Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Strategi Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development (TOD) di Kota Bekasi

Noer Hafidh Al - Muwahidin


noer.hafidh.a@mail.ugm.ac.id

Lutfi Muta’ali
luthfimutaali@ugm.ac.id

Abstract
The development of Bekasi City is currently directed to use public transportation as the
main transportation mode through the development of the Transit Oriented Development
(TOD) areas. The purpose of this study was to identify the existing conditions of the TOD areas,
to know the views of stakeholders regarding the priority of development, and to formulate
direction for development. This research used a qualitative descriptive analysis method.
Respondents consisted of government, society and private sectors, and were selected using
purposive sampling method, processing data using Expert Choice software. The results of this
research show there are disadvantaged areas, developing areas, and devveloped areas. Based
on the results of AHP and all stakeholder views, it is found that priorities order are the
transportation aspect, land use aspect, and economic aspect. Based on all aspect the priorities
order are to develop transit system, public space, commercial, housing and office. The
directions for development of transit system is to provide transit facilites, the direction of public
space development is to increase quantity and quality of public space, the direction for
commercial development is to provide integrated facilites, the direction for housing
development is to develop vertical dwelling, and the direction for office development is to
provide the facilities.
Keywords: Transit Oriented Development (TOD), urban development, Analysis Hierarchy
Process (AHP), priority development.
Abstrak
Perkembangan Kota Bekasi diarahkan pada penggunaan transportasi publik sebagai
moda transportasi utama melalui pengembangan kawasan Transit Oriented Development
(TOD). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi eksisting kawasan TOD,
mengetahui pandangan stakeholder terkait prioritas pengembangan, serta menyusun arahan
pengembangan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan analisis AHP.
Pemilihan responden menggunakan purposive sampling terdiri dari pemerintah, masyarakat
dan swasta yang diolah menggunakan software Expert Choice. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat kawasan TOD yang tertinggal, berkembang dan maju. Berdasarkan hasil AHP
gabungan stakeholder dan aspek transportasi, aspek pemanfaatan ruang maupun aspek
ekonomi urutan prioritas pengembangan adalah pengembangan sistem transit, ruang publik,
komersial, perumahan dan perkantoran. Arahan pengembangan sistem transit yaitu penyediaan
fasilitas transit, ruang publik ialah penataan kembali lahan kosong guna peningkatan kualitas
dan kuantitas, komersial ialah peyediaan fasilitas dan keterpaduan dengan fasilitas pendukung,
perumahan ialah pengembangan hunian vertikal dan perkantoran ialah penyediaan fasilitas
perkantoran.
Kata kunci: Transit Oriented Development (TOD), perkembangan kota, Analysis Hierarchy
Process, prioritas pengembangan.

1
PENDAHULUAN kawasan TOD. Adapun rencana
Kota sebagai pusat pertumbuhan pembangunn kawasan TOD meliputi TOD
memberikan daya tarik pada wilayah di Jaticempaka (Kelurahan Jatibening Baru),
sekitarnya. Perkembangan kota dalam 20 TOD Cikunir I (Jatibening), TOD Cikunir
tahun terakhir sangat besar, saat ini dari II (Jakamulya), TOD Bekasi Barat
proporsi penduduk dunia sebanyak 54% (Pekayonjaya), TOD Bekasi Timur
penduduk dunia telah tinggal di area (Jatimulya) dan TOD Margahayu.
perkotaan (UN Habitat, 2016). Tingginya Pengembangan kawasan TOD
urbanisasi memberikan beragam dampak dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi
positif maupun negatif bagi wilayah salah sebagai salah satu penyelesaian
satunya mendorong adanya urban sprawl permasalahan perkotaan utamanya
(Yunus, 2008).Urban sprawl merupakan kemacetan akibat dari adanya mobilitas
kondisi merambatnya morfologi perkotaan penduduk yang menggunakan kendaraan
di wilayah pinggirannya. Menurut pribadi. Kondisi eksisting di kawasan TOD
Sternberg (2003) dalam Ramlan dan saat ini masih belum terintegrasi antara
Rudiarto (2015) orang-orang memiliki penggunaan lahan dengan transportasi.
keinginan unuk menikmati suasana “kota Kawasan TOD yang ideal menurut ITDP
kecil”, maka cenderung memilih hidup di (2017) terdapat delapan kunci sasaran
pinggiran kota. Perkembangan perkotaan dianataranya walk, cycle, connect, transit,
yang terjadi di pinggiran kota akan mix, densify, compact dan shift.
berdampak pada pertumbuhan permukiman Keberhasilan pengembangan kawasan
(Ramlan dan Rudiarto, 2015). TOD dapat dicapai utamanya apabila
Kota Bekasi sebagai bagian dari terdapat fasilitas dan infrastruktur yang
wilayah pengembangan Jabodetak mampu mendukung aktivitas mobilitas
memiliki jumlah komuter tertinggi diantara dengan berjalan kaki, bersepeda, atau
wilayah lainnya yaitu sebanyak 460.069 menggunakan transportasi publik (transit).
jiwa/hari dari total komuter 3,6 juta/hari di Kondisi eksisting kawasan TOD di Kota
Jabodetabek. Dari jumlah tersebut, 80% Bekasi saat ini masih belum mampu
komuter menggunakan kendaraan pribadi mendukung aktivitas berjalan kaki,
sehingga menyebabkan timbulnya bersepeda atau transportasi umum.
permasalahan kemacetan (BPS, 2014). Sehingga perlu dilakukan kajian mengenai
Pemerintah Kota Bekasi dalam kondisi eksisting kawasan TOD yang ada.
Perda Kota Bekasi Nomor 13 Tahun 2011 Pengembangan kawasan TOD Kota
menetapkan sebagian wilayahnya menjadi Bekasi yang notabene merupakan area
kawasan TOD. Dorsey dan Mulder (2013) metropolitan memerlukan kajian mengenai
menyebutkan bahwa kunci pengembangan kondisi karakteristik dan kondisi eksisting
kawasan TOD adalah adanya sinergi tujuan wilayah khususnya di lokasi yang telah
antara sektor pemerintah, swasta maupun ditentukan sebagai kawasan TOD. Analisis
masyarakat. Penentuan prioritas karakteristik dan kondisi eksisting
pengembangan dari tiap stakeholder pun diketahui melalui observasi dan wawancara
perlu dilakukan melalui kajian yang mendalam meliputi kondisi geografis,
mempertimbangkan kondisi eksisting Kota aksesibilitas, fasilitas pendukung, dan
Bekasi sehingga akan didapatkan arahan sosial ekonomi yang dapat digunakan
pengembangan yang tepat dalam sebagai sumber informasi dalam analisis
mengembangkan kawasan TOD di Kota pengembangan kawasan TOD.
Bekasi. Dengan berdasarkan Perda Kota Elemen pengembangan kawasan
Bekasi Nomor 13 Tahun 2011 mengenai TOD menurut Calthorpe (1993)
Rencana Tata Ruang Wilayah serta revisi di diantaranya pengembangan sarana dan
tahun 2016, Pemerintah Kota Bekasi prasarana transportasi, pengembangan
menetapkan adanya rencana pembangunan ruang terbuka, pengembangan hunan,

