4757 19908 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Journal of Indonesian Public Administration and Governance p-issn : 2549-0435

JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Studies


Januari (JIPAGS)
2018, 42-59
e-issn: 2549-1431

ANALISIS EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN NELAYAN


TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)
KARANGANTU KOTA SERANG

Ipah Ema Jumiati *)


*)Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang
– Banten
Jl. Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan, Serang-Banten 42118
E mail: *)ipah.ema@untirta.ac.id

ABSTRACT

The research focused on fishering empowering program implemented in The National


Fishery Harbor of Karangantu at Serang City in 2012 and 2013. Which are not properly
done after doing the assesment of program results. This condition causes the evaluation
results by the program evaluator can not be used as a benchmark in preparing a better
decision recommendation. The theory used as a foothold is Jones's Evaluation Program
theory (1984: 199): specification, assessment, analysis and recommendations. The paper
focuses on the third step of analysis, through qualitative approaches using case studies that
aim to describe, summarize the various conditions, various situations or various phenomena
of social reality of society. Based on economic and social considerations that the evaluation
is not looking at the socio-cultural conditions that take place in Karangantu, then the
dependence on technical guidance is very high, so the initiatives of fishing communities
rarely come to the forefront. Recommendation of this research is still needed role of
Technical Team and Fisheries Supporting Extension as facilitator and evaluator in program
evaluation. Moreover the main task as a program implementer at the community level. Then
the Facilitator and Evaluator are expected to have educational qualifications, experience
and insight in the field of community empowerment, and have a high commitment and
partisanship towards the poor.

Keywords: Analysis, program evaluation, fishering empowering

42
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

PENDAHULUAN Perdesaan Bidang Perikanan Tangkap

Pembangunan nasional Tahun 2011.

berdasarkan wawasan nusantara Masalah kemiskinan nelayan

(Kusumaatmaja, 1958) memandatkan merupakan masalah yang bersifat

pengelolaan sumber daya ikan perlu multidimensi sehingga untuk

dilakukan berdasarkan keadilan dan menyelesaikannya diperlukan solusi yang

pemerataan dalam pemanfaatannya dengan menyeluruh, dan bukan solusi secara

mengutamakan kesempatan kerja dan parsial (Suharto, 2005). Oleh karena itu,

peningkatan taraf hidup nelayan, serta harus diketahui akar masalah yang

terbinanya kelestarian sumber daya ikan, menjadi penyebab terjadinya kemiskinan

dan atau pihak-pihak yang terkait dengan pada nelayan. Terdapat beberapa aspek

kegiatan perikanan, serta terbinanya yang menyebabkan terpeliharanya

kelestarian sumber daya ikan dan kemiskinan nelayan atau masyarakat

lingkungannya. Sebagai negara maritim pinggiran pantai, diantaranya; Kebijakan

yang berbasis kepulauan dan sektor pemerintah yang tidak memihak

kelautan dan perikanan merupakan salah masyarakat miskin, banyak kebijakan

satu prioritas pemerintah dalam kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan

pembangunan nasional. Pemberdayaan bersifat top down dan selalu menjadikan

masyarakat di bidang kelautan dan masyarakat sebagai objek, bukan subjek.

perikanan dilaksanakan dalam payung Kondisi bergantung pada musim sangat

Program Nasional Pemberdayaan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan

Masyarakat Mandiri Kelautan dan nelayan, terkadang beberapa pekan

Perikanan (Nomor KEP.39/MEN/2010) nelayan tidak melaut dikarenakan musim

tentang Pedoman Pelaksanaan Program yang tidak menentu. Rendahnya Sumber

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Daya Manusia (SDM) dan peralatan yang

Mandiri Kelautan dan Perikanan Tahun digunakan nelayan berpengaruh pada cara

2010 dan Keputusan Direktur Jenderal dalam menangkap ikan, keterbatasan

Perikanan Tangkap (Nomor Kep.15/DJ- dalam pemahaman akan teknologi,

PT/2011) Tentang Pedoman Teknis menjadikan kualitas dan kuantitas

Program Nasional Pemberdayaan tangkapan tidak mengalami perbaikan.

Masyarakat Mandiri Dalam Rangka Kondisi lain yang turut

Pelaksanaan Pengembangan Usaha Mina berkontribusi memperburuk kesejahteraan


nelayan adalah mengenai kebiasaan atau

43
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

pola hidup. Tidak pantas jika kita METODE


menyebutkan nelayan pemalas, karena jika Desain dalam penelitian ini,
dilihat dari daur hidup nelayan yang selalu menggunakan pendekatan deskriptif
bekerja keras. Namun kendalanya adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus yang
pola hidup konsumtif, dimana pada saat memusatkan perhatian pada suatu unit
penghasilan banyak, tidak ditabung untuk tertentu dari berbagai fenomena yang
persiapan paceklik, melainkan dijadikan bertujuan untuk menggambarkan,
kesempatan untuk membeli kebutuhan meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
sekunder. Namun ketika paceklik, pada situasi atau berbagai fenomena realitas
akhirnya berhutang, termasuk kepada sosial masyarakat. Penggunaan pendekatan
lintah darat, yang justru semakin kualitatif juga dimaksudkan sebagai
memperberat kondisi nelayan. prosedur penelitian yang menghasilkan
Berdasarkan data dari Koperasi Genau data deskriptif, tentang ucapan, tulisan,
Bahari Karangantu (2012), diketahui 90 atau perilaku yang dapat diamati dari suatu
% Nelayan Karangantu memiliki hutang individu, kelompok, masyarakat dan/atau
kepada Juragan/Pemilik Modal. organisasi tertentu dalam suatu setting
Masalah yang ditemukan pada tertentu pula. Kesemuanya itu dikaji dari
penelitian ini berdasarkan hasil observasi sudut pandang yang utuh, komprehensif
dan wawancara adalah bahwa program dan holistik (Bogdan dan Taylor ataupun
pemberdayaan nelayan tangkap yang Fatchan yang dikutip Basrowi Sukidin,
diimplementasikan di Pelabuhan 2002:3).
Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu Creswell (2002:136) kemudian
Kota Serang pada tahun 2012 dan 2013 menyimpulkan pandangan berbagai ahli
belum dilakukan proses analisis bahwa pendekatan kualitatif lebih
sebagaimana mestinya setelah dilakukan menekankan perhatian pada proses dan
penilaian hasil program, sebagai bagian makna yang bersifat deskriptif didapat
dari rangkaian kegiatan evaluasi program melalui kata atau gambar serta bersifat
pemberdayaan. Kondisi tersebut induktif dimana peneliti membangun
menyebabkan hasil evaluasi oleh evaluator abstraksi, konsep, hipotesa dan teori dari
program tidak dapat digunakan sebagai rincian. Dimana peneliti merupakan
tolak ukur dalam menyusun rekomendasi instrumen pokok yang secara fisik
keputusan yang lebih baik. berhubungan dengan orang, latar, lokasi

