Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by UNIB Scholar Repository

Vol. 05 No. 02 Oktober 2009 ISSN 0216-9487

Jurnal Ilmiah

Konservasi
Hayati

Pontoscolex corethrurus F.Mull


DAFTAR ISI

Halaman

Efektivitas Ekstrak Daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Poir) Terhadap 1-6
Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Penyakit Bisul Pada Manusia
Welly Darwis, Putjha Melati, Eni Widiyati, Rochmah Supriati

Uji Efektivitas Campuran Ekstrak Daun Serai Wangi (Andropogon nardus L.) dan 7-12
Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata B.) Sebagai Bahan Aktif
Repellen Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L.
Helmiyetti, Syalfinaf Manaf, Juliana H.S.

Pengaruh Pemberian Getah Buah Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap 13-20
Kemampuan Reproduksi Mencit (Mus Musculus BALB/C) Betina
Rochmah Supriati, Ketut Ranti, Bhakti Karyadi

Studi Preferensi Jumlah Cacing Tanah Lokal (Pontoscolex corethrurus) Terhadap 21-30
Beberapa Macam Media Pemeliharaan
Elita Fitriani, Darmi, Rizwar

Uji Efektifitas Minyak Atsiri Dari Daun Urang Aring (Eclipta prostrata L.) 31-37
Sebagai Bahan Aktif Losion Antinyamuk Aedes aegypti L.
Syalfinaf Manaf, Morina Adfa, Lina Minora, Helmiyetti

Pemanfaatan Limbah Organik Serat Perasan Buah Sawit (Elaeis guineensis J.) 38-44
Sebagai Media Pemeliharaan Beberapa Jenis Cacing Tanah
Darmi, Rosi Afridarmi, Rizwar, Syarifuddin
Konservasi Hayati Vol. 05 No. 02 Oktober 2009, hlm. 1-6
ISSN 0216-9487

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN UBI JALAR MERAH (Ipomoea batatas Poir)


TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
PENYEBAB PENYAKIT BISUL PADA MANUSIA

Welly Darwis1 , Putjha Melati1, Eni Widiyati2, Rochmah Supriati1


1)
Jurusan Biologi FMIPA Jl. WR. Supratman, Gedung T UNIB Bengkulu
2)
Jurusan Kimia FMIPA Jl. WR. Supratman, Gedung T UNIB Bengkulu
e-mail: wellydtbgdsati@rocketmail.com
Accepted, April 25th 2009; Revised, June 05th 2009

ABSTRACT

The research has been done in the period of November 2008 to January 2009. This
research was aimed to find out the effective concentration of Ipomoea batatas Poir leaves
extract using n-hexana and methanol for inhibiting growth of Staphylococcus aureus.
Ipomoea batatas Poir leaves were extracted by maseration method using n-hexana and
methanol which divieded into five levels concentration (2%; 3.5%; 5%; 6.5% and 8%)
and then the antibacterial activity was tested by using paper disc diffusion method
with three replications. As the result, leaves that extracted by using n-hexana has the
largest diameter of inhibition at the concentration of 3.5% (9.9 mm), while the largest
diameter of inhibition for methanol was at concentration of 2% and 8% (each of
concentration 12.3 mm). Statistically test by ANOVA showed that each of concentration
was non significantly difference. It could be concluded that Ipomoea batatas Poir
leaves extract that extracted using methanol were not significantly influence to inhibit
growth of Staphylococcus aureus. However, it could be also stated that Ipomoea batatas
Poir leaves extract that extracted using methanol more influence in inhibiting growth of
Staphylococcus aureus rather than Tetracycline.

