Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Wahyu Mila Febriani.

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion ad Health Education


193
Vol. 7 No. 2 (2019) 193-203 doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.193-203

Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Mahasiswa Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Description of Health Seeking Behavior among Public Health


Students, Airlangga University
Wahyu Mila Febriani
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email : milafebriani28@gmail.com

ABSTRACT
Background: Health seeking behavior is an individual effort to find right treatment to
overcome health problem. Students as individuals who are considered capable of self-
responsibility have power over themselves to determine their behavior. Objective: This
study aims to determine the description of health seeking behavior in students of Public
Health Faculty of Airlangga University. Method: This study is an observational analytic
that used cross sectional design and was analyzed using chi-square statistical analysis.
The population were 2462 students of Faculty of Public Health, Airlangga University and
96 students were selected randomly as a sample by simple random sampling technique.
The variables in this research are health seeking behavior as dependent variable,
whereas perceived seriousness, perceived susceptibility, perceived benefits and perceived
barriers as independent variables. Result: The results of this study showed that the
number of students of Public Health Faculty of Airlangga University who took treatment
action when they felt the symptoms of disease were 37.5%. Statistical tests showed that
perceived seriousness (P value = 0.176) and perceived benefit (P value = 0.446). While
perceived susceptibility (P value = 0,003) and perceived barriers (P value = 0,005).
Conclusion: Perceived susceptibility and perceived barriers have a significant impact to
health seeking behavior among the students of Public Health Faculty of Airlangga
University.

Keywords : students, health seeking, behavior, health belief


model

ABSTRAK
Latar belakang: Perilaku pencarian pengobatan merupakan segala tindakan atau upaya
yang dilakukan oleh individu dengan tujuan menemukan pengobatan yang tepat saat
merasa/menganggap dirinya sedang memiliki gangguan kesehatan. Mahasiswa sebagai
individu yang sudah dianggap mampu bertanggung jawab atas diri sendiri memiliki kuasa
atas dirinya untuk menentukan perilakunya, termasuk dalam upaya pencarian
pengobatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku
pencarian pengobatan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga. Method: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
studi korelasi chi-square dan rancang bangun cross sectional. Sampel penelitian berjumlah
96 mahasiswa yang diambil dari total populasi sebesar 2462 mahasiswa FKM UNAIR dan
dipilih secara acak menggunakan teknik sampel acak sederhana. Variabel pada penelitian
ini terdiri dari perilaku pencarian pengobatan sebagai variabel terikat, sedangkan
persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat dan persepsi hambatan
sebagai variabel bebas. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang melakukan tindakan
pengobatan saat pertama kali merasakan gejala penyakit sebesar 37,5%. Berdasarkan hasil
uji statistik dapat diketahui jika variabel perceived seriousness (P value = 0,176) dan
perceived benefit (P value = 0,446). Sedangkan variabel perceived susceptibility (P value
=
0,003) dan perceived barriers (P value = 0,005). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara
©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and
Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 09-07-2018, Accepted: 22-10-2018, Published Online: 20-12-2019
persepsi kerentanan dan hambatan yang dirasakan dengan timbulnya perilaku pencarian

©2019. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and


Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 09-07-2018, Accepted: 22-10-2018, Published Online: 20-12-2019
194 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 193 – 203, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.193-203

pengobatan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,


Surabaya.

