Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 48

Modul 12

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Rio Marpen, S.T., M.Eng.
Manajemen Proyek
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya
ISI MODUL 12:
Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Definisi K3 (OSH)
K3 di Indonesia
K3 di Konstruksi
Penyebab/Faktor Kecelakaan Konstruksi
Biaya K3
Aspek Legal K3
Kecelakaan Kerja Kontruksi
Jamsostek
Kesehatan Kerja
Pengawasan Pelaksanaan K3
2
Daur Hidup Proyek (review)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Project Engineering Use


Planning Construction Disposal
Need formulation and design
process
management
process process
process process process

User Project Project Project Facility Facility


Requirements Feasibility Engineering Field engineering use and demolition
And scope And design And construction management Or conversion

Awareness Project Project Full Project Project Fulfillment


of need Concept Scope description Completion and Of need
formulation definition Acceptance
For use

3
Cukup Amankah?

4
Cukup Amankah?

5
Cukup Amankah?

6
Cukup Amankah?

7
Occupational Safety and Health
(OSH)
a cross-disciplinary area concerned with
protecting the safety, health and welfare of
people engaged in work or employment.
As a secondary effect, OSH may also
protect co-workers, family members,
employers, customers, suppliers, nearby
communities, and other members of the
public who are impacted by the
workplace environment.

8
Definitions
 Safety
◦ The state of being relatively free form hazards that
are likely to cause harm, injury or property
damage. It is not the elimination of all hazards!
 Accident
◦ The occurrence in a sequence of events which
usually produces unintended injury, death or
property damage.
 Hazard
◦ A condition or physical situation with a potential
for an undesirable consequence, such as harm to
life or limb.

9
Permasalahan K3 di Indonesia
Setiap 7 detik terjadi satu kecelakaan
kerja.
Tahun 2001, terjadi 16.931 kasus
kecelakaan kerja yang fatal (di Asia
Tenggara, merupakan kasus terburuk).
Data ini baru yang tercatat, dan ada
kemungkinan baru 50% dari data
sebenarnya.

10
11
K3 di Konstruksi

Source: Ardan M. (1997)

12
Angka Kecelakaan dan Sakit dalam
Kerja (USA)
Nonfatal Occupational Injury and Illness Incidence Rates

Industry 1996 1997 1999

Agriculture, forestry, fishing 8.7 8.4 7.3


Mining 5.4 5.9 4.4
Construction 9.9 9.5 8.6
Manufacturing 10.6 10.3 9.2
Transportation/public utilities 8.7 8.2 7.3
Wholesale and retail trade 6.8 6.7 6.1
Finance, insurance, real estate 2.4 2.2 1.8
Services 6.0 5.6 4.9

Note: Data represent total number of cases per 100 full-time employees
Source: U.S. Bureau of Labor Statistics, Occupational injuries and Illnesses in the United States
by Industry, annual
13
Kecelakaan Kerja Fatal (USA)
Fatal Occupational Injuries in Construction, 1997 and 1999

All accidents 1,107 1,190


Rate per 100,000 workers 14 14

Cause Percentage
Transportation incidents 26% 27%
Assaults/violent acts 3 2
Contact with objects 18 21
Falls 34 32
Exposure 17 15

14
Fatality Causes in Construction, 1998

Cause Deaths %
Fall from/through roof 66 10.6
Fall from/with structure (other than roof) 64 10.2
Electric shock by equipment contacting power source 58 9.3
Crushed/run over non-operator by operating construction
equipment 53 8.5
Electric shock by equipment installation or tool use 45 7.2
Struck by falling object or projectile (including tip-overs) 29 4.6
Lifting operation 27 4.3
Fall from/with ladder (includes collapse/fall of ladder) 27 4.3
Crushed/run over/trapped operator by operating construction
equipment 25 4.0
Trench collapse 24 3.8
Crushed/run over by highway vehicle 22 3.5

Source: Construction Resource Analysis

15
16
Penyebab Kecelakaan di Konstruksi
Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan
karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja
yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu
pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan
fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang
tidak terlatih.

Nature of Work
Human Behavior
Difficult Work-Site Condition
Poor Safety Management
Unsafe Work Methods,
Equipments and Procedures

Poor Regulatory Enforcement


by Government

17
Faktor-faktor yang mempengaruhi K3
Kondisi kerja
Jenis tugas/kegiatan yang dilaksanakan
Sikap pekerja dan kesalahan manusia
Kondisi ekonomi
Sasaran manajemen
Kebijakan pemerintah dan institusi
Struktur industri

18
Factors have been found to play a part in more than
half the accidents occurring in construction

unsatisfactory architectural options;


unsatisfactory organisational options,
particularly because of inadequate
coordination between the different
undertakings working on a construction
project;
poor planning at the project preparation
stage.