44
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

atau institusi untuk mengamati atau Pemberdayaan, baik itu dari perspektif
mencatat perilaku dalam latar alamiahnya. objek yang diteliti dan perspektif peneliti
Penggunaan pendekatan deskriptif sendiri, melalui integrasi pendekatan etik
kualitatif dalam penelitian ini didasarkan dan emik sebagaimana paradigma
atas pertimbangan bahwa pendekatan ini kualitatif modern. Pada gilirannya akan
relevan dan cocok dengan masalah dihasilkan proposisi hipotetik baru melalui
penelitian yang melalui interpretasi proses interpretasi interaksi antara atribut dan
dan makna pada evaluasi program propertise yang selanjutnya digunakan
pemberdayaan nelayan. Apa yang untuk membangun kategori dan
didukung oleh Bungin (2008:69) bahwa memberikan eksplanasi terhadap
format deskriptif kualitatif lebih tepat fenomena yang diteliti.
apabila digunakan meneliti permasalahan Informan kunci dalam penelitian
evaluasi kebijakan publik di masyarakat. ini adalah Evaluator Program
Selanjutnya lewat pendekatan ini Pemberdayaan Nelayan Tangkap di
digunakan untuk membangun pemahaman Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
dan memberikan eksplanasi terhadap Karangantu Kota Serang serta para
fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, pemangku kepentingan yang terlibat dalam
fenomena tentang proses dan penjelasan implementasi program, sebagaimana
makna dijadikan salah satu metode tertera pada tabel 2.1., berikut:
dominan dalam penelitian ini.
Tabel 2.1.
Pemilihan pendekatan kualitatif
pada penelitian adalah untuk mendapatkan Fungsi dan Peran Informan Dalam
Evaluasi Program Pemberdayaan
informasi yang tajam, akurat dan Nelayan Tangkap di PPN Karangantu
mendalam tentang bagaimana dan Kota Serang
mengapa berbagai varian dapat muncul
No. Jabatan Fungsi dan Peran
dalam implementasi Program Informan dalam
Pemberdayaan Nelayan Tangkap di Evaluasi
Program
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Karangantu Kota Serang, dan menjadi 1. Kepala Dinas Evaluator
Pertanian, sekaligus Ketua
sumber masalah di dalamnya. Dengan
Kelautan dan Tim Teknis
menggunakan pendekatan kualitatif, akan Perikanan Pengembangan
dapat diperoleh reformulasi dan Kota Serang Usaha Mina
rekonseptualisasi teori evaluasi Program Pedesaan
(PUMP) Kota

45
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

Serang BAPPEDA Kawasan


Kota Serang. Minapolitan
2. Kepala Evaluator Kota Serang
Bidang sekaligus
Kelautan dan Sekretaris Tim
Perikanan Teknis 7. Ketua Penerima
Dinas Pengembangan Kelompok- Program
Pertanian Usaha Mina Kelompok
Kota Serang Pedesaan Usaha
(PUMP) Kota Bersama
Serang (KUB)
Nelayan
3. Kepala Seksi Evaluator Tangkap di
Sumber Daya sekaligus Pelabuhan
Kelautan Anggota Tim Perikanan
Dinas Teknis Nusantara
Pertanian Pengembangan (PPN)
Kota Serang Usaha Mina Karangantu
Pedesaan Kota Serang.
(PUMP) Kota
Serang
8. Ketua-Ketua Penerima
4. Kepala Dinas Evaluator
Manfaat
Kelautan dan sekaligus Ketua Organisasi Program
Perikanan Tim Teknis
Provinsi Pengembangan Nelayan
Banten Usaha Mina
Pedesaan
9. Pembina Penerima
(PUMP) Provinsi
Nelayan Manfaat
Banten
(Pemilik Program
5. Kepala Unit Pembantu Tim Kapal)
Pelaksana Teknis
Teknis (UPT) Pengembangan
Tempat Usaha Mina 10. Penggiat Penerima
Pelelangan Pedesaan Koperasi Manfaat
Ikan (TPI) (PUMP) Kota Nelayan. Program
Karangantu Serang

Sumber: Peneliti, 2015


6. Kepala Anggota Tim
Bidang Teknis
Informan tersebut, diperoleh tidak
Perencanaan Perencanaan
Ekonomi Pengembangan berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan,

