Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL,

KECERDASAN SPIRITUAL, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA


AUDITOR DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK
(Studi Empiris Pada Auditor dalam Kantor Akuntan Publik
di Kota Padang dan Pekanbaru)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Oleh :

ANIS CHOIRIAH
84694/2007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode Maret 2013
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN
SPIRITUAL DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR DALAM KANTOR
AKUNTAN PUBLIK

Anis Choiriah
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : aniz_caqepz@yahoo.com

ABSTRACT
The aims of this study is to determine: 1) impact of emotional intelligent on auditor’s performance 2) impact of intellectual
intelligent on auditor’s performance 3) impact of spiritual intelligent on auditor’s performance 4) impact of proffesional ethics
on auditor’s performance.
This study was classified as causative study. The Population of this study were auditors on CPA firm.The sample are
auditors on CPA firm in Padang and Pekanbaru. The collection technique of this study was the technique of survey by
distributing queationnaires directly to each auditors on CPA firm. Analysis of data by using multiple regression to see impact
of emotional, intellectual, spiritual and proffesional ethics on auditors performance.
Studies show that : 1) emotional intelligent had a significant positive impact on auditor performance 2) intellectual
intelligence had a significant positive impact on auditor performance 3) spiritual intelligence had a significant positive impact
on auditor performance. 4) proffesional ethics had a significant positive impact on auditor performance.
The suggestions in this study were: 1) this study was limted to emotional intelligence, intellectual intelligence,
spiritual intelligence and proffesional ethics on auditor performance, for further research can be done with additional
variables which have strong impact on auditor performance. In addition it would be nice if future studies include interviews or
written statements that can explore all the aims of the study 2) Sample of this study was limited to the auditors on CPA firm in
Padang and Pekanbaru. The result might be different if the sample were expanded. 3) the auditors on CPA firm should always
pay attention to improve balance between emotional, intellectual, spiritual intelligence and also proffesional ethics to achieve
more maximum performance.

Keywords: auditors, auditors performance, emotional intelligence, intellectual intelligence, spiritual intelligence,
proffesional ethics

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor 2) pengaruh kecerdasan
intelektual terhadap kinerja auditor 3) pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor 4) pengaruh etika profesi
terhadap kinerja auditor
Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor
yang berada dalam Kantor Akuntan Publik. Sedangkan sampel adalah auditor dalam kantor akuntan publik yang ada di Kota
Padang dan Pekanbaru. Data dikumpulkan dengan menyebarkan langsung kuesioner kepada responden yang bersangkutan.
Teknik analisis data dengan menggunakan regresi berganda untuk melihat pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan
intelektual, kecerdasan spiritual dan etika profesi terhadap kinerja auditor.
Hasil penelitian membuktikan bahwa; (1) Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
auditor. (2) Kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor. (3) Kecerdasan spiritual
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor. (4) Etika profesi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
auditor.
Saran dalam penelitian ini adalah: 1) penelitian ini terbatas pada kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual dan etika profesi terhadap kinerja auditor, untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan
menambahkan variabel lain yang berpengaruh kuat terhadap kinerja auditor. Selain itu akan lebih baik jika pada penelitian
selanjutnya dilengkapi dengan wawancara ataupun pernyataan tertulis sehingga dapat menggali semua hal yang menjadi tujuan
penelitian. 2) sampel pada penelitian ini terbatas hanya pada auditor dalam kantor akuntan publik di kota padang dan
pekanbaru, hasil penelitian mungkin akan menunjukkan hasil yang berbeda jika sampel penelitian lebih diperluas.

Kata kunci: auditor, kinerja auditor, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, etika
profesi

3
Kantor akuntan publik merupakan sebuah penentu kesuksesan, sedangkan 20% yang lain
organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient).
yang diberikan berupa jasa audit operasional, Ada faktor-faktor psikologis yang
audit kepatuhan (compliance audit) dan audit mendasari hubungan antara seseorang dengan
laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2008). organisasinya. Faktor-faktor psikologis yang
Profesi akuntan publik bertanggung jawab atas berpengaruh pada kemampuan akuntan di dalam
kepercayaan dari masyarakat berupa tanggung organisasinya diantaranya adalah kemampuan
jawab moral dan tanggung jawab profesional. mengelola diri sendiri, kemampuan
Tanggung jawab moral berupa kompetensi yang mengkoordinasi emosi dalam diri, serta
dimiliki auditor, sedangkan tanggung jawab melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa
profesional berupa tanggung jawab akuntan emosi. Akuntan yang cerdas secara intelektual
terhadap asosiasi profesi berdasarkan standar belum tentu dapat memberikan kinerja yang
profesi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan optimum terhadap organisasi dimana mereka
Indonesia (IAI bekerja, namun akuntan yang juga cerdas secara
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi emosional dan spiritual tentunya akan
kinerja yaitu faktor individu yang berasal dari menampilkan kinerja yang lebih optimum untuk
dalam diri seseorang, faktor organisasi dan faktor KAP dimana mereka bekerja.
psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi Kecerdasan spiritual memungkinkan
kinerja seorang auditor yang berasal dari dalam manusia untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh,
diri mereka, serta unsur psikologis manusia membuat atau bahkan mengubah aturan, yang
adalah kemampuan mengelola emosional, membuat orang tersebut dapat bekerja lebih baik.
kemampuan intelektual serta kemampuan SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk
spiritual. Etika profesi merupakan faktor memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Secara
organisasional yang akan mempengaruhi kinerja singkat kecerdasan spiritual mampu
auditor. Auditor dituntut memiliki intelektual mengintegrasikan dua kemampuan lain yang
tinggi karena seorang auditor dituntut memiliki sebelumnya telah disebutkan yaitu kecerdasan
kecakapan profesional agar mampu memberikan intelektual dan kecerdasan emosional (Idrus
manfaat optimum dalam pelaksanaan tugasnya 2002.
sebagaimana tertuang dalam pasal 2 ayat 2 Kode Jika ketiga bentuk kecerdasan ini
Etik Akuntan Indonesia. mempengaruhi kinerja auditor yang berasal dari
Sedangkan Kode etik akuntan sebagai unsur psikologis manusia, etika profesi
panduan bagi auditor dalam pelaksanaan tugas mempengaruhi kinerja auditor berasal dari
profesional mereka, untuk meningkatkan mutu lingkup organisasi. Etika profesi merupakan
pekerjaannya, serta sebagai panduan bagi auditor karakteristik suatu profesi yang membedakan
untuk bersikap dan bertindak berdasarkan etika suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi
profesi. untuk mengatur tingkah laku para anggotanya
Kinerja auditor tidak hanya dilihat dari (Murtanto dan Marini, 2003. Kode etik
kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga merupakan komitmen moral yang tinggi yang
kemampuan menguasai dan mengelola diri dituangkan dalam bentuk aturan khusus, yang
sendiri serta kemampuan dalam membina harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi
hubungan dengan orang lain (Martin 2000,dalam yang memberikan jasa pelayanan kepada
Fabiola 2005). Kemampuan tersebut oleh Daniel masyarakat luas, sehingga jasa layanan yang
Goleman disebut dengan emotional intelligence mereka berikan bagi masyarakat optimal.
atau kecerdasan emosi yang akan memberikan Beberapa tahun terakhir profesi akuntan
pengaruh dari dalam diri seseorang. Goleman mendapat sorotan yang cukup tajam dari
(2000) melalui penelitiannya mengatakan bahwa masyarakat. Hal ini seiring dengan terjadinya
kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor beberapa kegagalan kerja yang mereka lakukan

