Professional Documents
Culture Documents
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen Dari Tanaman Kentang Transgenik Katahdin RB Ke Tanaman Kentang Non Transgenik
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen Dari Tanaman Kentang Transgenik Katahdin RB Ke Tanaman Kentang Non Transgenik
1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Darmaga, Bogor 16680
3
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang,
Bandung 40391
ABSTRACT
Preliminary study: Gene transfer from transgenic potato Katahdin RB to non transgenic
potato. One of the concerns associated with the release of transgenic crops, is the possibility
of the gene flow from transgenic crops to neighboring crops of the same species or to related
species. In plants, gene flow is a routine process occur through the natural hybridization. The
opportunity for gene flow occur depends principally on two factors, the degree of sexual
compatibility between donor and recipient species, and the physical distance between the
two. The experiment was conducted to determine whether the gene flow from transgenic
potato Katahdin RB to non transgenic was occurred, based on selection using a 50 mg/l
kanamycin, and to estimate gene flow mediated by natural hybridization at different isolation
distances. Preliminary result indicated that a rapid and simple method using MS0 liquid media
with kanamycin 50 mg/l was effective for screening the seeds. There was a gene flow from
transgenic potato Katahdin RB to non transgenic, based on a rapid and simple selection
method using 50 mg/l of kanamycin as selectable marker. The isolation distance used in the
study were 0.8, 1.6, 2.4, 3.2, 4.0, 4.8, 5.6, 6.4, 7.2, 8.0, 8.8, 9.6, 10.4, and 11.2 m from the row of
transgenic potato Katahdin RB. The gene flow through natural hybridization at a isolation
distances of (0.8 - 1.6 m), (2.4 – 4 m), and (4.8 – 6.4 m) from transgenic to non transgenic plants
were 13.78, 10.92, and 3.82%, respectively. At a distance of 7.2 – 8 m, the frequency of gene flow
was declined to 0%. The frequency of gene flow from transgenic potatoes to non transgenic
potatoes markedly decreased by increasing the isolation distance, and was negligible at 7.2 m.
277
Ambarwati dkk.
278
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang
279
Ambarwati dkk.
280
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang
0.8 m 0.8 m
x x x x x x x x x xx x x x x x x x x xx
6m
40 cm
11.2 m 4.0 3.2 2.4 1.6 0.8 0.8 1.6 2.4 3.2 4.0 …… 11.2 m
Gambar 1 Plot percobaan (atas) dan penanaman di lapang pada analisis perpindahan gen
(bawah)
transgenik Katahdin SP951 dengan non sedangkan tunas daun yang tidak tahan,
transgenik menunjukkan bahwa buah akan berubah warnanya menjadi kuning
hanya terbentuk pada jarak isolasi 0.8 pucat atau putih (Gambar 4b) atau sama
sampai 8 m (Tabel 1). Sebanyak 6 buah sekali tidak tumbuh tunas daun (Gambar
kentang sudah gugur sebelum masak 4 c) dan dianggap tidak lolos seleksi.
sehingga tidak dapat diproses untuk Semaian tahan dapat ditanam dan
seleksi lebih lanjut, karena belum dipelihara dalam media arang sekam dan
terbentuk biji. Biji yang berasal dari 67 pupuk kandang (Gambar 4d).
buah yaitu sebanyak 7772 biji diproses Tidak semua biji yang diproses dapat
untuk diseleksi lebih lanjut. Seleksi biji berkecambah. Kemampuan biji untuk
hasil persilangan alami dalam media dapat berkecambah berkisar dari 35.08
kanamisin 50mg/l ditampilkan pada sampai 60.52% (Tabel 1). Seleksi hanya
Gambar 4. Biji dengan kecambah ± 0.3 dilakukan pada biji yang mempunyai
sampai 0.5 cm (Gambar 4a) dipindahkan viabilitas untuk berkecambah. Hasil
ke media seleksi. Setelah kurang lebih 4 seleksi dengan metode secara cepat
– 6 minggu diseleksi, daun tanaman yang menggunakan kanamisin 50 mg/l,
tahan akan tetap hijau segar dan menunjukkan bahwa 55 sampai 82% biji
dianggap telah lolos seleksi kanamisin, berkecambah tidak tahan dalam seleksi,
281
Ambarwati dkk.
a b c
Gambar 2 Seleksi biji pada media MS0 padat, semua dapat tumbuh pada kanamisin 50 mg/l (a),
75 mg/l (b) dan 100 mg/l (c).
