Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Biologi Indonesia 7(2): 277-287 (2011)

Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang Transgenik


Katahdin RB ke Tanaman Kentang Non Transgenik

A. Dinar Ambarwati1, M. Herman1, Agus Purwito2 , Eri Sofiari3, & Hajrial


Aswidinnoor2

1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Darmaga, Bogor 16680
3
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang,
Bandung 40391

ABSTRACT

Preliminary study: Gene transfer from transgenic potato Katahdin RB to non transgenic
potato. One of the concerns associated with the release of transgenic crops, is the possibility
of the gene flow from transgenic crops to neighboring crops of the same species or to related
species. In plants, gene flow is a routine process occur through the natural hybridization. The
opportunity for gene flow occur depends principally on two factors, the degree of sexual
compatibility between donor and recipient species, and the physical distance between the
two. The experiment was conducted to determine whether the gene flow from transgenic
potato Katahdin RB to non transgenic was occurred, based on selection using a 50 mg/l
kanamycin, and to estimate gene flow mediated by natural hybridization at different isolation
distances. Preliminary result indicated that a rapid and simple method using MS0 liquid media
with kanamycin 50 mg/l was effective for screening the seeds. There was a gene flow from
transgenic potato Katahdin RB to non transgenic, based on a rapid and simple selection
method using 50 mg/l of kanamycin as selectable marker. The isolation distance used in the
study were 0.8, 1.6, 2.4, 3.2, 4.0, 4.8, 5.6, 6.4, 7.2, 8.0, 8.8, 9.6, 10.4, and 11.2 m from the row of
transgenic potato Katahdin RB. The gene flow through natural hybridization at a isolation
distances of (0.8 - 1.6 m), (2.4 – 4 m), and (4.8 – 6.4 m) from transgenic to non transgenic plants
were 13.78, 10.92, and 3.82%, respectively. At a distance of 7.2 – 8 m, the frequency of gene flow
was declined to 0%. The frequency of gene flow from transgenic potatoes to non transgenic
potatoes markedly decreased by increasing the isolation distance, and was negligible at 7.2 m.

Key words : natural hybridization, transgenic potato RB, kanamycin selection

PENDAHULUAN kurun waktu empat tahun berikutnya,


terdapat lebih dari 70 permohonan uji
Kentang transgenik pertama kali kentang transgenik di LUT yang telah
diuji di lapangan uji terbatas atau LUT disetujui di seluruh dunia (Chasseray &
(confined field trial) di United Duesing 1992), hampir 2% dari seluruh
Kingdom pada tahun 1987. Selama percobaan LUT kentang transgenik di

