Professional Documents
Culture Documents
Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Desa Tegalwaru, Kabupaten Bogor
Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Desa Tegalwaru, Kabupaten Bogor
ABSTRACT
Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) plays an improtant role in the national economy. The
fact show that although the number of MSMEs is dominant, but in generaly they face various obstacles
in the development their bussiness. Some of the obstacle are: capital, marketing, raw materials,
technology, management, bureaucracy, infrastructure, and partnership. The role of stakeholder,
especially goverent and related agency are needed to solve this problem. Tegalwaru village is a tourist
village that offer to visit MSMEs in the area. The competitiviness of MSMEs in Tegalwaru village needs
to be improved in order to compete in national and international level. The result using perfomance
index stated that MSMEs in Tegalwaru village still belong to primary and developed MSMEs category
(index below 50 and among 51-75). Based on the performance index value, the average index for non
food MSMEs is higher than those of food MSMEs. Some of non food MSMEs even reach the limit to
independent category (index more than 75). Based on the performance indekx prioritized strategy for
increasing competitiveness for each MSMEs can be developed.
Keywords: Micro, Small, and Medium Enterprises, Performance Index, Competitiveness, Tegalwaru
Village.
ABSTRAK
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam perekonomiaan
nasional. Fakta menunjukkan bahwa, meskipun jumlah UMKM dominan namun secara umum, UMKM
menghadapi berbagai kendala dalam pengembangan usahanya. Beberapa kendala diantaranya adalah:
permodalan, pemasaran, bahan baku, teknologi, manajemen, birokarasi, infrasturktur, dan kemitraan.
Dalam hal ini dibutuhkan peran pihak lain terutama pemerintah (dinas terkait) untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Desa Tegalwaru merupakan desa wisata yang menawarkan kunjungan ke
UMKM didaerah tersebut. Daya saing UMKM perlu ditingkatkan agar dapat bersaing ditingkat nasional
maupun internasional. Hasil penelitiaan menggunakan indeks kinerja menyatakan bahwa UMKM di
Desa Tegalwaru masih termasuk kategori UMKM primer (indeks dibawah 50) dan berkembang (indeks
diantara 51-75). Berdasarkan hasil analisis indeks kinerja untuk bidang UMKM pangan dan non pangan
didapatkan bahwa indeks kinerja UMKM bidang non pangan lebih tinggi dari UMKM bidang pangan,
bahkan beberapa UMKM non pangan hampir mencapai kategori UMKM mandiri (indeks lebih besar
*Korespondensi Penulis:
Email : diahh2196@gmail.com
153
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
75). Hasil simulasi menunjukkan bahwa berdasarkan nilai indeks kinerja dapat diprioritaskan strategi
peningkatan daya saing untuk masing-masing UMKM.
Kata kunci: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Indeks Kinerja, Daya Saing, Desa
Tegalwaru.
154
Vol. 7, No.1, Maret 2019 Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro …
merupakan desa wisata. Pada desa Tegalwaru oleh pakar dalam penentuaan bobot dimensi
menawarkan kunjungan ke UMKM di daerah dan indikator Data sekunder diperoleh
tersebut sebab banyaknya jumlah UMKM di dengan melakukan studi literatur.
desa tersebut. Analisis kinerja dilakukan
dengan menggunakan metode indeks Metode
pembangunan yang telah mengalami Pada penelitian ini menggunakan
modifikasi. Metode ini digunakan karena metode indeks pembangunan. Indeks
memiliki beberapa kelebihan diantaranya, pembangunan merupakan metode yang
mudah digunakan, menggambarkan kinerja berasal dari Badan Perencanaan
secara multidimensional, dan pembacaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Indeks
analisisnya yang mudah pembangunan desa (IPD) digunakan
Bappenas untuk mengukur tingkat
Tujuan perkembangan desa. Pada indeks
Penelitian ini bertujuan mengukur nilai pembangunan desa dapat menunjukkan
indeks kinerja dari setiap UMKM pangan dan dimensi dan indikator yang perlu
non pangan, dan kerajinan di Desa Tegalwaru ditingkatkan dan atau tidak perlu
dengan metode indeks pembangunan dan ditingkatkan karena sudah dianggap optimal
menganalisis faktor yang dapat ditingkatkan (Bappenas 2015). Metode yang digunakan
untuk memperbaiki kualitas dari UMKM pada penelitiaan ini merupakan indeks
tersebut. pembangunan desa yang telah dimodifikasi
menjadi indeks kinerja UMKM. Modifikasi
Ruang Lingkup Penelitiaan dilakukan terhadap formulasi IPD. Tujuan
Ruang lingkup dari penelitian ini dilakukan modifikasi sebab skala indikator
adalah menganalisis indeks kinerja UMKM yang digunakan dalam penelitian ini berbeda-
di Desa Tegalwaru dengan menggunakan beda sehingga untuk penyamaan dengan
metode indeks pembangunan. Metode indeks milik Bappenas perlu dilakukan modifikasi
pembangunan berasal dari Badan (Damayanti 2017).
Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang telah dimodifikasi. Rumus indeks pembangunan desa sebelum
Penelitiaan ini dilakukan pada 14 UMKM dimodifikasi sebagai berikut.
𝑛
yang terdiri dari 6 UMKM pangan dan 8
UMKM non pangan. Metode ini 𝐼𝑃 = (∑ 𝐵𝑖𝑥𝑉𝑖)𝑥20
menggunakan dimensi dan indikator yang 1
diperoleh dari literatur dan telah ditinjau oleh Keterangan:
IP: Indeks pembangunan desa
pakar. Nilai indeks kinerja akan dianalisa Bi: Bobot indikator ke-i
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat Vi: Skor indikator ke-i
ditingkatkan untuk memperbaiki kualitas
UMKM tersebut. Bappenas mengukur tingkat
perkembangan desa dengan skala indikator
BAHAN DAN METODE yang sama pada semua dimensi yaitu, 1
sampai 5. Pada penelitian ini skala indikator
Pengumpulan Data yang digunakan berbeda-beda setiap
Penelitian ini menggunakan data indikatornya sehingga perlu dilakukan
primer dan sekunder, pengumpulan data penyetaraan. Rumus IPD yang telah
primer didapat melalui hasil wawancara di dimodifikasi sebagai berikut.
Desa Tegalwaru dan pengisiaan kuisioner
155
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
𝑛
Modifikasi dilakukasn pada formulasi,
𝐼𝐾 = (∑ 𝐵𝑖𝑥𝑉𝑖𝑥𝐾𝑖 ) dapat dilihat IK memiliki konstanta dalam
1 formulasinya. Konstanta diperoleh dengan
cara membagi nilai 100 dengan jumlah skala
Keterangan: indikator pada tiap indikator (Damayanti
Bi: Bobot indikator ke-i
Vi: Skor indikator ke-i
2017). Konstanta tiap indikator dapat dilihat
Ki: konstanta indikator ke-i pada tabel berikut.
Tabel 1. Konstanta indikator
Indikator Konstanta (Ki)
Tenaga Kerja 20
Asal Modal 33,33
Keuntungan 20
Omset Penjualan 25
Kapasitas Produksi 20
Teknologi 20
Organisasi 25
Ketersediaan Bahan Baku 25
Pemasok 20
Pemasaran 25
Ekspor 50
Pengolahan Limbah 33,33
Hasil Limbah 50
Pembuangan Limbah 25
Sumber: data primer diolah dan disesuaikan dengan indeks pembangunan (Bappenas 2015)
Pada tabel 1 dapat dilihat nilai menggambarkan tingkat kemajuaan dan
konstanta dari setiap indikator. Simbol perkembangan pembangunan desa (Bappenas
digunakan untuk mempermudah dalam 2014). Penggambaran kondisi nyata tingkat
perhitungan. Konstanta diperoleh dengan pembangunan desa atau kondisi di lapang
cara membagi nilai 100 dengan jumlah skala diupayakan melalui indikator (Bappenas
indikator pada tiap indikator (Damayanti 2014). Pada dimensi dan indikator yang
2017). Sebagai contoh, pada indiaktor tenaga digunakan berdasrkan 8 dimensi pokok
kerja memiliki jumlah skala 5. Perhitungan manajemen industri (Rostamzadeh dan
nilai konstanta indikator tenaga kerja adalah Sofian 2011). Dimensi yang digunakan pada
100/5, sehingga diperoleh nilai 20. penelitiaan ini diantaranya, manusia, uang,
mesin, metode, manajemen, bahan baku,
HASIL DAN PEMBAHASAN pasar, dan lingkungan. Pada pemilihan
indikator disesuaikan dengan data UMKM di
Penentuan Dimensi dan Indikator Desa Tegalwaru, indikator yang digunakan
Indeks pembangunan desa sebanyak 14 indikator. Dimensi dan indikator
menggunakan dimensi dan indikator sebagai untuk pengukuran kinerja dapat dilihat pada
salah satu instrumen dalam mengukur indeks lampiran 1.
