Blues Syndrome Di Praktik Mandiri Bidan Wilayah Kecamatan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

DISTRIBUSI FREKUENSI IBU PASCAMELAHIRKAN DENGAN KEJADIAN BABY

BLUES SYNDROME DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN WILAYAH KECAMATAN


RAJABASA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2019

Fonda Octarianingsih1, Festy Ladyani2, Woro Pramesti3, Nadya Putri Amany4

1
Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
2
Departemen Gizi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
3
Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
4
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

[email korespondensi: putrinadya553@gmail.com]

Abstract: Frequency Distribution Of Postpartum Maternal With Baby Blues


Syndrome Incident In Praktik Mandiri Bidan Sub District Rajabasa Bandar
Lampung In 2019. In women pregnant and gave birth events had happened in his
life is considered normal. However, changes in childbirth can not be passed by the
majority of women so that women can not adapt to the conditions. One of the
changes is felt every woman is postpartum emotional changes. Emotional
disturbance will occur is uncertain, at least the mother felt two emotions that
positive emotions (joy and satisfaction) and negative emotions (fear and anxiety) if
the mother does not adapt to the situation, the mother may experience baby blues
syndrome. Baby blues syndrome is a form of interference maternal feelings
because they can not adapt to their babies. Measuring instrument used was a
questionnaire EPDS (Edinburgh Postpartum Depression Scale).The purpose of this
study to determine the frequency distribution of postpartum maternal with baby
blues syndrome incident in Praktik Mandiri Bidan Sub District Rajabasa Bandar
Lampung in 2019. This research using quantitative descriptive method with primary
data to determine the distribution of postpartum maternal with baby blues
syndrome incident. The study sample as many as 77 postpartum maternal that
taken with total sampling technique which is housed in Praktik Mandiri Bidan Sub
District Rajabasa Bandar Lampung. Data analysis used univariate statistical analysis
of the frequency distribution of SPSS 20.The results of this study were obtained did
not the incidence of baby blues syndrome as much as 54 postpartum maternal
(70.1%) and the incidence of baby blues syndome as much as 23 postpartum
maternal (29,9%).Obtained frequency distribution of postpartum maternal with
baby blues incident in Praktik Mandiri Bidan Sub District Rajabasa Bandar Lampung
in 2019.

Keywords: Postpartum Maternal, Baby Blues Syndrome

Abstrak: Distribusi Frekuensi Ibu Pascamelahirkan Dengan Kejadian Baby


Blues Syndrome Di Praktik Mandiri Bidan Wilayah Kecamatan Rajabasa
Bandar Lampung Tahun 2019. Pada wanita peristiwa hamil dan melahirkan
sudah dianggap wajar terjadi di kehidupannya.Namun perubahan pada saat
melahirkan tidak dapat dilalui oleh sebagian besar wanita sehingga wanita tidak
bisa beradaptasi dengan kondisinya.Salah satu perubahan yang dirasakan setiap
wanita pascamelahirkan adalah perubahan emosional. Gangguan emosional akan
terjadi tidak menentu, setidaknya ibu merasakan dua emosi yaitu emosi positif
(suka cita dan kepuasan) dan emosi negatif (ketakutan dan kecemasan) apabila ibu
tidak beradaptasi dengan kondisinya, ibu bisa mengalami baby blues syndrome.
Baby blues syndrome merupakan salah satu bentuk gangguan perasaan ibu karena
tidak bisa beradaptasi dengan bayinya. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
EPDS (Edinburgh Postpartum Depression Scale).Tujuan penelitian ini untuk

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 168


mengetahui distribusi frekuensi ibu pascamelahirkan dengan kejadian baby blues
syndrome di Praktik Mandiri Bidan Wilayah Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung
Tahun 2019.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan data
primer untuk mengetahui distribusi ibu pascamelahirkan dengan kejadian baby
blues syndrome. Sampel penelitian ini sebanyak 77 ibu pascamelahirkan yang
diambil dengan teknik total sampling yang bertempat di Praktik Mandiri Bidan
Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung.Analisis data menggunakan uji statistika
analisis univariat distribusi frekuensi SPSS 20.Hasil dari penelitian ini didapatkan
sebanyak 54 ibu pascamelahirkan (70,1%) tidak mengalami kejadian baby blues
syndrome dan sebanyak 23 ibu pascamelahirkan (29,9%) dengan kejadian baby
blues syndrome.Didapatkan distribusi frekuensi ibu pascamelahirkan dengan
kejadian baby blues syndrome di Praktik Mandiri Bidan Wilayah Kecamatan
Rajabasa Bandar Lampung Tahun 2019.