46
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

melainkan berdasarkan pertimbangan menggunakan pijakan teori yang


fungsi dan peran informan sesuai fokus dikemukakan Jones (1984: 199), yang
masalah penelitian. Kategori subjek langkah-langkahnya sangat penting guna
informan adalah mereka yang terlibat menjawab sejumlah pertanyaan dasar
langsung dalam proses evaluasi Program tersebut, sehingga tujuan evaluasi tidak
Pemberdayaan Nelayan Tangkap di menyimpang dari sasaran. Adapun
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) langkah-langkah sistematik yang
Karangantu. Wawancara dilakukan dikemukakan Jones (1984: 199) meliputi
berulang-ulang dan ada pula informan beberapa kegiatan fungsional, yakni
yang di wawancarai dalam batasan spesifikasi, penilaian, analisis dan
tertentu, yaitu tokoh masyarakat dan rekomendasi. Namun sehubungan dengan
ketua-ketua Kelompok Usaha Bersama latar belakang permasalahan yang telah
(KUB) Nelayan Tangkap yang menjadi dikemukakan pada pendahuluan, peneliti
target program, untuk triangulasi dalam lebih fokus kepada kegiatan analisis
memperkuat data yang sebelumnya guna sebagai kegiatan fungsional ketiga, dapat
melengkapi penelitian. Sedangkan yang diuraikan berikut:
menjadi indikator dalam pemilihan
Analisis merupakan rangkaian
informan dalam penelitian adalah dengan
kegiatan evaluasi setelah dilakukannya
melihat situasi sosial yang meliputi aspek:
penilaian. Analisis itu sendiri diartikan
latar (setting), para pelaku (actor),
sebagai penggunaan informasi yang telah
peristiwa-peristiwa (event) dan proses
terkumpul dalam rangka menyusun
(process). (Spradley dalam Sugiyono,
kesimpulan (Jones, 1984:199). Dengan
2005:146, Garna, 2009:67).
mengacu pada penilaian yang telah
Penelitian ini dilakukan di dilakukan sebelumnya, maka dalam tahapan
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) ini dibahas dan disimpulkan hasil penilaian
Karangantu Kota Serang yang dimulai tentang substansi Program Pemberdayaan
pada Juni 2014 sampai dengan Mei 2017. Nelayan Tangkap yang telah dilaksanakan
di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
HASIL
Karangantu Kota Serang. Juga pertanyaan
Dalam penelitian ini guna evaluasi mengenai hasil atau capaian dari Program
Program Pemberdayaan Nelayan Tangkap Pemberdayaan yang diterapkan oleh dinas
di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) terkait. Pada tahapan selanjutnya, hasil
Karangantu Kota Serang, peneliti analisis ini dimaksudkan untuk membuat

47
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

landasan awal dalam menyusun rekomendasi Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota
keputusan yang lebih baik.
Serang tidak mengambil iniasitif, melainkan
Berdasarkan wawancara dengan Ketua bersifat menunggu ketetapan dari Pusat.
KUB Genau Bahari menyatakan:1

“Program Pengembangan Usaha Mina Selanjutnya wawancara dengan Staf


Perdesaan (PUMP) saya ketahui dari Bagian Progarm pada Direktorat Jenderal
Tahun 2010, bisa dilacak melalui
Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan
Situs: www.dkp.go.id selalu bilang
tidak tahu, ikut sosialisasi pada dan Perikanan Republik Indonesia
tahun 2011, Kota Serang tetap dikemukakan, berikut:2
tidak tahu. Kabupaten Pandeglang
dan Kabupaten Serang melakukan Hasil capaian program, ada KUB
kunjungan kerja (Proposal diajukan penerima dari 2011 itu ada 1106, di
15), mendukung salah satu calon 2013-nya sudah 3000 KUB di
anggota Dewan (Hj. Yani). seluruh Indonesia. Karangantu
Menurut hemat saya, kepintaran mungkin harus dilihat lagi di Pak
dinas, menunggu seolah-olah ada Arief. Kalau nilai BLM Cuma 110
kuota. Sementara tidak bisa Milyar jadi 300 Milyar di 2013. Itu
menunggu, harus diajukan, peningkatan yang dilihat
digodok. Hanya menunggu tidak berubahnya, dari 200 juta
ada manuver-manuver, berbekal selisihnya. 2012 ke 2013 itu
rekap saja. Setelah ada ketetapan, meningkat 700 KUB di seluruh
baru sosialisasi. Dinas hanya Indonesia. itu tadi turun,
menunggu, tidak mengirimkan sebetulnya ini juga bukan jaminan,
berkasnya. Setiap ditanya selalu kan ini secara nasional meningkat.
mengatakan tidak tahu. Forum Hanya KUB yang meningkat juga
KUB Provinsi Banten dan Forum tidak harus di Karangantu,
KUB Nasional yang dilaksanakan pendapatan nasional di 2011 ini
setiap bulan Maret – April ada naik 3%, 2012 naik 85%, 2013
event-event nasional. Pada saat itu naik 45%. Tapi itu kan ukuran
program-program kementerian kuantitatif, nanti mungkin dari
dipaparkan. Print Bulan April, juknis, kriteria-kriteria tadi bisa
September belum tahu. menjadi tolak ukur keberhasilan
disana. Nelayan-nelayannya
Berdasarkan wawancara di atas, dapat
kelompoknya mana saja,
penulis analisis bahwa dalam hal program
2
Wawancara dengan Kasubag Evaluasi dan
pemberdayaan nelayan tangkap di Karangantu, Pelaporan, Bagian Program Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia, Rabu, 29
September 2016.
1
Wawancara dengan Ketua KUB Genau Bahari,
Serang; Senin, 1 Februari 2016.