19
The main causes of accidents, and ill
health
falls from ladders, scaffolds, roofs and other
workplaces;
falls through fragile roofs;
transport, vehicles, construction machinery;
rock slides and contacts with masses in movement;
falling objects, equipment and structures;
poor manual handling practices;
exposure to noise, and vibrating work equipment;
exposure to hazardous substances, such as solvents,
fumes, dust and cement.

20
Biaya yang Timbul Akibat Kecelakaan
Biaya langsung dari kecelakaan yang lalu
◦ Premium asuransi dan rating
◦ Metoda pencegahan yang wajib
◦ Catatan, personil K3
Biaya langsung setiap kecelakaan
◦ Penundaan proyek
◦ Kerusakan yang tidak ditanggung
◦ Kehilangan produksi
Biaya tidak langsung
◦ Investigasi
◦ Kehilangan tenaga terlatih
◦ Kehilangan peralatan
Rasio antara biaya tidak langsung dan biaya langsung akibat
kecelakaan kerja konstruksi sangat bervariasi dan diperkirakan
mencapai 4:1 sampai dengan bahkan 17:1 (The Business
Roundtable, 1991)

21
Economic Analysis of OHS

COSTS

Total Costs (P+A)

Costs of OHS management Costs of program


program or prevention costs (P) failure or accidents (A)

Effort in OHS management Programme


22
Kewajiban bagi Owner/Employer
Kewajiban menyediakan tempat kerja yang
aman
Kewajiban menyediakan alat, perangkat kerja
yang aman
Kewajiban untuk memilih pekerja dengan
hati-hati
Kewajiban melaksanakan peraturan
keselamatan
Kewajiban menyediakan instruksi yang
memadai tentang pekerjaan yang berbahaya

23
Aspek Legal K3
 UURI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja: this includes the
general requirements on occupational safety, the control
procedure, and the rights and the obligations of employers and
employees.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/
1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan: a regulation on occupational safety and health at
building construction projects. This was later refined, however, the
small amount of fine for any violation has not since been changed.
 The regulation for construction was later further refined by a joint
publication by the Minister of Labor in collaboration with the
Minister of Public Works in 1986 (i.e., No. KEP.174/MEN/86, No.
104/KPTS/1986).
 referred as the “SKB 1986” for short
 covers most aspects of construction operations including heavy equipments,
machineries, scaffolds, lifting appliances, excavations, underground works, pile
driving, concrete works, and demolition
 has never been updated nor revised for the last 17 years
 is not furnished with pictures nor other schematic explanations
24
 UURI No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja: the labor social security programs
 include benefits for occupational accidents, illnesses, pension, and death
 The government appointed PT. JAMSOSTEK to organize the programs
nationally
 PT. JAMSOSTEK is a state-owned company and the sole company providing
such programs
 the nominal values of programs’ benefits have been stagnant
 The guidelines for developing a management system
for occupational safety and health (referred as
“SMK3”) has been issued in 1996 by the Ministry of
Labor and UU No. 13 2003 regarding Labor.
 The proper management system for SMK3 should consist of several aspects in
achieving a safe and healthy work environment: the organizational structure,
the plan, the responsibility of each party, the implementation strategy, the
targets, and the monitoring and control procedures.
 Companies employing more than 100 employees, and/or operating with
potential occupational hazards to employees, should have SMK3 developed and
implemented on sites.
 While certification is presented to the qualified companies, the consequences
for non-compliance are unclear.

25
UUJK dan PP 29/2000
UUJK:
◦ Pasal 22, ayat 2: Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
para pihak dalam Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan
sosial;
◦ Pasal 23:, ayat 2: Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi
ketentuan tentang keamanan, keselamatan dan keselamatan kerja,-perlindungan
tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
PP 29/2000:
◦ Pasal 17: Penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk: a.
menyusun dokumen penawaran yang memuat rencana dan metode kerja,
rencana usulan biaya, tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan
anggaran keselamatan dan kesehatan kerja, dan peralatan;
◦ Pasal 30, ayat 2: Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi, penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi
ketentuan tentang: keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja
konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

26
Pedoman K3 Konstruksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai
”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai
standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup
komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah
yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang
memadai.
KepMen Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 Tentang Pedoman Teknis Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan. ”Pedoman Teknis
K3 Bendungan” juga mencakup daftar berbagai penyakit akibat kerja yang hrus
dilaporkan.
Perbandingan: Standar K3 untuk jasa konstruksi di Amerika Serikat: Occupational
Safety and Health Administration (OSHA), sebuah badan khusus di bawah
Departemen Tenaga Kerja yang mengeluarkan pedoman K3 termasuk untuk bidang
konstrusksi, memperbaharui peraturan K3-nya secara berkala (setiap tahun).
Peraturan atau pedoman teknis tersebut juga sangat komprehensif dan mendetil.