Kata Kunci : Mahasiswa, perilaku, pencarian pengobatan, health belief model

PENDAHULUAN gangguan kesehatan (Kementerian


Kesehatan RI, 2010), sedangkan hasil
Sakit merupakan suatu hal yang Riskesdas tahun 2013 besaran rumah
tidak dapat diprediksi kedatangannya. tangga yang menyimpan obat untuk upaya
Sepanjang hidupnya, manusia pasti pengobatan yang dilakukan sendiri
pernah mengalami atau menderita suatu (swamedikasi) sebanyak 35,2%. Rata-rata
penyakit. Saat seseorang mengalami suatu obat yang disimpan adalah obat yang
penyakit, secara naluriah ia akan sedang digunakan sebesar 32,1%, obat
melakukan usaha untuk menyembuhkan persediaan sebesar 42,2% dan sebanyak
penyakitnya dengan segala cara. Berbagai 47,0% rumah tangga menyimpan obat sisa.
upaya yang seringkali dilakukan saat Kondisi tersebut menunjukkan
menderita suatu penyakit, antara lain bahwa masyarakat Indonesia lebih
mengobati sendiri (membeli obat warung memilih mengobati diri sendiri saat
atau apotek), berobat ke pelayanan merasakan gejala sakit. Padahal perilaku
kesehatan ataupun ke pelayanan mengobati diri sendiri dengan membeli
kesehatan tradisional. obat bebas, baik di apotek ataupun obat
Perilaku pencarian pengobatan warung memiliki risiko ketidaktepatan
merupakan segala tindakan atau upaya dosis atau jenis obat. Sejak tahun 2009
yang dilakukan oleh individu dengan hingga tahun 2014 persentase masyarakat
tujuan menemukan obat yang tepat saat di Indonesia yang memilih untuk
merasa atau menganggap dirinya sedang mengobati sendiri melalui upaya
memiliki masalah kesehatan. Perilaku swamedikasi daripada berobat ke
pencarian pengobatan didahului oleh pelayanaan kesehatan saat memiliki
proses pengambilan keputusan yang keluhan kesehatan masih cukup besar.
selanjutnya diatur oleh individu, perilaku Hasil survei sosial ekonomi nasional
rumah tangga, norma masyarakat, serta (Susenas) tahun 2009 hingga 2014
harapan terhadap penyedia layanan persentase penduduk yang memilih
kesehatan. Masyarakat yang menderita mengobati sendiri mengalami penurunan
suatu penyakit namun tidak merasa (Badan Pusat Statistik, 2009). Tahun 2009
bahwa penyakit tersebut mengancam sebesar 68,41% penduduk memilih untuk
jiwanya, tentu tidak akan bertindak untuk melakukan swamedikasi saat megalami
melakukan pengobatan. Namun, jika keluhan kesehatan dan pada tahun 2014
mereka merasa penyakit yang diderita turun pada angka 61,05%. Kondisi tersebut
mengganggu aktifitas ataupun dapat dapat menjadi indikasi bahwa masyarakat
mengancam jiwa barulah timbul suatu mulai percaya dan terbuka untuk
perilaku dan usaha (Trisnawan, 2015). melakukan pengobatan di pelayanan
Di Amerika Serikat upaya pencarian kesehatan, namun persentase tersebut
pengobatan dengan cara pengobatan masih menunjukkan lebih dari 50%
sendiri memiliki prevalensi yang cukup masyarakat di Indonesia memilih untuk
tinggi yakni mencapai 75% (Al-ameri, Al- melakukan pengobatan sendiri
badri and Lafta, 2016). Di Malaysia (swamedikasi) dibandingkan melakukan
sebanyak 66,7% memilih untuk berobat ke pengobatan di pelayanan kesehatan.
tenaga kesehatan saat mengalami Secara umum saat mengalami
gangguan kesehatan dan hanya 20,9% yang gangguan kesehatan, masyarakat akan
melakukan pengobatan sendiri (Dawood, berusaha mengobati diri sendiri terlebih
2017). dahulu, baik dengan ramuan tradisional
Di Indonesia, sebanyak 55,8% rumah maupun dengan obat yang bisa dibeli
tangga memilih untuk mengobati sendiri secara bebas. Jika tidak ada perubahan
jika menderita suatu penyakit. Sedangkan atau belum ada hasil, barulah mencari
44,2% yang lainnya mencari pengobatan pengobatan di pelayanan kesehatan. Hal
ke fasilitas kesehatan jika menderita tersebut juga yang seringkali dilakukan
Wahyu Mila Febriani. Gambaran Perilaku Pencarian… 195

oleh mahasiswa saat mengalami gangguan Trisnawan (2015) menyebutkan


kesehatan. Mahasiswa seringkali dianggap faktor yang mempengaruhi perilaku
memiliki pengetahuan yang lebih baik pencarian pengobatan adalah persepsi
dibandingkan masyarakat lain yang tidak individu itu sendiri yang terdiri dari
menempuh pendidikan tinggi, sehingga perceived susceptibility, perceived
seringkali perilaku mahasiswa dijadikan seriousness, perceived benefit, dan
contoh atau panutan dalam kehidupan perceived barriers. Penelitian ini
sehari-hari termasuk di dalamnya perilaku bertujuan untuk mengetahui gambaran
pencarian pengobatan. perilaku pencarian pengobatan pada
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Raflis (2013) pada mahasiswa fakultas Universitas Airlangga dengan kajian
non-eksakta Universitas Sumatera Utara menggunakan model teori Health Belief
diperoleh hasil sebanyak lebih dari 70% Model (Trisnawan, 2015).
responden segera melakukan pengobatan
jika merasa sakit (Keloko, Harahap and METODE
Raflis, 2013). Sebanyak 61,1% mahasiswa
mengkonsumsi obat warung dan 81,1% Bentuk penelitian yang digunakan
memilih untuk berobat ke fasilitas adalah deskriptif analitik, dimana
kesehatan. penelitian ini menggambarkan perilaku
Data statistik pemuda tahun 2016 pencarian pengobatan pada mahasiswa
menunjukkan lebih dari 45% pemuda telah Fakultas Kesehatan Masyarakat
melakukan upaya berobat jalan dalam Pendekatan yang digunakan adalah
mengatasi keluhan kesehatan yang kuantitatif dan model non eksperimental
diderita. Angka tersebut mengalami dengan studi korelasi. Rancang bangun
penurunan pada tahun 2017, dimana penelitian ini adalah cross sectional,
angka berobat jalan yang dilakukan oleh karena variabel penelitian diambil pada
pemuda di Indonesia yang berada pada waktu bersamaan.
kelompok usia 18-30 tahun hanya Populasi penelitian adalah seluruh
mencapai 36,35%. Masih terdapat lebih mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
dari separuh pemuda yang tidak Universitas Airlangga dengan jumlah 2462
melakukan upaya berobat jalan dengan mahasiswa, dimana jumlah tersebut
alasan terbanyak adalah pemuda dapat diperoleh dari website resmi Universitas
mengobati diri sendiri sebanyak 68,42% Airlangga tahun 2018. Teknik yang
dan hampir 30% merasa tidak perlu digunakan dalam pengambilan sampel
melakukan upaya pengobatan. Angka penelitian adalah tekniksimple random
swamedikasi yang tinggi (upaya sampling.
pengobatan sendiri) dapat dipengaruhi Noor (2015) menyatakan, simple
oleh beberapa faktor seperti tingkat random sampling adalah teknik
pendidikan, keluarga, masyarakat, pengambilan sampel yang dipilih secara
ketersediaan obat serta paparan iklan dari random, dimana setiap unsur dalam
media (Bennadi, 2013). Pengobatan populasi mempunyai kesempatan yang
modern menjadi tempat pengobatan yang sama untuk bisa dipilih menjadi sampel
lebih banyak dipilih oleh pemuda (Noor, 2015). Penentuan besar sampel
dibandingkan pengobatan tradisional. menggunakan rumus slovin dengan rumus
Health Belief Model adalah teori sebagai berikut:
yang dirancang untuk mendorong
masyarakat melakukan perilaku kesehatan
ke arah yang baik. Teori Health Belief Keterangan :
Model didasarkan pada kepercayaan N : Jumlah Populasi
bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh n : Besar Sampel
persepsi kerentanan terhadap masalah d : Tingkat Kesalahan (0,1)
kesehatan (perceived susceptibility), Sehingga dilakukan perhitungan sebagai
persepsi keseriusan atau keparahan berikut :
terhadap masalah kesehatan (perceived
seriousness), persepsi manfaat yang
didapatkan dari pengobatan atau upaya
pencegahan (perceived benefit), serta Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
persepsi hambatan yang dirasakan besar sampel yang digunakan dalam
(perceived barriers). penelitian sebanyak 96 orang mahasiswa
196 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 193 – 203, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.193-203