277
Ambarwati dkk.

dunia dilakukan di Amerika Tengah dan dengan mengidentifikasi suatu tanaman


Selatan, kurang lebih 8% adalah untuk dalam suatu populasi, dengan marka
sifat toleran herbisida, 58% untuk (marker) genetik (transgen) yang khas,
ketahanan terhadap serangga hama, dan mengikuti keberadaan marka
bakteri, cendawan patogen, dan sisanya tersebut pada generasi lebih lanjut melalui
untuk sifat perbaikan kualitas dan gen- teknik molekuler (Latta et al.1998).
gen penanda (Goy & Duesing 1995). Analisis perpindahan gen dengan metode
Untuk tanaman transgenik yang seleksi secara cepat untuk suatu
akan dikembangkan di Indonesia dan transgen, dianggap sebagai cara yang
digunakan sebagai bahan pangan dan efisien untuk identifikasi tanaman.
pakan seperti jagung, kedelai, kentang, Analisis laboratorium seperti Southern
harus memenuhi persyaratan keamanan Blot, ELISA, uji aktivitas enzim
hayati. Dalam rangka pengaturan merupakan metode yang mahal,
keamanan hayati telah dikeluarkan memerlukan waktu lama, terutama ketika
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 menganalisis sejumlah besar populasi
Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati tanaman (Howe & Feng 2004). Seleksi
Produk Rekayasa Genetik (Herman cepat dan sederhana (simple) telah
2009). Dalam PP No. 21 Tahun 2005 dilakukan oleh Weide et al. (1989); De
yang dimaksud dengan keamanan hayati Block et al. (1984) dan McPartlan &
adalah keamanan lingkungan, keamanan Dale (1994).
pangan, dan/atau keamanan pakan. Evaluasi perpindahan gen sehubu-
Salah satu aspek yang perlu dikaji ngan dengan penanaman kentang
sehubungan dengan tanaman transgenik transgenik telah dilakukan di Kanada dan
adalah kemungkinan risiko terjadinya Amerika Serikat (Love 1994). Pengujian
perpindahan gen (gene flow) ke tana- tingkat penyerbukan silang pada berbagai
man sekerabat atau ke kerabat liar jarak isolasi dari tanaman kentang
(McPartlan & Dale 1994; Messeguer transgenik toleran herbisida klorsulfuron
2003). Perpindahan gen merupakan dilakukan oleh Tynan et al. (1990);
suatu peristiwa yang terjadi secara rutin McPartlan & Dale (1994), sedangkan
melalui persilangan alami. Kemungkinan Skogsmyr (1994) mengkaji frekuensi
terjadinya perpindahan gen tergantung penyebaran transgen dari tanaman
dari dua faktor, yaitu tingkat kompatibi- kentang transgenik yang mengandung
litas seksual dan jarak isolasi antara gen penanda gus dan nptII. Banyaknya
spesies donor dan spesies penerima faktor yang mempengaruhi terjadinya
(McPartlan & Dale 1994). Jarak isolasi perpindahan gen menyebabkan kuantifi-
adalah jarak tanam antara baris tanaman kasi perpindahan gen tidak mudah
transgenik ke kentang non transgenik. dilakukan (Messeguer 2003). Informasi
Pada tanaman, perpindahan gen mengenai jarak isolasi minimal yang
dapat terjadi melalui penyebaran serbuk disyaratkan dari tanaman transgenik ke
sari (pollen), biji, atau organ vegetatif (Lu tanaman non transgenik diperlukan dalam
2008). Perpindahan gen dapat diukur strategi manajemen berkaitan dengan

278
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang

perpindahan gen (Conner 2006), 70% dan dikecambahkan dalam cawan


disamping faktor lain seperti isolasi fisik petri yang berisi media MS0 (MS tanpa
atau biologis (Celis et al. 2004). penambahan zat pengatur tumbuh). Biji
Di Indonesia, kajian perpindahan gen yang berkecambah ± 0.3 – 0.5 cm
dari tanaman kapas transgenik Bt diseleksi, baik pada media MS0 padat
(CryIAc) ke kapas non Bt sudah dengan penambahan 50, 75 dan 100 mg/
dilakukan di Sulawesi Selatan (Purwito l kanamisin maupun pada media MS0 cair
et al. 2001), sedangkan analisis perpinda- dengan penambahan kanamisin 50 dan
han gen untuk tanaman kentang transge- 75 mg/l. Biji berkecambah yang dapat
nik RB belum pernah dilaporkan di tahan atau lolos pada seleksi kanamisin,
Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan ditanam dalam pot kecil berisi media
studi pendahuluan untuk mengetahui campuran arang sekam, tanah dan pupuk
terjadinya perpindahan dari tanaman kandang dalam perbandingan volume
kentang transgenik RB ke tanaman 2:1:1. Untuk mengkonfirmasi terjadinya
kentang non transgenik, menggunakan perpindahan gen pada tanaman yang lolos
metode seleksi cepat dengan marka seleksi kanamisin, dilakukan analisis
kanamisin 50 mg/l dan tingkat persila- PCR. Daun tanaman diambil untuk
ngan alami pada berbagai jarak isolasi diisolasi DNAnya (Fulton et al. 1995)
antara tanaman kentang transge-nik RB kemudian dilakukan analisis molekuler
dengan tanaman kentang non transgenik, PCR, dengan primer 1-5(5’-CTCATTTT
yang berkaitan dengan perpindahan gen. ACCCCTACAA-3’) dan primer 3-5 (5’-
CGCAAAACCTGGGAAAAT-3’) serta
BAHAN DAN CARA KERJA primer cf1 (5’-TAAGCATGAGTT
GGAATAACT-3’) dan primer cr1 (5’-
Kajian perpindahan gen dilakukan di CGGTCAGAAGAGGATAAGGGA-3').
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Umbi kentang transgenik Katahdin
Lembang, Oktober 2008-Mei 2009. SP951, Katahdin non transgenik, Granola
Materi genetik yang digunakan adalah dan Atlantic ditumbuhkan sampai muncul
tanaman kentang transgenik Katahdin tunas (± 2-3 cm) kemudian ditanam di
SP951 yang membawa gen RB sebagai lapang. Tanah diolah dalam bedengan
sumber serbuk sari, dan Katahdin non berukuran 0.4 x 6 m untuk setiap baris
transgenik, Granola serta Atlantic. nomor tanaman yang akan diuji, kemudian
Transgenik Katahdin SP951 dan Katahdin dibuat lubang tanam yang berjarak 40 cm
non transgenik diperoleh dari Universitas pada tiap bedengan. Jarak antar baris
Wisconsin, Amerika Serikat melalui bedengan adalah 0.8 m. Bibit tanaman
kerjasama USAID - ABSP (Agricultu- ditanam pada setiap lubang, dan
ral Biotechnology Support Project) II. pemupukan dilakukan dengan pupuk
Materi yang digunakan adalah biji kandang 30 ton/ha, NPK (15-15-15) 800
hasil persilangan antara tanaman kentang kg/ha, dengan dosis ¾ diberikan pada saat
transgenik Katahdin SP951 dengan tanam dan 1/4 bagian pada saat tanaman
Atlantic. Biji disterilisasi dengan alkohol berumur 30 hari. Pemeliharaan terhadap