27
S U R A T E D A R A N MENTERI PU
Nomor : 03/SE/M/2005
Perihal : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah TA
2005

6. Penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


a. Pengguna jasa dan penyedia jasa dalam kegiatan pekerjaan
konstruksi wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
berlaku termasuk SKB Menaker dan Menteri PU No.
KEP.174/MEN/86 dan 104/KPTS/1986 tentang tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
b. Pengguna jasa mempunyai kewajiban:
i. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan K3 yang dilakukan
oleh penyedia jasa.
ii. Menghentikan pekerjaan apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan
menyimpang dari ketentuan tersebut pada huruf a.
iii. Melaporkan segera apabila terjadi kecelakaan kerja kepada atasan
langsungnya.
c. Penyedia jasa bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan dan
gangguan kesehatan para pekerja di tempat kerja selama kegiatan
pekerjaan konstruksi berlangsung.
d. Pengguna jasa bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja,
apabila ketentuan huruf a. tidak dilaksanakan oleh penyedia jasa.

28
Contoh Klausul K3 pada Kontrak
Syarat Umum Kontrak:
◦ Penyedia jasa bertanggung jawab atas
keselamatan kerja di lapangan sesuai dengan
ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
Syarat Khusus Kontrak:
◦ Peraturan tentang keselamatan kerja yang
harus dipatuhi penyedia jasa sesuai dengan
peraturan yang mengatur tentang perburuhan
dan keselamatan pekerja yang berlaku.

29
Kecelakaan Kerja di Konstruksi
Paling banyak terkait dengan:
◦ Jatuh dari ketinggian
◦ Pekerjaan galian: tertimbun tanah, tersengat
aliran listrik bawah tanah, terhirup gas beracun
dll.

30
Fall Protective System

Scaffolds
Guardrails
Temporary Stairways
Safety Nets
Personal Protective Equipments

31
Scaffolds
b
a

c
d

a = Platform, minimum width 60 cm


b = Post, maximum interval 2.3 m
c = Horizontal bracing, maximum interval 1.15 m
d = Diagonal bracing

32
Guardrails

a = Guard rail, height between 1 – 1,5 m


a
d b = Half of a
b c = Toe Board, minimum height 15 cm
d = Post

33
Temporary Stairways

a = Minimum width 60 cm
b = Minimum 300 or with handrail
c = Steps, interval between 25 – 35 cm

c
b

34
Platform

35
Safety Nets

36
PPE
protection of the head: safety helmets
equipment protecting from falling from altitude: equipment comprising
three components, i.e. safety harness, auto-braking device and safety
lanyard attached to a permanent anchorage point
protection of the eyes and face: goggles, welding masks
protection of the hands: protective gloves when exposed to e.g. sparking,
splashing of molten metals, low temperature, water, scraping of the skin,
sharp, abrasive or hot materials
protection of the feet: boots, in conditions of exposure to mechanical
injuries, e.g. crushing of the toes, piercing of the feet, sparks, hot splashing
of metals, low temperature, slippage
protection of the ears: ear stops, ear muffs, noise-reduction helmets
equipment for protecting the respiratory system: dust masks, filtration and
absorption masks, air helmets
protective clothing: anoraks, capes, rain coats, leather aprons, dust resistant
overalls.
37
Baju/Rompi
dan Helm
Keselamatan

38
No. Klausul Deskripsi

Excavation 2
1 Pasal 10.1.1.

Pasal 10.1.2.
Sebelum penggalian pada setiap tempat dimulai, stabilitas tanah
harus diuji terlebih dahulu oleh orang yang ahli
Sebelum pekerjaan dimulai pada setiap tempat galian pemberi
kerja harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala

Safety - instalasi di bawah tanah seperti saluran pembuangan, pipa gas,


pipa air, dan konduktor listrik, yang dapat menimbulkan bahaya
selama waktu pekerjaan.