Fakultas Kesehatan Masyarakat menjadi tidak bermanfaat dan


Universitas Airlangga. bermanfaat.
Sumber data yang digunakan Persepsi terakhir yang menjadi
berasal dari sumber data primer yang variabel terikat dalam penelitian adalah
dihimpun melalui penyebaran kuesioner. perceived barriers. Persepsi hambatan
Variabel yang dianalisis dalam penelitian yang muncul jika melakukan suatu
ini mengacu pada teori Health Belief perilaku diukur dengan adanya pernyataan
Model, yang mana teori tersebut memiliki tentang persepsi dampak negatif yang
empat persepi yang dapat menjadi ditimbulkan jika terlalu sering minum
prediktor dalam perilaku kesehatan, yakni obat, melakukan pengobatan jika disuruh,
perceived susceptibility, perceived rasa malas untuk pergi ke pelayanan
seriousness, perceived benefit, dan kesehatan serta anggapan menghabiskan
perceived barriers (Rosenstock, Strecher waktu dan biaya. Persepsi hambatan ini
and Becker, 1988). Keempat persepsi dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu,
tersebut menjadi variabel independent tidak ada hambatan dan ada hambatan.
(bebas) dalam penelitian ini. Variabel
dependent atau variabel terikat adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
perilaku pencarian pengobatan.
Persepsi keseriusan diukur dengan Gambaran karakteristik responden
memunculkan pendapat pada instrumen yang dilibatkan dalam penelitian disajikan
berupa anggapan bahwa penyakit yang pada Tabel 1:
diderita akan semakin parah, penyakit
yang diderita dapat mengancam hidup, Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
penyakit yang diderita dapat mengganggu Responden di FKM UNAIR tahun
aktivitas sehari-hari dan anggapan adanya 2018
rasa cemas jika penyakit tidak kunjung Karakteristik Frekuensi %
sembuh. Selanjutnya, persepsi keseriusan Jenis Kelamin
dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu, Laki-laki 26 27,08
tidak serius dan serius. Perempuan 70 72,92
Persepsi yang kedua adalah Total 96 100
perceived susceptibility (kerentanan) Umur
yang dirasakan. Pengukuran kerentanan 18-19 th 13 13,5
dilakukan dengan memunculkan >19-21 th 46 47,9
pernyataan pada instrumen penelitian >21 th 37 38,5
Total 96 100
terkait persepsi. Pernyataan tersebut
Kepemilikan Asuransi
menyebutkan bahwa kurangnya aktivitas
Ya 86 89,6
fisik menjadi pemicu masalah kesehatan, Tidak 10 10,4
gaya hidup yang kurang baik dapat Total 96 100
meningkatkan resiko kesehatan, gangguan Jenis Asuransi
kesehatan serius dapat menyerang setiap BPJS/KIS 81 84,4
orang termasuk remaja, serta pengaruh Asuransi Komersial 5 5,2
lingkungan dapat meningkatkan resiko Tidak Punya 10 10,4
gangguan kesehatan. Persepsi kerentanan Total 96 100
dalam penelitian ini dikategorikan Metode Pembayaran
menjadi tidak rentan dan rentan. BPJS/KIS 45 46,9
Persepsi ketiga yang digunakan Asuransi Komersial 4 4,2
sebagai variabel penelitian adalah Umum (out of
47 49,0
pocket)
perceived benefit. Pengukuran persepsi
Total 96 100
adanya manfaat yang dirasakan atas
perilaku yang akan dilakukan,
Tabel 1 dapat diketahui jika
dimunculkan dengan pernyataan tentang
mayoritas responden berjenis kelamin
anggapan bahwa istirahat dan atau minum
perempuan (72,29%) dan mayoritas
obat yang dijual bebas (warung ataupun
responden berada pada rentang usia >19-
apotik) dapat menyembuhkan penyakit
21 (47,9%). Hasil tersebut sejalan dengan
yang diderita, anggapan bahwa pergi ke
studi yang dilakukan oleh Adhyka (2013)
fasilitas kesehatan dapat mempercepat
tentang gambaran perilaku mahasiswa
kesembuhan, serta rasa aman jika diobati
Fakultas Kesehatan terkait proses
oleh tenaga kesehatan. Persepsi manfaat
pencarian pengobatan, dimana pada
dalam penelitian ini dikategorikan
penelitian tersebut mayoritas responden
Wahyu Mila Febriani. Gambaran Perilaku Pencarian… 197