279
Ambarwati dkk.

organisme pengganggu tumbuhan (OPT) ke tanaman non transgenik, berdasarkan


dilakukan dengan penyemprotan biji berkecambah yang lolos seleksi
insektisida maupun fungisida. Tanaman kanamisin.
transgenik Katahdin SP951 ditanam
dalam satu baris bedengan, ditengah- HASIL
tengah plot. Sedangkan tanaman non
transgenik Katahdin, Granola, dan Uji pendahuluan introgresi gen
Atlantic ditanam secara berseling pada melalui persilangan alami dengan
satu baris bedengan, dengan berbagai metode seleksi secara cepat
jarak isolasi mengikuti pola tanam pada Uji pendahuluan seleksi secara cepat
budidaya kentang, yaitu 0.8, 1.6, 2.4, 3.2, untuk biji hasil persilangan, menunjukkan
4.0, 4.8, 5.6, 6.4, 7.2, 8.0, 8.8, 9.6, 10.4, bahwa semua biji yang diseleksi ternyata
dan 11.2 m dari baris tanaman transgenik. semuanya tahan dan dapat tumbuh,
Plot percobaan dan pertanaman di lapang setelah ± 3 minggu pada media MS0
disajikan pada Gambar 1. padat dengan kanamisin 50, 75, maupun
Seleksi secara cepat dilakukan 100 mg/l (Gambar 2). Seleksi dengan cara
menggunakan kanamisin sebagai marka ini ternyata tidak efektif karena tidak bisa
seleksi. Semua buah yang terbentuk pada menyeleksi biji tahan dan tidak tahan,
tanaman non transgenik pada berbagai sehingga perlu dicari alternatif lainnya.
jarak isolasi, diproses untuk mendapatkan Seleksi pada media MS0 cair, baik
biji. Semua biji disterilkan dengan alkohol dengan kanamisin 50 maupun 75 mg/l
70% dan direndam dalam larutan GA3 dapat menyeleksi biji berkecambah yang
1500 ppm selama satu malam untuk tahan dan tidak tahan. Biji berkecambah
pematahan dormansi. Biji dikecambah- yang lolos seleksi kanamisin selanjutnya
kan dalam cawan petri yang berisi media dianalisis secara molekuler untuk
MS0 (MS tanpa penambahan zat memastikan ada tidaknya introgresi gen
pengatur tumbuh) cair. Biji yang RB. Dari semua tanaman yang lolos
berkecambah ± 0.3 – 0.5 cm dipindahkan seleksi kanamisin 50 mg/l maupun 75 mg/
ke media seleksi yaitu MS0 cair dengan l ternyata positif mengandung gen RB,
penambahan kanamisin 50 mg/l, dengan munculnya produk amplifikasi
sedangkan biji yang tidak berkecambah berukuran 619 bp untuk produk N-term
dianggap tidak mempunyai viabilitas dan 840 bp untuk produk C-term (Gambar
untuk tumbuh sehingga tidak diseleksi. 3). Untuk tahap selanjutnya seleksi
Biji yang tahan dan tumbuh membentuk dilakukan menggunakan media MS0 cair
tunas daun hijau atau tidak mengalami dengan kanamisin 50 mg/l karena sudah
bleaching selama diseleksi dalam media bisa menyeleksi biji yang tahan dan tidak
kanamisin, dianggap telah lolos seleksi. tahan.
Perpindahan gen melalui tingkat
persilangan alami diamati pada jarak Kajian perpindahan gen
isolasi 0.8 – 1.6 m, 2.4 – 4 m, 4.8 – 6.4 m Penelitian pada berbagai jarak isolasi
dan 7.2 – 8 m dari tanaman transgenik yaitu 0.8 - 11.2 m antara tanaman