48
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

penambahan jumlah anggota kelompok usaha bersama untuk


mungkin ya, modal segala macam, membentuk kelompok-kelompok usaha
pendapatan, rumahnya dulu masih
perempuan, dari istri-istri anggota KUB
bambu sekarang sudah permanen,
hal itu walaupun tidak berdampak demi menunjang perekonomian keluarga.
langsung, tetapi secara tidak
langsung pasti berpengaruh lah. Berhubungan dengan ketiga
Anggota rata-rata tetap segitu tidak pendekatan di atas, dalam kaitannya
bertambah, tetapi ada yang ibu-
dengan strategi pemberdayaan masyarakat
ibunya mempunyai kelompok
pembuat kerupuk. Itu ada program pesisir menurut Kusnadi (2006:7) dapat
sendiri di kita yaitu program ditempuh dengan mengembangkan tiga
diversifikasi usaha. Nah itu ada model beserta variasinya, yaitu:
bantuan diversifikasi usaha ada
bantuan sendiri, ada alat-alat Pertama, model pemberdayaan
perikanan, untuk wanita nelayan, masyarakat pesisir berbasis gender
dukungan kita terhadap kesetaraan seperti simpan-pinjam perempuan;
gender, programnya Bappenas, Kedua, model pemberdayaan
PSDA itu, Karangantu kayaknya masyarakat pesisir berbasis pranata
tidak dapat. Kadang-kadang budaya atau kelembagaan sosial
bentuknya hanya kegiatan bersifat lintas gender seperti
sosialisasi, untuk melihat penguatan kelembagaan koperasi
dampaknya saja. Jadi tidak selalu atau kelompok rumah tangga
bantuan barang, sosialisasi, pebudidaya rumput laut; dan ketiga
pelatihan, semuanya pemberdayaan adalah model kolaboratif antara
saja, supaya kegiatan kita juga pro gender dan pranata sosial budaya,
perempuan, berdampak pada seperti pemberdayaan kelompok
perempuan nelayan. Yang terlihat pengajian mingguan ibu-ibu
di Karangantu itu ada usaha ikan (perempuan) atau bapak-bapak
asin dan teri kering dalam hal (laki-laki). Pilihan terhadap salah
pengolahan, yang dilakukan oleh satu model tersebut dalam
kaum perempuannya. pemberdayaan masyarakat nelayan
akan banyak dipengaruhi oleh
tujuan pemberdayaan, unsur-unsur
Berdasarkan wawancara di atas, yang terlibat, dan kondisi-kondisi
dapat diketahui bahwa capaian program lingkungan sekitar, atau konteks
sosial-budaya masyarakat.
pemberdayaan tidak hanya dilihat hasilnya
secara kuantitatif tetapi juga dilihat secara
kualitatif, agar dapat berdampak pada Disebutkan pula bahwa setiap
keberlanjutan program. Hal tersebut dapat kelompok masyarakat, seperti masyarakat
dilihat dari munculnya inisiatif-inisiatif pesisir, memiliki pranata budaya atau

49
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

kelembagaan sosial yang fungsional dalam bantuan modal usaha dalam


mengawal kehidupan mereka. Pranata atau menumbuhkembangkan usaha perikanan
kelembagaan sosial budaya tersebut tangkap sesuai dengan potensi sumber
diantaranya adalah pranata penangkapan di daya ikan. PUMP ini sesuai dengan misi
perahu, kelompok arisan, kelompok Kementerian Kelautan dan Perikanan
simpan pinjam, dan kelompok pengajian Tahun 2010-2014, yaitu “Mensejahterakan
rutin. Eksistensi pranata atau kelembagaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”.
sosial yang baik kalau memenuhi syarat: PUMP merupakan pendekatan
jelas keanggotaan dan kepengurusannya, pengembangan usaha nelayan untuk
terikat oleh tujuan bersama, kohesivitas meningkatkan pendapatan dan
anggota solid, dan memiliki kemampuan kesejahteraan nelayan. Spirit misi tersebut
bekerja sama. Melalui kelembagaan ini juga yang menurut penulis mendasari
terbentuk kelompok-kelompok sosial yang mengapa program pemberdayaan nelayan
berfungsi sebagai basis dan subjek tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara
pemberdayaan masyarakat pesisir. (PPN) Karangantu secara ekonomis
diharapkan dapat menumbuhkan
PEMBAHASAN
kewirausahaan dan meningkatkan
Berdasarkan hal tersebut dapat pendapatan nelayan anggota Kelompok
penulis analisis bahwa pemberdayaan Usaha Bersama (KUB) penerima Bantuan
perempuan dalam hal ini, istri-istri nelayan Langsung Masyarakat (BLM). Untuk
dapat menjadi solusi alternatif menghadapi melihat ketercapaian tujuan tersebut,
kerentanan ekonomi rumah tangga, ketika kiranya perlu dilakukan evaluasi terhadap
kegiatan penangkapan tidak dapat lagi program pemberdayaan dimaksud agar
diharapkan untuk menopang kebutuhan dapat memberikan rekomendasi bagi
rumah tangga nelayan yang terus formulasi-formulasi kebijakan
meningkat. pemberdayaan nelayan di masa yang akan
datang.
Pertimbangan Ekonomi
Berdasarkan wawancara dengan
Pengembangan Usaha Mina
evaluator program, diketahui bahwa
Perdesaan Perikanan Tangkap yang
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan
selanjutnya disebut PUMP adalah bagian
(PUMP) secara ekonomis dinilai tanggap
dari pelaksanaan Program Nasional
dengan dinamika perkembangan
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Kelautan dan Perikanan melalui