Kata Kunci : Ibu pascamelahirkan, Baby Blues Syndrome

PENDAHULUAN sedih yang berkaitan dengan bayinya


Proses adaptasi psikologis keadaan ini disebut baby blues.
akan terjadi saat dinyatakan ibu mulai Adaptasi pascamelahirkan
hamil.Setidaknya ada dua emosi yang tidak dapat dilalui oleh semua ibu,
dialami ibu hamil yaitu emosi positif kenyataannya bahwa sebagian ibu
(sukacita dan kepuasan) dan emosi tidak dapat beradaptasi dengan
negatif (ketakutan dan kecemasan). kondisinya.Ibu yang melahirkan
Menurut Jhaquin (2010) seringkali mengalami perasaan sedih
menjalani adaptasi psikologis setelah mengenai bayinya (baby blues) yang
melahirkan ibu akan mengalami fase- disebabkan oleh perubahan perasaan
fase berikut ini :Fasetaking in yaitu yang dialami saat hamil sehingga sulit
periode ketergantungan yang menerima kehadiran bayinya (Suryani
berlangsung pada hari pertama dan Widyaningsih, 2010).
sampai hari kedua setelah Berdasarkan hasil presurvei
melahirkan. Pada saat itu fokus yang dilakukan peneliti, kecamatan
perhatian ibu terutama pada diri Rajabasa memiliki jumlah penduduk
sendiri.Pangalaman sering berulang 51.578 jiwa dengan jumlah laki-laki
diceritakannya hal ini membuat ibu 26.237 jiwa dan perempuan 25.341
cenderung menjadi pasif terhadap jiwa. Kecamatan Rajabasa pada tahun
lingkungan.Fase taking hold yaitu 2018 menunjukkan tingginya angka
periode yang berlangsung antara 3-10 kejadian ibu pascamelahirkan yaitu
hari setelah melahirkan. Pada fase ini berjumlah 932 orang.
ibu merasa khawatir akan Pelaporan prevalensi kejadian
ketidakmampuannya dan rasa baby blues syndrome bervariasi
tanggung jawabnya dalam merawat diseluruh dunia. Angka kejadian baby
bayi. Pada fase ini ibu memerlukan blues syndrome di Asia berkisaran
dukungan dan merupakan 3.5% hingga 63,3% dimana Malaysia
kesempatan yang baik menerima dan Pakistan menjadi peringkat yang
berbagai penyuluhan dalam merawat terendah dan tertinggi (Klainin &
diri dan bayinya sehingga timbul Arthur, 2009). Angka kejadian baby
percaya diri.Fase letting go blues syndrome di Indonesia antara
merupakan fase menerima tanggung 50% hingga 70% (Munawaroh,
jawab akan peran barunya yang 2008).
berlangsung sepuluh hari setelah Postpartum Distress Syndrome
melahirkan. Ibu sudah dapat atau yang juga disebut dengan Baby
menyesuaikan diri, merawat diri dan Blues Syndrome merupakan reaksi
bayinya sudah meningkat. Ada psikologi yang berupa gejala depresi
kalanya ibu mengalami perasaan postpartum dengan tingkat ringan.
Keadaan ini akan terjadi dalam

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 169


beberapa hari saja setelah melahirkan Kecamatan Rajabasa Bandar
dan biasanya akan berangsur-angsur Lampung. Dengan tujuan untuk
menghilang dalam beberapa hari dan mengetahui jumlah distribusi
masih dianggap sebagai suatu kondisi frekuensi ibu pascamelahirkan dengan
yang normal terkait dengan adaptasi kejadian baby blues syndrome. Jenis
psikologis postpartum. Apabila penelitian ini adalah deskriptif
memiliki faktor predisposisi dan kuantitatif dengan menggunakan data
pemicu lainnya maka dapat berlanjut primer (kuesioner) dan teknik total
menjadi depresi postpartum (Pilliteri, sampling, dimana terdapat kriteria
2003; Lynn dan Pierre, 2007 dalam inklusi dan ekslusi. Kriteria insklusi
Macmudah, 2010). dalam penelitian ini adalah ibu
Jika kondisi baby blues pascamelahirkan 7-14 hari, ibu
syndrome tidak disikapi dengan dengan kejadian baby blues
benar, bisa berdampak pada syndrome, ibu yang bersedia menjadi
hubungan ibu dengan bayinya, responden, dan ibu yang bisa
bahkan anggota keluarganya yang membaca tulisan. Sedangkan kriteria
lain juga bisa merasakan dampak dari eksklusi dari penelitian ini adalah ibu
baby blues syndrome tersebut. yang tidak dapat membaca tulisan,
Apabila gangguan psikiatrik ibu dengan riwayat gangguan jiwa,
diatas tidak bisa tertangani dengan dan kondisi ibu sangat lemah dan
baik, maka dapat menimbulkan mengalami gangguan kesadaran.
gangguan mental berat yang dimana Data sampel dari penelitian ini adalah
memerlukan perawatan serius karena ibu pascamelahirkan yang terdaftar di
perempuan tersebut dapat melukai Praktik Mandiri Bidan Wilayah
dirinya ataupun bayinya, kondisi Kecamatan Rajabasa serta masuk
tersebut dinamakan postpartum dalam kriteria inklusi yaitu sebanyak
psychosis. 77 sampel ibu
pascamelahirkan.Penelitian ini
METODE dilaksanakan pada bulan November
Penelitian ini dilakukan di sampai Desember tahun2019.
Praktik Mandiri Bidan Wilayah

