Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE

(GERD)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan III

Oleh :

Annisa Rahmafillah
220110160093

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
A 26-year-old business executive complained of a dull pain (heartburn)
behind the sternum. The pain was postprandial (occurred after meals) and
disappeared within a few minutes to an hour. It was often associated with belching
and often was worse on lying down or on exertion after heavy meals. Sometimes it
radiated to the back, jaws, shoulders, and down the inner aspects of the arms,
simulating angina pectoris. X-rays revealed a small portion of the stomach above the
diaphragm, and an endoscopic biopsy revealed mucosal inflammation. Esophageal
manometry (determining pressures at the lower esophageal sphincter, LES) revealed
decreased LES pressure. Esophageal pH monitoring showed reflux of gastric contents
into the esophagus and provided direct evidence of gastroesophageal reflux.
Recommended treatment for this individual is avoidance of strong stimulants of
gastric acid secretion (e.g., coffee, alcohol) and avoidance of certain drugs (e.g.,
anticholinergics), and specific foods (fats, chocolates, whole milk, and orange juice),
and smoking, all of which reduce LES competence. Elevation of the head of the bed
by about six inches is also recommended. Suggested treatments also include the use
of cholinergic agonists (e.g., bethanechol) and the use of histamine (H2) antagonists
(cimetidine).

ANALISIS KASUS
Nama : Tn. B
Usian : 26 tahun
Data Subjektif :
- Pasien mengeluhkan nyeri dengan sensasi terbakar (heartburn) di daerah
sternum setelah makan dan menghilang setelah beberapa menit atau jam
- Nyeri heartburn menyebar hingga ke punggung, rahang, bahu, dan bawah
bagian dalam lengan
- Pasien mengeluh adanya rasa nyeri dada yang tiba-tiba
Data Objectif :
- Hasil pemeriksaan X-ray menunjukan adanya bagian kecil dari lambung
diatas diaphragma
- Hasil pemeriksaan endoscopy biopsy menunjukan adanya inflamasi mukosa
- Adanya penurunan tekanan Lower Esophagus Sphincter (LES) dari hasil
pemeriksaan manometry esophagus
- Adanya refluks material lambung ke esophagus
Berdasarkan data darikasus diatas, di indikasikan pasien mengalami penyakit
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dikarenakan pasien menunjukan
manifestasi klinis penyakit GERD yakni; mengeluh nyeri tumpul dibelakang sternum,
nyeri terkadang menjalar ke bagian punggung, rahang, pundak, lengan bagian dalam,
dan menimbulkan nyeri dada. GERD adalah sebuah keadaan patologis karena
terjadinya refluks kandungan lambung ke esophagus, apabila refluks terjadi berulang-
ulang dapat menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu
yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan
lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esophagus
DIAGRAM CLINICAL PATHWAY GERD
FARMAKO TERAPI GERD
Adapun terapi farmako yang dapat diberikan kepada pasien GERD yakni :
1. Antasida
Indikasi : Antasida digunakan untuk mengobati gejala akibat tingginya kadar
asam lambung, bekerja dengan cara menetralkan asam lambung
Merek dagang : Promag, Magtral, Gastrucid, Alukol, Maagtab, Dexanta,
Decamaag, Mylanta, Konimag, Magasida, Lambucid, Hufamag, Waisan
Komposisi : Terdapat dua jenis sediaan, yaitu tablet dan syrup. Dalam satu
sendok takar (5ml) atau satu tablet mengandung :
- Alluminium Hidroksida : 200mg
- Magnesium Hidroksida : 200mg
Dosis : Dewasa : 3 – 4 kali sehari 1 – 2 tablet atau 1 – 2 sendok takar suspensi
(sirup); Anak 6 – 12 tahun : 3 – 4 kali sehari ½ – 1 tablet atau ½-1 sendok
takar suspensi.
Waktu minum : Satu jam sebelum makan, atau dua jam setelah makan, dan
sebelum tidur. Hentikan apabila gejala sudah sembuh.
Kontra Indikasi :
- Memiliki masalah pada ginjal
- Sering minum alcohol
- Dehidrasi (kekurangan cairan)
Efek Samping :
- Magnesium dalam antasida dapat menyebabkan diare. Namun efek
samping ini dapat diminimalisir dengan kandungan aluminium di
dalamnya.
- Aluminium dalam antasida dapat menyebabkan sembelit. Untuk
meminimalkan sembelit, minum banyak cairan dan olahraga.
2. Anti Inflamasi
Indikasi :
Artritis reumatoid,
Bursitis (radang kandung sega) akut dan subakut,
Dermatitis eksfoliatif,
Rinitis alerigka,
Asma bronkhial,
Dermatitis kontak,
Konjungtivitis alergika (radang selaput ikat mata karena alergi).
Merek dagang : Methylprednisolone, Carmeson, Cortesa, Depo Medrol,
Flameson, Hexilon, Indrol, Intidrol, Lexcomet, Medixon, Medrol, Meproson,
Metasolon, Methylon
Komposisi : Methylprednisolone / Metilprednisolon.
Dosis : Dosis awal berkisar antara 4-48 mg sehari. Terapi dosis tinggi : 160
mg/hari selama 1 minggu dilanjutkan dengan 64 mg setiap dua hari
sekali (selang sehari) selama 1 bulan
Kontra indikasi : Infeksi jamur sistemik dan menyusui
Efek samping :
 Gangguan cairan & elektrolit
 kelemahan otot
 osteonekrosis aseptik
 osteoporosis
 ulkus peptikum dengan perlubangan
 perdarahan, peregangan perut, gangguan penyembuhan luka,
 peningkatan tekanan dalam mata
 keadaan Cushingoid
 pertumbuhan terhambat, haid tidak teratur
 katarak subkapsular posterior