50
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

masyarakat nelayan, sebagaimana meningkat, ada yang jalan di


wawancara dengan Evaluator berikut:3 tempat. Pernah suatu ketika setelah
program berjalan 2 tahun (2013)
“PUMP tanggap, bagus ingin ada evaluasi dari Irjen, ketika itu
mensejahterakan nelayan. Makanya oleh mereka diambil sampel,
ada karena ingin meningkatkan diperoleh hasil ada 5 KUB yang
kesejahteraan nelayan. Tinggal dinilai bagus, padahal untuk
pelaksanaannya saja, penggunaan KUBnya tidak kita pilihkan.
dan pemanfaatan di tingkat Ukuran saldo meningkat tidak ada
kelompoknya. Sampai dengan saat batas minimum saldo, yang penting
ketika saya masih disana bagus meningkat dari saldo awal”.
atau tidaknya dilihat dari Laporan
produksi dan laporan saldo
tabungan Bank. Pemanfaatan di Sejalan dengan pendapat di atas,
tingkat kelompok itu tanggap. Staf Bagian Program Direktorat Jenderal
Sewaktu saya masih disana
berjalan baik, tetapi tidak semua Perikanan Tangkap, mengemukakan:4
kelompok. Ada kelompok yang
“Yang terlihat untuk aktivitas
jalan di tempat. Ada yang memang
ekonomi adalah bertambahnya
bagus. Karena bagus tidaknya
modal, dulu kan cuma dikasih 100
dilihat dari laporan produksi dan
juta per kelompok, sekarang itu
saldo. Kalau dianggapnya bagus
perkembangannya sudah ada yang
atau meningkat atau tidak dilihat
sampai dengan 4 milyar, di Batam.
dari saldo tabungan. Kan KUB
Dulu kita paksa dikasih modal jika
harus terus nabung. Hasil saldonya
mau berkelompok, ya 100 juta.
kalau meningkat dikatakan
Tapi akhirnya mereka dari 100 juta
berhasil, di KUB harus ada saldo
ini mereka disamping
tabungan. Ketika hendak
mengembangkan usaha
mendapatkan bantuan, KUB harus
penangkapan, mereka juga
mempunyai rekening kelompok.
menyediakan kebutuhan
Banknya bank yang ditunjuk yaitu
operasional, simpan pinjam,
Bank Rakyat Indonesia (BRI).
sampai sekarang cepat sekali ini 4
Setelah dapat bantuan, diusahakan
Milyaran. Modal mereka sudah 4
tabungan harus bertambah. Jadi
Milyaran. Fantastis dari 100 Juta di
tolak ukur dari tabungan tersebut.
Tahun 2012 ke 4 Milyar di Tahun
Berkembang atau tidaknya usaha
2015, faktor yang berpengaruh
KUB itu dilihat salah satunya dari
adalah kepedulian pengurus
saldo tabungan. Karena itu buku
tabungan ketika proses pelaporan
4
harus dicopy. Saldo, ada yang Wawancara dengan Kasubag Evaluasi dan
Pelaporan, Bagian Program Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan
3
Wawancara dengan Tim Evaluator Program, Perikanan Republik Indonesia, Jakarta; Rabu, 29
Serang; Jum’at, 18 Maret 2016. September 2016.

51
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

kemudian pihak pemerintah daerah kondisi di Karangantu Kota Serang


sebagai Pembina, dan satu lagi Provinsi Banten secara umum:5
penyuluh, itu yang ada Batam.
Sebetulnya kalau nelayan itu “Evaluasi saya sifatnya global,
berkelompok kemudian dikasih kalau PUM ini kelompok yang
100 juta itu, kalau tanpa Pembina, sudah mendapatkan biasanya tidak
tanpa penyuluh, tanpa pendamping, mendapatkan lagi. Mungkin
ya hilang, musnah. Tapi sebetulnya faktornya itu bukan masalah
sampai detik ini pun banyak sekali berhasil atau tidak berhasil, karena
KUB-KUB yang sudah berhasil. waktu itu kan dipastikan hampir
Maksudnya minimal mereka mau seluruh kelompok itu mendapatkan
berkelompok, walaupun modal modal itu per tahun mungkin tidak
usaha mereka yang 100 juta itu memenuhi kriteria, tetapi ada
mungkin ada 100 juta itu dalam kriteria yang harus dipenuhi untuk
bentuk yang tidak bergulir seperti mendapatkan itu. Jadi naik
yang di Batam itu bergulir terus, turunnya sebuah kawasan atau
uangnya bergulir terus, jadi wilayah Karangantu itu bukan
uangnya bertambah-bertambah. karena dia tidak berhasil, terus
Tetapi kelompok-kelompok lain jangan dikasih, tetapi pemenuhan
mungkin juga stak (=tidak kriteria dalam juknis (=petunjuk
berjalan) itu modalnya mungkin teknis) itu sendiri, misalnya hanya
lebih dari 100 juta, mungkin dalam adanya 8 masa harus dikasih 20.
bentuk barang, alat tangkap-alat Lalu sisanya untuk siapa?”.
tangkap. Kreativitas, kalau di
Batam itu dari penangkapan
menuju pengolahan, penyediaan
Berdasarkan wawancara di atas
barang, sudah macam-macam, ke
pemasaran juga. Sekali lagi mereka penulis dapat menganalisis bahwa secara
karena faktor dekat dengan ekonomis beberapa pertimbangan
Singapura dan Malaysia. Kenapa
mengapa sebuah kelompok berhasil
mereka cepat, karena ikan mereka
kan langsung ekspor. Kalau yang mendapatkan bantuan adalah memang
lain ada, tetapi tidak sebanyak yang karena memenuhi kriteria sebagai
disana”. penerima bantuan. Sehubungan dengan
kriteria KUB calon penerima Bantuan

Lebih lanjut Informan di atas, Langsung Masyarakat (BLM), jika

mengemukakan beberapa aspek merujuk pada pedoman teknis pelaksanaan

pertimbangan ekonomis jika melihat


5
Wawancara dengan Kasubag Evaluasi dan
Pelaporan, Bagian Program Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia, Jakarta; Rabu, 29
September 2016.