280
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang

0.8 m 0.8 m

x x x x x x x x x xx x x x x x x x x xx
6m

40 cm
11.2 m 4.0 3.2 2.4 1.6 0.8 0.8 1.6 2.4 3.2 4.0 …… 11.2 m

x : Transgenik Katahdin SP951


- : Non transgenik

Gambar 1 Plot percobaan (atas) dan penanaman di lapang pada analisis perpindahan gen
(bawah)

transgenik Katahdin SP951 dengan non sedangkan tunas daun yang tidak tahan,
transgenik menunjukkan bahwa buah akan berubah warnanya menjadi kuning
hanya terbentuk pada jarak isolasi 0.8 pucat atau putih (Gambar 4b) atau sama
sampai 8 m (Tabel 1). Sebanyak 6 buah sekali tidak tumbuh tunas daun (Gambar
kentang sudah gugur sebelum masak 4 c) dan dianggap tidak lolos seleksi.
sehingga tidak dapat diproses untuk Semaian tahan dapat ditanam dan
seleksi lebih lanjut, karena belum dipelihara dalam media arang sekam dan
terbentuk biji. Biji yang berasal dari 67 pupuk kandang (Gambar 4d).
buah yaitu sebanyak 7772 biji diproses Tidak semua biji yang diproses dapat
untuk diseleksi lebih lanjut. Seleksi biji berkecambah. Kemampuan biji untuk
hasil persilangan alami dalam media dapat berkecambah berkisar dari 35.08
kanamisin 50mg/l ditampilkan pada sampai 60.52% (Tabel 1). Seleksi hanya
Gambar 4. Biji dengan kecambah ± 0.3 dilakukan pada biji yang mempunyai
sampai 0.5 cm (Gambar 4a) dipindahkan viabilitas untuk berkecambah. Hasil
ke media seleksi. Setelah kurang lebih 4 seleksi dengan metode secara cepat
– 6 minggu diseleksi, daun tanaman yang menggunakan kanamisin 50 mg/l,
tahan akan tetap hijau segar dan menunjukkan bahwa 55 sampai 82% biji
dianggap telah lolos seleksi kanamisin, berkecambah tidak tahan dalam seleksi,

281
Ambarwati dkk.

a b c

Gambar 2 Seleksi biji pada media MS0 padat, semua dapat tumbuh pada kanamisin 50 mg/l (a),
75 mg/l (b) dan 100 mg/l (c).

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 M 1 2 3 4 5 6 7 8 9

840 bp
619 bp

A B

Gambar 3 Hasil amplifikasi PCR: A) N-term end dan B) C term-end pada biji hasil
persilangan yang lolos seleksi kanamisin. M: 1 Kb DNA ladder, 1-3: biji lolos seleksi
kanamisin 50 mg/l, 4 – 6: biji lolos seleksi kanamisin 75 mg/l, 7: transgenik Katahdin
SP951, 8: Atlantic, 9: H2O.