3. H2 Reseptor antagonis (Ranitidin)


Indikasi :
 Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif,
mengurangi gejala refluks esofagitis.
 Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung.
 Pengobatan keadaan hipersekresi patologis, misal sindroma Zollinger Ellison
dan mastositosis sistemik.
Merek dagang : Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Fordin,
Gastridin, Hexer, Radin, Rancus, Ranilex, Ranin, Ranivel, Ranticid, Rantin,
Ratan, Ratinal, Renatac, Scanarin, Tricker, Tyran, Ulceranin, Wiacid,
Xeradin, Zantac, Zantadin, Zantifar
Komposisi : Tiap tablet Ranitidin 150 mg mengandung Ranitidin HCl 168 mg
yang setara dengan ranitidin 150 mg.
Dosis :
 Kondisi tukak usus 12 jari aktif (ulkus duodenum) : Ranitidin 150 mg, 2 kali
sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam atau
sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu.
 Kondisi tukak lambung aktif (ulkus peptikum) : Ranitidin 150 mg, 2 kali
sehari (pagi dan malam) selama 2 minggu.
 Terapi pemeliharan pada penyembuhan tukak usus 12 jari dan tukak
lambung : Ranitidin 150 mg, malam sebelum tidur.
 Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger Ellison, Mastositosis Sistemik) :
Ranitidin 150 mg, 2 kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh
dokter berdasarkan gejala klinis yang ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing penderita. Dosis hingga 6 gram sehari dapat
diberikan pada penyakit yang berat.
 Kondisi refluks gastro esofagitis (gastroesophageal reflux, GER) : Ranitidin
150 mg, 2 kali sehari.
 Kondisi esofagitis erosif : Ranitidin 150 mg, 4 kali sehari.
 Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif : Ranitidin 150 mg, 2 kali
sehari.
 Hemodialisis menurunkan kadar ranitidin yang terdistribusi.

Kontra Indikasi : Ranitidin kontraindikasi bagi pasien yang yang


hipersensitif atau alergi terhadap Ranitidin
Efek samping :
 Sakit kepala
 Efek samping pada susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing,
mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.
 Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia,
atrioventricular block, premature ventricular beats.
 Gastrointestinal : konstipasi / susah buang air besar, diare, mual, muntah,
nyeri perut, jarang dilaporkan : pankreatitis.
 Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : atralgia, mialgia.
 Hematologik : leukopenia, granulositopenia, trombositopenia. Kasus jarang
terjadi seperti agranulositopenia, pansitopenia, trombositopenia, anemia
aplastik pernah dilaporkan.
 Endokrin : ginekomastia, impoten, dan hilangnya libido pernah dilaporkan
pada penderita pria.
 Kulit, jarang dilaporkan : ruam, eritema multiforme, alopesia.
 Lain-lain : kasusu hipersensitivitas / alergi yang jarang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Makmun D. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Dalam: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Kolopaking MS, S, etiati S, editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Ed. IV. Jakarta: PIP, 2006.p.317-21
Buttar NS, Falk GW. Pathogenesis of gastroesophageal reflux and barrett’s
esophagus. Mayo Clin Proc 2001; 76:226-34

You might also like