Pathophysiology of Koch's Disease (Tuberculosis) : Primary Infection

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Pathophysiology of Koch’s Disease

(Tuberculosis)

Predisposing Factors: Precipitating Factors:


 Age - Occupation (e.g Health Workers)
 Immunosuppression - Repeated close contact w/ infected persons
o Prolonged corticosteroid therapy - Indefinite substance abuse via IV
 Systemic Infection: - recurrence of infection
o Diabetes Mellitus
o End-stage Renal Disease
o HIV or AIDS infection

Exposure or inhalation of infected


Aerosol through droplet nuclei
(exposure to infected clients by coughing,
sneezing, talking)

Tubercle bacilli invasion in the apices of the


Lungs or near the pleurae of the lower lobes

Bronchopneumonia develops in the lung tissue


(Phagocytosed tubercle bacilli are ingested by macrophages)

 bacterial cell wall binds with macrophages


 arrest of a phagosome which results to bacilli replication

Necrotic Degeneration occurs


(production of cavities filled with cheese-like
mass of tubercle bacilli, dead WBCs, necrotic lung tissue)

drainage of necrotic materials into the


tracheobronchial tree
(eruption of coughing, formation of lesions)
PRIMARY INFECTION

Lesions may calcify (Ghon’s Complex)


and form scars and may heal
over a period of time

Tubercle bacilli immunity develops


(2 to 6 weeks after infection)
(maintains in the body as long as living
bacilli remains in the body)

Acquired immunity leads to further growth


Of bacilli and development of ACTIVE INFECTION

SIGNS AND SYMPTOMS

Pulmonary Symptoms: General Symptoms:

 Dyspnea - Fatigue
 Non-productive or productive cough - anorexia
 Hemoptysis (blood tinge sputum) - Weight loss
 Chest pain that may be pleuritic or dull - low grade fever with chills and
 Chest tightness sweats (often at night)
 Crackles may be present on auscultation

With Medical Intervention Without Medical intervention

 Early detection/ diagnosis of the dse Reactivation of the tubercle bacilli


 Multi-antibacterial therapy (Due to repeated exposure to infected
 Fixed- dose therapy Individuals, Immunosuppression)
 TB DOTS (Direct Observed Therapy) SECONDARY INFECTION
 BCG vaccination

Severe occurrence of lesions in the lungs


No Recurrence Recurrence

Cavitation in the lungs occurs


Good Prognosis Bad Prognosis

Active infection is spread throughout


the body systems
(infiltration of tubercle bacilli in other organs)

 TB of the Bones
 Pott’s Disease
 Renal TB
SEVERE OCCURRENCE OF INFECTION
Client becomes clinically ill