4
dan berbagai pelanggaran etika dalam menjalakan terbesar pasar modal di Amerika Serikat).
tugas tersebut. Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit
Banyak kasus kegagalan perusahaan yang ulang terhadap laporan keuangan PT. Telkom
dikaitkan dengan kegagalan auditor yang terjadi oleh KAP yang lain. SEC menyatakan bahwa
belakangan ini, diawali kasus jatuhnya Enron kasus ini terjadi mengindikasikan masih
yang melibatkan salah satu kantor akuntan publik kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh auditor,
The Big Five Arthur Andersen serta berbagai sementara kompetensi merupakan karakteristik
kasus serupa yang terjadi di Indonesia meskipun utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor.
dalam bentuk yang berbeda. Di Indonesia sendiri, Kasus lainnya terjadi di Amerika Serikat
kegagalan audit atas laporan keuangan PT. yang menyebabkan runtuhnya perusahaan
Telkom yang melibatkan KAP “Eddy Pianto & sekuritas terbesar di Amerika serikat Lehman
Rekan”, dimana laporan auditan PT. Telkom ini Brother, jatuhnya perusahaan ini dikaitkan
tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas dengan kelalaian auditor yang mengaudit laporan
terbesar pasar modal di Amerika Serikat). keuangan mereka yaitu Ernst & Young yang
Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit secara sadar mengetahui adanya indikasi
ulang terhadap laporan keuangan PT. Telkom kesalahan penyajian dalam laporan keuangan
oleh KAP yang lain. SEC menyatakan bahwa Lehman, namun tidak mengungkapkannya dalam
kasus ini terjadi mengindikasikan masih laporan audit mereka (http://m.inilah.com),serta
kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh auditor, berbagai kasus lain yang terjadi belakangan.
sementara kompetensi merupakan karakteristik Hasil penelitian Fabiola (2005) menemukan
utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor. bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan
Kasus lainnya terjadi di Amerika Serikat emosional, serta kecerdasan spiritual berpengaruh
yang menyebabkan runtuhnya perusahaan signifikan terhadap kinerja karyawan, hal ini
sekuritas terbesar di Amerika serikat Lehman sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Brother, jatuhnya perusahaan ini dikaitkan Isabela (2001) yamg menemukan bahwa
dengan kelalaian auditor yang mengaudit laporan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan
keuangan mereka yaitu Ernst & Young yang kecerdasan intelektual berpengaruh positif
secara sadar mengetahui adanya indikasi terhadap kinerja auditor .
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan
Lehman, namun mereka tidak
mengungkapkannya. Serta berbagai kasus lain TELAAH LITERATUR DAN
yang terjadi belakangan. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hal ini membuktikan masih belum
optimalnya kompetensi, kemampuan mengelola Kinerja Auditor
emosi, spiritualitas dan pelaksanaan etika profesi Mahoney et al (1963) dalam Aida (2004)
oleh auditor, sehingga kinerja yang mereka menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja
berikan juga tidak optimal dan menyebabkan yang dapat dicapai oleh seseorang atau
rusaknya citra KAP secara umum dan khususnya sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
citra KAP dimana mereka bekerja dimata publik. dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
Banyak kasus kegagalan perusahaan yang masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
dikaitkan dengan kegagalan auditor yang terjadi Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau
belakangan ini, diawali kasus jatuhnya Enron unit organisasi dalam mewujudkan sasaran
yang melibatkan salah satu kantor akuntan publik strategik yang telah ditetapkan sebelumnya
The Big Five Arthur Andersen serta berbagai dengan perilaku yang diharapkan (Mulyadi,
kasus serupa yang terjadi di Indonesia meskipun 2007:337).
dalam bentuk yang berbeda. Di Indonesia sendiri, Menurut Nurfitriana (2004), kinerja adalah
kegagalan audit atas laporan keuangan PT. hasil kerja yang bisa dicapai oleh seseorang atau
Telkom yang melibatkan KAP “Eddy Pianto & sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
Rekan”, dimana laporan auditan PT. Telkom ini dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi

5
bersangkutan secara legal, tidak melanggar Goleman (2005:) mendefenisikan
hukum, sesuai dengan moral dan etika. Kinerja kecerdasan emosional sebagai berikut:
dihasilkan dengan mengerahkan bakat dan “Kecerdasan emosional adalah kemampuan
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan
yang telah ditetapkan sebelumnya. orang lain, memotivasi diri sendiri, serta
Kinerja auditor adalah akuntan publik yang mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
melaksanakan penugasan pemeriksaan dan dalam hubungan dengan orang lain”
(examination) secara obyektif atas laporan Purba, 1999 (dalam Fabiola, 2005)
keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah
dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan kemampuan di bidang emosi yaitu kesanggupan
keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, emosi, semamgat optimisme, dan kemampuan
dalam semua hal yang material, posisi keuangan menjalin hubungan dengan orang lain atau
dan hasil usaha perusahaan (Mulyadi 2002). empati. Hal tersebut seperti yang dikemukakan
Terdapat empat dimensi personalitas dalam Patton 1998 (dalam Fabiola 2005) bahwa
mengukur kinerja auditor yaitu kemampuan. penggunaan emosi yang efektif akan dapat
komitmen profesional, motivasi dan kepuasan mencapai tujuan dalam membangun hubungan
kerja. Keempat dimensi personalitas yang yang produktif dan meraih keberhasilan kerja.
dikemukakan di atas dijelaskan sebagai berikut: Secara konseptual, kerangka kerja
1) Kemampuan kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh
Seorang auditor yang memiliki kemampuan Goleman (2001) meliputi dimensi-dimensi
dalam mengaudit maka akan cakap dalam sebagai berikut:
menyelesaikan pekerjaannya. 1) Kesadaran Diri (Self Awarness)
2) Komitmen Profesional Self Awareness adalah kemampuan untuk
Auditor dengan komitmen profesional yang mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya
kuat berdampak pada perilaku yang lebih dan menggunakannya untuk memandu
mengarah kepada ketaatan aturan, pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki
dibandingkan dengan auditor yang komitmen tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri
profesionalnya rendah. Komitmen juga sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.
berksaitan dengan loyalitas dengan profesinya. 2) Pengaturan Diri (Self Management)
3) Motivasi Self Management adalah kemampuan
Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan seseorang dalam mengendalikan dan
mendorong keinginan individu auditor tersebut menangani emosinya sendiri sedemikian rupa
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu sehingga berdampak positif pada pelaksanaan
untuk mencapai suatu tujuan. tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta
4) Kepuasan Kerja sanggup menunda kenikmatan sebelum
Kepuasan kerja auditor dapat diartikan sebagai tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih
tingkatan kepuasan individu. kembali dari tekanan emosi.
3) Motivasi Diri (Self Motivation)
Karakteristik yang membedakan kinerja Self Motivation merupakan hasrat yang paling
auditor dengan kinerja karyawan adalah pada dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri
output yang dihasilkan. Kinerja karyawan menuju sasaran, membantu pengambilan
umumnya bersifat konkrit, sedangkan kinerja inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan
auditor bersifat abstrak dan kompleks (Mulyadi mampu untuk bertahan dan bangkit dari
dan Johny, 1999) dalam Aida (2004). kegagalan dan frustasi.
4) Empati (Emphaty)
Empathy merupakan kemampuan merasakan
Kecerdasan Emosional apa yang dirasakakan orang lain, mampu
memahami perspektif orang lain dan
menumbuhkan hubungan saling percaya, serta

6
mampu menyelaraskan diri dengan berbagai indikator kecerdasan intelektual yang
tipe hubungan. dikemukakan oleh Stenberg dalam Arie, 2009
5) Keterampilan Sosial (Relationship yaitu:
Management) 1) Kemampuan memecahkan masalah
Relationship Management adalah kemampuan yaitu mampu menunjukkan pengetahuan
untuk menangani emosi dengan baik ketika mengenai masalah yang dihadapi, mengambil
berhubungan sosial dengan orang lain, mampu keputusan tepat, menyelesaikan masalah
membaca situasi dan jaringan sosial secara secara optimal, menunjukkan fikiran jernih.
cermat, berinteraksi dengan lancar, 2) Intelegensi verbal
menggunakan ketrampilan ini untuk yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh
mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, pemahaman, ingin tahu secara intelektual,
menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama menunjukkan keingintahuan.
dalam tim. 3) Intelegensi praktis
yaitu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar
terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat
Kecerdasan Intelektual terhadap dunia luar.
Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan
kemampuan umum yang membedakan kualitas individu pada saat tertentu, dalam hubungan
orang yang satu dengan orang yang lain, dengan norma usia yang ada (Anastasi, 1997:
kecerdasan intelektual lazim disebut dengan 220). Eysenck 1981 dalam Fabiola 2005
inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan menyebutkan bahwa ada berbagai macam
kognitif yang dimiliki organisme untuk pengukuran inteligensi dan setiap tes IQ yang
menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan digunakan akan disesuaikan dengan tujuan dan
yang kompleks dan selalu berubah serta kebutuhan dari penggunaan tes IQ tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik (Galton, dalam
Fabiola, 2005). Kecerdasan Spiritual
Raven memberikan pengertian yang lain. Ia Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
umum individu yang nampak dalam kemampuan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan
individu untuk menghadapi tuntutan kehidupan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih
secara rasional (dalam Fabiola,2005). Inteligensi luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau
lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam jalan hidup seseorang lebih bermakna
berpikir, Wechsler mengemukakan bahwa dibandingkan dengan orang lain.
inteligensi adalah kemampuan global yang Eckersley memberikan pengertian yang lain
dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara mengenai kecerdasan spiritual. Kecerdasan
terarah dan berpikir secara bermakna serta bisa spiritual didefinisikan sebagai perasaan intuisi
berinteraksi dengan lingkungan secara efisien yang dalam terhadap keterhubungan dengan
(dalam Anastasi dan Urbina, 1997:220). dunia luas didalam hidup manusia (Eckersley
Istilah inteligensi digunakan dengan 2000, dalam Fabiola 2005.) Konsep mengenai
pengertian yang luas dan bervariasi, tidakhanya kecerdasan spiritual dalam hubungannya dengan
oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota- dunia kerja, menurut Ashmos dan Duchon 2000
anggota berbagai disiplin ilmu (Sternberg dalam (dalam Fabiola 2005) memiliki tiga komponen
Anastasi, 1997:219). Anastasi (1997:220) yaitu kecerdasaan spiritual sebagai nilai
mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja yang
kemampuan tunggal dan seragam tetapi memiliki arti dalam komunitas.
merupakan komposit dari berbagai fungsi. Istilah Istilah kecerdasan spiritual mulai muncul
ini umumnya digunakan untuk mencakup karena banyak orang yang memperdebatkan
gabungan kemampuan-kemampuan yang tentang IQ dan EQ yang dipandang hanya
diperlukan untuk bertahan dan maju dalam menyumbang sebagian dari penentu kesuksesan
budaya tertentu (Fabiola, 2005) . sedangkan seseorang dalam kehidupan. Faktor lain yang juga