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 M 1 2 3 4 5 6 7 8 9
840 bp
619 bp
A B
Gambar 3 Hasil amplifikasi PCR: A) N-term end dan B) C term-end pada biji hasil
persilangan yang lolos seleksi kanamisin. M: 1 Kb DNA ladder, 1-3: biji lolos seleksi
kanamisin 50 mg/l, 4 – 6: biji lolos seleksi kanamisin 75 mg/l, 7: transgenik Katahdin
SP951, 8: Atlantic, 9: H2O.
Tabel 1 Seleksi cepat biji hasil persilangan alami tanaman kentang transgenik dengan non
transgenik pada berbagai jarak isolasi
Seleksi kanamisin 50 mg/l
Jarak Jumlah Jumlah Biji
isolasi buah biji berkecambah Tunas Tunas Tunas Tidak tumbuh
(m) yang daun daun daun tunas
diseleksi* hijau** kuning** putih** daun**
996 38 50 89 819
4.8 - 6.4 24 2805 (35.08) (3.82) (5.02) (8.94) (82.23)
9 0 1 3 5
7.2 - 8.0 1 25 (36) (0) (11.11) (33.33) (55.56)
*: Persentase dihitung dari jumlah biji, **: Persentase dihitung dari biji berkecambah yang diseleksi
282
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang
yang ditandai dengan tidak adanya setelah 4 sampai 6 minggu dalam media
pertumbuhan lebih lanjut, dan tidak dapat seleksi kanamisin.
membentuk tunas daun. Sebanyak 5 Persentase tingkat persilangan alami
sampai 33% biji dapat tumbuh untuk mengetahui terjadinya perpindahan
membentuk tunas daun hijau, namun gen dari tanaman kentang transgenik RB
demikian dalam perkembangannya tunas ke tanaman kentang non transgenik
daun mengalami bleaching menjadi dengan metode seleksi cepat, ditentukan
kuning atau putih setelah 1 sampai 2 berdasarkan biji berkecambah yang dapat
minggu dalam seleksi kanamisin. Hal ini tahan atau lolos seleksi kanamisin dengan
mengindikasikan bahwa biji tersebut tidak membentuk tunas daun hijau. Pada jarak
tahan. Sebaliknya, biji berkecambah yang isolasi 0.8 sampai 1.6 m dari tanaman
mampu bertahan, akan tumbuh memben- transgenik ke tanaman non transgenik,
tuk tunas daun yang tetap berwarna hijau, terjadi persilangan alami sebesar 13.78%
(Tabel 2). Pada jarak isolasi 2.4 - 4 m
A B C D
Gambar 4. Seleksi biji hasil persilangan alami. Perkecambahan biji pada media MS0 cair (a),
Biji berkecambah yang diseleksi dalam media MS0 cair + kanamisin 50 mg/l, dengan
tunas daun hijau, kuning atau putih (b) atau tidak dapat membentuk tunas daun (c) dan
semaian yang ditanam dan dipelihara dalam media arang sekam dan pupuk kandang (d).
Tabel 2 Perpindahan gen melalui persilangan alami berdasarkan seleksi kanamisin pada berbagai
jarak isolasi
Jarak isolasi (m) Biji berkecambah yang Lolos seleksi Tumbuh jadi
diseleksi kanamisin* tanaman**
0.8 -1.6 1139 157 (13.78) 5 (3.18)
283
Ambarwati dkk.
dan 4.8 - 6.4 m, berturut-turut terjadi kanamisin. Daun tanaman yang tidak
persilangan alami sebesar 10.92% dan tahan berubah menjadi putih dalam waktu
3.82%, dan pada jarak isolasi 7.2 - 8 m 7 hari, sedangkan tanaman dengan daun
tidak ada lagi persilangan alami karena tetap hijau dan tidak ada nekrosis
tidak ada biji berkecambah yang lolos menunjukkan tanaman tahan dan
seleksi kanamisin. Persentase tingkat mengandung produk gen seleksi. De
persilangan alami semakin kecil dengan Block et al. (1984) menguji ketahanan
bertambah jauhnya jarak isolasi. Pada biji F1 hasil penyerbukan tanaman
Tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak semua tembakau transgenik, yang diseleksi pada
biji berkecambah yang lolos seleksi media padat B5 dengan penambahan 100
kanamisin dapat tumbuh menjadi mg/l kanamisin. Biji yang tahan dapat
tanaman dengan akar dan daun. Dapat berkecambah dan membentuk semaian
dikatakan bahwa terjadinya perpindahan setelah 3 minggu,biji yang peka meskipun
gen melalui persilangan alami dapat dapat berkecambah, tetapi setelah 1
mempengaruhi viabilitas dan mengham- minggu kecambah tidak dapat tumbuh,
bat pertumbuhan tanaman. mengalami etiolasi dan mati setelah 2
minggu dalam media seleksi. Skrining
PEMBAHASAN ketahanan pada biji dari persilangan alami
tanaman kentang transgenik varietas
Seleksi introgresi gen melalui Desiree dengan non transgenik dilakukan
persilangan alami dilakukan mengguna- oleh McPartlan & Dale (1994). Biji
kan media MS0 cair dengan kanamisin disterilisasi dan ditanam pada media MS0
50 mg/l karena sudah bisa menyeleksi padat dengan 200 mg/l kanamisin.