Tabel 1 Seleksi cepat biji hasil persilangan alami tanaman kentang transgenik dengan non
transgenik pada berbagai jarak isolasi
Seleksi kanamisin 50 mg/l
Jarak Jumlah Jumlah Biji
isolasi buah biji berkecambah Tunas Tunas Tunas Tidak tumbuh
(m) yang daun daun daun tunas
diseleksi* hijau** kuning** putih** daun**

1139 157 93 138 751


0.8 -1.6 20 2234 (50.98) (13.78) (8.17) (12.12) (65.94)

1639 179 184 212 1064


2.4 - 4.0 28 2708 (60.52) (10.92) (11.23) (12.93) (64.92)

996 38 50 89 819
4.8 - 6.4 24 2805 (35.08) (3.82) (5.02) (8.94) (82.23)

9 0 1 3 5
7.2 - 8.0 1 25 (36) (0) (11.11) (33.33) (55.56)

*: Persentase dihitung dari jumlah biji, **: Persentase dihitung dari biji berkecambah yang diseleksi

282
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang

yang ditandai dengan tidak adanya setelah 4 sampai 6 minggu dalam media
pertumbuhan lebih lanjut, dan tidak dapat seleksi kanamisin.
membentuk tunas daun. Sebanyak 5 Persentase tingkat persilangan alami
sampai 33% biji dapat tumbuh untuk mengetahui terjadinya perpindahan
membentuk tunas daun hijau, namun gen dari tanaman kentang transgenik RB
demikian dalam perkembangannya tunas ke tanaman kentang non transgenik
daun mengalami bleaching menjadi dengan metode seleksi cepat, ditentukan
kuning atau putih setelah 1 sampai 2 berdasarkan biji berkecambah yang dapat
minggu dalam seleksi kanamisin. Hal ini tahan atau lolos seleksi kanamisin dengan
mengindikasikan bahwa biji tersebut tidak membentuk tunas daun hijau. Pada jarak
tahan. Sebaliknya, biji berkecambah yang isolasi 0.8 sampai 1.6 m dari tanaman
mampu bertahan, akan tumbuh memben- transgenik ke tanaman non transgenik,
tuk tunas daun yang tetap berwarna hijau, terjadi persilangan alami sebesar 13.78%
(Tabel 2). Pada jarak isolasi 2.4 - 4 m

A B C D

Gambar 4. Seleksi biji hasil persilangan alami. Perkecambahan biji pada media MS0 cair (a),
Biji berkecambah yang diseleksi dalam media MS0 cair + kanamisin 50 mg/l, dengan
tunas daun hijau, kuning atau putih (b) atau tidak dapat membentuk tunas daun (c) dan
semaian yang ditanam dan dipelihara dalam media arang sekam dan pupuk kandang (d).

Tabel 2 Perpindahan gen melalui persilangan alami berdasarkan seleksi kanamisin pada berbagai
jarak isolasi

Jarak isolasi (m) Biji berkecambah yang Lolos seleksi Tumbuh jadi
diseleksi kanamisin* tanaman**
0.8 -1.6 1139 157 (13.78) 5 (3.18)

2.4 - 4.0 1639 179 (10.92) 4 (2.23)

4.8 - 6.4 996 38 (3.82) 1 (2.63)

7.2 - 8.0 9 0 (0) 0 (0)

