Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

PELESTARIAN TINGGALAN BUDAYA BAWAH AIR:

PEMANFAATAN KAPAL KARAM SEBAGAI DAYA TARIK


WISATA SELAM

Roby Ardiwidjaja
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan, Kementerian Pariwisata, Jl. Merdeka Barat No. 17 Jakarta
r_ardiwidjaja@yahoo.com

Abstract. Preservation of Underwater Cultural Heritage: Shipwreck as a Diving Attraction.


Indonesia is the largest archipelago country in the world; two thirds of its territory is the sea. One of
President Jokowi's missions is that the government will focus more on Indonesian maritime strategic
thinking, by implementing the concept of "Global Maritime Fulcrum." The keys to make it happen are
embodied in two important pillars of the five-pillar concept, namely maritime culture revitalization
and marine resource management. Marine-based sustainable tourism development is to be conducted
with a synergy between reinforcing maritime culture and utilizing marine resources. The problem is,
on one side, is that the condition of coral reef ecosystem as a diving attraction has deteriorated due to
human activities. On the other side, the underwater cultural resources have not been optimally utilized,
and are often taken illegally. This research intends to present a general overview about utilization of
underwater cultural heritages as diving tourism attraction, using method of literature study. Many
references mention that the territorial waters of Indonesia in the past were important international
vessel shipping lanes, as evidenced by the number of shipwrecked artifacts discovered by fishermen
or stolen by treasure seekers. The availability of underwater cultural resources underwater such as
shipwrecks and the declining quality of coral reefs can be utilized as a marine tourism attraction,
particularly diving, while we also attempt to preserve marine cultural heritage.
Keywords: Preservation, Shipwreck, Attraction, Marine Tourism

Abstrak. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dua pertiga dari wilayahnya adalah
laut. Salah satu misi Presiden Jokowi, Pemerintah Indonesia akan lebih fokus pada pemikiran strategis
maritim Indonesia dengan mengimplementasikan konsep Global Maritime Fulcrum (Poros Maritim
Dunia). Kunci keberhasilan untuk mewujudkannya telah tertuang dalam dua pilar penting dari
konsep lima pilar, yaitu membangun kembali budaya maritim dan mengelola sumber daya kelautan.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis bahari dilakukan dengan sinergi antara memperkuat
budaya bahari dan pemanfaatan sumber daya kelautan. Permasalahannya di satu sisi bahwa kondisi
ekosistem terumbu karang sebagai atraksi selam semakin memburuk akibat ulah manusia. Pada sisi
lain sumber daya tinggalan budaya bawah air belum optimal dimanfaatkan, bahkan seringkali diambil
secara ilegal. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pemanfaatan warisan budaya
bawah air sebagai daya tarik wisata selam. Metode yang digunakan ialah kajian kepustakaan. Wilayah
perairan Indonesia pada masa lalu merupakan jalur pelayaran kapal internasional yang penting. Hal
tersebut dibuktikan dengan banyaknya artefak kapal karam ditemukan oleh nelayan atau dicuri oleh
pencari harta karun. Ketersediaan sumber daya budaya tinggalan bawah air seperti kapal-kapal karam
dan menurunannya kualitas terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata bahari
khususnya selam, sekaligus upaya pelestarian warisan budaya bahari.
Kata Kunci: Pelestarian, Kapal Karam, Atraksi, Wisata Bahari

1. Pendahuluan (Pardosi 2016), mengacu pada buku Sea Power


Wilayah perairan Indonesia sekitar Indonesia yang disusun oleh Marsetio, beberapa
abad ke-10-19 merupakan perempatan jalur wilayah seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan,
pelayaran kapal yang sangat ramai. Menurut Sulawesi, dan bagian timur Indonesia lainnya
Naskah diterima tanggal 20 April 2017, diperiksa 25 April 2017, dan disetujui tanggal 3 November 2017.

133
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

merupakan bandar jalur perniagaan dari Cina. pendekatan pembangunan pariwisata berke-
Sejarah tersebut dibuktikan dengan banyaknya lanjutan melalui konsep wisata bahari,
ditemukan tinggalan budaya bawah air pada khususnya wisata selam. Wisata selam di
masa lalu, salah satunya berupa kapal tenggelam satu sisi memiliki ketentuan yang sangat
beserta muatannya. menjunjung pelestarian, dan di sisi lain
Indonesia sebagai negara maritim, memberikan manfaat edukasi dan ekonomi
memiliki kekayaan yang beranekaragam, mulai yang memadai. Permasalahannya adalah bahwa
dari flora dan fauna laut hingga tinggalan atraksi wisata selam berupa potensi terumbu
budaya bawah air berupa kapal tenggelam karang, mangroove, padang lamun, serta
beserta muatannya, yang dapat dimanfaatkan fauna kondisinya terancam rusak dan punah.
untuk kepentingan, antara lain sektor Kondisi terumbu karang di Indonesia sekarang
perikanan, pariwisata, dan industri kelautan ini, menurut Pusat Penelitian Oseanografi,
(Kusumastanto 2013, 13-19). Atas dasar sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
dan bukti tinggalan inilah, pemerintah sekarang sangat mengkhawatirkan akibat praktik ilegal,
mencanangkan pembangunan Indonesia ke seperti penggunaan bahan peledak dan racun
depan sebagai poros maritim dunia (Muhamad sianida dalam penangkapan ikan (Greenpeace
2014, 6). Upaya mewujudkannya, Indonesia 2013, 1). Belum lagi kegiatan reklamasi dengan
dituntut kemampuannya mengelola sumber penebangan hutan bakau, pengambilan terumbu
daya maritim untuk kesejahteraan bangsa karang, serta pembangunan sarana dan fasilitas
serta menjaga dan mencegah dari berbagai kepariwisataan yang tidak mengindahkan
pelanggaran hukum (Muhamad 2014, 6). lingkungan.
Menyadari potensi kelautan yang Kondisi yang memperlihatkan semakin
memiliki makna strategis bagi pembangunan banyaknya terumbu karang sebagai atraksi
nasional, sejak beberapa tahun terakhir, wisata selam yang rusak menuntut adanya
Pemerintah telah mulai mengubah orientasi upaya terobosan yang mampu memberikan
pembangunan untuk mengelola potensi dari alternatif atraksi wisata selam baru. Salah satu
basis darat (land based) ke basis laut (sea diantaranya adalah potensi kelautan yang belum
based). Menurut United Nations Environment dikelola secara maksimal, yaitu tinggalan
Programme (UNEP) (2013, 280), pesisir budaya bawah air pada masa lalu berupa
dan wisata bahari juga dapat memberikan kapal karam/tenggelam beserta muatannya
kesempatan bagi negara berkembang untuk (shipwreck).
melestarikan dan melindungi ekosistem dan
spesies dengan memanfaatkan wilayah laut 2. Metode
(marine dan sub marine) dan untuk kepentingan Penulisan artikel ini baru berupa
pariwisata yang berkelanjutan. Namun, pendahuluan (preliminary research) dalam
dalam pelaksanaannya masih sering terjadi memahami lebih dalam fenomena baru yang
eksploitasi potensi kelautan secara berlebihan berkembang, yaitu wisata selam. Metode
(over exploitation) sehingga menimbulkan yang digunakan adalah historis bibliografis
degradasi yang sangat mengkhawatirkan berupa kajian pustaka dengan langkah kerja
terhadap kelangsungan potensi lingkungan menghimpun, menyusun atau mengklasifikasi,
kelautan. menganalisis, dan menginterpretasi data dan
Salah satu pendekatan pembangunan informasi kepustakaan yang terkumpul (Al
kelautan secara berkelanjutan yang sedang Hamdani et al. 2015, 10-16). Kajian kepustakaan
digalakkan oleh Pemerintah saat ini adalah dilakukan melalui pengumpulan data dan