biji yang tahan dan tidak tahan. Pertimba- Semaian dikategorikan sebagai peka
ngan pemakaian ini mengacu pada proses apabila mengalami bleaching atau
transformasi tanaman kentang. Seleksi memutih, sedangkan tanaman yang tahan
transforman RB dilakukan dengan media masih tetap hijau setelah 2 bulan dalam
ZIG (Cheng & Veilleux 1991) yang media seleksi.
mengandung kanamisin 50 mg/l. Plasmid Perpindahan gen melalui persila-
biner pCLD04541 yang digunakan untuk ngan alami pada penelitian ini adalah
trans-formasi kentang, selain mengan- sebesar 0 – 13.78%. Menurut Plaisted
dung gen RB juga membawa gen nptII, (1980) perkiraan tingkat penyerbukan
sehingga tanaman yang lolos seleksi silang tanaman kentang pada kondisi
kanamisin akan mengandung gen RB lapang berkisar dari 0 sampai 20%,
(Song et al. 2003). meskipun beberapa penelitian lain
Seleksi cepat dan simpel untuk menunjukkan bahwa potensi terjadinya
introgresi gen dilakukan oleh Weide et penyerbukan silang relatif kecil, dan
al. (1989) di rumah kaca menggunakan penyebaran serbuk sari pada umumnya
marka seleksi kanamisin. Tanaman terbatas (Harding & Harris 1994).
transgenik tomat muda dengan tiga Kemungkinan terjadinya transfer gen
sampai empat daun, disemprot larutan melalui persilangan alami ditentukan oleh
284
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang
jarak fisik antara spesies donor dan 1.5 sampai 3 m frekuensi hibrida yang
spesies penerima (McPartlan & Dale mengandung marka transgen sebesar
1994) serta sistem perkawinan dan model 1%, dan pada jarak 3-4.5 m, frekuensi-
penyerbukan (Messeguer 2003; Lu nya turun menjadi 0.05%. Pada jarak
2008). Menurut Treu dan Emberlin isolasi 4.5 - 6 m dan 9 sampai 10 m tidak
(2000) tingkat penyebaran serbuk sari dijumpai hibrida yang toleran klorsulfuron,
pada tanaman kentang berhubungan atau tidak ada perpindahan gen.
dengan jenis serangga penyerbuk atau Beberapa penelitian lapang pada tanaman
polinator. Bumblebees, seperti Bombus kentang transgenik yang mengandung
funebris di Peru dan Bombus impatiens transgen sebagai penanda, menunjukkan
di Amerika Serikat merupakan polinator bahwa penyebaran transgen oleh serbuk
yang baik untuk kentang (OECD 1997), sari ke tanaman kentang lainnya sangat
yang bergerak atau berpindah hanya terbatas dan tidak terjadi pada jarak lebih
pada jarak yang pendek diantara bunga, dari 10 m (Conner & Dale 1996).
sehingga sebagian besar serbuk sari Tindakan manajemen untuk memini-
tertahan atau tersimpan disekitar sumber malkan pindahnya transgen yang
serbuk sari (Skogsmyr 1994). dimediasi serbuk sari, dapat dilakukan
McPartlan & Dale (1994) menga- dengan pembatas fisik, meliputi isolasi
mati frekuensi perpindahan gen pada spasial, yaitu menanam spesies lain
berbagai jarak isolasi antara tanaman diantara plot tanaman transgenik dengan
kentang transgenik Desiree toleran non transgenik, isolasi temporal yaitu
herbisida dengan non transgeniknya. dengan perbedaan waktu tanam antara
Pada kentang transgenik ditanam secara transgenik dengan non transgenik serta
berseling dengan non transgenik, atau pembatas biologi, seperti penggunaan
pada jarak tanam dimana daunnya saling tanaman transgenik mandul jantan (Lu
bersinggungan, frekuensi progeni tana- 2008). Disamping itu, informasi mengenai
man non transgenik yang mengandung jarak isolasi minimal yang disyaratkan dari
gen ketahanan kanamisin berkisar dari tanaman transgenik ke non transgenik,
23.1 sampai 28.8%. Pada jarak isolasi 3 diperlukan untuk strategi manajemen
dan 10 m, frekuensinya berkurang perpindahan gen (Conner 2006).
masing-masing menjadi 2% dan 0.017%.