7
ikut berperan adalah kecerdasan spiritual yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan
lebih menekankan pada makna hidup dan bukan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Benar
hanya terbatas pada penekanan agama saja dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi
(Hoffman, 2002 dalam Fabiola, 2005) tujuan yang akan dicapai.
Indikasi dari SQ yang telah berkembang Setiap profesi yang memberikan pelayanan
dengan baik mencakup: jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik,
1) Kemampuan untuk bersikap fleksibel yang merupakan seperangkat prinsip–prinsip
2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi moral yang mengatur tentang perilaku profesional
3) Kemampuan untuk menghadapi dan (Agoes 2004) . Etika sebagai ajaran moral pada
memanfaatkan penderitaan umumnya tidak tertulis. Namun bagi suatu
4) Kemampuan untuk menghadapi dan organisasi profesi (misalnya akuntan, dokter,
melampaui rasa sakit pengacara), perilaku etis dituangkan dalam aturan
5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan tertulis yang disebut kode etik. Kode etik tersebut
nilai-nilai dibuat untuk dijadikan sebagai aturan tindakan
6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian etis bagi para anggota profesi yang bertujuan
yang tidak perlu menjaga reputasi serta kepercayaan masyarakat
7) Kecenderungan untuk berpandangan holistik agar profesi dapat tetap eksis dan survive. Etika
8) Kecenderungan untuk bertanya “mengapa” profesi merupakan karakteristik suatu profesi
atau “bagaimana” dan berupaya untuk mencari yang membedakan suatu profesi dengan profesi
jawaban-jawaban mendasar lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku
9) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan para anggotanya (Murtanto dan Marini, 2003).
konvensi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
(Zohar dan Marshall, 2002). organisasi profesi di bidang akuntansi di
Kecerdasan spiritual memungkinkan Indonesia memiliki kode etik yang mengikat para
seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat anggotanya. Kode Etik IAI sebagaimana
intrapersonal dan interpersonal, serta ditetapkan dalam Kongres VIII IAI di Jakarta
menjembatani kesenjangan antara diri dan orang pada tahun 1998 terdiri dari tiga bagian, yaitu: a)
lain. (Zohar & Marshall, 2002). Wujud dari Prinsip Etika, b) Aturan Etika, dan c) Interpretasi
kecerdaan spiritual ini adalah sikap moral yang Aturan Etika. Kode Etik IAI tersebut menekankan
dipandang luhur oleh pelaku (Ummah dkk, 2003). pentingnya prinsip etika bagi para akuntan dalam
melakukan kegiatan profesionalnya
Dalam hal etika, sebuah profesi harus
Etika Profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang
Etika, dalam bahasa latin “ethica”, berarti dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan
falsafah moral. Etika merupakan pedoman cara ini merupakan aturan main dalam menjalankan
bertingkah laku yang baik dari sudut pandang atau mengemban profesi tersebut, yang biasa
budaya, susila, serta agama (Martandi dan disebut sebagai kode etik.
Suranta, 2006). Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
Maryani dan Ludigdo ( 2001) dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai
atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku auditor, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok pendidikan. Etika profesional bagi praktik auditor
atau segolongan manusia atau masyarakat atau di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
profesi. Indonesia (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000).
Etika meliputi suatu proses penentuan yang Kode etik profesi diharapkan dapat membantu
kompleks tentang apa yang harus dilakukan para auditor untuk mencapai mutu pemeriksaan
seseorang dalam situasi tertentu yang disifati oleh pada tingkat yang diharapkan.
kombinasi dari pengalaman dan pembelajaran
masing-masing individu. Menurut Socrates yang

8
Terdapat dua sasaran pokok dari penelitian dan pengalamannya dalam memajukan
diterapkannya kode etikmenurut Keraf (1998) perusahaan berpendapat bahwa keberadaan
yaitu: kecerdasan emosional yang baik akan membuat
1) Kode etik ini bermaksud untuk melindungi seorang karyawan menampilkan kinerja dan hasil
masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kerja yang lebih baik.
kelalaian, baik secara sengaja maupun tidak Penelitian lainnya yang pernah dilakukan
sengaja dari kaum profesional. oleh Boyatzis (1999 dalam Fabiola, 2005) dan
2) Kode etik ini bertujuan untuk melindungi Chermiss (1998 dalam Fabiola, 2005) terhadap
keluhuran profesi tersebut dari perilaku- beberapa subjek penelitian dalam beberapa
perilaku buruk orang-orang tertentu yang perusahaan maka hasil yang didapat menunjukan
mengaku dirinya profesional bahwa karyawan yang memiliki skor kecerdasan
emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja
Hubungan Antar Variabel yang lebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana
kualitas dan kuantitas yang diberikan karyawan
Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan tersebut terhadap perusahaan. Chermiss juga
Kinerja Auditor mengungkapkan bahwa walaupun sesorang
Daniel Goleman, seorang Psikolog ternama, tersebut memiliki kinerja yang cukup baik tapi
dalam bukunya pernah mengatakan bahwa untuk apabila dia memiliki sifat yang tertutup dan tidak
mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukan berinteraksi dengan orang lain secara baik maka
hanya cognitive intelligence saja yang dibutuhkan kinerjanya tidak akan dapat berkembang.
tetapi juga emotional intelligence (Goleman, Secara khusus auditor membutuhkan EQ
2000). yang tinggi karena dalam lingkungan kerjanya
Purba (1999) berpendapat bahwa auditor akan berinteraksi dengan orang banyak
kecerdasan emosi adalah kemampuan di bidang baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.
emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi, EQ berperan penting dalam membentuk moral
kemampuan mengendalikan emosi, semangat disiplin auditor. Dalam dunia kerja auditor,
optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan berbagai masalah dan tantangan yang harus
dengan orang lain atau empati. Hal tersebut dihadapi seperti persaingan yang ketat. Tuntutan
seperti yang dikemukakan Patton (1998 dalam tugas, suasana kerja yang tidak nyaman dan
Fabiola, 2005) bahwa penggunaan emosi yang masalah hubungan dengan orang lain. Masalah-
efektif akan dapat mencapai tujuan dalam masalah tersebut dalam dunia kerja auditor
membangun hubungan yang produktif dalam bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan
meraih keberhasilan kerja. kemampuan intelektualnya, tetapi dalam
Kinerja tidak hanya dilihat oleh faktor menyelesaikan masalah tersebut kemampuan
intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh emosi atau kecerdasan emosi lebih banyak
faktor emosinya. Seseorang yang dapat diperlukan. Bila seorang auditor dapat
mengontrol emosinya dengan baik maka akan menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia
dapat menghasilkan kinerja yang baik pula. Hal kerjanya dengan emosi yang stabil maka akan
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer menghasilkan kinerja yang lebih baik pula.
(2004 dalam Fabiola, 2005) bahwa kecerdasan Dengan kata lain, semakin baik kondisi
emosi merupakan faktor yang sama pentingnya emosional seorang auditor, maka kinerja yang
dengan kombinasi kemampuan teknis dan analisis akan mereka hasilkan akan semakin baik pula.
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Salah
satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah
motivasi. Goleman (2000) seperti yang dijelaskan Hubungan antara Kecerdasan Intelektual dan
sebelumnya, memotivasi diri sendiri merupakan Kinerja Auditor
landasan keberhasilan dan terwujudnya kinerja Karir dalam dunia kerja erat kaitannya
yang tinggi di segala bidang. dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh
Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian seseorang. Seorang pekerja yang memiliki IQ
yang dilakukan oleh Agustian (2001) berdasarkan tinggi diharapkan dapat menghasilkan kinerja