HASIL

Data gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Baby Blues Syndrome


Kejadian Jumlah Presentase (%)
Normal 54 70,1
Baby Blues Syndrome 23 29,9
Total 77 100

Berdasarkan tabel 1 diatas 77.Responden didapatkan 54 ibu


menunjukkan bahwa distribusi pascamelahirkan (70,1%) normal dan
frekuensi ibu pascamelahirkandi 23 ibu pascamelahirkan (29,9%)
Praktik Mandiri Bidan Wilayah dengan kejadian baby blues
Kecamatan Rajabasa Bandar syndrome.
Lampung Tahun 2019 berjumlah

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 170


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian Baby Blues Syndrome
Berdasarkan Usia
Baby Blues
Usia Normal Jumlah Presentase (%)
Syndrome
21 - 35 Tahun 42 17 59 76,6
≤ 20 dan ˃ 35
12 6 18 23,4
Tahun
Total 54 23 77 100

Berdasarkantabel 2 diatas (76,6%) dengan usia 21 - 35 tahun


menunjukkan bahwa didapatkan dan 18 ibu pascamelahirkan (23,4%)
sebanyak 59 ibu pascamelahirkan dengan usia ≤ 20 dan >35 tahun.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian Baby Blues Syndrome


Berdasarkan Paritas
Baby Blues Presentase
Paritas Normal Jumlah
Syndrome (%)
Primipara 18 10 28 36,4
Multipara 36 13 49 63,6
Total 54 23 77 100

Berdasarkan tabel 3 diatas kategori primipara dan 49 ibu


menunjukkan bahwa didapatkan pascamelahirkan (63,6%) dengan
sebanyak sebanyak 28 ibu kategori multipara.
pascamelahirkan (36,4%) dengan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian Baby Blues Syndrome


Berdasarkan Jarak Kehamilan
Jarak Baby Blues Presentase
Normal Jumlah
Kehamilan Syndrome (%)
>2 tahun 24 2 26 33,8
≤2 tahun 30 21 51 66,2
Total 54 23 77 100

Berdasarkan tabel 4 diatas tahun dan 51 ibu pascamelahirkan


menunjukkan bahwa didapatkan (66,2%) dengan jarak kehamilan ≤2
sebanyak 26 ibu pascamelahirkan tahun.
(33,8%) dengan jarak kehamilan < 2

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian Baby Blues Syndrome


BerdasarkanPendidikan
Baby
Presentase
Pendidikan Normal Blues Jumlah
(%)
Syndrome
Pendidikan Tinggi 21 0 21 27,3
Pendidikan Rendah 33 23 56 72,7
Total 54 23 77 100

Berdasarkan tabel 5 diatas tinggi dan 56 ibu pascamelahirkan


menunjukkan bahwa didapatkan (72,7%) dengan kategori pendidikan
sebanyak 21 ibu pascamelahirkan rendah.
(27,3%) dengan kategori pendidikan

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 171


Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kejadian Baby Blues Syndrome
Berdasarkan Pekerjaan
Baby Blues
Pekerjaan Normal Jumlah Presentase (%)
Syndrome
Bekerja 13 4 17 22,1
Tidak Bekerja 41 19 60 77,9
Total 54 23 77 100

Berdasarkan tabel 6 diatas syndrome kategori bekerja dan


menunjukkan bahwa didapatkan sebanyak 60 ibu pascamelahirkan
sebanyak 17 ibu pascamelahirkan (77,9%) dengan kejadian baby blues
(22,1%) dengan kejadian baby blues syndrome kategori tidak bekerja.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kejadian Baby Blues Syndrome


Berdasarkan Penghasilan
Baby Blues
Penghasilan Normal Jumlah Presentase (%)
Syndrome
>2,6 Juta (UMR) 27 5 32 41,6
≤2,6 Juta (UMR) 27 18 45 58,4
Total 54 23 77 100

Berdasarkan tabel 7 diatas >2,6 Juta (UMR) dan 45 ibu


menunjukkan bahwa didapatkan pascamelahirkan (58,4%) dengan
sebanyak 32ibu pascamelahirkan kategori penghasilan ≤2,6 Juta
(41,6%) dengan kategori penghasilan (UMR).