Key words: Ipomoea batatas Poir, Staphylococcus aureus, abscess diseases

PENDAHULUAN yang ada di sekitar lingkungannya. Hal


Dalam kehidupan sehari-hari manusia ini dapat terjadi dikarenakan, pemakaian
tidak pernah lepas dengan obat-obatan obat-obatan modern dengan jangka waktu
modern. Disamping mudah didapatkan yang lama dan terlalu sering dikonsumsi,
dengan instan, obat-obatan modern kecenderungan memberikan efek samping.
cenderung memberikan efek yang cepat Sedangkan pemakaian obat tradisional dari
dalam mengobati dan mencegah penyakit tumbuhan obat, selain mudah didapatkan
yang diderita. Selain itu, obat-obatan dan murah, obat tradisional dengan peng-
modern banyak dijual bebas dan mudah gunaan yang tepat, sedikit sekali menimbul-
didapatkan dengan harga yang kan efek samping bahkan tidak menimbul-
bermacam-macam baik dari harga yang kan efek samping.
terjangkau oleh masyarakat menengah Beberapa jenis penyakit pada
dan menengah ke atas. Akan tetapi, manusia, telah banyak dilakukan pengoba-
dewasa ini banyak masyarakat telah tan dengan menggunakan tumbuhan obat.
beralih kembali menggunakan obat Baik itu dari penyakit berat maupun
tradisional dari beberapa tumbuhan obat penyakit ringan. Tumbuhan obat yang

1
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 02 Oktober 2009 ISSN 0216-9487
digunakan pun merupakan tumbuhan obat osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada
yang mudah didapatkan dan tumbuh di manusia dan hewan (Pratama, 2005).
sekitar lingkungan hidup masyarakat itu Pertumbuhan bakteri penyebab penyakit
sendiri. Maka tak jarang kini masyarakat bisul ini diduga dapat diatasi dengan ekstrak
telah banyak menanam tumbuhan obat di daun ubi jalar merah karena kandungan
pekarangan rumah mereka. Salah satu kimia yang terdapat didalamnya, seperti yang
penyakit yang dapat diobati oleh tumbuhan, sudah dilakukan secara tradisional oleh
yaitu penyakit bisul. masyarakat di Bengkulu. Namun, sampai
Penyakit kulit seperti bisul dan saat ini belum ada informasi ilmiah tentang
eksim dapat disebabkan oleh bakteri konsentrasi yang efektif dari ekstrak daun
Staphylococcus aureus (Jawetz, 2008). ubi jalar merah dalam menghambat
Meskipun penyakit bisul sering dianggap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
sebagai penyakit biasa, namun dengan penyebab penyakit bisul tersebut.
adanya bisul di bagian tubuh manusia, tetap Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
menganggu kesehatan dan aktivitas manusia. penelitian ini dengan tujuan untuk
Bahkan jika tidak ditangani dengan serius mengetahui konsentrasi yang efektif dari
dapat menimbulkan infeksi dan memper- ekstrak daun ubi jalar merah (Ipomoea
parah penyakit bisul tersebut. batatas Poir) dengan menggunakan pelarut
Secara tradisional, tumbuhan obat n-heksana dan dengan metanol sebagai
yang diketahui pernah digunakan masyara- pengestrak dalam menghambat
kat di Bengkulu untuk mengobati penyakit partumbuhan bakteri Staphylococcus
bisul salah satunya yaitu daun dan umbi aureus penyebab penyakit bisul pada
ubi jalar merah (Ipomoea batatas Poir). manusia.
Ubi jalar ungu mengandung antosianin 519
mg/100 gram berat basah (Kumalaningsih, BAHAN DAN METODE
2006). Pokarny, et al. (2001) menyatakan Penelitian ini dilaksanakan bulan
bahwa antosianin yang menyebabkan November 2008 sampai Januari 2009 di
warna ungu pada ubi jalar ini. Warna ungu Laboratorium Mikrobiologi Basic Science
ini menyebar dari daun hingga umbi. Biologi FMIPA Universitas Bengkulu.
Schmieg (2008) menyatakan bahwa Penelitian ini dilakukan dengan
bagian daun dan akar ubi jalar merah menggunakan Rancangan Acak Lengkap
mengandung saponin, flavonoid, dan (RAL). Beberapa alat yang digunakan antara
polifenol. Ubi merah mengandung vitamin lain cawan petri, tabung reaksi, gelas kimia,
C, vitamin E, betakaroten, vitamin B yaitu Erlenmeyer, pipet makro, jarum ose,
B6 dan asam folat, serat, karbohidrat incubator, autoclave, shaker, Rotary
kompleks, dan rendah kalori. Di duga evaporator, penangas air, batang
karena kandungan bahan aktif yang penyebar, kertas saring, kertas cakram,
terdapat pada daun dan akar ubi jalar neraca analitik. Bahan-bahan yang
merah itulah yang dapat mengobati penyakit digunakan antara lain aquades, pelarut
bisul. metanol (Brand) dan n-Heksana (Brand),
Staphylococcus aureus merupakan alkohol 70 % (Brand), daun ubi jalar merah
salah satu bakteri yang dapat (Ipomoea batatas Poir), isolat bakteri
menyebabkan bermacam-macam infeksi Staphylococcus aureus, media agar NA
termasuk bisul dan jerawat. Selain bisul (Merck), dan Media NB (Nutrien Broth)
dan jerawat, bakteri ini juga dapat (Difco). Baku pembanding Tetrasiklin.
menyebabkan penyakit meningitis,

