Perencanaan Pangan: Usaha Meningkatkan Perbaikan Gizi Di Tingkat Rumah Tangga Lingkungan Petani SPFS

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Perencanaan Pangan : Usaha Meningkatkan Perbaikan Gizi di Tingkat Rumah Tangga

Lingkungan Petani SPFS


Descriptive title of the technology
Perencanaan Pangan : Usaha Meningkatkan Perbaikan Gizi di Tingkat Rumah Tangga
Lingkungan Petani SPFS
Global Farming System
Irrigated:
The Smallholder Irrigated Farming Systems are dependent on large-scale irrigation
schemes dominated by small-scale farming. This category contains only about 30
million women, men and children who farm about 15 million ha of irrigated land, but it
is important for national food security and export earnings in many countries.
Wetland Rice Based:
The Wetland Rice Based Farming Systems of East and South Asia, which include a
substantial proportion of irrigated land, support an agricultural population of around 860
million. Although bunded rice cultivation is the distinguishing characteristic of these
systems, a wide range of other food and cash crops are produced and poultry and
livestock are raised for home consumption and sale. These systems depend on the
monsoon, but nearly 60 percent of the cultivated land is equipped with irrigation
facilities. Relatively little grazing or forest land remains - almost half of land is under
annual or permanent crops - and these systems suffer from intense human pressure on
the natural resources base, with 5.5 persons per ha of cultivated land.
Smallholder Rainfed Humid:
The Rainfed Humid Farming Systems are based on smallholder cultivation of root crops,
cereals or tree crops. They often contain an important component of livestock and
support an agricultural population of approximately 400 million. There is little irrigation.
Pressure on land is typically moderate - only 2.5 persons per cultivated ha on average -
although there are some areas of intense pressure.
Coastal Artisanal Fishing:
The crop component of the Coastal Artisanal Fishing Farming Systems is important for
household food security, but the principal livelihood is inshore fishing, with a rapid
growth in aquaculture in many parts of the world. Because of infertile soils crop yields
are often low. The few areas with fertile soil often face serious risks of storms and floods
- as occurs around the Bay of Bengal. Many systems include some tree crop production
(e.g. coconut and cashew) and small livestock, especially goats, and poultry.
Dualistic:
The Dualistic Farming Systems are characterised by significant contrast, i.e. a mix of
large, often commercial, farms together with smallholder farms. This category contains
an agricultural population of nearly 200 million and more than 400 million ha of
cultivated land in a variety of ecologies, and exhibits diverse production patterns. Such
systems are prevalent in Eastern Europe, Central Asia and Latin America, but can also
be found in Africa. All except one are predominantly rainfed systems - the exception
being the Irrigated Farming System in Eastern Europe and Central Asia, which is
dominated by medium and large farms.
Smallholder Rainfed Dry/Cold:
The Smallholder Rainfed Dry/Cold Farming Systems in dry or cold low potential areas
cover an enormous land area - around 3.5 billion ha - but support a relatively modest
agricultural population of around 500 million. These lower potential systems are
generally based on mixed crop-livestock or pastoral activities, merging eventually into
sparse and often dispersed systems with very low current productivity or potential
because of environmental constraints to production.
Smallholder Rainfed Highland:
The Smallholder Rainfed Highland Farming Systems in steep and highland areas contain
an agricultural population of more than 500 million. In most cases these are diversified
mixed crop-livestock systems, which were traditionally oriented to subsistence and
sustainable resource management. However, these days they are characterised by intense
population pressure on the resources base, which is often quite poor - averaging 3.5
persons per cultivated ha, aggravated by heavy grazing pressure on the four-fifths of the
land which is not cultivated. Given the lack of road access and other infrastructure, the
level of integration with the market is often low.
Smallholder Rainfed Humid:
The Rainfed Humid Farming Systems are based on smallholder cultivation of root crops,
cereals or tree crops. They often contain an important component of livestock and
support an agricultural population of approximately 400 million. There is little irrigation.
Pressure on land is typically moderate - only 2.5 persons per cultivated ha on average -
although there are some areas of intense pressure.
Abstract
Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, harus diperhatikan kuantitas dan kualitas pangan
yang menitikberatkan pada potensi sumberdaya lokal agar sesuai dengan ketersediaan dan
kebiasaan masyarakat setempat. Selain itu juga dibutuhkan perencanaan pangan yang baik
dengan adanya pertimbangan produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan. Perencanaan
pangan meliputi perencanaan di tingkat negara hingga di tingkat rumah tangga sehingga
dapat memenuhi konsumsi pangan yang sesuai dengan standar gizi. Pemenuhan
kebutuhan pangan tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sebagai upaya
mewujudkan ketahanan pangan yang merupakan bagian dari ketahanan bangsa.
Type of technology