2
pengembangan komersial dan
pengembangan perkantoran. METODE PENELITIAN
Pengembangan kawasan TOD yang Metode penelitian yang digunakan
melibatkan banyak pihak mulai dari adalah deskriptif analisis bersifat kuantitatif
pemerintah kota, masyarakat dan swasta dan berbasis analisis data primer dan
sebagai pengembang mempengaruhi arah sekunder. Analisis AHP (Analytical
tujuan dari pengembangan kawasan TOD. Hierarchy Process) digunakan sebagai
Tiap pihak yang terlibat dalam pertimbangan semua aspek dan kriteria
pengembangan kawasan TOD memiliki berdasarkan pandangan stakeholder.
berbagai kepentingannya masing-masing Pemilihan responden dilakukan dengan
yang seringkali kepentingan dari pihak teknik purposive sampling yang merupakan
tersebut berseberangan. Banyaknya pihak stakeholder yang terdiri pemerintah,
yang terlibat dengan pengembangan masyarakat dan swasta. Hasil kuesioner
kawasan TOD memberikan peluang adanya selanjutnya diolah menggunakan software
gap kepentingan antar pihak sehingga perlu Expert Choice.
diidentifikasi kepentingan dari tiap pihak Observasi merupakan suatu proses
untuk menghindari konflik kepentingan. yang kompleks dan tersusun dari berbagai
Keberhasilan pengembangan proses biologis dan psikologis. Dua
kawasan TOD dapat tercapai apabila komponen yang terpenting dalam observasi
konflik kepentingan dapat diminimalkan adalah pengamatan dan ingatan (Hadi, 1986
serta didukung dengan perencanaan yang dalam Sugiyono, 2007). Observasi
inklusif di mana seluruh pihak yang dilakukan dengan tujuan untuk
berkepentingan turut terlibat aktif dalam mengidentifikasi karakteristik kondisi
mengarahkan pengembangannya. Selain itu eksisting kawasan TOD Kota Bekasi.
perlu dirumuskan prioritas dari Observasi yang dilakukan merupakan
pengembangan elemen kawasan TOD dari observasi nonpartisipan yang artinya
seluruh stakeholder. peneliti tidak terlibat dalam topik penilitian
Pengembangan kawasan TOD tetapi hanya sebagai pengamat independen.
tentunya diperlukan berbagai usaha agar Sifat observasi yang dilakukan merupakan
mampu memberikan kontribusi dalam observasi terstruktur yaitu observasi yang
mengatasi permasalahan perkotaan. Untuk telah dirancang sistematis, terkait dengan
mencapai kondisi kawasan TOD yang ideal objek yang diamati maupun lokasi dan
maka diperlukan langkah-langkah yang waktu pengamatan
strategis menyesuaikan dengan kondisi Data sekunder yang diperoleh dari
eksisting, keinginan stakeholder serta teori instansi dikumpulkan berdasarkan variabel
dan konsep mengenai TOD. Sehingga perlu data. Adapun penggunaan data sekunder
adanya analisis mengenai strategi arah digunakan untuk mengidentifikasi
pengembangan kawasan TOD. Strategi karakteristik kondisi eksisting
yang tepat sasaran dapat digunakan untuk dianataranya.
mengoptimalkan pengembangan kawasan Tabel 1
TOD. No Indikator Variabel
Penelitian terhadap kawasan TOD di 1 Kondisi Lokasi Kawasan
Kota Bekasi mengenai penentuan prioritas Geografis Penggunaan Lahan
pengembangan belum pernah dilakukan. Persentase
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan Penggunaan Lahan
untuk mengidentifikasi kondisi eksisting Keragaman
kawasan, mengetahui pandangan Penggunaan Lahan
stakeholder terkait prioritaas Aksesibilitas Jaringan Jalan
pengembangan dan menysusun strategi Transportasi Umum
Waktu Tempuh
arahan pengembangan kawasan TOD.

3
Frekuensi strategi arahan pengembangan TOD
Transportasi Umum melalui analisis tabulasi silang yang di
Fasilitas Lahan Parkir dalamnya berkaitan dengan kondisi
Pendukung Trotoar/Pedestri eksisting, potensi dan permasalahan.
Jalur Sepeda Teknik Analisis deskrptif
Penerangan Jalan merupakan suatu bentuk analisis yang
Papan Informasi digunakan dengan tujuan untuk
Sumber: Olahan Data, 2019 menggambarkan/melukiskan objek atau
Wawancara adalah alat yang fakta-fakta fenomena yang tampak ada
dipergunakan dalam komunikasi tersebut berdasarkan data baik berupa data
yang berbentuk sejumlah pertanyaan lusan kualitatif, kuantitatif maupun data spasial
yang diajukan oleh pengumpul data sebagai (Nawawi dan Martini, 2005). Deskripsi
pencari informasi yang dijawab secara lisan dilakukan dengan memaparkan sejumlah
pula oleh responden (Nawawi dan Hadari, data dengan tampilan tabulasi dan peta
2006). Wawancara digunakan untuk dalam bentuk uraian sehingga
mengumpulkan data primer. Teknik memudahkan untuk dipahami. Teknik
wawancara yang digunakan dalam analisis deskriptif yang digunakan untuk
penelitian ini adalah wawancara terstruktur memberikan gambaran mengenai
dengan menggunakan kuesioner dan karakteristik kondisi eksisting kawasan
wawancara mendalam menggunakan daftar TOD. Adapun fenomena yang
pertanyaannya yang sepsifik dan bersifat dideskripsikan diantaranya adalah kondisi
pertanyaan terbuka. geografis, aksesibilitas dan fasilitas
Adapun wawancara digunakan pendukung kawasan TOD.
untuk mengumpulkan informasi terkait Selain itu, metode analisis deksriptif
kondisi eksisting di sekitara kawasan TOD. digunakan untuk menjawab tujuan ketiga
Sedangkan wawancara dengan pertanyaan dengan mempertimbangkan potensi dan
terstruktur dan tertutup digunakan untuk masalah pada tiap fungsi prioritas
menghimpunpun informasi pandangan tiap pengembangan. Hasil dari prioritas
stakeholder mengenai prioritas pengembangan akan dijadikan dasar dalam
pengembangan TOD. Penyusunan penentuan strategi arahan pengembangan
kuesioner yang digunakan berdasarkan Kawasan TOD Kota Bekasi.
hirarki analisis AHP. Hasil studi AHP dilakukan dengan
AHP merupakan salah satu teknik menggunakan alat bantu program Expert
untuk pengambilan keputusan Choice. Prinsip penilaian AHP adalah
menggunakan model matematis membandingkan tingkat kepentingan
berdasarkan beberapa kriteria dengan prioritas antara satu elemen dengan elemen
melakukan analisa perbandingan lainnya berada pada tingkatan atau level yang
berpasangan dari masing-masing kriteria sama berdasarkan pertimbangan tertentu.
(Purwohandoyo dan Sadali, 2018). Dalam analisis ini ada lima bagian terdiri atas
Tujuan pertama mendeskripsikan tujuan dan empat level, yaitu; (1) tujuan; (2)
kondisi eksisting kawasan yang didapatkan level 1 adalah aspek; (3) level 2 adalah
melalui observasi dan interview. Tujuan kriteria; (4) level 3 adalah stakeholder; dan
kedua mendeskripsikan prioritas alternatif (5) level 4 adalah prioritas pengembangan
pengembangan kawasan TOD berdasarkan (Muta’ali, 2015). Hasil pedapat dari para
analisis AHP yang diolah menggunakan stakeholder nantinya akan dideskripsikan dan
software Expert Choice. Adapun prioritas dibuat tabulasi silang.
tersebut didapatkan dari persepsi
stakeholder yang terlibat langsung maupun
paham mengenai pengembangan kawasan
TOD. Tujuan ketiga mendeskripsikan