2
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 02 Oktober 2009 ISSN 0216-9487
Pembuatan ekstrak daun ubi jalar merah untuk uji awal penentuan Inhibitor consentra-
(Ipomoea batatas Poir) tion terhadap pertumbuhan bakteri
Daun ubi jalar merah diambil sebanyak 3 Staphylococcus aureus. Berdasarkan
kilogram, kemudian dicuci bersih. Daun Inhibitor Concentration dari uji awal dapat
dipotong-potong halus kemudian ditentukan kisaran variasi ekstrak yang akan
dikeringanginkan sampai layu. Setelah itu, dibuat untuk mengujian lanjut (uji
sampel direndam dalam pelarut n-Heksana efektivitas) efektivitasnya terhadap partum-
lalu disaring, metode ini disebut maserasi. buhan bakteri Staphylococcus aureus.
Maserasi dilakukan dengan pengadukan Variasi konsentrasi uji efektivitas yang
sebanyak 12 kali selama 15 menit dengan dibuat yaitu konsentrasi 2%; 3,5%; 5%;
tenggang waktu 5 menit antar pengadukan, 6,5% dan 8%. Uji awal ini dilakukan 2 kali
dilanjutkan dengan perendaman selama 120 pengulangan dan untuk uji efektivitas
jam (5 hari), selanjutnya dilakukan dilakukan 10 perlakuan dengan 3 kali
penyaringan dengan corong dan kertas pengulangan.
saring What-man 42 untuk memisahkan
filtrat dari ampas. Hal yang sama dilakukan Pembuatan larutan pembanding
dengan menggunakan pelarut methanol. tetrasiklin 50 µg/ml
Ekstrak yang dihasilkan digunakan untuk Tetrasiklin ditimbang sebanyak 50 mg,
pengujian selanjutnya yang dibuat dalam kemudian ditambahkan aquades sampai
berbagai konsentrasi. menjadi 200 ml, sehingga kadar yang
didapat 0,25 mg/ml. Untuk melakukan uji,
Uji awal penentuan Inhibitor maka dipipet 1 ml larutan di atas dan
Concentration kemudian ditambahkan aquades sampai
Pembuatan stok variabel konsentrasi stok menjadi 5 ml, sehingga diperoleh kadar 50
konsentrasi yang divariasikan untuk µg/ml, konsentrasi tersebut didapatkan
ekstrak daun ubi jalar merah yang berdasarkan Standard Interpretive Antibiotic
diekstrak dengan menggunakan n-heksana (Zimbro, et al., 2009).
dan dengan menggunakan metanol adalah
mulai dari 0% (kontrol), 1%, 2%, 3%, 4%, Uji efektivitas
5%, 6%, 7%, 8%, 9%, dan 10% (kontrol) Sebanyak 10 ml media NA steril dimasukkan
yang masing-masing keseluruhannya dalam cawan petri dan dibiarkan memadat,
berjumlah 11 variabel (Pratama, 2005). Pem- kemudian dimasukkan 1 ml suspensi
buatan konsentrasi tersebut dengan cara bakteri Staphylococcus aureus lalu dise-
melakukan pengenceran. Pembuatan laru- barkan dengan batang sebar agar suspensi
tan uji konsentrasi 1%, dilakukan dengan tersebar merata pada media dan didiamkan
cara mengambil 0,1 gram ekstrak kental kira-kira 10 menit agar suspensi terserap
daun ubi jalar merah yang diekstrak pada media. Setelah itu, setiap cawan petri
dengan n-heksana, kemudian dilarutkan tersebut diletakkan 1 buah kertas cakram
menggunakan pelarut n-heksana sampai berdiameter 6 mm dengan menggunakan
menjadi 10 ml. Sedangkan untuk ekstrak pinset steril, yang sebelumnya kertas cakram
daun ubi jalar merah (Ipomoea batatas tersebut telah dicelupkan ke dalam setiap
Poir) yang diekstrak dengan metanol jenis konsentrasi ekstrak daun ubi jalar
dilarutkan menggunakan akuades merah baik yang diekstrak dengan n-
sampai menjadi 10 ml, begitu seterusnya heksana, maupun yang diekstrak dengan
untuk pembuatan konsentrasi lainnya. Variasi metanol. Pada saat meletakkan kertas
konsentrasi larutan uji tersebut digunakan cakram tersebut, kertas cakram sedikit