berjenis kelamin perempuan dan berada kepemilikan BPJS menjadi salah satu
pada kelompok usia 19-20 tahun (Adhyka, faktor yang mempengaruhi masyarakat
Bakti and Lumongga, 2013). Kondisi untuk datang ke pelayanan kesehatan
tersebut mengindikasikan bahwa terdapat sebagai upaya pencarian pengobatan,
kesamaan karakteristik responden, karena kemudahan dan manfaat yang
dimana karakteristik individu (usia dan diberikan atau didapatkan sebagai peserta
jenis kelamin) dapat mempengaruhi asuransi sosial milik pemerintah (Iswandi,
keputusan seseorang dalam melakukan 2017).
pembelian, termasuk pembelian Penelitian ini melihat tindakan awal
jasa/pelayanan kesehatan (Supriyanto and yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai
Ernawati, 2010). responden saat merasakan gangguan
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa kesehatan.
mayoritas mahasiswa FKM UNAIR yang
menjadi responden penelitian telah Tabel 2. Gambaran health seeking
memiliki asuransi kesehatan sebesar behavior pada mahasiswa FKM
89,6%. Mayoritas responden memiliki UNAIR tahun 2018
asuransi berupa BPJS Kesehatan (84,4%), Kategori Frekuensi %
namun angka pemanfaatan BPJS di Tidak mencari
60 62,5%
kalangan mahasiswa Fakultas Kesehatan pengobatan
Masyarakat Universitas Airlangga masih di Mencari Pengobatan 36 37,5%
bawah 50%, yakni hanya mencapai 46,9%. Total 96 100%
Sebagian dari mereka lebih memilih
menjadi pasien umum atau membayar Tabel 2 kmenujukkan bahwa
sendiri biaya pelayanan kesehatan dengan mayoritas mahasiswa FKM UNAIR yang
proporsi sebanyak 49%. menjadi responden tidak melakukan
Kondisi tersebut sejalan dengan upaya pencarian pengobatan ketika
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menghadapi masalah kesehatan dengan
pada tahun 2017 menunjukkan persentase persentase sebesar 62,5%. Proses pertama
pemuda Indonesia yang menggunakan dalam tindakan pencarian pengobatan
jaminan kesehatan untuk pengobatan ialah mengidentifikasi gejala penyakit
rawat jalan khususnya, hanya mencapai yang diderita. Mahasiswa kesehatan
37,43%, yang mana angka tersebut dianggap mempunyai pemahaman yang
mengalami kenaikan yang cukup signifikan baik tentang kesehatan serta apa yang
bila diba (Badan Pusat Statistik, 2017). harus dilakukan saat merasakan gangguan
Karena pada susenas tahun 2015 angka kesehatan, karena mereka lebih sering
pemanfaatan jaminan kesehatan oleh mendapatkan paparan informasi terkait
pemuda hanya sebesar 5,59% (Badan Pusat hal tersebut.
Statistik, 2015). Hasil penelitian ini menunjukkan
Penelitian yang dilakukan oleh bahwa mahasiswa kesehatan yang
Rumengan (2015) menyebutkan, unsur dianggap memiliki pengetahuan tentang
yang dapat mempengaruhi penggunaan kesehatan, tidak melakukan pencarian
pelayanan kesehatan oleh peserta BPJS pengobatan saat menderita gejala
adalah pemahaman individu terhadap penyakit. Kebanyakan dari mereka lebih
JKN, kemudahan akses, serta persepsi memilih membiarkan kondisi tersebut,
atas sikap atau tindakan petugas jika mereka beranggapan bahwa gangguan
kesehatan di fasilitas kesehatan. kesehatan yang dialami belum terlalu
Responden yang memiliki persepsi baik parah, padahal pihak Universitas
terhadap BPJS/JKN memiliki kesempatan Airlangga telah menyediakan pusat
3,1 kali lebih besar menggunakan layanan kesehatan (PLK) disetiap kampus.
pelayanan kesehatan (Rumengan, Umboh Keberadaan PLK ini dapat menjadi faktor
and Kandou, 2015). pendorong bagi mahasiswa untuk
Sebagai mahasiswa fakultas melakukan tindakan pengobatan.
kesehatan, seharusnya responden Penelitian yang dilakukan oleh Vaz
memiliki persepsi yang cukup baik (2012) di Universitas Goa India terkait
terhadap BPJS, karena mereka perilaku pengobatan mahasiswa
mendapatkan informasi lebih banyak dan didapatkan hasil bahwa sebanyak 31,3 %
lebih sering dibandingkan dengan mahasiswa melakukan diagnosa sendiri
masyarakat ataupun mahasiswa non- gejala sakit yang dirasakan (Vaz, Ferreira
kesehatan. Iswandi (2017) menyebutkan, and Kulkarni, 2012). Sebagian besar
198 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 193 – 203, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.193-203

mahasiswa (66,3%) juga memilih untuk suatu ancaman oleh individu serta sejauh
melakukan pengobatan sendiri daripada mana perilaku kesehatan yang dilakukan
berobat ke pelayanan kesehatan atau diyakini secara efektif dapat mengurangi
tenaga kesehatan. Kondisi ini risiko kesehatan. Gangguan kesehatan di
menunjukkan bahwa mahasiswa masyarakat seringkali dipersepsikan
Universitas Goa India belum menganggap berbeda tiap masing-masing individu.
upaya pengobatan adalah hal penting Perceived seriousness dapat
yang harus dilakukan. didefinisikan sebagai keseriusan yang
Teori Health Belief Model dirasakan oleh individu terhadap
menjelaskan bahwa keinginan seseorang gangguan kesehatan yang dialami. Tabel 3
untuk berperilaku positif dalam hal menunjukkan gambaran persepsi
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor keseriusan yang dirasakan oleh
utama, yakni tingkat dimana suatu responden.
gangguan kesehatan dianggap sebagai