134
Pelestarian Tinggalan Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Karam sebagai Daya Tarik Wisata Selam. Roby Ardiwidjaja

informasi yang relevan dengan masalah yang mencapai antara 2.000–3.000 lokasi bahkan
dikaji dengan mengandalkan ketersediaan lebih (Caixia 2011, 41-42). Pemerintah baru
literatur terkini dan hasil penelitian, khususnya menaruh perhatian terhadap pentingnya data
yang terkait dengan pelestarian cagar budaya, dan informasi persebaran BMKT di Indonesia
tinggalan budaya kapal karam yang dikenal sekitar tahun 1990-an. Terbatasnya anggaran
dengan Benda Berharga Asal Muatan Kapal dan sumber daya manusia menjadikan kegiatan
Tenggelam (BMKT) serta pariwisata berbasis inventarisasi data mengenai perkiraan jumlah,
bahari, khususnya daya tarik wisata selam. jenis, bentuk, serta lokasi kapal karam tidak
berjalan dengan semestinya. Akibatnya,
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pemerintah memiliki data dan informasi
Dalam berbagai data dan informasi keberadaan dan profil BMKT sangat minim,
dalam dan luar negeri sering disebutkan bahkan data terakhir yang dapat dihimpun
bahwa wilayah perairan Indonesia pada masa termasuk dari para nelayan adalah seperti tabel
lalu memiliki peran yang penting dalam arus berikut.
lalu-lintas perdagangan, baik lokal maupun Tabel 1. Persebaran Lokasi BMKT di Indonesia
antarnegara. Sejarah membuktikan bahwa (Sumber: Ditjen P2SDKP 2011)
posisi geografis Kepulauan Indonesia yang No Daerah Jumlah
terletak antara Benua Asia dan Benua Australia, 1 Selat Bangka 7
serta diapit oleh Samudra Indonesia dan 2 Belitung 9
Samudra Pasifik merupakan “perempatan” jalur 3 Selat Gaspar, SumSel 5
pelayaran internasional. Hal ini dibuktikan 4 Selat Karimata 3
juga dengan adanya temuan arkeologi bawah 5 Perairan Riau 17
air yang berupa benda-benda berharga muatan 6 Selat Malaka 37
kapal yang tenggelam di dasar laut. Dapat 7 Kepulauan Seribu 18
dikatakan bahwa perairan Indonesia termasuk 8 Perairan Jawa Tengah 9
salah satu kawasan persebaran kapal kuno 9 Karimun Jawa, Jepara 14
yang tenggelam terbanyak. Kapal-kapal itu 10 Selat Madura 5
pada umumnya berupa kapal dagang atau 11 NTB/NTT 8
pengangkut barang dagangan yang penyebaran
12 Pelabuhan Ratu 134
lokasi tenggelamnya biasanya mengikuti jalur
13 Selat Makassar 8
pelayaran pada masa lalu yang dikenal sebagai
14 Perairan Cilacap, Jateng 51
jalur rempah atau sutra (spice and silk routes).
15 Perairan Arafuru, Maluku 57
16 Perairan Ambon, Buru 13
3.1 Keberadaan Situs Kapal Tenggelam
17 Perairan Halmahera, Tidore 16
Potensi luas perairan dan benda
18 Perairan Morotai 7
arkeologi berupa kapal tenggelam beserta
19 Teluk Tomini, Sulut 3
benda berharganya memiliki nilai strategis
20 Irian Jaya 32
bagi pembangunan nasional, khususnya pada
21 Kepulauan Enggano 11
bidang pendidikan, perekonomian, sosial
Total 464
dan budaya. Apabila dibandingkan dengan
25.000 lokasi kapal tenggelam di perairan
sekitar Inggris yang luasnya tidak melebihi Kapal tenggelam atau shipwreck beserta
sepersepuluh luas perairan Indonesia, jumlah benda berharga muatannya merupakan kapal
lokasi kapal tenggelam yang bernilai ekonomis kuno yang tenggelam sebelum abad ke-20

135
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

Peta 1. Persebaran BMKT di Bangka Belitung dan Kepulauan Riau (Sumber: Kelompok Kerja Teknis PANNAS BMKT
2003)

Peta 2. Persebaran BMKT Kepulauan Riau (Sumber: (Kelompok Kerja Teknis PANNAS BMKT 2003)

hingga masa Perang Dunia II. Jumlah kapal harta karun, benda berharga asal muatan kapal
tenggelam di perairan Indonesia diperkirakan yang tenggelam dan benda berharga dapat
mencapai hingga ribuan kapal (Mundardjito digolongkan sebagai benda tinggalan budaya
2007, 16-17). Penemuan benda tinggalan masa lampau yang tidak diketahui pemiliknya.
budaya bawah air tersebut selanjutnya Pengertian ini didasari pemahaman dari kitab
menimbulkan berbagai istilah dan pengertian agama sehingga banyak masyarakat menyebut
baru, seperti harta karun, benda berharga asal benda berharga masa lalu yang ditemukan dan
muatan kapal yang tenggelam, dan benda tidak diketahui pemiliknya disebut sebagai
berharga. Menurut Supardi (2000), pengertian harta karun.