3
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 02 Oktober 2009 ISSN 0216-9487
ditekan agar menempel pada permukaan hambat tertinggi terhadap pertumbuhan
agar. Perlakuan seperti di atas, juga Staphylococcus aureus. Sedangkan pada
dilakukan untuk pengujian pada larutan ekstrak yang menggunakan pelarut n-
tetrasiklin sebagai pembanding, kertas heksana daya hambat tertinggi ditunjukkan
cakram yang telah dicelupkan pada larutan oleh konsetrasi 3,5%. Secara keseluruhan
tetrasiklin 50 µg/ml diletakkan di atas daya hambat ekstrak daun ubi jalar merah
permukaan agar. Hal yang sama juga terhadap Staphylococcus aureus yang
dilakukan untuk uji negatif dengan meng- diekstrak dengan menggunakan metanol
gunakan larutan metanol. Kertas cakram lebih besar dibandingkan daya hambat
dicelupkan ke dalam larutan metanol, ekstrak daun ubi jalar merah yang
setelah itu kertas cakram tersebut menggunakan n-heksana. Hal ini diduga
diletakkan di atas permukaan agar. dikarenakan senyawa-senyawa antibakteri
Kemudian, semua media diinkubasi ke pada ekstrak daun ubi jalar merah yang
dalam inkubator. Inkubasi dilakukan pada diekstrak dengan menggunakan metanol
suhu 37 oC selama 24 jam, kemudian yang bersifat polar seperti flavonoid,
diukur diameter zona bening (clear zone) saponin dan polifenol, seperti juga yang
yang terbentuk setiap harinya selama 4 pernah diungkapkan Alhera (1999) lebih
hari, dengan menggunakan penggaris kuat menghambat pertumbuhan
milimeter (Pratama, 2005). Menurut Staphylococcus aureus, dibandingkan
Hadioetomo (1993), bahwa aktivitas senyawa n-heksana yang bersifat non
antibakteri diperoleh dengan mengukur polar. Diameter daya hambat larutan uji
zona bening pada media yang padat yang pembanding tetrasiklin 50 µg/ml seperti
menjadi petunjuk ada atau tidaknya bakteri terlihat pada Tabel 1, tidak lebih besar dari
yang tumbuh pada setiap perlakuan. Data diameter daya hambat pada ekstrak daun
yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ubi jalar merah yang diekstrak dengan
statistik ANOVA. menggunakan metanol. DApat dikatakan
bahwa ekstrak daun ubi jalar merah yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diekstrak dengan menggunakan metanol
Seperti terlihat pada Tabel 1, pada ekstrak lebih efektif menghambat pertumbuhan
yang menggunakan pelarut methanol, bakteri Staphylococcus aureus dibanding-
konsentrasi 2% dan 8% memiliki daya kan dengan tetrasiklin.

Tabel 1. Diameter daya hambat ekstrak metanol dan n-heksana daun ubi jalar merah
(Ipomoea batatas Poir) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
*Diameter daya hambat (mm)
Perlakuan (Konsentrasi g/ml)
Ekstrak metanol Ekstrak n-heksana
2% 12,3 6,4
3,5 % 7,7 9,9
5% 7 3,5
6,5 % 6 3,3
8% 12,3 7,5
Pembanding (Tetrasiklin 50 µg/ml) 5,2 5,2
Keterangan : * = hasil rata-rata dari tiga kali pengulangan