4
HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Proporsi lahan terbangun
1. Kondisi Kawasan Eksisting Pemanfaatan sebesar 89% sedangkan lahan
Ruang non terbangun 11%. Serta ada
Rencana pengembangan kawasan beberapa ruang terbuka yang
TOD di Kota Bekasi khususnya yang sedang dalam proses
berbasis rel akan menggunakan jaringan pembangunan untuk proses
LRT sebagai basis moda trarnsportasinya. prasarana TOD.
Sehingga kawasan yang dikembangkan Sosial Tahun 2017, terdapat 40.098
Ekonomi jiwa penduduk dengan
adalah yang berada di sekitar stasiun LRT.
kepadatan penduduk sebesar
Berdasarkan rencana pengembangan 200 jiwa/hektar.
terdapat lima stasiun LRT yang akan Klasifikasi Kawasan TOD
dikembangkan sebagai kawasan TOD Berkembang
diantaranya adalah Stasiun Jaticempaka Sumber:Olahan Penulis, 2019
(TOD Jaticempaka), Stasiun Cikunir I Kawasan TOD Jaticempaka
(TOD Cikunir I/TOD Jatibening), Stasiun sebagian besar merupakan zona perumahan
Cikunir II (TOD Cikunir II), Stasiun Bekasi kepadatan tinggi kemudian zona RTNH dan
Barat (TOD Bekasi Barat) dan Stasiun zona perumahan perdagangan jasa (zona
Bekasi Timur (TOD Bekasi Timur). campuran). Aktivitas yang terdapat saat ini
TOD Jaticempaka adalah untuk bekerja dan berusaha
Kawasan TOD Jaticempaka berada difasilitasi dengan kantor swasta dan kantor
pada BWP Pondok Gede. Secara pemerintah, pergudangan, industri, ruko
administratif pada radius 400 meter dari dan supermarket. Berdasarkan RDTR Kota
titik transit berada pada Kelurahan Bekasi, Kawasan TOD Jaticempaka akan
Jatibening Baru dengan luas 30,32 ha dan mempersiapkan kawasan menjadi
Kelurahan Jaticempaka dengan luas 19,68 permukiman kepadatan tinggi,
ha sebagai area utama yang mendukung perdagangan dan jasa skala kota/regional
aktivitas transit. Adapun pada radius 800 sehingga akan menumbuhkan aktivitas
meter Kelurahan Jatibening Baru dengan pelayanan permukiman yang lebih
luas 117,77 ha sedangkan Kelurahan kompleks. Selain itu akan didukung dengan
Jaticempaka 82,23 ha. ketersediaan ruang publik utamanya
Tabel 2 dengan taman skala kelurahan dan
Indikator Kondisi Eksisting kecamatan serta sarana kegiatan olahraga.
Karakter Sebagai pusat kegiatan TOD Cikunir I
Pengembangan ekonomi skala lingkungan
Kawasan TOD Cikunir I pada radius
lokal. Dengan penggunaan
lahan sebagian besar 400 meter hanya berada pada Kelurahan
permukiman teratur dan tidak Jatibening sedangkan pada radius 800
teratur. Memiliki letak yang meter berada di empat kelurahan
berbatasan langsung dengan diantaranya adalah Kelurahan Bintarajaya,
DKI Jakarta. Selain itu
Kelurahan Jakasampurna, Kelurahan
memiliki kepadatan bangunan
yang tinggi. Jakamulya dan Kelurahan Jatibening.
Aksesibilitas Terdapat beberapa akses jalan Sebagian besar kawasan TOD Cikunir I
yaitu Jalan Curug Raya, Jalan berada pada Kelurahan Jatibening dengan
Raya Jatibening dan Jalan luas 187,81 ha.
Kapin. Akan tetapi polanya Tabel 3
tidak teratur dan membentuk
Indikator Kondisi Eksisting
spinal.
Karakter Sebagai pusat kegiatan
Sistem Transit Belum ada transportasi umum
Pengembangan ekonomi skala lingkungan
yang tersedia. Untuk
lokal. Dengan penggunaan
prasarana pendukung stasiun
lahan sebagian besar
LRT sedang proses
permukiman dan di pinggir
pembangunan.
jalan terdapat beberapa
komersial