Detail Description of technology


Berdasarkan hasil survey gizi dan kesehatan yang dilakukan SPFS-FAO pada Desember 2005, ternyata banyak
para petani yang pendapatannya di garis kemiskinan (Rp 175.000,-/kapita/bulan).  Rata-rata pendapatan petani
per kapita per bulan secara berurut-turut di Banjar, Barito Kuala, Jeneponto, Rokan Hulu dan Lombok Tengah
adalah Rp.264.471; Rp.274.885; Rp.229.658; Rp.238220 dan Rp.99.141. Namun demikian rumah tangga petani
SPFS yang miskin masih tinggi yaitu 40 % di  Banjar, 36 % di Barito Kuala,   44 % di  Jeneponto, 94 % di Lombok
Tengah dan 44 % di Rokan Hulu.  Sekitar 50 % pendapatan digunakan para petani untuk pengeluaran pangan. 
Oleh karena itu, dengan pendapatan yang masih rendah para petani perlu melakukan perencanaan pangan agar
dapat membeli pangan dengan harga yang murah namun memenuhi kebutuhan gizi.
 
Dalam merencanakan pangan, haruslah senantiasa mengacu pada 13 Pesan Dasar Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS), yaitu (Gambar 1) :
Makanlah aneka ragam makanan.
Karena tidak ada satu pun makanan yang lengkap semua zat gizinya.
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
Kecukupan dan kebutuhan energi dapat diperoleh dari zat-zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak.
Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.
            Karbohidrat memiliki fungsi utama sebagai penyedia energi bagi tubuh. Oleh karena itu konsumsilah
karbohidrat setengah dari kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dan sisanya dipenuhi oleh
protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
            Jika konsumsi lemak dan minyak berlebih, maka akan membahayakan kesehatan seperti risiko penyakit
jantung koroner.
Gunakan garam beryodium.
            Yodium memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu membantu pertumbuhan dan
perkembangan, sedangkan yodium tidak banyak terdapat pada bahan makanan. Oleh karena itu
gunakanlah garam beryodium untuk masakan.
Makanlah makanan sumber zat besi.
            Zat besi berguna untuk pembentukan darah merah dan pigmennya (Hb),  sedangkan zat besi tidak
banyak terdapat pada bahan makanan. Kurang zat besi dapat menyebabkan anemia yang merupakan
salah satu masalah gizi di Indonesia. Oleh karena itu makanlah sumber zat besi seperti daging, sayuran
berdaun hijau dan makanan yang berasal dari hewan.
Berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 4 bulan.
            ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan bagi bayi yang mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Berikanlah
ASI saja selama 4 bulan yang disebut ASI ekslusif, karena saluran pencernaan bayi belum siap untuk
menerima makanan selain ASI. Setelah 4 bulan, bayi baru boleh diberi makanan pendamping ASI, tetapi
ASI sebaiknya tetap diberikan sampai umur anak berumur 24 bulan.
Biasakan makan pagi.
            Kebutuhan energi untuk beraktivitas di pagi hari tetap harus dipenuhi agar seluruh aktivitas dapat
dilakukan dengan lancar. Biasakanlah makan pagi dengan menu yang terdiri dari zat energi, zat
pembangun dan zat pengatur.
Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya.
Air minum yang layak di minum adalah yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu, air
minum harus aman dari zat-zat kimia dan bahan pencemar lainnya seperti bakteri dan virus. Jangan lupa
minum air dengan jumlah yang cukup agar tidak kekurangan air, sehingga tubuh dapat menjalankan
fungsinya dengan baik.
Lakukan kegiatan fisik olahraga secara teratur.
Olah raga dapat membuat badan menjadi sehat dan bugar, karena dapat memperlancar aliran darah dan
memperkuat kerja jantung sehingga tubuh tidak mudah sakit.
Hindari minum minuman beralkohol.
            Minuman beralkohol selain dilarang oleh agama, juga dapat merusak lambung, sistem saraf dan kanker 
hati. Oleh karena itu, hindari minum minuman berlkohol.
Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari bahan pencemar seperti pencemar fisik (kaca,
kayu, kerikil), pencemar kimia (bahan pengawet, bahan pewarna, pestisida) dan pencemar biologis
(bakteri, virus, kapang, jamur)
Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Biasakanlah membeli dan membaca label pada makanan yang dikemas seperti komposisi penyusun
(susunan bahan), tanggal kadaluarsa, label HALAL dan keterangan lainnya agar makanan yang akan
dimakan aman.
 
Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Menu Rumah Tangga Yang Berdasarkan Konsumsi Pangan
Dengan Perhitungan Energi :
Lihat Angka Kebutuhan Energi (AKG) per hari yang sesuai dengan jenis kelamin, umur, berat badan dan
tinggi badan. Nb: Perencanaan menu adalah untuk orang yang sehat sehingga makanan pantangan
apapun diabaikan
Bagilah pemenuhan energi per hari yang berasal karbohidrat 50% (Karbohidrat biasanya terdapat pada padi
padian dan umbi umbian) dari total AKG tubuh per hari.
Daftar komposisi bahan makanan (DKBM) dapat didownload di website SPFS
Sisanya dibagi sesuai dengan kelompok bahan pangan (protein nabati, protein hewani, sayuran, buah-
buahan, susu, minyak dan gula) secara proporsional.
Pemilihan dan pembagian bahan makanan serta waktu makan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
daerah setempat.
Konversi bahan pangan sesuai dengan ukuran bahan penukarnya yaitu ukuran rumah tangga (URT)
Jangan lupa :
Selalu menerapkan prinsip 3 B + H yaitu bergizi, beragam dan berimbang serta halal.
Teliti, cermat dan tepat dalam perhitungan dan pembagian bahan makanan dan jumlah energi yang
dibutuhkan.
Jika penyusunan menu tidak menghasilkan angka energi yang tepat sesuai dengan AKG, maka tetap
harus berada pada selang -10% hingga +10% dari kebutuhan energinya.
 
Contoh Perencanaan Pangan untuk Lima Daerah SPFS di Indonesia (Banjar, Lombok Tengah, Jeneponto,
Rokan Hulu dan Barito Kuala)
Contoh perencanaan pangan disini adalah untuk orang yang sehat sehingga makanan pantangan apapun
diabaikan. Perencanaan yang disusun untuk 1 minggu. Jika sebuah keluarga yang terdiri dari :
Seorang pria yang berumur 48 tahun dengan berat badan 62 kg dan tinggi 165 cm. Jumlah energi yang
dibutuhkan sebesar 2350 Kal. 
Seorang wanita yang berumur 45 tahun dengan berat badan 55 kg dan tinggi 156 cm. Jumlah energi yang
dibutuhkan sebesar 1800 Kal.
Seorang remaja laki-laki yang berumur 16 tahun dengan berat badan 55 kg dan tinggi 160 cm. Jumlah
energi yang dibutuhkan sebesar 2600 Kal.
Seorang anak perempuan yang berumur 8 tahun dengan berat badan 25 kg dan tinggi 120 cm. Jumlah
energi yang dibutuhkan sebesar 1800 Kal.
Seorang anak perempuan yang berumur 2 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi 90 cm. Jumlah energi
yang dibutuhkan sebesar 1000 Kal.
 
Berdasarkan data – data diatas, perencanaan pangan bagi keluarga petani yang terdiri dari suami, istri dan tiga
orang anak selama satu minggu bagi daerah Banjar, Lombok Tengah, Jeneponto, Rokan Hulu dan Barito Kuala
dapat di lihat di Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5. Perlu diketahui bahwa pemilihan bahan pangan
disesuaikan dengan ketersediaan bahan pangan tersebut di masing – masing daerah.
 
Kesimpulan
Dengan memiliki pengetahuan dan mempraktekan perencanaan pangan tingkat rumah tangga, para petani SPFS
dapat mengetahui dan mempraktekan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sehingga akan memperbaiki
status gizi para petani dan keluarganya.  Para petani dapat menyusun  perencanaan pangan sesuai dengan
umur berat badan jenis kelamin, tinggi badan dan fisiologi anggota keluarganya sehingga kuantitas makanan
yang dikonsumsi akan sesuai kebutuhan
 

Source(s) Information

Additional External Resources

You might also like