BAD PROGNOSIS

DEATH
Patogenesis TB primer

 Inhalasi droplet yang mengandung basil


 Droplet dibawa oleh silia ke bronkiolus terminalis dan alveoli
 Makrofag alveolar menangkap basil.
 Basil TB bereplikasi di dalam makrofag alveolar.
 Makrofag alveolar berinteraksi dengan limfosit T dan menyebabkan differensiasi makrofag menjadi histiosit epiteloid.
 Histiosit epiteloid dan limfosit akan beragregasi membentuk granuloma.
 Pada granuloma, limfosit T CD4 akan mensekresi sitokin seperti interferon-γ yang akan mengaktivasi makrofag untuk membunuh
basil TB di dalamnya.
 Limfosit T CD 8 (limfosit T sitotoksik) juga dapat langsung membunuh sel yang terinfeksi. Meskipun demikian, basil TB tidak selalu
tereliminasi dari granuloma, namun basil tersebut dapat menjadi dorman. Granuloma juga dapat mengalami nekrosis di bagian
tengahnya.
 Reaksi imunologis yang disebabkan oleh basil TB merupakan hipersensitivitas tipe IV (hipersensitivitas lambat) yang akan
bermanifestasi setelah kurang lebih 4–10 minggu setelah infeksi.
 Pada saat tersebut, reaksi tuberkulin akan menjadi positif.
 Reaksi ini akan menyebabkan nekrosis perkijuan pada fokus infeksi dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening (KGB).
 Fokus primer di parenkim disebut sebagai fokus primer atau fokus Ghon.
 Kombinasi fokus primer dengan pembesaran KGB yang menerima aliran limfatik dari fokus primer tersebut dinamakan kompleks
primer atau kompleks Ghon.
 Fokus primer ini akan terjadi di daerah dengan ventilasi yang paling banyak, biasanya pada segmen anterior lobus superior, lobus
medius, lingula, dan segmen basal dari lobus inferior.
 Fokus primer ini biasanya terdapat di daerah subpleural.
 Limfangitis lokal yang terjadi antara fokus primer dan KGB terkadang dapat terlihat pada foto toraks.
 Perkembangan dari infeksi primer bergantung pada beberapa faktor seperti jumlah dan virulensi dari basil TB, imunitas alami dan
imunitas spesifik yang dimiliki inang serta reaksi hipersensitivitas yang timbul.
 Pada pasien yang imunokompeten, imunitas spesifik yang timbul biasanya cukup untuk membatasi multiplikasi basil TB sehingga lesi
akan sembuh tanpa menimbulkan gejala.
 Pada kasus-kasus seperti ini, tes tuberkulin yang positif dapat menjadi satusatunya pertanda telah terjadi infeksi primer.
 Proses ini terjadi pada 95% pasien yang imunokompeten. Penyembuhan TB terjadi dengan resorpsi nekrosis kaseosa yang disertai
deposisi kolagen (fibrosis) dan kalsifikasi.
 Proses ini terjadi di paru, KGB yang terlibat, maupun di jaringan ekstrapulmonal (ginjal, metafisis tulang panjang, dan otak) yang
berasal dari penyebaran hematogen yang minimal. Gambaran radiologi dari lesi penyembuhan
 ini adalah fokus kalsifikasi. Kombinasi fokus Ghon dengan kalsifikasi di KGB
 yang terlibat disebut sebagai kompleks Ranke.27,28 Walaupun ada juga literatur
 yang menyamakan istilah kompleks Ranke dengan kompleks Ghon atau kompleks
 primer.
 Fokus Simon merupakan kalsifikasi di apeks paru yang merupakan tanda lesi yang mengalami penyembuhan. Distribusi fokus Simon
yang terdapat di apeks paru menunjukkan telah terjadi penyebaran hematogen yang minimal.
 Lesi penyembuhan ini dapat mengandung basil yang bersifat dorman yang tetap memberikan stimulus antigenik terhadap reaksi
hipersensitivitas.
 Pada keadaan imunodepresi, basil ini dapat mengalami reaktivasi.
 Pada 5% populasi yang terinfeksi, imunitas yang dimiliki tidak adekuat dan TB paru dapat berkembang dalam satu tahun sejak
terjadinya infeksi primer.
 Keadaan ini disebut sebagai infeksi primer yang progresif.

Patogenesis TB sekunder

 TB sekunder berasal dari reaktivasi fokus yang dorman.


 Reaktivasi TB ini biasanya terjadi di apeks paru. Lesi di apeks ini didapatkan melalui penyebaran hematogen selama infeksi primer
beberapa tahun sebelumnya.
 Segmen apikal dan posterior dari lobus superior serta segmen apikal lobus inferior merupakan tempat reaktivasi sering terjadi. Hal ini
diakibatkan tekanan oksigen di tempat tersebut merupakan yang paling tinggi dibandingkan bagian paru lainnya.
 Penjelasan lain adalah sistem pengaliran limfatik di daerah tersebut yang kurang baik. Lesi di apeks tersebut merupakan kelanjutan
dari fokus Simon yang terjadi setelah infeksi primer.
 Setelah reaktivasi, lesi di fokus Simon akan berkonfluens, dan mengalami likuefaksi serta ekskavasi.
 Infeksi sekunder juga dapat terjadi akibat reinfeksi, walaupun hal ini jarang terjadi bila pasien berdomisili di negara-negara maju.

