang-
parental seperti di Jawa anak angkat hanya Undang Perkawinan menyebut dimana anak
mempunyai hak waris terhadap harta gono luar kawin di samping mempunyai hubungan
gini orang tua angkatnya sementara terhadap perdata dengan ibunya juga dengan keluarga
harta-harta lainnya anak angkat sama ibunya, maka lingkup undang-undang lebih
sekali tidak berhak. Sementara masyarakat luas. Terkait dengan hal tersebut hukum adat
matrilineal seperti Minangkabau tidak harus tunduk pada hukum negara atau hukum
mengenal lembaga pengangkatan anak. nasional dalam hal ini Hukum Perkawinan
Anak piara adalah anak orang lain Nasional. Hal tersebut sesuai dengan
yang dipelihara oleh suatu keluarga karena Pasal 28 B ayat 2 UUD RI 1945. Adapun
alasan ekonomi, ini sifatnya hanya sementara ketentuan pasal tersebut sebagai berikut:
karena setelah anak yang bersangkutan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
dewasa dan bisa mencari penghidupan tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
sendiri anak tersebut akan dikembalikan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
kepada orang tua kandungnya. Jadi terhadap (hasil amandemen kedua). Intinya seorang
anak piara tidak ada hubungan dengan anak harus hidup aman dan nyaman tanpa
masalah pewarisan pada keluarga yang memandang anak tersebut lahir dalam
memeliharanya. Perbuatan memelihara anak perkawinan atau lahir di luar perkawinan
orang lain tersebut dilakukan sebatas belas orang tuannya. Ini berarti anak yang lahir di
kasihan saja. luar perkawinan harus diperhitungkan bidang
Jadi dalam kaitan bermacam-macam kepedataannya pada keluarga ibunya.
anak tersebut di atas mempunyai kedudukan Hukum Perkawinan Nasional sudah
yang tidak sama dalam keluarga dan cukup lama berlaku namun dalam hal
pewarisan, hal itu tergantung dari sistem anak luar kawin mempunyai hubungan
kekeluargaan yang berlaku dalam masyarakat keperdataan dengan keluarga ibunya
anak-anak tersebut. terutama pada masyarakat patrilineal sangat
sulit diterimanya. Jadi masalah anak luar

607
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • September 2015 Vol. 4, No. 3 : 603 - 609
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

kawin tetap masih dipandang negatif atau hubungan sek bebas yang tidak jauh berbeda
cébela mata oleh keluarga dan bahkan dengan binatang.
masyarakat. Terhadap Putusan MK tersebut, hasil
Jadi dalam kaitan adanya macam- penelitian menunjukan bahwa terdapat
macam anak seperti tersebut di atas perbedaan pendapat dari warga masyarakat
mempunyai kedudukan yang tidak sama hukum adat yang mana dapat digolongan
dalam keluarga dan pewarisan, hal itu menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang
tergantung dari sistem kekeluargaan yang menerima dan kelompok menolak Putusan
berlaku dalam masyarakat anak-anak MK tersebut. Kelompok yang menerima
tersebut. Putusan MK tersebut adalah sebagian besar
Khusus mengenai kedudukan anak dari warga masyarakat hukum adat Bali
luar kawin pasca keluarnya Putusan yang diteliti, sementara kelompok yang
Mahkamah Konstitusi (MK) No.46/PUU- menolak putusan tersebut adalah sebagian
VIII/2010 tentang Uji Materiil Undang- kecil dari warga masyarakat hukum adat
Undang Perkawinan telah mengalami Bali yang diteliti. Kelompok yang menerima
perubahan. Hal mana di dalam Putusan MK Putusan MK memberikan beberapa alasan
tersebut dalam pertimbangan hukumnya yaitu anak luar kawin statusnya menjadi
menyatakan bahwa … tidak tepat dan tidak jelas, si ibu dapat menuntut tanggung
adil manakala hukum menetapkan bahwa jawab terhadap ayah biologis si anak, si
anak yang lahir dari suatu kehamilan karena anak tidak lagi dipandang hina dan rendah
hubungan seksual di luar perkawinan hanya dalam keluarga dan masyarakat. Kelomopk
memiliki hubungan dengan perempuan yang yang menolak Putusan MK tersebut yang
sebagai ibunya. Adalah tidak tepat dan tidak merupakan sebagian kecil dari warga
adil pula jika hukum membebaskan laki-laki masyarakat memberikan alasannya: anak
yang melakukan hubungan seksual yang luar kawin dapat menimbulkan masalah
menyebabkan kehamilan dan kelahiran anak dalam pewarisan pada bapak biologisnya,
tersebut dari tanggung jawabnya sebagai bertentangan dengan hukum adat Bali, anak
seorang bapak dan bersamaan dengan itu perempuan bisa lebih memilih tidak kawin.
hukum meniadakan hak-hak anak terhadap Sikap masyarakat hukum adat Bali
lelaki tersebut sebagai bapak …6 sehubungan dengan keluarnya Putusan
Makna dari Putusan MK tersebut MK adalah ada yang pro dan kontra. Hal
adalah memberi hak yang sama terhadap tesebut tiada lain adalah merupakan budaya
anak luar kawin dengan anak-anak yang lahir hukum masyarakat adat Bali terhadap
dalam perkawinan yang syah. Ini berarti akan hukum yang diberlakukan. Budaya hukum
menimbulkan masalah karena melegalkan (legal culture) menurut L.M. Friedman,
hubungan seksual di luar perkawinan meliputi ide-ide, sikap-sikap, kepercayaan,
dan bahkan dapat berakibat merebaknya nilai-nilai, harapan, dan pandangan tentang
hukum7. Sementara Hilman Hadikusuma,
6
D.Y. Witanto, Hukum Keluarga Hak Dan Kedudukan
Anak Luar Kawin Pasca Keluarnnya Putusan MK
7
7HQWDQJ 8ML 0DWHULLO 8QGDQJ 8QGDQJ 3HUNDZLQDQ Lawrence M. Friedman, The Legal System : A Social
Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm.242. Science Perspective, New York: Russel, 1975, p.7.