Tabel 3. Gambaran Perceived Seriousness yang Dirasakan terhadap Health Seeking


Behavior pada Mahasiswa FKM UNAIR Tahun 2018
Pencarian Pengobatan
Perceived Total
Tidak Ya P Value
Seriousness
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tidak serius 40 67,8 19 32,2 59 100
0,256
Serius 20 54,1 17 45,9 37 100

Tabel 4 menunjukkan gambaran menurut Robbins & Judge (2012) dapat


Perceived Seriousness responden terhadap dipengaruhi oleh faktor internal dan
upaya untuk mencari pengobatan. Hasil faktor eksternal (Robbins and Judge,
penelitian menunjukkan bahwa sebagian 2012). Faktor internal yang dimaksud
besar responden yang memiliki persepsi adalah proses mental yang terjadi dalam
serius terhadap penyakit justru tidak masing-masing individu, sedangkan faktor
berupaya untuk mencari pengobatan. eksternal dapat berasal dari keadaan
Nilai p yang diperoleh dari hasil uji sosial yang ada di sekelilingnya dan waktu
chi square menunjukkan angkasebesar pada saat individu mengambil suatu
0,256 pada derajat kemaknaan sebesar tindakan atau perilaku.
5%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Kehidupan mahasiswa yang lebih
tidak ada hubungan yang signifikan antara banyak menghabiskan waktu bersama
persespi keseriusan (perceived teman-temannya, sangat memungkinkan
seriousness) dengan perilaku pencarian bahwa persepsi mereka dalam proses
pengobatan pada mahasiswa Fakultas pengambilan keputusan atas dirinya lebih
Kesehatan Masyarakat UNAIR. Hasil ini banyak dipengaruhi oleh lingkungan
memperlihatkan bahwa mahasiswa yang sosialnya. Pendapat atau pengalaman
memiliki persepsi serius terhadap masalah teman seringkali menjadi pertimbangan
kesehatan yang dialami tidak berpengaruh yang paling banyak diacu dalam
terhadap upaya perilaku pencarian melakukan suatu perilaku kesehatan,
pengobatan mereka. termasuk dalam upaya pencarian
Hasil yang serupa juga diperoleh pengobatan.
dari penelitian Trisnawan (2015) dimana Seorang individu akan mengambil
tidak ada hubungan yang signifikan antara tindakan untuk melindungi diri sendiri
perceived seriousness dengan health ataupun mencari tindakan pengobatan
seeking behavior mahasiswa serumpun jika mereka beranggapan bahwa masalah
fakultas kesehatan di Universitas kesehatan yang sedang diderita adalah
Sumatera (Trisnawan, 2015). Padahal masalah yang serius. Jika responden
menurut teori health belief model jika menanggapi masalah kesehatan secara
seseorang memiliki persepsi serius negatif, akan menimbulkan ancaman
tentang keadaan dirinya, maka hal untuk dirinya sehingga dapat memicu
tersebut akan menggerakkan seseorang individu untuk melakukan pencarian
untuk melakukan perilaku kesehatan. pengobatan. Mahasiswa sebagai
Gangguan kesehatan atau penyakit responden seharusnya dapat mengukur
seringkali dipersepsikan berbeda oleh keseriusan terhadap kondisinya saat
masing-masing individu. Persepsi individu mengalami gangguan kesehatan.
Wahyu Mila Febriani. Gambaran Perilaku Pencarian… 199

Menurut Brehm (2014) Perceived melakukan pencarian pengobatan


susceptibility merupakan anggapan jumlahnya lebih besar, yakni sebanyak 20
individu mengenai kemungkinan dirinya responden. Kondisi tersebut menunjukkan
untuk tertular suatu penyakit atau bahwa mahasiswa memiliki kesadaran dan
penyakit tersebut bertambah parah. Tabel pemahaman yang baik untuk melakukan
4 menunjukkan gambaran persepsi pencegahan agar gejala penyakit yang
kerentanan terhadap timbulnya perilaku diderita tidak menjadi lebih parah. Salah
pencarian pengobatan (Brehm, 2014). satu hal yang mungkin menjadi faktor
Tabel 4 dapat diketahui bahwa baiknya pemahaman responden untuk
sebanyak 16 orang merasa dirinya rentan melakukan upaya pencarian pengobatan
untuk terserang penyakit yang lebih parah adalah karena seringnya mereka terpapar
memilih untuk melakukan upaya informasi tentang kesehatan di bangku
pencarian pengobatan saat menderita perkuliahan, sehingga berdampak pada
gangguan kesehatan. Namun, proporsi pola pikir tentang konsep sehat dan sakit.
mahasiswa yang merasa tidak rentan dan

Tabel 4. Gambaran perceived susceptibility yang dirasakan terhadap health seeking


behavior pada mahasiswa FKM UNAIR tahun 2018
Pencarian Pengobatan
Perceived Total P
Susceptibility Tidak Ya
Value
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tidak Rentan 15 42,9 20 57,1 35 100
0,005
Rentan 45 73,8 16 26,2 61 100