4
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 02 Oktober 2009 ISSN 0216-9487
Menurut Jawetz, et al. (2008), partum- yang sangat tebal yang memberikan
buhan bakteri yang terhambat atau kekakuan untuk mempertahankan keutuhan
kematian bakteri akibat suatu zat sel. Proses pembentukan dinding sel bakteri
antibakteri dapat disebabkan oleh peng- diawali dengan pembentukan rantai
hambatan terhadap sintesis dinding sel, peptida sehingga terbentuk dinding sel
penghambatan terhadap fungsi membran dengan susunan yang sempurna. Jika ada
sel, penghambatan terhadap sintesis kerusakan pada dinding sel atau ada
protein, atau penghambatan terhadap sintesis hambatan dalam pembentukannya, akan
asam nukleat. mengakibatkan terjadinya lisis pada sel
Di antara berbagai kerusakan yang bakteri sehingga bakteri segera kehilangan
dapat terjadi pada sel bakteri tersebut, yang kemampuan untuk membentuk koloni dan
mungkin terjadi pada bakteri Staphylo- diikuti dengan kematian sel bakteri. Hal
coccus aureus akibat pemberian ekstrak yang sama terjadi pada bakteri
daun ubi jalar merah (Ipomoea batatas Staphylococcus aureus, pemberian senya-
Poir) adalah penghambatan terhadap wa yang bersifat antibakteri terhadap
sintesis dinding sel. Ini didasarkan pada bakteri tersebut dapat menghambat pem-
adanya kandungan flavonoid yang merupa- bentukan dinding sel sehingga struktur
kan senyawa fenol (Harborne, 1987 dalam dinding sel yang terbentuk menjadi lemah
Ajizah, et al., 2007). Seperti yang diungkap- dan menyebabkan kematian bakteri.
kan Dwidjoseputro, (1994) dalam Ajizah, Setiap senyawa yang menghalangi
et al. (2007), senyawa fenol dapat bersifat tahap apapun dalam sintesis peptidoglikan
koagulator protein. Protein yang menggum- akan menyebabkan dinding sel bakteri
pal tidak dapat berfungsi lagi, sehingga akan menjadi lemah dan sel menjadi lisis
mengganggu pembentukan dinding sel (Jawetz, et al., 2008). Terjadinya lisis
bakteri. Selain itu, flavonoid bersifat pada sel bakteri tersebut dikarenakan tidak
lipofilik sehingga dapat merusak membran berfungsinya lagi dinding sel yang dapat
sel bakteri dan terlarut dengan dinding sel mempertahankan bentuk dan melindungi
bakteri. Untuk polifenol dan saponin, bakteri yang memiliki tekanan osmotik
mempunyai aktivitas yang sama dengan dalam sel yang tinggi. Staphylococcus
flavonoid, mekanisme kerjanya sebagai aureus merupakan bakteri gram positif
antibakteri berhubungan dengan interaksi yang memiliki tekanan osmotik dalam sel
pada dinding sel bakteri. Senyawa antibakteri 3-5 kali lebih besar dari bakteri gram
tersebut terikat pada reseptor sel (beberapa negatif, sehingga lebih mudah mengalami
diantaranya adalah enzim transpep- lisis (Jawetz dalam Katzung, 1989 dalam
tida), kemudian terjadi reaksi transpep- Ajizah, 2007). Tanpa dinding sel, bakteri
tidase sehingga sintesis peptidoglikan tidak dapat bertahan terhadap pengaruh luar
terhambat. Demikian juga mekanisme anti- dan segera mati (Wattimena et al., 1991).
bakteri dari tetrasiklin yaitu menghambat Oleh karena itu, diduga adanya gangguan
sintesis protein di dalam sel bakteri. Hal atau penghambatan pada pembentukan
ini mencegah perpanjangan rantai polipep- dinding sel, serta lisisnya dinding sel
tida yang sedang tumbuh dan berakibat merupakan efek dari penghambatan oleh
terhentinya sintesis protein. ekstrak daun ubi jalar merah.
Menurut Morin dan Gorman (1995) Pada Tabel 1, konsentrasi 2% member-
Staphylococcus aureus merupakan kan daya hambat yang sama dengan
bakteri gram positif. Dinding sel bakteri konsentrasi 8%. Akan tetapi, konsentrasi 2%
gram positif terdiri atas peptidoglikan dinilai lebih efektif dan lebih baik dalam