136
Pelestarian Tinggalan Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Karam sebagai Daya Tarik Wisata Selam. Roby Ardiwidjaja

Peta 3. Persebaran BMKT Indonesia Barat dan Timur (Sumber: Kelompok Kerja Teknis PANNAS BMKT 2003)

Peta 4. Persebaran BMKT Indonesia Timur (Sumber: Kelompok KerjaTeknis PANNAS BMKT 2003)

3.2 Kebijakan Pengelolaan Situs Kapal kesamaan dengan kriteria cagar budaya yang
Tenggelam mencakup umur, buatan manusia, serta nilai
Pengelolaan situs cagar budaya kapal yang terkandung di dalamnya. Setelah kasus
tenggelam dimulai sejak tahun 1980-an hingga pengangkatan ilegal muatan kapal kargo VOC
sekarang. Pemerintah mengeluarkan peraturan Geldermalsen pada 1986 yang karam pada
yang berorientasi pada upaya eksploitasi 1751 di perairan Pulau Buaya, Riau, peraturan
(Economic Values). Dalam UU Nomor 5 Tahun terkait dengan pengelolaan tinggalan budaya
1992 disebutkan, tinggalan budaya bawah air kapal tenggelam beserta muatannya yang
seperti kapal tenggelam beserta muatannya yang diterbitkan pada masa kini menunjukkan
tidak diketahui pemiliknya dianggap memiliki nuansa pemanfaatan potensi ekonominya sangat

137
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

dominan, masih fokus pada sisi pemanfaatan tertentu. Selanjutnya dilakuan penggambaran,
nilai ekonomi. pemetaan, dan pencatatan bentuk, ukuran,
Permasalahan pengelolaan cagar budaya dan jenis CB serta teknologi pembuatannya
bawah air dapat diamati mulai dari keberadaan agar dapat diketahui asal CB, besaran, dan
kepanitian nasional yang mengoordinasi umur CB tersebut (Koestoro 2000, 25-40).
pemanfaatan nilai ekonomi yang disebut Panitia Kebijakan dalam hal upaya melestarikan cagar
Nasional Benda Berharga Asal Muatan Kapal budaya kapal tenggelam diantaranya dengan
Tenggelam (PANNAS BMKT) untuk diambil menerbitkan peraturan-peraturan. PANNAS
dan dijual (Ramelan 2012, 90). Lebih jauh BMKT memberlakukan penghentian sementara
Kasanah (2016) menjelaskan bahwa sejak tahun (moratorium) pemberian rekomendasi izin sur-
1989 sampai dengan tahun 2011, PANNAS vei dan izin pengangkatan BMKT sejak tanggal
BMKT telah mengeluarkan izin survei, 11 November 2011 hingga sekarang. Moratorium
pengangkatan, dan pemanfaatan situs BMKT di itu sebagai tindak lanjut terbitnya UU Nomor 11
75 lokasi. Namun, upaya eksploitasi tinggalan Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Konvensi
budaya kapal tenggelam beserta muatannya Internasional Perlindungan Tinggalan Bawah
hingga sekarang masih belum memberikan Laut/Air Tahun 2001. Kebijakan dan peraturan
manfaat kepada banyak pihak, termasuk tersebut diperkuat dengan Permen-KP/2016
masyarakat sekitar yang memiliki kepentingan tahun 2016 tentang ketentuan moratorium
terhadap keberadaan tinggalan budaya bawah perizinan survei dan pengangkatan tinggalan
air tersebut. budaya kapal tenggelam beserta muatannya.
Kenyataannya pemanfaatan yang Mengacu pada kebijakan tersebut,
dilakukan Pemerintah hanya terfokus pada seharusnya menjadi kewajiban bersama
nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya para pemangku kepentingan di Indonesia
sehingga eksploitasi pemanfaatan benda untuk menerapkan prinsip yang ditekankan
tersebut sebagai suatu komoditas menjadi lebih dalam Convention on the Protection of the
marak, baik secara legal maupun ilegal. Kondisi Underwater Cultural Heritage 2001 di Paris
ini tentunya akan menyebabkan hilangnya data pada November 2001 yang meliputi prinsip
kesejarahan dan kebudayaan yang penting dalam melestarikan, preservasi, tidak mengeksploitasi
merekonstruksi sejarah peradaban khususnya untuk kepentingan komersisal, serta bekerja
budaya bahari bangsa Indonesia (Ardiwidjaja sama antar negara dalam pengelolaan
2003, 3-4). warisan budaya bawah air (Ramelan 2012,
Menurut UU No. 11 tahun 2010 189). Konvensi United Nations Educational,
pengganti UU No. 5 tahun 1992 tentang Cagar Scientific, and Cultural Organization
Budaya (CB), yang dimaksud dengan benda (UNESCO) tahun 2000 menjelaskan bahwa
cagar budaya adalah warisan budaya bersifat tinggalan budaya bawah air merupakan bagian
kebendaan berupa benda, bangunan, struktur, dari sejarah peradaban manusia, bangsa, dan
situs, dan kawasan cagar budaya di darat dan/ negara yang harus menjadi perhatian semua
atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya negara untuk dilindungi. Tinggalan budaya
karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu tersebut berusia setidaknya 100 tahun, yang
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau berada sebagian atau seluruhnya di bawah air,
kebudayaan melalui proses penetapan. ada yang berupa bangunan, artefak, kapal,
Tahapan terpenting yang harus dilakukan pesawat udara, kargo kapal/pesawat udara dan
dalam pelestarian adalah pencatatan dan benda-benda lain yang mempunyai karakter
pengukuran keletakan CB dalam koordinat kesejarahan dan kebudayaan.