Tabel 8. Hasil Nilai Kuesioner


Pertanyaan Nilai Kuesioner Presentase
Jumlah
Kuesioner 0 1 2 3 (%)
1. 48 28 1 0 77 100
2. 50 26 1 0 77 100
3. 14 41 21 1 77 100
4. 28 28 21 0 77 100
5. 21 43 12 1 77 100
6. 10 52 15 0 77 100
7. 14 43 19 1 77 100
8. 38 37 2 0 77 100
9. 28 48 1 0 77 100
10. 64 10 3 0 77 100
Total 315 356 96 3 770 1000

Berdasarkan tabel 8 diatas bawah mendapatkan nilai 3.


menunjukkan terdapat 10 pertanyaan Pertanyaan 3,5 sampai dengan 10
dengan pilihan jawaban dari masing- merupakan penilaian terbalik, dengan
masing pertanyaan. Pertanyaan 1, 2, kotak paling atas mendapatkan nilai 3
dan 4 mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau dan kotak paling bawah mendapatkan
3 dengan kotak paling atas nilai 0.
mendapatkan nilai 0 dan kotak paling

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 172


Tabel 9. Hubungan Tingkat Usia Ibu Baby Blues Syndrome dan Tidak
Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome
Jumlah Nilai
Ya Tidak
Usia
OR
n % n % n % p
(CI 95%)
21-35
17 22,1 42 54,5 59 76,6
Tahun 1,235
0,942
≤ 20 dan (0,399-3,826)
6 7,8 12 15,6 18 23,4
>35 Tahun
Total 23 29,9 54 70,1 77 100

Berdasarkan tabel 9 diatas bahwa tidak ada hubungan antara


menunjukkan hasil uji statistik usia dengan kejadian baby blues
diperoleh nilai p=0,942 yang berarti syndrome.
p>α=0,05maka dapat disimpulkan

Tabel 10. Hubungan Paritas Ibu Baby Blues Syndrome dan Tidak Baby
Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome
Jumlah Nilai
Ya Tidak
Paritas
OR
n % n % n % p
(CI 95%)
Primipara 10 13,0 18 23,4 28 36,4 0,650
0,556
Multipara 13 16,9 36 46,8 49 63,6 (0,239-1,767)
Total 23 29,9 54 70,1 77 100

Berdasarkan tabel 10 diatas bahwa tidak ada hubungan antara


menunjukkan hasil uji statistik gravida dengan kejadian baby blues
diperoleh nilai p=0,556 yang berarti syndrome.
p>α=0,05maka dapat disimpulkan

Tabel 11. Hubungan Jarak Kehamilan Ibu Baby Blues Syndrome dan
Tidak Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome
Jumlah Nilai
Jarak Ya Tidak
Kehamilan OR
n % n % n % p
(CI 95%)
>2 Tahun 2 2,6 24 31,2 26 33,8 8,400
0,006
≤2 Tahun 21 27,3 30 39,0 51 66,2 (1,789-39,439)
Total 23 29,9 54 70,1 77 100

Berdasarkan tabel 11 diatas bahwa terdapat hubungan antara


menunjukkan hasil uji statistik jarak kehamilan dengan kejadian
diperoleh nilai p=0,006 yang berarti baby blues syndrome.
p≤α=0,05maka dapat disimpulkan

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 173


Tabel 12. Hubungan Pendidikan Ibu Baby Blues Syndrome dan Tidak
Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome
Jumlah Nilai
Ya Tidak
Pendidikan
OR
n % N % N % p
(CI 95%)
Pendidikan
0 0 21 27,3 21 27,3
Tinggi 1,697
0,001
Pendidikan (1,364-2,112)
23 29,9 33 42,9 56 72,7
Rendah
Total 23 29,9 54 70,1 77 100

Berdasarkan tabel 12 diatas bahwa terdapat hubungan antara


menunjukkan hasil uji statistik pendidikan dengan kejadian baby
diperoleh nilai p=0,001 yang berarti blues syndrome.
p≤α=0,05maka dapat disimpulkan

Tabel 13. Hubungan Pekerjaan Ibu Baby Blues Syndrome dan Tidak
Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome
Jumlah Nilai
Ya Tidak
Pekerjaan
OR
n % n % n % p
(CI 95%)
Bekerja 4 5,2 13 16,9 17 22,1
1,506
Tidak 0,729
19 24,7 41 53,2 60 77,9 (0,433-5,234)
Bekerja
Total 23 29,9 54 70,1 77 100

Berdasarkan tabel 13 diatas bahwa tidak ada hubungan antara


menunjukkan hasil uji statistik pekerjaan dengan kejadian baby
diperoleh nilai p=0,729 yang berarti blues syndrome.
p>α=0,05maka dapat disimpulkan

