Professional Documents
Culture Documents
2143 5850 1 PB
2143 5850 1 PB
OLEH :
SRI PRATIWI SUHARDI
ABSTRACT
This research aimed to knows the imposition of overhead costs more
accurately beetween the convensional methods used by Bulukumba Jaya Kendari
Company and activity based costing method. While the benefits of this research is to
provide input in selecting a charging method is more accurate and compatible with
the conditions of the company, and as an additional reference for the development of
science particularly relevant to this study.
The result of this study indicate that the calculation of production costs for
both types of produtcs with the cost of production based on the conventional method
for adobe products Rp 245.506.950,- and pavin block Rp 259.412.975,- and
whereas adobe production costs based on activity based costing for Rp Rp
246.446.750,- and pavin block products Rp 252.066.051,- In this case there are
differences in the calculation of production costs. The differences occurs because
the imposition of overhead factory on each product. Imposition of costs to products
based on activity based costing has described the actual costs of consumption. This
is caused because of the cost drivers are used so that the resulting cost information
is considered more accurate, so that give a good impact in terms of setting the
selling price for expected profit.
I. PENDAHULUAN
Persaingan global yang tajam yang dihadapi oleh perusahaan memaksa
manajemen perusahaan untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk
dengan biaya yang efisien. Untuk itu manajemen memerlukan informasi biaya yang
mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas, dengan tujuan agar
manajemen dapat mengendalikan biaya dalam menghasilkan produk yang
berkualitas baik.
Pembebanan biaya overhead pabrik terkadang perusahaan masih
menggunakan metode akuntansi biaya tradisional (metode konvensional). Dimana
metode ini tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang maju. Biaya
produk yang dihasilkan oleh metode akuntansi biaya tradisional memberikan
informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan
dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya,
pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian. Distorsi tersebut juga
mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen,2005:29).
Berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal
1900-an lahirlah suatu metode yang berbasis aktivitas yang dirancang untuk
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dina Khairuna (2013), dengan judul
Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead
Pabrik Pada PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, dengan kesimpulan bahwa penerapan
Activity Based Costing pada PT. Tirtasibayakindo-Berastagi dalam membebankan
biaya overhead pabrik dilakukan sesuai dengan aktivitasnya, seperti biaya listrik
dibebankan berdasarkan kwh, tetapi dalam penerapannya Activity Based Costing
masih terdapat kelemahan di mana cost driver yang digunakan oleh perusahaan
dalam membebankan biaya overhead pabrik kurang beragam.
5. Kerangka Pikir
Akuntansi biaya tradisional akan menimbulkan overcosting atau undercosting
dalam pembebanan biaya sehingga terjadi kesalahan pada pengambilan keputusan.
Activity based costing merupakan metode penentuan harga pokok yang mencoba
menelusuri biaya berdasarkan pada aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk.
Dalam pembebanan biaya overhead pabrik berbasis aktivitas menggunakan lebih
banyak pemicu biaya sehingga memungkinkan penentuan harga produk yang lebih
akurat. Dengan pendekatan activity based costing ini perusahaan berusaha untuk
menghasilkan suatu produk tanpa membebani konsumen dengan aktivitas-aktivitas
yang tidak berilai tambah.
III.METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah pembebanan biaya ovrhead pabrik
berdasarkan metode activity based costing selama tahun 2013. Adapun lokasi
penelitian ini adalah Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari yang beralamatkan di Jln.
R.A Kartini, Kelurahan Kasilampe, Kendari. Adapun data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian
dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan seperti gambaran umum,
struktur organisasi dan data kuantitatif, yaitu data atau informasi yang diperoleh dari
perusahaan berupa angka-angka, yakni data tentang biaya overhead pabrik dan
lain-lain. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan
3. Biaya Overhead
Pabrik
Tabel 3
Biaya Overhead Pabrik Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Jumlah biaya
Jenis biaya overhead pabrik
(Rp)
Jadi perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahan untuk kedua
jenis produk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Akuntansi Biaya Tradisional
(Metode Konvensional)
Produk
No Jenis Biaya Batako Pavin Blok
(Rp) (Rp)
1 Biaya bahan baku:
Semen 65.286.000 67.022.000
Pasir 126.360.000 129.720.000
2 Biaya tenaga kerja langsung 39.487.500 40.537.500
3 Biaya overhead pabrik
Batako (52.650 unit) 14.373.450
Pavin blok (81.075 unit) 22.133.475
Jumlah biaya produksi 245.506.950 259.412.975
Volume Produksi 52.650 81.075
Harga pokok produksi per unit 4663 3199
Sumber: Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
Berdasarkan data dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa biaya produksi pada
tahun 2013 untuk masing-masing produk yakni batako Rp 245.506.950 dan pavin
blok Rp 259.412.975.
b. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Metode Activity
Based Costing Pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Tabel 7
Hubungan Antara Biaya Overhead dengan Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Biaya Overhead Pabrik Daftar Aktivitas
Biaya tenaga kerja tidak langsung Pembersihan dan Pencampuran
Tabel 8
Resource Driver Untuk Tiap Elemen BOP
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Jumlah
Biaya overhead pabrik Resource driver
(Rp)
Biaya tenaga kerja tidak langsung Jumlah jam kerja 13.200.000
Biaya listrik Jumlah KWh 8.400.000
Biaya bahan pelumas Jumlah liter 2.040.000
Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin Jumlah jam mesin 4.800.000
Biaya penyusutan aktiva tetap
- Bangunan Luas bangunan 3.500.000
- Mesin cetak Jumlah jam mesin 1.100.000
- Mesin pompa air Jumlah jam mesin 100.000
- Mixer campuran Jumlah jam mesin 1.500.000
- Mesin ayakan Jumlah jam mesin 1.300.000
- Peralatan Jumlah jam kerja 555.000
Total 36.495.000
Sumber : Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari (data diolah)
- Perhitungan resource driver quantity dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9
Perhitungan Resource Driver Quantity Untuk Setiap Aktivitas Produksi
Sumber daya (Resource) Resource Driver Quantity
Sehingga diperoleh :
1. Biaya listrik
Rp 8.400.000 ÷ 7488 KWh = Rp 1.121,79/KWh
2. Biaya bahan pelumas
Rp 2.040.000 ÷ 120 liter = Rp 17.000/liter
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Rp. 4.800.000 ÷ 51.000.000 = Rp 0,09412/nilai mesin
4. Biaya penyusutan
-Bangunan
Rp 3.500.000 ÷ 1000m2 = Rp 3.500/m2
-Mesin cetak
Rp 1.100.000 ÷ 22.000.000 = Rp 0,05/nilai mesin
-Mesin pompa air
Rp 100.000 ÷ 1.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
-Mixer campuran
Rp 1.500.000 ÷ 15.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
-Mesin ayakan
Rp 1.300.000 ÷ 13.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
1. Biaya listrik
Tabel 10
Pembebanan Biaya Listrik Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Resource Biaya Yang Di
Resource Driver
Aktivitas Driver Rate Bebankan
Quantity
(Rp) (Rp)
Tabel 12
Pembebanan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Biaya Yang Di
Resource Driver
Aktivitas Resource Bebankan
Quantity
Driver Rate (Rp)
a. Bangunan
Biaya penyusutan bangunan sebesar Rp 3.500.000 dibebankan untuk
tiap aktivitas berdasarkan luas (m2) yang digunakan. Luas pabrik adalah
1000m2. Dengan demikian biaya per m2 sebesar Rp 3.500
b. Mesin cetak
Biaya penyusutan mesin cetak yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.100.000 dibebankan untuk aktivitas pencetakan
berdasarkan nilai penggunaan mesin cetak. Dengan demikian biaya
penyusutan mesin adalah Rp 0,05/nilai mesin.
c. Mesin pompa air
Biaya penyusutan mesin pompa air yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 100.000 dibebankan untuk aktivitas penyiraman
berdasarkan nilai penggunaan mesin pompa air. Dengan demikian biaya
penyusutan adalah Rp 0,1/nilai mesin.
d. Mixer campuran
Biaya penyusutan mixer campuran yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 1.500.000 dibebankan untuk aktivitas pengadukan
berdasarkan nilai penggunaan mixer campuran. Dengan demikian biaya
penyusutannya adalah Rp 0,01/nilai mesin.
e. Mesin ayakan
Biaya penyusutan mesin ayakan yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 1.300.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan
dan pencampuran berdasarkan nilai penggunaan mesin cetak. Dengan
demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp 0,01/nilai mesin.
f. Peralatan
Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.100.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan dan
penyiraman berdasarkan nilai penggunaan peralatan pada masing-masing
aktivitas. Dengan demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp
0,29839/nilai peralatan.
Tabel 13
Biaya Overhead Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Untuk perhitungan tarif biaya overhead untuk tiap aktivitas dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 14
Tarif Biaya Overhead Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
Jumlah Jumlah
Tarif BOP
Aktivitas Biaya Cost Driver Unit Cost
(Rp)
(Rp) Driver
Pembersihan dan Pencampuran 3.850.880,4 Jumlah Jam Pembersihan dan pencampuran 360 10.696,8
Pengadukan 3.560.714 Jumlah Jam Pengadukan 360 9.890,8
Pencetakan 12.179.430 Jumlah Unit 133.725 91
Pengeringan sementara 2.585.714 Jumlah Jam Pengeringan Sementara 1080 2.394,1
Tabel 15
Pembebanan Biaya Overhead Batako dengan Menggunakan Metode Activity Based
Costing
Tabel 16
Pembebanan Biaya Overhead Pavin Blok dengan Menggunakan Metode Activity
Based Costing
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Anthony A. 2009. Management Accounting, Fifth Edition.
Diterjemahkan oleh Miranti Kartika Dewi dengan judul Akuntansi
Manajemen, Edisi 5. Jilid I. Jakarta: PT.Indeks.
Blocher,dkk. 2007. Manajemen Biaya. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Carter.K William. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Keempat Belas, Jakarta:
Salemba Empat.
Dina Khairuna. 2007. Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada PT. Tirtasibayakindo-
Berastagi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Gorrison, Ray H. dan Noreen, Eric. 2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba
Empat.
Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2005. Management Accounting, 7th.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul
Akuntansi Manajemen, Edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Heriyanti. 2007. Analisis perbandingan perhitungan biaya produksi
berdasarkan metode akuntansi biaya tradisional dan metode activity
based costing pada UD. Ubindo Kendari. Kendari: Universitas Haluoleo.
Horngren, dkk. 2008. Akuntansi Biaya. Jakarta: Erlangga.
Marismiati. 2011. Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan
Harga. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol I, No. 1.