9
yang lebih baik dibandingkan mereka yang Penelitian yang dilakukan oleh ketiganya
memiliki IQ lebih rendah. Hal tersebut karena tersebut merupakan penelitian tentang kecerdasan
mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah intelektual yang didasarkan tidak hanya dengan
menyerap ilmu yang diberikan sehingga satu kemampuan yang general saja. Ada
kemampuannya dalam memecahkan masalah kemampuan spesifik, yaitu biasa disebut dengan
yang berkaitan dengan pekerjaannya akan lebih pengetahuan yang dimiliki seseorang, yang dapat
baik (Eysenck,1981 dalam Fabiola 2005). Gordon memprediksi kinerja seseorang. Tes inteligensi
(2004) mengungkapkan bahwa perbaikan dapat dipandang sebagai ukuran kemampuan
kemampuan kognitif adalah cara terbaik untuk belajar atau inteligensi akademik
meningkatkan kinerja. Kemampuan kognitif Jika seorang auditor memiliki kecerdasan
dalam hal ini kecerdasan intelektual merupakan intelektual yang baik, maka mereka akan mampu
alat peramal yang paling baik untuk melihat memahami dan menjalankan tugasnya dengan
kinerja sesorang di masa yang akan datang sangat baik, dan implikasinya kinerja mereka
(Hunter, 1996 dalam Fabiola, 2005). akan baik . Tugas yang dihadapi oleh seorang
Keseimbangan yang baik antara IQ dan EQ auditor merupakan suatu tugas yang menuntut
harus dapat dicapai. Orang yang memiliki EQ auditor untuk memiliki analisis dan proses
yang baik tanpa ditunjang dengan IQ yang baik berfikir rasional juga melibatkan kemampuan
pula belum tentu dapat berhasil dalam mental untuk menarik sebuah kesimpulan.
pekerjaannya. Hal ini karena IQ masih memegang Kecerdasan intelektual merupakan suatu
peranan yang penting dalam kinerja seseorang, keharusan yang wajib dimiliki oleh seorang
sehingga keberadaan IQ tidak boleh dihilangkan auditor dalam melaksanakan tugas profesional
begitu saja, Carusso (1999) yang dibebankan kepadanya, karena tugas
Penelitian yang dilakukan oleh Wiramiharja tersebut merupakan suatu tugas yang menuntut
(2003 dalam Fabiola, 2005) menemukan bahwa daya analisis tinggi serta proses berpikir rasional
kecerdasan yang lebih bersifat kognitif dalam pemecahan masalah yang mungkin ditemui
berpengaruh signifikan terhadap kinerja dalam setiap penugasan yang mereka terima.
karyawan. Wiramiharja juga menyebutkan bahwa Sehingga hasilnya, jika auditor memiliki tingkat
prestasi kerja yang dimiliki oleh seseorang akan kemampuan intelektual yang tinggi, maka kinerja
membawanya pada hasil yang lebih memuaskan yang akan mereka capai juga akan semakin baik.
untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
kecerdasan intelektual memberikan kontribusi Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dan
30% dalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja Kinerja Auditor
seseorang. Kecerdasan spiritual merupakan perasaan
Penelitian Moustafa dan Miller pada tahun terhubungkan dengan diri sendiri, orang lain dan
2003 (dalam Fabiola, 2005), juga menunjukan alam semesta secara utuh. Pada saat orang
hasil yang sama pula. Mereka meneliti tentang bekerja, maka ia dituntut untuk mengarahkan
validitas tes skor kemampuan kognitif pada intelektualnya, tetapai banyak hal yang membuat
proses seleksi karyawan. Tes inteligensi seseorang senang dengan pekerjaannya.
merupakan alat yang tepat dalam melakukan Seorang auditor dapat menunjukkan kinerja
seleksi terhadap karyawan, sehingga tes tersebut yang optimal apabila ia sendiri mendapatkan
dapat memberikan keputusan bagi manajer untuk kesempatan untuk mengekspresikan seluruh
mendapatkan orang yang tepat dalam pemilihan potensi dirinya sebagai manusia. Hal tersebut
karyawan yang dibutuhkan. Hasil penelitian akan dapat muncul apabila seseorang dapat
menunjukkan bahwa seorang karyawan yang memaknai setiap pekerjaannya dan dapt
mendapatkan skor tes IQ yang tinggi pada saat menyelaraskan antara emosi, perasaan dan otak.
seleksi ternyata menghasilkan kinerja yang lebih Kecerdasan spiritual mengajarkan orang untuk
baik, terutama apabila dalam masa-masa tugasnya mengekspresikan dan memberi makna pada setiap
tersebut sering mendapatkan pengetahuan dan tindakannya, sehingga bila ingin menampilkan
keterampilan baru dari pelatihan yang dilakukan

10
kinerja yang baik, maka dibutuhkan kecerdasan sejawatnya dan antara profesi dengan
spiritual, (Munir 2003, dalam Fabiola, 2005). masyarakat. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
Kecerdasan spritual yang dimiliki setiap dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
orang tidaklah sama. Hal tersebut tergantung dari seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai
masing-masing pribadi orang tersebut dalam auditor, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
memberikan makna pada hidupnya. Kecerdasan instansi pemerintah, maupun di ingkungan dunia
spritual lebih bersifat luas dan tidak terbatas pada pendidikan (Nugrahaningsih, 2005).
agama saja. Perbedaan yang dimiliki masing- Etika profesi berfungsi sebagai pedoman
masing individu akan membuat kinerja yang dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan yang
mereka capai pun berbeda pula (Idrus, 2002). dilaksanakan oleh auditor. Behn et al (1997)
Penelitian Mudali, 2002 (dalam Fabiola, dalam Widagdo et al (2002) mengembangkan
2005) membuktikan tentang pentingnya atribut kinerja auditor salah satunya adalah
kecerdasan spiritual. Seseorang haruslah memiliki standar etika yang tinggi. Dalam penugasan audit,
SQ yang tinggi agar dia dapat benar-benar seorang auditor harus menjalankan penugasan
menjadi pintar. Kecerdasan tersebut juga sesuai dengan standar auditing dan berpedoman
dibutuhkan dalam dunia kerjanya, apabila ketiga pada etika profesi, serta pengelolaan sumber daya
kecerdasan tersebut dapat berfungsi secara efektif akuntan yang dimiliki juga perlu dilakukan untuk
maka dia akan menampilkan hasil kerja yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
menonjol. auditor (Nurhayati, 2000 dalam Rina 2011).
Hasil penelitian Wiersma, 2002 (dalam Seiring dengan tuntutan untuk
Fabiola, 2005) menyatakan bahwa kecerdasan menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola
spiritual mempengaruhi tujuan seseorang dalam dengan baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi
mencapai karirnya di dunia kerja. Seseorang yang dengan begitu tajamnya. Peristiwa bisnis yang
membawa makna spiritualitas dalam kerjanya melibatkan akuntan yang tidak profesional
akan merasakan hidup dan pekerjaannya lebih seharusnya memberikan pelajaran untuk
berarti. Hal ini akan memotivasi mereka agar mengutamakan etika dalam melaksananakan
bekerja lebih baik sehingga kinerjanya juga baik. praktik profesional akuntansi.
Seorang auditor yang memiliki kecerdasan Bagaimanapun situasi kontekstual
spiritual yang memadai akan mampu memerlukan perhatian dalam berbagai aspek
mensinergikan dua unsur kecerdasan lain yang pengembangan profesionalisme akuntan,
mereka miliki, sehingga setiap pekerjaan yang termasuk di dalamnya melalui suatu penelitian.
mereka lakukan akan lebih bermakna. Makna Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang
yang muncul dalam suatu organisasi akan menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan
membuat setiap orang yang bekerja didalamnya sebagai dasar terbentuknya kepercayaan
lebih dapat mengembangkan diri mereka. masyarakat karena dengan mematuhi kode etik,
Hasilnya mereka juga dapat bekerja lebih baik akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas
pula. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja yang paling baik bagi masyarakat,
seorang auditor yang memiliki kecerdasan sehingga jika semakin tinggi tingkat ketaatan
spiritual yang baik, dan mampu mensinergikan auditor terhadap kode etik profesinya, maka
seluruh komponen kecerdasan yang dimilikinya, kinerja yang akan dicapai akan semakin baik
maka kinerja yang akan mereka capai akan pula.
semakin baik pula.