5
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 02 Oktober 2009 ISSN 0216-9487
menghambat bakteri Staphylococcus Staphylococcus aureus Secara In Vitro.
aureus dibandingkan konsentrasi 8%. Jurnal Bioscientiae. 4 (1): 37-42
Pemilihan konsentrasi yang lebih kecil Alhera. 1999. Skrining Fitokimia dan
dengan tingkat efektifnya lebih tinggi atau Penetapan Konsentrasi Hambat
sama, itu lebih baik dibandingkan dengan Minimum Ekstrak Dau n Band otan
konsentrasi yang tinggi dengan memberikan (Ag eratu m con yzo ides L.)
tingkat efektif yang sama. Berdasarkan terh ad ap Staphylococcus aureus
analisis statistik menggunakan uji ANOVA ATCC 29213. Skripsi Sarjana
diketahui bahwa nilai konsentrasi antar S1Universitas Sumatra Utara. Medan.
perlakuan yaitu antara konsentrasi 2%; 3,5%; Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar
5%; 6,5%; dan 8% tidak berpengaruh nyata Dalam Praktek Teknik dan Prosedur
baik pada uji menggunakan ekstrak Dasar Laboratorium. PT Gramedia
methanol maupun ekstrak n-heksana. Pustaka Utama. Jakarta.
Jawetz, E., J. Melnick, dan E. Adelberg.
KESIMPULAN DAN SARAN 2008. Mikrobiologi Kedokteran
Kesimpulan Edisi 23. EGC. Jakarta.
Kumalaningsih, Sri. 2006. Antioksidan
Ekstrak daun ubi jalar merah (Ipomoea
Alami. Trubus Agrisarana. Surabaya
batatas Poir) yang diekstrak dengan
Morin, R.B. dan M. Gorman. 1995. Kimia
metanol memberikan daya hambat yang
dan Biologi Antibiotik β-Lactam. Edisi
lebih besar terhadap pertumbuhan bakteri
3. Diterjemahkan oleh S. Mulyani. IKIP
Staphylococcus aureus dibandingkan
Semarang Press. Semarang.
dengan ekstrak daun ubi jalar merah
Pokarny, J., N. Yanishlieva, dan M. Gordon.
(Ipomoea batatas Poir) yang diekstrak
2001. Antioxidant in Food. Practical
dengan n-heksana dan dengan pembanding
and Aplication. CRC Press. New York.
Tetrasiklin. Konsentrasi yang efektif dari
Pratama, M.R. 2005. Pengaruh Ekstrak
ekstrak daun ubi jalar merah (Ipomoea
Serbuk Kayu Siwak (Salvadora
batatas Poir) terhadap pertumbuhan
persica) terhadap Pertumbuhan Bakteri
bakteri Staphylococcus aureus penyebab
Streptococcus mutans dan
penyakit bisul pada manusia yaitu
Staphylococcus aureus dengan Metode
konsentrasi 2% dari ekstrak daun ubi jalar
Difusi Agar. Skripsi. Fakultas MIPA,
merah (Ipomoea batatas Poir) yang
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
diekstrak menggunakan metanol.
Surabaya.
Schmieg, Sebastian. 2008. Ubi Merah.
Saran
http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/.
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk
(8 Juni 2008)
menguji daya antibakteri ekstrak daun ubi
Watimena, J.R., C.S. Nelly, B.W. Mathilda,
jalar merah (Ipomoea batatas Poir) yang Y.S. Elin, A.S. Adreanus, dan T.S.
diekstrak dengan metanol terhadap bakteri Anna. 1991. Farmakodinami dan Terapi
Staphylococcus aureus dengan menaikkan Antibiotik. Gajah Mada University Press.
interval konsentrasinya yang lebih besar. Yogyakarta.
Zimbro, M.J., D.A. Power, S.M. Miller, G.E.
Wilson, dan J.A. Johnson. 2009. Difco
DAFTAR PUSTAKA and BBL Manual, Manual of
Ajizah, A. Thihana dan Mirhanuddin. 2007. Microbiological Culture Media. Second
Potensi Ekstrak Kayu Ulin Edition. Becton, Dickinson and
(Eusideroxylon zwageri T et B) dalam Company. Maryland. America.
Menghambat Pertumbuhan Bakteri

6
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 02 Oktober 2009 ISSN 0216-9487

You might also like