*: Persentase dihitung dari biji berkecambah yang diseleksi,


**: Tanaman berasal dari tunas lolos seleksi kanamisin

283
Ambarwati dkk.

dan 4.8 - 6.4 m, berturut-turut terjadi kanamisin. Daun tanaman yang tidak
persilangan alami sebesar 10.92% dan tahan berubah menjadi putih dalam waktu
3.82%, dan pada jarak isolasi 7.2 - 8 m 7 hari, sedangkan tanaman dengan daun
tidak ada lagi persilangan alami karena tetap hijau dan tidak ada nekrosis
tidak ada biji berkecambah yang lolos menunjukkan tanaman tahan dan
seleksi kanamisin. Persentase tingkat mengandung produk gen seleksi. De
persilangan alami semakin kecil dengan Block et al. (1984) menguji ketahanan
bertambah jauhnya jarak isolasi. Pada biji F1 hasil penyerbukan tanaman
Tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak semua tembakau transgenik, yang diseleksi pada
biji berkecambah yang lolos seleksi media padat B5 dengan penambahan 100
kanamisin dapat tumbuh menjadi mg/l kanamisin. Biji yang tahan dapat
tanaman dengan akar dan daun. Dapat berkecambah dan membentuk semaian
dikatakan bahwa terjadinya perpindahan setelah 3 minggu,biji yang peka meskipun
gen melalui persilangan alami dapat dapat berkecambah, tetapi setelah 1
mempengaruhi viabilitas dan mengham- minggu kecambah tidak dapat tumbuh,
bat pertumbuhan tanaman. mengalami etiolasi dan mati setelah 2
minggu dalam media seleksi. Skrining
PEMBAHASAN ketahanan pada biji dari persilangan alami
tanaman kentang transgenik varietas
Seleksi introgresi gen melalui Desiree dengan non transgenik dilakukan
persilangan alami dilakukan mengguna- oleh McPartlan & Dale (1994). Biji
kan media MS0 cair dengan kanamisin disterilisasi dan ditanam pada media MS0
50 mg/l karena sudah bisa menyeleksi padat dengan 200 mg/l kanamisin.
biji yang tahan dan tidak tahan. Pertimba- Semaian dikategorikan sebagai peka
ngan pemakaian ini mengacu pada proses apabila mengalami bleaching atau
transformasi tanaman kentang. Seleksi memutih, sedangkan tanaman yang tahan
transforman RB dilakukan dengan media masih tetap hijau setelah 2 bulan dalam
ZIG (Cheng & Veilleux 1991) yang media seleksi.
mengandung kanamisin 50 mg/l. Plasmid Perpindahan gen melalui persila-
biner pCLD04541 yang digunakan untuk ngan alami pada penelitian ini adalah
trans-formasi kentang, selain mengan- sebesar 0 – 13.78%. Menurut Plaisted
dung gen RB juga membawa gen nptII, (1980) perkiraan tingkat penyerbukan
sehingga tanaman yang lolos seleksi silang tanaman kentang pada kondisi
kanamisin akan mengandung gen RB lapang berkisar dari 0 sampai 20%,
(Song et al. 2003). meskipun beberapa penelitian lain
Seleksi cepat dan simpel untuk menunjukkan bahwa potensi terjadinya
introgresi gen dilakukan oleh Weide et penyerbukan silang relatif kecil, dan
al. (1989) di rumah kaca menggunakan penyebaran serbuk sari pada umumnya
marka seleksi kanamisin. Tanaman terbatas (Harding & Harris 1994).
transgenik tomat muda dengan tiga Kemungkinan terjadinya transfer gen
sampai empat daun, disemprot larutan melalui persilangan alami ditentukan oleh