Hipotesis
Hubungan antara Etika Profesi dan Kinerja Hipotesis adalah suatu jawaban sementara
Auditor terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
Kode etik akuntan merupakan norma melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002).
perilaku yang mengatur hubungan antara auditor Adapun hipotesis yang akan dikemukakan dalam
dengan para klien, antara auditor dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

11
: Kecerdasan emosional berpengaruh untuk mengumpulkan informasi dari para
signifikan positif terhadap kinerja auditor. responden.
: Kecerdasan intelektual berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja auditor.
: Kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan Metode Pengumpulan Data
positif terhadap kinerja auditor. Pengumpulan data dilakukan dengan
: Etika profesi berpengaruh signifikan positif menggunakan kuisioner tertutup kepada auditor
terhadap kinerja auditor muda, auditor senior, manajer dan partner KAP
yang ada di Kota Padang dan Pekanbaru.
METODE PENELITIAN Kuisioner disebarkan langsung ke responden,
demikian pula pengembaliannya dijemput sendiri
Jenis Penelitian oleh peneliti sesuai dengan kesepakatan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan pengembalian yang telah disepakati responden.
penelitian yang telah dijelaskan pada bab
terdahulu, maka jenis penelitian ini Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
dikelompokkan pada penelitian kausatif Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini
(causative). Dimana penelitian ini bertujuan adalah kinerja auditor, Variabel kinerja auditor
untuk melihat seberapa jauh variabel bebas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
mempengaruhi variabel terikat. Penelitian ini instrumen yang dikembangkan oleh Larkin
berusaha menjelaskan pengaruh kecerdasan (1990), dan telah direplikasi oleh Trisnaningsih
emosional (X1), kecerdasan intelektual (X2), (2004). Satuan pengukuran yang digunakan
kecerdasan spiritual (X3 ), dan etika profesi (X4 ) adalah skala likert 5.
terhadap kinerja auditor (Y) sebagai variabel variabel bebas yaitu kecerdasan emosional
dependen. (X1) diukur menggunakan instrumen yang
Populasi dan Sampel Penelitian dikembangkan oleh Goleman (2005) yang telah
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor direplikasi oleh Arie (2009). Satuan pengukuran
yang bekerja di KAP yang ada di kota Padang yang digunakan adalah skala likert 5
yang terdiri dari 7 KAP dan kota Pekanbaru kecerdasan Intelektual (X2) diukur dengan
sebanyak 7 KAP. Peneliti menjadikan seluruh menggunakan instrumen yang dikembangkan
objek atau populasi sebagai sampel karena oleh Steenberg (1981) yang telah direplikasi oleh
jumlahnya yang sedikit. Unit analisis meliputi Azwar (2008). Satuan pengukuran yang
auditor muda, auditor senior, manajer dan partner. digunakan adalah skala likert 5.
Total responden sebanyak 69 orang. kecerdasan spiritual (X3) diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan
Jenis dan Sumber Data oleh Zohar dan Marshall (2007) yang telah
Jenis data yang digunakan dalam penelitian direplikasi oleh Arie (2009). Satuan pengukuran
ini adalah jenis data subjek. Data subjek adalah yang digunakan adalah skala likert 5
jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, Etika Profesi (X4) diukur dengan
pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau menggunakan instrumen yang dikembangkan
sekelompok orang yang menjadi subyek oleh Sihwahjoeni dan gudono (2000), Ludigdo
penelitian atau responden yaitu akuntan publik dan Machfoeds (1999) yang telah direplikasi oleh
yang ada di kota Padang dan Pekanbaru. Dewi (2006). Satuan pengukuran yang digunakan
Sumber Data yang digunakan dalam adalah skala likert 5
penelitian ini adalah data primer. Data primer
yaitu data penelitian yang diperoleh langsung dari
sumber data (tidak melalui perantara). Data Uji Validitas dan Reliabilitas
primer dikumpulkan secara khusus oleh peneliti Uji Validitas
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data Uji validitas digunakan untuk mengukur
primer diperoleh dengan menggunakan daftar sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu
pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan mampu

12
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuisioner tersebut.Untuk melihat validitas dari Uji Normalitas Residual
masing-masing item kuesioner, digunakan Uji normalitas residual digunakan untuk
Corrected Item-Total Correlation. Jika rhitung > menguji apakah distribusi data mendekati normal.
rtabel, maka data dikatakan valid, dimana rtabel Data yang baik adalah data yang pola
untuk N = 30, adalah 0,311. Berdasarkan hasil distribusinya normal. Uji normalitas dilakukan
pengolahan data didapatkan bahwa nilai dengan menggunakan one sample kolmogorov-
Corrected Item-Total Correlation untuk masing- smirnov test pada tingkat signifikansi 0,05. Dasar
masing item variabel X1, X2, X3 dan Y semuanya pengambilan keputusan dari uji normalitas ini
di atas rtabel. adalah dengan melihat probability assymp.sig (2-
Tabel 1 tailed). Jika nilai probability assymp.sig yang
Nilai Corrected Item-Correlation Terkecil dihasilkan > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Variabel Nilai Corrected Item
total Correlation
Terkecil
Kinerja Auditor (Y) 0,383 Uji Multikolinearitas
Kecerdasan Emosional 0,340 Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk
(X1) mengetahui apakah terdapat korelasi yang tinggi
Kecerdasan Intelektual (X2) 0,438 antara variabel-variabel bebas dalam model yang
Kecerdasan Spiritual (X3) 0,364 digunakan. Apabila terdapat korelasi yang tinggi
Etika Profesi (X4) 0,025 antar variabel bebas tersebut, maka salah satu
Sumber: Data primer yang diolah, 2012 diantaranya dieliminir (dikeluarkan) dari model
regresi berganda atau menambah variabel
Uji Reliabilitas bebasnya.
Uji reliabilitas yang dimaksudkan dalam Korelasi antara variabel independen dapat
penelitian ini adalah untuk mengetahui kekonsistenan diketahui dengan menggunakan Variance
jawaban seseorang terhadap pernyataan dari waktu ke Inflation Factor (VIF) dengan kriteria menurut
waktu.Suatu Instrumen dikatakan reliabel (handal) (Singgih,2001) yaitu:
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konstan 1) Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10
atau stabil dari waktu ke waktu. dikatakan tidak terdapat gejala
Tabel 2 multikolinearitas.
Uji Reliabilitas Data 2) Jika angka tolerance di bawah 0,1 dan VIF >
Variabel Nilai Cronbach’s alpha
10 dikatakan terdapat gejala multikolinearitas
Kinerja Auditor (Y) 0,848
Kecerdasan Emosional 0,886
(X1)
Kecerdasan Intelektual 0,837 Uji Heterokedastisitas
(X2) Untuk menguji apakah dalam sebuah model
Kecerdasan Spiritual (X3) 0,860 regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
Etika Profesi (X4) 0,917 atas suatu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk
Sumber: Data primer yang diolah, 2012 mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat
menggunakan uji Gletsjer. Dalam uji ini, apabila
Uji Asumsi Klasik hasil sig > 0,05, maka tidak terdapat gejala
Uji asumsi klasik digunakan apabila heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak
penelitian menggunakan metode regresi terjadinya heterokedastisitas.
berganda. Menurut Sekaran (2006) analisis
regresi berganda dilakukan untuk menguji Model dan Teknik Analisis Data
pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap Uji Koefisien Determinasi (R2)
satu variabel terikat. Data yang akan diolah Pengujian Koefisien Determinasi (R2) pada
dengan regresi berganda yang dibantu oleh SPSS, intinya adalah untuk mengukur seberapa jauh
harus memenuhi asumsi tertentu agar model kemampuan model dalam menerangkan variasi
regresi tidak bias. Uji asumsi klasik terdiri dari: variabel dependen. . Koefisien Determinasi
berkisar dari nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤
13
1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak independen terhadap variabel dependen, diuji
adanya pengaruh antara variabel independen pada tingkat signifikan α = 0,05.
terhadap variabel dependen, bila R2 semakin Kesimpulan hipotesis yang disajikan untuk
besar mendekati 1, menunjukkan semakin H1, H2, H3, H4 didasarkan atas:
kuatnya pengaruh variabel independen terhadap Jika tingkat signifikansi < 0,05 , >
variabel dependen dan bila R2 semakin kecil dan arah β positif, maka hipotesis diterima.
mendekati nol maka dapat dikatakan semakin 1) Jika tingkat signifikansi < 0,05 , >
kecilnya pengaruh variabel independen terhadap dan arah β negatif, maka hipotesis
variabel dependen. ditolak.
2) Jika tingkat signifikansi > 0,05 , <
, maka hipotesis ditolak.
Analisis Regresi Berganda
Dari data yang telah dikumpulkan, maka
akan diolah dengan menggunakan alat analisa HASIL ANALISIS DATA DAN
regresi berganda (Multiple Regression) dengan PEMBAHASAN
menggunakan program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 16. Alat analisis regresi Analisis Data
berganda digunakan untuk melihat pengaruh Sebelum dilakukan pengujian data secara
beberapa variabel independen terhadap satu statistik, terlebih dahulu dilakukan pendeskripsian
variabel dependen. terhadap variabel penelitian. Hal ini dimaksudkan
Model yang digunakan dalam penelitian ini agar dapat memberikan gambaran tentang
adalah: masing-masing variabel yang akan diteliti.
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 Berikut data statistik deskriptif variabel penelitian
Keterangan: ini:
Y = Kinerja auditor Tabel 3
a = Konstanta Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
β = Koefisien Regresi No Variabel N
Rata-rata TCR
Kategori
X1 = kecerdasan intelektual (mean) (%)
X2 = Kecerdasan Emosional Kinerja
1 46 3,94 78,77 Baik
Auditor (Y)
X3 = Kecerdasan spiritual Kecerdasan
X4 = Etika Profesi Sangat
2 Emosional 46 4,33 86,52
Baik
(X1)
Kecerdasan
Sangat
Uji F 3 Intelektual 46 4,31 86,24
Baik
Uji F dilakukan untuk menguji apakah (X2)
secara serentak variabel independen mampu Kecerdasan Sangat
4 46 4,09 81,72
Spiritual (X3) Baik
menjelaskan variabel dependen secara baik atau
Etika Profesi Sangat
menguji apakah model yang digunakan telah fix 5 46 4,27 85,41
(X4) Baik
atau tidak. Dengan tingkat kepercayaan (α) untuk Sumber: Data primer yang diolah, 2012
pengujian hipotesis adalah 95% atau (α)=0,05
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat dari 46
responden yang diteliti terlihat bahwa diantara
Uji t seluruh variabel yang diteliti memiliki rata-rata
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh capaian responden berada pada katergori baik dan
variabel independen terhadap variabel dependen sangat baik.
dalam persamaan regresi berganda secara parsial.
Uji t juga dilakukan untuk menguji kebenaran Uji Asumsi Klasik
koefisien regresi dan melihat apakah koefisien Sebelum melakukan analisis regresi linear
regresi yang diperoleh signifikan atau tidak. berganda, ada beberapa syarat pengujian yang
Untuk melihat adanya pengaruh variabel harus dipenuhi agar hasil olahan data benar-benar
dapat menggambarkan apa yang menjadi tujuan
14
penelitian yaitu uji normalitas, uji Hasil Analisis Data
multikolinearitas dan uji heterokedastisitas.
Uji normalitas residual bertujuan untuk Koefisien Determinasi (R2) Koefisien
menguji dalam sebuah model regresi, variabel determinasi bertujuan untuk melihat atau
dependen dan variabel independen terdistribusi mengukur seberapa jauh kemampuan model
secara normal atau tidak. Setelah dilakukan dalam menerangkan variasi variabel dependen.
pengolahan data, diperoleh hasil yang Hasil pengukuran koefisien determinasi dapat
menyatakan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar dilihat pada tabel berikut:
o,532 dengan tingkat signifikan 0,940. Tabel 4
Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan data Model Summaryb
yang digunakan dalam penelitian ini telah Adjusted R Std. Error of
berdistribusi normal dan bisa dilanjutkan untuk
Model R R Square Square the Estimate
diteliti lebih lanjut, karena nilai signifikan dari uji
a
normalitas > 0,05 1 .848 .719 .692 3.343
Uji multikolinearitas bertujuan untuk a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, IQ, EQ, SQ
menguji apakah pada model regresi ditemukan b. Dependent Variable: Kinerja Audior
korelasi antar variabel bebas atau independen. Sumber: data primer yang diolah, 2012

Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat


dilihat melalui nilai variance inflation factor Nilai adjusted R square menunjukkan 0,692.
(VIF) dan nilai tolerance untuk masing-masing Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi
variabel independen. Apabila nilai tolerance variabel bebas yaitu kecerdasan emosional,
diatas 0,10 dan VIF < 10 maka dapat dikatakan kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan
tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hasil etika profesi terhadap variabel terikat yaitu
perhitungan nilai VIF yang diperoleh kinerja auditor sebesar 69,2%, sedangkan 30,8 %
menunjukkan variabel bebas dalam model regresi ditentukan oleh faktor lain.
tidak saling berkorelasi. Diperoleh nilai VIF
untuk masing-masing variabel bebas kurang dari Koefisien Regresi
10 dan tolerance value berada diatas 0,10. Hal ini Untuk mengungkap pengaruh variabel yang
menunjukkan tidak adanya korelasi antar variabel dihipotesiskan dalam penelitian ini dilakukan
bebas dalam model regresi, ini berarti model yang melalui analisis regresi berganda, model ini
digunakan dalam penelitian ini bebas dari terdiri dari 4 variabel bebas yaitu kecerdasan
masalah multikolinearitas. emosional (X1), kecerdasan intelektual (X2),
Sedangkan uji heterokedastisitas bertujuan kecerdasan spiritual (X3), etika profesi (X4), dan
untuk menguji apakah dalam sebuah model satu variabel terikat (Y). Hasil pengolahan data
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual yang menjadi dasar dalam pembentukan model
atas satu pengamatan ke pengamatan yang lain. penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut
Jika varians dari residual suatu pengamatan ke
pengaamatan lain tetap, maka disebut Tabel 5
coefficients
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut Unstandardized Standardized
heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya Coefficients Coefficients
heterokedastisitas pada penelitian ini Model B Std. Error Beta t Sig.
menggunakan uji Glejser. Dalam uji ini, didapat 1 (Constant) -48.471 11.385 -4.257 .000
nilai sig 0.624 untuk variabel X1, 0.444 untuk EQ .211 .078 .251 2.689 .010
variabel X2, 0.496 untuk variabel X3, dan 0.396 IQ .394 .182 .185 2.165 .036
untuk variabel X4, maka dapat dikatakan bahwa
SQ .213 .095 .247 2.231 .031
tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi
Etika Profesi .465 .112 .470 4.160 .000
yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Dependent Variable: Kinerja Audior
Sumber: data primer yang diolah, 2012

15
Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat
didistribusikan ke dalam model estimasi sebagai Tabel 6
berikut: ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
Y = -48,471 + 0,211X1 + 0,394X2 + 0,213X3 + ,465X4 1 Regression .000
Keterangan: 1175.041 4 293.760 26.287 a

Residual 458.176 41 11.175


1) Nilai konstanta sebesar -48,471
mengindikasikan bahwa jika variabel Total 1633.217 45
independen yaitu kecerdasan emosional, a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, IQ,
kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual EQ, SQ
dan etika profesi adalah nol, maka nilai kinerja b. Dependent Variable: Kinerja Audior
auditor adalah sebesar konstanta -48,471. Sumber: Data primer yang dilah, 2012
2) Koefisien kecerdasan emosional sebesar 0,211
dimana setiap peningkatan tingkat kecerdasan Dari hasil analisis data yang diperoleh
emosional satu satuan akan mengakibatkan mengenai kecerdasan emosional, kecerdasan
peningkatan kinerja auditor sebesar 0,211 intelektual, kecerdasan spiritual dan etika profesi
satuan. terhadap kinerja auditor dapat dilakukan
3) Koefisien kecerdasan intelektual sebesar 0,394 pengujian hipotesis yang diajukan. Hasil
dimana setiap peningkatan kecerdasan pengolaahan statistik analisis regresi
intelektual auditor satu satuan akan menunjukkan nilai F = 26,287 yang signifikan
mengakibatkan peningkatan kinerja auditor pada level 0,000. Jadi Fhitung > Ftabel yaitu 26,287
sebesar 0,394 satuan. > 2,60 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 <
4) Koefisien kecerdasan spiritual sebesar 0,213 0,05. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil
dimana setiap peningkatan kecerdasan spiritual dari 0,05 maka model regresi yang digunakan
auditor sebesar satu satuan maka akan sudah fix, sehingga dapat digunakan untuk
mengakibatkan peningkatan kinerja auditor memprediksi variabel-variabel penelitian. Dari
sebesar 0,213 satuan. hasil pengujian juga dapat disimpulkan bahwa
5) Koefisien etika profesi sebesar 0,465 dimana kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual,
setiap peningkatan pengamalan etika profesi kecerdasan spiritual dan etika profesi secara
satu satuan maka akan mengakibatkan bersama-sama atau secara simultan berpengaruh
peningkatan kinerja auditor sebesar 0,465 signifikan terhadap kinerja auditor.
satuan.
Uji Hipotesis (t-test)
Uji F (F-test) Pengujian hipotesis dilakukan dengan
Uji F dilakukan untuk menguji apakah secara membandingkan (a) dengan dan
serentak variabel independen mampu (b) nilai sig dengan α yang diajukan yaitu 95%
menjelaskan variabel dependen secara baik atau atau α=0,05. Hipotesis diterima jika >
untuk menguji apakah model yang digunakan dan nilai sig < α 0,05. Berdasarkan nilai
telah fix atau tidak. Berdasarkan tabel 18, nilai sig dan signifikansi yang diperoleh yang
0,000a menunjukkan bahwa variabel independen dapat dilihat pada tabel 21. Maka uji hipotesis
secara bersama-sama memberikan pengaruh yang dapat dilakukan sebagai berikut:
signifikan terhadap variabel dependen. 1) Pengujian Hipotesis 1
Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan
membandingkan nilai dengan .
Hipotesis diterima jika > dan
nilai sig < α 0,05. Nilai pada α = 0,05
adalah 2,02. untuk variabel kecerdasan
emosional (X1) nilai adalah 2,689,
16
nilai sig adalah 0,010. Hal ini menunjukkan Pembahasan
bahwa penelitian ini dapat membuktikan Pengaruh ecerdasan Emosional Terhadap
kecerdasan emosional (X1) berpengaruh Kinerja Auditor
signifikan positif terhadap kinerja auditor
dengan nilai B sebesar 0,211. Sehingga Penelitian ini memperoleh bukti empiris
ipotesis pertama dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional
diterima.Pengujian Hipotesis 2 berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan auditor. Dengan demikian dapat disimpulkan
membandingkan nilai dengan . bahwa semakin baik skecerdasan emosional maka
Hipotesis diterima jika > dan kinerja yang ditampilkan auditor juga akan
nilai sig < α 0,05. Nilai pada α = 0,05 semakin baik.
adalah 2,02 untuk variabel kecerdasan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
intelektual (X2) nilai adalah 2,165 yang dilakukan oleh Agustian (2001),
dan nilai sig adalah 0,036. Hal ini berdasarkan penelitian dan pengalamannya dalam
menunjukkan bahwa penelitian ini dapat memajukan perusahaan berpendapat bahwa
membuktikan kecerdasan intelektual (X2) keberadaan kecerdasan emosional yang baik akan
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja membuat seorang karyawan menampilkan kinerja
auditor dengan nilai B sebesar 0,394. Sehingga dan hasil kerja yang lebih baik. Penelitian juga
hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima. sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
2) Pengujian Hipotesis 3 Fabiola (2005) bahwa kecerdasan emosional
Pengujian hipotesis 3 dilakukan dengan memiliki peran yang sangat penting dalam
membandingkan nilai dengan . meningkatkan kinerja karyawan.
Dengan adanya kecerdasan emosional,
Hipotesis diterima jika > dan
seperti yang dikemukakan Patton (1998:3) bahwa
nilai sig < α 0,05. Nilai pada α = 0,05 penggunaan emosi yang efektif akan dapat
adalah 2,02 untuk variabel kecerdasan spiritual mencapai tujuan dalam membangun hubungan
(X3) nilai adalah 2,231 dan nilai sig yang produktif dan meraih keberhasilan kerja.
adalah 0,031. Hal ini menunjukkan bahwa Penelitian ini sejalan dengan teori yang
penelitian ini dapat membuktikan kecerdasan dikemukakan oleh Meyer (2004:10) bahwa
spiritual (X3) berpengaruh signifikan positif kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama
terhadap kinerja auditor dengan nilai B sebesar pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis
0,213. Sehingga hipotesis ketiga dalam dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang
penelitian ini diterima. optimal.
3) Pengujian hipotesis 4 Dengan demikian, dari hasil penelitian ini
Pengujian hipotesis 4 dilakukan dengan dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
membandingkan nilai dengan . sangat penting bagi seorang auditor guna
Hipotesis diterima jika > dan menghasilkan kinerja yang menonjol
nilai sig < α 0,05. Nilai pada α = 0,05
adalah 2,02 untuk variabel etika profesi (X4) Pengaruh Kecerdasan Intelektual
nilai adalah 4,160 dan nilai sig adalah Terhadap Kinerja Auditor
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian Penelitian ini memperoleh bukti empiris
ini dapat membuktikan bahwa etika profesi yang menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual
(X4) berpengaruh signifikan positif terhadap berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
kinerja auditor dengan nilai B sebesar 0,465. auditor. Dengan demikian dapat disimpulkan
Sehingga hipotesis keempat dalam penelitian bahwa semakin baik skecerdasan intelektual
iniditerima. maka kinerja yang ditampilkan auditor juga akan
semakin baik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Moustafa dan Miller pada
tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