138
Pelestarian Tinggalan Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Karam sebagai Daya Tarik Wisata Selam. Roby Ardiwidjaja

Nilai-nilai yang terkandung di dalam 1996 (Gunawan 1999, 30).


kapal tenggelam beserta muatannya pada Upaya penyelamatan keberadaan
hakikatnya dapat dibagi dalam dua kelompok tinggalan budaya kapal tenggelam beserta
besar, yakni pemanfaatan yang mengacu muatannya di Indonesia sering terkendala, antara
pada nilai sejarah dan ilmu pengetahuan serta lain oleh minimnya tenaga ahli underwater
pemanfaatan yang mengacu pada nilai ekonomi archaeology, maraknya pengangkatan oleh
(UNESCO 2000, 111-116). Nilai penting dari treasure hunter yang menggunakan teknologi
situs tinggalan budaya kapal tenggelam beserta tiggi, membutuhkan dana yang besar, luasnya
muatannya sebagai berikut: (a) memiliki nilai persebaran lokasi situs tinggalan budaya kapal
etnik yang dapat memberikan pemahaman tenggelam, serta pengaruh pelapukan dari
kehidupan sosial, sistem kepercayaan, dan mikro dan makroorganisme (Arsyad 2016).
mitologi yang merupakan ciri dan identitas Hal itulah yang diduga menyebabkan program
atau jati diri suatu bangsa atau komunitas arkeologi bawah air yang berada di bawah
tertentu; (b) memiliki nilai estetis dengan unsur tanggung jawab Kementeraian Pendidikan dan
keindahan terkait dengan seni rupa, seni hias, Kebudayaan tidak menjadi program utama.
seni bangunan/arsitektur, seni suara, atau
bentuk kesenian lain, termasuk juga keserasian 3.3 Potensi Wisata Selam Situs Kapal
antara bentang alam dan karya budaya; (c) Tenggelam
memiliki nilai publik yang dapat dikembangkan Pariwisata yang berorientasi pada
sebagai sarana pendidikan masyarakat tentang pemikiran Kurt Krapf memang diposisikan
masa lampau melalui penelitian atau kegiatan sebagai sebuah faktor dalam pembangunan
pariwisata; (d) memiliki nilai politis yang dapat ekonomi sehingga tidak mengherankan jika
digunakan sebagai legitimasi kelompok atau pariwisata kemudian menjelma menjadi
negara tertentu (Tanudirjo 2004). kegiatan yang sarat dengan nilai-nilai
Pelestarian sumber daya budaya dan ekonomis (Gunn 1998, 8-10). Pariwisata yang
nilai-nilai yang dikandungnya dapat dilakukan memanfaatkan sumber daya kebudayaan, seperti
melalui pendekatan (1) ideologis: guna kapal tenggelam beserta muatannya, disertai
memantapkan identitas budaya (termasuk di dengan mengedepankan pemahaman ekonomi
dalamnya aspek kesejarahan) suatu kelompok menyebabkan terjadi benturan kepentingan
masyarakat; (2) akademis: yang berhubungan dengan pelestarian nilai-nilai yang terkandung
dengan ilmu pengetahuan dan penelitian, antara dibalik sumber daya dimaksud (American
lain bidang budaya, sejarah, dan teknologi; Anthropological Association 2003, 1-5). Untuk
(3) ekonomi: yang berhubungan dengan mengatasinya, dimungkinkan menggunakan
cara memanfaatkannya, misalnya untuk pendekatan wisata bahari, sebagai bagian dari
kepentingan pendidikan dan pariwisata (Cleere ekowisata yang berbasis pada upaya konservasi
1989, 5-10). Mengingat nilai yang terkandung alam sebagai daya tarik (Ardiwidjaja 2013
pada kapal tenggelam beserta muatannya, a, 27–28). Wisata bahari oleh Pemerintah
berbagai program penelitian sebagai bagian dimasukkan ke dalam wisata minat khusus
dari pengelolaan tinggalan budaya bawah air dengan zona aktivitas di pesisir (coastal), di
telah dilaksanakan seperti di Situs Bom Tuban atas permukaan atau bentang laut (marine),
dan Karangbeling, Jawa Timur, pada tahun dan submarine atau di bawah permukaan laut
1983 dan 1986 (Anonim 1991, 10). Selain itu (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2001,
Pemerintah telah mengembangkan program 12-15).
penyelamatan arkeologi bawah air pada tahun Wisata selam merupakan salah satu

139
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

produk dari wisata bahari yang dikelompokkan potensi sebagai bagian dari daya tarik wisata
pada jenis aktivitas di bawah permukaan laut berbasis bahari. Wisata bahari dapat menjadi
(submarine). Wisata selam merupakan wisata alat memanfaatkan tinggalan budaya bawah air
minat khusus yang didefinisikan sebagai suatu sebagai atraksi wisata selam, sekaligus untuk
bentuk perjalanan wisatawan memiliki minat melestarikan keberadaan tinggalan budaya
atau ketertarikan terhadap daya tarik atau bawah air secara berkesinambungan. Dalam
kegiatan khusus di lokasi atau daerah tujuan mendukung dan membantu para administrator
wisata (Cooper et al. 1996, 21-23). Dalam dan penegak hukum untuk memperoleh
kenyataanya wisata pada segmen ini paling seberapa jauh batasan tentang tinggalan budaya
diminati oleh wisatawan asing karena daya bawah air yang tercakup dalam konvensi dapat
tariknya yang berkaitan dengan konservasi dijelaskan bahwa:
lingkungan alam dan pelestarian warisan “underwater cultural heritage means all
budaya melalui partisipasi masyarakat dalam underwater traces of human existence
pengelolaannya. including sites, structures, artefacts
and human remains, together with their
Data dari Pusat Penelitian Oseanografi, archaeological and natural contexts, as
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), well as wrecks, such as vessels, aircraft,
menunjukkan bahwa terumbu karang sebagai other vehicles or any part thereof, its
atraksi wisata selam di Indonesia mengalami cargo or other contents, together with its
archaeological and natural heritage.”
penurunan kualitas mencapai 30,45% lebih.
Kondisi buruk ini akan terus meningkat dan Wisata bahari memungkinkan meng-
terus akan berlanjut akibat reklamasi dan praktik akomodasi adanya perubahan perkembangan
illegal, seperti penggunaan bahan peledak dan wisatawan dari wisata massal ke wisata minat
racun sianida dalam penangkapan ikan. Di sisi khusus yang sangat peduli terhadap upaya
lain keberadaan situs tinggalan budaya kapal pelestarian, termasuk memanfaatkan situs
tenggelam beserta muatannya yang banyak tinggalan budaya kapal tenggelam beserta
tersebar di wilayah perairan Indonesia dengan muatannya menjadi daya tarik wisata selam
keanekaragaman jenis, bentuk, dan masanya, (Luigi 2011, 16-22). Beberapa situs tinggalan
belum dimanfaatkan secara optimal dan perlu budaya kapal tenggelam di Indonesia yang telah
penanganan segera. dimanfaatkan sebagai atraksi wisata selam dapat
Tinggalan budaya bawah air memiliki dilihat seperti dalam tabel berikut.