Masih banyak responden yang masih terserang masalah kesehatan cenderung


mengabaikan masalah kesehatan yang akan melakukan upaya kesehatan, baik
dialami walaupun dia merasa rentan dan pencegahan maupun melakukan pencarian
khawatir dengan keadaannya. Kondisi pengobatan.
dapat dilihat bahwa sebanyak 73,8% Kondisi tersebut sejalan dengan
mahasiswa merasa rentan dengan masalah teori Health Belief Model, dimana saat
kesehatan yang dialaminya namun tidak seseorang memiliki persepsi rentan
melakukan upaya pencarian pengobatan, terhadap keadaan diri, maka peluang
dimana mereka lebih memilih istirahat untuk melakukan upaya kesehatan akan
hingga kondisinya kembali pulih. lebih besar. Menurut penelitian yang
Nilai p yang diperoleh dari hasil uji dilakukan Ulvah (2011) di Universitas
korelasi chi square menunjukkan angka Jember yang berkaitan dengan perilaku
sebesar 0,005 pada taraf signifikansi pencarian pengobatan pada mahasiswa
sebesar 5%. Sehingga dapat fakultas kesehatan dan non-kesehatan
diinterpretasikan bahwa terdapat diperoleh hasil, bahwa faktor disiplin ilmu
signifikansi hubungan antara persespi yang dipelajari memberikan pengaruh
kerentanan (perceived susceptibility) terhadap perilaku pencarian pengobatan
dengan perilaku pencarian pengobatan (Ulvah, 2014).
pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Adanya paparan informasi atau
Masyarakat Universitas Airlangga. Studi pengetahuan tentang konsep sehat dan
yang dilakukan Trisnawan (2015) juga sakit lebih banyak diterima oleh
didapatkan hasil bahwa persepsi mahasiswa kesehatan. Sehingga hal
kerentanan memiliki signifikansi hubungan tersebut seharusnya dapat mempengaruhi
dengan perilaku mahasiswa untuk mahasiswa kesehatan masyarakat untuk
melakukan pencarian pengobatan. mencari pengobatan saat mengalami
Persepsi kerentanan mengacu pada gangguan kesehatan.
penilaian subjektif individu terhadap Porche (2004) menyatakan
risiko dari masalah kesehatan yang Perceived benefit merujuk pada persepsi
diderita. Onoruoiza (2015) individu yang individu tentang efektifitas perilaku yang
merasa memiliki risiko rendah terhadap disarankan dalam rangka mengurangi
suatu penyakit cenderung tidak risiko kesehatan (Porche, 2004). Tabel 5
melakukan hal yang mengarah pada upaya dapat diketahui bahwa sebanyak 34 atau
kesehatan (Onoruoiza et al., 2015). 38,6% responden yang memiliki persepsi
Sedangkan individu yang merasa dirinya manfaat langsung melakukan pencarian
memiliki risiko yang tinggi (rentan) pengobatan untuk mengatasi masalah
200 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 193 – 203, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.193-203

kesehatan ataupun mengurangi risiko Jumlah tersebut, mengindikasikan bahwa


kesehatan yang mungkin timbul. gejala sakit yang dialami oleh responden
Responden yang beranggapan beberapa waktu yang lalu tidak dianggap
bahwa melakukan tindakan pengobatan sebagai suatu hal yang serius, sehingga
memiliki manfaat terhadap dirinya, berdampak pada munculnya persepsi
namun mereka tidak melakukan pencarian manfaat yang didapat ketika responden
pengobatan jumlahnya mencapai 61,4%. akan melakukan tindakan pengobatan.

Tabel 5. Gambaran perceived benefit yang dirasakan terhadap health seeking behavior
pada mahasiswa FKM UNAIR tahun 2018
Pencarian Pengobatan
Total
Perceived Benefit Tidak Ya P Value
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tidak Bermanfaat 6 75,0 2 25,0 8 100
0,706
Bermanfaat 54 61,4 34 38,6 88 100