17
seorang karyawan yang mendapatkan skor tes IQ Penelitian Mudali (2002:3) membuktikan
yang tinggi pada saat seleksi ternyata tentang pentingnya kecerdasan spiritual.
menghasilkan kinerja yang lebih baik, terutama Seseorang haruslah memiliki tingkat kecerdasan
apabila dalam masa-masa tugasnya tersebut ia spiritual yang tinggi agar dapat benar-benar
sering mendapatkan pengetahuan dan menjadi pintar. Kecerdasan spiritual tersebut juga
keterampilan beru dari pelatihan yang dilakukan . dibutuhkan dalam dunia kerja, apabila ketiga
Hal ini konsisten dengan penelitian yang kecerdasan tersebut dapat berfungsi secara efektif
dilakukan oleh Wiramiharja (2003) yang maka dia akan menampilkan hasil kerja yang
menyatakan bahwa kecerdasan yang bersifat menonjol, Mudali (2002:3). Selain itu, penelitian
kognitif berpengaruh signifikan terhadap kinerja ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
karyawan. wiramiharja juga menyebutkan bahwa oleh Fabiola (2005). Hasil penelitian
prestasi kerja yang dimiliki oleh seseorang akan membuktikan adanya pengaruh positif dan
membawanya pada hasil yang lebih memuaskan signifikan antara kecerdasan spiritual dengan
untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam kinerja karyawan.
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Hasil penelitian ini mendukung teori yang
kecerdasan intelektual memberikan kontribusi dikemukakan oleh Munir (2000:32) yang
30% dalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja menunjukkan hasil bahwa seorang pekerja dapat
seseorang. Sedangkan penelitian yang dilakukan menunjukkan kinerja yang prima apabila mereka
oleh Fabiola (2005) juga menunjukkan hasil yang sendiri mendapatkan kesempatan untuk
sejalan, bahwa kecerdasan intelektual memiliki mengekspresikan seluruh potensi diri sebagai
peran yang sangat penting dalam meningkatkan manusia. Hal tersebut akan dapat muncul apabila
kinerja seseorang dapat memaknai setiap pekerjaannya
Hal ini sejalan dengan teori yang dan dapat menyelaraskan antara emosi, perasaan
dikemukakan oleh Eysenck, 1998. Bahwa dan otak. Kecerdasan spiritual mengajarkan orang
Seorang pekerja yang memiliki tingkat untuk mengekspresikan dan memberi makna pada
intelegensi yang tinggi diharapkan dapat setiap tindakannya, sehingga bila ingin
menghasilkan kinerja yang lebih baik menampilkan kinerja yang baik maka dibutuhkan
dibandingkan mereka yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual.
intelegensi lebih rendah. Karena mereka yang Dengan demikian, dari hasil penelitian ini
memiliki tingkat intelegensi tinggi lebih mudah dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual
menyerap ilmu yang diberikan sehingga sangat penting bagi seorang auditor guna
kemampuannya dalam memecahkan masalah menghasilkan kinerja yang menonjol
yang berkaitan dengan pekerjaannya akan lebih
baik (Eysenck,1981).
Dengan demikian, dari hasil penelitian ini Pengaruh Etika Profesi Terhadap Kinerja
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual Auditor
sangat penting bagi seorang auditor guna Penelitian ini memperoleh bukti empiris
menghasilkan kinerja yang menonjol yang menunjukkan bahwa etika profesil
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
auditor. Dengan demikian dapat disimpulkan
Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap bahwa semakin tinggi tingkat ketaatan auditor
Kinerja Auditor terhadap etika profesinya maka kinerja yang
Penelitian ini memperoleh bukti empiris ditampilkan auditor juga akan semakin baik.
yang menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual Etika profesi berfungsi sebagai pedoman
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan yang
auditor. Dengan demikian dapat disimpulkan dilaksanakan oleh auditor. Behn et al (1997)
bahwa semakin baik skecerdasan spiritual maka dalam Widagdo et al (2002) mengembangkan
kinerja yang ditampilkan auditor juga akan atribut kinerja auditor salah satunya adalah
semakin baik. standar etika yang tinggi. Karena etika
merupakan pedoman bagi auditor dalam