5
Aksesibilitas Terdapat beberapa akses lahan sebagian besar
jalan diantaranya Jalan permukiman teratur dan di
Caman, Jalan Kincana dan pinggir jalan terdapat beberapa
Jalan Dr Ratna. Akan komersial.
tetapi polanya tidak teratur Aksesibilitas Terdapat beberapa akses jalan
dan membentuk spinal. diantaranya Jalan Cikunir
Sistem Transit Bus Kecil dengan nomor Raya, Jalan Puncak Cikunir,
trayek 58 (Trayek Jalan Batu Mulya dan Jalan
Cililitan-Perum 1) dan Taman Galaxy. Akan tetapi
angkot K08 (Trayek polanya tidak teratur dan
Sumber Arta-Pondok membentuk spinal.
Gede). Kondisi prasarana Sistem Transit Bus Kecil dengan nomor trayek
yang tersedia hanya 58 (Trayek Cililitan-Perum 1)
penerangan jalan. dan beberapa angkot
Intensitas Proporsi lahan terbangun diantaranya M26, M19, K05A,
Pemanfaatan sebesar 60% sedangkan K05, K26. Sedangkan untuk
Ruang lahan non terbangun 40%. prasarana transit belum ada.
Kondisi saat ini masih Intensitas Proporsi lahan terbangun
sedang proses pembebasan Pemanfaatan sebesar 45% sedangkan lahan
lahan. Ruang non terbangun 55%. Kondisi
Sosial Tahun 2017, terdapat saat ini masih sedang proses
EKonomi 38.642 jiwa penduduk pembangunan hunian vertikal
dengan kepadatan yang menunjang.
penduduk sebesar 193 Sosial Tahun 2017, terdapat 27.240
jiwa/hektar. Ekonomi jiwa penduduk dengan
Klasifikasi Kawasan TOD kepadatan penduduk sebesar
Berkembang 136 jiwa/hektar.
Sumber: Olahan Penulis, 2019 Klasifikasi Kawasan TOD Tertinggal
Perencanaan ruang pada kawasan Sumber: Olahan Penulis, 2019
TOD Cikunir I diarahkan sebagai kawasan Kondisi eksisting kawasan TOD
perumahan dengan kepadatan yang tinggi. Cikunir II masih memiliki akses yang
Kondisi eksisting saat ini sudah terdapat terbatas pada jaringan jalannya. Hal
beberapa perumahan beragam tipe hunian, tersebut karena pola jaringan jalan berupa
harga maupun kepadatan. Adapun ke linear memanjang dari barat ke timur atau
depannya, saat ini sedang dilakukan sebaliknya saja. Sedangkan akses pada sisi
pembangunan apartemen The Conexio utara dan selatan masih sangat terbatas.
Cikunir I yang berada di selatan lokasi Selain itu lebar jalan akses kapasitas
calon stasiun LRT. Adapun kapasitas volumenya masih kurang memenuhi
apartemen tersebut mencapai 644 unit kebutuhan. Adapun untuk fasilitas pejalan
dengan dibangun 24 lantai. kaki maupun pesepada di dalam kawasan
TOD Cikunir II TOD masih belum tersedia baik dari
Kawasan TOD Cikunir II memiliki pedestrian maupun fasilitas lainnya.
karakteristik geografis yang unik TOD Bekasi Barat
dibandingkan dengan kawasan TOD Kawasan TOD Bekasi Barat
lainnya di Kota Bekasi. Pada kawasan TOD memiliki tipologi sebagai TOD Pusat Kota.
Cikunir II memiliki banyak lahan kosong Karakteristik kawasan sebagai pusat
yaitu sekitar 55% wilayahnya merupakan kegiatan perkonomian regional yang terdiri
lahan nonterbangun sedangkan lahan dari beberapa fasilitas diantaranya adalah
terbangun dalam kawasan tersebut hanya fasilitas hunian vertikal (apartemen),
45% dari keselurahan luas wilayah. perdagangan dan jasa, perkantoran, dan
Tabel 4 pendidikan. Ketersediaan fasilitas yang
Indikator Kondisi Eksisting lengkap menjadikan kawasan TOD Bekasi
Karakter Sebagai pusat kegiatan Barat menjadi kawasan yang strategis dan
Pengembangan ekonomi skala lingkungan memiliki daya tarik bagi masyarakat di
lokal. Dengan penggunaan

6
sekitarnya. Sebagai salah satu pusat menjadikan ketinggian maksimal bangunan
kegiatan di Kota Bekasi menjadikan hingga 43 lantai berdasarkan RDTR Kota
kawasan tersebut rawan kemacetan terlebih Bekasi.
pada jam berangkat dan pulang kantor. TOD Bekasi Timur
Tabel 5 Kawasan TOD Bekasi Timur secara
Indikator Kondisi Eksisting administrasi sebagian besar berada di
Karakter Sebagai pusat kegiatan Kabupaten Bekasi akan tetapi dalam
Pengembangan ekonomi skala regional/kota.
pengelolaan kawasan dilakukan bersama-
Dengan penggunaan lahan
sebagian besar perdagangan sama dengan Pemerintah Kota Bekasi. Luas
dan jasa serta hunian vertikal. kawasan TOD Kota Bekasi yang masih
Aksesibilitas Terdapat dua akses jalan masuk ke dalam wilayah administrasi Kota
utama yaitu Jalan Pekayon Bekasi hanya terdapat 28,31 ha yang
dan Jalan A. Yani. Selain itu terbagi dalam dua kelurahan. Adapun
terdapat gerbang masuk dan
keluar tol Jakarta-Cikampek. wilayah tersebut terbagi atas Kelurahan
Sistem Transit Terdapat angkutan umum Margahayu di Kecamatan Bekasi Timur
berupa: dengan luas 22,00 ha dan Kelurahan
a. bus kecil atau angkot Pengasinan di Kecamatan Rawalumbu
dengan trayek K02,K12B, dengan luas 6,31 ha.
K25 dan K4S.
b. bus besar dengan trayek Tabel 6
AC05, AC25, AC29, P9B, Indikator Kondisi Eksisting
Trans Galaxy, Trans Jakarta Karakter Sebagai pusat kegiatan
B11 dan B12. Pengembangan ekonomi skala regional/kota.
Kondisi prasarana yang Dengan penggunaan lahan
tersedia diantaranya halte, sebagian besar perdagangan
papan informasi trayek dan dan jasa serta hunian vertikal.
penerangan jalan. Aksesibilitas Terdapat beberapa akses
Intensitas Proporsi lahan terbangun jalan diantaranya Jalan
Pemanfaatan sebesar 88% sedangkan lahan Inspeksi Kalimalang, Jalan
Ruang non terbangun 12%. Kondisi H.M. Joyomartono dan Jalan
saat ini masih sedang Chairil Anwar. Akan tetapi
pembangunan dan polanya masih belum dapat
pengintegrasian gedung diakses dari segala arah.
fasilitas yang sudah ada Sistem Transit Terdapat angkutan umum
diantaranya apartemen, mall berupa:
dan perkantoran. a. bus kecil atau angkot
Sosial Ekonomi Tahun 2017, terdapat 28.583 dengan trayek K43,K19A,
jiwa penduduk dengan K19 dan K5S.
kepadatan penduduk sebesar b. bus besar dengan trayek
143 jiwa/hektar. ACS2, AC05, AC132, P9A,
Klasifikasi Kawasan TOD Maju AP98T AJA P, Agra Mas dan
Trans Jakarta B12.
Sumber: Olahan Penulis, 2019 Kondisi prasarana yang
Pemanfaatan ruang di kawasan tersedia diantaranya halte,
TOD Bekasi Barat diarahkan pusat kegiatan papan informasi trayek dan
ekonomi skala regional dengan penerangan jalan.
mengembangkan zona campuran, zona Intensitas Proporsi lahan terbangun
Pemanfaatan sebesar 60% sedangkan lahan
perumahan kepadatan tinggi, zona RTH non terbangun 40%. Kondisi
Ruang
dan zona perdagangan jasa skala saat ini sedang pembangunan
kota/regional. Adapun kondisi eksisting prasarana seperti mall,
tutupan lahan kawasan TOD Bekasi Barat apartemen dan
sebagian besar merupakan lahan terbangun pengintegrasian antar gedung
eksisting.
yang mencapai 88% sedangkan lahan
Sosial Ekonomi Tahun 2017, terdapat 4.563
nonterbangun hanya 12%. Tingginya jiwa penduduk dengan
kebutuhan ruang di dalam kawasan tersebut