Tabel 14. Hubungan Penghasilan Ibu Baby Blues Syndrome dan Tidak
Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome
Jumlah Nilai
Ya Tidak
Penghasilan
OR
n % N % N % P
(CI 95%)
>2,6 Juta
5 6,5 27 35,1 32 41,6 3,600
(UMR)
0,040 (1,168-
≤2,6 Juta
18 23,4 27 35,1 45 58,4 11,092)
(UMR)
Total 23 29,9 54 70,1 77 100

Berdasarkan tabel 14 diatas bahwa tidak ada hubungan antara


menunjukkan hasil uji statistik penghasilan dengan kejadian baby
diperoleh nilai p=0,040 yang berarti blues syndrome.
p≤α=0,05 maka dapat disimpulkan

PEMBAHASAN Bandar Lampung Tahun 2019,


Menurut hasil penelitian pada ibu didapatkan distribusi frekuensi ibu
pascamelahirkan di Praktik Mandiri pascamelahirkan dengan kejadian
Bidan Wilayah Kecamatan Rajabasa baby blues syndrome berjumlah 77

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 174


ibu pascamelahirkan. Responden reproduksi yang menurun seiring
didapatkan didapatkan 54 ibu bertambahnya usia.
pascamelahirkan (70,1%) normal dan Berdasarkan tabel3 diatas
23 ibu pascamelahirkan (29,9%) menunjukkan bahwa menunjukan ibu
dengan kejadian baby blues primipara yang mengalami baby blues
syndrome. syndrome sebanyak 10 responden
Didapatkan hasil tertinggi yaitu ibu (13%) dan ibu multipara yang
pascamelahirkan normal dengan 54 mengalami baby blues syndrome
responden artinya 70,1% ibu sebanyak 13 responden (16,9%).
pascammelahirkan pada penelitian ini Ditinjau dari hasil analisis, paritas ibu
bisa beradaptasi dengan perubahan tidak memiliki makna secara statistik
yang terjadi setelah melahirkan. karena nilai p>0,05 (p=0,556),
Ditinjau dari hasil analisis, usia ibu sehingga tidak terdapat hubungan
tidak memiliki makna secara statistik antara gravida dengan kejadian baby
karena memiliki nilai p>0,05 blues syndrome. Hasil penelitian ini
(p=0,942), sehingga tidak terdapat dapat dipengaruhi oleh faktor lain
hubungan antara usia dengan seperti kehamilan yang tidak
kejadian baby blues syndrome. Hasil direncanakan seperti pendapat dari
penelitian ini dapat dipengaruhi oleh Elvira (2006) pada perempuan yang
faktor lain seperti yang terdapat pada hamil tidak direncanakan misalnya
penelitian yang dilakukan oleh karena belum menikah atau pada ibu
Fatmawati (2015) yaitu faktor yang sudah tidak menginginkan anak
dukungan sosial suami. Menurut Noor lagi, kejadian depresi postpartum
(2000) usia merupakan salah satu lebih tinggi dibandingkan dengan
sifat karakteristik tentang orang yang perempuan yang siap dan sangat
sangat utama. Usia mempunyai menantikan kelahiran bayinya.
hubungan dengan tingkat Hubungan gravida dengan baby blues
keterpaparan, besarnya risiko serta synrome masih diperdebatkan
sifat resistensi. Perbedaan dimana sebagian penelitian juga
pengalaman terhadap masalah melaporkan wanita multipara lebih
kesehatan atau penyakit dan mudah terkena baby blues syndrome
pengambilan keputusan dipengaruhi (Davidson, 1972).Sedangkan
usia individu tersebut. Mayoritas beberapa peneliti tidak menemukan
responden pada penelitian ini usia adanya hubungan antara postpartum
≤35 tahun sebanyak 59 ibu blues dan paritas (Pitt, 1973;
pascamelahirkan (76,6%), sehingga Ballinger et al., 1979; Stein,
dapat disimpulkan mayoritas 1980; Hapgood et al., 1988
responden berada dalam kategori dalam Seyfreid & Marcus, 2003).
aman untuk hamil dan persalinan ini Berdasarkan tabel4 diatas
sesuai dengan pendapat dari menunjukkan ibu yang mengalami
Prawiroharjo (2014) yaitu usia ibu baby blues syndrome sebanyak 23 ibu
yang aman untuk kehamilan dan pascamelahirkan dengan distribusi
dilakukan persalinan adalah ibu yang terbanyak 21 ibu pascamelahirkan
berusia > 20 tahun karena dianggap (27,3%) jarak kehamilan ≤ 2 tahun
telah memiliki kesiapan baik secara atau lebih banyak ibu yang pertama
fisik, emosi, psikologi, sosial, maupun kali mengalami persalinan
ekonomi. ibu yang hamil di usia ≤ 20 (primipara). Secara statistik pada
tahun memiliki organ reproduksi yang penelitian ini didapatkan nilai p≤0.05
belum matang sempurna sehingga (p=0,006), sehingga terdapat
mengakibatkan ketakutan dalam hubungan antara jarak kehamilan
persalinan dan untuk ibu yang hamil dengan kejadian baby blues
pada usia ˃ 35 tahun akan mengalami syndrome. Dengan risiko ibu dengan
kecemasan terhadap kehamilan dan jarak kehamilan ≤ 2 tahun berisiko
persalinan serta fungsi organ 8,4 kali lipat lebih besar terkena baby
blues syndrome daripada ibu dengan