18
menjalankan tugas profesional. Dalam penugasan namun masih terdapat beberapa keterbatasan
audit, seorang auditor harus menjalankan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:
penugasan sesuai dengan standar auditing untuk 1) Sampel penelitian yang terbatas hanya pada
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja Kota Padang dan Kota Pekanbaru saja.
auditor (Nurhayati, 2000:1). Etika profesional Penelitian ini kemungkinan akan menunjukkan
bagi praktik auditor di Indonesia dikeluarkan oleh hasil yang berbeda jika sampel penelitian
Ikatan Akuntan Indonesia (Sriwahjoeni dan lebih luas.
Gudono, 2000). Kode etik profesi diharapkan 2) Diantara variabel yang diteliti pada penelitian
dapat membantu para auditor untuk mencapai ini masih terdapat beberapa item pada
mutu pemeriksaan pada tingkat yang diharapkan, kuesioner dimana TCR yang diperoleh masih
sehingga kinerja yang dapat ditampilkan juga pada kategori baik. Bagi peneliti selanjutnya
sesuai dengan yang diharapkan. diharapkan untuk lebih menyempurnakan lagi
Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah hasil penelitian ini.
yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan
sebagai dasar terbentuknya kepercayaan 5 Saran
masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, Penelitian ini masih terbatas pada kecerdasan
akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas emosional, kecerdasan intlektual, kecerdasan
kinerja yang paling baik bagi masyarakat. spiritual dan etika profesi. Untuk peneliti
Sehingga jika semakin tinggi tingkat ketaatan selanjutnya dapat dilakukan penambahan variabel
auditor terhadap kode etik profesinya, maka penelitian yang juga berpengaruh terhadap kinerja
kinerja yang akan dicapai akan semakin baik auditor. Selain itu, untuk peneliti selanjutnya juga
pula. akan lebih baik jika dilengkapi dengan
Dengan demikian, dari hasil penelitian ini wawancara ataupun pernyataan tertulis sehingga
dapat disimpulkan bahwa etika profesi sangat dapat menggali semua hal yang menjadi tujuan
penting bagi seorang auditor sebagai panduan dalam penelitian ini.
dalam pelaksanaan tugas audit sehingga
menghasilkan kinerja yang menonjol. Bagi auditor, berdasarkan hasil penelitian, dapat
dilihat bahwa pengaruh yang diberikan oleh ke
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN empat variabel bebas yaitu kecerdasan emosional,
SARAN kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan
etika profesi terhadap kinerja auditor sangat baik,
Kesimpulan namun ada beberapa item pada masing-masing
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari variabel yang masih berada pada kategori baik,
penelitian mengenai Pengaruh Kecerdasan oleh karena itu diharapkan kepada auditor agar
Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan lebih meningkatkannya.
Spiritual Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja
Auditor adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
1. Kecerdasan emosional berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja auditor Aida & Listianingsih. 2004. Pengaruh sistem
2. Kecerdasan intelektual berpengaruh positif pengukuran kinerja sistem reward dan profit
signifikan terhadap kinerja auditor center terhadap hubungan antara total
3. Kecerdasan spiritual berpengaruh positif Quality management dengan kinerja
signifikan terhadap kinerja auditor manajerial. SNA VIII. Solo
4. Etika profesi berpengaruh positif signifikan Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan
terhadap kinerja auditor Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik,
Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Keterbatasan Ekonomi Universitas Indonesia
Meskipun peneliti telah berusaha merancang Anastasi, A, dan Urbina, S,.1997. Tes Psikologi
dan mengembangkan penelitian sedemikian rupa, (Psychological Testing), PT. Prehanllindo,
Jakarta
19
Arens dan Loebbecke. 2008. Auditing Pendekatan Masaong A. Kadim, dan Arfan A. Tilomi. 2011.
Terpadu. Edisi Indonesia, Salemba Empat, kepemimpinan berbasis multiple inteligence,
Jakarta. Alfabeta,Bandung
Arens, Elder dan Beasley. 2006. Auditing dan Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta:
Jasa Assurance, Erlangga, Jakarta Salemba Empat
Arie Pangestu Dwijayanti. 2009. Pengaruh Martandi dan Suranta. (2006) . Persepsi Akuntan,
Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Mahasiswa Akuntansi, dan Karyawan
Intelektual, Kecerdasan Spiritual Dan Bagian Akuntansi Dipandang Dari Segi
Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Gender Terhadap Etika Bisnis dan Etika
Akuntansi. Skripsi Universitas Pembangunan Profesi (Studi Di Wilayah Surakarta) .
Nasional “VETERAN”. Jakarta Prosiding Simposium Nasional Akuntansi 9
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur .Metodologi Padang.
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Murtanto dan Marini. (2003). Persepsi Akuntan
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Pria dan Akuntan Wanita serta Mahasiswa
Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika
Membangun Kecerdasan Emosi dan Bisnis dan Etika Profesi Akuntan, Prosiding
Spiritual (ESQ), Arga Wijaya Persada, Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya
Jakarta 16-17 Oktober 2003.
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Mutiara S Panggabean. 2002. Pengaruh
Manusia, Alih bahasa :Benyamin Molan, PT. Keadilan Dalam Penggajian dan Perilaku
Prenhallindo, Jakarta Individu Terhadap Kinerja Dosen Perguruan
Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosi : Tinggi Swasta, Kajian Bisnis STIE Widya
Mengapa Emotional Intelligence Lebih Wiwaha.
Tinggi Daripada IQ, Alih Bahasa : T. Nugrahaningsih, P. 2005. Analisis Perbedaan
Hermay, PT. Gramedia Pustaka Utama, Perilaku Etis Auditor di KAP dalam Etika
Jakarta Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-faktor
--------------. 2001. Emotional Intelligence Untuk Individual: Locus of Control, Lama
Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa : Pengalaman Kerja, Gender dan Equity
Alex Tri K.W, PT. Gramedia Pustaka Utama, Sensitivity). SNA VIII Solo.
Jakarta R. A. Fabiola Meirnayati. 2005. Analisis
Gudono dan Murtanto. (1999). Identifikasi Pengaruh Kecerdasan Intelektual,
Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit: Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan
Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Jurnal Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan. Tesis
Riset Akuntansi Indonesia. Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
Harry Widiantoro. 2001. Menciptakan Eustress Robbins, S, P. 1996. Perilaku Organisasi, PT.
Di Tempat Kerja : Usaha Meningkatkan Prehallindo, Jakarta
Kinerja Karyawan, Ventura, Vol.4, No.2 Rina Ani Sapariyah. 2011. Pengaruh Good
September Governance dan Independensi Auditor
Idrus, Muhammad. 2002. Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor dan Komitmen
Mahasiswa Yogyakarta, Psikologi Phronesis, Organisasi. Tesis Program Pasca Sarjana
Jurnal Ilmiah dan Terapan, Vo.4, No.8, STIE AUB, Surakarta
Desember 2002 Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber Daya
Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Manusia, Badan Penerbit YKPN, Yogyakarta
Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Suhariadi, Fendy. 2002, Pengaruh Inteligensi dan
Interpretif. Simposium Nasional Akuntansi Motivasi Terhadap Semangat
IX. Universitas Andalas, Padang. Penyempurnaan Dalam Membentuk Perilaku
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Produktif Efisien, Anima : Indonesia
Sumber Daya Manusia Perusahaan, Remaja Psikologi Jurnal, Vol.17, No.4, Juli 2002.
Rosdakarya, Bandung

20
Suryabrata, Sumadi. 1998, Pembimbing Ke LAMPIRAN
Psikodiagnostik II, Rake Sarasin. Yogyakarta
Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor Nilai Corrected Item-Correlation Terkecil
dan Komitmen Organisasi Sebagai mediasi Variabel Nilai Corrected Item
total Correlation
Pengaruh Pemahaman Good Governance, Terkecil
Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Kinerja Auditor (Y) 0,383
Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Kecerdasan Emosional 0,340
Akuntansi Nasional X Makasar 26 – 28 Juli (X1)
2007 Kecerdasan Intelektual (X2) 0,438
------------------------. 2003. Perbedaan Kinerja Kecerdasan Spiritual (X3) 0,364
Etika Profesi (X4) 0,025
Auditor Dilihat Dari Segi Gender (Studi
Empiris Pada KAP di Jawa Timur).
Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya
16-17 Oktober 2003. Variabel Nilai Cronbach’s alpha
Unti Ludigdo. 2006. Pengaruh Kecerdasan Kinerja Auditor (Y) 0,848
Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Emosional 0,886
Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis (X1)
Kecerdasan Intelektual 0,837
Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada
(X2)
Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar). Kecerdasan Spiritual (X3) 0,860
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi 9 Etika Profesi (X4) 0,917
Padang 23-26 Aguatus 2006.
---------------. 2006. Strukturisasi Praktik Etika di
Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Interpretif. Prosiding Simposium Nasional Rata-rata TCR
No Variabel N Kategori
Akuntansi 9 Padang. Padang 23-26 Aguatus (mean) (%)
2006. Kinerja 4 78,7
1 3,94 Baik
Wirawan dan Feronika. 2009. Faktor-Faktor Auditor (Y) 6 7
yang Mempengaruhi Penampilan Akuntan Kecerdasan
4 86,5 Sangat
2 Emosional 4,33
Publik. Aksioma Jurnal Riset Akuntansi 6 2 Baik
(X1)
Zohar, D, Marshal, I. 2000. SQ (Spiritual
Kecerdasan
Intelligence) : The Ultimate Intelligence, 4 86,2 Sangat
3 Intelektual 4,31
Blomsburry Publishing, London 6 4 Baik
(X2)
------------------------. 2001. The Ultimate Kecerdasan 4 81,7 Sangat
Intelligence, Mizam Media Utama, Bandung 4 4,09
Spiritual (X3) 6 2 Baik
Etika Profesi 4 85,4 Sangat
5 4,27
(X4) 6 1 Baik

Koefisien Determinasi (R2)


Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
a
1 .848 .719 .692 3.343
a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, IQ, EQ, SQ
b. Dependent Variable: Kinerja Audior

21
a. Koefisien Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -48.471 11.385 -4.257 .000
EQ .211 .078 .251 2.689 .010
IQ .394 .182 .185 2.165 .036
SQ .213 .095 .247 2.231 .031
Etika
.465 .112 .470 4.160 .000
Profesi
a. Dependent Variable:
Kinerja Audior
Uji F (F-test)
ANOVAb

Mean
Sum of
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression
.000
1175.041 4 293.760 26.287 a

Residual 458.176 41 11.175


Total 1633.217 45
a. Predictors: (Constant), Etika Profesi, IQ, EQ,
SQ
b. Dependent Variable: Kinerja Audior

22

You might also like