7
kepadatan penduduk sebesar (0,299), komersial (0,223), ruang publik
161 jiwa/hektar. (0,217), perumahan (0,142) dan
Klasifikasi Kawasan TOD Maju
perkantoran (0,119). Pengembangan
Sumber: Olahan Penulis, 2019 perkantoran pada kawasan TOD di Kota
Letak kawasan TOD Bekasi Timur Bekasi kurang diprioritaskan apabila
yang strategis sehingga cukup mudah dibandingkan dengan alternatif lain.
diakses oleh masyarakat didukung oleh Pengembangan perkantoran masih belum
beberapa fasilitas transportasi. Kondisi terlalu diprioritaskan sebab pengembangan
akses menuju kawasan TOD Bekasi Timur perkantoran dianggap akan memberikan
terhubung oleh empat akses jalan utama pengaruh yang tidak terlalu besar,
diantaranya adalah Jalan Inspeksi mengingat sebagian besar penduduk Kota
Kalimalang (lebar 9 meter), Jalan H.M. Bekasi adalah sebagai komuter yang
Joyomartono (lebar 18 meter) dan Jalan bekerja di DKI Jakarta yaitu mencapai
Chairil Anwar (lebar 17 meter) serta akses 378.078 sehingga alternatif pengembangan
jalan tol ruas Jakarta - Cikampek. Akses yang paling diprioritaskan adalah
jalan tersebut saling terhubung menuju area pengembangan sistem transit guna
titik transit dari arah baik utara ke selatan memfasilitasi transportasi komuter
maupun barat ke timur sehingga titik transit sehingga mampu mengurangi kemacetan
dapat diakses dari segala arah. (BPS, 2015). Selain itu, pengembangan
komersial dijadikan sebagai salah satu daya
2. Prioritas Pengembangan Kawasan tarik dan pusat kegiatan masyarakat
Prioritas pengembangan kawasan sehingga terjadinya kegiatan masyarakat
tiap stakeholder yang terdiri dari yang berpusat dalam kawasan.
pemerintah, swasta dan masyarakat. Pengembangan komersial utamanya pada
Berdasarkan aspek transportasi, aspek kawasan TOD Bekasi Barat dan kawasan
pemanfaatan ruang dan aspek ekonomi. TOD Bekasi Timur sebagian besar sudah
Menurut Pemerintah terdapat fungsi komersial diantaranya
Penentuan prioritas pengembangan sudah ada beberapa mall dan rumah toko,
kawasan TOD menurut pemerintah meski begitu pengembangan tersebut masih
menggunakan analisis AHP secara perlu dilakukan terlebih untuk
keseluruhan baik dari level tujuan, aspek, mengintegrasikan dengan ruang publik dan
kriteria, dan subkriteria. Hasil analisis perumahan sehingga memudahkan
tersebut ialah berupa urutan alternatif masyarakat untuk mengaksesnya.
pengembangan kawasan TOD di Kota Menurut Masyarakat
Bekasi yang dapat dicermati pada gambar Hasil analsis AHP dengan gabungan
di bawah ini. seluruh aspek, subkriteria dan kriteria
tujuan yang ingin dicapai menurut
masyarakat dapat dicermati pada gambar 2
di bawah ini. Berdasarkan gambar 2
tersebut diketahui bahwa alternatif prioritas
Gambar 1 Urutan Prioritas Menurut pengembangan urutannya adalah
Pemerintah.Sumber: Olahan Data, 2019 pengembangan sistem transit (0,319),
komersial (0,221), ruang publik (0,182),
Berdasarkan gambar di atas dapat perumahan (0,168) dan perkantoran
diketahui prioritas pengembangan kawasan (0,109). Apabila dilihat berdasarkan urutan
TOD menurut pemerintah dengan cara alternatif prioritasnya ternyata memiliki
perbandingan berpasangan semua unsur kesamaan dengan pandangan pemerintah
kriteria dengan alternatif prioritas meskipun berbeda pada nilai prioritasnya.
pengembangan dengan urutan diantaranya Sehingga tujuan pengembangan kawasan
adalah pengembangan sistem transit

8
TOD antara pemerintah dan masyarakat 3. Perumahan Perumahan Sistem
Transit
sudah sejalan. 4. Komersial Komersial Ruang
Publik
5. Perkantoran Perkantoran Perkantoran
Sumber: Olahan Data, 2019
Adapun pada aspek transportasi dan
aspek pemanfaatan ruang memiliki urutan
Gambar 2 Urutan Prioritas Menurut Masyarakat. prioritas pengembangan yang sama yaitu
Sumber: Olahan Data, 2019 sistem transit, ruang publik, perumahan,
Menurut Swasta komersial dan perkantoran. Sedangkan
Menurut stakeholder swasta pada aspek ekonomi alternatif prioritas
sebaiknya pengembangan yang pengembangan yang dirasa tepat adalah
diprioritaskan ialah pada sistem transit pengembangan komersial.
(0.313). Prioritas sistem transit memiliki Urutan Prioritas Menurut Gabungan
nilai yang cukup signifikan apabila Stakeholder
dibandingkan dengan alternatif prioritas Hasil urutan prioritas
pengembangan lainnya yaitu perumahan pengembangan berdasarkan gabungan
(0.216), ruang publik (0.212), komersial stakeholder diantaranya adalah
(0.163), dan terakhir perkantoran (0.095). pengembangan sistem transit (0,316),
Pengembangan sistem transit menjadi yang pengembangan ruang publik (0,209),
paling utama diprioritaskan karena hal pengembangan komersial (0,204),
tersebut sudah sejalan dengan keinginan pengembangan perumahan (0,163) dan
pemerintah dan masyarakat sekitar. pengembangan perkantoran (0,108).
Sedangkan pengembangan perkantoran Pemilihan pengembangan sistem transit
tidak dijadikan sebagai prioritas sebagai prioritas dipengaruhi kuat oleh
pengembangan, karena kondisi eksisting tingginya nilai aspek transportasi dengan
perkantoran sudah banyak yang mengalami bobot nilai yaitu 0,394, sedangkan pada
perkembangan menjadi coworking space aspek ekonomi memiliki bobot nilai 0,351
yang bentuknya tedapat di ruang publik dan aspek pemanfaatan ruang sebesar
selain itu kondisi penduduk di sana 0,255.
sebagian besar adalah komuter.