52
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

kegiatan Pengembangan Usaha Mina “ Kelemahan kita di dalam


Perdesaan (PUMP) bidang Perikanan membangun di daerah itu, bukan pusat
ya, di daerah itu parsial, tidak melihat
Tangkap Tahun 2012 KUB calon
sosial budaya nelayan, sehingga itu
penerima dana BLM harus memenuhi lah yang menyebabkan kita
kriteria umum, yaitu: 1) Pengurus dan menggunakan pola kelompok tadi. Di
kelompok itu dalam menyusun
Anggota KUB adalah nelayan dan bukan
rencana tadi bareng-bareng. Kamu
PNS/TNI/Polri atau Perangkat butuh apa ini bareng, kamu butuh apa
Desa/Kelurahan; 2) KUB telah terdaftar di ini saja, kita rencanakan bareng ya.
Karena jumlahnya 100 juta kita bagi-
Dinas Kabupaten/Kota; 3) KUB
bagi sesuai kebutuhan masing-masing,
beranggotakan minimal 10 orang; 4) kalau keinginan mah banyak”.
Kelembagaan dan usaha KUB masih aktif;
Pernyataan senada juga
5) Tersedia data produksi dan pendapatan
dikemukakan oleh Kasubag Evaluasi dan
anggota KUB.
Pelaporan, Direktorat Jenderal Perikanan
Disamping itu kepedulian pengurus Tangkap, yaitu:7
dan pemerintah serta letak yang strategis
“Pendekatan budaya ini penting,
dengan wilayah pemasaran mempengaruhi apakah budaya orang Banten suka
keberhasilan program pemberdayaan menabung? yang tahu kan
nelayan yang dilakukan. Penyuluhnya. Oh orang sana suka
jualnya ikan asin, pasar ikan asinnya
Pertimbangan Sosial dimana? Berarti saya core bisnisnya
yang dijual ikan asin, atau Bandeng
Tentunya terdapat kelemahan dalam Presto atau apa?, Sate Bandeng,
proses implementasi program yang kemana orang yang suka sate
Bandeng, orang kan suka berpikir
dilakukan, hal tersebut selayaknya menjadi
seperti itu, sehingga tidak hanya
bahan evaluasi dengan cara menganalisis menangkap saja, tetapi membuat dan
berbagai informasi yang terkumpul, memasarkan itu. Kalau di Batam itu
kan dekat dengan Malaysia, dekat
sebagaimana dikemukakan oleh salah
dengan Singapura, mereka suka
seorang pejabat di lingkungan Kementerian menangkap ikan di hari itu, dan
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, dikonsumsi di hari itu juga. Itu
kelebihannya. Kalau dinas saya kira
berikut:6
tidak membeda-bedakan, sesuai
aturan saja mereka, nelayannya sih
6
Wawancara dengan Kasubdit Pendanaan Nelayan, 7
Wawancara dengan Kasubag Evaluasi dan
Direktorat Kenelayanan Kementerian Kelautan dan Pelaporan, Bagian Program Direktorat Jenderal
Perikanan Republik Indonesia, Jakarta; Jum’at, 19 Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan
Agustus 2016. Perikanan Republik Indonesia, Jakarta; Rabu, 29
September 2016.

53
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

ada pengucilan-pengucilan, padahal Nusa Tenggara Barat (NTB),di


itu modal dinas jika bisa belakang sini ada istrinya orang
merukunkan”. Cirebon suaminya orang Bima, jadi
nelayan juga. Yang tinggal di BTN
Fenomena keberagaman kondisi Mina Bakti mah campur aduk itu.
sosial budaya yang menurut hemat peneliti Kalau disini NTB ada, Sunda ada,
menjadi penting untuk diperhatikan Bugis, Cirebon. Kalau di KUB saya
orang daerah Cirebon semua. Kita
mengingat berdasarkan hasil observasi dan
membaur saja, kalau tidak begitu
wawancara yang menunjukkan adanya namanya tidak bermasyarakat.
kondisi tersebut:8 Misal ada orang Sulawesi, bapak
sekarang tinggal di Jawa, harus
“ Disini Jawa Tengah tidak ada, ikut aturan di Pulau Jawa. Kita
pendatang kebanyakan dari Cirebon, disini mayoritas orang jawa, jadi
Indramayu dari daerah Jawa Barat ikutlah disini aturannya orang
lah. Jawa Timur tidak ada. Karena Jawa. Harus kita mulai dulu, orang
ada saudara disini, dari sana ikut kita sebaliknya seperti itu”.
kesini, kadang sampai beranak pinak
Berdasarkan wawancara di atas
disini akhirnya menikah, jadilah
orang sini. Kalau Suku Sunda jarang dapat penulis analisis bahwa penduduk
disini, kalau orang Bugis banyak Karangantu berasal dari berbagai daerah
disini tetapi hanya satu dua yang
pesisir, yang kemudian menetap serta
menjadi nelayan, nelayannya rata-
rata orang Cirebon. Kalau di daerah melanjutkan kehidupannya di Karangantu.
sana Kampung Kapuran rata-rata Hal tersebut menimbulkan keberagaman,
orang Indramayu, 80 persen saling interaksi, integrasi serta adaptasi satu
Indramayu. Kalau Kampung Bugis
banyak nelayan dari Bugis. Kalau sama lain. Hal tersebut sejalan dengan
masyarakat mayoritas Bugis, orang pendapat beberapa pakar dan ahli, yang
Bugis sebagian nelayan sebagian menyatakan bahwa faktor penting yang
pengusaha. Kalau disini kebanyakan
memegang peranan dalam keberhasilan
80 persen Jawa 20 persen Bugis.
Karangmulya Bugis semua, pelaksanaan program pemberdayaan
kesananya Jawa semua, disini kan masyarakat adalah ketersediaan informasi
masih satu Rukun Tetangga (RT).
akurat tentang karakteristik sosial budaya
Karangmulya banyaknya Cirebon,
kalau Bugis di Kampung Bugis, masyarakat yang menerima program
orangnya mayoritas Bugis. Kalau (Wiradi: 1997: 63-70; Kusnadi, 2000: 244;;
disini karena tadinya pelabuhan,
2002: 190). Bahkan hasil kajian Cernea
kecampur orangnya, ada juga orang
(1988: 3-26) pada pelaksanaan
8 pembangunan masyarakat di Asia
Wawancara dengan Ketua KUB Sembilang 1,
Kampung Karang Mulya Desa Banten Kecamatan menyatakan bahwa dalam setiap tahap
Kasemen, Serang; Jum’at, 23 September 2016.