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 175


jarak kehamilan >2 tahun. Hal ini kejadian baby blues syndrome.
diperkuat oleh beberapa studi yang Dengan risiko ibu dengan pendidikan
menunjukkan wanita primipara rendah berisiko 1,697 kali lipat lebih
mempunyai risiko lebih besar besar terkena baby blues syndrome
terhadap baby blues syndrome(Yalom daripada ibu dengan pendidikan
et al., 1968; Nott et al.,1976; Gard tinggi.
et al., 1986 dalam Wijayanti, 2013). Ditinjau dari hasil analisis,
Sejalan dengan studi diatas, pekerjaan ibu tidak memiliki makna
Machmudah (2010) menyatakan secara statistik karena nilai p>0,05
bahwa ibu yang sudah pernah (p=0,729), sehingga tidak terdapat
melahirkan dan berpengalaman hubungan antara pekerjaan dengan
dalam merawat bayinya kejadian baby blues syndrome.
dibandingkan primipara, primipara Berdasarkan tabel 6 diatas
akan cenderung mengalami menunjukkan bahwa didapatkan
gangguan mood ringan postpartum. sebanyak 17 ibu pascamelahirkan
Sehingga Machmudah (2010) (22,1%) dengan kejadian baby blues
menyimpulkan dalam penelitiannya syndrome kategori bekerja dan
bahwa terdapat pengaruh antara sebanyak 60 ibu pascamelahirkan
paritas dengan kemungkinan (77,9%) dengan kejadian baby blues
terjadinya baby blues syndrome. syndrome kategori tidak
Berdasarkan tabel 5 diatas bekerja.Pekerjaan mempengaruhi
menunjukkan sebanyak 21 ibu kehidupan sehari-hari ibu, apalagi bila
pascamelahirkan (27,3%) dengan ibu tidak bekerja dan memiliki
kejadian baby blues syndrome pengeluaran yang sangat besar.
kategori pendidikan tinggi dan 56 ibu Sesuai dengan pendapat Bobak
pascamelahirkan (72,7%) dengan (2005) status sosial ekonomi
kejadian baby blues syndrome merupakan salah satu faktor
kategori pendidikan rendah. Sesuai pendukung terjadinya baby blues
dengan pendapat Wawan (2010), syndrome, terkait dengan pemenuhan
pengetahuan sangat erat kebutuhan dan perawatan pada bayi.
hubungannya dengan pendidikan, Baby blues syndrome banyak terjadi
dimana diharapkan bahwa dengan pada ibu yang tidak mempunyai
pendidikan yang tinggi maka orang penghasilan atau tidak bekerja atau
tersebut akan semakin luas pada ibu yang bekerja dan
pengetahuannya, bukan berarti mempunyai penghasilan kurang dari
seseorang pendidikan rendah mutlak satu juta rupiah (Curry, 2008).
berpengetahuan rendah juga. Berdasarkan tabel 7 diatas
Menurut Gurel (2000) ada hubungan menunjukkan sebanyak 32 ibu
antara jumlah dan riwayat kelahiran pascamelahirkan (41,6%) dengan
dengan tingkat pendidikan. Ibu yang kejadian baby blues syndrome
tingkat pendidikannya rendah akan kategori penghasilan > 2,6 Juta
mempunyai jumlah anak yang banyak (UMR) dan 45 ibu pascamelahirkan
dan kualitas dalam perawatan bayi (58,4%) dengan kejadian baby blues
juga tidak baik. Kehamilan yang syndrome kategori penghasilan ≤ 2,6
terjadi pada usia muda, biasanya Juta (UMR). Sesuai dengan pendapat
terjadi pada perempuan yang putus Curry (2008) baby blues syndrome
sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak terjadi pada ibu yang tidak
pendidikan mempengaruhi mempunyai penghasilan atau tidak
pengetahuan ibu dalam banyaknya bekerja atau pada ibu yang bekerja
anak, jarak anak, serta proses dan mempunyai penghasilan kurang
mengahadapi stressor yang akan dari satu juta rupiah. Secara statistik
terjadi. Secara statistik pada pada penelitian ini didapatkan nilai
penelitian ini didapatkan nilai p≤0,05 p≤0,05 (p=0,040), Sehingga terdapat
(p=0,001), Sehingga terdapat hubungan antara penghasilan dengan
hubungan antara pendidikan dengan kejadian baby blues syndrome.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 176