Gambar 4 Urutan Prioritas Menurut Gabungan


Gambar 3 Urutan Prioritas Menurut Swasta. Stakeholder. Sumber: Olahan Data, 2019
Sumber: Olahan Data, 2019
Sementara
Priotas pengembangan sistem transit
Prioritas Berdasarkan Tiap Aspek merupakan pondasi dalam
Menurut gabungan stakeholder
mengembangkan kawasan yang berkonsep
yang terdiri dari pemerintah, masyarakat
TOD. Transit memiliki yaitu
dan swasta prioritas pengembangan
pemberhentian sementara untuk pergantian
berdasarkan tiap aspek dapat dilihat pada
moda transportasi. Pengembangan sistem
tabel 7.
transit memiliki tujuan untuk memudahkan
Tabel 7
Urutan Aspek Aspek Aspek
masyarakat melakukan perpindahan
Transportasi Pemanfaatan Ekonomi antarmoda transportasi maupun antar rute
Ruang tujuan perjalanan. Dengan begitu akan
1. Sistem Sistem Komersial tercapainya peningkatan aksesibilitas,
Transit Transit
2. Ruang Ruang Perumahan peningkatan konektivitas dan peningkatan
Publik Publik transportasi publik.

9
Pengembangan ruang publik dapat 3. Strategi Arahan Pengembangan
meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang Kawasan
khususnya dalam mengubah taman atau Berdasarkan kondisi eksisting tiap
lahan yang dimiliki individu dan bersifat kawasan TOD masih perlu pengembangan
privat kemudian menjadi ruang publik yang disesuaikan dengan karakteristik serta
sehingga dapat diakses oleh banyak orang. aturan yang ada. Pengembangan kawasan
Adapun strategi yang dilakukan untuk TOD memerlukan cara atau strategi yang
mengembangkan ruang publik secara tepat utamanya berdasarkan progress
jangka panjang dapat dengan cara pengembangan yaitu kawasan TOD
konsolidasi tanah. tertinggal, berkembang dan maju.
Area komersial merupakan salah Kondisi kawasan TOD berkembang
satu komponen yang penting dalam umumnya belum terdapat karakter
pengembangan kawasan TOD. Area pengembangan yang mencerminkan
komersial sebagai salah satu daya tarik dan kawasan TOD, aksesibilitas terhadap
pusat kegiatan masyarakat memberikan kawasan masih sangat terbatas, kegiatan
peranan yang strategis bagi kesuksesan transit belum ada, intensitas pemanfaatan
pengembangan TOD. Adapaun kondisi ruang masih rendah dan terdapat banyak
eksisting kegiatan komersial di kawasan lahan yang masih kosong. Meskipun begitu,
TOD berupa mall, komplek pertokoan kondisi sosial ekonomi sudah mulai
maupun toko di pinggir jalan. Selain itu di mendukung kegiatan transit.
sekitar kegiatan komersial utama umumnya Kawasan TOD yang sudah
terdapat sektor informal seperti pedagangan berkembang dapat identifikasi melalui
kaki lima. aspek lokasi yang sudah mulai memiliki
Bentuk perumahan yang sesuai karakter pengembangan untuk kegiatan
dengan kondisi perkotaan Bekasi saat ini transit, walaupun akses terhadap kawasan
adalah berupa hunian vertikal seperti masih terbatas. Pada sistem transit pun
apartemen dan rumah susun mengingat fasilitas yang disediakan masih terbatas dan
kondisi ketersediaan lahan yang sangat butuh pengembangan. Adapun kawasan
terbatas. Namun demikian dalam TOD yang sudah maju memiliki karakter
pengembangan perumahan saat ini pengembangan kawasan secara lokasi,
bagaimana mengintegrasikan keberadaan penggunaan lahan, kepadatan maupun
tempat tinggal dengan jaringan transportasi identitas kawasan sudah mendukung
publik sehingga masyarakat mudah untuk kegiatan transit. Akses menuju kawasan
menggunakan transportasi publik umumnya dapat ditempuh dari berbagai
khususnya transportasi massal. arah, sudah terdapat kegiatan transit
Adapun konsep pengembangan meskipun fasilitas penunjangnya terbatas.
perkantoran di kawasan TOD Bekasi adalah Intensitas pemanfaatan ruang tinggi dengan
perkantoran yang dapat terintegrasi dengan terdapat banyak bangunan vertikal. Kondisi
perumahan atau apartemen sehingga akses sosial ekonomi sudah mendukung kegiatan
menuju tempat kerja dari tempat tinggal transit. Untuk lebih jelasnya dapat
menjadi lebih mudah. Selain itu mencermati pada tabel 8.
perkembangan tempat kerja sekarang
banyak yang mengandalkan ruang publik
sehingga berupa tempat kerja bersama-
sama secara kolaboratif atau coworking
space.