Uji hubungan dengan menggunakan Riset yang dilakukan oleh Raflis


chi square didapatkan p-value sebesar (2013) kepada mahasiswa di Universitas
0,706 dengan α sebesar 5%, maka angka Sumatera, diperoleh hasil bahwa teman
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada memiliki pengaruh yang cukup kuat
signifikansi hubungan antara perceived terhadap timbulnya perilaku pencarian
benefit dengan perilaku pencarian pengobatan pada mahasiswa (Keloko,
pengobatan di kalangan mahasiswa Harahap and Raflis, 2013). Nasehat atau
Fakultas Kesehatan Masyarakat pengalaman dari teman dapat berperan
Universitas Airlangga. sebagai salah satu aspek yang memiliki
Kondisi ini mengindikasikan jika dampak pada penerimaan persepsi
mahasiswa yang memiliki persepsi manfaat seseorang, sehingga bepengaruh
melakukan tindakan pengobatan memiliki pada keputusan untuk mencari
manfaat terhadap dirinya, tidak memiliki pengobatan.
andil terhadap determinasi perilaku Perceived barrier dapat
pencarian pengobatan. Walaupun banyak didefinisikan sebagai hambatan yang
responden yang merasa bahwa tindakan dapat mencegah seseorang untuk
pencarian pengobatan bermanfaat dalam mengambil tindakan atau mengadopsi
proses kesembuhan, namun banyak dari suatu perilaku kesehatan. Tabel 6
mereka beranggapan bahwa dengan tidak menunjukkan potret persepsi hambatan
melakukan tindakan pengobatan gejala atau kendala yang dirasakan terhadap
sakit yang dialami dapat sembuh dengan perilaku pencarian pengobatan. Sebanyak
sendirinya. 29 responden yang merasa tidak ada
Mahasiswa kesehatan masyarakat hambatan langsung melakukan upaya
yang menjadi responden dianggap pencarian pengobatan guna mengatasi
memiliki pengetahuan dan pengalaman masalah kesehatan yang dialami. Selain
yang bisa digunakan untuk menilai kondisi itu, juga terdapat 29 responden yang
diri mereka karena mendapat paparan merasa memiliki hambatan, dan
informasi yang cukup banyak tentang berdampak pada pilihan untuk tidak
kesehatan. Anggapan tersebut dapat melakukan upaya pencarian pengobatan
mempengaruhi pola berpikir dalam saat mengalami gangguan kesehatan.
mengambil keputusan. Uji hubungan dengan menggunakan
Faktor predisposisi maupun faktor chi square didapatkan p-value sebesar
yang memungkinkan terwujudnya perilaku 0,009 pada taraf signifikansi 5%. Hasil
pencarian pengobatan ke dalam suatu tersebut menunjukkan bahwa persepsi
tindakan nyata akan muncul jika individu hambatan yang dimiliki oleh mahasiswa
merasa butuh untuk melakukannya memiliki hubungan dengan perilaku
(Notoatmodjo, 2010). Meskipun perilaku pencarian pengobatan di kalangan
pencarian pengobatan dianggap berguna mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
bagi individu, namun jika ia tidak UNAIR.
menganggapnya sebagai kebutuhan, maka Hasil kuesioner diperoleh hasil
kecil kemungkinan untuk terwujud bahwa hambatan yang paling banyak
menjaditindakan pencarian pengobatan. dihadapi oleh mahasiswa adalah adanya
rasa khawatir terhadap dampak atau efek
Wahyu Mila Febriani. Gambaran Perilaku Pencarian… 201

negatif yang dapat ditimbulkan jika lainnya yang dihadapi oleh mahasiswa
terlalu banyak atau sering mengonsumsi saat mengalami gangguan kesehatan
obat-obatan dengan persentase sebesar adalah timbulnya rasa malas untuk pergi
84,1%. Kondisi tersebut mengindikasikan mencari pengobatan dengan persentase
mahasiswa telah memiliki infomasi yang sebesar 36,7%. Rasa malas memang
baik bahwa obat memiliki efek negatif menjadi salah satu faktor terbesar yang
bagi tubuh jika dikonsumsi terlalu sering menghalangi mahasiswa untuk melakukan
dan tidak sesuai dosis. suatu hal, mahasiswa akan lebih memilih
Selain hambatan tentang dampak istirahat dan tidak mengindahkan gejala
negatif yang dapat ditimbulkan dari sakit yang dialami.
konsumsi obat terlalu sering, hambatan

Tabel 6. Gambaran perceived barriers yang dirasakan terhadap health seeking behavior
pada mahasiswa FKM UNAIR tahun 2018
Pencarian Pengobatan
Perceived Total
Tidak Ya P Value
Barriers
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tidak Ada
31 51,7 29 48,3 60 100
Hambatan 0,009
Ada Hambatan 29 80,6 7 19,4 36 100

Keseimbangan antara keuntungan Kurangnya kualitas pelayanan yang ada di


yang diperoleh dan hambatan yang pusat layanan kesehatan universitas
dihadapi memiliki kemungkinan untuk menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi perilaku pencarian
berperilaku, termasuk perilaku pencarian pengobatan di kalangan mahasiswa.
pengobatan. Akan tetapi, jumlah
responden yang merasa tidak ada SIMPULAN
hambatan namun tidak melakukan
pencarian pengobatan lebih besar Sebagian responden berjenis
memiliki jumlah yang cukup besar, yakni kelamin perempuan, mayoritas responden
sebanyak 31 responden. Padahal ada pada rentang usia >19-21 tahun,
semestinya, semakin rendah kendala yang dengan tingkat kepemilikan asuransi yang
ditemui atau dirasakan dapat mendorong cukup tinggi, namun masih rendah dalam
seseorang untuk mengerjakan suatu hal pemanfaatan asuransi saat melakukan
perilaku tertentu. tindakan pengobatan. Perilaku pencarian
Penelitian yang dilakukan Afolabi pengobatan pada individu dapat
(2013) pada mahasiswa di Nigeria dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik
menyatakan bahwa perilaku pencarian faktor dari dalam diri individu (internal)
pengobatan mahasiswa di negara tersebut maupun luar individu (eksternal). Salah
dipengaruhi oleh sifat penyakit, lama satu faktor internal yang bisa
waktu tunggu serta sikap tenaga mempengaruhi munculnya perilaku
kesehatan yang ada di pelayanan pencarian pengobatan pada mahasiswa
kesehatan (Afolabi et al., 2013). Kondisi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
tersebut mengindikasikan bahwa adalah persepsi individu.
hambatan eksternal yang berasal dari Persepsi individu yang dijadikan
pelayanan kesehatan juga memiliki sebagai variabel penelitian mengacu pada
pengaruh terhadap perilaku mahasiswa teori Health Belief Model dengan hasil
dalam mencari pengobatan. yang menunjukkan bahwa persepsi
Ketersediaan pusat layanan keseriusan yang dirasakan oleh mahasiswa
kesehatan (PLK) di Universitas Airlangga saat mengalami gangguan kesehatan
ternyata belum mampu mendorong para mempunyai hubungan yang signifikan
mahasiwa untuk melakukan tindakan terhadap timbulnya perilaku pencarian
pengobatan disana. Salah satu hal yang pengobatan. Persepsi ada atau tidaknya
paling sering diutarakan mahasiswa hambatan dalam mewujudkan perilaku
setelah berobat disana adalah pelayanan kesehatan juga mempunyai hubungan
yang kurang baik. Sehingga menyebabkan yang signifikan terhadap perilaku
mahasiswa enggan pergi ke PLK saat pencarian kesehatan pada mahasiswa
mengalami gangguan kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
202 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health promotion and Health Education
Vol. 7 No. 2 Desember 2019 : 193 – 203, doi: 10.20473/jpk.V7.I2.2019.193-203