Tabel 2. Lokasi Wisata Selam Kapal Tenggelam (Shipwreck) di Indonesia (Sumber: http://www.bukutahu.
com/2015/10/10-wisata-kapal-karam-di-indonesia.html)
Provinsi Lokasi Kapal Tenggelam
Bali Tulamben USAT Liberty
Papua Barat Raja Ampat Kapal perang dan pesawat tempur Perang Dunia II
Sulawesi Selatan Pulau Smalona Kapal Maru, Lancaster Bomber, Gunboat
Jawa Tengah Karimun Jawa Kapal Cina, Panama Indono
Aceh Pulau Weh Kapal Perang Sophie Rickmers Jerman
Maluku Utara Morotai Kapal Perang Dunia II
Sumatera Barat Teluk Mandeh MV Boelongan Nederland
Halmahera Pantai Sosol Tosimaru
Biak Kepulauan Paidado Kapal, Pesawat, Tank
Bangka Belitung Perairan Bangka Belitung Ashigara, Tek Sing Cargo

140
Pelestarian Tinggalan Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Karam sebagai Daya Tarik Wisata Selam. Roby Ardiwidjaja

Diagram 1. Pasar Wisata (Sumber: Ardiwidjaja, United Nation-World Tourism Organization


dimodifikasi)

Wisata selam mampu mengubah atraksi wisata selam, (3) pengemasan produk.
pemanfaatan tinggalan budaya kapal tenggelam Potensi wisata bahari khususnya wisata
beserta muatannya dari ekonomisasi barang selam, masih memiliki peluang untuk dapat
komoditas menjadi ekonomisasi pengalaman dikembangkan lebih optimal mengingat adanya
dan pengetahuan yang diperjualbelikan. Namun, aspek permintaan (demand). Prospek wisata
pengembangan wisata bahari termasuk wisata bahari sebagai sumber devisa berlabel industri
selam di Indonesia belum dilakukan secara yang menjanjikan tersebut didukung prospek
menyeluruh sebagai alat untuk menjadikan wisata bahari sebagai sumber devisa oleh
peluang dan permasalahan sebagai dasar World Tourism and Traveling Council (WTTC).
mengembangkan pelestarian keanekaragaman Menurut WTTC, pada 1993 wisata bahari
daya tarik sumber daya kelautan dan warisan menghasilkan devisa lebih dari US $ 3,5 triliun
budaya bahari sebagai daya tarik wisata atau sekitar 6-7% dari total pendapatan kotor
(Ardiwidjaja 2013b, 87-90). Diagram atau dunia (Honey and David Krantz 2017, 68-70).
bagan diatas ini memperlihatkan keterkaitan Minat wisata selam misalnya, The Professional
keanekaragaman potensi alam dan budaya Association of Driving Instructor menjelaskan
yang berbasis laut dimanfaatkan secara sinergi bahwa perkembangan jumlah pemberian
menjadi daya tarik aktivitas wisata di bawah sertifikat selam di seluruh dunia meningkat
permukaan laut (submarine) yang dikenal pesat dari 500 ribu pada 1967 menjadi 2,5 juta
sebagai wisata selam. pada 1998, kemudian menjadi 10 juta sertifikat
Pengembangan wisata selam yang pada 2000, dan pada 2008 mencapai 17,8 juta
memanfatkan tinggalan budaya kapal tenggelam (Instructors 2014, 1-5). Pada saat ini minat
beserta muatanya sebagai daya tarik pada wisata selam meningkat cukup signifikan,
prinsipnya harus memperhatikan tiga hal yakni terutama wistawan mancanegara. Dampak
(1) permintaan pasar (demand), (2) pemetaan positifnya adalah meningkatnya permintaan
(mapping) dan penilaian (assessment) potensi penyediaan jasa wisata selam (dive operator)

141
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

serta lokasi (spot) selam konvensional (taman maupun teknologi yang digunakan. Menurut
laut terumbu karang) baru dan unik. Salah satu Lawrence (1977, 64, 69), teknik, peralatan,
alternatif spot diving baru dan unik yang dapat dan dana untuk survei bawah air berbeda
ditawarkan kepada wisatawan adalah spot diving antara lokasi tinggalan budaya kapal tenggelam
berupa situs tinggalan budaya kapal tenggelam dan muatannya pada kedalaman 1-30.m
beserta muatannya. (shallow-water wrecks) dan kedalaman 30-
Menurut Indroyono (2000) berdasarkan 60 m (medium-depth sites) dengan kedalaman
data yang ada telah terdeteksi lebih 400 titik lebih dari 60 m (deep-water wrecks). Hasil
lokasi kapal tenggelam masa lalu, sedangkan pemetaan dan penilaian tetsebut dapat dijadikan
berdasarkan sejarah maritim Indonesia, dasar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi
diperkirakan jumlah kapal tenggelam di perairan secara keruangan (spatial), serta melindungi
Indonesia hingga Perang Dunia II mencapai dan melestarikan situs tinggalan budaya kapal
ribuan kapal. Selain itu, diperlukan survei yang tenggelam beserta muatannya sebagai atraksi
memadai, baik sumber daya manusia, dana, wisata selam (Al Hamdani et al. 2015, 51-63).

Foto 1. Pilbox Wreck, Manokwari, Papua (Sumber: Dokumentasi Direktorat Jasa Kelautan
Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Foto 2. Shinwa Maru Wreck, Manokwari, Papua (Sumber: Dokumentasi Direktorat Jasa
Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan)

142
Pelestarian Tinggalan Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Karam sebagai Daya Tarik Wisata Selam. Roby Ardiwidjaja

Foto 3. Sea Plane Wreck di Biak dan Cross Wreck di Manokwari, Papua (Sumber:
Dokumentasi Direktorat Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Foto 4. Tjendrawasih Barge Wreck, Gorontalo dan Liberty Wreck, Tulamben, Bali (Sumber:
Dokumentasi Direktorat Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Foto 5. Tjendrawasih Barge Wreck, Gorontalo dan Liberty Wreck, Tulamben, Bali (Sumber:
Dokumentasi Direktorat Jasa Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan)

143
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

Tabel 3. Penilaian Faktor Potensi Tinggalan Budaya Bawah Air (Sumber: Ardiwidjaja 2007, 94-97)
Faktor
Kondisi Situ Nilai Signifikansi Kedalaman Lokasi dari Pantai Visibilitas
Utuh Kesejarahan &
1 – 10 m 1 – 3 mil laut Baik
Kebudayaan
Kurang Utuh Lingkungan 11 – 20 m 4 – 12 mil laut Kurang Baik
Tidak Utuh Sosial 21 – 30 m > 12 mil laut Buruk
Edukasi 31 – 40 m
Ekonomi 41 – 60 m
Rekreasi
>60 m
(wisata selam)