10
Tabel 8
Klasifikasi TOD Kondisi Eksisting Strategi Pengembangan
TOD Tertinggal - Belum terdapat karakter pengembangan yang mencerminkan - Peningkatan branding kawasan sebagai identitas kawasan TOD serta
(TOD Cikunir II) kawasan TOD utamanya dalam hal lokasi, keragaman penggunaan keragaman penggunaan lahan
lahan serta identitas kawasan yang menjadi ciri khas. - Melakukan penataan ulang jaringan jalan yang ada serta meningkatkan moda
- Aksesibilitas terhadap kawasan masih sangat terbatas, kondisi transportasi publik. Perlu penyediaan akses untuk pejalan kaki dan pengguna
eksisting jaringan jalan yang belum dapat diakses dari segala arah sepeda.
serta keterbatasan transportasi publik. - Meningkatkan daya tarik kawasan serta menyediakan fasilitas pendukung yang
- Kegiatan transit belum ada. menarik untuk kegiatan transit
- Intensitas pemanfaatan ruang masih rendah, terdapat banyak lahan - Melakukan intensifikasi pembangunan utamanya dengan konsep vertikal dan
yang masih kosong. kompak sehingga lahan menjadi efisien
- Kondisi sosial ekonomi sudah mulai mendukung kegiatan transit - Meningkatkan kegiatan komersial di sekitar pusat kawasan serta mengadakan
kegiatan yang sosial yang menjadi daya tarik masyarakat.
TOD Berkembang - Karakter pengembangan umumnya sudah mendukung secara lokasi, - Peningkatan branding kawasan sebagai identitas kawasan TOD.
(TOD keragaman penggunaan lahan, namun identitas kawasan belum - Peningkatan aksesibilitas dengan menata ulang jaringan jalan atau dengan
Jaticempaka dan terlihat jelas yang dijadikan sebagai ciri khas. memperbesar kapasitas jalan yang sudah ada. Perlu melakukan peningkatan
TOD Cikunir I) - Aksesibilitas terhadap kawasan masih terbatas, kondisi eksisting akses terhadap pejalan kaki dan pengguna sepeda.
jaringan jalan yang belum dapat diakses dari segala arah serta - Peningkatan fasilitas untuk kegiatan transit utamanya terhadap seluruh
keterbatasan transportasi publik. golongan yang dapat digunakan utamanya bagi difabel maupun lanjut usia.
- Fasilitas untuk kegiatan transit sudah mulai ada namun masih belum - Melakukan perencanaan dan penataan menyeluruh terhadap bangunan yang
lengkap. sudah ada utamanya pada bangunan vertikal.
- Sebagian besar lahan yang terdapat dalam kawasan sudah - Meningkatkan kegiatan komersial di sekitar pusat kawasan serta mengadakan
dimanfaatkan dengan intensitas sedang hingga tinggi, kegiatan yang sosial yang menjadi daya tarik masyarakat.
pengembangan vertikal pun sudah ada.
- Kondisi sosial ekonomi sudah mulai mendukung kegiatan transit.
TOD Maju (TOD - Karakter pengembangan kawasan secara lokasi, penggunaan lahan, - Melakukan penguatan branding dengan membuat monumen atau simbol
Bekasi Barat dan kepadatan maupun identitas kawasan sudah mendukung kegiatan kawasan sebagai identitas kawasan TOD.
TOD Bekasi transit. - Melakukan penataan dan peningkatan kapasitas jalan yang ada. Serta
Timur) - Aksesibilitas menuju kawasan umumnya dapat ditempuh dari melakukan integrasi antar simpul jaringan sehingga dapat diakses dengan
berbagai arah. berbagai moda.
- Sudah terdapat kegiatan transit meskipun fasilitas penunjangnya - Peningkatan fasilitas kegiatan transit utamanya bagi masyarakat yang
terbatas menggunakan moda kendaraan tidak bermotor seperti pejalan kaki dan
- Intensitas pemanfaatan ruang tinggi dengan terdapat banyak pengguna sepeda
bangunan vertikal. - Melakukan penataan dan pengawasan terhadap bangunan vertikal yang sudah
- Kondisi sosial ekonomi sudah mendukung kegiatan transit. ada sehingga sesuai rencana tata ruang
- Menata kegiatan komersial sehingga tidak mengganggu aktivitas transit
utamanya pada sektor informal.
Sumber: Hasil Analisis, 2019

11
KESIMPULAN pejalan kaki dan pengguna sepeda yang
1.Kawasan Transit Oriented Development aman dan nyaman serta fasilitas
(TOD) di Kota Bekasi merupakan sebagai perpindahan moda yang mudah dan
pusat kegiatan berdasarkan kondisi nyaman. Pada pengembangan ruang publik
eksistingnya masih harus dikembangkan. adalah pengembangan dan penataan
Adapun terdapat tiga kategori kembali ruang publik yang nyaman, arahan
perkembangan kawasan TOD diantaranya pengembangan komersial yaitu penataan
TOD Maju, TOD Berkembang dan TOD ulang komersial eksisting sehingga terpadu
Tertinggal. Kawasan TOD Bekasi Barat dengan infrastruktur lainnya, pada fungsi
dan Bekasi Timur dikategotikan sebagai perumahan yaitu peningkatan keberagaman
TOD Maju, Kawasan TOD Jaticempaka tipe hunian vertikal dan pada fungsi
dan TOD CIkunir I dikategorikan sebgai perkantoran yaitu penyediaan fasilitas
TOD Berkembang sedangkan TOD Cikunir perkantoran serta fasilitas pendukungnya.
II masih dikategorikan sebagai TOD
Tertinggal. Pengembangan kawasan masih SARAN
sangat diperlukan khususnya untuk 1.Pengembangan Kawasan TOD di Kota
peningkatan aksesibilitas kawasan serta Bekasi memiliki peluang dan tantangan.
fasilitas untuk transit, jalur pejalan kaki dan Peluang tersebut dapat dijadikan sebagai
jalur pengguna sepeda serta pengembangan momentum untuk mengatasi permasalahan
area perumahan dan komersial di sekitar perkotaan yang terjadi, letak wilayah yang
titik stasiun LRT sebagai titik transit utama. strategis sebagai penyangga ibukota harus
2.Berdasarkan hasil AHP diperoleh bahwa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
berdasarkan aspek transportasi dan aspek kemajuan wilayah. Namun dalam
pemanfaatan ruang pengembangan pelaksanaannya, sangat diperlukan
kawasan memprioritaskan pengembangan koordinasi yang baik antar stakeholder
sistem transit dan pada aspek ekonomi pembangunan maupun dengan wilayah
pengembangan kawasan memprioritaskan yang terhubung sehingga konektivitas
pengembangan fungsi komersial. Adapun dengan wilayah lain dapat tercipta dengan
secara keseluruhan aspek transportasi baik.
merupakan kriteria yang paling 2.Kawasan Transit Oriented Development
diprioirtaskan dalam pengembangan TOD. dapat menjadi potensi yang besar sebagai
Berdasarkan gabungan ketiga aspek maka konsep pembangunan perkotaan saat ini.
urutan prioritas pengembangan adalah Terlebih telah terdapat dukungan kebijakan
sistem transit (0,316), ruang publik (0,209), melalui Peraturan Menteri ATR Nomor 16
komersial (0,204), perumahan (0,163) dan Tahun 2017 mengenai pedoman TOD. Oleh
perkantoran (0,108). Menurut ketiga karena itu, pengembangan kawasan TOD di
stakeholder yaitu pemerintah, masyarakat, Kota Bekasi perlu mendapatkan perhatian
dan swasta menjadikan pengembangan dan penanganan khusus oleh pemerintah
sistem transit sebagai prioritas utama, daerah. Sehingga kawasan TOD di Kota
adapun urutan prioritas pemerintah dan Bekasi dapat menjadi ideal dan sebagai
masyarakat memiliki persamaan sedangkan percontohan pengembangan TOD di
urutan prioritas swasta pada urutan prioritas wilayah lain
kedua hingga ke lima berbeda. 3.Penggunaan metode AHP sangat
3.Setiap alternatif pengembangan memiliki dipengaruhi oleh persepsi responden.
potensi dan masalah yang berbeda, Apabila persepsi responden semakin
sehingga perlu arahan pengembangan objektif maka akan menghasilkan prioritas
masing-masing sesuai dengan pencapaian yang tepat dan mendekati kebenaran sesuai
yang diharapkan. Adapun arahan dengan kenyataan. Sehingga penentuan
pengembangan untuk sistem transit adalah responden sangat penting agar hasilnya
penyediaan fasilitas yang mengutamakan objektif. Meskipun terdapat kelemahan