608
Jurnal ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • September 2015
Vol. 4, No. 3 : 603 - 609
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL)

menguraikan budaya hukum adalah 4.2. Saran


tanggapan yang bersifat penerimaan atau Melalui penelitian ini disarankan
penolakan terhadap suatu peristiwa hukum. kepada masyarakat adat Bali agar lebih hati-
Ia merupakan sikap dan prilaku manusia hati menyikapi makna dari Putusan MK
terhadap masalah hukum yang terbawa ke No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Materiil
dalam masyarakat8. Budaya hukum adalah Undang-Undang Perkawinan tersebut
merupakan salah satu unsur hukum dalam karena hal itu dapat melegalkan persinahan
suatu sistem hukum. dan bisa merubah pandangan dari warga
masyarakat adat Bali bahwa tidak perlu
IV. KESIMPULAN DAN SARAN adanya perkawinan. Kalau hal tersebut
4.1. Kesimpulan menjadi lumrah dan tidak dipandang hina
Dari keseluruhan uraian atau paparan maka pada akhirnya manusia dapat dikatakan
tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai tidak berbeda dengan binatang.
berikut :
4.1.1 Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 DAFTAR PUSTAKA
tentang Uji Materiil Undang-Undang Friedman, Lawrence M, 1975, The Legal
Perkawinan adalah mempunyai makna System : A Social Science Perspective,
memberikan hak yang sama kepada New York: Russel.
anak luar kawin dengan anak yang Hilman Hadikusuma, Hilman, 1986,
lahir dalam perkawinan yang syah. Antropologi Hukum Indonesia,
4.1.2 Sikap masyarakat hukum adat Bali Alumni, Bandung.
terkait Putusan MK tersebut dapat Setiady, Tolib, 2008, Intisari Hukum
digolongan menjadi dua kelompok yaitu $GDW ,QGRQHVLD 'DODP .DMLDQ
kelompok yang menerima dan yang .HSXVWDNDDQ Alfabeta, Bandung.
menolak. Kelompok yang menerima 6XNHUWL 1L 1\RPDQ ´.HGXGXNDQ
memberi alasan yaitu anak luar kawin Hukum Anak Luar Kawin Di
.DEXSDWHQ 7DEDQDQ´ Laporan
statusnya menjadi jelas, si ibu dapat
Penelitian, Fakultas Hukum, Unud.
menuntut tanggung jawab terhadap
Wignjodipuro, Surojo, 1967, Pengantar
ayah biologis si anak, si anak tidak
Dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung
lagi dipandang hina dan rendah dalam
Agung, Jakarta.
keluarga dan masyarakat. Sementara
Witanto, D.Y. 2012, Hukum Keluarga Hak
yang menolak memberi alasan yaitu
Dan Kedudukan Anak Luar Kawin
anak luar kawin dapat menimbulkan
Pasca Keluarnya Putusan MK Tentang
masalah dalam pewarisan pada bapak 8ML 0DWHULLO 8 8 3HUNDZLQDQ Prestasi
biologisnya, bertentangan dengan Pustaka Publisher, Jakarta.
hukum adat Bali, anak perempuan bisa ……...., 2002, 8QGDQJ 8QGDQJ 1HJDUD
lebih memilih tidak kawin. 5HSXEOLN ,QGRQHVLD Hasil
$PDQGHPHQ 6LQDU *UD¿ND <DNDUWD
..........., 2004, Himpunan Peraturan
8
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, 3HUXQGDQJ 8QGDQJDQ 3HUNDZLQDQ
Alumni, Bandung, 1986, hlm.52. Lintang Pustaka, Yogyakarta.

609

You might also like