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan tenggelam beserta muatannya yang


dalam memetakan dan menilai situs tinggalan keberadaannya pada kedalaman lebih dari
budaya kapal tenggelam beserta muatannya 60 m, di luar jalur masa lalu (jalur sutera
dapat dilakukan seperti terlihat dalam tabel 3. dan rempah), atau jaraknya di luar wilayah
Varibel sebagaimana diuraikan dalam perairan Indonesia.
tabel akan memberikan kemudahan dalam Pengemasan situs tinggalan budaya
merekonstruksi kesejarahan dan kebudayaan kapal tenggelam beserta muatannya sebagai
masa lalu di perairan Indonesia dan dapat daya tarik selam dapat dikembangkan dengan
memberi masukan bagi pemangku kepentingan, memperhatikan pengalaman dan pengetahuan
baik Pemerintah, pengusaha industri wisata, yang didapat dari atraksi, aktivitas, serta sarana
maupun masyarakat setempat yang memiliki dan fasilitas yang dikemas secara terpadu
kepentingan terhadap keberadaan tinggalan mulai dari layanan jasa akomodasi, peralatan
budaya kapal tenggelam beserta muatannya. dan dive instruktur, transportasi laut, perolehan
Selain itu, data atau informasi tersebut pengalaman dan pengetahuan, hingga harga
setidaknya dapat menjadi kebijakan bersama dan waktu yang diperlukan dalam kegiatan
antar pihak yang berkepentingan sebagai selam. Manfaat ekonomi dalam mengemas
berikut: daya tarik kapal tenggelam didasarkan
a. Setiap temuan tinggalan budaya kapal pada prinsip ekonomisasi pengalaman dan
tenggelam beserta muatannya harus didata pengetahuan. Pengemasan wisata selam dengan
secara detail sesuai dengan ilmu arkeologi atraksi tinggalan budaya kapal tenggelam
sebelum dimanfaatkan. Setiap tinggalan beserta muatannya tidak jauh berbeda dengan
budaya kapal tenggelam beserta muatannya wisata selam konvensional yang selama ini
yang lokasinya berada pada jalur yang berorientasi pada konservasi atraksi keberadaan
diduga jalur rempah dan sutra, kedalaman keanekaragaman taman lautnya. Umumnya
kurang dari 60 m, jarak lokasi di bawah 12 atraksi, layanan dan jasa yang dikembangkan
mil laut dari pantai atau masih di wilayah dalam wisata selam, dikemas dalam satu
perairan Indonesia, serta memiliki kondisi kesatuan paket wisata selam yang berbasis
visibilitas dan arus yang baik, seyogianya pelestarian seperti pada tabel 4.
dimanfaatkan untuk kepentingan, misalnya Pengemasan tersebut seyogianya
edukasi, wisata selam, dan museum. melibatkan berbagai pihak, terutama
b. Pemanfatannya, misalnya untuk dijual/ masyarakat setempat. Sehubungan dengan
dilelang atau keperluan lainnya, dapat itu, perlu dilakukan penguatan pola kemitraan
dilakukan untuk tinggalan budaya kapal antara masyarakat setempat dan pengelola

144
Pelestarian Tinggalan Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Karam sebagai Daya Tarik Wisata Selam. Roby Ardiwidjaja

Tabel 4. Daftar Materi Pengemasan Wisata Selam Tinggalan Budaya Bawah Air (Sumber: Ardiwidjaja 2007, 108-116)
Materi Komponen
a Tinggalan budaya masa lalu berupa kapal beserta muatannya seperti keramik dan
perlengkapan penumpang, sebagai koleksi dari museum bawah air
b Keanekaragaman flora dan fauna yang hidup secara alami di sekitar kapal
tenggelam
c Interpretasi nilai kesejarahan dan kebudayaan tinggalan budaya kapal tenggelam
beserta konteks persebaran muatan kapal tenggelam dan interpretasi kehidupan
Atraksi
flora dan fauna yang di sekitar kapal tenggelam
d Tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat terhadap tinggalan budaya kapal
tenggelam beserta muatannya
e Program pelestariaan khususnya kegiatan pelindungan dan penyelamatan tinggalan
budaya kapal tenggelam beserta muatannya serta konservasi flora dan fauna di
sekitarnya
a Survei dan penelitian situs tinggalan budaya kapal tenggelam beserta muatannya
b Penelitian dan eskavasi situs tinggalan budaya kapal tenggelam beserta muatannya
c Penyelamatan dan pelindungan situs tinggalan budaya kapal tenggelam beserta
Aktivitas muatannya
d Snorkeling
e Diving
f Museum situs tinggalan budaya kapal tenggelam beserta muatannya
a Cenderamata replika tinggalan budaya kapal tenggelam beserta muatannya
b Pusat informasi yang menampilkan informasi yang terkait dengan penemuan
tinggalan budaya kapal tenggelam beserta muatannya serta keanekaragaman flora
dan fauna setempat
c Museum bahari yang memamerkan replika atau benda-benda seni, budaya, dan
sejarah (kepurbakalaan) terkait dengan tinggalan budaya kapal tenggelam beserta
Sarana dan muatannya
Fasilitas d Sarana transportasi tradisional yang digunakan sebagai transportasi penyelaman di
kawasan situs tinggalan budaya kapal tenggelam beserta muatannya
e Sarana transportasi tradisional atau modern yang menyediakan fasilitas subglass
bottom profile
f Dive centre yang menyediakan intruktur diving, peralatan hingga program
coaching/clinic penyelaman di situs tinggalan budaya kapal tenggelam beserta
muatannya

usaha wisata selam situs tinggalan budaya 3.4. Kebijakan dan Pemanfaatan
kapal tenggelam beserta muatannya dimulai Mengingat nilai strategisnya, situs
dari atraksi hingga sarana dan fasilitas tinggalan budaya kapal tenggelam beserta
yang akan disediakan Pengemasan tersebut muatannya pada dasarnya dapat diposisikan
seyogianya melibatkan berbagai pihak, sebagai kawasan sensitif atau rawan terhadap
terutama masyarakat setempat. Sehubungan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai hal,
dengan itu, perlu dilakukan penguatan pola khususnya oleh ulah manusia. Aktivitas manusia
kemitraan antara masyarakat setempat dan seperti pengangkatan ilegal tinggalan budaya
pengelola usaha wisata selam situs tinggalan kapal tenggelam beserta muatannya, pengerukan
budaya kapal tenggelam beserta muatannya pasir dan aktivitas lainnya misalnya, dipastikan
dimulai dari atraksi hingga sarana dan fasilitas akan menghilangkan data dan keberadaan
yang akan disediakan. tinggalan budaya yang bersifat in.situ di