12
bahwa belum ada cara untuk mengukur Kuantitatif dan Campuran Edisi ke-
tingkat objektifitas karena tidak memiliki 4.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
nilai signifikansi. Kelemahan lainnya Curtis, C., Renne, L. J. & Bertolini, L. 2009.
adalah metode AHP yang memanfaatkan Transit Oriented Development: Making
aplikasi Expert Choice terdapat kelemahan it Happen. Great Britain: MPG Books.
Dorsey, B. & Mulder, A. 2013. Planning,
yaitu terbatasnya jumlah responden untuk place-making and building consensus for
dianalisis gabungan yaitu maksimal transit-oriented development: Ogden,
sebanyak 18 responden. Namun demikian, Utah case study. Journal of Transport
hasil AHP yang berupa urutan prioritas Geography, 32(2013), hal 65-76.
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif Dwitasari, Reslyana. 2007. Penataan Kawasan
untuk masukan bagi pengembangan yang Berorientasi Pada Pengembangan
kawasan TOD di Kota Bekasi. Transit Oriented Development di
Wilayah Perkotaan (DKI Jakarta).
DAFTAR PUSTAKA Skripsi. Yogyakarta : UGM.
Atkinson-Palombo & Kuby, M. J. 2011. The Hasibuan, Hayati S., Soemardi, Tresna P.,
geography of advance transit-oriented Koester,R. Dan Moersidik, S. 2014. The
development in metropolitan Phoenix, Role of Transit Oriented Development in
Arizona, 2000-2007. Journal of constructing urban environment
Transport Geography, 19(2), hal 189- sustainability, the case of Jabodetavek,
99. Indonesia. Procedia Environmental
Science, 20(2014), hal. 622-631.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Bekasi Hendarto, R. Mulyo. 1997. Teori
Dalam Angka. Jakarta: BPS. Perkembangan dan Pertumbuhan Kota.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Komuter Semarang: Makalah Disukusi Rutin
Jabodetabek. Jakarta: BPS. Fakultas Ekonomi.
Bertolini, L. & le Clerq, F. 2003. Urban Institute For Transportation and Development
Development Without more mobility Policy (ITDP). 2017. TOD Standard.
by car? Learning from Amsterdam, a New York: ITDP.
multimodal urban region, Junaidi, I. (2011). Penyusunan Priroitas
Environmental and Planning A., 35(4) Pengembangan Desa Pesisir Menurut
hal. 575-589 Pandangan Stakeholder dengan
Binglei, X., & Chuan, D. 2013. An Evaluation Menggunakan AHP di Kabupaten Kulon
on Coordinated Relationship between Progo. Thesis. Yogyakarta: Universitas
Urban Rail Transit and Land-use under Gadjah Mada.
TOD Mode. Journal of Transportation Jamal, Lukluk Z. 2013. Walkability Pada
Systems Engineering and …. Kawasan Berbasis Transit Oriented
Didapatkan dari Development Studi Kasus : Kawasan
http://www.sciencedirect.com/science/ Stasiun Lempuyangan. Thesis.
article/p ii/S1570667213601014 Yogyakarta : UGM.
Bintarto. 1986. Urbanisasi dan Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian
Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Kuantitatif: Analisis Isi dan Data
Indonesia. Sekunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Branch, M. 1995. Perencanaan Kota Persada.
Komperhensif Pengantar dan Muta’ali, Lutfi. 2011. Kapita Selekta
Penjelasan Terjemahan Achmad Pengembangan Wilayah. Yogyakarta:
Djunaidi. Yogyakarta: Gadjah Mada Badan Penerbit Fakultas Geografi
University Press. UGM.
Calthorpe, Peter. 1993. The Next American Muta’ali, Lutfi dan Santosa, Langgeng Wahyu.
Metropolis : Ecology, Community, and 2014. Bentang Alam dan Bentang
the American Dream. New York: Budaya: Panduan Kuliah Kerja
Princeton Architectural Press. Lapangan Pengenalan Bentanglahan.
Creswell, john W. 2014. Research Design: Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas
Pendekatan Metode Kualitatif, Geografi UGM.

13
Muta’ali, Lufi. 2015. Teknik Analisis Regional:
Untuk Perencanaan Wilayah, Tata
Ruang dan Lingkungan. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Geografi
UGM.
Nawawi, Hadari dan Martini, Hadari. 2005.
Penelitian Terapan.. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nawawi, Hadari dan Martini, Hadari. 2006.
Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ramlan, Nurazizah dan Rudiarto, Iwan. 2015.
Pengendalian Urban Sprawl di
Wilayah Pinggiran (Studi Kasus:
Perkembangan Kota di Indonesia dan
Perancis). Jurnal Pembangunan
Wilayah & Kota, 11(4), hal.444-454.
Saaty, T. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin, Proses Hirarki
Analitik untuk Pengembilan Keputusan
dalam Situasi yang Kompleks. Pustaka
Binama Pressindo.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
UN Habitat. 2016. Urbanization and
Development: Emerging Futures.
Kenya: UN-Habitat.
Virdyana, Vera Aprilia. 2014. Perencanaan
Kawasan Transit Oriented
Development (TOD) Menuju Sistem
Transportasi Berkelanjutan di Stasiun
Monorel Bekasi Timur. Skripsi.
Yogyakarta : UGM.
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang
Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yunus, Hadi Sabari. 2005. Manajemen Kota:
Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamika Wilayah
Peri-Urban:Determinan Masa Depan
Kota”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Peraturan Perundangan :
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2018
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang /
BPN Nomor 16 Tahun 2017
Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 13 Tahun
2011

14
LAMPIRAN

Gambar 1 Peta Lokasi Kawasan Transit Oriented Development (TOD) di Kota Bekasi. Sumber: Olahan Data (2019)

15

You might also like