Dengan bertambah jauhnya jarak isolasi KESIMPULAN
sampai 20 m, tidak lagi terjadi
penyerbukan silang antara tanaman Perpindahan gen terjadi melalui
kentang transgenik dan non transgenik. persilangan alami dari tanaman kentang
Pengujian dispersal transgen melalui transgenik RB ke tanaman kentang non
serbuk sari dari tanaman kentang transgenik, berdasarkan metode seleksi
transgenik toleran herbisida klorsulfuron secara cepat dengan marka kanamisin
ke tanaman non transgenik yang 50 mg/l.
dilakukan di New Zealand (Tynan et al. Perpindahan gen melalui persilangan
1990), menunjukkan pada jarak isolasi alami pada jarak isolasi (0.8 - 1.6 m), (2.4-
285
Ambarwati dkk.
286
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang
Love, SL. 1994. Ecological risk of Plaisted, RL. 1980. Potato. In : Fehr WR.
growing transgenic potatoes in the & HH. Hadley (eds.). Hybridisa-
United States and Canada. Amer. tion of crop plants. American
Potato J. 71:647-658. Society of Agronomy, Madison.
Lu, BR. 2008. Transgene escape from 483-494.
GM crops and potential biosafety Song, J., JM. Bradeen, SK. Naess, JA.
consequences: An environmental Raasch, SW. Wielgus, GT.
perspective. Collection of Haberlach, J. Liu, H. Kuang, S.
Biosafety Reviews 4:66-141. Austin-Phillips, CR. Buell, JP.
Messeguer, J. 2003. Gene flow Helgeson, & J. Jiang. 2003. Gene
assessment in transgenic plants. RB cloned from Solanum
Plant Cell, Tissue and Organ bulbocastanum confers broad
Culture 73:201-212. spectrum resistance to potato late
McPartlan, HC. & PJ. Dale. 1994. An blight. Proc. Natl. Acad. Sci. USA
assessment of gene transfer by 100: 9128-9133.
pollen from field grown transgenic Skogsmyr, I. 1994. Gene dispersal from
potatoes to non transgenic potatoes transgenic potatoes to conspe-
and related species. Transgenic cifics: A field trial. Theor. App.
Research 3:216-225. Gen. 88:770-774.
[OECD] Organization for Economic Treu, R. & J. Emberlin. 2000. Pollen
Cooperation and Development. dispersal in the crops Maize (Zea
1997. Consensus Document on the mays), Oil seed rape (Brassica
Biology of Solanum tuberosum napus ssp oleifera), Potatoes
subsp. tuberosum (Potato). OECD (Solanum tuberosum), Sugar beet
Environmental Health Safety (Beta vulgaris ssp vulgaris) and
Publications, Series on Harmoni- Wheat (Triticum aestivum). Soil
zation of Regulatory Oversight Association.
in Biotechnology. No 8. Envir- Tynan, JL., MK. Williams, & AJ. Conner.
onment Directorate. Paris. 27. 1990. Low frequency of pollen
Purwito, A., H. Aswidinnoor, & N. Amin. dispersal from a field trial of
2001. Gene flow kapas transgenik transgenic potatoes. J. Gen.
di Sulawesi Selatan: Jarak dan Breed. 44:303-306.
frekuensi persilangan luar pada Weide, R., M. Koornneef, & P. Zabel.
kapas transgenik. Laporan Kajian 1989. A simple, nondestructive
Kapas Bt sub bidang Analisis spraying assay for the detection of
Risiko Lingkungan. Makalah an active kanamycin resistance
dipresentasikan dalam Diskusi gene in transgenic tomato plants.
Ilmiah tentang Evaluasi Pelepasan Theor. Appl. Genet.78:169-172.
Terbatas Kapas Bt di Sulawesi
Selatan. Bogor, 21 November 2001. Memasukkan: Maret 2011
Diterima: Juni 2011
287