145
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

kawasan situs. Oleh karena itu, diperlukan of the Underwater Cultural Heritage. Indonesia
berbagai kebijakan dan peraturan, termasuk secara nasional melalui Undang-Undang Nomor.
pengembangan situs tinggalan budaya kapal 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, telah
tenggelam beserta muatannya sebagai daya mengatur keberadaan tinggalan budaya bawah
tarik selam dengan mengacu pada peraturan- air termasuk kapal tenggelam beserta muatannya
peraturan antara lain, sebagaimana diuraikan mulai dari perlindungan, pengembangan hingga
dalam tabel 5. pemanfaatannya (pelestarian). Dalam rangka
Sesuai dengan Tabel 5, bahwa keberadaan pemanfaatan untuk kepentingan pariwisata,
semua tinggalan budaya bawah air baik yang maka pengemasan tinggalan budaya bawah
diketahui maupun tidak diketahui pemilik atau air sebagai daya tarik atraksi wisata termasuk
asalnya di suatu wilayah, terikat antara lain wisata selam, akan terikat pada ketentuan
pada konvensi internasional yang dikeluarkan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang
oleh UNESCO tahun 2001 tentang Protection tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10

Tabel 5. Kebijakan Pengembangan Wisata Selam Tinggalan Budaya Bawah Air (Sumber: Ardiwidjaja 2007, 75-80)
Internasional Nasional Daerah
1. UNESCO: 1. UUD 1945, Pasal 32, ayat 1: negara 1. Perda (Rippda);
• The UNESCO 2001 memajukan kebudayaan nasional 2. Adat Istiadat dan
Convention on the Protection dengan menjamin kebebasan Kearifan Lokal;
of the Underwater Cultural memelihara dan mengembangkan 3. Kesepakatan lokal (local
Heritage; nilai-nilai budayanya; license).
• Safeguarding Traditional and 2. UU No 10 Tahun 2009 tentang
Popular Culture of 1989 dan Kepariwisataan Pembangunan
2003; Pariwisata bertujuan meles-tarikan
• UNWTO 1999, kesepakatan kebudayaan untuk memperkukuh
mempromosikan pelestarian jati diri bangsa serta melestarikan
warisan budaya melalui mutu dan fungsi ligkungan;
pariwisata berkelanjutan; 3. UU No. 11 Tahun 2010 tentang
• Universal Declaration on Cagar Budaya. Pasal 19 ayat 1:
Cultural Diversity of 2001; Benda cagar budaya tertentu dapat
• UNESCO Convention on dimanfaatkan untuk kepentingan
Culture Tourism. agama, sosial, pariwisata,
2. World Summit 1992 dan pendidikan, ilmu pengetahuan,
2002 tentang Pembangunan dan kebudayaan;
berkelanjutan; 4. UU No. 23 Tahun 1997 tentang
3. Charter for Parwisata Pengelolaan Lingkungan Hidup;
berkelanjutan 1995; 5. PP No 10 Tahun 1993 tentang
4. The Hue Declaration on Cultural Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1992
Tourism and Poverty Alleviation tentang Benda Cagar Budaya;
2004; 6. Agenda 21 Sektoral tentang
5. ICOMOS 1999 International Pembangunan Pariwisata
Cultural Tourism Charter; Berkelanjutan;
6. WTO Tourism Code Of Conduct 7. Kepmendikbud No. 087 Tahun
7. Deklarasi Yogyakarta tentang 1993 tentang Pendaftaran Caga
pariwisata budaya dan Budaya;
pemberdayaan masyarakat, 8. Kepmendikbud No. 062 Tahun
2006. 1995 tentang Kepemilikan Benda
Caga Budaya;
9. Permen KP No. 4 Tahun 2016
tentang Penghentian Sementara
(Moratorium) Perizinan Survei dan
Pengangkatan BMKT.

146
Pelestarian Tinggalan Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Karam sebagai Daya Tarik Wisata Selam. Roby Ardiwidjaja

Tahun 2009 tentang kepariwisataan, selain itu Monitoring and Preserving Underwater
juga mempertimbangkan kepentingan daerah Archaeological Sites. Netherlands:
SASMAP Project, Amersfoort.
dimana lokasi kapal tenggelam berada.
American Anthropological Associatioon. 2003.
“Resolving Conflicts in Heritage Tourism:
4. Penutup A Public Interest Approach No Title In
Tinggalan budaya bawah air berupa Annual Meeting Chicago Hilton Towers.”
situs kapal tenggelam beserta muatannya bila Anonim. 1991. “Arkeologi Maritim Selalu
dikaitkan dengan ketentuan yang ada dapat Terbentur Hukum Laut”. Warta Arkeologi
3: 9-11.
dikategorikan sebagai Cagar Budaya (CB)
Ardiwidjaja, Roby. 2003. “Pemanfaatan Benda
bawah air yang perlakuannya sama dengan Berharga Asal Muatan Kapal Yang
CB yang ditemukan di darat. Sebagai benda Tenggelam: Pelestarian Intan Shipwreck”.
yang memiliki nilai ekonomi, sejarah, ilmu Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional
Tahun Pusaka Indonesia 13 Desember
pengetahuan, sosial, budaya, dan teknologi.
2003.” Ciloto.
Peran tinggalan budaya kapal tenggelam beserta
---------. 2007. “Kajian Tinggalan Budaya
muatannya menjadi penting sebagai aset bangsa Bawah Air: Pemanfaatan Sebagai
yang dapat merekonstruksi kesejarahan dan Daya Tarik Wisata Bahari". Laporan
kebudayaan bahari di Indonesia. Penelitian Individu. Jakarta: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata.
Dalam mengoptimalkan potensi situs
tinggalan budaya kapal tenggelam beserta ---------. 2013a. Pariwisata Berkelanjutan:
Pengembangan Destinasi Pariwisata
muatannya, usulan yang dapat disampaikan Berbasis Lingkungan. Yogyakarta: Kepel
sebagai bahan masukan, antara lain perlunya Press.
peningkatan pemanfaatan tinggalan budaya kapal ---------. 2013b. Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
tenggelam beserta muatannya berdasarkan nilai- sebagai Destinasi Wisata Berbasis
Bahari. Yogyakarta: Kepel Press.
nilai yang terkandung di dalamnya, seperti nilai
pendidikan, pariwisata, ekonomi, sejarah, sosial, Cleere, Henry F. 1989. Introduction:
The Rationale of Archaeological
serta nilai budaya. Untuk memperoleh gambaran Management". Archaeological Heritage
yang jelas persebaran situs tinggalan budaya Management in the Modern World. Edited
kapal tenggelam beserta muatannya diperlukan by Henry F. Cleere. London: Unwin-
Hyman.
pemetaan dan penilaian guna mendukung
perumusan kebijakan yang diperlukan. Cooper, Chris, John Fletcher, David Gilbert, and
Stephen Wanhil. 1996. Tourism Principles
Terakhir adalah perlu dirumuskan sistem and Practice. Malaysia: Longman Group
koordinasi pengawasan dan pemantauan Limited.
terhadap pelanggaran, seperti pengangkatan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
dan pencurian, di lokasi kapal tenggelam (Depbudpar). 2001. Rencana Induk
melalui keterpaduan program dan kebijakan Pengembangan Wisata Bahari. Jakarta:
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
antarpemangku kepentingan serta peningkatan Republik Indonesia.
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di Gunawan. 1999. “Arkeologi Bawah Air atau
bidang arkeologi bawah air. Arkeologi Bahari.” Buletin Cagar Budaya
1(1).
Daftar Pustaka Gunn. 1998. Tourism Planning. New York:
Al Hamdani, Z, C Bjordal, V de Bruijn, B Taylor and Francis.
Petraggi, Davidde, and CO. 2015. Honey, Martha, and David Krantz. 2017. Global
Guideline Manual 2: Best Practices Trends in Coastal Tourism. Washington
for Locating, Surveying, Assessing, DC: Stanford University.