kinerja. Dimensi dan indikator memiliki
fungsi sebagai alat ukur dalam konsep Peninjauan ulang dimensi dan indiaktor oleh
pembangunan desa sehingga dapat pakar
156
Vol. 7, No.1, Maret 2019 Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro …
157
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
158
Vol. 7, No.1, Maret 2019 Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro …
non pangan rata-rata diatas 20% dari UMKM yang memiliki indeks kinerja rata-
pendapatan karena jumlah tenaga kerja yang rata 67,538 sehingga kelompok ini termasuk
dimiliki banyak dan kapasitas produksinya yang menggunakan teknologi semi modern,
umumnya tidak rendah. UMKM pada memiliki omset Rp 300 000 000 sempai
kategori non pangan umumnya tergolong dengan Rp 2 500 000 000, dan kapasitas
usaha kecil, dimana memiliki pendapatan produksinya cukup tinggi. Data yang telah
bersih lebih dari Rp 50 000 000 sampai diolah dilakukan pemetaan untuk
dengan paling banyak Rp 500 000 000 (UU mempermudah dalam menganalisis.
no 20 Th 2008). Pemetaan industri UMKM pangan dan non
Pada kategori pangan terdiri dari 6 pangan dapat dilihat pada gambar berikut.
58,86112 63,06112
56,91959
60 50 50
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
UMKM Industri Pangan
Indeks Kinerja Batas Primer Batas Berkembang
Linear (Batas Primer) Linear (Batas Berkembang)
159
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
56,919. Dimensi manusia, pasar, dan metode sehingga nilai indeks menjadi 62,545
teknologi memiliki nilai skor yang belum dengan peningkatan 9%, dan terakhir
optimal sehingga diubah dengan menaikan dilakukan peningkatan terhadap dimensi
satu tingkat skor di dimensi tersebut. Pada manusia. Peningkatan ini dilakukan karena
perubahan pertama dilakukan di dimensi penambahan tenaga kerja mampu
pasar sehingga nilai indeks meningkat meningkatkan kapasitas produksi dari usaha
menjadi 60,045. Berdasarkan data primer tersebut. Nilai indeks kinerja yang diperoleh
yang didapat UMKM A4 masih setelah dilakukan perubahan pada dimensi
menggunakan teknologi tradisional, manusia adalah 65,0446 dengan peningkatan
penjualan atau pemasaran yang dilakukan 12%. Hasil evaluasi indeks kinerja pada
hanya di daerah sekitar, dan jumlah tenaga UMKM pangan dapat dilihat pada tabel
kerja kisaran 6 hingga 10. Setelah perbaikan berikut
dimensi pasar dilakukan perbaikan dimensi
Tabel 6. Hasil simulasi indeks kinerja pada UMKM pangan
A4 Pemasaran Teknologi Jumlah Asal Indeks Peningkatan
(Perubahan tenaga Modal kinerja
dimensi) kerja
Faktual 1 1 3 2 56,92 -
dimensi pasar 2 1 3 2 60,04 5%
160
Vol. 7, No.1, Maret 2019 Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro …
80
90,41265 Batas primer
60 50 78,09765
73,85112 73,06112
50
Batas berkembang
69,31112
69,27112
69,08612
40 63,68612 Linear (Batas primer)
20 Linear (Batas berkembang)
0
0 5 10 15 20
UMKM Industri Non Pangan
Gambar 2. Pemetaan UMKM Non Pangan
161
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
Faktual 3 73,85 -
Perubahan dimensi 4 76,35 5%
manusia
Sumber: hasil scoring diolah
Perubahan dilakukan pada dimensi ditingkatkan satu skor menjadi 5 sehingga
manusia karena dengan penambahan tenaga mampu meningkatkan produksi, secara
kerja mampu meningkatkan kapasitas realita tenaga kerja dapat ditambahkan
produksi suatu usaha. Perubahan dilakukan sebanyak 1 orang. Nilai indeks yang dimiliki
dengan menaikan satu tingkat pada skor Y8 adalah 73,061 sehingga tergolong
indikator tenaga kerja, secara realita tenaga berkembang. Hasil peningkatan nilai indeks
kerja dapat ditambah sebanyak dua orang. kinerja dapat dilihat pada tabel berikut.