54
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

kegiatan pembangunan seperti identifikasi Selanjutnya pemberdayaan


program, persiapan, penilaian, pelaksanaan, masyarakat pesisir yang berbasis
evaluasi pembangunan, kesemuanya kelembagaan akan berfungsi optimal untuk
memerlukan sumbangan konkret, baik pengorganisasian warga dan pengelolaan
berupa informasi, interpretasi maupun kemampuan sumber daya sosial-ekonomi
analisis dari bidang Sosiologi dan lokal, serta memanfaatkannya secara
Antropologi, termasuk kelembagaan efektif sehingga mempermudah
didalamnya. Disamping itu dalam wacana pencapaian tujuan pemberdayaan. Karena
masalah pembangunan kehidupan sosial itu, setiap pemberdaya masyarakat pesisir
budaya masyarakat pada dasarnya memiliki dituntut untuk mengidentifikasi secara
hubungan resiprokal dengan sumberdaya cermat eksistensi pranata atau
alam dan lingkungan di sekitarnya. kelembagaan sosial budaya lokal yang
Disamping itu dalam wacana masalah benar-benar berperan dalam kehidupan
pembangunan kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir.
masyarakat tidak dapat dipisahkan oleh
Terdapat empat akses dalam
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemberdayaan masyarakat pesisir pada
pemerintah (Koentjaraningrat, 1994: 149).
umumnya (Satria, 2015: 129-130) adalah:
Selanjutnya pengkajian atas fenomena sosial
budaya secara menyeluruh penting 1) Akses terhadap sumber daya
dilakukan mengingat manusia sebagai alam; 2) Akses terhadap
partisipasi; 3) Akses terhadap
“individu” memiliki karakter tersendiri pada pasar; dan 4) Akses terhadap
saat tidak melakukan atau terjadi interaksi informasi dan pengetahuan.
dengan manusia lain. Namun pada saat Pertama, akses terhadap sumber
daya adalah kemampuan
interaksi (dengan individu lain) didalam
masyarakat pesisir baik secara
suatu masyarakat terjadi, kejadian yang individu maupun berkelompok
umumnya muncul adalah karakter untuk dapat memanfaatkan sumber
daya pesisir, perikanan dan
masyarakat (Berry, 2003: 279). Keterkaitan
kelautan. Kedua, akses terhadap
dua unit analisis tersebut merupakan point partisipasi artinya adalah bahwa
penting di dalam upaya melihat potensi masyarakat pesisir mendapatkan
partisipai mulai dari informasi,
(masyarakat atau individu) mana yang
input, proses sampai output dan
menjadi penghambat atau pendorong upaya outcome hasil dari partisipasi
pemberdayaan. secara merata dan adil. Ketiga,
akses terhadap pasar, artinya
bahwa masyarakat pesisir yang

55
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

sebagian besar adalah nelayan sosiologis maupun ekologis. Dengan


mampu menjual hasil demikian pendekatan pemberdayaan
tangkapannya dan mengetahui
nelayan Jawa dan luar Jawa mesti berbeda
informasi dinamika pasar yang
berkembang, seperti harga seiring perbedaan sosiologis (struktur,
komoditas ikan tertentu sedang, kultur, dan formasi sosial) dan ekologis.
naik atau informasi harga
komoditas unggulan di daerah lain. Berdasarkan hasil observasi peneliti
Keempat, akses terhadap informasi
juga diketahui dari 14 Rukun Warga yang
dan pengetahuan adalah
transformasi informasi, ada di Desa Banten yang memiliki luas 5,7
pengetahuan yang lancar antara Km2 (Kecamatan Kasemen Dalam Angka,
masyarakat dengan masyarakat lain 2015), 7 (tujuh) Rukun Warganya berada
dan antara masyarakat dengan
pemerintah. Akses informasi di wilayah Karangantu yang terdiri dari 11
meliputi ilmu pengetahuan meliputi Kampung antara lain: Kampung Bugis,
teknik dan cara penangkapan yang Kampung Demang, Kampung Mina Bakti,
ramah lingkungan, program
Kampung Sawah, Kampung Tanggul
bantuan dan pemberdayaan
pemerintah, dinamika Indah, Kampung Skuater, Kampung
perkembangan permintaan dan Pekapuran, Gang Eceng/Karang Serang,
penawaran pasar, cuaca dalam
Kampung Baru, Karang Mulya dan
melaut, dan akses mendapatkan
bahan bakar untuk keperluan Karang Jaya. Masing-masing kampung
melaut. tersebut didiami oleh komunitas kecil yang
memiliki berbagai nama sesuai dengan
tradisi masing-masing budaya suku bangsa
Lebih lanjut Satria (2015: 130-131)
yang diharapkan melalui kegiatan
mengemukakan bahwa dalam
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan
pemberdayaan nelayan –baik secara
(PUMP) diberi peluang untuk berperan
struktural maupun kultural perlu dipahami
serta dalam membangun dirinya, dan
adanya keunikan karakteristik sosial
diharapkan mereka mampu memanfaatkan
nelayan sebagaimana dijelaskan
peluang secara optimal. Namun yang
sebelumnya, yang tentunya menuntut
menjadi masalah juga bahwa biasanya
adanya pendekatan pemberdayaan yang
bantuan pemerintah bersifat seragam, tidak
unik pula. Namun, pendekatan yang unik
datang dari keperluan khas masing-masing
ini pun tidak bisa digeneralisasi untuk
wilayah akhirnya program dilakukan tidak
seluruh konteks kehidupan nelayan.
berangkat dari need assessment penduduk
Banyak variabel yang mempengaruhi
desa itu sendiri. Kebergantungan pada
keunikan tersebut, baik yang bersifat