147
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 35 No. 2, Desember 2017 : 75-148

Indroyono. 2000. Peranan Panitia Nasional 2000. Underwater Archaeology and


Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Coastal Management. Edited by Hassan
Berharga Asal Muatan Tenggelam Mustofa, Nicolas Christophe Grimal, and
in Diskusi Harta Karun Bawah Air Douglas Nakashima. Paris: United Nation
Tantangan Bagi Arkeologi, Jakarta 4 Juli Educational Scientific, and Cultural
2000. Organization (UNESCO) Publishing.
Kelompok Kerja (Pokja) Teknis Panitia Sumber Online
Nasional Benda Muatan Kapal Arsyad, Dahniar. 2016. “Permasalahan
Tenggelam (PANNAS BMKT). 2003. Konservasi Tinggalan Arkeologi Bawah
“Potensi Sumber Daya BMKT Laporan Air di Indonesia”. KAISAR. http://
Penelitian". Laporan Penelitian. Jakarta: archforpublic. blogspot.co.id/2016/05/
PANNAS BMKT. Unpublish work. permasalahan-konservasi-tinggalan.html.
Koestoro, Lucas Partanda. 2000. “Teknik Survei Accessed January 20, 2017.
dan Ekskavasi dalam Arkeologi Bawah Caixia, Lu. 2011. “The Belitung Shipwreck
Air”. Berkala Arkeologi Sangkhakala 07: Controversy”. The Newsletter | No.58 |
24-45. Autumn/Winter 2011. Accessed June 15,
Lawrence, Martin M.D. 1977. Questions and 2014. /https/ www.iseas.edu.sg/ images/
Answers on Physiology and Medical centres/nalanda_sriwijaya_centre/
Aspects of Scuba Diving. Flagstaff: Scuba documents/belitung_controversy.pdf.
Diving Explained, Best Publishing Co. Greenpeace. 2013. “Laut Indonesia Dalam
Luigi, Cabrini. 2011. Setting the Scene: the Krisis”. GREENPEACE Indonesia.
Global Context in 4th International Accessed January 20, 2017. http://www.
Tourism Fair: Sustainable Destination greenpeace.org/seasia/id/PageFiles/
Management. Zagreb, Croatia, 25 March 533771/ Laut Indonesia dalam Krisis.pdf.
2011. Unpublish work. Instructors, Proffessional Association of Diving.
Muhamad, Simela Victor. 2014. “Indonesia 2014. “Worldwide Corporate Statistics
Menuju Poros Maritim Dunia”. Info 2014: Data for 2008–2013.”PADI.
Singkat Hubungan Internasional I: 5-8. Accessed 13 Juli 2014.
Mundardjito. 2007. “Paradigma Dalam Kasanah, Kusnul Nur. 2016. "Menanti Kepastian
Arkeologi Maritim”. Wacana 9: 1-20. Arah Pengelolaan BMKT". Accessed
Ramelan, Wiwin Djuwita. 2012. “Permasalahan January 21, 2016. http://setkab.go.id/
Pengelolaan Cagar Budaya dan Kajian menanti-kepastian-arah-pengelolaan-
Manajemen Sumber Daya Arkeologi”. In bmkt/.
Arkeologi Untuk Publik, 186-199. Jakarta: Kusumastanto, T. 2013. “Arah Strategi
Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia (IAAI). Pembangunan Indonesia Sebagai Negara
Supardi, Nunus. 2000. ”Aspek Pelestarian Maritim”. Researchgate. Accessed July
Temuan Harta Karun Bawah Air”, Diskusi 20, 2017. https://www.researchgate.net/
Panel: Harta Karun Bawah Air: Tantangan publication/266080942 %0A.
Bagi Arkeologi, Gedung Gramedia, Pardosi. 2016. “Pandangan Jauh Marsetio
Jakarta. Tentang Indonesia Poros Maritim
Tanudirjo, Daud Aris. 2004. “Penetapan Nilai Dunia”. TEMPO.CO. Accessed July
Penting dalam Pengelolaan Benda 20, 2017. https://indonesiana.tempo.co/
Cagar Budaya". In Rapat Penyusunan read/91252/2016/09/28.
Standardisasi Kriteria (Pembobotan) United Nations Environment Programme
Bangunan Benda Cagar Budaya 26–28 (UNEP). 2013. “Green Economy and Trade
Mei 2004. Jakarta. Trends, Challenges and Opportunities”.
Undang Undang No 5 Tahun 1992 Tentang UNEP. Accessed January 21, 2016. www.
Benda Cagar Budaya. unep.org/greeneconomy/sites/unep.org.
greeneconomy/files/fullreport.pdf.
Undang Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang
Cagar Budaya. Sepuluh Wisata Kapal Karam di Indonesia.
Accessed October 12, 2015. http://www.
United Nations Educational, Scientific, and bukutahu.com/2015/10-wisata-kapal-
Cultural Organization (UNESCO). karam-di-Indonesia.html.

148

You might also like