284
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang

jarak fisik antara spesies donor dan 1.5 sampai 3 m frekuensi hibrida yang
spesies penerima (McPartlan & Dale mengandung marka transgen sebesar
1994) serta sistem perkawinan dan model 1%, dan pada jarak 3-4.5 m, frekuensi-
penyerbukan (Messeguer 2003; Lu nya turun menjadi 0.05%. Pada jarak
2008). Menurut Treu dan Emberlin isolasi 4.5 - 6 m dan 9 sampai 10 m tidak
(2000) tingkat penyebaran serbuk sari dijumpai hibrida yang toleran klorsulfuron,
pada tanaman kentang berhubungan atau tidak ada perpindahan gen.
dengan jenis serangga penyerbuk atau Beberapa penelitian lapang pada tanaman
polinator. Bumblebees, seperti Bombus kentang transgenik yang mengandung
funebris di Peru dan Bombus impatiens transgen sebagai penanda, menunjukkan
di Amerika Serikat merupakan polinator bahwa penyebaran transgen oleh serbuk
yang baik untuk kentang (OECD 1997), sari ke tanaman kentang lainnya sangat
yang bergerak atau berpindah hanya terbatas dan tidak terjadi pada jarak lebih
pada jarak yang pendek diantara bunga, dari 10 m (Conner & Dale 1996).
sehingga sebagian besar serbuk sari Tindakan manajemen untuk memini-
tertahan atau tersimpan disekitar sumber malkan pindahnya transgen yang
serbuk sari (Skogsmyr 1994). dimediasi serbuk sari, dapat dilakukan
McPartlan & Dale (1994) menga- dengan pembatas fisik, meliputi isolasi
mati frekuensi perpindahan gen pada spasial, yaitu menanam spesies lain
berbagai jarak isolasi antara tanaman diantara plot tanaman transgenik dengan
kentang transgenik Desiree toleran non transgenik, isolasi temporal yaitu
herbisida dengan non transgeniknya. dengan perbedaan waktu tanam antara
Pada kentang transgenik ditanam secara transgenik dengan non transgenik serta
berseling dengan non transgenik, atau pembatas biologi, seperti penggunaan
pada jarak tanam dimana daunnya saling tanaman transgenik mandul jantan (Lu
bersinggungan, frekuensi progeni tana- 2008). Disamping itu, informasi mengenai
man non transgenik yang mengandung jarak isolasi minimal yang disyaratkan dari
gen ketahanan kanamisin berkisar dari tanaman transgenik ke non transgenik,
23.1 sampai 28.8%. Pada jarak isolasi 3 diperlukan untuk strategi manajemen
dan 10 m, frekuensinya berkurang perpindahan gen (Conner 2006).
masing-masing menjadi 2% dan 0.017%.
Dengan bertambah jauhnya jarak isolasi KESIMPULAN
sampai 20 m, tidak lagi terjadi
penyerbukan silang antara tanaman Perpindahan gen terjadi melalui
kentang transgenik dan non transgenik. persilangan alami dari tanaman kentang
Pengujian dispersal transgen melalui transgenik RB ke tanaman kentang non
serbuk sari dari tanaman kentang transgenik, berdasarkan metode seleksi
transgenik toleran herbisida klorsulfuron secara cepat dengan marka kanamisin
ke tanaman non transgenik yang 50 mg/l.
dilakukan di New Zealand (Tynan et al. Perpindahan gen melalui persilangan
1990), menunjukkan pada jarak isolasi alami pada jarak isolasi (0.8 - 1.6 m), (2.4-

285
Ambarwati dkk.

4 m), dan (4.8–6.4 m) dari tanaman Zambryski. 1984. Expression of


kentang transgenik RB ke tanaman non foreign genes in regenerated plants
transgenik, berturut- turut s 13.78, 10.92, and in their progeny. The EMBO
dan 3.82%. Pada jarak isolasi (7.2 – 8 J. 3(8):16 81-1689.
m) sudah tidak terjadi persilangan alami Fulton, TM., J. Chunwongse, & SD.
(0%). Tanksley. 1995. Microprep protocol
Persentase perpindahan gen melalui for extraction of DNA from plants.
persilangan alami semakin menurun Plant Mol. Biol. Rep. 13(3):207-
dengan bertambah jauhnya jarak isolasi. 209.
Goy, PA. & JH. Duesing. 1995. From
DAFTAR PUSTAKA pots to plots: genetically modified
plants on trial. Bio/Technology
Celis, C., M. Scurrah, S. Cowgill, S. 13:454-458.
Chumbiauca, J. Green, J. Franco, Harding, K. & PS. Harris. 1994. Risk
G. Main, D. Kilzebrink, RGF. assessment of the release of
Visser, & HJ. Atkinson. 2004. genetically modified plants. A
Environmental biosafety and review. MAFF.
transgenic potato in a centre of Herman, M. 2009. Pengaturan keama-
diversity for this crop. Nature 432: nan tanaman PRG di Indonesia.
222-225. Dalam: Purwantara B & M.
Conner, AJ. & PJ. Dale. 1996. Reconsi- Thohari (eds.). Tanaman Produk
deration of pollen dispersal data Rekayasa Genetik dan Kebija-
from field trials of transgenic pota- kan Pengembangannya. Volume
toes. Theor. Appl. Genet. 92(5): 2. Status global tanaman produk
505-508. rekayasa genetik dan regulasi-
Conner, AJ. 2006. Biosafety evaluation nya. Balai Besar Penelitian dan
of transgenic potatoes: Gene flow Pengembangan Biotekno-logi dan
from transgenic potatoes. Interna- Sumber Daya Genetik Pertanian.
tional Symposium, Ecological and Badan Penelitian dan Pengemba-
Environmental Biosafety of ngan Pertanian, Departemen
Transgenic Plants.127-140. Pertanian. 105-132.
Chasseray, E. & J. Duesing. 1992. Field Howe, AR. & PCC. Feng. 2004. Assay
trials of transgenic plants an for the detection of selectable
overview. Agro-Food-Industry marker expression in plants. Patent
Hi-Tech 3(4):5-10. Application Publication. 1-10.
Cheng, J. & RE. Veilleux . 1991. Genetic Latta, RG., YB. Linhart, D. Fleck, & M.
analysis of protoplast cultureability Elliot. 1998. Direct and indirect esti-
in Solanum phureja. Plant mates of seed versus pollen move-
Science. 75: 257-265. ment within a population of ponde-
De-Block, M., L. Herrera-Estrella, M. rosa pine. Evolution 52:61-67.
Van Montagu, J. Schell, & P.