56
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

petunjuk teknis sangat tinggi, sehingga 1) Penempatan pendamping berasal


inisiatif-inisiatif masyarakat jarang muncul dari masyarakat setempat atau
ke permukaan. mereka yang telah memahami
kondisi karakteristik sosial, budaya
PENUTUP
dan ekonomi masyarakat di
Simpulan lingkungan setempat.
2) Rasio jumlah pendamping yang
Berdasarkan pembahasan yang
seimbang misalnya satu fasilitator
telah dipaparkan pada point tiga di atas,
untuk 1 Rukun Tetangga (RT) dan
diperoleh simpulan bahwa dengan melihat
pendampingan dilakukan dalam
kepada aspek analisis, evaluasi yang
rangka menciptakan kader
dilakukan kurang melihat pada kondisi
masyarakat yang nantinya mampu
sosial budaya yang berlangsung di
menggantikan peran fasilitator
Karangantu, kemudian kebergantungan
ketika tugas fasilitator berakhir.
pada petunjuk teknis sangat tinggi,
3) Fasilitator harus memiliki
sehingga inisiatif-inisiatif masyarakat
kualifikasi pendidikan, pengalaman
nelayan jarang muncul ke permukaan.
dan wawasan di bidang
Saran pemberdayaan masyarakat, serta
memiliki komitmen dan
Berdasarkan simpulan di atas,
keberpihakan yang tinggi terhadap
maka penulis memberikan saran berupa
masyarakat miskin.
rekomendasi, berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Peran Tim Teknis dan Penyuluh
Perikanan Bantu (PPB) sebagai fasilitator Buku-buku
dan evaluator dalam evaluasi program
Berry, D. 2003. Pokok-Pokok Pikiran
sangat penting. Hal tersebut dikarenakan
Sosiologi. Jakarta: PT. Raja
mengingat tugas utamanya sebagai Grafindo Persada.
pendamping masyarakat pelaksana
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian
program pada tingkat Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,
komunitas/masyarakat. Dengan demikian Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
agar tugas pendamping dapat berjalan Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
dengan baik, maka :
Cernea, M.M. 1988. Sosiologi Untuk
Proyek-Proyek Pembangunan.

57
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

Dalam M.M. Cernea (Ed). _______________. 1984. An Introduction


Mengutamakan Manusia Dalam to the Study of Public Policy.
Pembangunan; Variabel-Variabel California: a division of
Sosiologi di Dalam Pembangunan Wadsworth, Inc.
Pedesaan. Pp.3-26. Penerjemah; Satria, Arif. 2015. Pengantar Sosiologi
B.B.Teuku. Jakarta: Universitas
Indonesia Press. Masyarakat Pesisir. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Creswel. W. John. 2002. Research Design


(Pendekatan Kualitatif dan Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan
Kuantitatif). Jakarta: Kik Press. Publik. Bandung: Alfabeta.

Garna, Judistira K. 2009. Metoda Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian

Penelitian: Kualitatif. Bandung: The Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Judistira Foundation dan Primaco Sukidin, Basrowi. 2002. Metode


Akademika. Penelitian Kualitatif Perspektif
Mikro. Surabaya : Insan Cendekia.
Koentjaraningrat. 1980. Kebudayaan
Mentalitet dan Pembangunan. Wiradi, G. 1997. Rekayasa Sosial Dalam
Jakarta: Gramedia. Menghadapi Era Industrialisasi
Pertanian. Dalam T. Sudaryanto
_______________. 1994. Bunga Rampai
dkk (Penyunting). Prosiding
Kebudayaan, Mentalitas dan
Industrialisasi, Rekayasa Sosial
Kebudayaan. Jakarta: PT.
dan Peranan Pemerintah Dalam
Gramedia Pustaka Utama. 149 p.
Pembangunan Pertanian.
Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi Departemen Pertanian Jakarta:
dan Jaringan Sosial. Bandung: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Humaniora Utama Press. Pertanian. Badan Litbang
Pertanian.
________. 2002. Konflik Sosial Nelayan:
Kemiskinan dan Perebutan
Sumberdaya Perikanan.
Yogyakarta: Penerbit LkiS.
Peraturan Perundang-undangan dan
________.2006. Filosofi Pemberdayaan
Dokumen Lain
Masyarakat Pesisir. Bandung:
Humaniora. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha
Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan
Jones, Charles O. 1996. Pengantar Tangkap Tahun 2011.
Kebijakan Publik (Terjemahan).
Jakarta: RajaGrafindo Persada. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia

58
JIPAGS, Volume 2 Nomor 1 Januari 2018, 42-59

Nomor KEP.39/MEN/2010 tentang


Pedoman Pelaksanaan Program
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Profil Pelabuhan Perikanan Nusantara
Kelautan dan Perikanan Tahun (PPN) Karangantu Tahun 2013.
2010.
Rencana Strategis Dinas Pertanian
Keputusan Direktur Jenderal Perikanan
Pemerintah Kota Serang Tahun 2008-
Tangkap Nomor KEP.15/DJ-
PT/2011 Tentang Pedoman Teknis 2013.
Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Dalam Rencana Strategis Dinas Pertanian
Rangka Pelaksanaan Kelautan dan Perikanan Kota Serang
Pengembangan Usaha Mina Tahun 2014-2018.
Perdesaan Bidang Perikanan
Tangkap 2011.

Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran


Satuan Kerja Dinas Kelautan
Provinsi Banten Nomor
902/Kep.01-217.KPA/DKP/2012
Tentang Pemberian Honorarium
Tim Teknis Kabupaten/Kota
Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan (PUMP) Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Satuan Kerja Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten Tahun Anggaran 2012.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pmerintah (LAKIP) Dinas Pertanian
Kota Serang Tahun 2015.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP) Dinas
Pertanian, Kelautan dan Perikanan
Kota Serang Tahun 2016.

Laporan Kegiatan Pengembangan Usaha


Mina Pedesaan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan Tahun
2012 dan 2013 di Kota Serang.

Masterplan Kawasan Minapolitan Kota


Serang Tahun 2011.

59

You might also like