Nilai faktual UMKM Y4 adalah 73,851. Nilai faktual Y8 adalah 73,851 dan
Evaluasi pada indikator tenaga kerja tergolong berkembang. Peningkatan pada
menghasilkan nilai indeks 76,35112 dengan dimensi manusia dilakukan dengan
peningkatan sebanyak 3%. Pada tabel 9 menambah satu skor dalam indiaktor tenaga
menunjukan bahwa nilai indeks kinerja yang kerja, secara faktual tenaga kerja dapat
dimiliki Y4 tergolong mandiri. Perubahan ditambah sebanyak 3 orang. Teknologi yang
selanjutnya dilakukan pada UMKM Y8 digunakan Y8 adalah mesin manual,
dengan mengubah dimensi manusia dan perubahan teknologi mampu mempengaruhi
metode. Dimensi manusia pada Y8 efektifitas kerja dan kapasitas produksi. Pada
162
Vol. 7, No.1, Maret 2019 Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro …
tabel 10 secara faktual Y8 memiliki skor 2 di Hasil pemetaan UMKM di desa Tegalwaru,
indikator teknologi, dapat diartikan bahwa kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel
teknologi yang digunakan masih mesin berikut.
manual. Perubahan dilakukan dengan Hasil simulasi pada semua UMKM non
meningkatkan satu skor pada indiaktor pangan menunjukan bahwa dapat menjadi
teknologi, secara faktual dilakukan dengan usaha kategori mandiri. Rincian simulasi non
mengganti teknologi menjadi semi modern. pangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Simulasi nilai indeks kinerja Y8
Y8 Tenaga Kerja Teknologi Indeks Kinerja Peningkatan
Faktual 4 2 73,06 -
Perubahan dimensi 5 2 76,38 4%
manusia
Perubahan dimensi 5 3 78,88 7%
manusia dan
metode
Sumber: hasil scoring diolah
163
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
164
Vol. 7, No.1, Maret 2019 Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro …
Bogor. [diunduh pada 2018 Juni 27]. Berbasis Industri Kreatif Kota
Tersedia pada: Semarang). Prosiding SNST ke-6.
Semarang(ID): Universitas Wahid
Fachrizal Riza. 2016. Pengaruh Modal dan
Hasyim Semarang. 7-12 Juni 2018.
Tenaga Kerja Terhadap Produksi
Industri Kerajinan Kulit di Kabupaten Rostamzadeh dan Sofian. Prioritizing
Merauke. J Ilmiah Agribisnis dan effective7Ms to Improve Production
Perikanan. 9(2):66-74. System Performance Using Fuzzy
AHP and Fuzzy Topsis (case study).
Fitanto B. 2009. Analisis Omset dan Posisi
Elsevier: Expert System with
Bersaing pada Klaster Usaha Kecil dan
Application. 38: 5166-5177. doi:
Menengah (UKM) sepatu kota
10.1016/j.eswa.2010.10.045.
Mojokerto. Journal of Indonesian
Applied Economics. 3(1):23-36. Rokhayati. 2015. Pengukuran Kinerja Pada
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Hapsari PP, Hakim A, Soeaidy S. 2014.
(UMKM):Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Pengaruh Pertumbuhan Usaha Kecil
Menengah (UKM) terhadap Politenik Harapan Bersama Tegal.
4(2):94-100.
Pertumbuhan Ekinomi Daerah. J
Wacana.17(2):88-97. Sudiarta IPLE, Kirya IK, Cipta IW. 2014.
Analisis Faktor-Faktor yang
Muis M. 2013. Manajeman Sumber Daya
mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro,
Manusia pada Kinerja Industri.
Kecil, dan Menengah (UMKM) di
Bogor(ID):IPB Press.
kabupaten Bangli. E-journal Bisma
Munizu M. 2010. Strategi Peningkatan Universitas Pendidikan Ganesha
Kinerja dan Peran Usaha Kecil dan [internet]. 2. [dunduh pada 2018 Juni
Menengah (UKM) Pengolahan Produk 27]. Tersedia pada:
Berbasis Pangan di Kota Makasar https://ejournal.undiksha.ac.id/index.p
[internet]. [diunduh pada 2018 28 Juni]. hp/JJM/article/view/3381.
Purwaningsih R, Kusuma PD. 2015. Analisis Siswaji B, Nuryartono N, Arifin B, Didu MS.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 2013. Analisis Pengaruh Institusi
Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Strategi dan Kinerja Badan
(UKM) dengan Metode Structural Usaha Milik Negara (BUMN). Jurnal
Acuation Modeling (Studi Kasus UKM manajemen Teknologi. 12(3): 220-234.
LAMPIRAN
165
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
166
Vol. 7, No.1, Maret 2019 Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro …
167
Padyanawati, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri
168