Sehingga ibu dengan penghasilan ≤ 2. Tingkat kecenderungan kejadian
2,6 Juta (UMR) perbulan berisiko 3,6 baby blues syndrome mengarah
kali lipat lebih besar terkena baby ke depresi menurut penilaian
blues syndrome daripada ibu yang kuesioner EPDS sebanyak 29,9%
penghasilan >2,6 Juta (UMR) (23 ibu pascamelahirkan).
perbulan. 3. Terdapat faktor yang
Berdasarkan tabel 8 diatas berpengaruh terhadap terjadinya
menunjukkan pertanyaan paling baby blues syndrome, seperti
banyak dijawab adalah pertanyaan jarak kehamilan ≤ 2 tahun,
nomor 10 yaitu “muncul pikiran untuk pendidikan ibu yang rendah, dan
menyakiti diri sendiri” dengan penghasilan ≤ 2,6 juta (UMR)
jawaban terbanyak bernilai 0 “tidak sehingga tidak mencukupi
pernah sama sekali” sebanyak 64 kebutuhan ibu dan bayi.
responden, artinya sebanyak 64 ibu 4. Untuk gejala baby blues
menyatakan “ibu tidak pernah sama syndrome dari pengisian
sekali muncul pikiran untuk menyakiti kuesioner EPDS yaitu ibu
diri sendiri”. Pertanyaan kedua yang terkadang menyalahkan dirinya
terbanyak adalah pertanyaan nomor 6 sendiri saat sesuatu tidak terjadi
yaitu “saya merasa kewalahan dalam sebagaimana mestinya,
mengerjakan segala sesuatu” dengan terkadang ibu merasa cemas atau
jawaban terbanyak bernilai 1 “tidak khawatir tanpa alasan yang jelas,
terlalu, saya mampu mengerjakan dan terkadang ibu merasa tidak
segala sesuatu dengan baik” bahagia sehingga mengalami
sebanyak 52 responden, artinya kesulitan tidur.
sebanyak 52 ibu menyatakan “ibu
tidak terlalu merasa kewalahan dalam SARAN
mengerjakan segala sesuatu, ibu 1. Diharapkan sebelum ibu
mampu mengerjakan segala sesuatu melahirkan mempersiapkan
dengan baik”. Pertanyaan ketiga yang persiapan yang harus dilakukan
terbanyak adalah pertanyaan nomor 2 untuk melahirkan dengan baik.
yaitu “ saya mampu menikmati setiap Setelahnya ibu dapat memahami
hal yang telah saya lakukan” dengan dan menerima perubahan yang
jawaban terbanyak bernilai 0 “selalu”
terjadi setelah melahirkan,
sebanyak 50 responden, artinya
penerimaan diharapkan agar ibu
sebanyak 50 ibu menyatakan “ibu
selalu mampu menikmati setiap hal tidak terlalu stress terhadap
yang telah ibu lakukan. perubahan yang terjadi.
2. Bagi peneliti selanjutnya, semoga
KESIMPULAN penelitian ini dapat menjadi
Berdasarkan hasil penelitian bahan informasi dan evidance
distribusi frekuensi ibu base dan pertimbangan bagi yang
pascamelahirkan dengan kejadian berkepentingan untuk melakukan
baby blues syndrome di Praktik penelitian sejenis.
Mandiri Bidan Wilayah Kecamatan 3. Diharapkan melakukan langkah-
Rajabasa Bandar Lampung Tahun langkah pencegahan kepada ibu
2019, maka dapat disimpulkan yang akan melahirkan dan
bahwa: setelah melahirkan: Melakukan
1. Distribusi frekuensi ibu skrining prenatal (ANC),
pascamelahirkan berjumlah 77. Memberikaan penjelasan
Responden didapatkan 54 ibu kepadaibu mengenai kehamilan
pascamelahirkan (70,1%) normal dan kemungkinan timbulnya baby
atau tidak mengalami baby blues blues syndrome, menyediakan
syndrome dan 23 ibu forum atau grup bagi ibu hamil
pascamelahirkan (29,9%) dengan dan setelah melahirkan agar ibu
kejadian baby blues syndrome. bisa saling bertukar informasi