286
Kajian Pendahuluan: Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang

Love, SL. 1994. Ecological risk of Plaisted, RL. 1980. Potato. In : Fehr WR.
growing transgenic potatoes in the & HH. Hadley (eds.). Hybridisa-
United States and Canada. Amer. tion of crop plants. American
Potato J. 71:647-658. Society of Agronomy, Madison.
Lu, BR. 2008. Transgene escape from 483-494.
GM crops and potential biosafety Song, J., JM. Bradeen, SK. Naess, JA.
consequences: An environmental Raasch, SW. Wielgus, GT.
perspective. Collection of Haberlach, J. Liu, H. Kuang, S.
Biosafety Reviews 4:66-141. Austin-Phillips, CR. Buell, JP.
Messeguer, J. 2003. Gene flow Helgeson, & J. Jiang. 2003. Gene
assessment in transgenic plants. RB cloned from Solanum
Plant Cell, Tissue and Organ bulbocastanum confers broad
Culture 73:201-212. spectrum resistance to potato late
McPartlan, HC. & PJ. Dale. 1994. An blight. Proc. Natl. Acad. Sci. USA
assessment of gene transfer by 100: 9128-9133.
pollen from field grown transgenic Skogsmyr, I. 1994. Gene dispersal from
potatoes to non transgenic potatoes transgenic potatoes to conspe-
and related species. Transgenic cifics: A field trial. Theor. App.
Research 3:216-225. Gen. 88:770-774.
[OECD] Organization for Economic Treu, R. & J. Emberlin. 2000. Pollen
Cooperation and Development. dispersal in the crops Maize (Zea
1997. Consensus Document on the mays), Oil seed rape (Brassica
Biology of Solanum tuberosum napus ssp oleifera), Potatoes
subsp. tuberosum (Potato). OECD (Solanum tuberosum), Sugar beet
Environmental Health Safety (Beta vulgaris ssp vulgaris) and
Publications, Series on Harmoni- Wheat (Triticum aestivum). Soil
zation of Regulatory Oversight Association.
in Biotechnology. No 8. Envir- Tynan, JL., MK. Williams, & AJ. Conner.
onment Directorate. Paris. 27. 1990. Low frequency of pollen
Purwito, A., H. Aswidinnoor, & N. Amin. dispersal from a field trial of
2001. Gene flow kapas transgenik transgenic potatoes. J. Gen.
di Sulawesi Selatan: Jarak dan Breed. 44:303-306.
frekuensi persilangan luar pada Weide, R., M. Koornneef, & P. Zabel.
kapas transgenik. Laporan Kajian 1989. A simple, nondestructive
Kapas Bt sub bidang Analisis spraying assay for the detection of
Risiko Lingkungan. Makalah an active kanamycin resistance
dipresentasikan dalam Diskusi gene in transgenic tomato plants.
Ilmiah tentang Evaluasi Pelepasan Theor. Appl. Genet.78:169-172.
Terbatas Kapas Bt di Sulawesi
Selatan. Bogor, 21 November 2001. Memasukkan: Maret 2011
Diterima: Juni 2011

287

You might also like