Pembengkakan pembuluh darah dari pembuluh bronkial yang melebar, bersama dengan anastomosis antara sirkulasi paru dan bronkial, terjadi
pada tuberkulosis, bronkiektasis, abses paru, dan fibrosis kistik. Erosi dan pecahnya kapiler paru atau arteri bronkial yang berdekatan
menyebabkan hemoptisis yang bisa masif. Ruptur aneurisma Rasmussen (pembuluh bronkial melebar di dinding rongga tuberkulosis) adalah
penyebab hemoptisis yang relatif jarang.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Ini terutama mempengaruhi paru-paru, membuat
penyakit paru-paru menjadi presentasi yang paling umum. Sistem organ lain yang sering terkena termasuk sistem pernapasan, sistem
gastrointestinal (GI), sistem limforetikuler, kulit, sistem saraf pusat, sistem muskuloskeletal, sistem reproduksi, dan hati. Dalam beberapa dekade
terakhir, telah ada upaya global bersama untuk memberantas tuberkulosis. Terlepas dari kemajuan dalam pengendalian tuberkulosis dan
penurunan kasus baru dan kematian, hal itu masih merupakan beban besar morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Kegiatan ini meninjau
evaluasi dan manajemen tuberkulosis dan menyoroti peran anggota tim interprofesional dalam berkolaborasi untuk memberikan perawatan yang
terkoordinasi dengan baik dan meningkatkan hasil bagi pasien yang terkena dampak.

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan tuberkulosis (TB) adalah dua penyebab penting mortalitas dan morbiditas di negara kita dan
termasuk di antara 10 penyebab kematian teratas.[1] Keterkaitan antara TB dan PPOK sangat kompleks. Sejumlah besar pasien TB
mengembangkan penyakit saluran napas pasca tuberkulosis atau PPOK terkait TB.Ini adalah hubungan yang paling sering dilaporkan. Namun,
banyak asosiasi yang berbeda juga telah diterbitkan.

 Pasien PPOK juga berisiko tinggi terkena TB paru


 PPOK adalah komorbiditas umum pada pasien dengan TB, kedua setelah diabetes
 Riwayat TB berdampak negatif pada perjalanan PPOK jangka panjang dengan kematian dini dan peningkatan frekuensi eksaserbasi
 PPOK juga mengubah presentasi klinis TB dan merupakan faktor risiko peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat TB.

Bronkitis kronis adalah salah satu jenis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang didefinisikan sebagai batuk produktif lebih dari 3 bulan
yang terjadi dalam rentang waktu 2 tahun. Pasien biasanya datang dengan batuk produktif kronis, malaise, dan gejala batuk yang berlebihan
seperti nyeri dada atau perut. Kegiatan ini meninjau evaluasi dan pengelolaan bronkitis kronis dan menjelaskan peran tim interprofesional dalam
meningkatkan perawatan pasien dengan kondisi ini.

Pneumonia adalah peradangan pada kantung udara di paru-paru (alveoli) dan jaringan di sekitarnya. Ini sering menyebabkan demam tinggi tiba-
tiba, perasaan bahwa Anda sangat tidak sehat, batuk dan sesak napas. Karena pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri, umumnya dapat
diobati secara efektif dengan antibiotik. Vaksinasi yang dapat mencegah infeksi oleh kuman tertentu juga tersedia.Orang yang dinyatakan dalam
kesehatan yang baik umumnya pulih dalam beberapa minggu. Tapi pneumonia tidak boleh dianggap terlalu enteng: itu bisa berlangsung satu
atau kadang-kadang bahkan beberapa bulan sampai Anda kembali ke kekuatan penuh.Pneumonia terkadang memiliki komplikasi yang
mengancam jiwa, terutama jika Anda telah dilemahkan oleh penyakit lain. Pneumonia juga bisa berbahaya bagi bayi dan orang tua

You might also like