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 177


mengenai kehamilan dan wadah disturbance.The British Journal
untuk bertukar cerita. of Psychiatry, 148(5), 567-575.
4. Bagi pihak universitas, penelitian Gürel, S. A., & Gürel, H. (2000). The
ini diharapkan menjadi sumber evaluation of determinants of
data dasar dan referensi yang early postpartum low mood: the
digunakan peneliti selanjutnya, importance of parity and inter-
khususnya mengenai kejadian pregnancy interval. European
baby blues syndrome pada ibu Journal of Obstetrics &
pascamelahirkan. Gynecology and Reproductive
Biology, 91(1), 21-24.
UCAPAN TERIMAKASIH Hapgood, C. C., Elkind, G. S., &
Bidan praktik mandiri yang telah Wright, J. J. (1988). Maternity
memberikan izin dan membantu blues: phenomena and
dalam penelitian, serta semua pihak relationship to later post partum
yang telah terlibat dalam penelitian ini depression. Australian and New
yang tidak bisa disebutkan satu Zealand Journal of Psychiatry,
persatu, saya ucapkan terimakasih. 22(3), 299-306.
Jhaquin, A. (2010). Psikologi untuk
kebidanan.Yogyakarta: Nuha
DAFTAR PUSTAKA Medika.
Ballinger, C. B., Buckley, D. E., Lynn CE, Pierre, C. M. S. (2007). The
Naylor, G. J., & Stansfield, D. A. taboo of motherhood:
(1979). Emotional disturbance postpartum depression.
following childbirth: clinical International Journal of Human
findings and urinary excretion of Caring, 11(2), 22-31.
cyclic AMP (adenosine 3'5'cyclic Machmudah, T. (2010).Pengaruh
monophosphate). Psychological persalinan dengan komplikasi
Medicine, 9(2), 293-300. terhadap kemungkinan
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., terjadinya Postpartum Blues di
Jensen, M. D., & Perry, S. E. Kota Semarang [Tesis]. Jakarta:
(2005).Buku ajar keperawatan Universitas Indonesia.
maternitas.Jakarta: EGC. Munawaroh.(2008). Faktor-faktor
Curry, A. F., Menezes, P. R., Tedesco, yang Berhubungan dengan
J. J. A., & Kahalle, S. (2008). Postpartum Blues pada Ibu
Maternity “blues”: prevalence Pascapersalinan di Wilayah Kerja
and risk factors. Spanish Journal Puskesmas Kajhu Kecamatan
of Psychology, 11(2), 593-599. Baitussalam Kabupaten Aceh
Davidson, J. R. T. (1972). Post- Besar. Surakarta: Universitas
partum mood change in Muhammadiyah Surakarta
Jamaican women: a description Noor.(2000). Dasar Epidemiologi.
and discussion on its Jakarta: Rineka Cipta
significance. The British Journal Nott, P. N., Franklin, M., Armitage, C.,
of Psychiatry, 121(565), 659- & Gelder, M. G.
663. (1976).Hormonal changes and
Elvira SD. (2006). Depresi Pasca mood in the puerperium.The
Persalinan. Jakarta: Balai British Journal of Psychiatry,
penerbit FKUI. 1-43 128(4), 379-383.
Fatmawati, D. A. (2015).Faktor risiko Pilliteri, A. (2003). Maternal and child
yang berpengaruh terhadap health nursing.Philadelphia:
kejadian postpartum Lippincott.
blues.Eduhealth, 5(2). Pitt, B. (1973). Maternity blues.The
Gard, P. R., Handley, S. L., Parsons, British journal of psychiatry,
A. D., & Waldron, G. (1986). A 122(569), 431-433.
multivariate investigation of Prawirohardjo, S. (2014).Ilmu
postpartum mood Kebidanan. Jakarta: Yayasan

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 178


Bina Pustaka Sarwono sikap dan perilaku
Prawirohardjo manusia.Yogyakarta: Nuha
Seyfried, L. S., & Marcus, S. M. Medika.
(2003).Postpartum mood Wijayanti, K., Wijayanti, F. A., &
disorders.International Review Nuryanti, E. (2013). Gambaran
of Psychiatry, 15(3), 231-242. faktor-faktor risiko postpartum
Suryani, E & Widyaningsih, H. blues di wilayah kerja
(2010).Psikologi Ibu dan Anak. puskesmas blora. Jurnal
Yogyakarta: Fitramaya Kebidanan, 2(5), 57-64.
Stein, L. I., & Test, M. A. (1980). Yalom, I. D., Lunde, D. T., Moos, R.
Alternative to mental hospital H., & Hamburg, D. A. (1968).
treatment: I. Conceptual model, Postpartum blues syndrome: A
treatment program, and clinical description and related
evaluation. Archives of general variables. Archives of General
psychiatry, 37(4), 392-397. Psychiatry, 18(1), 16-27.
Wawan, A., & Dewi, M. (2010).Teori
dan pengukuran pengetahuan,

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 179

You might also like