Guidelines 3 Pasal 10.1.3. Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan sebelum
penggalian di mulai, gas, air, listrik dan prasarana umum
lainnya harus dimatikan atau diputuskan alirannya terlebih
dahulu.
4 Pasal 10.1.4. Apabila pipa bawah tanah, konduktor, dan sebagainya tidak
dapat dipindahkan atau diputuskan alirannya, benda tadi harus
dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi.
5 Pasal 10.1.5. Apabila diperlukan untuk mencegah bahaya, lahan harus
dibersihkan dari pohon-pohonan, batu-batu besar dan rintangan-
rintangan lainnya sebelum penggalian dimulai.
6 Pasal 10.1.16. Sejauh mungkin diusahakan, agar galian-galian bebas dari air
7 Pasal 10.2.1. Dinding galian dimana pekerja menghadapi bahaya yang
berupa bergeraknya tanah harus dibentuk dengan talud
pengaman, penahan, tameng portable atau cara-cara lain yang
serupa.
8 Pasal 10.2.7. Dilarang menggali di bawah timbunan tanah/tanggul tanah
kecuali apabila sudah ditopang.
9 Pasal 10.1.22. Apabila perlu bagian lubang galian yang memungkinkan
seseorang jatuh terperosok ke dalamnya, harus dilindungi
dengan penghalang yang cukup.
10 Pasal 10.1.15. Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan, dinding
galian dan timbunan bahan galian harus diberi penerangan
secukupnya selama jam-jam (waktu-waktu) gelap.
11 Pasal 10.1.7. Jalan keluar masuk yang aman harus disediakan di setiap
tempat di mana orang bekerja di tempat galian.
12 Pasal 10.1.23. Dilarang menempatkan atau menumpuk barang-barang di
dekat sisi galian yang menyebabkan bahaya terhadap orang
yang sedang bekerja dibawahnya.
13 Pasal 10.1.24. Dilarang menempatkan atau menggerakan beban mesin atau
peralatan lainnya dekat sisi galian yang dapat menyebabkan
runtuhnya sisi galian dan membahayakan setiap orang di
dalamnya.
39
40
41
42
43
44
Jamsostek
UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja: Jamsostek adalah
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan uang sebagai
pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat dari suatu peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, tua dan meninggal dunia.
Didukung lebih lanjut dengan PP No. 14/1993 mengenai penyelenggaraan
jamsostek di Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-
05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT. Jamsostek),
sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara jamsostek secara
nasional.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.:KEP-196/MEN/1999: penyelenggaraan
program jamsostek diatur secara khusus untuk para tenaga kerja harian
lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu, pada sektor jasa
konstruksi. Para pengguna jasa wajib mengikutsertakan pekerja-pekerja
lepas dalam dua jenis program jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja
dan jaminan kematian. Apabila mereka bekerja lebih dari 3 bulan, pekerja
lepas ini berhak untuk ikut serta dalam dua program tambahan lainnya yaitu
program jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
45
Kesehatan Kerja
Aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres No.22/1993. Dalam
Keppres terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk mungkin
timbul karena hubungan kerja.
Setiap tenaga kerja yang menderita salah satu penyakit ini berhak
mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam
hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (sampai
maksimal 3 tahun).
Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai akibat
terkena bahan kimia yang beracun yang berasal dari material
konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dapat
mengakibatkan penyakit yang serius.
Penyakit yang mungkin timbul juga termasuk kelainan pendengaran
akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta kelainan otot, tulang dan
persendian yang sering terjadi pada pekerja konstruksi yang terlibat
dalam proses pengangkutan material berbobot dan berulang, dan
penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.
46
Pengawasan Pelaksanaan K3
Aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah K3 dilakukan
oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang harus memiliki
kompetensi dan independensi.
Pegawai pengawas K3 di Departemen Tenaga Kerja pada tahun 2002
berjumlah 1.299 orang secara nasional, yang terdiri dari 389 orang
tenaga pengawas struktural dan 910 orang tenaga pengawas
fungsional.
Para tenaga pengawas ini jumlahnya sangat minim bila dibandingkan
dengan lingkup tugasnya yaitu mengawasi 176.713 perusahaan yang
mencakup 91,65 juta tenaga kerja di seluruh Indonesia.
Para tenaga pengawas perlu melalukan audit paling tidak satu kali
dalam tiga tahun. Perusahaan- perusahaan yang memenuhi
kewajibannya akan diberikan sertifikat tanda bukti. Tetapi peraturan
ini kurang jelas dalam mendifinisikan sanksi bagi perusahaan-
perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya.
47
Pustaka lebih lanjut…
Safety and health in construction : An ILO code of practice,
Geneva, International Labour Office, 1992, ISBN 92-2-
107104-9
Wirahadikusumah, R. D. (2007), Tantangan Masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi
di Indonesia, Buku Referensi, Konstruksi: Industri,
Pengelolaan, dan Rekayasa, Penerbit ITB, ISBN 979-3507-
98-5
Abduh, M., Sahputra, R., J., Boris, B., 2010, Pengelolaan
Faktor Non-Personil Untuk Pencegahan Kecelakaan Kerja
Konstruksi, Prosiding Seminar Nasional KoNTekS 4,
Peluang & Tantangan Dalam Rekayasa Sipil dan Lingkungan,
Wisma Wisata Werdhapura, Sanur – Bali, 2-3 Juni 2010
48

You might also like