Universitas Airlangga. Persepsi kerentanan Kecamatan Bukit Tusam


dan persepsi manfaat yang diperoleh tidak Kabupaten Aceh Tenggara Tahun
memiliki hubungan dengan timbulnya 2017.
perilaku pencarian pengobatan. Keloko, A. B., Harahap, S. and Raflis, R.
(2013) ‘Pengaruh Agen Sosialisasi
DAFTAR PUSTAKA terhadap Pola Pencarian
Pengobatan Mahasiswa Rumpun
Adhyka, N., Bakti, A. and Lumongga, N. Fakultas Non-eksakta Universitas
(2013) ‘Gambaran Perilaku Sumatera Utara di Kota Medan
Mahasiswa Serumpun Fakultas Tahun 2013’, Kebijakan, Promosi
Kesehatan Universitas Sumatera Kesehatan dan Biostatistika,
Utara Terhadap Proses Pencarian 2(3).
Pengobatan Di Kota Medan Tahun Kementerian Kesehatan RI (2010) Riset
2013’, Jurnal Kebijakan, Promosi Kesehatan Dasar. Jakarta.
Kesehatan dan Biostatistik, 2(3), Noor, M. (2015) Memotret Data
pp. 1–6. Kuantitatif. Semarang: Duta
Afolabi, M. O. et al. (2013) ‘Health- Nusindo Semarang.
seeking Behaviour and Student Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu Perilaku
Perception of Health Care Kesehatan. Semarang: Duta
Services in a University Nusindo Semarang.
Community in Nigeria’, Health, Onoruoiza, S. I. et al. (2015) ‘Using
5(5), pp. 817–824. Health Beliefs Model as an
Al-ameri, R. J. K., Al-badri, H. J. A. and Intervention to Non Compliance
Lafta, R. K. (2016) ‘Prevalence with Hypertension Information
of self-medication among among Hypertensive Patient’,
university students in Baghdad : IOSR Journal Of Humanities And
a cross-sectional study from Social Science, 20(9), pp. 11–16.
Iraq’, Eastern Mediterranean Porche, D. J. (2004) Public & Community
Health Journal, 23(2), pp. 87–93. Health Nursing Practic. USA:
Badan Pusat Statistik (2009) Survei Sosial Sage Publications.
Ekonomi Nasional 2009 Semester Robbins, S. P. and Judge, T. A. (2012)
1 (Panel). Jakarta. Essentials of Organizational
Badan Pusat Statistik (2015) Survei Sosial Behavior, 11th Edition. San
Ekonomi Nasional 2015 Maret Diego: Pearson.
(Modul). Jakarta. Rosenstock, I., Strecher, V. and Becker,
M. (1988) ‘Social learning theory
Badan Pusat Statistik (2017) Survei Sosial and the Health Belief Model’,
Ekonomi Nasional 2017 Maret Health Education Quarterly,
(KOR). Jakarta. 15(2), pp. 175–183.
Bennadi, D. (2013) ‘Self-medication: A Rumengan, D. S. S., Umboh, J. M. L. and
current challenge’, Journal of Kandou, G. D. (2015) ‘Faktor-
basic and clinical pharmacy. faktor yang Berhubungan dengan
Medknow Publications & Media Pemanfaatan Pelayanan
Pvt Ltd, 5(1), pp. 19–23. doi: Kesehatan pada Peserta BPJS
10.4103/0976-0105.128253. Kesehatan di Puskesmas Paniki
Brehm, B. (2014) Psychology of Health Bawah Kecamatan Mapanget
and Fitness : Applications for Kota Manado’, JIKMU, 5(1).
Behavior Change. United States: Supriyanto, S. and Ernawati (2010)
F.A. Davis Company. Pemasaran Industri Jasa
Dawood, O. T. (2017) ‘Factors affecting Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi
knowledge and practice of Offset.
medicine use among the general Trisnawan, P. D. (2015) Determinan
public in the State of Penang, Perilaku Pencarian Pengobatan
Malaysia’, Journal of Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Pharmaceutical Health Services dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Research, 8(1), pp. 51–57. Hidyatulah Jakarta Angkatan
Iswandi, E. (2017) Gambaran Pola Tahun 2013. UIN Syarif
Pencarian Pengobatan Pada Hidayatullah Jakarta.
Masyarakat Suku Alas Di Ulvah, M. L. (2014) Faktor yang
Wahyu Mila Febriani. Gambaran Perilaku Pencarian… 203

Berpengaruh terhadap Perilaku Vaz, F., Ferreira, A. and Kulkarni, M. S.


Pencarian Pengobatan pada (2012) ‘Study of health seeking
Mahasiswa di Lingkungan behavior among medical students
Fakultas Kesehatan dan Non in Goa, India’, Asian Journal of
Kesehatan Universitas Jember. Medical and Clinical Sciences, 1,
Universitas Negeri Jember. pp. 140–141.

You might also like